PENGENDALIAN INFEKSI
RS SUMBER WARAS
TAHUN 2017/2018
1
DAFTAR ISI
2
8. Kohorting …………………………………………….. 66
9. Pengelolaan Kebersihan lingk …………………….. 71
10. Pengelolaan linen …………………………………. 75
11. Antibiogram …………………………………………. 79
3
SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT SUMBER WARAS
NOMOR:
Tentang
PEDOMAN PELAYANAN
PELAYANAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
RUMAH SAKIT SUMBER WARAS
4
dalam a, b dan c, perlu ditetapkan dengan Surat Keputusan
Direktur Rumah Sakit Sumber Waras.
Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit.
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 27
Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan Dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
3. Surat keputusan Yayasan Kesehatan Sumber Waras Nomer :
01/YKSW/SK-P/III/2017 Tentang Penegasan Dan
Pengangkatan Angota Direktur Rumah Sakit Sumber Waras.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
Pertama : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT SUMBER WARAS Tentang
PEDOMAN PELAYANAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
INFEKSI RUMAH SAKIT SUMBER WARAS.
Kedua : Pedoman pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi RS
Sumber Waras sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Keputusan ini.
Ketiga : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan
pencegahan dan pengendalian infeksi dilaksanakan oleh
Direktur RS Sumber Waras
Keempat : Kepala pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi wajib
mensosialisasikan keputusan ini ke seluruh karyawan di
Pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi.
Kelima : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan
ini, akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
5
Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal :
Rumah Sakit Sumber Waras
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit,
perlu dilakukan pengendalian infeksi, diantaranya adalah pengendalian
6
infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial masih banyak dijumpai di rumah
sakit dan biasanya merupakan indikator bagi pengukuran tentang
seberapa jauh rumah sakit tersebut telah berupaya mengendalikan
infeksi nosokomial.
Pengendalian infeksi nosokomial dipelopori oleh Nightingale,
Simmelweis, Lister dan Holmes melalui praktek-praktek hygiene dan
penggunaan antiseptik. Tantangan dalam pengendalian infeksi
nosokomial semakin kompleks dan sering disebut disiplin epidemiologi
rumah sakit.
Kerugian ekonomik akibat infeksi nosokomial dapat mencapai
jumlah yang besar, khususnya untuk biaya tambahan lama perawatan,
penggunaan antibiotika dan obat-obat lain serta peralatan medis dan
kerugian tak langsung yaitu waktu produktif berkurang, kebjiakan
penggunaan antibiotika, kebijakan penggunaan desinfektan serta
sentralisasi sterilisasi perlu dipatuhi dengan ketat.
Tekanan-tekanan dari perubahan pola penyakit infeksi nosokomial
dan pergeseran resiko ekonomik yang harus ditanggung rumah sakit
mengharuskan upaya yang sistematik dalam penggunaan infeksi
nosokomial, dengan adanya Komite Pengendalian Infeksi dan profesi
yang terlatih untuk dapat menjalankan program pengumpulan data,
pendidikan, konsultasi dan langkah-langkah pengendalian infeksi yang
terpadu. Keberhasilan program pengendalian infeksi nosokomial
dipengaruhi oleh efektivitas proses komunikasi untuk menyampaikan
tujuan dan kebijakan pengendalian infeksi tersebut kepada seluruh
karyawan rumah sakit baik tenaga medis maupun non medis, para
penderita yang dirawat maupun berobat jalan serta para pengunjung
rumah sakit Panti Rahayu Purwodadi.
Upaya pengendalian infeksi nosokomial di Rumah Sakit Panti
Rahayu Purwodadi
7
bersifat multidisiplin, hal-hal yang perlu diperhatikan:
1. Discipline: perilaku semua karyawan harus didasari disiplin yang
tinggi untuk mematuhi prosedur aseptik, teknik invasif, upaya
pencegahan dan lain-lain.
2. Defence mechanisme: melindungi penderita dengan
mekanisme pertahanan yang rendah supaya tidak terpapar
oleh sumber infeksi.
3. Drug: pemakaian obat antiseptik, antibiotika dan lain-lain yang
dapat mempengaruhi kejadian infeksi supaya lebih bijaksana
4. Design: rancang bangun ruang bedah serta unit-unit lain
berpengaruh terhadap resiko penularan penyakit infeksi,
khususnya melalui udara atau kontak fisik yang dimungkinkan
bila luas ruangan tidak cukup memadai.
5. Device: peralatan protektif diperlukan sebagai penghalang
penularan, misalnya pakaian pelindung, masker, topi bedah
dan lain-lain.
B. Tujuan .
1. Tujuan umum .
Meningkatkan mutu pelayanan Rumah sakit Panti Rahayu
melalui pencegahan dan pengendalian infeksi yang
dilaksanakan oleh semua departemen /unit dengan meliputi
kualitas pelayanan,management resiko,clinical
governace,serta kesehatan dan keselamatan kerja .
2. Tujuan Khusus
8
Sebagai pedoman pelayanan bagi staf PPIRS dalam
melaksanakan tugas,wewenang dan tanggung jawab
secara jelas.
Menggerakan segala sumber daya yang ada dirumah
sakit dan fasilitas kesehatan lain secara efektif dan
efisien.
Menurunkan angka kejadian infeksi dirumah sakit secara
bermakna.
Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan pelayanan
PPIRS Panti Rahayu Purwodadi.
C. Ruang lingkup
Ruang lingkup pelayanan Pencegahan dan pengendalian infeksi
meliputi :
Kewaspadaan standart dan berdasarkan transmisi
Pelayanan surveilens PPI
Hand Higiene sebagai bariier protection.
Penggunaan APD
Pelayanan CSSD
Pelayanan Linen
Pelayanan Kesehatan karyawan
Pelayanan Pendidikan dan edukasi kepada staf,pengunjung dan
pasien
Pelayanan pemeriksaan baku mutu air bersih dan IPAL bekerja sama
dengan IPSRS.
Pelayanan pengelolaan kebersihan lingkungan
Pelayanan management resiko PPI
Antibiogram dan pola kuman RS Sumber Waras.
Penggunaan bahan single use yang di re-use
9
D. Batasan operasional.
Pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi meliputi kegiatan
sbb :
I. Konsep dasar penyakit
Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan di
dunia termasuk indonesia ,ditinjau dari asalnya infeksi dapat berasal
dari( Community acquaired infection)atau berasal dari( Hospital
Acquired infektion). Karena seringkali tidak bisa secara pasif
ditentukan asal infeksi maka istilah infeksi nosokomial (Hospital
Acqured infeksi) diganti (HAIs) yaitu healthcare –assosiated
infections dengan arti lebih luas tidak hanya terjadi dirumah sakit
juga bisa terjadi fasilitas kesehatan yang lain juga tidak terbatas
pada pasien namun infeksi juga dapat terjadi pada petugas yang
didapat saat melakukan tindakan medis atau perawatan . Batasan
a. Kolonisasi :
merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya
agen infeksi,dimana organisme tersebut hidup,tumbuh dan
berkembang biak,namun tanpa disertai adanya respon imun
atau gejala klinis.Pada kolonisasi tubuh pejamu tidak dalam
keadaan suspectibel pasien dan petugas dapat mengalami
kolonisasi dengan dengan kuman patogen tanpa mengalami
rasa sakit tetapi menularkan kuman tersebut ke orang lain
(sebagai carrier).
b. Infeksi
Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya
agen infeksi (organisme dimana terdapat respon imun tetapi
tidak disertai gejala klinik.
c. Penyakit infeksi
10
Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya
agen infeksi (organisme) yang disertai adanya respon imun dan
gejala klinik.
d. Penyakit menular
Adalah penyakit infeksi tertentu yang dapat berpindah dari
satu orang ke orang lain secara langsung maupun tidak
langsung.
e. Inflamasi
Merupakan bentuk respon tubuh terhadap suatu agen
yang ditandai adanya dolor,kalor,rubor ,tumor dan fungsiolesa.
f. SIRS (Sistem Inflamtory Respon Syndroma).
Merupakan sekumpulan gejala klinik atau kelainan
laboratorium yang merupakan respon tubuh (imflamasi) yang
bersefat sitemik.kriteria SIRS bila ditemukan 2 atau lebih
keadaan berikut : (1) hipertermi atau hipotermia, (2) takikardia
sesuai usia,(3) takipneu sesuai usia,(4) leukositosis atau
leukopenia atau pada hitung jenis leukosit jumlah sel muda
(batang ) lebih dari 10 %.SIRS dapat terjadi karena infeksi atau
non infeksi seperti luka bakar, pankreatitis,atau gangguan
metabolik.SIRS yang disebabkan oleh infeksi disebut sepsis.
Rantai penularan .
Untuk melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian
infeksi perlu mengetahui rantai penularan,apabila salah satu
rantai dihilangkan atau dirusak maka infeksi dapat dicegah atau
dihentikan.
a. Agen Infeksi adalah mikroorganisme yang dapat
menyebabkan infeksi pada manusia ,dapat berupa
bakteri,virus,riketsia,jamur, dan parasit.ada 3 faktor yang
11
mempengaruhi terjadinya infeksi yaitu :
virulensi,patogenesis,jumlah dosis obat.
b. Reservoir atau tempat hidup dimana agen infeksi dapat
hidup,tumbuh,berkembang biak dan siap ditularkan pada
orang lain,reservoir yang paling umum adalah
manusia,binatang,tumbuhan,tanah,air dan bahan bahan
organik.pada manusia sehat permukaan kulit,selaput lendir
saluran napas,pencernaan dan vagina meripakan reservoir
yang umum.
c. Pintu keluar adalah jalan darimana agen infeksi meninggalkan
reservoir ,pintu keluar meliputi saluran
napas,pencernaan,saluran kemih dan kelamin,kulit,membran
mukosa,trasplacenta dan darah serta cairan tubuh lainnya.
d. Transmisi adalah bagaiman mekanisme penularan meliputi (1)
kontak; langsung dan tidak langsung,(2) droplet ,(3) airborne
,(4) Vehicle ;makan,minuman,darah,(5) vektor biasanya
bnatang pengerat dan serangga.
e. Pintu masuk adalah tempat dimana agen infeksi memasuki
tubuh pejamu (yang supectibel) dapat melalui saluran
pernapsan,pencernaan.perkemihan atau luka.
f. Pejamu (host) yang suspectibel adalah orang yang tidak tidak
memiliki daya tahan tubuh yang cukup untuk melawan agen
infeksi ,faktor yang mempengaruhi umur,usia,status
gisi,ekonomi,pekerjaan,gaya hidup,terpasang barrier
(kateter,implantasi ),dilakukan tindakan operasi.
Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi.
a. Peningkatan daya tahan pejamu.
Dengan pemberian imunisasi(vaksin Hepatitis B),promosi
kesehatan nutrisi yang adekuat.
12
b. Inaktivasi agen penyebab infeksi.
Menggunakan metoda fisik maupun kimia contoh fisik
dengan pasteurisasi atau sterilisasi ataupun memasak
makanan hingga matang.kalau kimia dengan pemberian
clorin pada air dan desinfeksi .
c. Memutus rantai penularan.
Dengan menerapkan tindakan pencegahan dengan
menerapkan kewaspadaan isolasi dan kewaspadaan transmisi
d. Tindakan pencegahan paska pajanan.
Hal ini berkaitan dengan pecegahan agen infeksi yang
ditularkan melalui darah dan cairan tubuh lain yang
dikarenakan tertusuk jarum bekas pakai utamanya hepatitis B,C
dan HIV.
