Anda di halaman 1dari 148

PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN

PENGENDALIAN INFEKSI
RS SUMBER WARAS
TAHUN 2017/2018

1
DAFTAR ISI

Surat Keputusan Direktur Tentang PPI ……………………………… 3


BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………………... 6
A. Latar Belakang ………………………………………………….. 6
B. Tujuan…………………………………………………………….. 8
C. Ruang Lingkup …………………………………………………. 8
D. Batasan Operasional ………………………………………….. 9
E. Jenis Penyakit Menular ………………………………………. 12
1. AIDS …………………………………………………. 12
2. SARS ………………………………………………… 14
3. TBC ………………………………………………….. 17
4. MRSA ……………………………………………….. 19
F. Kegiatan PPIRS ……………………………………………. 22
1. Surveilens …………………………………………… 22
2. Kebersihan Tangan ………………………………... 41
3. APD …………………………………………………… 45
4. CSSD …………………………………………………. 52
5. Dekontaminasi ………………………………………. 61
6. Kwaspadaan standart dan berdasarkan transmisi 61
7. Management RISK PPI …………………………….. 63

2
8. Kohorting …………………………………………….. 66
9. Pengelolaan Kebersihan lingk …………………….. 71
10. Pengelolaan linen …………………………………. 75
11. Antibiogram …………………………………………. 79

12. Upaya kesehatan karyawan ………………………. 79


13. Pemeriksaan swab dan kultur …………………….. 70
BAB II STANDART KETENAGAAN ……………………………… 92
A. Kualifikasi Ketenagaan ……………………………………... 92
B. Uraian Tugas ……………………………………………………. 93
C. Distribusi Ketenagaan …………………………………………. 98
BAB III STANDART FASILITAS ………………………………………. 99
A. Fasilitas bagi Petugas ………………………………………. 99
B. Fasilitas bagi Pelayanan ……………………………… 107
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN ……………………………… 108
BAB V LOGISTIK ……………………………………………………….. 109
BAB VI KESELAMATAN KERJA ……………………………………… 112
BAB VII KESELAMATAN PASIEN ……………………………………. 113
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU …………………………………… 115
BAB IX PENUTUP ………………………………………………… 122
Lampiran – lampiran
Lamp 1. Gambar penanganan tumpahan darah
Lamp 2. Tabel desinfeksi
Lamp 3. Tabel cara membuat larutan clorin
Lamp 4. Tabel ASA score
Lamp 5. Tabel Daftar tilik penyakit menular
Lamp 6. Tabel daftar tilik penggunaan APD

3
SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT SUMBER WARAS

NOMOR:
Tentang
PEDOMAN PELAYANAN
PELAYANAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
RUMAH SAKIT SUMBER WARAS

DIREKTUR RUMAH SAKIT SUMBER WARAS


Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan
Rumah Sakit Sumber waras maka diperlukan
penyelenggaraan pelayanan yang bermutu tinggi dari
setiap gugus tugas/ unit pelayanan yang ada;
b. bahwa pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi
merupakan salah satu gugus tugas/ unit pelayanan di RS
Sumber Waras yang harus mendukung pelayanan rumah
sakit secara keseluruhan maka diperlukan penyelenggaraan
pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi yang
bermutu tinggi.
c. bahwa agar pelayanan pencegahan dan pengendalian
infeksi dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya Surat
Keputusan Direktur tentang Kebijakan pelayanan
pencegahan dan pengendalian infeksi RS Sumber Waras
sebagai landasan bagi penyelenggaraan pelayanan.
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

4
dalam a, b dan c, perlu ditetapkan dengan Surat Keputusan
Direktur Rumah Sakit Sumber Waras.
Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit.
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 27
Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan Dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
3. Surat keputusan Yayasan Kesehatan Sumber Waras Nomer :
01/YKSW/SK-P/III/2017 Tentang Penegasan Dan
Pengangkatan Angota Direktur Rumah Sakit Sumber Waras.

MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
Pertama : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT SUMBER WARAS Tentang
PEDOMAN PELAYANAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
INFEKSI RUMAH SAKIT SUMBER WARAS.
Kedua : Pedoman pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi RS
Sumber Waras sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Keputusan ini.
Ketiga : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan
pencegahan dan pengendalian infeksi dilaksanakan oleh
Direktur RS Sumber Waras
Keempat : Kepala pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi wajib
mensosialisasikan keputusan ini ke seluruh karyawan di
Pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi.
Kelima : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan
ini, akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

5
Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal :
Rumah Sakit Sumber Waras

Dr. med Jan Djukardi


Direktur Utama.

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit,
perlu dilakukan pengendalian infeksi, diantaranya adalah pengendalian

6
infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial masih banyak dijumpai di rumah
sakit dan biasanya merupakan indikator bagi pengukuran tentang
seberapa jauh rumah sakit tersebut telah berupaya mengendalikan
infeksi nosokomial.
Pengendalian infeksi nosokomial dipelopori oleh Nightingale,
Simmelweis, Lister dan Holmes melalui praktek-praktek hygiene dan
penggunaan antiseptik. Tantangan dalam pengendalian infeksi
nosokomial semakin kompleks dan sering disebut disiplin epidemiologi
rumah sakit.
Kerugian ekonomik akibat infeksi nosokomial dapat mencapai
jumlah yang besar, khususnya untuk biaya tambahan lama perawatan,
penggunaan antibiotika dan obat-obat lain serta peralatan medis dan
kerugian tak langsung yaitu waktu produktif berkurang, kebjiakan
penggunaan antibiotika, kebijakan penggunaan desinfektan serta
sentralisasi sterilisasi perlu dipatuhi dengan ketat.
Tekanan-tekanan dari perubahan pola penyakit infeksi nosokomial
dan pergeseran resiko ekonomik yang harus ditanggung rumah sakit
mengharuskan upaya yang sistematik dalam penggunaan infeksi
nosokomial, dengan adanya Komite Pengendalian Infeksi dan profesi
yang terlatih untuk dapat menjalankan program pengumpulan data,
pendidikan, konsultasi dan langkah-langkah pengendalian infeksi yang
terpadu. Keberhasilan program pengendalian infeksi nosokomial
dipengaruhi oleh efektivitas proses komunikasi untuk menyampaikan
tujuan dan kebijakan pengendalian infeksi tersebut kepada seluruh
karyawan rumah sakit baik tenaga medis maupun non medis, para
penderita yang dirawat maupun berobat jalan serta para pengunjung
rumah sakit Panti Rahayu Purwodadi.
Upaya pengendalian infeksi nosokomial di Rumah Sakit Panti
Rahayu Purwodadi

7
bersifat multidisiplin, hal-hal yang perlu diperhatikan:
1. Discipline: perilaku semua karyawan harus didasari disiplin yang
tinggi untuk mematuhi prosedur aseptik, teknik invasif, upaya
pencegahan dan lain-lain.
2. Defence mechanisme: melindungi penderita dengan
mekanisme pertahanan yang rendah supaya tidak terpapar
oleh sumber infeksi.
3. Drug: pemakaian obat antiseptik, antibiotika dan lain-lain yang
dapat mempengaruhi kejadian infeksi supaya lebih bijaksana
4. Design: rancang bangun ruang bedah serta unit-unit lain
berpengaruh terhadap resiko penularan penyakit infeksi,
khususnya melalui udara atau kontak fisik yang dimungkinkan
bila luas ruangan tidak cukup memadai.
5. Device: peralatan protektif diperlukan sebagai penghalang
penularan, misalnya pakaian pelindung, masker, topi bedah
dan lain-lain.

B. Tujuan .
1. Tujuan umum .
Meningkatkan mutu pelayanan Rumah sakit Panti Rahayu
melalui pencegahan dan pengendalian infeksi yang
dilaksanakan oleh semua departemen /unit dengan meliputi
kualitas pelayanan,management resiko,clinical
governace,serta kesehatan dan keselamatan kerja .
2. Tujuan Khusus

8
 Sebagai pedoman pelayanan bagi staf PPIRS dalam
melaksanakan tugas,wewenang dan tanggung jawab
secara jelas.
 Menggerakan segala sumber daya yang ada dirumah
sakit dan fasilitas kesehatan lain secara efektif dan
efisien.
 Menurunkan angka kejadian infeksi dirumah sakit secara
bermakna.
 Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan pelayanan
PPIRS Panti Rahayu Purwodadi.
C. Ruang lingkup
Ruang lingkup pelayanan Pencegahan dan pengendalian infeksi
meliputi :
 Kewaspadaan standart dan berdasarkan transmisi
 Pelayanan surveilens PPI
 Hand Higiene sebagai bariier protection.
 Penggunaan APD
 Pelayanan CSSD
 Pelayanan Linen
 Pelayanan Kesehatan karyawan
 Pelayanan Pendidikan dan edukasi kepada staf,pengunjung dan
pasien
 Pelayanan pemeriksaan baku mutu air bersih dan IPAL bekerja sama
dengan IPSRS.
 Pelayanan pengelolaan kebersihan lingkungan
 Pelayanan management resiko PPI
 Antibiogram dan pola kuman RS Sumber Waras.
 Penggunaan bahan single use yang di re-use

9
D. Batasan operasional.
Pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi meliputi kegiatan
sbb :
I. Konsep dasar penyakit
Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan di
dunia termasuk indonesia ,ditinjau dari asalnya infeksi dapat berasal
dari( Community acquaired infection)atau berasal dari( Hospital
Acquired infektion). Karena seringkali tidak bisa secara pasif
ditentukan asal infeksi maka istilah infeksi nosokomial (Hospital
Acqured infeksi) diganti (HAIs) yaitu healthcare –assosiated
infections dengan arti lebih luas tidak hanya terjadi dirumah sakit
juga bisa terjadi fasilitas kesehatan yang lain juga tidak terbatas
pada pasien namun infeksi juga dapat terjadi pada petugas yang
didapat saat melakukan tindakan medis atau perawatan . Batasan
a. Kolonisasi :
merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya
agen infeksi,dimana organisme tersebut hidup,tumbuh dan
berkembang biak,namun tanpa disertai adanya respon imun
atau gejala klinis.Pada kolonisasi tubuh pejamu tidak dalam
keadaan suspectibel pasien dan petugas dapat mengalami
kolonisasi dengan dengan kuman patogen tanpa mengalami
rasa sakit tetapi menularkan kuman tersebut ke orang lain
(sebagai carrier).
b. Infeksi
Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya
agen infeksi (organisme dimana terdapat respon imun tetapi
tidak disertai gejala klinik.
c. Penyakit infeksi

10
Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya
agen infeksi (organisme) yang disertai adanya respon imun dan
gejala klinik.
d. Penyakit menular
Adalah penyakit infeksi tertentu yang dapat berpindah dari
satu orang ke orang lain secara langsung maupun tidak
langsung.
e. Inflamasi
Merupakan bentuk respon tubuh terhadap suatu agen
yang ditandai adanya dolor,kalor,rubor ,tumor dan fungsiolesa.
f. SIRS (Sistem Inflamtory Respon Syndroma).
Merupakan sekumpulan gejala klinik atau kelainan
laboratorium yang merupakan respon tubuh (imflamasi) yang
bersefat sitemik.kriteria SIRS bila ditemukan 2 atau lebih
keadaan berikut : (1) hipertermi atau hipotermia, (2) takikardia
sesuai usia,(3) takipneu sesuai usia,(4) leukositosis atau
leukopenia atau pada hitung jenis leukosit jumlah sel muda
(batang ) lebih dari 10 %.SIRS dapat terjadi karena infeksi atau
non infeksi seperti luka bakar, pankreatitis,atau gangguan
metabolik.SIRS yang disebabkan oleh infeksi disebut sepsis.
Rantai penularan .
Untuk melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian
infeksi perlu mengetahui rantai penularan,apabila salah satu
rantai dihilangkan atau dirusak maka infeksi dapat dicegah atau
dihentikan.
a. Agen Infeksi adalah mikroorganisme yang dapat
menyebabkan infeksi pada manusia ,dapat berupa
bakteri,virus,riketsia,jamur, dan parasit.ada 3 faktor yang

11
mempengaruhi terjadinya infeksi yaitu :
virulensi,patogenesis,jumlah dosis obat.
b. Reservoir atau tempat hidup dimana agen infeksi dapat
hidup,tumbuh,berkembang biak dan siap ditularkan pada
orang lain,reservoir yang paling umum adalah
manusia,binatang,tumbuhan,tanah,air dan bahan bahan
organik.pada manusia sehat permukaan kulit,selaput lendir
saluran napas,pencernaan dan vagina meripakan reservoir
yang umum.
c. Pintu keluar adalah jalan darimana agen infeksi meninggalkan
reservoir ,pintu keluar meliputi saluran
napas,pencernaan,saluran kemih dan kelamin,kulit,membran
mukosa,trasplacenta dan darah serta cairan tubuh lainnya.
d. Transmisi adalah bagaiman mekanisme penularan meliputi (1)
kontak; langsung dan tidak langsung,(2) droplet ,(3) airborne
,(4) Vehicle ;makan,minuman,darah,(5) vektor biasanya
bnatang pengerat dan serangga.
e. Pintu masuk adalah tempat dimana agen infeksi memasuki
tubuh pejamu (yang supectibel) dapat melalui saluran
pernapsan,pencernaan.perkemihan atau luka.
f. Pejamu (host) yang suspectibel adalah orang yang tidak tidak
memiliki daya tahan tubuh yang cukup untuk melawan agen
infeksi ,faktor yang mempengaruhi umur,usia,status
gisi,ekonomi,pekerjaan,gaya hidup,terpasang barrier
(kateter,implantasi ),dilakukan tindakan operasi.
Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi.
a. Peningkatan daya tahan pejamu.
Dengan pemberian imunisasi(vaksin Hepatitis B),promosi
kesehatan nutrisi yang adekuat.

12
b. Inaktivasi agen penyebab infeksi.
Menggunakan metoda fisik maupun kimia contoh fisik
dengan pasteurisasi atau sterilisasi ataupun memasak
makanan hingga matang.kalau kimia dengan pemberian
clorin pada air dan desinfeksi .
c. Memutus rantai penularan.
Dengan menerapkan tindakan pencegahan dengan
menerapkan kewaspadaan isolasi dan kewaspadaan transmisi
d. Tindakan pencegahan paska pajanan.
Hal ini berkaitan dengan pecegahan agen infeksi yang
ditularkan melalui darah dan cairan tubuh lain yang
dikarenakan tertusuk jarum bekas pakai utamanya hepatitis B,C
dan HIV.

E. Penyakit Menular.
I. AIDS

Pengertian

Adalah Penyakit akibat menurunnya daya tahan tubuh yang didapat


karena terinfeksi HIV( human Imunodefisiency Virus).

Penyebab

Virus HIV tergolong retrovirus yang terdiri atas 2 tipe ,tipe 1 (HIV-1) dan
tipe 2 (HIV-2)

Klasifikasi infeksi aids

1. Infeksi Akut.
a. Hampir 30-50 % pasien sudah terinfeksi HIV.

13
b. pasien sudah terjadi pemaparan virus dan dapat berlangsung 6
minggu setelah kontak.

c. patogenesis kurang jelas tetapi sangat mungkin terjadi reaksi imunitas


terhadap masuknya HIV.Saat ini pemeriksaaan terhadap antibodi
terhadap virus HIV masih ( - ) tetapi pemeriksaan Ag p24 sudah (+)
sangat infeksius.

2. Infeksi kronik asimtomatik


a. Lamanya dapat bertahun tahun .
b. Tanpa gejala ,kemungkinan tubuh masih dapat mengkompensasi

3. Pgl( persistren generalized lymphadenopathy)


a. Terjadi pembesaran kelenjar getah bening yang semetris.sering
terjadi pembesaran limpa di leher posterior dan anterior.Kelompok ini
berkembang menjadi AIDS kira2 10-30 % dalam jangka waktu 24- 60
bulan.

Cara penularan hiv.

1. Penularan melalui hubungan seksual


2. Penularan melalui darah.
3. Penularan secara perinatal.

Cairan tubuh yang dapat mengandung HIV yaitu;

 Cairan vagina.
 ASI.
 Air mata.
 Air liur.
 Air seni.
 Air ketuban.
 Dan cairan cerebrospinal..

14
Gejala dan tanda

Biasanya tidak ada gejala klinis yang khusus pada orang yang terinfeksi HIV
dalam waktu 5 sampai 10 tahun ,Setelah terjadi penurunan sel CD 4 secara
bermakna baru AIDS mulai berkembang dan menunjukan gejala – gejala
spt :

 Diare yang berkelanjutan .


 Penuunan berat badan secara drastic.
 Pembesaran kelenjar limfe leher dan atau ketiak.
 Batuk terus menerus.

2. FLU BURUNG.SARS

Dibagi menjadi 4 sbb :

a) Seseorang dalam penyelidikan


b) Kasus suspek.
c) Kasus probabel
d) Kasus konfirmasi
a. Seseorang dalam penyelidikan

Diputuskan oleh pejabat berwenang untuk dilakukanpenyelidikan


epidemiologi kemungkinan terinfeksi H5N1,mis orang sehat namun kontak
erat dengan kasus atau penduduk sehat namun tinggal didaerah flu burung
,adapun gejala yang ditimbulkan :

 Batuk
 Sakit tenggorokan
 Pilek
 Sesak napas dan terdapat satu atau lebih keadaan dibawah ini :

15
1. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat
kontak erat dengan penderita(suspek,probabelatau konfirm)
seperti merawat,berbicara atau bersentuhan dengan pasien
dalam jarak  1 meter.

2. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat


kontak erat dengan penderita(suspek,probabelatau konfirm)
seperti memasak,menyembelih atau membersihkan bulu ).

3. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat


kontak erat dengan penderita(suspek,probabelatau konfirm)
seperti membersihkan kotoran ,bahan atau produk lain.

4. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat


kontak erat dengan penderita(suspek,probabelatau konfirm)
mengkonsumsi produk unggas mentah atau yang tidak dimasak
dengan sempurna.

5. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat


kontak erat dengan penderita(suspek,probabelatau konfirm)
memegang atau menangani sampel hewan atau manusia yang
dicurigai mengandung H5N1.

6. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat


kontak erat dengan penderita(suspek,probabelatau konfirm) atau
binatang selain unggas yang terinfeksi (babi atau kucing.)

7. Ditemukan leukopeni.

8. Ditemukan titer antibodi terhadap H5 dengan pemeriksaan uji HI


menggunakan eritrosit kuda atau uji ELISA untuk influensa A tanpa
subtipe.

16
9. Foto Rontgen dada menggambarkan pneumonia yang cepat
memburuk pada serial foto.

 Infeksi selaput mata


 Diare atau gangguan pencernaan.
 Fatigue
c.Kasus probabel flu burung.
Dengan kriteria. :

1. Ditemukan kenaikan titer antibodi terhadap H5 min 4 x dengan


pemeriksaan uji HI menggunakan eritrosit kuda atau uji ELISA.
2. Hasil lab terbatas untuk influenza H5 (terdeteksi antibodi spesifik
H5dalam spesimen serum tunggal )menggunakan uji
netralisasi(dikirim kelab rujukan
d.Kasus Flu burung terkonfirmasi.
Dengan kriteria :

1. Isolasi virus H5N1 positif


2. Hasil PCR H5N1 positif.
3. Peningkatan  4 x lipat titer antibodi netralisasi untuk H5N1 dari
spesimen.
4. Konvalesen dibandingkan dengan spesimen akut (diambil  7
hari setelah awitan gejala penyakit) dan titer antibodi
metralisasi konvalesen harus pula  1/80 .
5. Titer antibodi mikronetralisasi H5N1  1/80 pada spesimen serum
yang diambil pada hari ke  stelah awitan disertai hasil positif uji
serologi lain,mis titer HI sel darah merah kuda  1/160 atau
western blot spesifik H5 positif.

Pencegahan :

17
1. Menghindari kontak dengan benda terkontaminasi,atau
burung terinfeksi.
2. Menghindari peternakan unggas.
3. Hati hati ketika menangani unggas.
4. Memasak ddengan suhu 60C selama 30 menit,atau 80C
selama 1 menit)
5. Menerapkan tindakan untuk menjaga kebersihan tangan :
 Setelah memgang unggas.
 Setelah memegang daging unggas.
 Setelah memasak.
 Sebelum memasak
Pengobatan.

Obat anti virus bekerja menghambat replikasi virus sehingga


mengurangi gejala dan komplikasi yang terinfeksi.

Macam obat :

1. Amantadine.
2. Rimatadine
3. Oseltamivir(tamiflu)
4. Zanavir(relenza)

3. TUBERKULOSIS (TBC)
Penyebab

TBC disebabkan oleh kuman /basil tahan asam(BTA) yakni


micobactpi derium tuberkulosis.Kuman ini cepat mati bila
terkena sinar matahari langsung,tetapi dapat bertahan hidup
beberapa hari ditempat yang lembab dan gelap.Beberapa
jenis micobakterium lainjuga dapat menyebabkan penyakit

18
pada manusia (matipik).Hampir semua oirgan tubuh dapat
terserang bakteri ini seperti kulit,otak,ginjal,tulang dan paling
sering paru.

Epidemiologi

Indonesia menduduki peringkat ke 3 dunia dalam jumlah


pasien TB setelah India dan Cina,diperkirakan penduduk dunia
terinfeksi Tb secara laten.Di indonesia diperkirakan terdapat 583
000 kasus baru dengan 140 000 kematian setiap tahun.
Faktor resiko TB ; HIV,DM,Gisi kurang,kebiasaan merokok.
Cara penularan.
Menular dari orang ke orang melalui droplet atau percikan
dahak.

