Anda di halaman 1dari 130

PEDOMAN PELAYANAN

KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

RS UMUM MANADO MEDICAL CENTER


TAHUN 2022

1
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………………... 4


A. Latar Belakang ………………………………………………….. 4
B. Tujuan…………………………………………………………….. 5
C. Ruang Lingkup …………………………………………………. 6
D. Batasan Operasional ………………………………………….. 6
E. Jenis Penyakit Menular ………………………………………. 9
1. HIV/AIDS ………………………………………………. 9
2. H5N1 ………………………………………………… 11
3. TBC ………………………………………………….. 14
4. MRSA ……………………………………………….. 16
5. SARS-Cov-2…………………………………………… 18
F. Kegiatan PPIRS ……………………………………………. 22
1. Surveilens …………………………………………… 22
2. Kebersihan Tangan ………………………………... 42
3. APD …………………………………………………… 46
4. Sterilisasi …………………………………………………. 54
5. Dekontaminasi ………………………………………. 59
6. Kewaspadaan standart dan berdasarkan transmisi……. 62
7. Management RISK PPI …………………………….. 63
8. Kohorting …………………………………………….. 66
9. Pengelolaan Kebersihan lingk …………………………. 71

10. Pengelolaan linen …………………………………. 76


11. Pengelolaan lingkungan dan bangunan………………. 76
12. Antibiogram …………………………………………. 81
13. Pengelolaan bahan atau obat kadaluwarsa …………… 81
14. Upaya pencegahan dan kesehatan karyawan …………. 81
15. Pemeriksaan swab dan kultur …………………….. 98
BAB II STANDART KETENAGAAN ……………………………… 99

2
A. Kualifikasi Ketenagaan ……………………………………... 99
B. Uraian Tugas ……………………………………………………. 100
C. Distribusi Ketenagaan …………………………………………. 104
BAB III STANDART FASILITAS ………………………………………. 105
A. Fasilitas bagi Petugas ………………………………………. 105
B. Fasilitas bagi Pelayanan ……………………………… 105
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN ……………………………… 107
BAB V LOGISTIK ……………………………………………………….. 115
BAB VI KESELAMATAN KERJA ……………………………………… 116
BAB VII KESELAMATAN PASIEN ……………………………………. 120
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU …………………………………… 122
BAB IX PENUTUP ………………………………………………… 128

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit, perlu dilakukan
pengendalian infeksi, diantaranya adalah pengendalian infeksi nosokomial. Infeksi
nosokomial masih banyak dijumpai di rumah sakit dan biasanya merupakan indikator bagi
pengukuran tentang seberapa jauh rumah sakit tersebut telah berupaya mengendalikan infeksi
nosokomial.
Pengendalian infeksi nosokomial dipelopori oleh Nightingale, Simmelweis, Lister
dan Holmes melalui praktek-praktek hygiene dan penggunaan antiseptik. Tantangan dalam
pengendalian infeksi nosokomial semakin kompleks dan sering disebut disiplin epidemiologi
rumah sakit.
Kerugian ekonomi akibat infeksi nosokomial dapat mencapai jumlah yang besar,
khususnya untuk biaya tambahan lama perawatan, penggunaan antibiotika dan obat-obat lain
serta peralatan medis dan kerugian tak langsung yaitu waktu produktif berkurang, kebjiakan
penggunaan antibiotika, kebijakan penggunaan desinfektan serta sentralisasi sterilisasi perlu
dipatuhi dengan ketat.
Tekanan-tekanan dari perubahan pola penyakit infeksi nosokomial dan pergeseran
risiko ekonomi yang harus ditanggung rumah sakit mengharuskan upaya yang sistematik
dalam penggunaan infeksi nosokomial, dengan adanya Komite Pengendalian Infeksi dan
profesi yang terlatih untuk dapat menjalankan program pengumpulan data, pendidikan,
konsultasi dan langkah-langkah pengendalian infeksi yang terpadu. Keberhasilan program
pengendalian infeksi nosokomial dipengaruhi oleh efektivitas proses komunikasi untuk
menyampaikan tujuan dan kebijakan pengendalian infeksi tersebut kepada seluruh karyawan
rumah sakit baik tenaga medis maupun non medis, para penderita yang dirawat maupun
berobat jalan serta para pengunjung rumah sakit Manado Medical Center.
Upaya pengendalian infeksi nosokomial di Rumah Sakit Manado Medical Center
bersifat multidisiplin, hal-hal yang perlu diperhatikan:

4
1. Discipline: perilaku semua karyawan harus didasari disiplin yang tinggi untuk
mematuhi prosedur aseptik, teknik invasif, upaya pencegahan dan lain-lain.
2. Defense mechanism: melindungi penderita dengan mekanisme pertahanan yang
tinggi supaya tidak terpapar oleh sumber infeksi.
3. Drug: pemakaian obat antiseptik, antibiotika dan lain-lain yang dapat
mempengaruhi kejadian infeksi supaya lebih bijaksana
4. Design: rancang bangun ruang bedah serta unit-unit lain berpengaruh terhadap
risiko penularan penyakit infeksi, khususnya melalui udara atau kontak fisik yang
dimungkinkan bila luas ruangan tidak cukup memadai.
5. Device: peralatan protektif diperlukan sebagai penghalang penularan, misalnya
pakaian pelindung, masker, topi bedah dan lain-lain.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Manado Medical Center melalui
pencegahan dan pengendalian infeksi yang dilaksanakan oleh semua
departemen /unit dengan meliputi kualitas pelayanan, manajemen risiko, clinical
governance, serta kesehatan dan keselamatan kerja .
2. Tujuan Khusus
 Sebagai pedoman pelayanan bagi staf PPIRS dalam melaksanakan tugas,
wewenang dan tanggung jawab secara jelas.
 Menggerakan segala sumber daya yang ada dirumah sakit dan fasilitas
kesehatan lain secara efektif dan efisien.
 Menurunkan angka kejadian infeksi di rumah sakit secara bermakna.
 Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan pelayanan PPIRS Manado
Medical Center

5
C. Ruang lingkup
Ruang lingkup pelayanan Pencegahan dan pengendalian infeksi meliputi :
 Kewaspadaan standar dan berdasarkan transmisi
 Pelayanan surveilens PPI
 Hand hygiene sebagai barrier protection.
 Penggunaan APD
 Pelayanan CSSD
 Pelayanan Linen
 Pelayanan Kesehatan karyawan
 Pelayanan Pendidikan dan edukasi kepada staf, pengunjung dan pasien.
 Pelayanan pemeriksaan baku mutu air bersih dan IPAL bekerja sama dengan IPSRS.
 Pelayanan pengelolaan kebersihan lingkungan
 Pelayanan management risiko PPI
 Antibiogram dan pola kuman RS Manado Medical Center
 Penggunaan bahan single use yang di re-use

D. Batasan operasional.
Pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi meliputi kegiatan sbb :

1) Konsep dasar penyakit


Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia termasuk
indonesia, ditinjau dari asalnya infeksi dapat berasal dari komunitas atau masyarakat
(Community Acquired Infection) atau berasal dari lingkungan rumah sakit (Hospital
Acquired Infection). Karena seringkali tidak bisa secara pasif ditentukan asal infeksi
maka istilah infeksi nosokomial (Hospital Acquired Infection) diganti (HAIs) yaitu
Healthcare–Assosiated Infections dengan arti lebih luas tidak hanya terjadi di rumah
sakit juga bisa terjadi fasilitas kesehatan yang lain juga, yang tidak terbatas pada
pasien namun infeksi juga dapat terjadi pada petugas kesehatan yang didapat saat
melakukan tindakan medis atau perawatan. Batasan definisi yang dipakai pada
pedoman ini antara lain:

6
a. Kolonisasi
Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi, dimana
organisme tersebut hidup, tumbuh dan berkembang biak, namun tanpa disertai
adanya respon imun atau gejala klinis. Pada kolonisasi tubuh pejamu tidak dalam
keadaan susceptible. Pasien dan petugas dapat mengalami kolonisasi dengan
dengan kuman patogen tanpa mengalami rasa sakit tetapi menularkan kuman
tersebut ke orang lain (sebagai carrier).

b. Infeksi
Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi (organisme)
dimana terdapat respon imun tetapi tidak disertai gejala klinik.

c. Penyakit infeksi
Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi (organisme)
yang disertai adanya respon imun dan gejala klinik.

d. Penyakit menular
Adalah penyakit infeksi tertentu yang dapat berpindah dari satu orang ke
orang lain secara langsung maupun tidak langsung.

e. Inflamasi
Merupakan bentuk respon tubuh terhadap suatu agen yang ditandai adanya
dolor, kalor, rubor, tumor dan fungsiolesa.

f. SIRS (Systemic Inflammatory Response Syndrome)


Merupakan sekumpulan gejala klinik atau kelainan laboratorium yang
merupakan respon tubuh (inflamasi) yang bersifat sitemik. Kriteria SIRS bila
ditemukan 2 atau lebih keadaan berikut: (1) hipertermi atau hipotermia, (2)
takikardia sesuai usia, (3) takipneu sesuai usia, (4) leukositosis atau leukopenia
atau pada hitung jenis leukosit jumlah sel muda (batang) lebih dari 10%. SIRS

7
dapat terjadi karena infeksi atau non infeksi seperti luka bakar, pankreatitis, atau
gangguan metabolik. SIRS yang disebabkan oleh infeksi disebut sepsis.

2) Rantai penularan
Untuk melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi perlu
mengetahui rantai penularan, apabila salah satu rantai dihilangkan atau dirusak maka
infeksi dapat dicegah atau dihentikan.
a. Agen Infeksi adalah mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi pada
manusia, dapat berupa bakteri, virus, riketsia, jamur, dan parasit. Ada tiga faktor
yang mempengaruhi terjadinya infeksi, yaitu: virulensi, patogenesis, dan jumlah
dosis obat.
b. Reservoir atau tempat hidup dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh,
berkembang biak dan siap ditularkan pada orang lain. Reservoir yang paling
umum adalah manusia, binatang, tumbuhan, tanah, air dan bahan-bahan organik.
Pada manusia sehat, permukaan kulit, selaput lendir saluran napas, pencernaan
dan vagina merupakan reservoir yang umum.
c. Pintu keluar adalah jalan darimana agen infeksi meninggalkan reservoir, pintu
keluar meliputi saluran napas, saluran pencernaan, saluran kemih dan kelamin,
kulit, membran mukosa, trasplacenta dan darah serta cairan tubuh lainnya.
d. Transmisi adalah bagaimana mekanisme penularan meliputi: (1) kontak;
langsung dan tidak langsung, (2) droplet, (3) airborne, (4) Vehicle; makanan,
minuman, darah. (5) Vektor, biasanya binatang pengerat dan serangga.
e. Pintu masuk adalah tempat dimana agen infeksi memasuki tubuh pejamu (yang
susceptible) dapat melalui saluran pernapasan, pencernaan, perkemihan atau luka.
f. Pejamu (host) yang susceptible adalah orang yang tidak memiliki daya tahan
tubuh yang cukup untuk melawan agen infeksi. Faktor yang mempengaruhi hal
ini adalah usia, status gizi, ekonomi, pekerjaan, gaya hidup, terpasang barrier
(kateter, implantasi), dilakukan tindakan operasi.