E. Penyakit Menular.
I. AIDS
Pengertian
Penyebab
Virus HIV tergolong retrovirus yang terdiri atas 2 tipe ,tipe 1 (HIV-1) dan
tipe 2 (HIV-2)
1. Infeksi Akut.
a. Hampir 30-50 % pasien sudah terinfeksi HIV.
13
b. pasien sudah terjadi pemaparan virus dan dapat berlangsung 6
minggu setelah kontak.
Cairan vagina.
ASI.
Air mata.
Air liur.
Air seni.
Air ketuban.
Dan cairan cerebrospinal..
14
Gejala dan tanda
Biasanya tidak ada gejala klinis yang khusus pada orang yang terinfeksi HIV
dalam waktu 5 sampai 10 tahun ,Setelah terjadi penurunan sel CD 4 secara
bermakna baru AIDS mulai berkembang dan menunjukan gejala – gejala
spt :
2. FLU BURUNG.SARS
Batuk
Sakit tenggorokan
Pilek
Sesak napas dan terdapat satu atau lebih keadaan dibawah ini :
15
1. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat
kontak erat dengan penderita(suspek,probabelatau konfirm)
seperti merawat,berbicara atau bersentuhan dengan pasien
dalam jarak 1 meter.
7. Ditemukan leukopeni.
16
9. Foto Rontgen dada menggambarkan pneumonia yang cepat
memburuk pada serial foto.
Pencegahan :
17
1. Menghindari kontak dengan benda terkontaminasi,atau
burung terinfeksi.
2. Menghindari peternakan unggas.
3. Hati hati ketika menangani unggas.
4. Memasak ddengan suhu 60C selama 30 menit,atau 80C
selama 1 menit)
5. Menerapkan tindakan untuk menjaga kebersihan tangan :
Setelah memgang unggas.
Setelah memegang daging unggas.
Setelah memasak.
Sebelum memasak
Pengobatan.
Macam obat :
1. Amantadine.
2. Rimatadine
3. Oseltamivir(tamiflu)
4. Zanavir(relenza)
3. TUBERKULOSIS (TBC)
Penyebab
18
pada manusia (matipik).Hampir semua oirgan tubuh dapat
terserang bakteri ini seperti kulit,otak,ginjal,tulang dan paling
sering paru.
Epidemiologi
Masa Inkubasi
Masa penularan
19
dan pasien dengan persisten AFB positif dapat menjadi sumber
penularan sampai waktu lama.
Gejala klinis :
Pengobatan
Pencegahan.
20
Penemuan dan pengobatan TB
Imunisasi BCG sedini mungkin terhadap mereka yang belum
terinfeksi.
Perbaikan lingkungan dan status gizi dan kondisi sosial
ekonomi.
21
menimbulkan infeksi ditulang,sendi,aliran darah,jantung dan
paru yang bias mengancam jiwa.
Penyebaran MRSA.
1. Infeksi luka
2. Bisul
3. Folikel rambut yang terinfeksi
4. Impetigo
5. Kulit yang sakit seperti digigit serangga
Diagnose :
Pengobatan MRSA :
22
Minor infeksi MRSA kadang kadang dapat mengalami
komplikasi serius seperti menyebar infeksi kejaringan sekitar
darah, tulang dan jantung. Karena MRSA yang tahan terhadap
antibiotic banyak akan sulit untuk mengobati namun beberapa
antibiotic berhasil mengendalikan infeksi tapi jarang.
Tindakan pencegahan :
Suatu pengamatan yang sistematis ,efektif dan terus menerus terhadap timbulnya
dan penyebaran penyakit pada suatu populasi serta terhadap keadaan atau
peristiwa yang menyebabkan meningkatnya atau menurunnya resiko terjadinya
23
penyebaran penyakit :
1. Pada saat pasien masuk rumah sakit tidak ada tanda – tanda tidak dalam masa
inkubasi infeksi tersebut.
2. Inkubasi terjadi 2x 24 jam setetlah pasien dirawat dirumah sakit apabila tanda-
tanda infeksi sudah timbul sebelum 2x24 jam sejak mulai dirawat ,maka perlu diteliti
masa inkubasi dari infeksi tersebut.
3. Infeksi pada lokasi yang sama tetapi disebabkan oleh mikroorganisme yang
berbeda dari mikroorganisme saat masuk rumah sakit atau mikroorganisme
penyebab sama tetapi lokasi infeksi berbeda.
4. Infeksi terjadi setelah pasien pulang dan dapat dibuktikan berasal dari rumah sakit.
1. Infeksi yang berhubungan dengan komplikasi atau meluasnya infeksi yang sudah
ada pada waktu masuk rumah sakit.
2. Infeksi pada bayi baru yang penularannya melalui placenta (mis
toxoplasmosis,sifilis) dan baru muncul pada atau sebelum 48 jam setelah masa
kelahiran .
24
3. Dirumah sakit sering orang dilakukan tindakan invasive mulai dari yang paling
sederhana seperti pemasangan infuse sampai tindakan operasi.
4. Mikroorganisme yang ada cenderung lebih resisten terhadap anti biotika ,akibat
penggunaan berbagai macam antibiotika yang sering kali tidak rasional.
5. Adanya kontak langsung antar petugas dengan pasien,petugas ke lingkungan
yang dapat menularkan kuman pathogen.
6. Penggunaan alat/instrument yang telah terkontaminasi dengan kuman.
Lingkungan.
1. HAP adalah infeksi saluran napas bawah yang mengenai parenkim paru setelah
pasien dirawat dirumah sakit setelah 48 jam tanpa dilakukan intubasi dan
sebelumnya tidak menderita penyakit infeksi saluran napas bawah.HAP dapat
diakibatkan karena tirah baring yang lama (koma ,tidak sadar tracheostomi,refluk
25
gaster).
VAP adalah infeksi saluran napas bawah yang mengenai parenkim paru setelah
pemakaian ventilasi mekanik lebih dari 48 jam dan sebelumnnya tidak ditemukan
tanda – tanda infeksi saluran napas.
Kriteri pneumonia :
26
1. produksi sputum atau sekresi pernapasan meningkat dan purulen.
2. Isolasi kuman dan biakan kuman (+).
3. Isolasi kuman aspirasi tracea /brokus/biopsi (+).
4. Isolasi/antigen virus (+) dalam sekresi saluran pernapasan.
5. Titer IgM dan IgG spesifik meningkat 4x .
6. Tanda pneumonia pada pemeriksaan hispatologi.
Faktor penyebab :
1. Lingkungan .
- legionella,klebsiella,P aerogenesa,Amuba baumi.
- Makanan ;Muntahan.
2. Peralatan .
- NGT
- ET
- Suktion kateter.
-Peralatan bronchospi
- Peralatan pernapasan.
3. Manusia.
- Haemofilus influenza.
- Stapilococus Aereus
- Stapilococcus pnemonia.
- MDR stains.
Faktor-faktor resiko :
27
- Penyakit jantung kongestif.
- Penyakit paru obstruksi kronis.
- Perokok.
- koma.
- CVD.
2. Faktor pengobatan .
- Sedasi.
-Anestesi umum.
- intubasi tracea.
- Pemakaian ventilator mekanik yang lama.
- Penggunaan antibiotika .
- penggunaan imunosupresif dan citostatika.
. Peralatan ventilator.
28
Termovent hepafilter diganti setiap hari.
Numerator x 1000=.....0/00
Denominator
Indikator Score
1 2 3
29
Lekosit /mm >4000 &<11.000 <4000 atau 11.000 -
Denominator
30
ditemukan penyebab lain :
Demam (>38°C rektal),hipotermia (<37 °C),apneu,bradikardia,letargia,atau
nyeri,atau panan pada vaskular yang terlibat dan
Kultur semikuantitatif dari ujung kanula intravaskulartumbuh >15 koloni
mikroba
Kultur tidak dilakukan atau hasil negatif
Petunjuk pelaporan IAD:
IAD purulen dikonfirmasi dengan hasil positif kultur semikuantitatif dari ujung
kateter,tetapi bila hasil kultur negatif atau tidak ada kultur darah maka
dilaporkan sebagai ILI bukan sebagai IADP.
Pelaporan mikroba dari hasil kultur darah sebagai IADP bila tidak ditemukan
infeksi lain dari bagian tubuh.
Infeksi intravaskular dengan hasil kultur darah positif dilaporkan sebagai IADP
Penggantian IV LINE untuk dewasa dilakukan setiap 3 (tiga) hari sekali,
sedangkan IV LINE untuk bayi dan anak-anak setiap 5 (lima) hari sekali.
A. Survey dilakukan 30 % dari populasi setiap ruangan perawatan.
B. Jika pasien terpasang infus dari luar rumah sakit tidak dilakukan survey.
C. Survey dilakukan pada pasien baru sampai beberapa hari hingga jumlah
responden terpenuhi.
D. Golden standart penegakan kasus infeksi adalah melalui kultur darah ,setiap 3
bulan sekali dilakukan kultur 3 responden setiap ruangan.
Cara menghitung ILI
Numerator x 1000 = ..........0/00
Denominator
Jumlah kasus ILI x 1000 = ........ 0/00
Jumlah hari pemakaian alat
31
2) Lama penggunaan kateter ,lama hari rawat ,pasien dengan
immunocompromise,malnutrisi,luka bakar atau lukaoperasi tertentu.
Pencegahan IAD :
1) Lakukan kebersihan tangan aseptik sebelum melakukan tindakan.
2) Gunakan teknik aseptik saat melakukan tindakan.
3) Ganti set infus dan dressing setiap 3 hari sekali atau setiap kali diperlukan (lembab
atau kotor )
Lepas atau hentikan akses pemasangan kateter vena sentral sesegera mungkin jika
tidak diperlukan lagi.
Infeksi saluran kemih nosokomial ialah infeksi saluran kemih yang pada pasien masuk
rumah sakit belum ada atau tidak dalam masa inkubasi dan didapat sewaktu dirawat
atau sesudah dirawat.
Kebijakan
32
* Salah satu gejala ini :
- Demam > 380C
- Disuria
- Nikuria ( urgency )
- Polakisuria
- Nyeri Suprapubik.
Dan biakan urin > 100.000 kuman / ml dengan tidak lebih dari dua jenis mikroorganisme
* Dua dari gejala :
- Demam 380C
- Disuria
- Nikuria
- Polakisuria
- Nyeri Suprapubik
* dan salah satu tanda :
- Tes carik celup ( dipstick ) positif untuk leukosit esterase dan atau nitrit.
- Pluria ( 10 lekosit/ml atau > 3 lekosit /LPB pada urine yang tidak disentrifus.
- Mikroorganisme positif pada pewarnaan gram pada urine yang tidak disentlifus.
- Biakan urine dua kali dengan hasil kuman uropatogen yang sama dengan jumlah >
100.000 kuman/ml dari urin yang diambil secara steril.
- Biakan urin dengan hasil satu jenis kuman uropatogen dengan jumlah 100.000 kuman/ml
dan pasien diberi antibiotic yang sesuai.
- Diagnosis oleh dokter.
- Dokter memberikan terapi antibiotika yang sesuai.
33
- Nikuria
- Polakisuria
- Nyeri suprapubik
Biakan urin dengan jumlah > 100.000 kuman/ml urin dengan tak lebih dari dua jenis
kuman.
* tidak memakai kateter dower selama 7 hari sebelum biakan urin dengan dua kali hasil
biakan > 100.000/ml dengan mikroorganisme yang sama yang tak lebih dari dua jenis dan
tak ada gejala :
- Demam 380C
- Disuria
- Nikuria
- Polakisuria
- Nyeri Suprapubik
34
- Diagnosis dokter
- Dokter memberikan terapi antibiotika yang sesuai
• Pasien berumur < 12 bulan dengan salah satu gejala :
- Demam 380C
- Hipotermia
- Apneu
- Bradikardi
- Disuria
- Letargi
- Muntah
• Dan salah satu dari tanda :
- Drenase purulen dari daerah yang dicurigai.