Masa Inkubasi

Sejak masuknya kuman sampai timbul gejala lesi primer atau


reaksi tes tuberculosis positif memerlukan waktu antara 2 -10
minggu .Resiko menjadi TB paru dan TB ekstrapulmuner progresif
infeksi primer umumnya terjadi pada tahun pertama dan
kedua.Infeksi laten bisa terjadi seumur hidup.Pada pasien
dengan imun defisiensi seperti HIV masa inkubasi bisa lebih
pendek.

Masa penularan

Berpotensi menular selama penyakitnya masih aktif dan


dahaknya mengandung BTA,penularan berkurang apabila
pasien menjalani pengobatan adekuat selama min 2
minggu,sebaliknya pasien yang tidak diobati secara adekuat

19
dan pasien dengan persisten AFB positif dapat menjadi sumber
penularan sampai waktu lama.

Tingkat penularan tergantung pada jumlah basil yang


dikeluarkan,virulensi kuman,terjadinya aerosolisasi waktu
batuk/bersin,dan tindakan medis beresiko tinggi seperti intubasi
dan bronkoskopi

Gejala klinis :

 Batuk terus menerus disertai dahak selama 3 minggu /lebih.


 Batuk berdahak
 sesak napas
 nyeri dada
 Sering demam
 nafsu makan menurun.
 penurunan berat badan .
 BTA (+)

Pengobatan

 Pengobatan spesifik dengan kombinasi obat anti


tuberculosis (OAT) dengan metoda DOTS (directly observed
treatment shourtcore ) diawasi poleh pengawas minum
obat.
Untuk pasien baru TB BTA (+) ,WHO menganjurkan
pemberian 4 macam obat setiap hari selama 2 bulan
berturut terdiri rif ,inh,pza,dan etambutol diikuti inh dan
rif 3 kali seminggu selama 4 bulan.

Pencegahan.

20
 Penemuan dan pengobatan TB
 Imunisasi BCG sedini mungkin terhadap mereka yang belum
terinfeksi.
 Perbaikan lingkungan dan status gizi dan kondisi sosial
ekonomi.

4. MRSA (Methicilin Resistent Stapylococcuc Aereus)

Adalah salah satu tipe bakteri stayloccus yang ditemukan


pada kulit dan hidung dan kebal terhadap antibiotika.jumlah
kematian MRSA lebih banyak dibandingkan AIDS

Saat ini ada 2 tipe :

1. Health care asosiated (HA –MRSA)


Biasanya ditemukan difasilitas kesehatan terutama rumah
sakit..

2. Community asosiated (CA-MRSA)


Yang baru ini ditemukan ditempat –tempat
umum,fitness,loker-loker,sekolah dan perabotan rumah
tangga.

Biasanya menginfeksi orang dan anak-anak yang daya tahan


tubuhnya lemah,jika daya tahan tubuh baik tidak akan
menimbulkan gejala .Bakteri yang dibawa sipasien menyebar
dan berpindah pada orang lain dengan cara kontak kulit dan
menyentuh barang yang terkontaminasi . Stapylococcus
menimbulkan gejala seperti infeksi kulit,jerawat,bisul,abses atau
gigitan serangga,ini biasa menyebabkan bengkak,merah dan
nyeri.bakteri ini dapat menembus kulit sampai dengan

21
menimbulkan infeksi ditulang,sendi,aliran darah,jantung dan
paru yang bias mengancam jiwa.

Penyebaran MRSA.

1. Menyentuh kulit atau luka terinfeksi dari siapa saja yang


MRSA
2. Berbagi objek seperti handuk atau peralatan atletik,
peralatan rumah tangga yang MRSA
3. Kontak fisik dapat juga disebarkan melalui batuk dan bersih
4. Menyentuh hidung dari penderita MRSA

Tanda dan gejala :

1. Infeksi luka
2. Bisul
3. Folikel rambut yang terinfeksi
4. Impetigo
5. Kulit yang sakit seperti digigit serangga
Diagnose :

Contoh kulit, nanah, darah, urin atau bahan biopsy dikirim ke


laborat dan dikultur untuk S aureus. Juka S aureus yang diisolasi
(tumbuh dipiring pantry) bakteri tersebut kemudian terkena
antibiatikyang berbeda termasuk Meticilin dan S aureus
tumbuh dengan baik di Meticilindalam kultur yang disebut
MRSA. Prosedur ayng sama juga dilakukan untuk menentukan
apakah seseorang merupakan pembawa MRSA(Screning untuk
carrier) tetapi sample kulit atauselaput lender hanya diswab
tidak dibiopsi

Pengobatan MRSA :

22
Minor infeksi MRSA kadang kadang dapat mengalami
komplikasi serius seperti menyebar infeksi kejaringan sekitar
darah, tulang dan jantung. Karena MRSA yang tahan terhadap
antibiotic banyak akan sulit untuk mengobati namun beberapa
antibiotic berhasil mengendalikan infeksi tapi jarang.

Tindakan pencegahan :

1. Kebersihan tangansesering mungkin terutama setelah


menyentuh hidung anda.
2. Bila batuk terapkan etika batuk
3. Jika anda mengalami infeksi kulit jaga daerah yang
terinfeksi dengan ditutup kain kasa, ganti ferban sesering
mungkin terutama jika basah.
4. Bersihkan kamar mandi dengan baik karena penularan juda
melalui feces dan urine
5. Isolasikan peralatan mandi dan peralatan makan khusus
untuk penderita MRSA.
6. Jangan berbagi handuk, pisau cukur, sikat gigi dan barang
pribadi yang lainnya.
7. Isolasikan pasien, dikontaminasi semua peralatan pasien
dengansabun dan clorin 0,5%.

F.KEGIATAN PELAYANAN PPIIRS

I .PENGERTIAN SURVEILENS ADALAH :

Suatu pengamatan yang sistematis ,efektif dan terus menerus terhadap timbulnya
dan penyebaran penyakit pada suatu populasi serta terhadap keadaan atau
peristiwa yang menyebabkan meningkatnya atau menurunnya resiko terjadinya

23
penyebaran penyakit :

1. Pada saat pasien masuk rumah sakit tidak ada tanda – tanda tidak dalam masa
inkubasi infeksi tersebut.
2. Inkubasi terjadi 2x 24 jam setetlah pasien dirawat dirumah sakit apabila tanda-
tanda infeksi sudah timbul sebelum 2x24 jam sejak mulai dirawat ,maka perlu diteliti
masa inkubasi dari infeksi tersebut.
3. Infeksi pada lokasi yang sama tetapi disebabkan oleh mikroorganisme yang
berbeda dari mikroorganisme saat masuk rumah sakit atau mikroorganisme
penyebab sama tetapi lokasi infeksi berbeda.
4. Infeksi terjadi setelah pasien pulang dan dapat dibuktikan berasal dari rumah sakit.

Ada 2 keadaan yang bukan disebut infeksi nosokomial.

1. Infeksi yang berhubungan dengan komplikasi atau meluasnya infeksi yang sudah
ada pada waktu masuk rumah sakit.
2. Infeksi pada bayi baru yang penularannya melalui placenta (mis
toxoplasmosis,sifilis) dan baru muncul pada atau sebelum 48 jam setelah masa
kelahiran .

Ada 2 keadaan yang bukan disebut infeksi :

1. Kolonisasi : yaitu adanya mikroorganisme (pada kulit,selaput lender,luka terbuka


)yang tidak memberikan gejala dan tanda klinis.
2. Imflamasi yaitu suatu kondisi respon jaringan terhadap jejas atau rangsangan zat
non infeksi seperti zat kimia.
Infeksi nosokomial mudah terjadi karena adanya beberapa kondisi antara lain:

1. Rumah sakit merupakan tempat berkumpulnya orang sakit,sehingga jumlah dan


jenis kuman penyakit yang ada lebih banyak dari pada tempat lain.
2. Orang sakit mempunyai daya tahan tubuh yang rendah sehingga mudah tertular.

24
3. Dirumah sakit sering orang dilakukan tindakan invasive mulai dari yang paling
sederhana seperti pemasangan infuse sampai tindakan operasi.
4. Mikroorganisme yang ada cenderung lebih resisten terhadap anti biotika ,akibat
penggunaan berbagai macam antibiotika yang sering kali tidak rasional.
5. Adanya kontak langsung antar petugas dengan pasien,petugas ke lingkungan
yang dapat menularkan kuman pathogen.
6. Penggunaan alat/instrument yang telah terkontaminasi dengan kuman.

Sumber-sumber infeksi yang terjadi di rumah sakit dapat berasal dari :

1. Petugas rumah sakit.


2. Pengunjung pasien.
3. Antar pasien itu sendiri.
4. Peralatan yang dipakai dirumah sakit.

Lingkungan.

1. Mencegah pasien memperoleh infeksi selama dalam perawatan.


2. Mengontrol penyebaran infeksi antar pasien.
3. Mencegah terjadinya kejadian luar biasa.
4. Melindungi petugas.
5. Menyakinkan bahwa rumah sakit tempat yang aman bagi pasien dan petugas .

1. HAP (hospital aquared pneumonia) dan VAP (Ventilator associated pneumonia).

1. HAP adalah infeksi saluran napas bawah yang mengenai parenkim paru setelah
pasien dirawat dirumah sakit setelah 48 jam tanpa dilakukan intubasi dan
sebelumnya tidak menderita penyakit infeksi saluran napas bawah.HAP dapat
diakibatkan karena tirah baring yang lama (koma ,tidak sadar tracheostomi,refluk

25
gaster).

VAP adalah infeksi saluran napas bawah yang mengenai parenkim paru setelah
pemakaian ventilasi mekanik lebih dari 48 jam dan sebelumnnya tidak ditemukan
tanda – tanda infeksi saluran napas.

Kriteri pneumonia :

1. Bunyi pernapasan yang menurun /pekak,ronchi basah pada daerah paru.


2. Produksi sputum banyak dan purulen.
3. Hasil X – ray adanya densitas paru (infiltrate).
4. Demam >38  C dan batuk.
5. Pemeriksaan cedían sputum ditemukan peningkatan lekosit (>25/LPK)
Pada orang dewasa dan anak >12 bulan didapatkan :

1. Bunyi napas menurun pekak,ronkhi basah pada daerah paru.


 Sputum purulens baru dan perubahan warna sputum.
 Biakan kuman dan biakan darah ()
 Isolasi kuman patogen atau aspirasi trakea.
2.Hasil X – Ray ada infiltrasi paru,konsolidasi,cavitasi,efusi pleura baru secara progrsif
ditambah salah satu ini:

- Sputum purulen dan perubahan dan perubahan sputum.


- Isolasi kuman dan biakan darah (+).
- Isolasi kuman patogen aspirasi tracea ,sikatan brokus atau biopsy (+).
- Titer IgM atau IGG spesifik meningkat
- Isolasi antigen virus (+) sekresi saluran pernapasan .

Pada umur kurang dari 12 tahun.:


- Didapatkan 2 atau = apneu,takipneu bradikardia,wheesing,ronchi basah,,batuk
ditambah satu diantaranya sbb:

26
1. produksi sputum atau sekresi pernapasan meningkat dan purulen.
2. Isolasi kuman dan biakan kuman (+).
3. Isolasi kuman aspirasi tracea /brokus/biopsi (+).
4. Isolasi/antigen virus (+) dalam sekresi saluran pernapasan.
5. Titer IgM dan IgG spesifik meningkat 4x .
6. Tanda pneumonia pada pemeriksaan hispatologi.

Faktor penyebab :

1. Lingkungan .
- legionella,klebsiella,P aerogenesa,Amuba baumi.
- Makanan ;Muntahan.
2. Peralatan .
- NGT
- ET
- Suktion kateter.
-Peralatan bronchospi
- Peralatan pernapasan.
3. Manusia.
- Haemofilus influenza.
- Stapilococus Aereus
- Stapilococcus pnemonia.
- MDR stains.

Faktor-faktor resiko :

1. Kondisi pasien sendiri.


- Usia > 70 tahun.
- Pembedahan (thorakotomi,abdomen)
- penyakit kronis.

27
- Penyakit jantung kongestif.
- Penyakit paru obstruksi kronis.
- Perokok.
- koma.
- CVD.

2. Faktor pengobatan .
- Sedasi.
-Anestesi umum.
- intubasi tracea.
- Pemakaian ventilator mekanik yang lama.
- Penggunaan antibiotika .
- penggunaan imunosupresif dan citostatika.

Prinsip dasar pencegahan :

 Bila memungkinkan obati penyakit parunya baru melakukan tindakan operasi.


 Tinggikan posisi kepala 30- 45 .
 Bila tidak diperlukan hindari pembersihan jalan napas menggunakan suction
kateter.
 Lakukan oral higiene menggunakan chlorhexidine 0,2 % setiap ganti shif.
 Ajarkan latihan batuk efektif dan napas dalam sebelum dan sesudah operasi.
 Lakukan perkusi dan postural drainage untuk merangsang batuk dan
mengeluarkan lendir .
 Mobilisasi dini setelah operasi..

. Peralatan ventilator.

 Bersihkan permukaan alat secara rutine dengan menggunakan detergent netral.


 Penggunaan close suction diganti setiap 7 hari atau jika kotor.
 Breathing sirkuit,humidifier dan bakterial filter diganti 7 hari sekali atau jika kotor.

28
 Termovent hepafilter diganti setiap hari.

Populasi beresiko HAP .

1. Semua pasien tirah baring lama yang dirawat dirumah sakit.


2. Numerator adalah jumlah kasus HAP perbulan.
3. Denominator adalah jumlah hari rawat pasien tirah baring perbulan.
Infeksi rate HAP =

Numerator x 1000=.....0/00

Denominator

 kasus HAP perbulan x 1000=.......0/00

 Hari rawat tirah baring perbulan.

Populasi beresiko VAP :

1. Terfokus spesifik diruang ICU,NICU,PICU.


2. Semua pasien yang terpasang ventilasi mekanik.
3. Numerator adalah jumlah kasus yang terpasang ventilasi mekanik perbulan.
4. Denominator adalah jumlah hari pemasangan ventilasi mekanik perbulan.

Clinical Pulmonari Infection score ( CPIS)

Indikator Score

1 2 3

Sekresi trakea Sedikit sedang banyak

Infiltrat Tidak ada Difus Terlokalisir

Suhu >36.5 & <38.4 >38.5 & 8.9 >39 &<36

29
Lekosit /mm >4000 &<11.000 <4000 atau 11.000 -

Pa O2 /FiO2 >240 /ARDS - <240 & bukan


ARDS

Infeksi rate VAP =

Numerator x 1000= .....0/00

Denominator

 kasus VAP perbulan x 1000 =........0/00

 Hari pemasangan ventilasi mekanik perbulan.

2.IAD ( INFEKSI ALIRAN DARAH )

1. Infeksi Aliran Darah harus memenuhi minimal 1 dari kriteria sbb :


a) Hasil kultur positif dari arteri atau vena yang diambil saat operasi.
b) Terdapat bukti infeksi dari arteri atau vena yang terlihat saat operasi atau
berdasarkan bukti hispatologik.
c) Pasien minimal mempunyai 1 gejala dan terlihat tanda berikut tanpa ditemukan
penyebab lainnya :
 Demam (>38° C) ,nyeri,eritema,atau panas pada vaskular yang terlihat.
 Kultur semikuantitatif dari ujung kanula intravaskular tumbuh >15 koloni
mikriba.
 Kultur darah tidak dilakukan atau hasil negatif.
d) Adanya aliran nanah pada vaskular yang terlihat.
e) Untuk pasien ≤ 1 tahun,minimal mempunyai 1 gejala dan tanda berikut tanpa

30
ditemukan penyebab lain :
 Demam (>38°C rektal),hipotermia (<37 °C),apneu,bradikardia,letargia,atau
nyeri,atau panan pada vaskular yang terlibat dan
 Kultur semikuantitatif dari ujung kanula intravaskulartumbuh >15 koloni
mikroba
 Kultur tidak dilakukan atau hasil negatif
Petunjuk pelaporan IAD:
 IAD purulen dikonfirmasi dengan hasil positif kultur semikuantitatif dari ujung
kateter,tetapi bila hasil kultur negatif atau tidak ada kultur darah maka
dilaporkan sebagai ILI bukan sebagai IADP.
 Pelaporan mikroba dari hasil kultur darah sebagai IADP bila tidak ditemukan
infeksi lain dari bagian tubuh.
 Infeksi intravaskular dengan hasil kultur darah positif dilaporkan sebagai IADP
 Penggantian IV LINE untuk dewasa dilakukan setiap 3 (tiga) hari sekali,
sedangkan IV LINE untuk bayi dan anak-anak setiap 5 (lima) hari sekali.
A. Survey dilakukan 30 % dari populasi setiap ruangan perawatan.
B. Jika pasien terpasang infus dari luar rumah sakit tidak dilakukan survey.
C. Survey dilakukan pada pasien baru sampai beberapa hari hingga jumlah
responden terpenuhi.
D. Golden standart penegakan kasus infeksi adalah melalui kultur darah ,setiap 3
bulan sekali dilakukan kultur 3 responden setiap ruangan.
Cara menghitung ILI
Numerator x 1000 = ..........0/00
Denominator
Jumlah kasus ILI x 1000 = ........ 0/00
Jumlah hari pemakaian alat

Populasi beresiko IAD:


1) Semua pasien yang menggunakan iv line dengan kurun waktu 2x24 jam.

31
2) Lama penggunaan kateter ,lama hari rawat ,pasien dengan
immunocompromise,malnutrisi,luka bakar atau lukaoperasi tertentu.

Pencegahan IAD :
1) Lakukan kebersihan tangan aseptik sebelum melakukan tindakan.
2) Gunakan teknik aseptik saat melakukan tindakan.
3) Ganti set infus dan dressing setiap 3 hari sekali atau setiap kali diperlukan (lembab
atau kotor )
Lepas atau hentikan akses pemasangan kateter vena sentral sesegera mungkin jika
tidak diperlukan lagi.

3. ISK (INFEKSI SALURAN KEMIH)


Pengertian

Infeksi saluran kemih nosokomial ialah infeksi saluran kemih yang pada pasien masuk
rumah sakit belum ada atau tidak dalam masa inkubasi dan didapat sewaktu dirawat
atau sesudah dirawat.

Kebijakan

. Survey dilakukan 30 % dari populasi setiap ruangan perawatan.


. Jika pasien terpasang Kateter urine dari luar rumah sakit tidak dilakukan survey.
. Survey dilakukan pada pasien baru sampai beberapa hari hingga jumlah responden
terpenuhi.
Infeksi saluran kemih dapat disebabkan :
a. Endogen : - perubahan flora normal.
b. Eksogen : - prosedur yang tidak bersih / steril
- tangan yang tidak dicuci sebelum prosedur.

Infeksi Saluran Kemih Simtomatik.


Dengan salah satu kriteria dibawah ini :

32
* Salah satu gejala ini :
- Demam > 380C
- Disuria
- Nikuria ( urgency )
- Polakisuria
- Nyeri Suprapubik.
Dan biakan urin > 100.000 kuman / ml dengan tidak lebih dari dua jenis mikroorganisme
* Dua dari gejala :
- Demam 380C
- Disuria
- Nikuria
- Polakisuria
- Nyeri Suprapubik
* dan salah satu tanda :
- Tes carik celup ( dipstick ) positif untuk leukosit esterase dan atau nitrit.
- Pluria ( 10 lekosit/ml atau > 3 lekosit /LPB pada urine yang tidak disentrifus.
- Mikroorganisme positif pada pewarnaan gram pada urine yang tidak disentlifus.
- Biakan urine dua kali dengan hasil kuman uropatogen yang sama dengan jumlah >
100.000 kuman/ml dari urin yang diambil secara steril.
- Biakan urin dengan hasil satu jenis kuman uropatogen dengan jumlah 100.000 kuman/ml
dan pasien diberi antibiotic yang sesuai.
- Diagnosis oleh dokter.
- Dokter memberikan terapi antibiotika yang sesuai.

Infeksi saluran kemih asimtomatik


Dengan salah satu criteria dibawah ini :
* memakai kateter dower selama 7 hari sebelum biakan urin dan tak ada gejala :
- Demam 380C
- Disuria

33
- Nikuria
- Polakisuria
- Nyeri suprapubik

Biakan urin dengan jumlah > 100.000 kuman/ml urin dengan tak lebih dari dua jenis
kuman.
* tidak memakai kateter dower selama 7 hari sebelum biakan urin dengan dua kali hasil
biakan > 100.000/ml dengan mikroorganisme yang sama yang tak lebih dari dua jenis dan
tak ada gejala :
- Demam 380C
- Disuria
- Nikuria
- Polakisuria
- Nyeri Suprapubik

Infeksi Saluran Kemih lain.


( dari ginjal, ureter, kandung kemih, uretra atau jaringan retroperito neal atau rongga
perinefrik ) dengan salah satu criteria dibawah ini :
• Biakan positif dari cairan atau jaringan yang diambil dari lokasi yang dicurigai.
• Ditemukan abses atau tanda infeksi pada pemeriksaan atau operasi atau secara
hispatologis.
• Dua dari gejala :
- Demam 380C
- Nyeri local pada daerah yang dicurigai.
- Nyeri tekan pada daerah yang bersangkutan.
• Dan salah satu dari tanda :
- Drenase purulen dari daerah yang dicurigai.
- Biakan darah positif
- Radiologi terdapat tanda infeksi

34
- Diagnosis dokter
- Dokter memberikan terapi antibiotika yang sesuai
• Pasien berumur < 12 bulan dengan salah satu gejala :
- Demam 380C
- Hipotermia
- Apneu
- Bradikardi
- Disuria
- Letargi
- Muntah
• Dan salah satu dari tanda :
- Drenase purulen dari daerah yang dicurigai.
- Biakan darah positif
- Radiologi terdapat tanda infeksi
- Diagnosis dokter
- Dokter memberikan terapi antibiotika yang sesuai.