8
3) Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi
a. Peningkatan daya tahan pejamu.
Dengan pemberian imunisasi (vaksin), promosi kesehatan, serta nutrisi yang
adekuat.
b. Inaktivasi agen penyebab infeksi
Menggunakan metode fisik maupun kimia. Contoh metode fisik adalah
dengan pasteurisasi atau sterilisasi ataupun memasak makanan hingga matang.
Sedangkan metode kimia adalah dengan pemberian klorin pada air dan desinfeksi.
c. Memutus rantai penularan
Dengan menerapkan tindakan pencegahan dengan menerapkan kewaspadaan
isolasi dan kewaspadaan transmisi.
d. Tindakan pencegahan paska pajanan.
Hal ini berkaitan dengan pecegahan agen infeksi yang ditularkan melalui
darah dan cairan tubuh lain yang dikarenakan tertusuk jarum bekas pakai terutama
Hepatitis B,C dan HIV.

E. Penyakit Menular

1) HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/ Acquired Imunnodeficiency


Syndrome)
a. Pengertian
AIDS adalah Penyakit akibat menurunnya daya tahan tubuh yang didapat karena
terinfeksi HIV.
b. Penyebab
Virus HIV tergolong retrovirus yang terdiri atas 2 tipe ,tipe 1 (HIV-1) dan tipe 2
(HIV-2).
c. Klasifikasi
I. Infeksi akut.
 Hampir 30-50 % pasien sudah terinfeksi HIV.

9
 Pada pasien sudah terjadi pemaparan virus dan dapat berlangsung 6
minggu setelah kontak.
 Patogenesis kurang jelas tetapi sangat mungkin terjadi reaksi imunitas
terhadap masuknya HIV. Saat ini pemeriksaaan terhadap antibodi
terhadap virus HIV masih ( - ) tetapi pemeriksaan Ag p24 sudah (+)
sangat infeksius.
II. Infeksi Kronik Asimtomatik
 Lamanya dapat bertahun tahun
 Tanpa gejala, kemungkinan tubuh masih dapat mengkompensasi
III. PGL ( Persistent Generalized Lymphadenopathy)
Terjadi pembesaran kelenjar getah bening yang simetris. Sering terjadi
pembesaran limfe di leher posterior dan anterior. Kelompok ini
berkembang menjadi AIDS kira-kira 10-30 % dalam jangka waktu 24- 60
bulan.

d. Cara Penularan.
I. Penularan melalui hubungan seksual
II. Penularan melalui darah.
III. Penularan secara perinatal.

Cairan tubuh yang dapat mengandung HIV yaitu;

 Cairan vagina.
 ASI.
 Air mata.
 Air liur.
 Air seni.
 Air ketuban.
 Dan cairan cerebrospinal..

10
e. Gejala dan tanda

Biasanya tidak ada gejala klinis yang khusus pada orang yang terinfeksi HIV dalam
waktu 5 sampai 10 tahun. Setelah terjadi penurunan sel CD4 secara bermakna, maka
AIDS mulai berkembang dan menunjukan gejala – gejala seperti :

 Diare yang berkelanjutan .


 Penuunan berat badan secara drastis.
 Pembesaran kelenjar limfe leher dan atau ketiak.
 Batuk terus menerus.

2) Flu burung (H5N1)

Dibagi menjadi 4 sbb :

a) Seseorang dalam penyelidikan


b) Kasus suspek.
c) Kasus probabel
d) Kasus konfirmasi

a. Seseorang dalam penyelidikan


Diputuskan oleh pejabat berwenang untuk dilakukan penyelidikan epidemiologi
kemungkinan terinfeksi H5N1, misalnya orang sehat namun kontak erat dengan kasus
atau penduduk sehat namun tinggal di daerah flu burung, adapun gejala yang
ditimbulkan:

 Batuk
 Sakit tenggorokan
 Pilek
 Sesak napas dan terdapat satu atau lebih keadaan dibawah ini:

11
1) Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat
dengan penderita (suspek, probabel atau konfirmasi) seperti merawat, berbicara
atau bersentuhan dengan pasien dalam jarak  1 meter.
2) Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat
dengan penderita (suspek, probabel atau konfirmasi) seperti memasak,
menyembelih atau membersihkan bulu).
3) Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat
dengan penderita (suspek, probabel atau konfirmasi) seperti membersihkan
kotoran, bahan atau produk lain.
4) Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat
dengan penderita (suspek, probabel atau konfirmasi) mengkonsumsi produk
unggas mentah atau yang tidak dimasak dengan sempurna.
5) Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat
dengan penderita (suspek, probabel atau konfirmasi) memegang atau menangani
sampel hewan atau manusia yang dicurigai mengandung H5N1.
6) Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat
dengan penderita (suspek, probabel atau konfirmasi) atau binatang selain unggas
yang terinfeksi (babi atau kucing).
7) Ditemukan leukopeni.
8) Ditemukan titer antibodi terhadap H5 dengan pemeriksaan uji HI menggunakan
eritrosit kuda atau uji ELISA untuk influensa A tanpa subtipe.
9) Foto Rontgen dada menggambarkan pneumonia yang cepat memburuk pada serial
foto.

 Infeksi selaput mata


 Diare atau gangguan pencernaan.
 Fatigue

12
b. Kasus probabel flu burung.

Dengan kriteria. :

1) Ditemukan kenaikan titer antibodi terhadap H5 min 4 x dengan pemeriksaan


uji HI menggunakan eritrosit kuda atau uji ELISA.
2) Hasil lab terbatas untuk influenza H5 (terdeteksi antibodi spesifik H5dalam
spesimen serum tunggal )menggunakan uji netralisasi(dikirim kelab rujukan

Kasus Flu burung terkonfirmasi.

Dengan kriteria :

a) Isolasi virus H5N1 positif


b) Hasil PCR H5N1 positif.
c) Peningkatan  4 x lipat titer antibodi netralisasi untuk H5N1 dari spesimen.
d) Konvalesen dibandingkan dengan spesimen akut (diambil  7 hari setelah awitan
gejala penyakit) dan titer antibodi metralisasi konvalesen harus pula  1/80 .
e) Titer antibodi mikronetralisasi H5N1  1/80 pada spesimen serum yang diambil
pada hari ke  stelah awitan disertai hasil positif uji serologi lain,mis titer HI sel
darah merah kuda  1/160 atau western blot spesifik H5 positif.

Pencegahan :

a) Menghindari kontak dengan benda terkontaminasi,atau burung terinfeksi.


b) Menghindari peternakan unggas.
c) Hati hati ketika menangani unggas.
d) Memasak ddengan suhu 60C selama 30 menit,atau 80C selama 1 menit)
e) Menerapkan tindakan untuk menjaga kebersihan tangan :
 Setelah memgang unggas.
 Setelah memegang daging unggas.

13
 Setelah memasak.
 Sebelum memasak

Pengobatan.

Obat anti virus bekerja menghambat replikasi virus sehingga mengurangi gejala
dan komplikasi yang terinfeksi.

Macam obat :

a) Amantadine.
b) Rimatadine
c) Oseltamivir(tamiflu)
d) Zanavir(relenza)

3) TUBERKULOSIS (TBC)
a) Penyebab
TBC disebabkan oleh kuman /basil tahan asam(BTA) yakni micobactpi derium
tuberkulosis.Kuman ini cepat mati bila terkena sinar matahari langsung,tetapi dapat
bertahan hidup beberapa hari ditempat yang lembab dan gelap.Beberapa jenis
micobakterium lainjuga dapat menyebabkan penyakit pada manusia (matipik).Hampir
semua oirgan tubuh dapat terserang bakteri ini seperti kulit,otak,ginjal,tulang dan paling
sering paru.
b) Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke 3 dunia dalam jumlah pasien TB setelah India
dan Cina, diperkirakan penduduk dunia terinfeksi Tb secara laten. Di indonesia
diperkirakan terdapat 583 000 kasus baru dengan 140 000 kematian setiap tahun.
c) Faktor risiko TB ; HIV,DM,Gisi kurang,kebiasaan merokok.
d) Cara penularan.
Menular dari orang ke orang melalui droplet atau percikan dahak.
e) Masa Inkubasi
Sejak masuknya kuman sampai timbul gejala lesi primer atau reaksi tes
tuberculosis positif memerlukan waktu antara 2 -10 minggu .Risiko menjadi
14
TB paru dan TB ekstrapulmuner progresif infeksi primer umumnya terjadi
pada tahun pertama dan kedua.Infeksi laten bisa terjadi seumur hidup.Pada
pasien dengan imun defisiensi seperti HIV masa inkubasi bisa lebih pendek.
f) Masa penularan
Berpotensi menular selama penyakitnya masih aktif dan dahaknya
mengandung BTA,penularan berkurang apabila pasien menjalani pengobatan
adekuat selama min 2 minggu,sebaliknya pasien yang tidak diobati secara
adekuat dan pasien dengan persisten AFB positif dapat menjadi sumber
penularan sampai waktu lama.
Tingkat penularan tergantung pada jumlah basil yang dikeluarkan,virulensi
kuman,terjadinya aerosolisasi waktu batuk/bersin,dan tindakan medis
berisiko tinggi seperti intubasi dan bronkoskopi

Gejala klinis :

 Batuk terus menerus disertai dahak selama 3 minggu /lebih.


 Batuk berdahak
 sesak napas
 nyeri dada
 Sering demam
 nafsu makan menurun.
 penurunan berat badan .
 BTA (+)

g) Pengobatan :
1) Pengobatan spesifik dengan kombinasi obat anti tuberculosis (OAT)
dengan metoda DOTS (directly observed treatment shourtcore ) diawasi
poleh pengawas minum obat.
2) Untuk pasien baru TB BTA (+) ,WHO menganjurkan pemberian 4 macam
obat setiap hari selama 2 bulan berturut terdiri rif ,inh,pza,dan etambutol
diikuti inh dan rif 3 kali seminggu selama 4 bulan.