- Biakan darah positif
- Radiologi terdapat tanda infeksi
- Diagnosis dokter
- Dokter memberikan terapi antibiotika yang sesuai.
35
ngompol. Pada anak yang lebih besar gejala spesifik makin jelas seperti ngompol, sering
kencing, sakit waktu kencing atau nyeri pinggang.
- Gejala infeksi timbul sesudah dilakukan punksi suprapubik, kateterisasi buli – buli.
- Apabila biakan kuman dalam urin pada waktu masuk dan saat diperiksa berbeda.
- Diagnosis : Klinik dan laboratorik.
- Laboratorik : hasil biakan urin yang diambil melalui suprapubik dikatakan positif apabila
jumlah kuman sama atau lebih dari 200/ml urin. Dan apabila melalui urin pancaran
tengah atau kateterisasi kandung kemih maka jumlah kuman dalam urin 100.000 atau
lebih/ml urin.
- Pemeriksaan lainnya : sediment urin terdapat piuria.
3.1.1. Klinis
1). Untuk Dewasa dan anak > 12 bulan.
Ditemukan salah satu diantara gejala berikut tanpa penyebab lain :
- Suhu > 380C, bertahan minimal 24 jam dengan atau tanpa pemberian antipiretika.
- Hipotesi, sistolik < 90 mmHg.
Oliguri, jumlah urin < 0,5 cc/kbBB/jam
Dan
Semua gejala / tanda yang disebut dibawah ini :
- Tidak ada tanda – tanda infeksi di tempat lain.
- Telah diberikan antimikroba sesuai dengan sepsis.
CATATAN :
36
- Suhu badan diukur secara aksiler selama 5 menit dan diulang setiap 3 jam,
- Apabila pasien menunjukkan gejala, suhu tubuh diukur secara oral atau rectal.
2). Untuk bayi umur 12 bulan. Ditemukan salah satu gejala / tanda berikut tanpa
penyebab lain :
- Demam > 380C
- Hipotermi < 370C
- Apnea
- Bradikardi < 100x/mnt
Dan
Semua gejala / tanda di bawah ini :
- Tidak terdapat tanda – tanda infeksi ditempat lain.
- Diberikan terapi antimikroba sesuai dengan sepsis.
3) Untuk Neonatus
Dinyatakan menderita infeksi aliran darah primer apabila terdapat 3 atau lebih diantara
enam gejala berikut :
- Keadaan umum menurun antara lain : malas minum, hipotermi (< 370C) hipertermi (
380C ) dan sklerema.
- Sistem kardiovaskuler antara lain :
tanda renjatan yaitu takikardi, 160/mnt atau bradikardi, 100/mnt dan sirkulasi perifer
buruk.
- Sistem pencernaan antara lain : distensi lambung, mencret, muntah dan hepatomegali.
- Sistem pernafasan antara lain : nafas tak teratur, sesak, apnea dan takipnea.
- Sistem saraf dan pusat antara lain : hipertermi otot, iritabel, kejang dan letargi.
- Manifestasi hematology antara lain : pucat, kuning, splenomegali dan perdarahan.
Dan
Semua gejala / tanda di bawah ini :
- Biakan darah tidak dikerjakan atau dikerjakan tetapi tidak ada pertumbuhan kuman.
37
- Tidak terdapat tanda – tanda infeksi ditempat lain.
- Diberikan terapi antimikroba sesuai dengan sepsis.
3.1.2. Laboratorik
Untuk orang dewasa dan anak umur > 12 bulan.
Ditemukan satu diantara 2 kriteria berikut :
1). Kuman pathogen dari biakan darah dan kuman tersebut tidak ada hubungannya
dengan infeksi ditempat lain.
2). Ditemukan satu diantara gejala klinis berikut :
- Demam > 380C.
- Menggigil
- Hipotensi
- Oliguri
Dan
Satu diantara tanda berikut :
- Terdapat kontaminan kulit dari 2 biakan berturut – turut dan kuman tersebut tidak ada
hubungannya dengan infeksi ditempat ( organ / jaringan ) lain.
- Terdapat kontaminan kulit dari biakan darah pasien yang menggunakan alat
intravascular ( kateter intravena ) dan dokter telah memberikan antimikroba yang sesuai
dengan sepsis.
38
hubungannya dengan infeksi ditempat ( organ / jaringan lain )
- Terdapat kontaminan kulit dari biakan darah pasien yang menggunakan alat
intravaskuler ( kateter intravena ) dan dokter telah memberikan antimikroba yang sesuai
dengan infeksi
CATATAN :
Untuk neonatus digolongkan infeksi nosokomial apabila :
1. Pada partus normal di rumah sakit infeksi terjadi setelah lebih dari 3 hari.
2. Terjadi 3 hari setelah partus patologik, tanpa didapatkan pintu masuk kuman.
3. Pintu masuk kuman jelas misalnya luka infuse.
Cara penghitungan :
Denominator
Pengertian ILO
a. ILO superfisial terjadi bila insisi hanya pada kulit dan jaringan bawah kulit
(subkutan )
b. ILO profunda bila insisi terjadi mengenai jaringan lunak yang lebih dalam (fasia
dan lapisan otot)
c. ILO organ bila insisi dilakukan pada organ atau mencapai rongga dalam tubuh.
39
Kategori operasi :
1) Operasi bersih,adalah operasi dilakukan pada daerah /kulit yang pada
kondisi pra bedah tidak terdapat peradangan dan tidak membuka traktus
respiratorius,gastroinestinal,orofaring,urinarius,atau traktus biliaris atau
operasi terencana dengan penutupan kulit primer atau tanpa pemakaian
drain tertutup.
Kebijakan
a. Kriteria ILO superfisial :
- Infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari setelah tindakan operasi.
- mengenai hanya pada kulit dan jaringan bawah kulit (subkutan)-
- Terjadi hal 2 sbb:
Drainase bahan purulen dari insisi superficial
Dapat diisolasi kuman penyebab dari biakan cairan atau jaringan yang diambil
secara aseptic dari tempat insisi superficial.
Sekurang kurangnya terdapat :
- satu tanda atau gejala infeksi sbb: rasa nyeri, pembengkakan yang terlokalisir,
kemerahan, atau hangat pada perabaan.
- insisi superficial terpaksa harus dibuka oleh dr bedah dan hasil biakan positif atau
tidak dilakukan biakan. Hasil biakan yang negatif tidak memenuhi kriteria ini.
Diagnosi ILO superficial oleh dokter bedah atau dokter yang menanggani pasien
tersebut.
b. Faktor Risiko ILO
- Kondisi pasien sendiri, misal usia, obesitas, penyakit berat, ASA Score, karier MRSA,
lama rawat pra operasi, malnutrisi, DM, penyakit keganasan.
- Prosedur operasi : Cukur rambut sebelum operasi, jenis tindakan, antibiotik profilaksis,
lama operasi, tindakan lebih dari 1 jenis, benda asing, transfusi darah, mandi
sebelum
infeksi luka operasi.
c. Survey dilakukan 30 % dari populasi setiap ruangan perawatan.
40
d. Jika pasien tindakan operasi dari luar rumah sakit tidak dilakukan survey.
e. Survey dilakukan pada pasien baru sampai beberapa hari hingga jumlah
responden terpenuhi.
Kategori resiko :
1. Jenis luka
Luka bersih dan bersih kontaminasi skor : 0
Luka bersih kontaminasi dan kotor skor : 1
Keterangan :
- luka bersih : nontrauma ,operasi luka tidak infeksi,tidak membuka saluran
pernapasan dan genitourinari.
- Bersih kontaminasi : operasi yang membuka saluran pernapasan dan
genitourinari .
- Kontaminasi luka terbuka : trauma terbuka .
- kotor dan infeksi : trauma terbuka,kontaminasi fecal.
2. Lama operasi : waktu mulai dibuka insisi sampai penutupan kulit.
Setiap jenis operasi berbeda lama opearasinya
Lama operasi sesuai atau kurang dengan waktu yang ditentukan. Skor 0
Bila lebih dari waktu yang ditentukan skor : 1.
3. ASA score .
ASA 1-2,skor :0
ASA 3-5, skor :1
= X/Y x 100%
X : jumlah kasus infeksi yang terjadi dalam waktu tertentu.
Y : jumlah pasien operasi pada waktu tertentu.
Pencegahan ILO :
1. Pra bedah..
a. Persiapan pasien sebelum operasi.
41
Jika ditemukan tanda -tanda sembuhkan dulu infeksinya sebelum hari
operasielektif dan jika perlu ditunda sampai tidak ada infeksi.
Jangan mencukur rambut , pencukuran hanya dilakukan bila daerah sekitar
operasi terdapat rambut yang dapat mengganggu jalannya operasi (pencukuran
dilakukan 1 jam sebelum operasi dengan menggunakan alat cukur elektric.
Kendalikan kadar gula darah pada pasn diabetes dan hindari kadar gula darah
yang terlalu rendah sebelum operasi.
Sarankan pasien untuk berhenti merokok min 30 hari sebelum hari elektif operasi.
Mandikan pasien dengan cairan sabun yang mengandung chlorhexidine 2 % min 1
jam sebelum operasi.
b. Antiseptik tangan dan lengan untuk tim bedah :
Kuku harus pendek dan jangan menggunakan kuku palsu.
Lakukan kebersihan tangan bedah dengan chlorhexidine 4 % setelah kebersihan
tangan tangan harus tetap mengarah ke atas dan dijauhkan dari tubuh agar air
mengalir dari ujung jari menuju siku,keringkan tangan dengan handuk steril ,pakai
saung tangan dan gaun steril.
c. Tim bedah yang terinfeksi atau terkolonisasi.
Anjurkan agar melapor jika terdapat tanda infeksi agar mendapatkan
pengobatan.
d. Profilaksis anti mikroba .
Pemberian anti mikroba hanya bila diindikasikan dan pilihlah yang paling efektif
terhadap patogen yang umum yang menyebabkan ILO pada operasi jenis
tersebut yang direkomendasikan.
Berikan dosis profilaksi awal melalui intravena 1 jam sebelum operasi sehingga sat
dioperasi konsentrasi bakterisida pada serum dan jaringan maximal.
2. Intra Bedah.
a. Ventilasi .
Pertahankan tekanan (+) ruangan kamar bedah .
42
Jangan menggunakan fogging dan sinar UV dikamar operasiuntuk mencegah ILO.
Pintu kamar bedah harus selalu tertutup kecuali diperlukan untuk lewatnya
peralatan bedah.
Batasi jumlah orang yang masuk kamar bedah.
b. Membersihkan dan desinfeksi permukaan lingkungan.
Bila tampak darah atau cairan tubuh lain gunakan chlorine 0,5 % dan biarkan 10
menit kemudian bersihkan cairan tadi .
Tidak perlu pembersihan khusus /penutupan kamar bedah setelah selesai operasi
kotor.
Pel dan keringkan lantai kamar bedah dengan menggunakan detergennt normal.
c. Sterilisasi instrumen bedah.
Sterilisasikan instrumen bedah sesuai petunjuk.
Laksanakan sterilisasi kilat hanya untuk instrumen yang harus digunakan segera
seperti instrumen jatuh saat operasi.
d. Pakaian bedah /drapes .
Pakai masker bedah dan tutupi mulut dan hidung bila memasuki kamar bedah
saat operasi berjalan .