Infeksi Saluran Kemih pada neonatus


- Bayi tampak tidak sehat, kuning, muntah, hipertermi/ hipotermi, gagal tumbuh ( gejala
sama dengan sepsis ).
- Infeksi ini dapat pula disebabkan oleh sepsis.
- Laboratorium : pemeriksaan mikroskopik dan biakan urin dari punksi suprapubik. Biakan
urin positif kalau ditemukan kuman lebih dari 100.000/ml urin.

Infeksi Saluran Kemih pada Anak


- Dapat dengan atau tanpa gejala. Makin muda usia anak makin tidak khas.
- Gejala : panas, nafsu makan berkurang, gangguan pertumbuhan, kadang – kadang
diare atau kencing yang sangat berbau.
- Pada usia prasekolah gejala klinis berupa sakit perut, muntah, panas, sering kencing dan

35
ngompol. Pada anak yang lebih besar gejala spesifik makin jelas seperti ngompol, sering
kencing, sakit waktu kencing atau nyeri pinggang.
- Gejala infeksi timbul sesudah dilakukan punksi suprapubik, kateterisasi buli – buli.
- Apabila biakan kuman dalam urin pada waktu masuk dan saat diperiksa berbeda.
- Diagnosis : Klinik dan laboratorik.
- Laboratorik : hasil biakan urin yang diambil melalui suprapubik dikatakan positif apabila
jumlah kuman sama atau lebih dari 200/ml urin. Dan apabila melalui urin pancaran
tengah atau kateterisasi kandung kemih maka jumlah kuman dalam urin 100.000 atau
lebih/ml urin.
- Pemeriksaan lainnya : sediment urin terdapat piuria.

3. Infeksi Aliran Darah Primer ( IADP )


3.1. Definisi Infeksi Aliran Darah Primer
Infeksi Aliran Darah Primer adalah infeksi aliran darah yang timbul tanpa ada organ atau
jaringan lain yang dicurigai sebagai sumber infeksi. Criteria infeksi aliran darah primer
dapat ditetapkan secara klinis dan laboratories dengan gejala / tanda berikut :

3.1.1. Klinis
1). Untuk Dewasa dan anak > 12 bulan.
Ditemukan salah satu diantara gejala berikut tanpa penyebab lain :
- Suhu > 380C, bertahan minimal 24 jam dengan atau tanpa pemberian antipiretika.
- Hipotesi, sistolik < 90 mmHg.
Oliguri, jumlah urin < 0,5 cc/kbBB/jam
Dan
Semua gejala / tanda yang disebut dibawah ini :
- Tidak ada tanda – tanda infeksi di tempat lain.
- Telah diberikan antimikroba sesuai dengan sepsis.

CATATAN :

36
- Suhu badan diukur secara aksiler selama 5 menit dan diulang setiap 3 jam,
- Apabila pasien menunjukkan gejala, suhu tubuh diukur secara oral atau rectal.

2). Untuk bayi umur 12 bulan. Ditemukan salah satu gejala / tanda berikut tanpa
penyebab lain :
- Demam > 380C
- Hipotermi < 370C
- Apnea
- Bradikardi < 100x/mnt
Dan
Semua gejala / tanda di bawah ini :
- Tidak terdapat tanda – tanda infeksi ditempat lain.
- Diberikan terapi antimikroba sesuai dengan sepsis.

3) Untuk Neonatus
Dinyatakan menderita infeksi aliran darah primer apabila terdapat 3 atau lebih diantara
enam gejala berikut :
- Keadaan umum menurun antara lain : malas minum, hipotermi (< 370C) hipertermi (
380C ) dan sklerema.
- Sistem kardiovaskuler antara lain :
tanda renjatan yaitu takikardi, 160/mnt atau bradikardi, 100/mnt dan sirkulasi perifer
buruk.
- Sistem pencernaan antara lain : distensi lambung, mencret, muntah dan hepatomegali.
- Sistem pernafasan antara lain : nafas tak teratur, sesak, apnea dan takipnea.
- Sistem saraf dan pusat antara lain : hipertermi otot, iritabel, kejang dan letargi.
- Manifestasi hematology antara lain : pucat, kuning, splenomegali dan perdarahan.
Dan
Semua gejala / tanda di bawah ini :
- Biakan darah tidak dikerjakan atau dikerjakan tetapi tidak ada pertumbuhan kuman.

37
- Tidak terdapat tanda – tanda infeksi ditempat lain.
- Diberikan terapi antimikroba sesuai dengan sepsis.

3.1.2. Laboratorik
Untuk orang dewasa dan anak umur > 12 bulan.
Ditemukan satu diantara 2 kriteria berikut :
1). Kuman pathogen dari biakan darah dan kuman tersebut tidak ada hubungannya
dengan infeksi ditempat lain.
2). Ditemukan satu diantara gejala klinis berikut :
- Demam > 380C.
- Menggigil
- Hipotensi
- Oliguri
Dan
Satu diantara tanda berikut :
- Terdapat kontaminan kulit dari 2 biakan berturut – turut dan kuman tersebut tidak ada
hubungannya dengan infeksi ditempat ( organ / jaringan ) lain.
- Terdapat kontaminan kulit dari biakan darah pasien yang menggunakan alat
intravascular ( kateter intravena ) dan dokter telah memberikan antimikroba yang sesuai
dengan sepsis.

Untuk bayi < 12 bulan, ditemukan satu diantara gejalaberikut :


- Demam > 380C
- Hipotermi < 370C
- Apnea
- Bradikardi < 100/mnt
Dan
Satu diantara tanda berikut :
- Terdapat kontaminan kulit dari 2 biakan berturut – turut dan kuman tersebut tidak ada

38
hubungannya dengan infeksi ditempat ( organ / jaringan lain )
- Terdapat kontaminan kulit dari biakan darah pasien yang menggunakan alat
intravaskuler ( kateter intravena ) dan dokter telah memberikan antimikroba yang sesuai
dengan infeksi

CATATAN :
Untuk neonatus digolongkan infeksi nosokomial apabila :
1. Pada partus normal di rumah sakit infeksi terjadi setelah lebih dari 3 hari.
2. Terjadi 3 hari setelah partus patologik, tanpa didapatkan pintu masuk kuman.
3. Pintu masuk kuman jelas misalnya luka infuse.

Cara penghitungan :

Numerator x 1000 = ..........%

Denominator

Jumlah kasus ISK x 1000 = ........ %

Jumlah hari pemakaian alat kateter urine

4. ILO (INFEKSI LUKA OPERASI)

Pengertian ILO
a. ILO superfisial terjadi bila insisi hanya pada kulit dan jaringan bawah kulit
(subkutan )
b. ILO profunda bila insisi terjadi mengenai jaringan lunak yang lebih dalam (fasia
dan lapisan otot)
c. ILO organ bila insisi dilakukan pada organ atau mencapai rongga dalam tubuh.

39
Kategori operasi :
1) Operasi bersih,adalah operasi dilakukan pada daerah /kulit yang pada
kondisi pra bedah tidak terdapat peradangan dan tidak membuka traktus
respiratorius,gastroinestinal,orofaring,urinarius,atau traktus biliaris atau
operasi terencana dengan penutupan kulit primer atau tanpa pemakaian
drain tertutup.
Kebijakan
a. Kriteria ILO superfisial :
- Infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari setelah tindakan operasi.
- mengenai hanya pada kulit dan jaringan bawah kulit (subkutan)-
- Terjadi hal 2 sbb:
 Drainase bahan purulen dari insisi superficial
 Dapat diisolasi kuman penyebab dari biakan cairan atau jaringan yang diambil
secara aseptic dari tempat insisi superficial.
 Sekurang kurangnya terdapat :
- satu tanda atau gejala infeksi sbb: rasa nyeri, pembengkakan yang terlokalisir,
kemerahan, atau hangat pada perabaan.
- insisi superficial terpaksa harus dibuka oleh dr bedah dan hasil biakan positif atau
tidak dilakukan biakan. Hasil biakan yang negatif tidak memenuhi kriteria ini.
 Diagnosi ILO superficial oleh dokter bedah atau dokter yang menanggani pasien
tersebut.
b. Faktor Risiko ILO
- Kondisi pasien sendiri, misal usia, obesitas, penyakit berat, ASA Score, karier MRSA,
lama rawat pra operasi, malnutrisi, DM, penyakit keganasan.
- Prosedur operasi : Cukur rambut sebelum operasi, jenis tindakan, antibiotik profilaksis,
lama operasi, tindakan lebih dari 1 jenis, benda asing, transfusi darah, mandi
sebelum
infeksi luka operasi.
c. Survey dilakukan 30 % dari populasi setiap ruangan perawatan.

40
d. Jika pasien tindakan operasi dari luar rumah sakit tidak dilakukan survey.
e. Survey dilakukan pada pasien baru sampai beberapa hari hingga jumlah
responden terpenuhi.

Kategori resiko :
1. Jenis luka
 Luka bersih dan bersih kontaminasi skor : 0
 Luka bersih kontaminasi dan kotor skor : 1
Keterangan :
- luka bersih : nontrauma ,operasi luka tidak infeksi,tidak membuka saluran
pernapasan dan genitourinari.
- Bersih kontaminasi : operasi yang membuka saluran pernapasan dan
genitourinari .
- Kontaminasi luka terbuka : trauma terbuka .
- kotor dan infeksi : trauma terbuka,kontaminasi fecal.
2. Lama operasi : waktu mulai dibuka insisi sampai penutupan kulit.
Setiap jenis operasi berbeda lama opearasinya
 Lama operasi sesuai atau kurang dengan waktu yang ditentukan. Skor 0
 Bila lebih dari waktu yang ditentukan skor : 1.
3. ASA score .
 ASA 1-2,skor :0
 ASA 3-5, skor :1
= X/Y x 100%
X : jumlah kasus infeksi yang terjadi dalam waktu tertentu.
Y : jumlah pasien operasi pada waktu tertentu.

Pencegahan ILO :
1. Pra bedah..
a. Persiapan pasien sebelum operasi.

41
 Jika ditemukan tanda -tanda sembuhkan dulu infeksinya sebelum hari
operasielektif dan jika perlu ditunda sampai tidak ada infeksi.
 Jangan mencukur rambut , pencukuran hanya dilakukan bila daerah sekitar
operasi terdapat rambut yang dapat mengganggu jalannya operasi (pencukuran
dilakukan 1 jam sebelum operasi dengan menggunakan alat cukur elektric.
 Kendalikan kadar gula darah pada pasn diabetes dan hindari kadar gula darah
yang terlalu rendah sebelum operasi.
 Sarankan pasien untuk berhenti merokok min 30 hari sebelum hari elektif operasi.
 Mandikan pasien dengan cairan sabun yang mengandung chlorhexidine 2 % min 1
jam sebelum operasi.
b. Antiseptik tangan dan lengan untuk tim bedah :
 Kuku harus pendek dan jangan menggunakan kuku palsu.
 Lakukan kebersihan tangan bedah dengan chlorhexidine 4 % setelah kebersihan
tangan tangan harus tetap mengarah ke atas dan dijauhkan dari tubuh agar air
mengalir dari ujung jari menuju siku,keringkan tangan dengan handuk steril ,pakai
saung tangan dan gaun steril.
c. Tim bedah yang terinfeksi atau terkolonisasi.
 Anjurkan agar melapor jika terdapat tanda infeksi agar mendapatkan
pengobatan.
d. Profilaksis anti mikroba .
 Pemberian anti mikroba hanya bila diindikasikan dan pilihlah yang paling efektif
terhadap patogen yang umum yang menyebabkan ILO pada operasi jenis
tersebut yang direkomendasikan.
 Berikan dosis profilaksi awal melalui intravena 1 jam sebelum operasi sehingga sat
dioperasi konsentrasi bakterisida pada serum dan jaringan maximal.

2. Intra Bedah.
a. Ventilasi .
 Pertahankan tekanan (+) ruangan kamar bedah .

42
 Jangan menggunakan fogging dan sinar UV dikamar operasiuntuk mencegah ILO.
 Pintu kamar bedah harus selalu tertutup kecuali diperlukan untuk lewatnya
peralatan bedah.
 Batasi jumlah orang yang masuk kamar bedah.
b. Membersihkan dan desinfeksi permukaan lingkungan.
 Bila tampak darah atau cairan tubuh lain gunakan chlorine 0,5 % dan biarkan 10
menit kemudian bersihkan cairan tadi .
 Tidak perlu pembersihan khusus /penutupan kamar bedah setelah selesai operasi
kotor.
 Pel dan keringkan lantai kamar bedah dengan menggunakan detergennt normal.
c. Sterilisasi instrumen bedah.
 Sterilisasikan instrumen bedah sesuai petunjuk.
 Laksanakan sterilisasi kilat hanya untuk instrumen yang harus digunakan segera
seperti instrumen jatuh saat operasi.
d. Pakaian bedah /drapes .
 Pakai masker bedah dan tutupi mulut dan hidung bila memasuki kamar bedah
saat operasi berjalan .
 Pakai tutup kepala untuk menutupi rambut dikepala.
 Jangan menggunakan caver shoes untuk mencegah ILO Ganti gaun bila tampak
kotor dan terkontaminasi percikan cairan tubuh pasien.
 Gunakan gaun dan drape yang kedap air.
e. Teknik aseptik dan bedah.
 Lakukan teknik aseptik saat melakukan pemasangan CVP,kateter anestesi spinal /
epidural/ dan bila menyiapkan obat- obatan steril.
 Siapkan peralatan dan larutan steril sasaat sebelum digunakan.
 Perlakukan jaringan dengan lembut dan lakukan homeostasis yang
efektif,minimalkan jaringanyang mati atau ruang kosong (dead space) pada
lokasi operasi.
 Bila diperlukan drainage gunakan drain penghisap tertutup,letakan drain pd lokasi

43
tubuh yang terpisahdari insisi tubuh,lepas drain sesegera mingkin bila sudah tidahk
dibutuhkan.
3. Paska Bedah;
 Jika terjadi rembesan darah atau cairan pada daerah operasi segera laukakan
penggantian verban.
 Lakukan mobilisasi sedini mungkin.
 Pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga untuk mengkonsumsi makanan
bergizi.

II. Kebersihan tangan.


Pedoman menkebersihan tangan telah memberikan anjuran
tentang kapan dan bagaimana melakukan kebersihan tangan atau
menggosok tangan untuk pembedahan, telah mengalami
perubahan secara cepat pada masa 15 tahun terakhir, dengan
munculnya AIDS pada tahun 1980 an.

Kebersihan tangan dengan sabun biasa dan air sama


efektifnya dengan kebersihan tangan memakai sabun antimicrobial
(Pereira, Lee dan Wade 1990).

Pittet dan kawan-kawan pada tahun 2000, melaporkan hasil


penelitian tentang kepatuhan tenaga kesehatan dalam
menkebersihan tangan, bahwa ada 4 alasan mengapa kepatuhan
menkebersihan tangan masih kurang, yaitu:

44
 Skin irritation
 Inaccessible handwashing supplies
 Being too bussy
 No thinking abut it

Kepatuhan menkebersihan tangan di ICU (Spraot, I,J, 1994) kurang


dari 50%, sedangkan Galleger 1999 melaporkan bahwa kepatuhan
menkebersihan tangan tersebut :

Individu Patuh % Tidak Patuh %

Dokter 33 67
Perawat 36 64
Tenaga kesehatan lainya 43 57
Mahasiswa perawat 0 100

Kegagalan untuk melakukan kebersihan dan kesehatan


tangan yang tepat dianggap sebagai sebab utama infeksi
nosokomial yang menular dan penyebaran mikroorganisme
multiresisten serta diakui sebagai kontributor yang penting terhadap
timbulnya wabah (Boyce dan Pittet, 2002), hal ini disebabkan karena
pada lapisan kulit terdapat flora tetap dan sementara yang
jumlahnya sangat banyak.

Flora tetap hidup pada lapisan kulit yang lebih dalam dan juga
akar rambut, tidak dapat dihilangkan sepenuhnya, walaupun dengan
dicuci dan digosok keras. Flora tetap, berkemungkinan kecil
menyebabkan infeksi nosokomial, namun lapisan dalam tangan dan
kuku jari tangan sebagian besar petugas dapat berkolonisasi dengan

45
organisme yang dapat menyebabkan infeksi seperti : s.Auresus, Basili
Gram Negative, dan ragi. Sedangkan flora sementara, ditularkan
melalui kontak dengan pasien, petugas kesehatan lainya, atau
permukaan yang terkontaminasi. Organisme ini hidup pula pada
permukaan atas kulit dan sebagian besar dapat dihilangkan dengan
mencucinta memakai sabun biasa dan air. Organisme inilah yang
sering menyebabkan infeksi nosokomial (JHPIEGO, 2004).

 Kebersihan tangan adalah Proses membuang kotoran dan

debris secara mekanis dari kulit kedua belah tangan dan


mereduksi jumlah mikroorganisme transient dengan
menggunakan bahan tertentu.
 Flora transien dan flora residen pada kulit .

Flora transien pada tangan diperoleh melalui kontak dengan


pasien ,petugas lain,atau permukaan lingkungan
(meja,tensi,stetoskop atau toilet),organisme ini tinggal
dilapisan luar kulit dan terangkat saat kebersihan
tangan.Flora residen tinggal dilapisan kulit yang lebih dalam
serta didalam folikel rambut dan tidak hilang seluruhnya saat
dilakukan pencucian dan pembilasan keras dengan sabun
dan air mengalirUntungnya pada sebagian kasus ,flora
residen kemungkinan kecil terkait dengan penyakit infeksi
menular melalui udara seperti flu burung .Tangan atau kuku
petugas kesehatan dapat terkolonisasi pada lapisan dalam
oleh organisme yang menyebabkan infeksi seperti S
.Aureus,batang gram negatif.
 Sabun
Produk pembersih yang bergua untuk menurunkan
tegangan permukaan sehingga membantu melepaskan
kotoran,debris dan mikroorganisme yang meempel

46
sementara di tangan.sabun biasa memerlukan gosokan
untuk melepaskan mikroorganisme secara
mekanik,sementara sabun anti septik disamping
membersihkan juga dapat membunuh kuman
 Agen antiseptik
Bahan kimia yang digunakan untuk menghambat atau
membunuh mikroorganisme baik yang transien atau
residen.
 Emolient
Cairan organik seperti gliserol,propilen glikol atau sorbitol
yang ditambahkan pada handrub berguna sebagai
melunakkan kulit dan membantu mencegah kerusakan
kulit.
 Air mengalir
Air yang secara alami atau kimia yang digunakan untuk
kebersihan tangan merupakan air bersih bebas
mikroorganisme ,memiliki turbiditas rendah (jernih ,tidak
berbau )

Tujuan.

1. Membersihkan kedua tangan dari kotoran ,

2. Mereduksi jumlah microorganisme transient


 Jenis kebersihan tangan ada 4 macam;
1. Kebersihan tangan surgical.
2. Kebersihan tangan Aseptik
3. Kebersihan tangan sosial
4. Kebersihan tangan handrub

47
 5 moment kebersihan tangan :
1. Sebelum menyentuh pasien.
2. Sebelum melakukan tindakan aseptik.
3. Setelah tersentuh cairan tubuh pasien.
4. Setelah menyentuh pasien.
5. Setelah menyentuh lingkungan disekitar pasien

 Menggunakan 6 langkah kebersihan tangan


1. Petugas menggosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri
dengan tangan kanan dan sebaliknya.sebanyak 4x
2. Petugas menggosok kedua telapak tangan dan sela-sela
jari sebanyak 4x.
3. Jari –jari sisi dalam dari kedua tangan petugas saling
mengunci sebanyak 4x
4. Petugas menggosok ibu jari berputar dalam genggaman
tangan kanan dan lakukan sebaliknya sebanyak 4x
5. Petugas menggosok dengan memutar ujung jari – jari di
telapak tangan kiri dan sebaliknya sebanyak 4x
6. Petugas menggosok dengan memutar ujung jari – jari di
telapak tangan kiri dan sebaliknya sebanyak

Hal yang perlu diperhatikan dalam kebersihan tangan:


1. Kuku harus seujung jari tangan.
2. Cat kuku tidak diperkenankan
3. Bila tangan luka atau tidak intak ,harus
diobati dan dibalut dengan balutan yang
kedap air.
4. Jam tangan dan cicncin tidak
diperkenankan dipakai
5.

48
III. ALAT PELINDUNG DIRI

Protective barrier umumnya diacu sebagai Alat Pelindung Diri (APD),


telah digunakan bertahun-tahun lamanya untuk melindungi pasien dari
mikroorganisme yang terdapat pada staf yang bekerja pada suatu unit
perawatan kesehatan. Akhir-akhir ini, adanya AIDS dan HCV dan
resurgence tuberkulosis di banyak negara, memicu penggunaan APD
menjadi sangat penting untuk melindungi staf .