15
h) Pencegahan.

 Penemuan dan pengobatan TB


 Imunisasi BCG sedini mungkin terhadap mereka yang belum terinfeksi.
 Perbaikan lingkungan dan status gizi dan kondisi sosial ekonomi.

4) MRSA (Methicilin Resistent Stapylococcuc Aereus)


Adalah salah satu tipe bakteri stayloccus yang ditemukan pada kulit dan hidung dan
kebal terhadap antibiotika.jumlah kematian MRSA lebih banyak dibandingkan AIDS
Saat ini ada 2 tipe :
1) Health care asosiated (HA –MRSA)
Biasanya ditemukan difasilitas kesehatan terutama rumah sakit..

2) Community asosiated (CA-MRSA)


Yang baru ini ditemukan ditempat –tempat umum, fitness, loker-loker,
sekolah dan perabotan rumah tangga.
Biasanya menginfeksi orang dan anak-anak yang daya tahan tubuhnya lemah,
jika daya tahan tubuh baik tidak akan menimbulkan gejala. Bakteri yang
dibawa sipasien menyebar dan berpindah pada orang lain dengan cara kontak
kulit dan menyentuh barang yang terkontaminasi. Stapylococcus
menimbulkan gejala seperti infeksi kulit,jerawat,bisul,abses atau gigitan
serangga, ini biasa menyebabkan bengkak, merah dan nyeri. Bakteri ini dapat
menembus kulit sampai dengan menimbulkan infeksi di tulang, sendi, aliran
darah, jantung dan paru yang bisa mengancam jiwa.
A. Penyebaran MRSA.

1) Menyentuh kulit atau luka terinfeksi dari siapa saja yang MRSA
2) Berbagi objek seperti handuk atau peralatan atletik, peralatan rumah tangga yang
MRSA
3) Kontak fisik dapat juga disebarkan melalui batuk dan bersih
4) Menyentuh hidung dari penderita MRSA

16
B. Tanda dan gejala :
 Infeksi luka
 Bisul
 Folikel rambut yang terinfeksi
 Impetigo
 Kulit yang sakit seperti digigit serangga

C. Diagnosis :
Contoh kulit, nanah, darah, urin atau bahan biopsy dikirim ke laborat dan dikultur untuk
S aureus. Jika S aureus yang diisolasi (tumbuh dipiring pantry) bakteri tersebut kemudian
terkena antibiotik yang berbeda termasuk Meticilin dan S aureus tumbuh dengan baik di
Meticilin dalam kultur yang disebut MRSA. Prosedur yang sama juga dilakukan untuk
menentukan apakah seseorang merupakan pembawa MRSA (Screning untuk carrier)
tetapi sample kulit atau selaput lendir hanya diswab tidak di biopsi

D. Pengobatan MRSA :
Minor infeksi MRSA kadang kadang dapat mengalami komplikasi serius seperti
menyebar infeksi kejaringan sekitar darah, tulang dan jantung. Karena MRSA yang tahan
terhadap antibiotic banyak akan sulit untuk mengobati namun beberapa antibiotic berhasil
mengendalikan infeksi tapi jarang.

E. Tindakan pencegahan :

1) Kebersihan tangan sesering mungkin terutama setelah menyentuh hidung anda.


2) Bila batuk terapkan etika batuk
3) Jika anda mengalami infeksi kulit jaga daerah yang terinfeksi dengan ditutup kain
kasa, ganti verban sesering mungkin terutama jika basah.
4) Bersihkan kamar mandi dengan baik karena penularan juga melalui feces dan urine
5) Isolasikan peralatan mandi dan peralatan makan khusus untuk penderita MRSA.
6) Jangan berbagi handuk, pisau cukur, sikat gigi dan barang pribadi yang lainnya.

17
7) Isolasikan pasien, dikontaminasi semua peralatan pasien dengansabun dan clorin
0,5%.

5) CORONA VIRUS DISEASE (SARS-COV2)


Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah suatu infeksi virus yang disebabkan oleh
virus SARS-Cov-2 dan dapat mmenyebabkan peradangan pada parenkim paru. Sindrom gejala
klinis yang muncul beregam, dari mulai tidak berkomplikasi (ringan) sampai syok septik (berat).
Penyebaran virus SARS-COV2 adalah yang utama melalui droplet ketika seseorang berbicara,
batuk, atau bersin. Virus ini juga dapat bertahan pada permukaan yang biasanya disentuh oleh
manusia, dan dapat berpindah serta menginfeksi orang lain jika setelah menyentuh permukaan
yang terpapar virus ini orang tersebut menyentuh mata, hidung atau mulutnya.
a) Diagnosis
Cara mendiagnosis COVID-19 sesuai dengan gold standard pada penyakit infeksi, yaitu
menemukan kuman penyebab secara langsung. Diagnosis pasti ditegakkan setelah mendapat
hasil positif pada pemeriksaan RT-PCR (Real Time Polymerase Chain Reaction) Swab pada
nasofaring dan orofaring. Selain itu dapat digunakan juga pemeriksaan penunjang lainnya untuk
menentukan derajat keparahan penyakit ini antara lain:
Darah lengkap
1. Foto thorax
2. Fungsi hati
3. Fungsi ginjal
4. Analisis gas darah
5. D-Dimer
6. Fibrinogen
7. PT/APTT
8. LDH
9. Marker jantung dan EKG sesuai indikasi
10. Kultur darah dan kultur sputum jika memungkinkan pada kasus berat/kritis.

18
Kriteria diagnosis COVID-19 mengikuti Pedoman tatalaksana covid-19 edisi 3 bulan Desember
2020 yang dikeluarkan oleh PDPI, antara lain:

 Kasus Suspek
Seseorang yang memiliki salah satu dari kriteria berikut:
a. Seseorang yang memenuhi salah satu kriteria klinis DAN salah satu kriteria
epidemiologis:
Kriteria Klinis:
Demam akut (≥ 38 C)/riwayat demam dan batuk;
ATAU
Terdapat 3 atau lebih gejala/tanda akut berikut:
demam/riwayat demam, batuk, kelelahan (fatigue), sakit kepala, myalgia, nyeri
tenggorokan, coryza/ pilek/hidung tersumbat, sesak nafas, anoreksia/mual/muntah, diare,
penurunan kesadaran
Kriteria Epidemiologis:
Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat tinggal atau bekerja di
tempat berisiko tinggi penularan ATAU pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala
memiliki
riwayat tinggal atau bepergian di negara/wilayah Indonesia yang melaporkan transmisi
lokal
ATAU pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala bekerja di fasilitas pelayanan
kesehatan, baik melakukan pelayanan medis, dan non-medis, serta petugas yang
melaksanakan kegiatan investigasi, pemantauan kasus dan kontak;
b. Seseorang dengan ISPA Berat,
c. Seseorang tanpa gejala (asimtomatik) yang tidak memenuhi
kriteria epidemiologis dengan hasil rapid antigen SARS CoV-2 positif
 Kasus Probable
Seseorang yang memiliki salah satu dari kriteria berikut:
a. Seseorang yang memenuhi kriteria klinis DAN memiliki riwayat kontak erat dengan
kasus probable; ATAU terkonfirmasi; ATAU berkaitan dengan cluster COVID-19
b. Kasus suspek dengan gambaran radiologis sugestif ke arah COVID-19

19
c. Seseorang dengan gejala akut anosmia (hilangnya kemampuan indra penciuman) atau
ageusia (hilangnya kemampuan indra perasa) dengan tidak ada penyebab lain yang dapat
diidentifikasi
d. Orang dewasa yang meninggal dengan distres pernapasan
DAN memiliki riwayat kontak erat dengan kasus probable atau terkonfirmasi, atau
berkaitan dengan cluster COVID-19
 Kasus Konfirmasi
Seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi virus COVID-19 dengan kriteria sebagai
berikut:
a. Seseorang dengan hasil RT-PCR positif
b. Seseorang dengan hasil rapid antigen SARS-CoV-2 positif DAN memenuhi kriteria
definisi kasus probable ATAU kasus suspek (kriteria A atau B)
c. Seseorang tanpa gejala (asimtomatik) dengan hasil rapid antigen SARS-CoV-2 positif
DAN memiliki riwayat kontak erat dengan kasus probable ATAU terkonfirmasi.
Kasus konfirmasi dibagi menjadi 2:
a. Kasus konfirmasi dengan gejala (simtomatik)
b. Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimtomatik)

Pengobatan COVID-19:
- Pasien diisolasi selama -+ 10-14 hari sejak munculnya gejala
- Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit, status hidrasi/terapi cairan,
oksigen
- Terapi sesuai gejala yang muncul (suportif), misalnya jika demam diberikan obat demam,
jika muntah diberikan obat muntah, dan sebagainya
- Diberikan vitamin C baik oral maupun injeksi, tergantung keparahan penyakit
- Antibiotik diberikan jika curiga terjadi koinfeksi bakteri
- Antivirus harus diberikan baik oral atau injeksi
- Antikoagulan profilaksis dapat diberikan jika tidak ada kontraindikasi
- Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada
- Terapi tambahan dapat diberikan jika terapi standar tidak memberikan respons perbaikan,
contohnya anti-IL6, plasma konvalesen, IVIG, terapi plasma exchange, dan lain-lain

20
- Jika terjadi gagal nafas, harus diberikan bantuan ventilator baik invasif atau non invasif.

Tindakan pencegahan :

1) Usahakan jangan menyentuh bagian wajah terutama mata, hidung, mulut dengan tangan
yang kotor atau setelah memegang permukaan yang sering dipegang orang lain, dan
selalu menerapkan hand hygiene.
2) Pakai masker jika berdekatan dengan orang yang tidak serumah
3) Menjaga jarak jika berada di kerumunan (minimal 1,5 meter)
4) Terapkan pola hidup bersih dan sehat
5) Jaga imun tetap kuat dengan makan bergizi dan berolahraga
6) Manajemen penyakit penyerta jika ada seperti hipertensi, diabetes, dan lain-lain.