Pakai tutup kepala untuk menutupi rambut dikepala.
Jangan menggunakan caver shoes untuk mencegah ILO Ganti gaun bila tampak
kotor dan terkontaminasi percikan cairan tubuh pasien.
Gunakan gaun dan drape yang kedap air.
e. Teknik aseptik dan bedah.
Lakukan teknik aseptik saat melakukan pemasangan CVP,kateter anestesi spinal /
epidural/ dan bila menyiapkan obat- obatan steril.
Siapkan peralatan dan larutan steril sasaat sebelum digunakan.
Perlakukan jaringan dengan lembut dan lakukan homeostasis yang
efektif,minimalkan jaringanyang mati atau ruang kosong (dead space) pada
lokasi operasi.
Bila diperlukan drainage gunakan drain penghisap tertutup,letakan drain pd lokasi
43
tubuh yang terpisahdari insisi tubuh,lepas drain sesegera mingkin bila sudah tidahk
dibutuhkan.
3. Paska Bedah;
Jika terjadi rembesan darah atau cairan pada daerah operasi segera laukakan
penggantian verban.
Lakukan mobilisasi sedini mungkin.
Pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga untuk mengkonsumsi makanan
bergizi.
44
Skin irritation
Inaccessible handwashing supplies
Being too bussy
No thinking abut it
Dokter 33 67
Perawat 36 64
Tenaga kesehatan lainya 43 57
Mahasiswa perawat 0 100
Flora tetap hidup pada lapisan kulit yang lebih dalam dan juga
akar rambut, tidak dapat dihilangkan sepenuhnya, walaupun dengan
dicuci dan digosok keras. Flora tetap, berkemungkinan kecil
menyebabkan infeksi nosokomial, namun lapisan dalam tangan dan
kuku jari tangan sebagian besar petugas dapat berkolonisasi dengan
45
organisme yang dapat menyebabkan infeksi seperti : s.Auresus, Basili
Gram Negative, dan ragi. Sedangkan flora sementara, ditularkan
melalui kontak dengan pasien, petugas kesehatan lainya, atau
permukaan yang terkontaminasi. Organisme ini hidup pula pada
permukaan atas kulit dan sebagian besar dapat dihilangkan dengan
mencucinta memakai sabun biasa dan air. Organisme inilah yang
sering menyebabkan infeksi nosokomial (JHPIEGO, 2004).
46
sementara di tangan.sabun biasa memerlukan gosokan
untuk melepaskan mikroorganisme secara
mekanik,sementara sabun anti septik disamping
membersihkan juga dapat membunuh kuman
Agen antiseptik
Bahan kimia yang digunakan untuk menghambat atau
membunuh mikroorganisme baik yang transien atau
residen.
Emolient
Cairan organik seperti gliserol,propilen glikol atau sorbitol
yang ditambahkan pada handrub berguna sebagai
melunakkan kulit dan membantu mencegah kerusakan
kulit.
Air mengalir
Air yang secara alami atau kimia yang digunakan untuk
kebersihan tangan merupakan air bersih bebas
mikroorganisme ,memiliki turbiditas rendah (jernih ,tidak
berbau )
Tujuan.
47
5 moment kebersihan tangan :
1. Sebelum menyentuh pasien.
2. Sebelum melakukan tindakan aseptik.
3. Setelah tersentuh cairan tubuh pasien.
4. Setelah menyentuh pasien.
5. Setelah menyentuh lingkungan disekitar pasien
48
III. ALAT PELINDUNG DIRI
Macam APD :
1. Masker
49
2. Sarung tangan
3. Kaca mata,
4. Topi
5. Apron/celemek
6. Pelindung kaki
7. Gaun pelindung
8. Helm
1. Sarung tangan.
50
c) Sarung tangan rumah tangga
2. Pelindung wajah.
Jenis alat :
51
- Masker.
- Kaca mata.
- Face sheild.
3. Masker
Jenis masker:
a. Masker bedah
Masker harus bisa menutupi hidung, muka bagian bawah, rahang dan
semua rambut muka
b. Masker khusus
Karena saat ini rumah sakit belum memiliki masker N95 maka untuk
penggunakan diruang isolasi TBC menggunakan masker bedah
rangkap 2.
52
c. Masker biasa.
4. Gogless (kacamata)
5. Apron (Clemek)
53
6. Gaun.
Tujuan :
Jenis Gaun :
- Gaun steril.
Tindakan drainage.
Tindakan bedah.
Perawatan gigi.
6. Pelindung kaki
54
Tujuan :
8. Helm
55
9. Kegiatan lainya tentang kapan kebersihan tangan dan
penggunaan alat pelindung dilakukan ?
No Kegiatan Cuci Sarung Jubah/ Maske
. tanga tangan Celem r/
n Steril bias ek Googl
a e
Perawatan umum
1. Tanpa luka
Memandikan / √ √
bedding
Reposisi √ √
2. Luka terbuka
Memandikan / √ √ K/P
bedding
Reposisi √ √ K/P
3. Perawatan perianal √ √ √
4. Perawatan mulut √ √ K/P K/P
5. Pemeriksaan fisik √ K/P
6. Penggantian balutan
Luka operasi √ √ K/P K/P
Luka decubitus √ √ K/P K/P
Central line √ √ K/P K/P
Arteri line √ √ K/P K/P
Cateter √ √ K/P K/P
intravena
Tindakan Khusus.
56
7. Pasang cateter urine √ √ K/P K/P
8. Ganti bag urine / ostomil √ √ K/P K/P
9. Pembilasan lambung √ √ K/P K/P
10. Pasang NGT √ √ √ K/P
11. Mengukur suhu axilia √ K/P
12. Mengukur suhu rectal √ √
13. Kismia √ √ K/P K/P
14. Memandikan jenazah √ √ K/P K/P
Perawatan saluran nafas
57
25. Penyuntikan IM / IV / SC √ √
26. Penggantian botol infuse √
27. Pelesapan dan √ √
penggantian selang
infuse
28. Percikan darah / cairan √ √ √
tubuh
29. Membuang sampah √ √ √
medis
30. Penanganan alat tenun. √ √ √ K/P
IV. Sterilisasi
58
minyak tanah atau bahan bakar lainnya sebagai sumber
panas.
Panas kering:
Ingat:
59
Jangan memuat sterilisator untuk alat tidak terbungkus
dengan metode ini lebih pendek, hanya butuh waktu 4
menit. Metode kilat ini biasanya digunakan untuk alat-
alat individual.
60
b. area kerja “bersih”
Di area kerja bersih, peralatan bersih:
sterilisator uap tekanan tinggi, oven panas tinggi, steamer, atau boiler.
ruangan tersendiri.
Simpanlah pak-pak yang sudah disterilisasi dan wadah tertutup yang steril
atau DTT di area ini, pisahkan dari daerah suplai steril pusat.
Batasi akses ke area penyimpanan ini dan/atau simpanlah peralatan di
kabinet atau rak-rak yang tertutup. (Rak-rak atau kabinet yang tertutup
lebih baik karena hal ini melindungi pak-pak dan wadah-wadah dari
debu dan debris. Rak-rak terbuka dapat diterima apabila area ini punya
akses terbatas dan urusan rumah tangga dan ventilasi terkontrol.)
Menjaga area penyimpanan tetap bersih, kering, bebas debu dan
bebas kain tiras (lint-free) sesuai dengan jadwal urusan rumah tangga
reguler.
Pak-pak dan wadah-wadah dengan peralatan steril atau DTT harus
Simpanlah pak-pak yang sudah disterilisasi dan wadah tertutup yang steril
atau DTT di area ini, pisahkan dari daerah suplai steril pusat.
62
Sistem Shelf Life:
Shelf life dari peralatan steril yang dipak terkait dengan peristiwa dan
bukan terkait dengan waktu. Sebuah peristiwa dapat
membahayakan integritas dan efektivtas pak tersebut.
Peristiwa yang dapat membahayakan atau menghancurkan sterilitas
pak mencakup berbagai penanganan, berkurangnya integritas pak,
penetrasi kelembaban, dan kontaminasi udara.
Sterilitas hilang ketika pak telah terkoyak di pembungkusnya, telah
basah, terjatuh di lantai, berdebu atau tidak tersegel.
Shelf life sebuah pak steril akan bergantung pada kualitas
pengepakan, kondisi selama penyimpanan dan pengangkutan, dan
jumlah penanganan sebelum digunakan.
Menyegel pak-pak steril di kantong-kantong plastik dapat mencegah
kerusakan dan kontaminasi.
Sebagian besar peristiwa yang berkontaminasi terkait dengan
penanganan pak secara berlebihan atau kurang tepat. Idealnya
sebuah peralatan harus ditangani tiga kali: (1) ketika mengeluarkan
dari sterilizer cart dan menempatkan di rak penyimpanan, (2) ketika
mengangkutnya ke tempat peralatan itu akan digunakan, dan (3)
ketika memilihnya dibuka untuk digunakan.
63
Bakteri di udara
Debu
Kelembaban
Berlubang, pecah atau terkoyak segelnya
Terbukanya pak tersebut.
Sebelum menggunakan peralatan yang telah disimpan, periksalah
pak tersebut untuk memastikannya tidak terkontaminasi.
Pisahkan instrumen dan peralatan lain yang bersih, steril, dan DTT dari
peralatan kotor dan peralatan yang harus dibuang. Jangan
memindahkan atau menyimpan peralatan ini bersama-sama.
Memindahkan instrumen dan peralatan lain yang steril dan DTT ke
prosedur atau ruang operasi dengan kereta tertutup atau wadah
dengan penutup untuk mencegah kontaminasi.
Pindahkan suplai dari seluruh karton dan kotak pengiriman sebelum
membawa suplai ini ke dalam ruang prosedur, ruang operasi, atau
area kerja CSD yang bersih. (Shipping boxes mengeluarkan debu dan
menjadi tempat bersarang serangga yang dapat mengontaminasi
area ini.)
Mengangkut suplai dan instrumen kotor ke area
penerimaan/pembersihan di CSD dengan tong sampah tertutup dan
antibocor.
Mengangkut sampah yang terkontaminasi ke tempat pembuangan
dengan tong sampah tertutup dan antibocor.
(Untuk informasi tambahan berkenaan dengan penanganan dan
pengelolaan peralatan yang akan dibuang)
64
Pemeriksaan indikator mutu sterilisasi :
1. Indikator mekanik
2. Indikator Kimia
3. Indikator biologi
4. Indikator mikrobiologi
V. Dekontaminasi
merupakan langkah pertama dalam menangani alat bedah
dan sarung tangan yang telah tercemar. Hal penting sebelum
membersihkan adalah mendekontaminasi alat dan benda lain
yang mungkin terkena darah atau duh tubuh. Segera setelah
digunakan, alat harus direndam di larutan klorin 0,5% selama 10
menit. Langkah ini dapat menginaktivasi HBV, HCV, dan HIV
serta dapat mengamankan petugas yang membersihkan alat
tersebut (AORN 1990; ASHCSP 1986).
65
studi yang dilakukan oleh Nyström (1981) menemukan kurang dari 10
mikroorganisme pada 75% dari alat yang tadinya tercemar dan dari
100 mikroorganisme pada 98% alat yang telah dibersihkan dan
didekontaminasi. Berdasarkan penemuan ini, sangat dianjurkan agar
alat dan benda-benda lain yang dibersihkan dengan tangan,
didekontaminasi terlebih dulu untuk meminimalkan risiko infeksi .
66
area steril
guna
melindungi
dari
kontaminasi
lingkungan.