Termasuk Alat pelindung Diri a.l: sarung tangan, masker/respirator,


pelindung mata (perisai muka, kacamata), kap, gaun, apron dan
barang lainnya. Di banyak negara kap, masker, gaun dan tirai terbuat
dari kain atau kertas. Penahan yang sangat efektif, bagaimanapun,
terbuat dari kain yang diolah atau bahan sintetik yang menahan air
atau cairan lain (darah atau cairan tubuh) menembusnya. Bahan-
bahan tahan cairan ini, bagaimanapun, tidak tersedia secara luas
karena mahal. Di banyak negara, kain katun yang enteng (dengan
hitungan benang 140/in²) adalah bahan yang sering dipakai untuk
pakaian bedah (masker, kap dan gaun) dan tirai. Sayangnya, katun
enteng itu tidak memberikan tahanan efektif, karena cairan dapat
menembusnya dengan mudah, yang membuat kontaminasi. Kain dril,
kanvas dan kain dril yang berat, sebaliknya, terlalu rapat untuk ditembus
uap (yaitu, sulit disterilkan), sangat sukar dicuci dan makan waktu untuk
dikeringkan. Bila bahan kain, warnanya harus putih atau terang agar
kotoran dan kontaminasi dapat terlihat.

Macam APD :

1. Masker

49
2. Sarung tangan

3. Kaca mata,

4. Topi

5. Apron/celemek

6. Pelindung kaki

7. Gaun pelindung
8. Helm

1. Sarung tangan.

Tujuan memakai sarung tangan :

 Melindungi tangan dari kontak dengan darah,cairan


tubuh,secret,eksekreta,mukosa,kulit yang utuh dan benda-benda
yang terkontaminasi.

Jenis sarung tangan :

a) Sarung tangan steril:

 Digunakan di IKO, poli gigi atau poli bedah

 Digunakan saat pembedahan atau prosedur invasif

 Penggunaanya sekali pakai.

b) Sarung tangan tidak steril

 Digunakan di rawat inap, IPSRS, kebersihan

 Digunakan saat akan bersentuhan dangan cairan atau mukosa


tubuh atau bahan berbahaya

50
c) Sarung tangan rumah tangga

 Digunakan di linen, gizi, IPAL

 Digunakan untuk menyentuh bahan bahan yang memerlukan


perlakuan khusus (piring yg licin, mencuci linen yang tebal, dll)

3 saat petugas menggunakan sarung tangan :

1) Sebagai barieer protekif dan mencegah kontaminasi yang berat


(saat akan menyentuh cairan tubuh,sekresi,ekskresi,mukosa
membran dan kulit yang tidak utuh.

2) Untuk menghindari transmisi mikroba ditangan petugas ke pada


pasien (saat akan melakukan tindakan aseptik atau menangani
benda – benda yang terkontaminasi .

3) Untuk mencegah tangan petugas terkontaminasi mikroba dari


pasien lain(saat penggunaan sarung tangan yang benar,krn
sarung tangan belum tentu tidak berlubang walaupun kecil)

Hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan sarung tangan;

- Kebersihan tangan sebelum dan sesudah melepas sarung tangan.

- Gunakan sarung tangan berbeda untuk setiap pasien .

- Hindari jamahan pada benda-benda lain.

- Teknik menggunakan dan melepas sarung tangan harus dipahami.

2. Pelindung wajah.

- Tujuan : melindungi selaput lendir ,hidung,mulut,dan mata .

Jenis alat :

51
- Masker.

- Kaca mata.

- Face sheild.

3. Masker

Jenis masker:

a. Masker bedah

 Masker yang digunakan saat pembedahan di kamar operasi, poli gigi,


poli bedah, VK

 Di ganti bila basah atau selesai pembedahan

 Masker harus bisa menutupi hidung, muka bagian bawah, rahang dan
semua rambut muka

 Digunakan untuk menahan tetesan keringat yang keluar sewaktu


bekerja ,bicara, batuk atau bersin dan juga untuk mencegah cipratan
darah atau cairan tubuh yang terkontaminasi masuk ke dalam hidung
atau mulut.

b. Masker khusus

 Digunakan pada saat penanganan pasien, air bone disease, pasien


yang mendapatkan imunosupresan atau petugas atau pasien yang
sakit batuk.

 Digunakan untuk pencegahan penyakit H5N1,TBC di ruang isolasi.

 Karena saat ini rumah sakit belum memiliki masker N95 maka untuk
penggunakan diruang isolasi TBC menggunakan masker bedah
rangkap 2.

52
c. Masker biasa.

 Digunakan dalam keiatan sehari- hari kegiatan yang menimbulkan


bau (saat pengelolaan sampah,kamar mandi,ipal dll)

 Digunakan saat menderita batuk pilek..

 Dugunakan saat timdakan perawatan yang menimbulkan bau

(personal higiene,Membantu Bab,Bak,perawatan luka)

4. Gogless (kacamata)

 Digunakan untuk melindungi dari cipratan darah atau cairan tubuh


lainnya yang terkontaminasi. Pelindung mata termasuk pelindung
plastik yang jernih, kacamata pengaman, pelindung muka dan visor.

 Digunakan untuk prosedur bedah dan kemoterapi,mengosongkan


drinage.

5. Apron (Clemek)

 Apron steril digunakan untuk prosedur pembedahan atau yang


beresiko terjadi cipratan atau kontak dengan cairan tubuh pasien.

 Digunakan untuk melindungi dari cairan atau bahan kimia di ruang


linen , dapur, IPAL, Laboratorium, VK.

 Saat menangani pencucian peralatan bekas digunakan pasien


(instrumen,urinal,pispot,bemgkok dll)

53
6. Gaun.

Tujuan :

- Melindungi petugas dari kemungkinan genangan atau percikan darah


atau cairan tubuh lainnya yang dapat mencemari baju.

Jenis Gaun :

- Gaun pelindung tidak kedap air.

- Gaun pelindung kedap air.

- Gaun steril.

- Gaun non steril.

Indikasi penggunaan gaun :

- Tindakan atau penanganan alat yang memungkinkan pencemaran


/kontaminasi pada pakaian petugas seperti ;

 Seperti membersihkan luka bakar.

 Tindakan drainage.

 Menuangkan cairan terkontaminasi ke dalam lubang


pembuangan WC atau Toilet.

 Menangani pasien perdarahan masif.

 Tindakan bedah.

 Perawatan gigi.

- gaun segera diganti jika terkontaminasi cairan tubuh pasien.

6. Pelindung kaki

54
Tujuan :

- Melindungi kaki petugas dari tumpahan /percikan darah atau cairan


tubuh lainnya dan mencegah dari kemungkinan tusukan benda tajam
atau kejatuhann alkes.

- Digunakan dalam operasi dan menolong persalinan>

 Terbuat dari plastik yang menutupi seluruh ujung dan telapak


kaki digunakan untuk melindungi kaki dari:

a. Cairan atau bahan kimia yang berbahaya

b. Bahan atau peralatan yang tajam

7. Topi (penutup kepala)

 Digunakan untuk melindungi rambut dan kepala dari cairan tubuh


atau bahan berbahaya.

 Mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit


kepala petugas terhadap alat-alat di daerah steril dan juga
sebaliknya melindingi kepala petugas dari bahan – bahan berbahaya
dari pasien.

 Digunakan saat melakukan tindakan yang memerlukan area steril


yang luas (operasi,pemasangan kateter vena sentral.)

8. Helm

 Terbuat dari plastik

 Digunakan untuk melindungi kepala dan digunakan pekerjaan yang


berhubungan dengan bangunan.

55
9. Kegiatan lainya tentang kapan kebersihan tangan dan
penggunaan alat pelindung dilakukan ?
No Kegiatan Cuci Sarung Jubah/ Maske
. tanga tangan Celem r/
n Steril bias ek Googl
a e
Perawatan umum

1. Tanpa luka
 Memandikan / √ √
bedding
 Reposisi √ √
2. Luka terbuka
 Memandikan / √ √ K/P
bedding
 Reposisi √ √ K/P
3. Perawatan perianal √ √ √
4. Perawatan mulut √ √ K/P K/P
5. Pemeriksaan fisik √ K/P
6. Penggantian balutan
 Luka operasi √ √ K/P K/P
 Luka decubitus √ √ K/P K/P
 Central line √ √ K/P K/P
 Arteri line √ √ K/P K/P
 Cateter √ √ K/P K/P
intravena
Tindakan Khusus.

56
7. Pasang cateter urine √ √ K/P K/P
8. Ganti bag urine / ostomil √ √ K/P K/P
9. Pembilasan lambung √ √ K/P K/P
10. Pasang NGT √ √ √ K/P
11. Mengukur suhu axilia √ K/P
12. Mengukur suhu rectal √ √
13. Kismia √ √ K/P K/P
14. Memandikan jenazah √ √ K/P K/P
Perawatan saluran nafas

15. Tubbing ventilator √ √ K/P


16. Suction √ √ K/P √ K/P
17. Mengganti plaster ETT √ √ K/P √ K/P
18. Perawatan TT √ K/P √√
19. PF dengan stethoscope √ K/P
20. Resusitasi √ √ √ √√
21. Airway management √ √ √
Perawatan Vasculer

22. Pemasangan infuse √ Lebi √ K/P K/P


h
baik
23. Pengambilan darah √ Lebi √ K/P K/P
vena h
baik
24. Punksi arteri √ Lebi √ K/P K/P
h
baik

57
25. Penyuntikan IM / IV / SC √ √
26. Penggantian botol infuse √
27. Pelesapan dan √ √
penggantian selang
infuse
28. Percikan darah / cairan √ √ √
tubuh
29. Membuang sampah √ √ √
medis
30. Penanganan alat tenun. √ √ √ K/P

IV. Sterilisasi

Adalah membunuh semua mikroorganisme, termasuk


endospora bakterial

Adala Penguapan bertekanan tinggi yang menggunakan suatu


otoklaf atau dry heat dengan menggunakan oven adalah metode
yang paling tersedia saat ini yang digunakan untuk proses sterilisasi.

Sterilisasi uap tekanan tinggi adalah metode sterilisasi yang


paling murah dan efektif, tetapi juga paling sulit untuk
dilakukan secara benar (Gruendemann dan Mangum 2001).
Pada umumnya sterilisasi ini adalah metode pilihan untuk
mensterilisasi instrumen dan alat-alat lain yang digunakan
pada berbagai fasilitas pelayanan kesehatan. Bila aliran listrik
bermasalah, instrumen-instrumen dapat disterilisasi dengan
sebuah sterilisator uap nonelektrik dengan menggunakan

58
minyak tanah atau bahan bakar lainnya sebagai sumber
panas.

Kondisi Standar Sterilisasi Panas

Sterilisasi uap (Gravitas): Suhu harus berada pada 121ºC;


tekanan harus berada pada 106 kPa; 20 menit untuk alat
tidak terbungkus 30 menit untuk alat terbungkus. Atau pada
suhu yang lebih tinggi pada 132ºC, tekanan harus berada
pada 30 lbs/in²; 15 menit untuk alat terbungkus.

Catatan: Setting tekanan (Kpa atau lbs/in²) dapat agak


berbeda bergantung pada sterilisator yang digunakan. Bila
mungkin, ikuti anjuran pabrik.

Panas kering:

 170ºC selama 1 jam (total cycle time-meletakkan


instrumen-instrumen di oven, pemanasan hingga 170ºC,
selama 1 jam dan kemudian proses pendinginan 2-2,5
jam), atau

 160ºC selama 2 jam (total cycle time dari 3-3.5 jam).

Ingat:

 Waktu paparan mulai hanya setelah sterilisator telah


mencapai target

59
 Jangan memuat sterilisator untuk alat tidak terbungkus
dengan metode ini lebih pendek, hanya butuh waktu 4
menit. Metode kilat ini biasanya digunakan untuk alat-
alat individual.

Kegiatan di unit CSD :

1. Unit CSSD berada diinstalasi kamar operasi


2. Jam penerimaan bahan yang akan disteril lagi dari ruangan
 Pagi pukul 07.00-08.00 WIB
 Siang pukul 14.00 -15.00 WIB
3. Ruangan CSD terdiri dari 4 area, seperti yang terlihat pada.
Area ini adalah:

1. a. area penerimaan/pembersihan “hal-hal kotor”,

Di area ini, peralatan kotor diterima, dibongkar dicuci, dibilas dan


dikeringkan.

Area penerimaan/pembersihan “hal-hal kotor” harus memiliki:

 sebuah konter penerimaan;1

 dua sinks bila mungkin (satu untuk membersihkan dan satu

untuk membilas) dengan suplai air bersih; dan

 sebuah konter peralatan yang bersih untuk pengeringan

60
b. area kerja “bersih”
Di area kerja bersih, peralatan bersih:

 diperiksa barangkali ada catat atau kerusakan;

 dipak (bila terindikasi), baik disterilisasi maupun DTT; dan

 dikirim untuk disimpan seperti dalam bentuk dipak atau diangin-anginkan

untuk dikeringkan dan dimasukkan dalam wadah steril atau DTT.

Area kerja bersih harus mempunyai:


 meja besar;

 rak-rak penyimpanan peralatan bersih dan yang sudah dipak; dan

 sterilisator uap tekanan tinggi, oven panas tinggi, steamer, atau boiler.

c. area penyimpanan peralatan bersih, dan


Simpanlah peralatan bersih di area ini. Staf CSD juga harus memasuki CSD
melalui area ini. Lengkapi peralatan area ini dengan:
 rak-rak (lebih baik tertutup) untuk menyimpan peralatan bersih, dan

ruangan tersendiri.

d. area penyimpanan steril atau DTT.

Simpanlah pak-pak yang sudah disterilisasi dan wadah tertutup yang steril
atau DTT di area ini, pisahkan dari daerah suplai steril pusat.
 Batasi akses ke area penyimpanan ini dan/atau simpanlah peralatan di

kabinet atau rak-rak yang tertutup. (Rak-rak atau kabinet yang tertutup
lebih baik karena hal ini melindungi pak-pak dan wadah-wadah dari
debu dan debris. Rak-rak terbuka dapat diterima apabila area ini punya
akses terbatas dan urusan rumah tangga dan ventilasi terkontrol.)
 Menjaga area penyimpanan tetap bersih, kering, bebas debu dan

bebas kain tiras (lint-free) sesuai dengan jadwal urusan rumah tangga
reguler.
 Pak-pak dan wadah-wadah dengan peralatan steril atau DTT harus

disimpan dengan jarak 20 hingga 25 cm dari lantai, 45-50 cm dari langit-


langit, dan 15-20 cm dari dinding luar.
61
 Jangan mempergunakan kardus untuk tempat penyimpanan. (Kardus

melepaskan debu dan debris serta dapat menjadi sarang serangga.)


 Buatlah tanggal dan rotasi suplai. Proses ini berfungsi sebagai peringatan
4. Area Penyimpanan Steril atau DTT

Simpanlah pak-pak yang sudah disterilisasi dan wadah tertutup yang steril
atau DTT di area ini, pisahkan dari daerah suplai steril pusat.

 Batasi akses ke area penyimpanan ini dan/atau simpanlah peralatan


di kabinet atau rak-rak yang tertutup. (Rak-rak atau kabinet yang
tertutup lebih baik karena hal ini melindungi pak-pak dan wadah-
wadah dari debu dan debris. Rak-rak terbuka dapat diterima apabila
area ini punya akses terbatas dan urusan rumah tangga dan ventilasi
terkontrol.)
 Menjaga area penyimpanan tetap bersih, kering, bebas debu dan
bebas kain tiras (lint-free) sesuai dengan jadwal urusan rumah tangga
reguler.
 Pak-pak dan wadah-wadah dengan peralatan steril atau DTT harus
disimpan dengan jarak 20 hingga 25 cm dari lantai, 45-50 cm dari
langit-langit, dan 15-20 cm dari dinding luar.
 Jangan mempergunakan kardus untuk tempat penyimpanan. (Kardus
melepaskan debu dan debris serta dapat menjadi sarang serangga.)
 Buatlah tanggal dan rotasi suplai. Proses ini berfungsi sebagai
peringatan bahwa paket itu rentan atas proses kontaminasi dan
menghemat ruang penyimpanan, tetapi hal ini tidak menjamin
sterilitas.
 Pak-pak akan tetap steril sepanjang integritas paket itu
dipertahankan.
 Wadah-wadah steril atau DTT tetap dalam kondisi tersebut hingga
dibuka.
 Barang steril dan DTT dari area ini didistribusikan

62
Sistem Shelf Life:

 Shelf life dari peralatan steril yang dipak terkait dengan peristiwa dan
bukan terkait dengan waktu. Sebuah peristiwa dapat
membahayakan integritas dan efektivtas pak tersebut.
 Peristiwa yang dapat membahayakan atau menghancurkan sterilitas
pak mencakup berbagai penanganan, berkurangnya integritas pak,
penetrasi kelembaban, dan kontaminasi udara.
 Sterilitas hilang ketika pak telah terkoyak di pembungkusnya, telah
basah, terjatuh di lantai, berdebu atau tidak tersegel.
 Shelf life sebuah pak steril akan bergantung pada kualitas
pengepakan, kondisi selama penyimpanan dan pengangkutan, dan
jumlah penanganan sebelum digunakan.
 Menyegel pak-pak steril di kantong-kantong plastik dapat mencegah
kerusakan dan kontaminasi.
 Sebagian besar peristiwa yang berkontaminasi terkait dengan
penanganan pak secara berlebihan atau kurang tepat. Idealnya
sebuah peralatan harus ditangani tiga kali: (1) ketika mengeluarkan
dari sterilizer cart dan menempatkan di rak penyimpanan, (2) ketika
mengangkutnya ke tempat peralatan itu akan digunakan, dan (3)
ketika memilihnya dibuka untuk digunakan.

Lima faktor yang kemungkinan besar menghancurkan sterilitas atau


membahayakan efisiensi barier bakterial atas materi yang sedang dipak
adalah:

63
 Bakteri di udara
 Debu
 Kelembaban
 Berlubang, pecah atau terkoyak segelnya
 Terbukanya pak tersebut.
 Sebelum menggunakan peralatan yang telah disimpan, periksalah
pak tersebut untuk memastikannya tidak terkontaminasi.

Penanganan dan Pengangkutan Instrumen dan Peralatan Lainnya

 Pisahkan instrumen dan peralatan lain yang bersih, steril, dan DTT dari
peralatan kotor dan peralatan yang harus dibuang. Jangan
memindahkan atau menyimpan peralatan ini bersama-sama.
 Memindahkan instrumen dan peralatan lain yang steril dan DTT ke
prosedur atau ruang operasi dengan kereta tertutup atau wadah
dengan penutup untuk mencegah kontaminasi.
 Pindahkan suplai dari seluruh karton dan kotak pengiriman sebelum
membawa suplai ini ke dalam ruang prosedur, ruang operasi, atau
area kerja CSD yang bersih. (Shipping boxes mengeluarkan debu dan
menjadi tempat bersarang serangga yang dapat mengontaminasi
area ini.)
 Mengangkut suplai dan instrumen kotor ke area
penerimaan/pembersihan di CSD dengan tong sampah tertutup dan
antibocor.
 Mengangkut sampah yang terkontaminasi ke tempat pembuangan
dengan tong sampah tertutup dan antibocor.
 (Untuk informasi tambahan berkenaan dengan penanganan dan
pengelolaan peralatan yang akan dibuang)

64
Pemeriksaan indikator mutu sterilisasi :

1. Indikator mekanik

2. Indikator Kimia

3. Indikator biologi

4. Indikator mikrobiologi

Sumber : Perkins 1983

V. Dekontaminasi
merupakan langkah pertama dalam menangani alat bedah
dan sarung tangan yang telah tercemar. Hal penting sebelum
membersihkan adalah mendekontaminasi alat dan benda lain
yang mungkin terkena darah atau duh tubuh. Segera setelah
digunakan, alat harus direndam di larutan klorin 0,5% selama 10
menit. Langkah ini dapat menginaktivasi HBV, HCV, dan HIV
serta dapat mengamankan petugas yang membersihkan alat
tersebut (AORN 1990; ASHCSP 1986).

Sudah lebih dari 20 tahun, dekontaminasi terbukti dapat mengurangi


derajat kontaminasi oleh kuman pada instrumen bedah. Misalnya,

65
studi yang dilakukan oleh Nyström (1981) menemukan kurang dari 10
mikroorganisme pada 75% dari alat yang tadinya tercemar dan dari
100 mikroorganisme pada 98% alat yang telah dibersihkan dan
didekontaminasi. Berdasarkan penemuan ini, sangat dianjurkan agar
alat dan benda-benda lain yang dibersihkan dengan tangan,
didekontaminasi terlebih dulu untuk meminimalkan risiko infeksi .