F. Kegiatan pelayanan PPI RS


PENGERTIAN SURVEILENS ADALAH:
Suatu pengamatan yang sistematis ,efektif dan terus menerus terhadap timbulnya dan penyebaran
penyakit pada suatu populasi serta terhadap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan
meningkatnya atau menurunnya risiko terjadinya penyebaran penyakit :
1) Pada saat pasien masuk rumah sakit tidak ada tanda – tanda tidak dalam masa inkubasi
infeksi tersebut.
2) Inkubasi terjadi 2x 24 jam setetlah pasien dirawat di rumah sakit apabila tanda- tanda infeksi
sudah timbul sebelum 2x24 jam sejak mulai dirawat, maka perlu diteliti masa inkubasi dari
infeksi tersebut.
3) Infeksi pada lokasi yang sama tetapi disebabkan oleh mikroorganisme yang berbeda dari
mikroorganisme saat masuk rumah sakit atau mikroorganisme penyebab sama tetapi lokasi
infeksi berbeda.
4) Infeksi terjadi setelah pasien pulang dan dapat dibuktikan berasal dari rumah sakit.

Ada 2 keadaan yang bukan disebut infeksi nosokomial.


1) Infeksi yang berhubungan dengan komplikasi atau meluasnya infeksi yang sudah ada pada
waktu masuk rumah sakit.
2) Infeksi pada bayi baru yang penularannya melalui placenta (mis toxoplasmosis, sifilis) dan

21
baru muncul pada atau sebelum 48 jam setelah masa kelahiran .

Ada 2 keadaan yang bukan disebut infeksi :


1) Kolonisasi : yaitu adanya mikroorganisme (pada kulit,selaput lender,luka terbuka )yang
tidak memberikan gejala dan tanda klinis.
2) Inflamasi yaitu suatu kondisi respon jaringan terhadap jejas atau rangsangan zat non infeksi
seperti zat kimia.

Infeksi nosokomial mudah terjadi karena adanya beberapa kondisi antara lain:
1) Rumah sakit merupakan tempat berkumpulnya orang sakit,sehingga jumlah dan jenis kuman
penyakit yang ada lebih banyak dari pada tempat lain.
2) Orang sakit mempunyai daya tahan tubuh yang rendah sehingga mudah tertular.
3) Di rumah sakit sering orang dilakukan tindakan invasive mulai dari yang paling sederhana
seperti pemasangan infuse sampai tindakan operasi.
4) Mikroorganisme yang ada cenderung lebih resisten terhadap anti biotika ,akibat penggunaan
berbagai macam antibiotika yang sering kali tidak rasional.
5) Adanya kontak langsung antar petugas dengan pasien, petugas ke lingkungan yang dapat
menularkan kuman pathogen.
6) Penggunaan alat/instrument yang telah terkontaminasi dengan kuman.

Sumber-sumber infeksi yang terjadi di rumah sakit dapat berasal dari :


1) Petugas rumah sakit.
2) Pengunjung pasien.
3) Antar pasien itu sendiri.
4) Peralatan yang dipakai dirumah sakit.
5) Lingkungan.

Tujuan untuk mengendalikan infeksi di RS adalah


1) Mencegah pasien memperoleh infeksi selama dalam perawatan.
2) Mengontrol penyebaran infeksi antar pasien.
3) Mencegah terjadinya kejadian luar biasa.

22
4) Melindungi petugas.
5) Menyakinkan bahwa rumah sakit tempat yang aman bagi pasien dan petugas .

A. HAP (hospital aquared pneumonia) dan VAP (Ventilator associated pneumonia).


HAP adalah infeksi saluran napas bawah yang mengenai parenkim paru setelah pasien
dirawat dirumah sakit setelah 48 jam tanpa dilakukan intubasi dan sebelumnya tidak
menderita penyakit infeksi saluran napas bawah. HAP dapat diakibatkan karena tirah baring
yang lama (koma ,tidak sadar tracheostomi,refluk gaster).
B. VAP adalah infeksi saluran napas bawah yang mengenai parenkim paru setelah pemakaian
ventilasi mekanik lebih dari 48 jam dan sebelumnnya tidak ditemukan tanda – tanda infeksi
saluran napas.

Kriteri pneumonia :

1) Bunyi pernapasan yang menurun /pekak,ronchi basah pada daerah paru.


2) Produksi sputum banyak dan purulen.
3) Hasil X – ray adanya densitas paru (infiltrate).
4) Demam >38  C dan batuk.
5) Pemeriksaan sediaan sputum ditemukan peningkatan lekosit (>25/LPK)

Pada orang dewasa dan anak >12 bulan didapatkan :

1) Bunyi napas menurun pekak,ronkhi basah pada daerah paru.


 Sputum purulens baru dan perubahan warna sputum.
 Biakan kuman dan biakan darah ()
 Isolasi kuman patogen atau aspirasi trakea.

2) Hasil X – Ray ada infiltrasi paru, konsolidasi, cavitasi, efusi pleura baru secara progrsif
ditambah salah satu dari:
- Sputum purulen dan perubahan warna sputum.
- Isolasi kuman dan biakan darah (+).

23
- Isolasi kuman patogen aspirasi tracea, sikatan brokus atau biopsy (+).
- Titer IgM atau IgG spesifik meningkat
- Isolasi antigen virus (+) sekresi saluran pernapasan.

Pada umur kurang dari 12 tahun.:


Didapatkan 2 atau = apneu,takipneu bradikardia,wheesing,ronchi basah,,batuk ditambah satu
diantaranya sbb:
1) produksi sputum atau sekresi pernapasan meningkat dan purulen.
2) Isolasi kuman dan biakan kuman (+).
3) Isolasi kuman aspirasi tracea /brokus/biopsi (+).
4) Isolasi/antigen virus (+) dalam sekresi saluran pernapasan.
5) Titer IgM dan IgG spesifik meningkat 4x .
6) Tanda pneumonia pada pemeriksaan hispatologi.

Faktor penyebab :

1) Lingkungan
- legionella,klebsiella,P aerogenesa,Amuba baumi.
- Makanan ;Muntahan.
2) Peralatan
- NGT
- ET
- Suktion kateter
- Peralatan bronchospi
- Peralatan pernapasan.
3) Manusia.
- Haemofilus influenza.
- Stapilococus Aereus
- Stapilococcus pnemonia.
- MDR stains.

24
Faktor-faktor risiko :

1) Kondisi pasien sendiri.


- Usia > 70 tahun
- Pembedahan (thorakotomi,abdomen)
- Penyakit kronis
- Penyakit jantung kongestif.
- Penyakit paru obstruksi kronis.
- Perokok.
- Koma.
- CVD.
2) Faktor pengobatan
- Sedasi.
- Anestesi umum.
- Intubasi tracea.
- Pemakaian ventilator mekanik yang lama.
- Penggunaan antibiotika
- Penggunaan imunosupresif dan citostatika.

Prinsip dasar pencegahan :

 Bila memungkinkan obati penyakit parunya baru melakukan tindakan operasi.


 Tinggikan posisi kepala 30- 45 .
 Bila tidak diperlukan hindari pembersihan jalan napas menggunakan suction kateter.
 Lakukan oral higiene menggunakan chlorhexidine 0,2 % setiap ganti shif.
 Ajarkan latihan batuk efektif dan napas dalam sebelum dan sesudah operasi.
 Lakukan perkusi dan postural drainage untuk merangsang batuk dan mengeluarkan lendir .
 Mobilisasi dini setelah operasi..

25
2. Peralatan ventilator.

 Bersihkan permukaan alat secara rutine dengan menggunakan detergent netral.


 Penggunaan close suction diganti setiap 7 hari atau jika kotor.
 Breathing sirkuit,humidifier dan bakterial filter diganti 7 hari sekali atau jika kotor.
 Termovent hepafilter diganti setiap hari.

Populasi berisiko HAP


a) Semua pasien tirah baring lama yang dirawat dirumah sakit.
b) Numerator adalah jumlah kasus HAP perbulan.
c) Denominator adalah jumlah hari rawat pasien tirah baring perbulan.

Infeksi rate HAP =

Numerator x 1000=.....%

Denominator

 kasus HAP perbulan x 1000=.......%

 Hari rawat tirah baring perbulan.

Populasi berisiko VAP :

1) Terfokus spesifik diruang ICU,NICU,PICU.


2) Semua pasien yang terpasang ventilasi mekanik.
3) Numerator adalah jumlah kasus yang terpasang ventilasi mekanik perbulan.
4) Denominator adalah jumlah hari pemasangan ventilasi mekanik perbulan.

26
Clinical Pulmonary Infection score ( CPIS)

Indikator Score

1 2 3

Sekresi trakea sedikit sedang banyak

Infiltrat Tidak ada Difus Terlokalisir

Suhu >36.5 & <38.4 >38.5 & 8.9 >39 &<36

Lekosit /mm >4000 &<11.000 <4000 atau 11.000 -

Pa O2 /FiO2 >240 /ARDS - <240 & bukan


ARDS

Infeksi rate VAP =

Numerator x 1000= .....%

Denominator

 kasus VAP perbulan x 1000 =........%

 Hari pemasangan ventilasi mekanik perbulan.

3. ILI (Infeksi Luka Infus)

Infeksi luka infus harus memenuhi minimal 1 dari kriteria sbb :


a) Hasil kultur positif dari arteri atau vena yang diambil saat operasi.
b) Terdapat bukti infeksi dari arteri atau vena yang terlihat saat operasi atau berdasarkan bukti

27
hispatologik.
c) Pasien minimal mempunyai 1 gejala dan terlihat tanda berikut tanpa ditemukan penyebab
lainnya :
 Demam (>38° C), nyeri, eritema, atau panas pada vaskular yang terlihat.
 Kultur semikuantitatif dari ujung kanula intravaskular tumbuh >15 koloni mikroba.
 Kultur darah tidak dilakukan atau hasil negatif.
d) Adanya aliran nanah pada vaskular yang terlihat.
e) Untuk pasien ≤ 1 tahun,minimal mempunyai 1 gejala dan tanda berikut tanpa ditemukan
penyebab lain :
 Demam (>38°C rektal),hipotermia (<37°C), apneu, bradikardia, letargia,atau nyeri,
atau panas pada vaskular yang terlibat, dan
 Kultur semikuantitatif dari ujung kanula intravaskular tumbuh >15 koloni mikroba
 Kultur tidak dilakukan atau hasil negatif
Petunjuk pelaporan ILI :
 ILI purulen dikonfirmasi dengan hasil positif kultur semikuantitatif dari ujung
kateter, tetapi bila hasil kultur negatif atau tidak ada kultur darah maka dilaporkan
sebagai ILI bukan sebagai IADP.
 Pelaporan mikroba dari hasil kultur darah sebagai IADP bila tidak ditemukan infeksi
lain dari bagian tubuh.
 Infeksi intravaskular dengan hasil kultur darah positif dilaporkan sebagai IADP
 Penggantian IV LINE untuk dewasa dilakukan setiap 3 (tiga) hari sekali, sedangkan
IV LINE untuk bayi dan anak-anak setiap 5 (lima) hari sekali.
a. Survey dilakukan 30 % dari populasi setiap ruangan perawatan.
b. Jika pasien terpasang infus dari luar rumah sakit tidak dilakukan survey.
c. Survey dilakukan pada pasien baru sampai beberapa hari hingga jumlah responden
terpenuhi.
d. Golden standart penegakan kasus infeksi adalah melalui kultur darah ,setiap 3 bulan sekali
dilakukan kultur 3 responden setiap ruangan.
Cara menghitung ILI
Numerator x 1000 = ..........%

28
Denominator
Jumlah kasus ILI x 1000 = ........ %
Jumlah hari pemakaian alat

Populasi berisiko ILI :


1) Semua pasien yang menggunakan iv line dengan kurun waktu 2x24 jam.
2) Lama penggunaan kateter, lama hari rawat, pasien dengan immunocompromise,
malnutrisi, luka bakar atau lukaoperasi tertentu.