-Alat steril
yang tidak
dibungkus
harus segera
dipakai
67
Non Alat yang kontak Bersihkan alat Simpan dalam -alatnon
kritis dengan kulit dengan keadaan invasif
menggunakan bersih equipment:
detergent dan ditempat * Bedpan dan
air .jika yang kering urinal.
menggunakan * Manset
desinfektan tekanan
gunakan yang darah.
compatibel * bed
* Termometer.
* Tourniket
* Tensi meter
- Kebersihan tangan.
68
- Penggunaan APD (alat pelindung diri )
- Pengendalian lingkungan.
- Penempatan pasien.
69
Kebersihan tangan—prosedur yang paling penting dalam
pencegahan kontaminasi silang (orang ke orang atau
benda terkontaminasi ke orang).
Pakai Sarung Tangan (kedua tangan) sebelum menyentuh
kulit yang terluka, selaput lendir (mukosa), darah atau duh
tubuh lainnya atau instrumen yang kotor dan sampah yang
terkontaminasi, atau sebelum melakukan prosedur invasif.
1. Resiko adalah :
70
Adalah proses mengenal ,menemukan dan
mendiskripsikan resiko .
Descripsi 1 2 3 4
71
Frekuensi
Probability
Dampak
occurence
Tabel.
Peringkat Resiko .
1. Ekstrim ( 15-25)
2. Tinggi (8-12)
3. Sedang (4-6)
72
resiko dilelola oleh orang yang bertanggung jawab sesuai
denga resiko,dengan demikian tidak ada resiko yang terlewat.
V. Penanganan Resiko
Tujuan
1. Airborne Precaution
73
a. Penempatan pasien
Tempatkan pasien di kamar tersendiri yang mempunyai persyaratan
sebagai berikut:
b. Respiratory Protection
Gunakan perlindungan pernapasan (N 95 respirator) ketika
memasuki rungan pasien yang diketahui infeksi pulmonary
tuberculosis
Orang yang rentan tidak diberarkan memasuki ruang pasien yang
diketahui atau diduga mempunyai measles (rubeola) atau
varicella, mereka harus memakai respiratory protection (N 95)
respirator.
Orang yang immune terhadap measles (rubeola), atau varicella
tidak perlu memakai perlindungan pernafasan.
c. Patient Transport
74
Batasi area gerak pasien dan transportasi pasien dari kamar,
hanya tujuan yang penting saja.
Jika berpindah atau transportasi gunakan masker bedah pada
pasien
2. Droplet Precaution
a. Penempatan Pasien
Tempatkan pasien di kamar tersendiri
Bila pasien tidak mungkin di kamar tersendiri, tempatkan pasien
secara kohart
Bila hal ini tidak memungkinkan, tempatkan pasien dengan jarak 3
ft dengan pasien lainya
b. Masker
Gunakan masker bila bekerja dengan jarak 3 ft
Beberapa rumah sakit menggunakan masker jika masuk ruangan
c. Pemindahan pasien
Batasi pemindahan dan transportasi pasien dari kamar pasien,
kecuali untuk tujuan yang perlu
Untuk meminimalkan penyebaran droplet selama transportasi,
pasien dianjurkan pakai masker
3. Contact Precaution
a. Penempatan pasien
Tempatkan pasien di kamar tersendiri
Bila tidak ada kamar tersendiri, tempatkan pasien secara kohart
b. Sarung tangan dan kebersihan tangan.
Gunakan sarung tangan sesuai prosedur
75
Ganti sarung tangan jika sudah kontak dengan peralatan yang
terkontaminasi dengan mikroorganisme
Lepaskan sarung tangan sebelum meninggalkan ruangan
Segera kebersihan tangan dengan antiseptic / antimicrobial atau
handscrub
Setelah melepas sarung tangan dan kebersihan tangan yakinkan
bahwa tangan tidak menyentuh peralatan atau lingkungan yang
mungkin terkontaminasi, untuk mencegah berpindahnya
mikroorganisme ke pasien atau lingkungan lain.
c. Gaun
Pakai gaun bersih / non steril bila memasuki ruang pasien bial
diantisipasi bahwa pakaian akan kontak dengan pasien,
permukaan lingkungan atau peratalan pasien di dalam kamar
atau jika pasien menderita inkontaneia, diare, fleostomy,
colonostomy, luka terbuka
Lepas gaun setelah meninggalkan ruangan.
Setelah melepas gaun pastikan pakaian tidak mungkin kontak
dengan permukaan lingkungan untuk menghindari berpindahnya
mikroorganisme ke pasien atau lingkungan lain
d. Transportasi pasien
Batasi pemindahan pasien dan transportasi pasien dari kamar,
hanya untuk tujuan yang penting saja. Jika pasien harus pindah
atau keluar dari kamarnya, pastikan bahwa tindakan pencegahan
dipelihara untuk mencegah dan meminimalkan resiko transmisi
mikroorganisme ke pasien lain atau permukaan lingkungan dan
peralatan.
76
Jika memungkinkan gunakan peralatan non kritikal kepada pasien
sendiri, atau secara kohort
Jika tidak memungkinkan pakai sendiri atau kohort, lakukan
pembersihan atau desinfeksi sebelum dipakai kepada pasien lain.
“administrative Controls”
1. Pendidikan
Mengembangkan system pendidikan tentang pencegahan kepada
pasien, petugas, dan pengunjung rumah sakit untuk meyakinkan
mereka dan bertanggung jawab dalam menjalankanya.
77
Dengan mengelompokan satu jenis penyakit berdasarkan cara
penularannya :
78
Tempat pembuangan limbah infeksius:
o Jas
o Instrumen
o Sampah termasuk sisa makanan, alat makan
Fasilitas kebersihan tangan di dalam ruang kohorting
Barrier atau penghalang .
APD yang sesuai.
79
sehingga cukup dibersihkan dengan sabun dan air.
Sedangkan beberapa ruangan seperti toilet/WC,
pembuangan darah atau duh tubuh lain, tergolong risiko
tinggi memerlukan disinfektan seperti klorin 0.5% atau fenol
1% yang ditambahkan pada larutan pembersih (SEARO
1988). Penggunaan disinfektan selain sabun dan air
dianjurkan pula di ruangan-ruangan seperti ruangan operasi,
kamar pulih, dan ruang perawatan intensif.
80
Kritis Alat yg Sterilisasi Sterilisasi harus -Alat yang
masuk,penetrasi steam,sterad dijaga : digunakan
dalam jaringan atau DDT -bungkusan untuk tindakan
steril,rongga,alira alat harus invasif.
n darah kering. -endoskopidan
-kemasan assesoris yang
tidak robek dipakai dlm
-Bungkusan tindakan
harus dibuat invasif:
dengan - alat ERCP
menghambat -Laparoskopi
bioefektif - Broncoskopi
selama - instrument
penyimpanan bedah/operasi
.
.simpan alat
steril pada
area steril
guna
melindungi
dari
kontaminasi
lingkungan.
-Alat steril
yang tidak
dibungkus
harus segera
dipakai
81
Semi Alat yang kontak Sterilsasi Simpan pada Alat yang
kritis dengan selaput steam/termal daerah bersih berhubungan
lendir atau dengan dan kering dengan
cairan guna respiratori :
desinfektan melindungi -LM laringeal
chlorine 0,5 % dari mask.
kontaminasi -Vaginal
lingkungan speculum.
-endotrakeal
non kinkin.
-probe invasif
ultrasonic
(trans vaginal
probe).
-Fleksible
endocopes:
*colonoscope
*sigmoideskop
e
- Breast pump
Non Alat yang kontak Bersihkan alat Simpan -alatnon invasif
kritis dengan kulit dengan dalam equipment:
menggunaka keadaan * Bedpan dan
n detergent bersih urinal.
dan air .jika ditempat * Manset
menggunaka yang kering tekanan
n desinfektan darah.
gunakan * bed
yang * Termometer.
82
compatibel * Tourniket
* Tensi meter
* Pot obat
pasien.
* kontainer
darah
83
langsung dibuang.
6. Bila alat rusak
sebelum waktunya
segera dibuang
Endotracea 40x 7. Catat jumlah re-
tube non Steam use pada kartu
kinkin pemeliharaan .
8. Setelah 40x alat
langsung dibuang.
9. Bila alat rusak
sebelum waktunya
segera dibuang
Respiratory 30x 10. Catat jumlah re-
valve Steam use pada kartu
pemeliharaan .
11. Setelah 30x alat
langsung dibuang.
12. Bila alat rusak
sebelum waktunya
segera dibuang
Beast
pump
84
a. Fisik peralatan setelah proses sterilisasi ulang peralatan tidak
berubah keutuhan, fungsional, baik perubahan fisik, kimia
biologis.
b. Proses pembersihannya mampu menjamin membersihkan
semua jenis kotoran biologis dari setiap pemakaian yang
sebelumnya dan peralatan bebas dari zat Pyrogenis, Tes
Pyrogenisitas dari pabrik
c. Bahan yang digunakan tidak menimbulkan zat toksik akibat
reaksi kimia dengan pelarut atau zat pembersih
d. Produsen alat yang bersangkutan menerapkan siklus-siklus
peralatan bersertifikat yang merupakan cara-cara yang telah
ditentukan dan diabsahkan untuk pemastian kesterilan, uji-uji
untuk keutuhan kemasan, pemeriksaan dan pengendalian
prosedur dengan pencatatan pemakaian alat tersebut
2. Semua permohonan untuk memakai kembali peralatan
disposible/Re-use atau sekali pakai saja harus tercatat, diketahui
dan disetujui oleh PPI(ICN) RSPB untuk memungkinkan
pengembangan protokol langkah demi langkah untuk proses ulang
3. Tidak ada peraturan dan undang-undangf untuk indonesia dan
prosedur untuk menangani alat-alat yang sudak kadaluarsa, hal ini
akan dikonsultasikan ke HICMR sesuai dengan kondisi
X. Pengelolaan linen
85
prinsip dan langkah-langkah utamanya tercantum dalam
Staf yang ditugasi untuk mengumpulkan, membawa dan
memilih linen kotor harus sangat berhati-hati. Mereka harus
memakai pakaian tebal atau sarung tangan rumah tangga
untuk mengurangi risiko perlukaan oleh jarum atau benda
tajam, termasuk pecahan gelas . Staf yang bertanggung
jawab terhadap pencucian barang kotor harus memakai
sarung tangan utiliti, alat pelindung mata, dan apron plastik
atau karet.
1. KONSTRUKSI BANGUNAN
2. UDARA
3. AIR
4. PEMBERSIHAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT
86
5. PEMBERSIHAN LINGKUNGAN DI R.GIZI
6. PEMBERSIHAN DI RUANG LAUNDRY
1.Pengertian
Cara melakukan perubahan bentuk, penambahan ruangan
pada lokasi tertentu yang meliputi design interior, eksterior, civil
dan medical.
87
mencakup dinding, meliputi penghapusan lantai / wallpaper,
ubin dan casework langit-langit, konstruksi dindingbaru,
ductwork kecil atau pekerjaan listrik di atas langit- langit,
kegiatan pemasangan kabel utama.
d. Tipe d penghancuran besar dan proyek konstruksi
Termasuk, tetapi tidak terbatas pada, penghancuran berat,
penghapusan sistem plafon yang lengkap, dan konstruksi
baru.
2. Tujuan.
Menurunkan terjadinya kontaminasi infeksi yang diakibatkan
pembangunan dan renovasi bangunan.
3. Kebijakan
a. Identifikasi kelompok resiko renovasi bangunan.