Proses desinfeksi barang use yang di reuse

Proses desinfeksi alat medis dapat dikategorikan menjadi :

Tingkat Penerapan Proses Penyimpanan Contoh alat


resiko
Kritis Alat yg Sterilisasi Sterilisasi harus -Alat yang
masuk,penetrasi steam,sterad dijaga : digunakan
dalam jaringan atau DDT -bungkusan untuk
steril,rongga,aliran alat harus tindakan
darah kering. invasif.
-kemasan
tidak robek
-Bungkusan
harus dibuat
dengan
menghambat
bioefektif
selama
penyimpanan.
.simpan alat
steril pada

66
area steril
guna
melindungi
dari
kontaminasi
lingkungan.
-Alat steril
yang tidak
dibungkus
harus segera
dipakai

Semi Alat yang kontak Sterilsasi Simpan pada Alat yang


kritis dengan selaput steam/termal daerah bersih berhubungan
lendir dan dengan dan kering dengan
cairan guna respiratori :
desinfektan melindungi -LM laringeal
tingkat tinggi dari mask.
kontaminasi -Vaginal
lingkungan speculum.
-endotrakeal
non kinkin.
-probe invasif
ultrasonic
(trans vaginal
probe).
-Fleksible
*colonoscope
- Breast pump

67
Non Alat yang kontak Bersihkan alat Simpan dalam -alatnon
kritis dengan kulit dengan keadaan invasif
menggunakan bersih equipment:
detergent dan ditempat * Bedpan dan
air .jika yang kering urinal.
menggunakan * Manset
desinfektan tekanan
gunakan yang darah.
compatibel * bed
* Termometer.
* Tourniket
* Tensi meter

B. Desinfeksi lingkungan rumah sakit


- Permukaan lingkungan : lantai, dinding dan permukaan meja, trolly
didesinfeksi dengan detergen netral
- Lingkungan yang tercemar darah atau cairan tubuh lainnya
dibersihkan dengan desinfeksi tingkat menengah

VI. Kewaspadaan standar dan berdasarkan transmisi

Pedoman-pedoman baru yang dikeluarkan oleh CDC pada


tahun 1996 meliputi hal-hal sebagai berikut.namun yang terbaru
menyatukan universal precaution dab body substance isolasi (BSI)
menjadi kewaspadaan isolasi dengan komponen sbb :

 Pencegahan /kewaspadaan standar, diterapkan pada


semua klien dan pasien yang mengunjungi fasilitas
layanan kesehatan, meliputi :

- Kebersihan tangan.

68
- Penggunaan APD (alat pelindung diri )

- Peralatan perawatan pasien.

- Pengendalian lingkungan.

- Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen.

- Kesehatan karyawanan /perlindungan petugas kesehatan.

- Penempatan pasien.

- Higiene respirasi/etika batuk.

- Praktek menyuntik yang aman.

- Praktek untuk lumbal punksi.

KOMPONEN UTAMA DAN PENGGUNAANNYA

Komponen utama Pencegahan Baku dan penggunaannya


terdapat dalam Tabel 2-1. Penggunaan pelindung (barier) fisik,
mekanik, atau kimiawi di antara mikroorganisme dan individu,
misalnya ketika pemeriksaan kehamilan, pasien rawat inap
atau petugas layanan kesehatan, merupakan alat yang
sangat efektif untuk mencegah penularan infeksi (barier
membantu memutuskan rantai penyebaran penyakit).
Contohnya, tindakan berikut memberikan perlindungan bagi
pencegahan infeksi pada klien, pasien dan petugas layanan
kesehatan serta menyediakan sarana bagi pelaksanaan
Pencegahan Baku yang baru:

 Setiap orang (pasien atau petugas layanan kesehatan)


sangat berpotensi menularkan infeksi.

69
 Kebersihan tangan—prosedur yang paling penting dalam
pencegahan kontaminasi silang (orang ke orang atau
benda terkontaminasi ke orang).
 Pakai Sarung Tangan (kedua tangan) sebelum menyentuh
kulit yang terluka, selaput lendir (mukosa), darah atau duh
tubuh lainnya atau instrumen yang kotor dan sampah yang
terkontaminasi, atau sebelum melakukan prosedur invasif.

VI. Management Resiko PPI

Pengelolaan rumah sakit yang begitu komplek permasalahan


,memerlukan perhatian dan tindakan yang baik .Terutama
pencegahan dan pegendalian infeksi yang merupakan acuan
mutu rumah sakit,sehingga memerlukan tindakan yang baik.

Oleh sebab itu kita harus tahu dulu :

1. Resiko adalah :

 Peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak


pada pencapaian tujuan (AS/NZS 4360:2004)
 Efek ketidak pastian tujuan (ISO 3100:2009)
2. Management Resiko adalah :

 Budaya, proses dan struktur yang diarahkan untuk


mewujudkan peluang –peluang sambil mengelola efek
yang tidak diharapkan. (AS/NZS 4360:2004)
 Kegiatan terkoordinasi untuk mengarahkan dan
mengendalikan organisasi berkaitan dengan resiko (ISO
3100:2009)

II. Identifikasi Resiko

70
Adalah proses mengenal ,menemukan dan
mendiskripsikan resiko .

Hal pertama yang dilakukan untuk mengelola resiko adalah


mengidentifikasi ,identifikasi ini juga dibagi 2 secara Proaktif dan
Reaktif.

a. Identifikasi secara proaktif.adalan kegiatan identifikasi yang


dikakukan proaktif mencari resiko yang menghalangi rumah sakit
mencapai tujuan.Jika faktor resikonya belum muncul dan
bermanifestasi metoda yang dapat dilakukan dengan
cara,audit,brainstorming,pendapat ahli,FMEA,analisa swot.

b. Identifikasi secara Reaktif adalah kegiatan identifikasi setelah


resiko muncul dan bermanifestasi dalam bentuk insiden dan
gangguan .Metoda yang digunakan adalah pelaporan
insiden.tentu saja kita akan melaksanakan prinsip identifiksi
proaktif karena belum menimbulkan kerugian.

III. Analisa Resiko .

Adalah proses untuk memahami sifat resiko dan menentukan


peringkat resiko,analisa dilakukan dengan cara menilai :

1. seberapa sering peluang resiko muncul,


2. berat ringannya dampak yang ditimbulkan
tabel

Descripsi 1 2 3 4

Jarang Intermediate Sering Selalu


terjadi

71
Frekuensi

Probability

Dampak

occurence

Setelah skor peluang dan dampak/konsekuensi dikalikan


tujuannya mendapatkan peringkat sehingga dapat
menentukan skala prioritas penangannnya .

Tabel.

Peringkat Resiko .

1. Ekstrim ( 15-25)

2. Tinggi (8-12)

3. Sedang (4-6)

4. Resiko rendah (1-3)

IV. Evaluasi Resiko.

Adalah proses membandingkan antara hasil analisa resiko


dengan kriteria resiko untuk menentukan apakah resiko dan
/besarnya dapat diterima atau ditolelir.Sedangkan kriteria
resiko adalah kerangka acuan untuk mendasari
pentingnyaresiko dievaluasi .Dengan evaluasi resiko ini setiap

72
resiko dilelola oleh orang yang bertanggung jawab sesuai
denga resiko,dengan demikian tidak ada resiko yang terlewat.

V. Penanganan Resiko

Adalah proses memodifikasi Resiko :

1. Menghindari resikodengan memutuskan untuk tidak


memulai atau melanjutkan aktivitas yang menimbulkan
resiko.
2. Mengambil atau meningkatkan resiko untuk
mendapatkan peluang(lebih baik,baik)
3. Mengubah kemungkinan.
4. Menghilangkan sumber infeksi.
5. Mengubah konsekuensi.
6. Berbagi resiko dengan pihak lain.
7. Mempertahankan resiko dengan informasi pilihan

VII. Ruang Isolasi (kohorting)


A. Penerapan Isolasi Precaution di Rumah Sakit
Isolation precaution merupakan bagian integral dari program
pengendalian infeksi nosokomial

Tujuan

Isolation Precaution bertujuan untuk mencegah transmisi


mikroorganisme pathogen dari satu pasien ke pasien lain dan dari pasien
ke petugas kesehatan atau sebaliknya. Karena agen dan host lebih sulit
dikontrol maka pemutusan mata rantai infeksi dengan cara Isolation
Precaution sangat diperlukan.

1. Airborne Precaution

73
a. Penempatan pasien
Tempatkan pasien di kamar tersendiri yang mempunyai persyaratan
sebagai berikut:

 Tekanan udara kamar negative dibandingkan dengan area


skitarnya.
 Pertukaran udara 6 – 12 kali/jam.
 Pengeluaran udara keluar yang tepat mempunyai penyaringan
udara yang efisien sebelum udara dialirkan ke area lain di rumah
sakit.
 Selalu tutup pintu dan pasien berada di dalam kamar
 Bila kamar tersendiri tidak ada, tempatkan pasien dalam satu
kamar dengan pasien lain dengan infeksi mikroorganisme yang
sama atau ditempatkan secara kohort.
 Tidak boleh menempatkan pasien satu kamar dengan infeksi
berbeda.

b. Respiratory Protection
 Gunakan perlindungan pernapasan (N 95 respirator) ketika
memasuki rungan pasien yang diketahui infeksi pulmonary
tuberculosis
 Orang yang rentan tidak diberarkan memasuki ruang pasien yang
diketahui atau diduga mempunyai measles (rubeola) atau
varicella, mereka harus memakai respiratory protection (N 95)
respirator.
 Orang yang immune terhadap measles (rubeola), atau varicella
tidak perlu memakai perlindungan pernafasan.
c. Patient Transport

74
 Batasi area gerak pasien dan transportasi pasien dari kamar,
hanya tujuan yang penting saja.
 Jika berpindah atau transportasi gunakan masker bedah pada
pasien

2. Droplet Precaution

a. Penempatan Pasien
 Tempatkan pasien di kamar tersendiri
 Bila pasien tidak mungkin di kamar tersendiri, tempatkan pasien
secara kohart
 Bila hal ini tidak memungkinkan, tempatkan pasien dengan jarak 3
ft dengan pasien lainya
b. Masker
 Gunakan masker bila bekerja dengan jarak 3 ft
 Beberapa rumah sakit menggunakan masker jika masuk ruangan
c. Pemindahan pasien
 Batasi pemindahan dan transportasi pasien dari kamar pasien,
kecuali untuk tujuan yang perlu
 Untuk meminimalkan penyebaran droplet selama transportasi,
pasien dianjurkan pakai masker

3. Contact Precaution

a. Penempatan pasien
 Tempatkan pasien di kamar tersendiri
 Bila tidak ada kamar tersendiri, tempatkan pasien secara kohart
b. Sarung tangan dan kebersihan tangan.
 Gunakan sarung tangan sesuai prosedur

75
 Ganti sarung tangan jika sudah kontak dengan peralatan yang
terkontaminasi dengan mikroorganisme
 Lepaskan sarung tangan sebelum meninggalkan ruangan
 Segera kebersihan tangan dengan antiseptic / antimicrobial atau
handscrub
 Setelah melepas sarung tangan dan kebersihan tangan yakinkan
bahwa tangan tidak menyentuh peralatan atau lingkungan yang
mungkin terkontaminasi, untuk mencegah berpindahnya
mikroorganisme ke pasien atau lingkungan lain.
c. Gaun
 Pakai gaun bersih / non steril bila memasuki ruang pasien bial
diantisipasi bahwa pakaian akan kontak dengan pasien,
permukaan lingkungan atau peratalan pasien di dalam kamar
atau jika pasien menderita inkontaneia, diare, fleostomy,
colonostomy, luka terbuka
 Lepas gaun setelah meninggalkan ruangan.
 Setelah melepas gaun pastikan pakaian tidak mungkin kontak
dengan permukaan lingkungan untuk menghindari berpindahnya
mikroorganisme ke pasien atau lingkungan lain
d. Transportasi pasien
 Batasi pemindahan pasien dan transportasi pasien dari kamar,
hanya untuk tujuan yang penting saja. Jika pasien harus pindah
atau keluar dari kamarnya, pastikan bahwa tindakan pencegahan
dipelihara untuk mencegah dan meminimalkan resiko transmisi
mikroorganisme ke pasien lain atau permukaan lingkungan dan
peralatan.

Peralatan Perawatan Pasien

76
 Jika memungkinkan gunakan peralatan non kritikal kepada pasien
sendiri, atau secara kohort
 Jika tidak memungkinkan pakai sendiri atau kohort, lakukan
pembersihan atau desinfeksi sebelum dipakai kepada pasien lain.

Recommendation Isolation Precaution

“administrative Controls”

1. Pendidikan
Mengembangkan system pendidikan tentang pencegahan kepada
pasien, petugas, dan pengunjung rumah sakit untuk meyakinkan
mereka dan bertanggung jawab dalam menjalankanya.

Adherence to Precaution (ketaatan terhadap tindakan pencegahan)

2. Secara periodic menilai ketaatan terhadap tindakan pencegahan


dan adanya perbaikan langsung.

77
Dengan mengelompokan satu jenis penyakit berdasarkan cara
penularannya :

1. Setiap pasien yang menular harus dirawat di ruang isolasi


tersendiri.

2. Saat ini rumah sakit Panti Rahayu belum memiliki ruang


isolasi tersendiri,kedepannya akan direncakan untuk
pengadaan ruang isolasi pasien menular yang sesuai
ketentuan ,untuk merawat pasien ,RS Panti Rahayu
menggunakan cara Pengelompokan (Kohorting ) pasien
menular TBC,diare berat,varicella perdarahan tak
terkontrol,luka lebar dengan cairan keluar.

3. Setiap pasien harus memakai masker bedah (surgical mask


rangkap 2) atau masker N 95(bila mungkin) pada saat
petugas berada diruangan tersebut. Ganti masker setiap 4-
6 jam dan buang di tempat sampah infeksius. Pasien tidak
boleh membuang ludah atau dahak di lantai – gunakan
penampung dahak/ludah tertutup sekali pakai (disposable)
4. Setelah selesai melakukan tindakan jas tersebut harus
dilepaskan dengan hati-hati dan masukkan kedalam
tempat tertutup dilengkapi dengan laundry bag yang
berlabel ISOLASI. Tempat tersebut diletakkan di dekat pintu
keluar ruang isolasi. Setelah itu petugas harus kebersihan
tangan di dalam ruang isolasi.
5. Setiap ruang isolasi harus dilengkapi dengan peralatan:
 Termometer
 Stetoskop
 Tensimeter
 Wadah/bed pan (jika tidak ada kamar mandi sendiri)

78
 Tempat pembuangan limbah infeksius:
o Jas
o Instrumen
o Sampah termasuk sisa makanan, alat makan
 Fasilitas kebersihan tangan di dalam ruang kohorting
 Barrier atau penghalang .
 APD yang sesuai.

VIII. Pengelolaan kebersihan lingkungan Rumah Sakit

Pengelolaan rumah tangga meliputi pembersihan umum


rumah sakit dan klinik, yang meliputi lantai, dinding, alat-alat,
meja, dan permukaan lain. Maksud pengelolaan rumah
tangga adalah :

 mengurangi jumlah mikroorganisme yang dapat menulari


pasien, tamu, staf, dan masyarakat sekitar,

 mengurangi risiko kecelakaan, dan

 mengupayakan lingkungan yang bersih dan


menyenangkan untuk pasien dan staf

Umumnya ruangan-ruangan di rumah sakit dan klinik, seperti


ruang tunggu dan kantor administrasi, tergolong risiko rendah

79
sehingga cukup dibersihkan dengan sabun dan air.
Sedangkan beberapa ruangan seperti toilet/WC,
pembuangan darah atau duh tubuh lain, tergolong risiko
tinggi memerlukan disinfektan seperti klorin 0.5% atau fenol
1% yang ditambahkan pada larutan pembersih (SEARO
1988). Penggunaan disinfektan selain sabun dan air
dianjurkan pula di ruangan-ruangan seperti ruangan operasi,
kamar pulih, dan ruang perawatan intensif.

IX. Peralatan yang single use yang di Re-use

Dengan berkembangnya teknologi dan tuntutan patient


safety,maka peralatan yang digunakan baik langsung maupun
tidak langsung sangat mempengaruhi keselamatan pasien.Hal
ini terkait kontaminasi yang ditimbulkan jika digunakan kembali
, oleh sebab itu dilakukan aturan peralatan yang use dan re-
use sbb;

1. Peralatan yang use (sekali pakai)

 Berupa benda tajam

 Yang bersentuhan langsung dengan cairan tubuh pasien

 Yang penggunaannya dilakukan secara septic.

 Dibagi menjadi peralatan kritikal,semi kritikal dan non kritikal.

Kategori Alat-alat medis :

Tingka Penerapan Proses Penyimpanan Contoh alat


t resiko

80
Kritis Alat yg Sterilisasi Sterilisasi harus -Alat yang
masuk,penetrasi steam,sterad dijaga : digunakan
dalam jaringan atau DDT -bungkusan untuk tindakan
steril,rongga,alira alat harus invasif.
n darah kering. -endoskopidan
-kemasan assesoris yang
tidak robek dipakai dlm
-Bungkusan tindakan
harus dibuat invasif:
dengan - alat ERCP
menghambat -Laparoskopi
bioefektif - Broncoskopi
selama - instrument
penyimpanan bedah/operasi
.
.simpan alat
steril pada
area steril
guna
melindungi
dari
kontaminasi
lingkungan.
-Alat steril
yang tidak
dibungkus
harus segera
dipakai

81
Semi Alat yang kontak Sterilsasi Simpan pada Alat yang
kritis dengan selaput steam/termal daerah bersih berhubungan
lendir atau dengan dan kering dengan
cairan guna respiratori :
desinfektan melindungi -LM laringeal
chlorine 0,5 % dari mask.
kontaminasi -Vaginal
lingkungan speculum.
-endotrakeal
non kinkin.
-probe invasif
ultrasonic
(trans vaginal
probe).
-Fleksible
endocopes:
*colonoscope
*sigmoideskop
e
- Breast pump
Non Alat yang kontak Bersihkan alat Simpan -alatnon invasif
kritis dengan kulit dengan dalam equipment:
menggunaka keadaan * Bedpan dan
n detergent bersih urinal.
dan air .jika ditempat * Manset
menggunaka yang kering tekanan
n desinfektan darah.
gunakan * bed
yang * Termometer.

82
compatibel * Tourniket
* Tensi meter
* Pot obat
pasien.
* kontainer
darah

Batas penggunaan alat medis

Alat medis Frekuensi Dengan Proses kontrol


penggunaan melihat
ulang&proses
Laringeal 40x 1. Catat jumlah re-
mask Steam use pada kartu
pemeliharaan .
2. Setelah 40x alat
langsung dibuang.
3. Bila alat rusak
sebelum waktunya
segera dibuang
Nasal spray 5x 4. Catat jumlah re-
steam use pada kartu
pemeliharaan .
5. Setelah 40x alat

83
langsung dibuang.
6. Bila alat rusak
sebelum waktunya
segera dibuang
Endotracea 40x 7. Catat jumlah re-
tube non Steam use pada kartu
kinkin pemeliharaan .
8. Setelah 40x alat
langsung dibuang.
9. Bila alat rusak
sebelum waktunya
segera dibuang
Respiratory 30x 10. Catat jumlah re-
valve Steam use pada kartu
pemeliharaan .
11. Setelah 30x alat
langsung dibuang.
12. Bila alat rusak
sebelum waktunya
segera dibuang
Beast
pump

3. hal yang perlu diperhatikan dalam sterilisasi

1. Alat instrumen yang dapat disterilisasi ulang adalah :

84
a. Fisik peralatan setelah proses sterilisasi ulang peralatan tidak
berubah keutuhan, fungsional, baik perubahan fisik, kimia
biologis.
b. Proses pembersihannya mampu menjamin membersihkan
semua jenis kotoran biologis dari setiap pemakaian yang
sebelumnya dan peralatan bebas dari zat Pyrogenis, Tes
Pyrogenisitas dari pabrik
c. Bahan yang digunakan tidak menimbulkan zat toksik akibat
reaksi kimia dengan pelarut atau zat pembersih
d. Produsen alat yang bersangkutan menerapkan siklus-siklus
peralatan bersertifikat yang merupakan cara-cara yang telah
ditentukan dan diabsahkan untuk pemastian kesterilan, uji-uji
untuk keutuhan kemasan, pemeriksaan dan pengendalian
prosedur dengan pencatatan pemakaian alat tersebut
2. Semua permohonan untuk memakai kembali peralatan
disposible/Re-use atau sekali pakai saja harus tercatat, diketahui
dan disetujui oleh PPI(ICN) RSPB untuk memungkinkan
pengembangan protokol langkah demi langkah untuk proses ulang
3. Tidak ada peraturan dan undang-undangf untuk indonesia dan
prosedur untuk menangani alat-alat yang sudak kadaluarsa, hal ini
akan dikonsultasikan ke HICMR sesuai dengan kondisi

X. Pengelolaan linen

Memroses linen terdiri dari semua langkah yang diperlukan


untuk mengumpulkan, membawa, dan memilih (menyortir)
linen kotor dan membinatu (mencuci, mengeringkan,
melipat, atau membungkus), kemudian menyimpan dan
mendistribusikannya. Memroses linen secara aman dari
berbagai sumber adalah suatu proses yang rumit. Prinsip-

85
prinsip dan langkah-langkah utamanya tercantum dalam
Staf yang ditugasi untuk mengumpulkan, membawa dan
memilih linen kotor harus sangat berhati-hati. Mereka harus
memakai pakaian tebal atau sarung tangan rumah tangga
untuk mengurangi risiko perlukaan oleh jarum atau benda
tajam, termasuk pecahan gelas . Staf yang bertanggung
jawab terhadap pencucian barang kotor harus memakai
sarung tangan utiliti, alat pelindung mata, dan apron plastik
atau karet.