Pencegahan ILI :
1) Lakukan kebersihan tangan aseptik sebelum melakukan tindakan.
2) Gunakan teknik aseptik saat melakukan tindakan.
3) Ganti set infus dan dressing setiap 3 hari sekali atau setiap kali diperlukan (lembab atau
kotor )
Lepas atau hentikan akses pemasangan kateter vena sentral sesegera mungkin jika tidak
diperlukan lagi.

4. ISK (Infeksi Saluran kemih)


Pengertian
Infeksi saluran kemih nosokomial ialah infeksi saluran kemih yang pada pasien masuk rumah sakit
belum ada atau tidak dalam masa inkubasi dan didapat sewaktu dirawat atau sesudah dirawat.

Kebijakan
. Survey dilakukan 30 % dari populasi setiap ruangan perawatan.
. Jika pasien terpasang Kateter urine dari luar rumah sakit tidak dilakukan survey.
. Survey dilakukan pada pasien baru sampai beberapa hari hingga jumlah responden terpenuhi.
Infeksi saluran kemih dapat disebabkan :
a. Endogen : - perubahan flora normal.
b. Eksogen : - prosedur yang tidak bersih / steril

29
- tangan yang tidak dicuci sebelum prosedur.

4.1 Infeksi Saluran Kemih Simtomatik.


Dengan salah satu kriteria dibawah ini :
 Salah satu gejala ini :
- Demam > 380C
- Disuria
- Nokturia ( urgency )
- Polakisuria
- Nyeri Suprapubik.
Dan biakan urin > 100.000 kuman / ml dengan tidak lebih dari dua jenis
mikroorganisme :
 Dua dari gejala :
- Demam 380C
- Disuria
- Nokturia
- Polakisuria
- Nyeri Suprapubik
 dan salah satu tanda :
- Tes carik celup ( dipstick ) positif untuk leukosit esterase dan atau nitrit.
- Pluria ( 10 lekosit/ml atau > 3 lekosit /LPB pada urine yang tidak disentrifus.
- Mikroorganisme positif pada pewarnaan gram pada urine yang tidak disentlifus.
- Biakan urine dua kali dengan hasil kuman uropatogen yang sama dengan jumlah >
100.000 kuman/ml dari urin yang diambil secara steril.
- Biakan urin dengan hasil satu jenis kuman uropatogen dengan jumlah 100.000
kuman/ml dan pasien diberi antibiotic yang sesuai.
- Diagnosis oleh dokter.
- Dokter memberikan terapi antibiotika yang sesuai.

4.2 Infeksi saluran kemih asimtomatik


30
Dengan salah satu criteria dibawah ini :
 memakai kateter dower selama 7 hari sebelum biakan urin dan tak ada gejala :
- Demam 380C
- Disuria
- Nokturia
- Polakisuria
- Nyeri suprapubik
Biakan urin dengan jumlah > 100.000 kuman/ml urin dengan tak lebih dari dua jenis
kuman.
 tidak memakai kateter dower selama 7 hari sebelum biakan urin dengan dua kali
hasil biakan > 100.000/ml dengan mikroorganisme yang sama yang tak lebih dari
dua jenis dan tak ada gejala :
- Demam 380C
- Disuria
- Nokturia
- Polakisuria
- Nyeri Suprapubik

4.3 Infeksi Saluran Kemih lain.


( dari ginjal, ureter, kandung kemih, uretra atau jaringan retroperito neal atau rongga
perinefrik ) dengan salah satu criteria dibawah ini :
 Biakan positif dari cairan atau jaringan yang diambil dari lokasi yang dicurigai.
 Ditemukan abses atau tanda infeksi pada pemeriksaan atau operasi atau secara
hispatologis.
 Dua dari gejala :
- Demam 380C
- Nyeri local pada daerah yang dicurigai.
- Nyeri tekan pada daerah yang bersangkutan.
 Dan salah satu dari tanda :
- Drenase purulen dari daerah yang dicurigai.
- Biakan darah positif

31
- Radiologi terdapat tanda infeksi
- Diagnosis dokter
- Dokter memberikan terapi antibiotika yang sesuai
 Pasien berumur < 12 bulan dengan salah satu gejala :
- Demam 380C
- Hipotermia
- Apneu
- Bradikardi
- Disuria
- Letargi
- Muntah
 Dan salah satu dari tanda :
- Drenase purulen dari daerah yang dicurigai.
- Biakan darah positif
- Radiologi terdapat tanda infeksi
- Diagnosis dokter
- Dokter memberikan terapi antibiotika yang sesuai.

4.4 Infeksi Saluran Kemih pada neonatus


- Bayi tampak tidak sehat, kuning, muntah, hipertermi/ hipotermi, gagal tumbuh
( gejala sama dengan sepsis ).
- Infeksi ini dapat pula disebabkan oleh sepsis.
- Laboratorium : pemeriksaan mikroskopik dan biakan urin dari punksi suprapubik.
Biakan urin positif kalau ditemukan kuman lebih dari 100.000/ml urin.

4.5 Infeksi Saluran Kemih pada Anak


- Dapat dengan atau tanpa gejala. Makin muda usia anak makin tidak khas.
- Gejala : panas, nafsu makan berkurang, gangguan pertumbuhan, kadang – kadang
diare atau kencing yang sangat berbau.
- Pada usia prasekolah gejala klinis berupa sakit perut, muntah, panas, sering kencing
dan ngompol. Pada anak yang lebih besar gejala spesifik makin jelas seperti

32
ngompol, sering kencing, sakit waktu kencing atau nyeri pinggang.
- Gejala infeksi timbul sesudah dilakukan punksi suprapubik, kateterisasi buli – buli.
- Apabila biakan kuman dalam urin pada waktu masuk dan saat diperiksa berbeda.
- Diagnosis : Klinik dan laboratorik.
- Laboratorik : hasil biakan urin yang diambil melalui suprapubik dikatakan positif
apabila jumlah kuman sama atau lebih dari 200/ml urin. Dan apabila melalui urin
pancaran tengah atau kateterisasi kandung kemih maka jumlah kuman dalam urin
100.000 atau lebih/ml urin.
- Pemeriksaan lainnya : sediment urin terdapat piuria.

5. Infeksi Aliran Darah Primer ( IADP )

5.1 Definisi Infeksi Aliran Darah Primer


Infeksi Aliran Darah Primer adalah infeksi aliran darah yang timbul tanpa ada organ atau
jaringan lain yang dicurigai sebagai sumber infeksi. Criteria infeksi aliran darah primer
dapat ditetapkan secara klinis dan laboratories dengan gejala / tanda berikut :
a. Klinis
1) Untuk Dewasa dan anak > 12 bulan.
Ditemukan salah satu diantara gejala berikut tanpa penyebab lain :
- Suhu > 380C, bertahan minimal 24 jam dengan atau tanpa pemberian
antipiretika.
- Hipotesi, sistolik < 90 mmHg.
Oliguri, jumlah urin < 0,5 cc/kbBB/jam
Dan
Semua gejala / tanda yang disebut dibawah ini :
- Tidak ada tanda – tanda infeksi di tempat lain.
- Telah diberikan antimikroba sesuai dengan sepsis
CATATAN :
- Suhu badan diukur secara aksiler selama 5 menit dan diulang setiap 3
jam,
- Apabila pasien menunjukkan gejala, suhu tubuh diukur secara oral

33
atau rectal.
2) Untuk bayi umur 12 bulan. Ditemukan salah satu gejala / tanda berikut tanpa
penyebab lain :
- Demam > 380C
- Hipotermi < 370C
- Apnea
- Bradikardi < 100x/mnt
Dan
Semua gejala / tanda di bawah ini :
- Tidak terdapat tanda – tanda infeksi ditempat lain.
- Diberikan terapi antimikroba sesuai dengan sepsis.
3) Untuk Neonatus
Dinyatakan menderita infeksi aliran darah primer apabila terdapat 3 atau
lebih diantara enam gejala berikut :
- Keadaan umum menurun antara lain : malas minum, hipotermi (< 37
C) hipertermi ( 38 C ) dan sklerema.
- Sistem kardiovaskuler antara lain :
tanda renjatan yaitu takikardi, 160/mnt atau bradikardi, 100/mnt dan
sirkulasi perifer buruk.
- Sistem pencernaan antara lain : distensi lambung, mencret, muntah
dan hepatomegali.
- Sistem pernafasan antara lain : nafas tak teratur, sesak, apnea dan
takipnea.
- Sistem saraf dan pusat antara lain : hipertermi otot, iritabel, kejang
dan letargi.
- Manifestasi hematology antara lain : pucat, kuning, splenomegali dan
perdarahan.
Dan
Semua gejala / tanda di bawah ini :
- Biakan darah tidak dikerjakan atau dikerjakan tetapi tidak ada

34
pertumbuhan kuman.
- Tidak terdapat tanda – tanda infeksi ditempat lain.
- Diberikan terapi antimikroba sesuai dengan sepsis.
b. Laboratorik
Untuk orang dewasa dan anak umur > 12 bulan.
Ditemukan satu diantara 2 kriteria berikut :
a) Kuman pathogen dari biakan darah dan kuman tersebut tidak ada
hubungannya dengan infeksi ditempat lain.
b) Ditemukan satu diantara gejala klinis berikut :
 Demam > 380C.
 Menggigil
 Hipotensi
 Oliguri
Dan
Satu diantara tanda berikut :
 Terdapat kontaminan kulit dari 2 biakan berturut – turut dan
kuman tersebut tidak ada hubungannya dengan infeksi
ditempat ( organ / jaringan ) lain.
 Terdapat kontaminan kulit dari biakan darah pasien yang
menggunakan alat intravascular ( kateter intravena ) dan
dokter telah memberikan antimikroba yang sesuai dengan
sepsis.