88
un emulangan Farmasi pompa
Laboratorium jantung
tidak spesifik Semua
seperti Grup Intensive
3Koridor Care Unit
Umum (yang (kecuali
dilewati yang tertulis
pasien, suplai, di Grup 4)
dan linen)
89
- Usap casework dan permukaan horizontal saat proyek
selesai.
Kelas III Isolasi sistem HVAC di wilayah di mana pekerjaan
tengah dilakukan untuk mencegah kontaminasi
dari sistem saluran.
Lengkapi semua barriers pembangunan sebelum
konstruksi dimulai.
Jaga tekanan udara negatif dalam tempat kerja
menggunakan unit ventilasi saringan HEPA atau
metode lain untuk mempertahankan tekanan
negatif. Keselamatan umum akan memonitor
tekanan udara
Jangan menghilangkan barriers dari area kerja
sampai proyek lengkap dibersihkan.
Pel basah atau vakum dua kali per 8 jam periode
kegiatan konstruksi atau sesuai yang diperlukan
dalam rangka untuk meminimalkan jejak.
Singkirkan bahan penghalang dengan hati-hati
untuk meminimalkan penyebaran kotoran dan
puing-puing yang terkait dengan konstruksi. Bahan
barrier harus diusap basa, Vakum dengan
menggunakan HEPA atau berikan kabut air agar
lembab sebelum disingkirkan.
Tempatkan limbah konstruksi dalam wadah tertutup
rapat sebelum ditransportasi.
Tempatkan keset kaki di pintu masuk dan keluar
dari area kerja dan diganti atau dibersihkan saat
tidak ada lagi aktifitas kerja
Usap casework dan permukaan horizontal saat
90
proyek telah selesai.
Kelas IV - Isolasi sistem HVAC di wilayah di mana pekerjaan
tengah dilakukan untuk mencegah kontaminasi system
saluran.
- Lengkapi semua barriers pembangunan sebelum
konstruksi dimulai.
- Jaga tekanan udara negatif dalam tempat kerja
menggunakan unit ventilasi saringan HEPA atau metode
lain untuk mempertahankan tekanan negatif.
Keselamatan umum akan memonitor tekanan udara
- Beri segel pada luban, pipa, saluran dan tusukan untuk
mencegah migrasi debu.
- Bangun anteroom dan mengharuskan semua personil
melewati ruangan. Pel basah atau vakum HEPA
anteroom tiap hari.
- Selama pembongkaran, kerja yang menghasilkan debu
atau bekerja di langit-langit, sepatu sekali pakai dan
baju harus dipakai dan dibuang di anteroom ketika
meninggalkan area kerja.
- Jangan menghilangkan barriers dari area kerja hingga
selesai proyek dibersihkan
- Singkirkan bahan penghalang hati-hati untuk
meminimalkan penyebaran kotoran dan puing-puing
yang terkait dengan konstruksi.
XII. Antibiogram
91
Dengan pemeriksaan kultur akan didapatkan hasil resistensi
kuman terhadap antibiotika yang digunakan untuk
menentukan pola kuman rumah sakit
92
7. Rencanakan pertugas diperbolehkan masuk sesuai pengukuran
resiko bila terkena infeksi.
8. upayakan support psikososial.
B. Tujuan:
C. Evaluasi
93
2. Status imunisasi .
3. Riwayat kesehtan yang lalu.
4. Terapi saat ini.
5. Pemeriksaan fisik.
6. Pemerisaan lab dan radiologi.
7. Edukasi :
SPO PPI
Kewaspdaan isolasi
Kewaspadaan transmisi
8. Pelaporan yang meliputi :
Informasi resiko ekspos.
Alur mangemen dan tindak lanjut.
Penyimpanan data
Pajanan dan tindakan :
1. Virus H5N1
2. Virus HIV.
3. Virus Hepatitis B.
94
D. Berikut tata laksana penyakit menular dan pencegahannya :
95
gorden, tempat
mandi luka
terbuka
Adenovir 6-9 hari Sekret Droplet, Konserfatif
us type 1- saluran kontak
7 nafas
Aspergilo Infeksi jar Inhalasi stadium Kontak
sis luas dengan airbone, conidia dan
cairan airbone
berlebihan
candidias Standar,
is kontak
Chlamidi Standar,
aC kontak,
trachom termasu
atis k
seksual
Congenit Sampai Kontak dengan Standar, Restriksi 7 hari
al rubella umur 1 bahan nasofaring kontak
tahun dan urin
Conjungti 5- 12 14 hari stl Kontak dengan Kontak Sampai mata Pengobatan
vitis hari onset tangan, alat standar tidak kluar
*adenovir terkontaminasi kotoran
us type 8
Campak 5-21 hari 3-4 hr stl Droplet yang Transmisi Restriksi 7 hari Pengobatan
bercak besar (kontak udara setelah simtomatik
timbul mel dekat) & udara bercak
nasofaring merah timbul
(yg imun) 5hr
96
stl ekspos- 21
hr stl ekspos
Campilo Standar
bacter
Closrtidiu kontak
m difficile
Cytomeg Tidak Tahan di Kontak dg sekresi Standar Tidak perlu
alo virus diketah lingkungan &eksresi : saliva hand
ui dlm wkt dan urin hygiene
pendek
Difteria Sekresi dr mulut Droplet, Sampai Pengobatan
mengandung c kontak terapi simtomatik dan
difteriae antibiotika virus.
telah Minum
lengkap dan eritromicin 3x 1
sampai 2 tb sampai 7 hari
kultur
berjarak 24
jam
dinyatakan
negatif, perlu
imunisasi tiap
10 tahun
Gastroen Kontak px, Standar Tidak
teritis konsumsi atau mengolah
*salmonel makanan/ air kontak makanan sp
la terkontaminasi 2x jarak
*shingella 24jam kultur
*yenteroc feses negatif
97
olitica
Glardia Feses Kontak
lambilia
Hepatitis 15- 50 2 minggu, Fekal oral melalui Standar Libur di area Vaksinasi
A hari kadang2 sp feses perawatan/ hepatitis a
6 bulan pengolahan
(prematur) makanan,i
minggu
setelah sakit
kuning
imunisasi
paksa ekspos
Hepatitis B:6- Akut atau Perkutaneus Standar Tidak perlu -segera periksa
B,D 24mgg kronik dg mukosa, kulit yg dibatasi smp HbsAg atau
D: 3-7 HbsAg tdk utuh kontak HbeAg HbeAg,tidak
mgg positif dgn darah, negatif. perlu divaksin
semen, cairan bila petugas
vagina, cairan telah
tubuh yg lain mengandung
Anti HBs ≥ 10
mliu/ml
Hepatitis Perkutaneus Standar Restriksi
C,F,G mukosa kulit yg sampai
tdk utuh kontak kondisi
gdn darah, membaik
semen, cairan / sampai
vagina, cairan HceAg
tubuh yg lain negatif
98
Herpes 2-14 hr Asiptomatik Kontak dgn Standar, Retriksi tidak
simplex dpt ludah karier kontak perlu, tp
mengeluark mengandung tangan dibatasi
an virus virus langsung/ kontak dgn
lwt sekresi luka px
aberasi/ cairan
vesikel
HIV Perkutaneus Standar Kurang dari 4
mukosa, kulit yg jam paska
tdk utuh kontak pajanan
dgn darah,
semen, cairan -diberikan
vagina, cairan arv,azt dan 3 tc.
yubuh yg lain -dilakukan
pemeriksaan
HIVserologi dan
menitor setelah
3 bln,9bln,11 bln
Helicoba Standar
cter pylori
MDRO Kontak luka Kontak
(MRSA,
VRE,
VISA,
ESBL, Srep
pneumon
ia
Influensa 1-5hr Infeksius pd Airbone, kontak kontak Vaksinasi pd
3hr pertama langsung/ droplet petugas yg
99
sakit.Virus dgn sekresi rentan.
dpt saluran napas Amantadin
dikeluarkan untuk kontak
sblm gejala dgn influensa
timbul smp A
7hr stlh
dimulai
sakit, lebih
panjang pd
anak dan
orang
Hemophil Standar
us droplet
Influenza
e
Dewasa
Anak
100
feses n, air
N 2-10 hr Kontak dgn Trasmisi Libur spm -perlu profilaksis
meningitis sekret saluran mel 24jam stlh dgn Rif2x600 mg
napas droplet terapi paska selama 2 hari
ekspos. ,dan dosis
Rifampin2x60 tunggal
0mg, 2hr; cipro1x1,atau
ciprofloxacin ceftriaxone 250
1x500mg mg IM
atau
ceftriaxon250
mg IM
Parotitis, 16-18hr Community Kontak dengan Trasmisi Vaksinasi
Mumps (12- acquired, droplet atau droplet efektif, MMR
25hr) virus berada langsung dgn Restriksi sp 9hr
dlm saliva 6- sekret sal napas, stlh onset
7hr sbl yi saliva, hidung parotitis.
parotitis sp dan mulut Petugas
9hr stl onset renyan : 12hr
Px paska ekspos
immunokom pertama sp
promls 25 hr stlh
ekspos
terakhir
Parvoviru 6-10hr Menular Kontak dgn Transmisi Tidak perlu
s/B19 sblm bercak droplet besar, drolpet restriksi
merah sp muntahan
7hr stlh
onset
101
Pertusis 7-10 hr F catarrhal Kontak dgn Transmisi Vaksin
sangat sekresi sal napas, droplet direkomen
menular droplet besar sp 5 hr umur 11-64 th
kontak dekat meneri petugas dgn
ma pertusis:
antibioti restriksi fase
k catarrhal sp
mg 3 stl onst /
5 hr stlh tx
antibiotik
kontak saja
tidak perlu
retriksi
Pollomyel Nonpar Sal napas Kontak cairan sal Transmisi Imunisasi
itis alitik: 3- 1mgg stlh napas, benda kontak direkomenda
6hr; gejala terkontaminasi sikan
paralitik muncul, dlm fese
7-12hr feses bbrp
mgg-bulan
stlh gejala
muncul
Rubella 12-23hr, Sangat Kontak dgn Transmisi 5hr stlh bintik
bintik menular droplet droplet keluar :
merah saat bintik nasofaring px dan petugas
timbul merah kontak rentan 7hr stl
14-16hr keluar, virus dgn ekspos
stlh lepas 1mgg cairan pertama sp
ekspos sblm smp sal 21hr stl
5-7hr stl napas ekspos
102
onset, terakhir
congenital
rubella bisa
melepas
virus
berbulan-
bertahun2
RSV 2-8hr Orang sakit Tangan Transmisi Batasi kontak
(infeksi (terserin dapat terkontaminasi kontak dgn pasien
virus g mengeluark saat merawat erat dhn rawat dan
respiratori 4-6hr) an virus pasien atau droplrt lingkungan
k) selama 3- menyentuh atau bila ada KLB
8hr. Tp pd benda mati, aerosol RSV Restriksi
bisa anak 3- transmisi RSV bila partikel sampai
4mgg menyentuh mata kecil gejala akut
atau hidung hilang
MRSA Kontak Strandar Retriksi
dengan transmisi perawatan
petugas, kontak, pasien dan
mungkn dapat pengolahan
karier nares airbone makanan
anterior, bila petugas
tangan, dengan lesi
axilla, kulit basah
perineum, tidak perlu
nasofaring, retriksi bila
orofaring kolonisasi
Streptoco Kontak sisi Kulit, faring Standar Retriksi
cA terinfeksi & rektum, vagina berdasa perawatan
103
mensekresi r pasien &
transmisi pengolahan
makanan sp
24 jam stl
mendapat
antibiotik
Tidak perlu
retriksi
petugas dg
kolonisasi
Salmonell Orang- orang
a, lewat fekal oral
Shingella air/ makanan
terkontaminasi
Sypilis Kontak langsung Kontak
dg lesi primer
atau sekunder
sypilis
Tuberkolo Sp 1 bl Inhalasi droplet Airbone, Sampai -petugas yg
sis minum OAT nuklei kontak terbukti non terexpose perlu
(mengel infeksius tes mantoux
uarkan bila
c tubuh indurasinya> 10
infeksius mm perlu
) profilaksis INH
sesuai
rekomendasi
lokal
Varicella Sp lesi Airbone, 8 hari pasca Vaksinasi
104
kering & kontak, kontak sp 21 varicella
berkusta standar hari paska
kontak, beri
imuno
globulin IV
paska
kontak,
imunisasi
petugas
paska
pajanan
dalam 4 hari
Vibrio Kontak feces
kolera
105
(person pasien pajanan
yang rawat pertama sp
rentan) hari ke 21
atau hr 28
bila di beri
lagi atau
sampailesi
kering dan
mengelupas
A. Tindakan pertama pada pasca pajanan bahan kimia atau cairan tubuh.
B. Tata laksana bila petugas terpajan sumber infeksius Hepatitis B dari jarum
bekas
Orang yang Sumber HbsAg (+) Sumber HbsAg (-) Sumber tidak diketahui
terkena
Tidak divaccin HIBG 1x dan Beri vaksinHB Bila sumber merupakan
diberikan vaksin HB resiko tinggi,dapat
diperlakukan sebagai
sumber HBsAg
Pernah diberi vaksin Tes untuk HBs: Tidak ada Tidak ada pengobatan
tapi tidak diketahui 1.jika titernya pengobatan
106
serokonversinya cukup tidak perlu
perlu terapi.