XI. Pengelolaan Lingkungan dan bangunan

Upaya pengendalian lingkungan adalah berbagai upaya


yang dilakukan untuk dapat mengendalikan berbagai
faktor lingkungan (Fisik, biologi, dan sosial psikologi ) di RS
dengan cara :

 Meminimalkan atau mencegah terjadinya transmisi


mikroorganisme dari lingkungan kepada pasien,
petugas, pengunjung dan masyarakat di sekitar sarana
kesehatan sehingga infeksi nosokomial dapat di cegah
dengan mempertimbangkan cost efektif
 Menciptakan lingkungan bersih aman dan nyaman
 Mencegah terjadinya kecelakaan kerja

Ruang lingkup pengelolaan lingkungan :

1. KONSTRUKSI BANGUNAN
2. UDARA
3. AIR
4. PEMBERSIHAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT

86
5. PEMBERSIHAN LINGKUNGAN DI R.GIZI
6. PEMBERSIHAN DI RUANG LAUNDRY

Konstruksi dan renovasi bangunan harus memperhatikan .

1.Pengertian
Cara melakukan perubahan bentuk, penambahan ruangan
pada lokasi tertentu yang meliputi design interior, eksterior, civil
dan medical.

Definisi dari kegiatan konstruksi :


Tipe kegiatan renovasi ada 4 type :
a.Tipe A pemeriksaan dan kegiatan pemeliharaan umum.
Termasuk namun tidak terbatas pada: penghapusan ubin
langit-langit untuk inspeksi visual (terbatas pada 1genteng per
5 m2), lukisan (tetapi tidak pengamplasan); mencakup instalasi
dinding; kerja trim listrik; pipa kecil; setiap kegiatan yang tidak
menghasilkan debu atau memerlukan pemotongan dinding
atau akses ke langit-langit selain untuk inspeksi visual.
b.Tipe b skala kecil dan jangka pendek,yang menghasilkan
debu sedikit.
Termasuk, tetapi tidak terbatas pada, instalasi pemasangan
kabel telepon dan komputer, akses ke ruang chase,memotong
dinding atau langit-langit di mana migrasi debu dapat
dikendalikan.
c. Tipe c kerja apapun yang menghasilkan debu sedang atau
tingkat tinggi.Termasuk, tetapi tidak terbatas pada,
pembongkaran atau penghapusan komponen bangunan
built-in atau rakitan, pengamplasan dinding untuk lukisan atau

87
mencakup dinding, meliputi penghapusan lantai / wallpaper,
ubin dan casework langit-langit, konstruksi dindingbaru,
ductwork kecil atau pekerjaan listrik di atas langit- langit,
kegiatan pemasangan kabel utama.
d. Tipe d penghancuran besar dan proyek konstruksi
Termasuk, tetapi tidak terbatas pada, penghancuran berat,
penghapusan sistem plafon yang lengkap, dan konstruksi
baru.

2. Tujuan.
Menurunkan terjadinya kontaminasi infeksi yang diakibatkan
pembangunan dan renovasi bangunan.

3. Kebijakan
a. Identifikasi kelompok resiko renovasi bangunan.

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4


Rendah Sedang Sedang Tinggi Tinggi
 Area  Perawatan  UGD
kantor pasien dan  Radiology  Area klinis
 Tanpa tidak  Recovery  Kamar
pasien/ tercakup Rooms Operasi
area dalam Grup 3  Ruang  Kamar
resiko atau 4 Maternitas prosedur
rendah  Laundry / VK invasif
yang  Kantin  Kamar bayi pasien rawat
tidak  Manajemen  Lab jalan
terdaftar Material Microbiolo  Area
dimanap  Penerimaan/P gi Anastessi &

88
un emulangan  Farmasi pompa
 Laboratorium jantung
tidak spesifik  Semua
seperti Grup Intensive
3Koridor Care Unit
Umum (yang (kecuali
dilewati yang tertulis
pasien, suplai, di Grup 4)
dan linen)

b. Pedoman kontrol infeksi.


Kelas I - Jalankan pekerjaan dengan metode untuk
meminimalkan peningkatan debu dari operasi
konstruksi
- Mengganti genteng langit-langit untuk inspeksi visual
secepatnya
Kelas II - Penyediaan aktif berarti untuk mencegah debu udara
menyebaran ke atmosfir
- Segel pintu yang tidak digunakan dengan lakban.
- Konstruksi yang mengandung limbah sebelum
ditransportasi harus dalam wadah tertutup rapat.
- Pel basah / atau vakum dengan vakum HEPA ber-filiter.
- Tempatkan lap kaki di pintu masuk dan keluar dari area
kerja dan mengganti atau dibersihkan saat tidak ada
lagi proses kerja.
- Isolasi sistem HVACdi daerah mana pekerjaan yang
sedang dilakukan/kohort dengan tekanan negatif

89
- Usap casework dan permukaan horizontal saat proyek
selesai.
Kelas III  Isolasi sistem HVAC di wilayah di mana pekerjaan
tengah dilakukan untuk mencegah kontaminasi
dari sistem saluran.
 Lengkapi semua barriers pembangunan sebelum
konstruksi dimulai.
 Jaga tekanan udara negatif dalam tempat kerja
menggunakan unit ventilasi saringan HEPA atau
metode lain untuk mempertahankan tekanan
negatif. Keselamatan umum akan memonitor
tekanan udara
 Jangan menghilangkan barriers dari area kerja
sampai proyek lengkap dibersihkan.
 Pel basah atau vakum dua kali per 8 jam periode
kegiatan konstruksi atau sesuai yang diperlukan
dalam rangka untuk meminimalkan jejak.
 Singkirkan bahan penghalang dengan hati-hati
untuk meminimalkan penyebaran kotoran dan
puing-puing yang terkait dengan konstruksi. Bahan
barrier harus diusap basa, Vakum dengan
menggunakan HEPA atau berikan kabut air agar
lembab sebelum disingkirkan.
 Tempatkan limbah konstruksi dalam wadah tertutup
rapat sebelum ditransportasi.
 Tempatkan keset kaki di pintu masuk dan keluar
dari area kerja dan diganti atau dibersihkan saat
tidak ada lagi aktifitas kerja
 Usap casework dan permukaan horizontal saat

90
proyek telah selesai.
Kelas IV - Isolasi sistem HVAC di wilayah di mana pekerjaan
tengah dilakukan untuk mencegah kontaminasi system
saluran.
- Lengkapi semua barriers pembangunan sebelum
konstruksi dimulai.
- Jaga tekanan udara negatif dalam tempat kerja
menggunakan unit ventilasi saringan HEPA atau metode
lain untuk mempertahankan tekanan negatif.
Keselamatan umum akan memonitor tekanan udara
- Beri segel pada luban, pipa, saluran dan tusukan untuk
mencegah migrasi debu.
- Bangun anteroom dan mengharuskan semua personil
melewati ruangan. Pel basah atau vakum HEPA
anteroom tiap hari.
- Selama pembongkaran, kerja yang menghasilkan debu
atau bekerja di langit-langit, sepatu sekali pakai dan
baju harus dipakai dan dibuang di anteroom ketika
meninggalkan area kerja.
- Jangan menghilangkan barriers dari area kerja hingga
selesai proyek dibersihkan
- Singkirkan bahan penghalang hati-hati untuk
meminimalkan penyebaran kotoran dan puing-puing
yang terkait dengan konstruksi.

XII. Antibiogram

91
Dengan pemeriksaan kultur akan didapatkan hasil resistensi
kuman terhadap antibiotika yang digunakan untuk
menentukan pola kuman rumah sakit

XIII. Pengelolaan bahan atau obat kadaluwarsa


Bekerja sama dengan farmasi dalam melakukan pengawasan
obat atau bahan yang telah kadaluwarsa

XIV. Upaya pencehan dan kesehatan karyawan

Petugas kesehatan beresiko terinfeksi bila terekspos saat kerja,juga


dapat menstransmisikan infeksi kepada pasien maupun petugas
kesehatan lain.

Saat menjadi karyawan baru seorang petugas kesehatan harus


diperiksa riwayat pernah terinfeksi apa saja dan status
imunisasinya,imunisasi yang dianjurkan hepatitis B,bila memungkinkan
haemophilus influenza,campak,tetanus,difteri,rubella,mantoux
test.Alur pasca pajanan harus dibuat dan dipastikan dipatuhi untuk
HIV,HBV,HCV.

Pedoman ini merupakan strategi preventif terhadap infeksi yang


didapatkan dari rumah sakit.meliputi :

1. Monitoring dan suppprt kesehatan petugas.


2. Edukasi pada seluruh staf rumah sakit tentang PPIRS
3. Vaksinasi dan imunisasi bila dibutuhkan .
4. Menyediakan antivirus profilaksis.
5. surveilens ILI mengenal tanda awal transmisi infeksi saluran napas
akut dari manusia ke manuasia.
6. terapi dan follow up

92
7. Rencanakan pertugas diperbolehkan masuk sesuai pengukuran
resiko bila terkena infeksi.
8. upayakan support psikososial.

B. Tujuan:

1. Menjamin keselamatan petugas dilingkungan rumah sakit.


2. Memelihara kesehatan petugas kesehatan.
3. Mencegah KLB.

Unsur yang dibutuhkan .

1. petugas yang berdedikasi.


2. SPO yang jelas dan tersosialisi dengan baik.
3. Koordinasi yang baik antar unit.
4. Penanganan pasca pajanan infeksius.
5. Pelayanan konseling dan privasi.
Pelaksanaan :

a. Perlindungan yang minimal bagi petugas adalah imunisasi


hepatitis B, iminisasi masal dan diulang tiap 5 tahun pasca
imunisasi .
b. Management pasca pajanan.
- tes pada pasien sebagai sumber pajanan.

- tes HBS Ag dan Anti HBs petugas.

- Pemberian immunoglobulin hepatitis B pasca pajanan


sebelum 48 jam

C. Evaluasi

1. dilakukan sebelum dan sesudah pajanan.

93
2. Status imunisasi .
3. Riwayat kesehtan yang lalu.
4. Terapi saat ini.
5. Pemeriksaan fisik.
6. Pemerisaan lab dan radiologi.
7. Edukasi :
 SPO PPI
 Kewaspdaan isolasi
 Kewaspadaan transmisi
8. Pelaporan yang meliputi :
 Informasi resiko ekspos.
 Alur mangemen dan tindak lanjut.
 Penyimpanan data
Pajanan dan tindakan :

1. Virus H5N1

Bila terjadi pajanan diberikan oseltaivir 2x 75 mg selama 5 hari.

2. Virus HIV.

Resiko terpajan 0,2 – 0,4 % per injuri.Profilaksis diberikan dalam


waktu 4 jam pasca pajanan dengan pemberian ARV,AZT,3TC dan
Indinavir sesuai pedoman.pasca pajana harus dilakukan pemeriksaan
HIV seroologidan dicatat sampai jadwal pemeriksaan monitoring
lanjutan nya.

3. Virus Hepatitis B.

Resiko terpajan Hepatitis B 1,9-40 % per pajanan,segera pasca


pajanan dilakukan pemeriksaan ,dapat terinfeksi bila sumber pajanan
positif HbsAg atau HbeAg.

94
D. Berikut tata laksana penyakit menular dan pencegahannya :

Penyakit Masa Menular Cara transmisi Kewasp Masa Tindakan


inkubasi selama/ adaan petugas
virus yang diliburkan/
shedding perlu tindakan
dijalank
an
Abses Selama luka kontak Kontak konserfatif
mengeluark
an cairan
tubuh
Acinetob Luka bakar Flora N kulit Standar
acter yang di manusia, mukus dan
baumanii hydroterapi menbran dan kontak
tanah. Bertahan
di tempat
lembab dan
kering sampai
berbulan,
menular melalui
peralatan rawat
respirasi, tangan
petugas,
humidifier,
stetoscop,
termometer,
matras, bantal,
prmk TT, mop,

95
gorden, tempat
mandi luka
terbuka
Adenovir 6-9 hari Sekret Droplet, Konserfatif
us type 1- saluran kontak
7 nafas
Aspergilo Infeksi jar Inhalasi stadium Kontak
sis luas dengan airbone, conidia dan
cairan airbone
berlebihan
candidias Standar,
is kontak
Chlamidi Standar,
aC kontak,
trachom termasu
atis k
seksual
Congenit Sampai Kontak dengan Standar, Restriksi 7 hari
al rubella umur 1 bahan nasofaring kontak
tahun dan urin
Conjungti 5- 12 14 hari stl Kontak dengan Kontak Sampai mata Pengobatan
vitis hari onset tangan, alat standar tidak kluar
*adenovir terkontaminasi kotoran
us type 8
Campak 5-21 hari 3-4 hr stl Droplet yang Transmisi Restriksi 7 hari Pengobatan
bercak besar (kontak udara setelah simtomatik
timbul mel dekat) & udara bercak
nasofaring merah timbul
(yg imun) 5hr

96
stl ekspos- 21
hr stl ekspos
Campilo Standar
bacter
Closrtidiu kontak
m difficile
Cytomeg Tidak Tahan di Kontak dg sekresi Standar Tidak perlu
alo virus diketah lingkungan &eksresi : saliva hand
ui dlm wkt dan urin hygiene
pendek
Difteria Sekresi dr mulut Droplet, Sampai Pengobatan
mengandung c kontak terapi simtomatik dan
difteriae antibiotika virus.
telah Minum
lengkap dan eritromicin 3x 1
sampai 2 tb sampai 7 hari
kultur
berjarak 24
jam
dinyatakan
negatif, perlu
imunisasi tiap
10 tahun
Gastroen Kontak px, Standar Tidak
teritis konsumsi atau mengolah
*salmonel makanan/ air kontak makanan sp
la terkontaminasi 2x jarak
*shingella 24jam kultur
*yenteroc feses negatif

97
olitica
Glardia Feses Kontak
lambilia

Hepatitis 15- 50 2 minggu, Fekal oral melalui Standar Libur di area Vaksinasi
A hari kadang2 sp feses perawatan/ hepatitis a
6 bulan pengolahan
(prematur) makanan,i
minggu
setelah sakit
kuning
imunisasi
paksa ekspos
Hepatitis B:6- Akut atau Perkutaneus Standar Tidak perlu -segera periksa
B,D 24mgg kronik dg mukosa, kulit yg dibatasi smp HbsAg atau
D: 3-7 HbsAg tdk utuh kontak HbeAg HbeAg,tidak
mgg positif dgn darah, negatif. perlu divaksin
semen, cairan bila petugas
vagina, cairan telah
tubuh yg lain mengandung
Anti HBs ≥ 10
mliu/ml
Hepatitis Perkutaneus Standar Restriksi
C,F,G mukosa kulit yg sampai
tdk utuh kontak kondisi
gdn darah, membaik
semen, cairan / sampai
vagina, cairan HceAg
tubuh yg lain negatif

98
Herpes 2-14 hr Asiptomatik Kontak dgn Standar, Retriksi tidak
simplex dpt ludah karier kontak perlu, tp
mengeluark mengandung tangan dibatasi
an virus virus langsung/ kontak dgn
lwt sekresi luka px
aberasi/ cairan
vesikel
HIV Perkutaneus Standar Kurang dari 4
mukosa, kulit yg jam paska
tdk utuh kontak pajanan
dgn darah,
semen, cairan -diberikan
vagina, cairan arv,azt dan 3 tc.
yubuh yg lain -dilakukan
pemeriksaan
HIVserologi dan
menitor setelah
3 bln,9bln,11 bln
Helicoba Standar
cter pylori
MDRO Kontak luka Kontak
(MRSA,
VRE,
VISA,
ESBL, Srep
pneumon
ia
Influensa 1-5hr Infeksius pd Airbone, kontak kontak Vaksinasi pd
3hr pertama langsung/ droplet petugas yg

99
sakit.Virus dgn sekresi rentan.
dpt saluran napas Amantadin
dikeluarkan untuk kontak
sblm gejala dgn influensa
timbul smp A
7hr stlh
dimulai
sakit, lebih
panjang pd
anak dan
orang
Hemophil Standar
us droplet
Influenza
e
Dewasa
Anak

Batuk non Droplet sekret Kontak


Human produktif, respirasi Droplet
Metapne kongesti
umo virus nasal
(HMPV) whezing,
bronkhiolitis,
pneumonia
pada anak
+ 11,5 tahun
Novirus 12-48 Diare, KLB Makanan, air Kontak,
jam terkontamibasi makana

100
feses n, air
N 2-10 hr Kontak dgn Trasmisi Libur spm -perlu profilaksis
meningitis sekret saluran mel 24jam stlh dgn Rif2x600 mg
napas droplet terapi paska selama 2 hari
ekspos. ,dan dosis
Rifampin2x60 tunggal
0mg, 2hr; cipro1x1,atau
ciprofloxacin ceftriaxone 250
1x500mg mg IM
atau
ceftriaxon250
mg IM
Parotitis, 16-18hr Community Kontak dengan Trasmisi Vaksinasi
Mumps (12- acquired, droplet atau droplet efektif, MMR
25hr) virus berada langsung dgn Restriksi sp 9hr
dlm saliva 6- sekret sal napas, stlh onset
7hr sbl yi saliva, hidung parotitis.
parotitis sp dan mulut Petugas
9hr stl onset renyan : 12hr
Px paska ekspos
immunokom pertama sp
promls 25 hr stlh
ekspos
terakhir
Parvoviru 6-10hr Menular Kontak dgn Transmisi Tidak perlu
s/B19 sblm bercak droplet besar, drolpet restriksi
merah sp muntahan
7hr stlh
onset

101
Pertusis 7-10 hr F catarrhal Kontak dgn Transmisi Vaksin
sangat sekresi sal napas, droplet direkomen
menular droplet besar sp 5 hr umur 11-64 th
kontak dekat meneri petugas dgn
ma pertusis:
antibioti restriksi fase
k catarrhal sp
mg 3 stl onst /
5 hr stlh tx
antibiotik
kontak saja
tidak perlu
retriksi
Pollomyel Nonpar Sal napas Kontak cairan sal Transmisi Imunisasi
itis alitik: 3- 1mgg stlh napas, benda kontak direkomenda
6hr; gejala terkontaminasi sikan
paralitik muncul, dlm fese
7-12hr feses bbrp
mgg-bulan
stlh gejala
muncul
Rubella 12-23hr, Sangat Kontak dgn Transmisi 5hr stlh bintik
bintik menular droplet droplet keluar :
merah saat bintik nasofaring px dan petugas
timbul merah kontak rentan 7hr stl
14-16hr keluar, virus dgn ekspos
stlh lepas 1mgg cairan pertama sp
ekspos sblm smp sal 21hr stl
5-7hr stl napas ekspos

102
onset, terakhir
congenital
rubella bisa
melepas
virus
berbulan-
bertahun2
RSV 2-8hr Orang sakit Tangan Transmisi Batasi kontak
(infeksi (terserin dapat terkontaminasi kontak dgn pasien
virus g mengeluark saat merawat erat dhn rawat dan
respiratori 4-6hr) an virus pasien atau droplrt lingkungan
k) selama 3- menyentuh atau bila ada KLB
8hr. Tp pd benda mati, aerosol RSV Restriksi
bisa anak 3- transmisi RSV bila partikel sampai
4mgg menyentuh mata kecil gejala akut
atau hidung hilang
MRSA Kontak Strandar Retriksi
dengan transmisi perawatan
petugas, kontak, pasien dan
mungkn dapat pengolahan
karier nares airbone makanan
anterior, bila petugas
tangan, dengan lesi
axilla, kulit basah
perineum, tidak perlu
nasofaring, retriksi bila
orofaring kolonisasi
Streptoco Kontak sisi Kulit, faring Standar Retriksi
cA terinfeksi & rektum, vagina berdasa perawatan

103
mensekresi r pasien &
transmisi pengolahan
makanan sp
24 jam stl
mendapat
antibiotik
Tidak perlu
retriksi
petugas dg
kolonisasi
Salmonell Orang- orang
a, lewat fekal oral
Shingella air/ makanan
terkontaminasi
Sypilis Kontak langsung Kontak
dg lesi primer
atau sekunder
sypilis
Tuberkolo Sp 1 bl Inhalasi droplet Airbone, Sampai -petugas yg
sis minum OAT nuklei kontak terbukti non terexpose perlu
(mengel infeksius tes mantoux
uarkan bila
c tubuh indurasinya> 10
infeksius mm perlu
) profilaksis INH
sesuai
rekomendasi
lokal
Varicella Sp lesi Airbone, 8 hari pasca Vaksinasi

104
kering & kontak, kontak sp 21 varicella
berkusta standar hari paska
kontak, beri
imuno
globulin IV
paska
kontak,
imunisasi
petugas
paska
pajanan
dalam 4 hari
Vibrio Kontak feces
kolera

Zoster Tutupi lesi, Retriksi


*lokal jangan sampai lesi
kontak dg mengering
pasien dan
rawat mengelupas
* Jangan Retriksi
menyelur kontak dg sampai
uh atau pasien semua lesi
orang kering dan
immuno mengelupas
komprom
ais
* paska Jangan Dari hr ke 10
pajanan kontak dg paska

105
(person pasien pajanan
yang rawat pertama sp
rentan) hari ke 21
atau hr 28
bila di beri
lagi atau
sampailesi
kering dan
mengelupas

A. Tindakan pertama pada pasca pajanan bahan kimia atau cairan tubuh.

1. Pada mata : Bilas dengan air mengalir selama 15 menit.


2. Pada Kulit : Bilas dengan air mengalir selama 1 menit.
3. Pada Mulut : segera kumur-kumur selama 1 menit
4. Lapor ke komite PPI atau K3RS atau dokter karyawan

B. Tata laksana bila petugas terpajan sumber infeksius Hepatitis B dari jarum
bekas

Orang yang Sumber HbsAg (+) Sumber HbsAg (-) Sumber tidak diketahui
terkena
Tidak divaccin HIBG 1x dan Beri vaksinHB Bila sumber merupakan
diberikan vaksin HB resiko tinggi,dapat
diperlakukan sebagai
sumber HBsAg
Pernah diberi vaksin Tes untuk HBs: Tidak ada Tidak ada pengobatan
tapi tidak diketahui 1.jika titernya pengobatan

106
serokonversinya cukup tidak perlu
perlu terapi.
2.jika tidak cukup
titernya beri
boosster HB dalam
waktu 7 hari.
Diketahui non HBIG 1x(dalam Tidak ada Jika sumbermerupakan
serokonversinya waktu 72 jam)+ 1x pengobatan resiko tinggi dapat
dosis vaksin diperlakukan sebagai
HB(dalam waktu 7 sumber HbsAg (+)
hari)
Tidak diketahui Tes untuk HBs : Tidak ada Tes untuk anti HBs :
serokonversinya 1.jika (-) obat pengobatan 1.jika (-) ,obati seperti
seperti non non serokonversi.
serokonversi. 2.jika titer tidak cukup
2.jika titer tidak booster vaksin HB.
cukup HBIG 1x + 3.jika tter cukup tidak
booster vaksin HB perlu diobati.
dan ulangi
pemeriksaan
setelah 4 minggu.
3.Jika titer
cukup,tidak perlu
diobati
-HBIG (Human B imunoglobulin)dosis untuk dewasa 400 unit.
-Titer (antibodi) yang sudah cukup berada pada level 10 mIU/ml

C. Pengobatan jika sumber positif HIV sbb :

107
Orang yang Sumber positif HIV Sumber Sumber tidak diketahui
terkena negatif HIV
HIV(-) Rujuk ke dokter Tidak ada Konsultasi dengan spesilais
internis aagar pengobatan mikrobiologi /internist mungkin
mendapatkan diobati seperti pasien HIV
nasehat. (+),jika resiko tinggi.
Setelah kejadian
diketahui dari
pasien HIV (+) staf
harus dirujuk
kefasilitas post
exposur
propilaksis(PEP)
dalam waktu 2
jam setelah
pajanan.
Tes ulang saat itu 6
minggu,3,6dan 12
bulan .