Untuk bayi < 12 bulan, ditemukan satu diantara gejalaberikut :


- Demam > 380C
- Hipotermi < 370C
- Apnea
- Bradikardi < 100/mnt
Dan
Satu diantara tanda berikut :
- Terdapat kontaminan kulit dari 2 biakan berturut – turut dan

35
kuman tersebut tidak ada hubungannya dengan infeksi
ditempat ( organ / jaringan lain )
- Terdapat kontaminan kulit dari biakan darah pasien yang
menggunakan alat intravaskuler ( kateter intravena ) dan
dokter telah memberikan antimikroba yang sesuai dengan
infeksi

CATATAN :
Untuk neonatus digolongkan infeksi nosokomial apabila :
1. Pada partus normal di rumah sakit infeksi terjadi setelah lebih dari 3 hari.
2. Terjadi 3 hari setelah partus patologik, tanpa didapatkan pintu masuk kuman.
3. Pintu masuk kuman jelas misalnya luka infuse.

Cara penghitungan :

Numerator x 1000 = ..........%


Denominator
Jumlah kasus ISK x 1000 = ........ %
Jumlah hari pemakaian alat kateter urine

5. ILO (Infeksi Luka Operasi)

Pengertian SSI
a. ILO superfisial terjadi bila insisi hanya pada kulit dan jaringan bawah kulit (subkutan )
b. ILO profunda bila insisi terjadi mengenai jaringan lunak yang lebih dalam (fasia dan
lapisan otot)
c. ILO organ bila insisi dilakukan pada organ atau mencapai rongga dalam tubuh.
Kategori operasi :
1) Operasi bersih,adalah operasi dilakukan pada daerah /kulit yang pada kondisi pra
bedah tidak terdapat peradangan dan tidak membuka traktus
respiratorius,gastroinestinal,orofaring,urinarius,atau traktus biliaris atau operasi
terencana dengan penutupan kulit primer atau tanpa pemakaian drain tertutup.

36
Kebijakan
a. Kriteria ILO superfisial :
- Infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari setelah tindakan operasi.
- mengenai hanya pada kulit dan jaringan bawah kulit (subkutan)-
- Terjadi hal 2 sbb:
 Drainase bahan purulen dari insisi superficial
 Dapat diisolasi kuman penyebab dari biakan cairan atau jaringan yang diambil secara aseptic
dari tempat insisi superficial.
 Sekurang kurangnya terdapat :
- satu tanda atau gejala infeksi sbb: rasa nyeri, pembengkakan yang terlokalisir, kemerahan,
atau hangat pada perabaan.
- insisi superficial terpaksa harus dibuka oleh dr bedah dan hasil biakan positif atau tidak
dilakukan biakan. Hasil biakan yang negatif tidak memenuhi kriteria ini.
 Diagnosi ILO superficial oleh dokter bedah atau dokter yang menanggani pasien tersebut.
b. Faktor Risiko ILO
- Kondisi pasien sendiri, misal usia, obesitas, penyakit berat, ASA Score, karier MRSA,
lama rawat pra operasi, malnutrisi, DM, penyakit keganasan.
- Prosedur operasi : Cukur rambut sebelum operasi, jenis tindakan, antibiotik profilaksis,
lama operasi, tindakan lebih dari 1 jenis, benda asing, transfusi darah, mandi sebelum
infeksi luka operasi.
c. Survey dilakukan 30 % dari populasi setiap ruangan perawatan.
d. Jika pasien tindakan operasi dari luar rumah sakit tidak dilakukan survey.
e. Survey dilakukan pada pasien baru sampai beberapa hari hingga jumlah responden terpenuhi.

Kategori risiko :
1. Jenis luka
 Luka bersih dan bersih kontaminasi skor : 0
 Luka bersih kontaminasi dan kotor skor : 1
Keterangan :
- luka bersih : nontrauma ,operasi luka tidak infeksi,tidak membuka saluran

37
pernapasan dan genitourinari.
- Bersih kontaminasi : operasi yang membuka saluran pernapasan dan
genitourinari .
- Kontaminasi luka terbuka : trauma terbuka .
- kotor dan infeksi : trauma terbuka,kontaminasi fecal.
2. Lama operasi : waktu mulai dibuka insisi sampai penutupan kulit.
Setiap jenis operasi berbeda lama opearasinya
 Lama operasi sesuai atau kurang dengan waktu yang ditentukan. Skor 0
 Bila lebih dari waktu yang ditentukan skor : 1.
3. ASA score .
 ASA 1-2,skor :0
 ASA 3-5, skor :1
= X/Y x 100%
X : jumlah kasus infeksi yang terjadi dalam waktu tertentu.
Y : jumlah pasien operasi pada waktu tertentu.

Pencegahan ILO :
1. Pra bedah..
a. Persiapan pasien sebelum operasi.
 Jika ditemukan tanda -tanda sembuhkan dulu infeksinya sebelum hari operasielektif dan
jika perlu ditunda sampai tidak ada infeksi.
 Jangan mencukur rambut , pencukuran hanya dilakukan bila daerah sekitar operasi terdapat
rambut yang dapat mengganggu jalannya operasi (pencukuran dilakukan 1 jam sebelum
operasi dengan menggunakan alat cukur elektric.
 Kendalikan kadar gula darah pada pasn diabetes dan hindari kadar gula darah yang terlalu
rendah sebelum operasi.
 Sarankan pasien untuk berhenti merokok min 30 hari sebelum hari elektif operasi.
 Mandikan pasien dengan cairan sabun yang mengandung chlorhexidine 2 % min 1 jam
sebelum operasi.
b. Antiseptik tangan dan lengan untuk tim bedah :

38
 Kuku harus pendek dan jangan menggunakan kuku palsu.
 Lakukan kebersihan tangan bedah dengan chlorhexidine 4 % setelah kebersihan tangan
tangan harus tetap mengarah ke atas dan dijauhkan dari tubuh agar air mengalir dari ujung
jari menuju siku,keringkan tangan dengan handuk steril ,pakai saung tangan dan gaun steril.
c. Tim bedah yang terinfeksi atau terkolonisasi.
 Anjurkan agar melapor jika terdapat tanda infeksi agar mendapatkan pengobatan.

d. Profilaksis anti mikroba .


 Pemberian anti mikroba hanya bila diindikasikan dan pilihlah yang paling efektif terhadap
patogen yang umum yang menyebabkan ILO pada operasi jenis tersebut yang
direkomendasikan.
 Berikan dosis profilaksi awal melalui intravena 1 jam sebelum operasi sehingga sat
dioperasi konsentrasi bakterisida pada serum dan jaringan maximal.

2. Intra Bedah.
a. Ventilasi .
 Pertahankan tekanan (+) ruangan kamar bedah .
 Jangan menggunakan fogging dan sinar UV dikamar operasiuntuk mencegah ILO.
 Pintu kamar bedah harus selalu tertutup kecuali diperlukan untuk lewatnya peralatan bedah.
 Batasi jumlah orang yang masuk kamar bedah.
b. Membersihkan dan desinfeksi permukaan lingkungan.
 Bila tampak darah atau cairan tubuh lain gunakan chlorine 0,5 % dan biarkan 10 menit
kemudian bersihkan cairan tadi .
 Tidak perlu pembersihan khusus /penutupan kamar bedah setelah selesai operasi kotor.
 Pel dan keringkan lantai kamar bedah dengan menggunakan detergennt normal.
c. Sterilisasi instrumen bedah.
 Sterilisasikan instrumen bedah sesuai petunjuk.
 Laksanakan sterilisasi kilat hanya untuk instrumen yang harus digunakan segera seperti
instrumen jatuh saat operasi.
d. Pakaian bedah /drapes .

39
 Pakai masker bedah dan tutupi mulut dan hidung bila memasuki kamar bedah saat operasi
berjalan .
 Pakai tutup kepala untuk menutupi rambut dikepala.
 Jangan menggunakan caver shoes untuk mencegah ILO Ganti gaun bila tampak kotor dan
terkontaminasi percikan cairan tubuh pasien.
 Gunakan gaun dan drape yang kedap air.
e. Teknik aseptik dan bedah.
 Lakukan teknik aseptik saat melakukan pemasangan CVP,kateter anestesi spinal / epidural/
dan bila menyiapkan obat- obatan steril.
 Siapkan peralatan dan larutan steril sasaat sebelum digunakan.
 Perlakukan jaringan dengan lembut dan lakukan homeostasis yang efektif,minimalkan
jaringanyang mati atau ruang kosong (dead space) pada lokasi operasi.
 Bila diperlukan drainage gunakan drain penghisap tertutup,letakan drain pd lokasi tubuh
yang terpisahdari insisi tubuh,lepas drain sesegera mingkin bila sudah tidahk dibutuhkan.
3. Paska Bedah;
 Jika terjadi rembesan darah atau cairan pada daerah operasi segera laukakan penggantian
verban.
 Lakukan mobilisasi sedini mungkin.
 Pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga untuk mengkonsumsi makanan bergizi.

II. Kebersihan tangan.

Pedoman kebersihan tangan telah memberikan anjuran tentang kapan dan


bagaimana melakukan kebersihan tangan atau menggosok tangan untuk pembedahan,
telah mengalami perubahan secara cepat pada masa 15 tahun terakhir, dengan munculnya
AIDS pada tahun 1980 an.

Kebersihan tangan dengan sabun biasa dan air sama efektifnya dengan kebersihan
tangan memakai sabun antimicrobial (Pereira, Lee dan Wade 1990).

40
Pittet dan kawan-kawan pada tahun 2000, melaporkan hasil penelitian tentang
kepatuhan tenaga kesehatan dalam menkebersihan tangan, bahwa ada 4 alasan mengapa
kepatuhan menkebersihan tangan masih kurang, yaitu:

 Skin irritation
 Inaccessible handwashing supplies
 Being too bussy
 No thinking aboutt it

Kepatuhan menkebersihan tangan di ICU (Spraot, I,J, 1994) kurang dari 50%, sedangkan
Galleger 1999 melaporkan bahwa kepatuhan menkebersihan tangan tersebut :

Individu Patuh % Tidak Patuh %

Dokter 33 67
Perawat 36 64
Tenaga kesehatan 43 57
lainya
Mahasiswa perawat 0 100

Kegagalan untuk melakukan kebersihan dan kesehatan tangan yang tepat


dianggap sebagai sebab utama infeksi nosokomial yang menular dan penyebaran
mikroorganisme multiresisten serta diakui sebagai kontributor yang penting terhadap
timbulnya wabah (Boyce dan Pittet, 2002), hal ini disebabkan karena pada lapisan kulit
terdapat flora tetap dan sementara yang jumlahnya sangat banyak.