2.jika tidak cukup
titernya beri
boosster HB dalam
waktu 7 hari.
Diketahui non HBIG 1x(dalam Tidak ada Jika sumbermerupakan
serokonversinya waktu 72 jam)+ 1x pengobatan resiko tinggi dapat
dosis vaksin diperlakukan sebagai
HB(dalam waktu 7 sumber HbsAg (+)
hari)
Tidak diketahui Tes untuk HBs : Tidak ada Tes untuk anti HBs :
serokonversinya 1.jika (-) obat pengobatan 1.jika (-) ,obati seperti
seperti non non serokonversi.
serokonversi. 2.jika titer tidak cukup
2.jika titer tidak booster vaksin HB.
cukup HBIG 1x + 3.jika tter cukup tidak
booster vaksin HB perlu diobati.
dan ulangi
pemeriksaan
setelah 4 minggu.
3.Jika titer
cukup,tidak perlu
diobati
-HBIG (Human B imunoglobulin)dosis untuk dewasa 400 unit.
-Titer (antibodi) yang sudah cukup berada pada level 10 mIU/ml
107
Orang yang Sumber positif HIV Sumber Sumber tidak diketahui
terkena negatif HIV
HIV(-) Rujuk ke dokter Tidak ada Konsultasi dengan spesilais
internis aagar pengobatan mikrobiologi /internist mungkin
mendapatkan diobati seperti pasien HIV
nasehat. (+),jika resiko tinggi.
Setelah kejadian
diketahui dari
pasien HIV (+) staf
harus dirujuk
kefasilitas post
exposur
propilaksis(PEP)
dalam waktu 2
jam setelah
pajanan.
Tes ulang saat itu 6
minggu,3,6dan 12
bulan .
Saran :
Lakukan
pencegahan
penularan .
Tunda proses
kehamilan selama
3 bulan.
108
Jangan
memberikan
donor darah .
Suntikan
zidovudine
selama 4 minggu
(250 mg 3x/hari)
atau 150 mg
2x/hari(untuk
tablet)
Tidak perlu
pemberian
pengobatan
propilaksis
HIV (+) Tidak perlu
diobati
109
untuk melakukan diobati dokter internist jika perlu.
pemeriksaan
0,3,6,12 bln
pemeriksaan HVC
dengan PCR dan
diperiksa LVT untuk
mengetahui status
infeksinya
Sarankan untuk
meminalkan
penularan
Tidak ada
chemopropilaksis
tersdia ,rujuk pada
dokter penyakit
menular
110
Resiko
tinggi
Kulit utuh Tidak perlu PPP Tidak perlu Tidak perlu -
PPP PPP
Mukosa/kulit Pertimbangkan Berikan Berikan AZT 300mg/12
tidak utuh rejimen 2 obat rejimen 2 rejimen 2 jam x 28
obat obat hari,3TC 150
mg/12 jam 28
hari
- Tusukan Berikan rejimen Berikan Berikan AZT 300mg/12
benda tajam 2 obat. rejimen 2 rejimen 3 jam x 28
solid obat. obat hari,3TC 150
mg/12 jam 28
Berikan rejimen hari,Lop/r
- Tusukan 2 obat Berikan Berikan 400/100mg/12
benda tajam rejimen 3 rejimen 3 jam x28 hari.
berongga obat obat
111
BAB II
STANDART KETENAGAAN
A. Kualifikasi Ketenagaan.
112
B. Uraian Tugas :
B.1. Direktur.
113
- Ahli atau dokter yang berminat dalam PPI
B.2 IPCN
B.2.1Kriteria IPCN :
114
B.2.2 Uraian tugas :
115
Melakukan investigasi menetapkan dan melaksanakan infeksi bila ada
KLB.
Menyusun dan mentapkan serta mengevaluasi kebijakan PPI.
Melaksanakan sosialisasi kebijakan PPIRS agar kebijakan dapat
dipahami dan dilaksanakan oleh petugas kesehatan rumah sakit.
Membuat SPO PPI
Menyusun program PPI dan mengevaluasi pelaksanaan program
tersebut.
B.4 . IPCLN
116
Memberi usulan untuk mengembangkan dan meningkatkan cara
PPI.
Memberi konsultasi pada petugas kesehatan rumah sakit .
117
Memantau proses pembakaran incenerator.
Menyiapkan bahan2 hasil pemeriksaan laboratorium
C. Distribusi Tenaga.
118
BAB III
STANDART FASILITAS
2. Standart Fasilitas.
No Fasilitas Jumlah
A Fisik /bangunan
Gedung perkantoran lantai 3 1
B Peralatan
Meja 1
Kursi 3
Komputer 1
Line internet 1
Almari kaca 1
119
Peralatan tulis 2
Buku perpustakaan PPI 10
B. Fasilitas pelayanan .
120
BAB IV
121
- Status medis
- Form survei harian PPI
- Form survei bulanan PPI
- Form PPI
c. Tata laksana pelayanan
- ICN mengumpulkan IPCLN untuk diberikan pengarahan
suveilens
- ICN membagikan form survei harian ,bulanan dan form SPO
- IPCLN melakukan monitoring survei harian sesuai ruangan.
- ICN melakukan konfirmasi bila terjadi infeksi saat survei ,dan
divalidasi oleh dokter penaggungjawab pasien.
- ICN merekap hasil survei harian yang dilakukan oleh IPCLN.
- ICN melaporkan hasil survei kepada Komite PPI.
- Komite PPI melaporkan hasil surveilens kepada Direktur
tembusan ke QMR
- Dan dilaporkan kepada DKK setempat
2. Tata laksana pengambilan swab dan kultur.
a. Penanggungjawab.
- ICN
- Petugas Laborat.
- Petugas yang dilakukan survei (swab tanga petugas)
- Petugas IPSRS
b. Perangkat kerja
- Status medis
- Form permintaan swab
- Ruangan perawatan
- AC
- Pasien
c. Tata laksana pelayanan
122
- ICN mengajukan pemeriksaan swab dan kultur pada dokter
penanggung jawab pasien, kemudian mengajukan
permohonan pemeriksaan kepada petugas laborat.
- ICN dan IPCLN mempersiapkan pasien atau petugas yang
akan dilakukan swab / kultur.
- Mendampingi petugas laborat dalam melaksanakan swab
atau kultur.
- Jika hasil sudah jadi maka mereka melaporkan kepada komite
PPI.
3. Tatalaksana monitoring kebersihan lingkungan
a. Penanggung jawab
- ICN, IPCLN
- Petugas kebersihan (SSC)
b. Perangkat kerja
- Buku pedoman pembersihan
- Daftar bahan-bahan desinfeksi
c. Tatalaksana pembersihan
- ICN dan SSC melakukan pertemuan rutin, membahas dan
evaluasi kinerja staf SSC
- Memberikan evaluasi bahan desinfeksi yang relevan dan
ramah lingkungan
- Memberikan pengarahan cara pembersihan tumpahan darah
atau cairan tubuh
- Memberikan pengarahan cara pembersihan lantai, dinding
dan ruangan
- Memberikan pengarahan pembersihan tumpahan darah atau
cairan tubuh pasien.
- Memberikan pengarahan penggunaan APD
4. Tatalaksana Pelayanan CSSD
123
a. Penanggung jawab
- ICN, petugas ruangan
- Petugas CSSD
- Administrasi CSSD
- Petugas OK
b. Perangkat kerja
- Kalibrasi autoclave
- Buku expedisi sterilisasi ruangan dan CSSD
- Kertas indikator bouwie dict tes
- Indikator mekanik
- Kertas indikator kimia `
- Tabung mikro biologi
c. Tatalaksana pelayanan CSSD
- Petugas ruangan yang akan mensterilkan alat mengisi dibuku
expedisi diruangan yang bersangkutan dan buku expedisi di
OK
- Petugas CSSD memberikan identifikasi peralatan atau
instrumen sesuai ruangan yang mensterilkan
- Sebelum melakukan proses sterillisasi petugas CSSD melalukan
bouwie dict tes pada mesin autoclav terlebih dahulu (untuk
mengetahui kesiapan mesin autoclave .
- Jika hasil bouwdict tes baik petugas CSSD memberikan
indikator kimia pada setiap peralatan yang akan disterilkan
- Petugas CSSD melakukan penyetirilan sesuai SPO
- Setelah selesai proses sterilisasi lihat indikator kimia, jika hasil baik
lakukan penyimpanan peralatan yang sudah steril dialmari
- Petugas ruangan yang akan mengambil sterilisasi dicocokan
dengan buku expedisi ruangan dan CSSD
124
- Setiap minggu petugas CSSD melakukan uji mikro biologi
terhadap hasil sterilisasi
5. Tatalaksana Linen
a. Penanggung jawab
- Petugas linen
- Petugas ruangan
b. Perangkat kerja
- Linen
- Buku penyerahan linen kotor
- Buku penyerahan linen bersih
c. Tatalaksana linen
- Petugas ruangan mengantarkan linen kotor setiap pagi
- Petugas linen mencocokan linen kotor yang diantarkan
petugas ruangan ditulis pada buku penyerahan linen kotor
- Petugas linen mengidentifikasi linen infeksius dan non infeksius
- Untuk linen infeksius dilakukan dekontaminasi dengan cairan
clorin 0,5% dan deterjen selama 10 menit
- Kemudian lakukan pencucian sesuai SPO
- Untuk linen non infeksius dilakukan pencucian sesuai.
- Penyediaan linen 2 x shift untuk menjaga ketersediaan linen
- Menyediakan kebutuhan linen seluruh Rumah Sakit.
- Swab linen bersih
6. Tatalaksana formularium antibiogram
a. Penanggung jawab
- Komite PPI
- Komite farmasi
- SMF
125
- Petugas laborat
b. Perangkat kerja
- Pasien yang akan dilakukan kultur
- Form surveilens PPI
c. Tata laksana
- Surveilens PPI untuk pengambilan kultur dilakukan Tiap 6 bulan .