Saran :
Lakukan
pencegahan
penularan .

Tunda proses
kehamilan selama
3 bulan.

108
Jangan
memberikan
donor darah .

Suntikan
zidovudine
selama 4 minggu
(250 mg 3x/hari)
atau 150 mg
2x/hari(untuk
tablet)

Tidak perlu
pemberian
pengobatan
propilaksis
HIV (+) Tidak perlu
diobati

D. Pengobatan jika sumber (+) Hepatitis C


Orang yang Sumber HbsAg (+) Sumber Sumber tidak diketahui
terkena HbsAg (-)
Hepatitis C negatif Berikan nasehat Tidak perlu Tidak perlu diobati konsul

109
untuk melakukan diobati dokter internist jika perlu.
pemeriksaan
0,3,6,12 bln
pemeriksaan HVC
dengan PCR dan
diperiksa LVT untuk
mengetahui status
infeksinya

Sarankan untuk
meminalkan
penularan

Tidak ada
chemopropilaksis
tersdia ,rujuk pada
dokter penyakit
menular

E. . Petunjuk penggunaan ARV

1. ARV harus diberikan dalam waktu kurang dari 4 jam.


2. Termasuk didalamnya pajanan tehadap darah,cairan
serebrospinal,semen,vagina,amnion dari pasien dengan positif HIV.
3. Tes HIV diulang setelah 6 minggu ,3 bulan dan 6 bulan.

F. . Status HIV pasien.

Pajanan Tidak diketahui Positif Positif Rejimen

110
Resiko
tinggi
Kulit utuh Tidak perlu PPP Tidak perlu Tidak perlu -
PPP PPP
Mukosa/kulit Pertimbangkan Berikan Berikan AZT 300mg/12
tidak utuh rejimen 2 obat rejimen 2 rejimen 2 jam x 28
obat obat hari,3TC 150
mg/12 jam 28
hari
- Tusukan Berikan rejimen Berikan Berikan AZT 300mg/12
benda tajam 2 obat. rejimen 2 rejimen 3 jam x 28
solid obat. obat hari,3TC 150
mg/12 jam 28
Berikan rejimen hari,Lop/r
- Tusukan 2 obat Berikan Berikan 400/100mg/12
benda tajam rejimen 3 rejimen 3 jam x28 hari.
berongga obat obat

XV. Pemeriksaan swab dan kultur,merupakan saran pemeriksaan swab


kuman pada

a. lantai,dinding dan ,AC

b. Tangan petugas gizi dan perawat ruang rawat inap.

c. Kultur darah pada surveilens ILI

111
BAB II

STANDART KETENAGAAN

A. Kualifikasi Ketenagaan.

Jenis ketenagaan menurut Peraturan Pemerintah RI tahun No .32


Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
No Jenis tenaga Pendidikan sertipikat Jumlah
formal
1 Dokter Anestesi PPI lanjut 1
spesialis
2 ICN D-3 PPI dasar 1/150 TT
3 Perawat D-3 cssd 1
4 Sanitasi linen D-3 Management 1
linen
5 Sanitasi gizi D-3 Management 1
Gizi
6 Farmasi D-3 1
7 Laborat D-3

Kualifikasi ketenagaan PPI

1. Karyawan yang berminat dalam bidang PPI.


2. Minimal pendidikan D3
3. Mempunyai sertipikat PPI (basic maupun advand)
4. Bekerja purna waktu

112
B. Uraian Tugas :

B.1. Direktur.

 Membentuk Komite dan TIM PPIRS dengan surat keputusan


 Bertanggung jawab dan memiliki komitmen yang tinggi terhadap
penyelenggaraan upya PPI
 Bertanggung jawab terhadap tersedianya fasilitas sarana dan
prasarana termasuk anggaran yang dibutuhkan.
 Menentukan kebijakan PPI
 Mengadakan evaluasi kebijakan PPI berdasarkan saran dari panitia
PPIRS
 Dapat menutup suatu unit perawatan /instalasi yang dianggap
potensial menularkan penyakit untuk beberapa waktu sesuai saran
dari PPIRS.
 Mengesahkan SPO untuk PPIRS.

B.2. IPCO ketua komite PPI

B.2.1 Kriteria IPCO ;

113
- Ahli atau dokter yang berminat dalam PPI

- mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar PPI.

- memiliki kemampuan leadership.

Tugas IPCO sbb;

 Berkontribusi dalam diagnosis dan terapi infeksi.


 Turut menyusun pedoman penulisan resep antibiotika dan
surveilens.
 Mengidentifikasi dan melaporkan kuman patogen dan pola
resistensi antibiotika.
 Bekerjasama dengan perawat PPI memonitor kegiatan surveilens
infeksi dan deteksi dini KLB.
 Membimbing dan mengajarkan praktek dan prosedur PPI yang
berhubungan dengan prosedur terapi.
 Turut memonitor cara kerja tenaga kesehatan lain dalam merawat
pasien.

B.2 IPCN

B.2.1Kriteria IPCN :

- Perawat dengan pendidikan min D3 dan memiliki sertifikasi pelatihan


PPI

- Memiliki komitmen di bidang PPI

- Memiliki pengalaman sebagai kepala Ruangan atau setara.

- Memiliki kemampuan leadership,inovatif dan confident

- Bekerja purna waktu.

114
B.2.2 Uraian tugas :

 Mengunjungi ruangan setiap hari untuk memonitor kejadian infeksi


yang terjadi diruang perawatan.
 Memonitor pelaksanaan PPI,penerapan SPO,kepatuhan petugas
dalam menjalankan kewaspaan isolasi.
 Melaksanakan surveilens infeksi dan melaporkan kepada panitia
PPIRS.
 Melaksanakan pelatihan PPIRS.
 Melakukan investigasi terhadap KLB dan bersama sama panitia PPI
memperbaiki kesalahan.
 Memonitor kesehatan petugas sesuai gugus tugas .
 Bersama panitia menganjurkan prosedur isolasi dan memberikan
konsultasi PPI
 audit. PPI termasuk pentalaksanaan limbah,laundry,Gizi dengan
menggunakan daftar tilik.
 Memonitor terhadap pengendalian penggunaan antibiótica yang
rasional.
 Membuat laboran surveilens.
 Memberikan saran desain ruangan RS agar sesuai dengan prinsip
PPI.
 Mengusulkan pengadaan alat dan bahan yang sesuai dengan
prinsip PPI dan aman penggunaannya.
 Melakukan pertemuan berkala termasuk evaluasi kebijakan.
 Mengidentifikasi temuan dilapangan dan mengusulkan pelatihan
untuk meningkatkan kemampuan SDM PPIRS.
 Menerima laporan dari TIM PPIdan membuat laporan kepada direktur.
 Berkoordinasi dengan unit terkait lain.Melakukan pengawasan
terhadap tindakan tindakan yang menyimpang dari SPO.

115
 Melakukan investigasi menetapkan dan melaksanakan infeksi bila ada
KLB.
 Menyusun dan mentapkan serta mengevaluasi kebijakan PPI.
 Melaksanakan sosialisasi kebijakan PPIRS agar kebijakan dapat
dipahami dan dilaksanakan oleh petugas kesehatan rumah sakit.
 Membuat SPO PPI
 Menyusun program PPI dan mengevaluasi pelaksanaan program
tersebut.

B.4 . IPCLN

B.4.1 Kriteria IPCLN :

- Perawat dengan pendidikan min D3 dan memiliki sertifikasi PPI.

- Memiliki komitmen di bidang PPI

- Memiliki kemampuan leadership

B.4.1.1 Tugas IPCLN :

 Mengisi dan mengumpulkan formulir surveilens setiap pasien


diruang perawatan kemudian menyerahkan nya pada IPCN saat
pasien pulang.
 Berkoordinasi dengan IPCN saat terjadi infeksi potensial KLB.
 Memonitor kepatuhan petugas dalam menjalankan standart isolasi
 Berkoordinasi dengan unit terkait lain.Melakukan pengawasan
terhadap tindakan tindakan yang menyimpang dari SPO.
 Melakukan investigasi menetapkan dan melaksanakan infeksi bila
ada KLB.
 Bekerja sama dengan TIM PPI dalam melakukan investigasi
masalah KLB (HAIs).

116
 Memberi usulan untuk mengembangkan dan meningkatkan cara
PPI.
 Memberi konsultasi pada petugas kesehatan rumah sakit .

B.5.Tugas Anggota laboratorium

 Melaksanakan penyuluhan dan pendidikan tentang materi materi


yang berkaitan dengan pengendalian infeksi nosokomial kepada
petugas laborat.
 Membantu pelaksanaan pemeriksaan swab atau kultur pasien
 Memantau pemeriksaan laboratorium sesuai SPO
 Melaksanakan tugas lain dari ketua panitia pengendali infeksi
nosokomial.
B.6. Tugas Anggota linen:

 Memisahkan linen infeksius dan non infeksius


 Melaksanakan pemeriksaan swab linen bersih.
 Memantau penggunaan bahan desinfektan sesuai aturan.
 Memantau kegiatan hand higiene diruang linen.
B.6. Tugas Anggota gisi :

 Memantau kegiatan hand higiene diruang gizi.


 Membantu pelaksanaan pemeriksaan bahan makanan dan swab
petugas gisi.
 Memantau penggunaan bahan desinfektan gizi.
B.7. Tugas Anggota IPSRS :

 Memantau pelaksanaan hand higiene petugas IPSRS.


 Memantau penggunaan bahan desinfektan.
 Membantu mempersiapkan uji air bersih,limbah dan kuman
diruang tertentu.

117
 Memantau proses pembakaran incenerator.
 Menyiapkan bahan2 hasil pemeriksaan laboratorium

C. Distribusi Tenaga.

Komite PPI merupakan unit pelayanan yang melakukan kegiatan


secara komprehensif dari setiap unit pelayanan di rumah sakit ;
 QMR,IGD,Poli rawat jalan,Unit Rawat inap,
Sekretariat,akuntansi,IPSRS,Gisi,lien,farmasi,SMF,laborat,Iko,
 ICU,House keeping (CS).

118
BAB III

STANDART FASILITAS

A. Fasilitas bagi petugas.


1. Denah
Ruangan PPIRS terintegrasi dengan ruangan perkantoran dengan
komite lain Rumah sakit
Digedung IKO lantai 3 .

2. Standart Fasilitas.

No Fasilitas Jumlah
A Fisik /bangunan
Gedung perkantoran lantai 3 1

B Peralatan
Meja 1
Kursi 3
Komputer 1
Line internet 1
Almari kaca 1

119
Peralatan tulis 2
Buku perpustakaan PPI 10

B. Fasilitas pelayanan .

1. Menyusun kebutuhan pendidikan dan pelatihan petugas kesehatan


,petugas laboratorium,relawan dan pihak lain.
2. Memastikan ketersediaan perlengkapan yang diperlukan untuk
menerapkan pencegahan dan pengendalian infeksi yang
direkomendasikan dan tindakan-tindakan keamanan biologis (APD)
3. Mempersiapkan fasilitas sesuai dengan kebutuhan dan memastikan
bahwa fasilitas tersebut telah ditetapkan .
4. Memastikan bahwa pelacakan kontak ,pembatasan dan karantina
jika diperlukan misalnya:
 Penetapan tempat khusus bagi penderita yang disolasi
 Pastikan peyanan medis,pasokan makanan, dukungan sosial
dan bantuan psikologi
 Pastikan transportasi yang memadai tersedia ke dan dari
tempat tersebut (rumah sakit /kamar jenazah)

5. Melindungi petugas kesehatan dengan memastikan SPO PPI sudah


ada dan dipatuhi (cmplience kebersihan tangan )

6. Mengembangkan strategi triage untuk pasien yang berpotensi


berpenyakit menular,dengan menyediakan lokasi diluar ugd,sebagai
tempat pemeriksaan awal ,identifikasi sebagai pengobatan
darirat,pasien yang perlu dirujuk untuk penatalaksaanselanjutnya.

120
BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

Merupakan langkah- langkah pelayanan pencegahan dan pengendalian


Infeksi di masing – masing unit kerja sbb :

1. Tata laksana pelayanan unit surveilens


a. Penanggung jawab
- ICN
- IPCLN ruangan yang dilakukan surveilens
- Petugas laborat
b. Perangkat kerja

121
- Status medis
- Form survei harian PPI
- Form survei bulanan PPI
- Form PPI
c. Tata laksana pelayanan
- ICN mengumpulkan IPCLN untuk diberikan pengarahan
suveilens
- ICN membagikan form survei harian ,bulanan dan form SPO
- IPCLN melakukan monitoring survei harian sesuai ruangan.
- ICN melakukan konfirmasi bila terjadi infeksi saat survei ,dan
divalidasi oleh dokter penaggungjawab pasien.
- ICN merekap hasil survei harian yang dilakukan oleh IPCLN.
- ICN melaporkan hasil survei kepada Komite PPI.
- Komite PPI melaporkan hasil surveilens kepada Direktur
tembusan ke QMR
- Dan dilaporkan kepada DKK setempat
2. Tata laksana pengambilan swab dan kultur.
a. Penanggungjawab.
- ICN
- Petugas Laborat.
- Petugas yang dilakukan survei (swab tanga petugas)
- Petugas IPSRS
b. Perangkat kerja
- Status medis
- Form permintaan swab
- Ruangan perawatan
- AC
- Pasien
c. Tata laksana pelayanan

122
- ICN mengajukan pemeriksaan swab dan kultur pada dokter
penanggung jawab pasien, kemudian mengajukan
permohonan pemeriksaan kepada petugas laborat.
- ICN dan IPCLN mempersiapkan pasien atau petugas yang
akan dilakukan swab / kultur.
- Mendampingi petugas laborat dalam melaksanakan swab
atau kultur.
- Jika hasil sudah jadi maka mereka melaporkan kepada komite
PPI.
3. Tatalaksana monitoring kebersihan lingkungan
a. Penanggung jawab
- ICN, IPCLN
- Petugas kebersihan (SSC)
b. Perangkat kerja
- Buku pedoman pembersihan
- Daftar bahan-bahan desinfeksi
c. Tatalaksana pembersihan
- ICN dan SSC melakukan pertemuan rutin, membahas dan
evaluasi kinerja staf SSC
- Memberikan evaluasi bahan desinfeksi yang relevan dan
ramah lingkungan
- Memberikan pengarahan cara pembersihan tumpahan darah
atau cairan tubuh
- Memberikan pengarahan cara pembersihan lantai, dinding
dan ruangan
- Memberikan pengarahan pembersihan tumpahan darah atau
cairan tubuh pasien.
- Memberikan pengarahan penggunaan APD
4. Tatalaksana Pelayanan CSSD

123
a. Penanggung jawab
- ICN, petugas ruangan
- Petugas CSSD
- Administrasi CSSD
- Petugas OK
b. Perangkat kerja
- Kalibrasi autoclave
- Buku expedisi sterilisasi ruangan dan CSSD
- Kertas indikator bouwie dict tes
- Indikator mekanik
- Kertas indikator kimia `
- Tabung mikro biologi
c. Tatalaksana pelayanan CSSD
- Petugas ruangan yang akan mensterilkan alat mengisi dibuku
expedisi diruangan yang bersangkutan dan buku expedisi di
OK
- Petugas CSSD memberikan identifikasi peralatan atau
instrumen sesuai ruangan yang mensterilkan
- Sebelum melakukan proses sterillisasi petugas CSSD melalukan
bouwie dict tes pada mesin autoclav terlebih dahulu (untuk
mengetahui kesiapan mesin autoclave .
- Jika hasil bouwdict tes baik petugas CSSD memberikan
indikator kimia pada setiap peralatan yang akan disterilkan
- Petugas CSSD melakukan penyetirilan sesuai SPO
- Setelah selesai proses sterilisasi lihat indikator kimia, jika hasil baik
lakukan penyimpanan peralatan yang sudah steril dialmari
- Petugas ruangan yang akan mengambil sterilisasi dicocokan
dengan buku expedisi ruangan dan CSSD

124
- Setiap minggu petugas CSSD melakukan uji mikro biologi
terhadap hasil sterilisasi

5. Tatalaksana Linen
a. Penanggung jawab
- Petugas linen
- Petugas ruangan
b. Perangkat kerja
- Linen
- Buku penyerahan linen kotor
- Buku penyerahan linen bersih
c. Tatalaksana linen
- Petugas ruangan mengantarkan linen kotor setiap pagi
- Petugas linen mencocokan linen kotor yang diantarkan
petugas ruangan ditulis pada buku penyerahan linen kotor
- Petugas linen mengidentifikasi linen infeksius dan non infeksius
- Untuk linen infeksius dilakukan dekontaminasi dengan cairan
clorin 0,5% dan deterjen selama 10 menit
- Kemudian lakukan pencucian sesuai SPO
- Untuk linen non infeksius dilakukan pencucian sesuai.
- Penyediaan linen 2 x shift untuk menjaga ketersediaan linen
- Menyediakan kebutuhan linen seluruh Rumah Sakit.
- Swab linen bersih
6. Tatalaksana formularium antibiogram
a. Penanggung jawab
- Komite PPI
- Komite farmasi
- SMF

125
- Petugas laborat
b. Perangkat kerja
- Pasien yang akan dilakukan kultur
- Form surveilens PPI
c. Tata laksana
- Surveilens PPI untuk pengambilan kultur dilakukan Tiap 6 bulan .
- ICN mengajukan pemeriksaan sesuai kebijakan surveilen yang
diindikasikan untuk dilakukan pemeriksaan kultur kepada dokter
penaggung jawab
- Medis memberikan advist untuk dilakukan pemeriksaan kultur
pasien.
- Petugas laborat melakukan pengambilan sample dan proses
selanjutnya sesuai SPO kultur
- Bila hasil telah jadi,petugas petugas laborat memberikan hasil
kepada ruangan yang mempunyai pasien(dokter penanggung
jawab ) dan kpian kepada ICN
- ICN merekap dan menganalisa hasil kultur masing – masing
kegiatan.
- Hasil dibahas dikomite PPI dan selanjutnya diteruskan kepada
direktur dan SMF

7 . Pelayanan kesehatan karyawan.

a. Penanggung jawab
- Komite PPI
- HRD
b. Perangkat kerja
- Buku /data pemeriksaan kesehatan yang ada di HRD
- Data kesehatan karyawan.
c. Tata laksana

126
- HRD mengeluarkan pemberitahuan pemeriksaan kesehatan
setiap hari ulang tahun.
- Komite PPI mengidentifikasi unit yang harus dilakukan
pemeriksaan kesehatan
Ruang kohort airborne : petugas dilakukan pemeriksaan TB
setiap 3 bulan sekali
Ruang iko dan icu : petugas dilakukan pemeriskasaan
TB,Hepatitis B setiap tahun
Sekali.
Unit Gisi : pemeriksaan tipoid tiap 1 tahun sekali
- Karyawan melakukan pemeriksaan kesehatan yang sesuai
ketentuan.
- Hasil diidentifikasi
- Bersama HRD melakukan analisa dan pencatatan kesehatan.
- Komite PPI dan HRD melaporkan hasil pemeriksaan kesehatan
karyawan kepada direktur dan SMF.
7. Pelayanan renovasi bangunan
a. Penanggung jawab
- Ketua komite PPI
- IPSRS
b. Perangkat kerja
- Papan pemberitahuan sedang dilakukan renovasi bangunan
- Pemeriksaan swab lantai
- Analisa dampak lingkungan (kebisingan dan debu)
- Papan/ alat penghalang renovasi.
c. Tata laksana
- Tim pembangunan memberitahukan kepada PPI dan IPSRS
bahwa akan dilakukan renovasi bangunan.
- Bersama mengidentifikasi dampak :