Flora tetap hidup pada lapisan kulit yang lebih dalam dan juga akar rambut, tidak
dapat dihilangkan sepenuhnya, walaupun dengan dicuci dan digosok keras. Flora tetap,
berkemungkinan kecil menyebabkan infeksi nosokomial, namun lapisan dalam tangan
dan kuku jari tangan sebagian besar petugas dapat berkolonisasi dengan organisme yang
dapat menyebabkan infeksi seperti : s.Auresus, Basili Gram Negative, dan ragi.
Sedangkan flora sementara, ditularkan melalui kontak dengan pasien, petugas kesehatan

41
lainya, atau permukaan yang terkontaminasi. Organisme ini hidup pula pada permukaan
atas kulit dan sebagian besar dapat dihilangkan dengan mencucinta memakai sabun biasa
dan air. Organisme inilah yang sering menyebabkan infeksi nosokomial (JHPIEGO,
2004).

 Kebersihan tangan adalah Proses membuang kotoran dan debris secara


mekanis dari kulit kedua belah tangan dan mereduksi jumlah mikroorganisme
transient dengan menggunakan bahan tertentu.
 Flora transien dan flora residen pada kulit .
Flora transien pada tangan diperoleh melalui kontak dengan pasien ,petugas
lain,atau permukaan lingkungan (meja,tensi,stetoskop atau toilet),organisme
ini tinggal dilapisan luar kulit dan terangkat saat kebersihan tangan.Flora
residen tinggal dilapisan kulit yang lebih dalam serta didalam folikel rambut
dan tidak hilang seluruhnya saat dilakukan pencucian dan pembilasan keras
dengan sabun dan air mengalirUntungnya pada sebagian kasus ,flora residen
kemungkinan kecil terkait dengan penyakit infeksi menular melalui udara
seperti flu burung .Tangan atau kuku petugas kesehatan dapat terkolonisasi
pada lapisan dalam oleh organisme yang menyebabkan infeksi seperti
S .Aureus,batang gram negatif.
 Sabun
Produk pembersih yang bergua untuk menurunkan tegangan permukaan
sehingga membantu melepaskan kotoran,debris dan mikroorganisme yang
meempel sementara di tangan.sabun biasa memerlukan gosokan untuk
melepaskan mikroorganisme secara mekanik,sementara sabun anti septik
disamping membersihkan juga dapat membunuh kuman
 Agen antiseptik
Bahan kimia yang digunakan untuk menghambat atau membunuh
mikroorganisme baik yang transien atau residen.
 Emolient

42
Cairan organik seperti gliserol,propilen glikol atau sorbitol yang ditambahkan
pada handrub berguna sebagai melunakkan kulit dan membantu mencegah
kerusakan kulit.
 Air mengalir
Air yang secara alami atau kimia yang digunakan untuk kebersihan tangan
merupakan air bersih bebas mikroorganisme ,memiliki turbiditas rendah
(jernih ,tidak berbau )

Tujuan.

1. Membersihkan kedua tangan dari kotoran ,

2. Mereduksi jumlah microorganisme transient


 Jenis kebersihan tangan ada 4 macam;
1. Kebersihan tangan surgical.
2. Kebersihan tangan Aseptik
3. Kebersihan tangan sosial
4. Kebersihan tangan handrub
 5 moment kebersihan tangan :
1. Sebelum menyentuh pasien.
2. Sebelum melakukan tindakan aseptik.
3. Setelah tersentuh cairan tubuh pasien.
4. Setelah menyentuh pasien.
5. Setelah menyentuh lingkungan disekitar pasien

 Menggunakan 6 langkah kebersihan tangan


1. Petugas menggosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan
kanan dan sebaliknya.sebanyak 4x
2. Petugas menggosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari sebanyak 4x.

43
3. Jari –jari sisi dalam dari kedua tangan petugas saling mengunci sebanyak 4x
4. Petugas menggosok ibu jari berputar dalam genggaman tangan kanan dan
lakukan sebaliknya sebanyak 4x
5. Petugas menggosok dengan memutar ujung jari – jari di telapak tangan kiri
dan sebaliknya sebanyak 4x
6. Petugas menggosok dengan memutar ujung jari – jari di telapak tangan kiri
dan sebaliknya sebanyak

Hal yang perlu diperhatikan dalam kebersihan tangan:


1. Kuku harus seujung jari tangan.
2. Cat kuku tidak diperkenankan
3. Bila tangan luka atau tidak intak ,harus diobati dan dibalut
dengan balutan yang kedap air.
4. Jam tangan dan cicncin tidak diperkenankan dipakai

III. ALAT PELINDUNG DIRI

Protective barrier umumnya diacu sebagai Alat Pelindung Diri (APD), telah digunakan
bertahun-tahun lamanya untuk melindungi pasien dari mikroorganisme yang terdapat pada
staf yang bekerja pada suatu unit perawatan kesehatan. Akhir-akhir ini, adanya AIDS dan
HCV dan resurgence tuberkulosis di banyak negara, memicu penggunaan APD menjadi
sangat penting untuk melindungi staf .

Termasuk Alat pelindung Diri a.l: sarung tangan, masker/respirator, pelindung mata (perisai
muka, kacamata), kap, gaun, apron dan barang lainnya. Di banyak negara kap, masker, gaun
dan tirai terbuat dari kain atau kertas. Penahan yang sangat efektif, bagaimanapun, terbuat
dari kain yang diolah atau bahan sintetik yang menahan air atau cairan lain (darah atau
cairan tubuh) menembusnya. Bahan-bahan tahan cairan ini, bagaimanapun, tidak tersedia
secara luas karena mahal. Di banyak negara, kain katun yang enteng (dengan hitungan
benang 140/in²) adalah bahan yang sering dipakai untuk pakaian bedah (masker, kap dan

44
gaun) dan tirai. Sayangnya, katun enteng itu tidak memberikan tahanan efektif, karena
cairan dapat menembusnya dengan mudah, yang membuat kontaminasi. Kain dril, kanvas
dan kain dril yang berat, sebaliknya, terlalu rapat untuk ditembus uap (yaitu, sulit
disterilkan), sangat sukar dicuci dan makan waktu untuk dikeringkan. Bila bahan kain,
warnanya harus putih atau terang agar kotoran dan kontaminasi dapat terlihat.

Macam APD :

1. Masker

2. Sarung tangan

3. Kaca mata,

4. Topi

5. Apron/celemek

6. Pelindung kaki

7. Gaun pelindung
8. Helm

1. Sarung tangan.

Tujuan memakai sarung tangan :

 Melindungi tangan dari kontak dengan darah,cairan


tubuh,secret,eksekreta,mukosa,kulit yang utuh dan benda-benda yang terkontaminasi.

Jenis sarung tangan :

a) Sarung tangan steril:

 Digunakan di IKO, poli gigi atau poli bedah

 Digunakan saat pembedahan atau prosedur invasif

 Penggunaanya sekali pakai.

45
b) Sarung tangan tidak steril

 Digunakan di rawat inap, IPSRS, kebersihan

 Digunakan saat akan bersentuhan dangan cairan atau mukosa tubuh atau bahan
berbahaya

c) Sarung tangan rumah tangga

 Digunakan di linen, gizi, IPAL

 Digunakan untuk menyentuh bahan bahan yang memerlukan perlakuan khusus


(piring yg licin, mencuci linen yang tebal, dll)

3 saat petugas menggunakan sarung tangan :

1) Sebagai barieer protekif dan mencegah kontaminasi yang berat (saat akan menyentuh
cairan tubuh,sekresi,ekskresi,mukosa membran dan kulit yang tidak utuh.

2) Untuk menghindari transmisi mikroba ditangan petugas ke pada pasien (saat akan
melakukan tindakan aseptik atau menangani benda – benda yang terkontaminasi .

3) Untuk mencegah tangan petugas terkontaminasi mikroba dari pasien lain(saat


penggunaan sarung tangan yang benar,krn sarung tangan belum tentu tidak berlubang
walaupun kecil)

Hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan sarung tangan;

- Kebersihan tangan sebelum dan sesudah melepas sarung tangan.

- Gunakan sarung tangan berbeda untuk setiap pasien .

- Hindari jamahan pada benda-benda lain.

- Teknik menggunakan dan melepas sarung tangan harus dipahami.

2. Pelindung wajah.

- Tujuan : melindungi selaput lendir ,hidung,mulut,dan mata .

46
Jenis alat :

- Masker.

- Kaca mata.

- Face sheild.

3. Masker

Jenis masker:

a. Masker bedah

 Masker yang digunakan saat pembedahan di kamar operasi, poli gigi, poli bedah, VK

 Di ganti bila basah atau selesai pembedahan

 Masker harus bisa menutupi hidung, muka bagian bawah, rahang dan semua rambut muka

 Digunakan untuk menahan tetesan keringat yang keluar sewaktu bekerja ,bicara, batuk
atau bersin dan juga untuk mencegah cipratan darah atau cairan tubuh yang
terkontaminasi masuk ke dalam hidung atau mulut.

b. Masker khusus

 Digunakan pada saat penanganan pasien, air bone disease, pasien yang mendapatkan
imunosupresan atau petugas atau pasien yang sakit batuk.

 Digunakan untuk pencegahan penyakit H5N1,TBC di ruang isolasi.

 Karena saat ini rumah sakit belum memiliki masker N95 maka untuk penggunakan
diruang isolasi TBC menggunakan masker bedah rangkap 2.

c. Masker biasa.

 Digunakan dalam keiatan sehari- hari kegiatan yang menimbulkan bau (saat pengelolaan
sampah,kamar mandi,ipal dll)

47
 Digunakan saat menderita batuk pilek..

 Dugunakan saat timdakan perawatan yang menimbulkan bau

(personal higiene,Membantu Bab,Bak,perawatan luka)

4. Googles (kacamata)

 Digunakan untuk melindungi dari cipratan darah atau cairan tubuh lainnya yang
terkontaminasi. Pelindung mata termasuk pelindung plastik yang jernih, kacamata
pengaman, pelindung muka dan visor.

 Digunakan untuk prosedur bedah dan kemoterapi, mengosongkan drainage.