- ICN mengajukan pemeriksaan sesuai kebijakan surveilen yang
diindikasikan untuk dilakukan pemeriksaan kultur kepada dokter
penaggung jawab
- Medis memberikan advist untuk dilakukan pemeriksaan kultur
pasien.
- Petugas laborat melakukan pengambilan sample dan proses
selanjutnya sesuai SPO kultur
- Bila hasil telah jadi,petugas petugas laborat memberikan hasil
kepada ruangan yang mempunyai pasien(dokter penanggung
jawab ) dan kpian kepada ICN
- ICN merekap dan menganalisa hasil kultur masing – masing
kegiatan.
- Hasil dibahas dikomite PPI dan selanjutnya diteruskan kepada
direktur dan SMF
a. Penanggung jawab
- Komite PPI
- HRD
b. Perangkat kerja
- Buku /data pemeriksaan kesehatan yang ada di HRD
- Data kesehatan karyawan.
c. Tata laksana
126
- HRD mengeluarkan pemberitahuan pemeriksaan kesehatan
setiap hari ulang tahun.
- Komite PPI mengidentifikasi unit yang harus dilakukan
pemeriksaan kesehatan
Ruang kohort airborne : petugas dilakukan pemeriksaan TB
setiap 3 bulan sekali
Ruang iko dan icu : petugas dilakukan pemeriskasaan
TB,Hepatitis B setiap tahun
Sekali.
Unit Gisi : pemeriksaan tipoid tiap 1 tahun sekali
- Karyawan melakukan pemeriksaan kesehatan yang sesuai
ketentuan.
- Hasil diidentifikasi
- Bersama HRD melakukan analisa dan pencatatan kesehatan.
- Komite PPI dan HRD melaporkan hasil pemeriksaan kesehatan
karyawan kepada direktur dan SMF.
7. Pelayanan renovasi bangunan
a. Penanggung jawab
- Ketua komite PPI
- IPSRS
b. Perangkat kerja
- Papan pemberitahuan sedang dilakukan renovasi bangunan
- Pemeriksaan swab lantai
- Analisa dampak lingkungan (kebisingan dan debu)
- Papan/ alat penghalang renovasi.
c. Tata laksana
- Tim pembangunan memberitahukan kepada PPI dan IPSRS
bahwa akan dilakukan renovasi bangunan.
- Bersama mengidentifikasi dampak :
127
kebisingan,debu.
Lokasi resiko ( rendah,sedang,tinggi)
renovasi
- Melakukan isolasi kegiatan dengan memasang papan
pemberitahuan renovasi,alat penghalang disekeliling area
renovasi
- Edukasi kepada staf yang melewati area pembangunan agar
dimengerti.
- Setelah selesai pembangunan bagunan dibiarkan selama 1
bulan untuk mengetes kesiapan bangunan ,selama didiamkan
dilakukan tes swab lantai dan didinding ruangan,jika hasil baik
setelah periode 1 bulan ruangan boleh digunakan
Selesai renovasi
Diamkan selama
1 bln dan uji swab
128
Hasil baik Hasil tak baik
Ruangan siap
digunakan Desinfeksi dinding
dan lantai dengan
larutan chlorine 0,5 %
129
- Komite PPI mengajukan pembuatan ruangan kohort kepada
direktur.
- Setelah ada disposisi kepada TIM pembangunan (IPSRS)
- Dilakukan pembuatan ruangan kohort yang bertekanan
negatif
- Syarat dan denah terlampir
BAB V
LOGISTIK
130
Tata cara logistik PPIRS
1. Perencanaan barang.
a. Barang rutine :
- Kertas HVS,tinta printer,bolpoint,form survei harian,form survei
bulanan,form SPO surveilens,buku tulis.
- Bahan desinfeksi
b. Barang tidak rutine :
- Proposal pemeriksaan kultur dan swab
- Pengadaan leaflet dan banner kebersihan tangan,etika
batuk,pencegahan dan pengendalian infeksi tanggung jawab
bersama.
2. Permintaan barang.
a. Barang rutine disampaikan pada bagian logistik rutine rumah sakit.
b. Barang tidak rutine disampaikan terlebih dahulu pada direktur
untuk dimintakan persetujuan.
3. Penditribusian
131
BAB VI
KESELAMATAN KERJA
132
c. Penyehatan air
d. Pengelolaan limbah
e. Pengelolaan tempat pencucian
f. Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu
g. Disinfeksi dan sterilisasi
h. Kawasan Tanpa Rokok
E. Sanitasi rumah sakit Melakukan monitoring terhadap kegiatan ;
a. Penatalaksanaan Ergonomi
b. Pencahayaan
c. Pengawaan dan pengaturan udara
d. Suhu dan kelembaban
e. Penyehatan hygiene dan sanitasi makanan dan minuman
f. Penyehatan air
g. Penyehatan tempat pencucian
F. Sertifikasi/kalibrasi sarana, prasarana dan peralatan Melakukan
pemantauan terhadap ;
a. Program pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis dan
nonmedis
b. Sertifikasi dan kalibrasi peralatan medis dan nonmedis
G. Pengelolaan limbah padat, cair dan gas
a. Limbah padat yang meliputi
i. Limbah medis/klinis
ii. Limbah domestik/sampah non medis
iii. Limbah infeksius
b. Limbah cair
c. Limbah gas
133
- Sosialisasi sistem tanggap darurat bencana.
- Pelatihan penanggulangan bencana.
- Simulasi penanggulangan bencana
- Pelatihan penggunaan APD
- Pelatihan surveilens
- Pelatihan desinfeksi dan dekontaminasi
- Pelatihan pemadaman api dengan APAR.
- Pelatihan bagi regu pemadam
- Pelatihan ( training of trainer )spseialis penanggulangan
kebakaran
- Sosialisasi dan pelatihan penanggulangan kontaminasi B3.
- Simulasi penanggulangan bencana dan evakuasi terpadu.
b. Mengikut sertakan pelatihan K3 yang dilakukan oleh Perusahaan
Jasa atau Intansi lain bagi personil K3.
c. Upaya promotif dan edukasi
Hand higiene menjadi kebutuhan dan budaya disemua unit
pelayanan.
Kedisiplinan Penggunaan APD sesuai dengan peruntukannya
Surveilens
- ILI
- ILO
- ISK
- VAP
- HAP
- Kepatuhan kebersihan tangan.
Upaya promotif PPI :
- Pemasangan anjuran kebersihan tangan disetiap ruangan
publik atau wastafel
- Pemasangan cara menggunakan dan melepas APD,
134
- Pemasangan promotif kepatuhan membuang sampah sesuai
jenisnya .
- Sosialisasi PPI pada karyawan baru dan mahasiswa praktek
- Pemasangan gambar etika batuk
Peningkatan pelayanan Pusat sterilisasi .
- Upaya pemusatan sterilisasi rumah sakit hanya di CSSD
- Penyediaan 3 indikator mutu sterilisasi
Pembuatan ruang kohort :
- Kohort kontak infeksi
- Kohort droplet infeksi
- Kohort air borne infeksi
- Kohort imunosupresif
Peningkatan kewaspadaan standart disemua unit pelayanan.
135
BAB VII
KESELAMATAN PASIEN
136
2.2.1 Saat pergantian shift jaga.
2.2.2 Saat terjadi perpindahan rawat pasien.
2.2.3 Saat terjadi perubahan situasi atau kondisi pasien.
2.2.4 Saat melaporkan hasil pemeriksaan,efek samping
terapi/tindakan atau pemburukan kondisi pasien melalui
telepon kepada dokter yang merawat.
137
6.2 Melaporkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang terjadi .
6.3 Melakukan analisa sederhana terhadap kejadian KTD yang
terjadi di masing-masing unit pelayanan.
6.4 Melakukan sosialisasi hasil analisa KTD yang terjadi.
138
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
- Rahasia
139
- Independen
- Tepat waktu
140
melaporkan kejadian tersebut kepada direksi RS Panti Rahayu dan
Yayasan(kantor YAKKUM).
b. Bila insiden keselamatan pasien yang terjadi mempunyai tingkat
risiko kuning (tinggi) maka komite keselamatan pasien segera
melaporkan kejadian tersebut kepada Direksi RS Panti Rahayu.
c. Komite keselamatan pasien RS Panti Rahayu melakukan
rekapitulasi laporan insiden keselamatan pasien dan analisisnya
setiap tiga bulan kepada direksi RS Panti Rahayu
141
bulan indicator dianalisis dan di feed back kan kepada unit terkait.
f. Jumlah indicator keselamatan pasien perlu ditinjau ulang setiap 3
tahun sekali
142
menentukan faktor kontribusi dan akar masalah.
g. Hasil temuan dari RCA ditindaklanjuti, direalisasi dan dievaluasi agar
kejadian yang sama tidak terulang kembali
STANDAR DAN INDIKATOR MUTU KINERJA KLINIK
1. Standar Mutu Klinik: RSPR harus mampu memberikan pelayanan
yang terbukti aman bagi semua orang yang berada didalamnya
baik pasien maupun karyawan dari segala bentuk kejadian yang
dapat timbul karena proses pelayanan.
2. Indikator Mutu Klinik:
1). Indikator Non Bedah
a). Angka dekubitus
b). Angka kejadian infeksi jarum infus
c). Angka kejadian infeksi karena transfusi darah.
d). Target surveilens angka kejadian infeksi <1,5%
e). Tersedianya Bahan- bahan desinfeksi yang sesuai
rekomendasi dan aman bagi lingkungan.
f). Dilakukannya kegiatan pemantauan
g). Hasil swab : tangan,dinding dan lantai,AC
yang memenuhi standart (SPM)
h). Hasil kultur : Pus,darah dan ujung kateter
2) Unit CSSD :
a). - indikator bouwie dict tes,kimia dan mikrobiologi
dilaksanakan dan hasilnya baik
b). - maintence autoclave .
c). Kalibrasi Autoclave external baik
d). Indikator mekanik,kimia,biologi
3) Upaya kesehatan :
143
a). Kebersihan tangan menjadi isu dan tindakan yang menjadi
kebutuhan petugas.
b). Terlaksananya pemasangan leaflet kebersihan tangan
disetiap ruangan ,wastafel dan ruangan publik.
c). Edukasi PPI pada calon karyawan .
d). Edukasi PPI pada karyawan .
e). Edukasi pada mahasiswa praktek
f). Hasil survei menjadi informasi disetiap unit pelayanan
melalui sistem informasi rumah sakit
g). Pemeriksaan kesehatan karyawan secara berkala
h). Terlaksananya ruangan kohort dimarkisa 1 atau durian .
i). Tersediannya APD yang diperlukan
j). Terlaksananya survei complience kebersihan tangan tangan
pada perawat senior
k). Penyehatan lingkungan
l). Ruangan dan lingkungan yang bersih
m). Sampah dibuang sesuai jenisnya
n). Incenerator berfungsi dengan baik (semua sampah yang
dibakar menjadi abu)
o). Terlaksananya formularium antibiotika.
3. Indikator mutu lingkungan
1). Hasil uji baku mutu air dan limbah yang dihasilkan sesuai
dengan perundangan yang berlaku (UU Lingkungan, PP, PMK,
Perprop, Perda)
2). Ketersediaan instalasi pengolah limbah baik padat maupun
cair.
3). Ketersediaan pengolahan limbah infeksius
4). Pelaksanaan UKL dan UPL dari Rencana Pengelolaan
Lingkungan
144
Penurunan Angka Kuman di area pelayanan khusus
B. Formulasi dari indikator-indikator tersebut di atas adalah sebagai
berikut
145
BAB IX
PENUTUP
Direktur
146
Dr Sunarima MKes
147
148