127
 kebisingan,debu.
 Lokasi resiko ( rendah,sedang,tinggi)
 renovasi
- Melakukan isolasi kegiatan dengan memasang papan
pemberitahuan renovasi,alat penghalang disekeliling area
renovasi
- Edukasi kepada staf yang melewati area pembangunan agar
dimengerti.
- Setelah selesai pembangunan bagunan dibiarkan selama 1
bulan untuk mengetes kesiapan bangunan ,selama didiamkan
dilakukan tes swab lantai dan didinding ruangan,jika hasil baik
setelah periode 1 bulan ruangan boleh digunakan

Selesai renovasi

Diamkan selama
1 bln dan uji swab

128
Hasil baik Hasil tak baik

Ruangan siap
digunakan Desinfeksi dinding
dan lantai dengan
larutan chlorine 0,5 %

Lakukan swab ulang

Hasil baik ruangan siap


digunakan

8. Pelayanan pembuatan ruang kohort


a. Penanggung jawab
- Ketua komite PPI
- IPSRS
b. Perangkat kerja
- Ruangan bertekanan negatif ( exhaust fan dan ventilasi)
- APD ( terutama masker bedah rangkap 3)
c. Tata laksana

129
- Komite PPI mengajukan pembuatan ruangan kohort kepada
direktur.
- Setelah ada disposisi kepada TIM pembangunan (IPSRS)
- Dilakukan pembuatan ruangan kohort yang bertekanan
negatif
- Syarat dan denah terlampir

9. Pelayanan pemeriksaan baku mutu air dan lPAL


10. Kebersihan tangan
a. Penanggung jawab
- Ketua komite PPI
b. Perangkat kerja
- Alkohol handrub
- Air mengalir
- Wastafel
- Towel
- Sabun
- Clorhexidine 2% dan 4 %
c. Tata laksana
- Penyiapan SPO kebersihan tangan dan gambar kebersihan
tangan
- Edukasi pada seluruh staf rumah sakit
- Audit kepatuhan kebersihan tangan mulai dari kepala
ruang,dokter,baru staf pelaksana
- Laporan audit kebersihan tangan

BAB V

LOGISTIK

130
Tata cara logistik PPIRS

1. Perencanaan barang.
a. Barang rutine :
- Kertas HVS,tinta printer,bolpoint,form survei harian,form survei
bulanan,form SPO surveilens,buku tulis.
- Bahan desinfeksi
b. Barang tidak rutine :
- Proposal pemeriksaan kultur dan swab
- Pengadaan leaflet dan banner kebersihan tangan,etika
batuk,pencegahan dan pengendalian infeksi tanggung jawab
bersama.
2. Permintaan barang.
a. Barang rutine disampaikan pada bagian logistik rutine rumah sakit.
b. Barang tidak rutine disampaikan terlebih dahulu pada direktur
untuk dimintakan persetujuan.
3. Penditribusian

131
BAB VI
KESELAMATAN KERJA

A. Kewaspadaan, upaya pencegahan & pengendalian infeksi meliputi :


a. Pencegahan dan Pengendalian PPI
b. Keamanan pasien, pengunjung dan petugas
B. Keselamatan dan Kesehatan kerja Pegawai Melakukan pemeriksaan
kesehatan meliputi ;
a. Pemeriksaan kesehatan prakerja
b. Pemeriksaan kesehatan berkala
c. Pemeriksaan kesehatan khusus diunit beresiko :
 csd,iko,icu,laboratorium,Radiologi,sanitasi gizi,linen
d. Pencegahan dan penanganan kecelakaan kerja (tertusuk jarum
bekas).
e. Pencegahan dan penanganan penyakit akibat kerja
f. Penanganan dan pelaporan kontaminasi bahan berbahaya
g. Monitoring ketersediaan dan kepatuhan pemakaian APD bagi
petugas
h. Monitoring penggunaan bahan desinfeksi
C. Pengelolaan bahan dan barang berbahaya
a. Monitoring kerjasama pengendalian hama.
b. Monitoring ketentuan pengadaan jasa dan barang berbahaya.
c. Memantau pengadaan, penyimpanan dan pemakaian B3
D. Kesehatan lingkungan kerja Melakukan monitoring kegiatan :
a. Penyehatan ruang bangunan dan halaman rumah sakit
b. Penyehatan hygiene dan sanitasi makanan dan minuman

132
c. Penyehatan air
d. Pengelolaan limbah
e. Pengelolaan tempat pencucian
f. Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu
g. Disinfeksi dan sterilisasi
h. Kawasan Tanpa Rokok
E. Sanitasi rumah sakit Melakukan monitoring terhadap kegiatan ;
a. Penatalaksanaan Ergonomi
b. Pencahayaan
c. Pengawaan dan pengaturan udara
d. Suhu dan kelembaban
e. Penyehatan hygiene dan sanitasi makanan dan minuman
f. Penyehatan air
g. Penyehatan tempat pencucian
F. Sertifikasi/kalibrasi sarana, prasarana dan peralatan Melakukan
pemantauan terhadap ;
a. Program pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis dan
nonmedis
b. Sertifikasi dan kalibrasi peralatan medis dan nonmedis
G. Pengelolaan limbah padat, cair dan gas
a. Limbah padat yang meliputi
i. Limbah medis/klinis
ii. Limbah domestik/sampah non medis
iii. Limbah infeksius
b. Limbah cair
c. Limbah gas

H. Pendidikan dan pelatihan PPI


a. Mengadakan sosialisasi dan pelatihan internal meliputi :

133
- Sosialisasi sistem tanggap darurat bencana.
- Pelatihan penanggulangan bencana.
- Simulasi penanggulangan bencana
- Pelatihan penggunaan APD
- Pelatihan surveilens
- Pelatihan desinfeksi dan dekontaminasi
- Pelatihan pemadaman api dengan APAR.
- Pelatihan bagi regu pemadam
- Pelatihan ( training of trainer )spseialis penanggulangan
kebakaran
- Sosialisasi dan pelatihan penanggulangan kontaminasi B3.
- Simulasi penanggulangan bencana dan evakuasi terpadu.
b. Mengikut sertakan pelatihan K3 yang dilakukan oleh Perusahaan
Jasa atau Intansi lain bagi personil K3.
c. Upaya promotif dan edukasi
 Hand higiene menjadi kebutuhan dan budaya disemua unit
pelayanan.
 Kedisiplinan Penggunaan APD sesuai dengan peruntukannya
 Surveilens
- ILI
- ILO
- ISK
- VAP
- HAP
- Kepatuhan kebersihan tangan.
 Upaya promotif PPI :
- Pemasangan anjuran kebersihan tangan disetiap ruangan
publik atau wastafel
- Pemasangan cara menggunakan dan melepas APD,

134
- Pemasangan promotif kepatuhan membuang sampah sesuai
jenisnya .
- Sosialisasi PPI pada karyawan baru dan mahasiswa praktek
- Pemasangan gambar etika batuk
 Peningkatan pelayanan Pusat sterilisasi .
- Upaya pemusatan sterilisasi rumah sakit hanya di CSSD
- Penyediaan 3 indikator mutu sterilisasi
 Pembuatan ruang kohort :
- Kohort kontak infeksi
- Kohort droplet infeksi
- Kohort air borne infeksi
- Kohort imunosupresif
 Peningkatan kewaspadaan standart disemua unit pelayanan.

I. Pengumpulan, pengelolaan dokumentasi data dan pelaporan


Meliputi :

a. Mengagendakan laporan dan rencana kerja PPI


b. Mengarsipkan surat keluar dan surat masuk.
c. Mengarsipkan semua dokumen berkaitan dengan kegiatan PPI
d. Mendokumentasikan setiap kegiatan.
e. Memberikan rekomendasi berkaitan dengan PPI kepada Direksi
baik diminta atau tidak.

135
BAB VII
KESELAMATAN PASIEN

Upaya keselamatan pasien melalui kegiatan KKPRS adalah :


1. Ketepatan identifikasi pasien
1.1 Melakukan identifikasi yang benar sesuai SPO.
2. Peningkatan komunikasi efektif
2.1 Melakukan komunikasi efektif SBAR pada saat :
2.1.1 Komunikasi antar perawat
2.1.2 Komunikasi perawat dengan dokter
2.1.3 Komunikasi antar petugas kesehatan lainnya yang
bertugas di Rumah Sakit Panti Rahayu.
2.2 Menggunakan komunikasi SBAR :

136
2.2.1 Saat pergantian shift jaga.
2.2.2 Saat terjadi perpindahan rawat pasien.
2.2.3 Saat terjadi perubahan situasi atau kondisi pasien.
2.2.4 Saat melaporkan hasil pemeriksaan,efek samping
terapi/tindakan atau pemburukan kondisi pasien melalui
telepon kepada dokter yang merawat.

3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai


3.1 Melaksanakan SPO Independent Double chek,Obat
kewaspadaan tinggi pada obat-obat yang termasuk dalam
daftar obat HAM.
3.2 Memberikan obat sesuai dengan prinsip 6 BENAR.

4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi


5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
5.1 Melakukan pengisian formulir data pemantauan surveilens :
5.1.1 Infeksi luka infus
5.1.2 Infeksi saluran kencing
5.1.3 Infeksi luka operasi superfisial
5.1.4 VAP ( Ventilator aquired pneumonia)
5.1.5 HAP (Hospital aquired pneumonia)
5.1.6 Kepatuhan kebersihan tangan.
5.2 Melakukan pemantauan kegiatan pengendalian infeksi.
5.3 Melakukan pelaporan dan analisa kejadian infeksi.
5.4 Melakukan sosialisasi hasil analisa kejadian infeksi.
5.5 Melakukan evaluasi kegiatan pengendalian infeksi .
6. Pengurangan risiko pasien jatuh.
6.1 Melakukan pencegahan pasien jatuh dengan assessment
risiko dan tindak lanjut kepada pasien yang dirawat .

137
6.2 Melaporkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang terjadi .
6.3 Melakukan analisa sederhana terhadap kejadian KTD yang
terjadi di masing-masing unit pelayanan.
6.4 Melakukan sosialisasi hasil analisa KTD yang terjadi.

138
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN

a. Penerapan system pencatatan dan pelaporan di RS Panti Rahayu


mempunyai
tujuan:

Mendapatkan data untuk memetakan masalah – masalah


yang berkaitan dengan keselamatan pasien
Sebagai bahan pembelajaran untuk menyusun langkah-langkah
agar KTD yang serupa tidak terulang kembali
Sebagai dasar analisis untuk mendesain ulang suatu sistem
asuhan pelayanan pasien menjadi lebih aman
Menurunkan jumlah insiden keselamatan pasien (KTD dan KNC)

Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien

b. RS Panti Rahayu mewajibkan agar setiap insiden keselamatan pasien


dilaporkan kepada komite keselamatan pasien rumah sakit
c. Laporan insiden keselamatan pasien di RS Panti Rahayu bersifat :

- Non punitive (tidak menghukum)

- Rahasia

139
- Independen

- Tepat waktu

- Berorientasi pada sistem

d. Pelaporan insiden keselamatan pasien menggunakan lembar


Laporan Insiden Keselamatan Pasien yang berlaku di RS Panti Rahayu
dan diserahkan kepada Komite Keselamatan Pasien RS Panti Rahayu.
Bagian/unit mencatat kejadian IKP di buku pencatatan IKP masing-
masing.
e. Laporan insiden keselamatan pasien tertulis secara lengkap
diberikan kepada komite keselamatan pasien dalam waktu :
- 1 x 24 jam untuk kejadian yang merupakan sentinel events
(berdampak kematian atau kehilangan fungsi mayor secara
permanen). Apabila pelaporan secara tertulis belum siap,
pelaporan KTD dapat disampaikan secara lisan terlebih dahulu.

- 2 x 24 jam untuk kejadian yang berdampak


klinis/konsekuensi/keparahan tidak signifikan, minor, dan
moderat.
f. Tindak lanjut dari pelaporan :

- Tingkat risiko rendah dan moderat : investigasi sederhana oleh


bagian/unit yang terkait insiden(5W:what,who,where,when,why).
- Tingkat risiko tinggi dan ekstrim : Root Cause Analysis (RCA) yang
dikoordinasi oleh komite keselamatan pasien.
a. Bila insiden keselamatan pasien yang terjadi mempunyai tingkat
risiko merah (ekstrim) maka komite keselamatan pasien segera

140
melaporkan kejadian tersebut kepada direksi RS Panti Rahayu dan
Yayasan(kantor YAKKUM).
b. Bila insiden keselamatan pasien yang terjadi mempunyai tingkat
risiko kuning (tinggi) maka komite keselamatan pasien segera
melaporkan kejadian tersebut kepada Direksi RS Panti Rahayu.
c. Komite keselamatan pasien RS Panti Rahayu melakukan
rekapitulasi laporan insiden keselamatan pasien dan analisisnya
setiap tiga bulan kepada direksi RS Panti Rahayu

B. PENERAPAN INDICATOR KESELAMATAN PASIEN.

a. Komite Keselamatan Pasien RS Panti Rahayu menetapkan


indicator keselamatan berdasarkan atas pertimbangan high risk,
high impact, high volume, prone problem.
b. Komite Keselamatan Pasien RS Panti Rahayu menjelaskan definisi
operasional, frekuensi pengumpulan data, periode analisis, cara
perhitungan, sumber data, target dan penanggung jawab.
c. Komite Keselamatan Pasien RS Panti Rahayu bertanggung
jawab terhadap pelaksanaan dan kesinambungan penerapan
indicator keselamatan pasien
d. Komite Keselamatan Pasien RS Panti Rahayu bertanggung jawab
dalam proses pengumpulan data, analisis dan memberikan
masukan kepada Direksi berdasarkan pengkajian tersebut.
e. Indikator dikumpulkan dan dianalisis setiap bulan. Setiap tiga

141
bulan indicator dianalisis dan di feed back kan kepada unit terkait.
f. Jumlah indicator keselamatan pasien perlu ditinjau ulang setiap 3
tahun sekali

C. ANALISIS AKAR MASALAH

a. Dalam rangka meningkatkan mutu dan keselamatan pasien, RS Panti


Rahayu menerapkan metode root cause analysis (RCA) atau analisa
akar masalah, yaitu suatu kegiatan investigasi terstruktur yang
bertujuan untuk melakukan identifikasi penyebab masalah dasar dan
untuk menentukan tindakan agar kejadian yang sama tidak terulang
kembali.
b. RCA dilakukan pada insiden medis kejadian nyaris cedera dan KTD
yang sering terjadi di RS Panti Rahayu.

c. RCA dilakukan pada setiap kejadian sentinel events.

d. Insiden keselamatan pasien yang dikatagorikan sebagai level tinggi


dan ekstrim diselesaikan dalam kurun waktu paling lama 45 hari dan
dibutuhkan tindakan segera yang melibatkan Direksi.
e. Agar penemuan akar masalah dan pemecahan masalah
mengarah pada sesuatu yang benar, maka perlu dibentuk tim RCA
yang berunsurkan : dokter yang mempunyai kemampuan dalam
melakukan RCA, unsur keperawatan, dan SDM lain yang terkait
dengan jenis insiden keselamatan pasien yang terjadi.
f. Dalam melakukan RCA langkah langkah yang diambil adalah
membentuk tim RCA, observasi lapangan, pendokumentasian,
wawancara, studi pustaka, melakukan asesmen dan diskusi untuk

142
menentukan faktor kontribusi dan akar masalah.
g. Hasil temuan dari RCA ditindaklanjuti, direalisasi dan dievaluasi agar
kejadian yang sama tidak terulang kembali
STANDAR DAN INDIKATOR MUTU KINERJA KLINIK
1. Standar Mutu Klinik: RSPR harus mampu memberikan pelayanan
yang terbukti aman bagi semua orang yang berada didalamnya
baik pasien maupun karyawan dari segala bentuk kejadian yang
dapat timbul karena proses pelayanan.
2. Indikator Mutu Klinik:
1). Indikator Non Bedah
a). Angka dekubitus
b). Angka kejadian infeksi jarum infus
c). Angka kejadian infeksi karena transfusi darah.
d). Target surveilens angka kejadian infeksi <1,5%
e). Tersedianya Bahan- bahan desinfeksi yang sesuai
rekomendasi dan aman bagi lingkungan.
f). Dilakukannya kegiatan pemantauan
g). Hasil swab : tangan,dinding dan lantai,AC
yang memenuhi standart (SPM)
h). Hasil kultur : Pus,darah dan ujung kateter

2) Unit CSSD :
a). - indikator bouwie dict tes,kimia dan mikrobiologi
dilaksanakan dan hasilnya baik
b). - maintence autoclave .
c). Kalibrasi Autoclave external baik
d). Indikator mekanik,kimia,biologi
3) Upaya kesehatan :

143
a). Kebersihan tangan menjadi isu dan tindakan yang menjadi
kebutuhan petugas.
b). Terlaksananya pemasangan leaflet kebersihan tangan
disetiap ruangan ,wastafel dan ruangan publik.
c). Edukasi PPI pada calon karyawan .
d). Edukasi PPI pada karyawan .
e). Edukasi pada mahasiswa praktek
f). Hasil survei menjadi informasi disetiap unit pelayanan
melalui sistem informasi rumah sakit
g). Pemeriksaan kesehatan karyawan secara berkala
h). Terlaksananya ruangan kohort dimarkisa 1 atau durian .
i). Tersediannya APD yang diperlukan
j). Terlaksananya survei complience kebersihan tangan tangan
pada perawat senior
k). Penyehatan lingkungan
l). Ruangan dan lingkungan yang bersih
m). Sampah dibuang sesuai jenisnya
n). Incenerator berfungsi dengan baik (semua sampah yang
dibakar menjadi abu)
o). Terlaksananya formularium antibiotika.
3. Indikator mutu lingkungan
1). Hasil uji baku mutu air dan limbah yang dihasilkan sesuai
dengan perundangan yang berlaku (UU Lingkungan, PP, PMK,
Perprop, Perda)
2). Ketersediaan instalasi pengolah limbah baik padat maupun
cair.
3). Ketersediaan pengolahan limbah infeksius
4). Pelaksanaan UKL dan UPL dari Rencana Pengelolaan
Lingkungan

144
Penurunan Angka Kuman di area pelayanan khusus
B. Formulasi dari indikator-indikator tersebut di atas adalah sebagai
berikut

a) Kelompok Pelayanan Non-Bedah


1) Angka infeksi karena Jarum Infus

𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝐾𝑒𝑗𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛 𝐼𝑛𝑓𝑒𝑘𝑠𝑖 𝐾𝑢𝑙𝑖𝑡 𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝐽𝑎𝑟𝑢𝑚 𝐼𝑛𝑓𝑢𝑠 𝑝𝑒𝑟 𝐵𝑢𝑙𝑎𝑛


x 100 %
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑑𝑖𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔 𝑖𝑣 𝑙𝑖𝑛𝑒 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑖𝑡𝑢

2) Angka infeksi luka operasi x 100 %


Total penderita yang dioperasi dalam satu bulan

3) Angka infeksi pneumonia krn terpasang ventilator x 100%


Total Pasien yang terpasang ventilator dalam satu bulan

4) Angka i saluran kemih x 100%


Total pasien terpasang DC pada bulan tersebut.

5) Angka pneumonia karena tirah baring (HAP) x 100 %


Total pasien tirah baring dalam satu bulan

145
BAB IX

PENUTUP

Sebagai penutup kiranya dapat diingatkan kembali bahwa


pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi bukanlah urusan mereka
yang bertugas di unit PPIRS saja. Namun juga tanggung jawab semua pihak
yang berada di Rumah Sakit Panti Rahayu Purwodadi.
Yang paling penting dilaksanakan dalam rangka Pencegahan dan
pengendalian infeksi adalah upaya-upaya edukasi PPI kepada staf ,pasien
dan pengunjung Rumah sakit.,sehingga dapat merubah perilaku yang
sehat,penyaiapan sarana dan prasarana PPI .upaya pencegahan dan
pengendalian infeksi disadari atau tidak memerlukan dana yang besar
sehingga memerlukan dukungan penuh dari management rumah sakit.
Demikianlah pedoman pelayanan pencegahan dan pengendalian
infeksi Rumah Sakit Panti Rahayu Purwodadi,lebih baik mencegah dari pada
mengobati.

Purwodadi,10 Februari 2014

Direktur

146
Dr Sunarima MKes

XVI. Landasan Hukum

1. Undang Undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009tentang Rumah


sakit.

2. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor.129/MenKes/SK/2008 tentang


standart minimal pelayana Rumah Sakit.

3. Surat Edaran direktur jendral Bina Pelayanan Medik nomor


HK.03.01/II/3744/ 08 tentang Pembentukan komite dan Tim Pencegahan
Pengendalian Infeksi di rumah Sakit.

4. Undang undang no 23 tahun 1992 tentang kesehatan.

5. Peraturan pemerintah nomor 32 tahun 1995 tentang tenaga kesehatan.

6. Peraturan menteri kesehatan republik Indonesia nomor


1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang standart pelayanan Rumah sakit.

7. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1575/Menkes/2005 tentang


Organisasi dan tata kerja Departemen Kesehatan.

147
148

Anda mungkin juga menyukai