5. Apron (Clemek)

 Apron steril digunakan untuk prosedur pembedahan atau yang berisiko terjadi cipratan
atau kontak dengan cairan tubuh pasien.

 Digunakan untuk melindungi dari cairan atau bahan kimia di ruang linen , dapur, IPAL,
Laboratorium, VK.

 Saat menangani pencucian peralatan bekas digunakan pasien


(instrumen,urinal,pispot,bemgkok dll)

6. Gaun.

Tujuan :

- Melindungi petugas dari kemungkinan genangan atau percikan darah atau cairan tubuh
lainnya yang dapat mencemari baju.

Jenis Gaun :

- Gaun pelindung tidak kedap air.

48
- Gaun pelindung kedap air.

- Gaun steril.

- Gaun non steril.

Indikasi penggunaan gaun :

- Tindakan atau penanganan alat yang memungkinkan pencemaran /kontaminasi pada


pakaian petugas seperti ;

 Seperti membersihkan luka bakar.

 Tindakan drainage.

 Menuangkan cairan terkontaminasi ke dalam lubang pembuangan WC atau Toilet.

 Menangani pasien perdarahan masif.

 Tindakan bedah.

 Perawatan gigi.

- Gaun segera diganti jika terkontaminasi cairan tubuh pasien.

6. Pelindung kaki

Tujuan :

- Melindungi kaki petugas dari tumpahan /percikan darah atau cairan tubuh lainnya dan
mencegah dari kemungkinan tusukan benda tajam atau kejatuhann alkes.

- Digunakan dalam operasi dan menolong persalinan>

 Terbuat dari plastik yang menutupi seluruh ujung dan telapak kaki digunakan untuk
melindungi kaki dari:

a. Cairan atau bahan kimia yang berbahaya

b. Bahan atau peralatan yang tajam

49
7. Topi (penutup kepala)

 Digunakan untuk melindungi rambut dan kepala dari cairan tubuh atau bahan berbahaya.

 Mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala petugas
terhadap alat-alat di daerah steril dan juga sebaliknya melindingi kepala petugas dari
bahan – bahan berbahaya dari pasien.

 Digunakan saat melakukan tindakan yang memerlukan area steril yang luas
(operasi,pemasangan kateter vena sentral.)

8. Helm

 Terbuat dari plastik

 Digunakan untuk melindungi kepala dan digunakan pekerjaan yang berhubungan dengan
bangunan.

9. Kegiatan lainya tentang kapan kebersihan tangan dan penggunaan alat pelindung
dilakukan ?
No Kegiatan Cuci Sarung Jubah/ Masker/
. tangan tangan Celemek Google
Steril biasa
Perawatan umum

1. Tanpa luka
 Memandikan / √ √
bedding
 Reposisi √ √
2. Luka terbuka
 Memandikan / √ √ K/P
bedding
 Reposisi √ √ K/P

50
3. Perawatan perianal √ √ √
4. Perawatan mulut √ √ K/P K/P
5. Pemeriksaan fisik √ K/P
6. Penggantian balutan
 Luka operasi √ √ K/P K/P
 Luka decubitus √ √ K/P K/P
 Central line √ √ K/P K/P
 Arteri line √ √ K/P K/P
 Cateter intravena √ √ K/P K/P
Tindakan Khusus.

7. Pasang cateter urine √ √ K/P K/P


8. Ganti bag urine / ostomil √ √ K/P K/P
9. Pembilasan lambung √ √ K/P K/P
10. Pasang NGT √ √ √ K/P
11. Mengukur suhu axilia √ K/P
12. Mengukur suhu rectal √ √
13. Kismia √ √ K/P K/P
14. Memandikan jenazah √ √ K/P K/P
Perawatan saluran nafas

15. Tubbing ventilator √ √ K/P


16. Suction √ √ K/P √ K/P
17. Mengganti plaster ETT √ √ K/P √ K/P
18. Perawatan TT √ K/P √√
19. PF dengan stethoscope √ K/P
20. Resusitasi √ √ √ √√
21. Airway management √ √ √
Perawatan Vasculer

22. Pemasangan infuse √ Lebih √ K/P K/P

51
baik
23. Pengambilan darah vena √ Lebih √ K/P K/P
baik
24. Punksi arteri √ Lebih √ K/P K/P
baik
25. Penyuntikan IM / IV / SC √ √
26. Penggantian botol infuse √
27. Pelesapan dan penggantian √ √
selang infuse
28. Percikan darah / cairan tubuh √ √ √
29. Membuang sampah medis √ √ √
30. Penanganan alat tenun. √ √ √ K/P

IV. Sterilisasi

Sterilisasi adalah Tindakan membunuh semua mikroorganisme, termasuk endospora


bakterial. Penguapan bertekanan tinggi yang menggunakan suatu otoklaf atau dry heat
dengan menggunakan oven adalah metode yang paling tersedia saat ini yang digunakan
untuk proses sterilisasi.

Sterilisasi uap tekanan tinggi adalah metode sterilisasi yang paling murah dan efektif,
tetapi juga paling sulit untuk dilakukan secara benar (Gruendemann dan Mangum 2001).
Pada umumnya sterilisasi ini adalah metode pilihan untuk mensterilisasi instrumen dan
alat-alat lain yang digunakan pada berbagai fasilitas pelayanan kesehatan. Bila aliran
listrik bermasalah, instrumen-instrumen dapat disterilisasi dengan sebuah sterilisator uap
nonelektrik dengan menggunakan minyak tanah atau bahan bakar lainnya sebagai sumber
panas.

Kondisi Standar Sterilisasi Panas

52
Sterilisasi uap (Gravitas): Suhu harus berada pada 121ºC; tekanan harus berada pada 106
kPa; 20 menit untuk alat tidak terbungkus 30 menit untuk alat terbungkus. Atau pada
suhu yang lebih tinggi pada 132ºC, tekanan harus berada pada 30 lbs/in²; 15 menit untuk
alat terbungkus.

Catatan: Setting tekanan (Kpa atau lbs/in²) dapat agak berbeda bergantung pada
sterilisator yang digunakan. Bila mungkin, ikuti anjuran pabrik.

Panas kering:

 170ºC selama 1 jam (total cycle time-meletakkan instrumen-instrumen di oven, pemanasan


hingga 170ºC, selama 1 jam dan kemudian proses pendinginan 2-2,5 jam), atau 160ºC
selama 2 jam (total cycle time dari 3-3.5 jam).

Ingat:

 Waktu paparan mulai hanya setelah sterilisator telah mencapai target

 Jangan memuat sterilisator untuk alat tidak terbungkus dengan metode ini
lebih pendek, hanya butuh waktu 4 menit. Metode kilat ini biasanya
digunakan untuk alat-alat individual.

Kegiatan di unit CSD :

1. Unit CSSD berada diinstalasi kamar operasi


2. Jam penerimaan bahan yang akan disteril lagi dari ruangan
 Pagi pukul 07.00-08.00 WIB
 Siang pukul 14.00 -15.00 WIB
3. Ruangan CSD terdiri dari 4 area, seperti yang terlihat pada. Area ini adalah:

1. a. Area penerimaan/pembersihan barang kotor

Di area ini, peralatan kotor diterima, dibongkar dicuci, dibilas dan dikeringkan.

Area penerimaan/pembersihan barang kotor harus memiliki:

53
 sebuah konter penerimaan;1

 dua sinks bila mungkin (satu untuk membersihkan dan satu untuk membilas)
dengan suplai air bersih; dan

 sebuah konter peralatan yang bersih untuk pengeringan

54
b. Area kerja bersih
Di area kerja bersih, peralatan bersih:

 diperiksa barangkali ada catat atau kerusakan;


 dipak (bila terindikasi), baik disterilisasi maupun DTT; dan
 dikirim untuk disimpan seperti dalam bentuk dipak atau diangin-anginkan untuk
dikeringkan dan dimasukkan dalam wadah steril atau DTT.

Area kerja bersih harus mempunyai:


 meja besar;
 rak-rak penyimpanan peralatan bersih dan yang sudah dipak; dan
 sterilisator uap tekanan tinggi, oven panas tinggi, steamer, atau boiler.
c. Area penyimpanan peralatan bersih,
Simpanlah peralatan bersih di area ini. Staf CSD juga harus memasuki CSD melalui
area ini. Lengkapi peralatan area ini dengan:
 rak-rak (lebih baik tertutup) untuk menyimpan peralatan bersih, dan ruangan
tersendiri.
d. Area penyimpanan steril atau DTT.

Simpanlah pak-pak yang sudah disterilisasi dan wadah tertutup yang steril atau DTT
di area ini, pisahkan dari daerah suplai steril pusat.
 Batasi akses ke area penyimpanan ini dan/atau simpanlah peralatan di kabinet
atau rak-rak yang tertutup. (Rak-rak atau kabinet yang tertutup lebih baik karena
hal ini melindungi pak-pak dan wadah-wadah dari debu dan debris. Rak-rak
terbuka dapat diterima apabila area ini punya akses terbatas dan urusan rumah
tangga dan ventilasi terkontrol.)
 Menjaga area penyimpanan tetap bersih, kering, bebas debu dan bebas kain tiras
(lint-free) sesuai dengan jadwal urusan rumah tangga reguler.
 Pak-pak dan wadah-wadah dengan peralatan steril atau DTT harus disimpan
dengan jarak 20 hingga 25 cm dari lantai, 45-50 cm dari langit-langit, dan 15-20
cm dari dinding luar.
 Jangan mempergunakan kardus untuk tempat penyimpanan. (Kardus melepaskan
debu dan debris serta dapat menjadi sarang serangga.)
 Buatlah tanggal dan rotasi suplai. Proses ini berfungsi sebagai peringatan bahwa
55
4. Area Penyimpanan Steril atau DTT

Simpanlah pak-pak yang sudah disterilisasi dan wadah tertutup yang steril atau DTT di area
ini, pisahkan dari daerah suplai steril pusat.

 Batasi akses ke area penyimpanan ini dan/atau simpanlah peralatan di kabinet atau rak-
rak yang tertutup. (Rak-rak atau kabinet yang tertutup lebih baik karena hal ini
melindungi pak-pak dan wadah-wadah dari debu dan debris. Rak-rak terbuka dapat
diterima apabila area ini punya akses terbatas dan urusan rumah tangga dan ventilasi
terkontrol.)
 Menjaga area penyimpanan tetap bersih, kering, bebas debu dan bebas kain tiras (lint-
free) sesuai dengan jadwal urusan rumah tangga reguler.
 Pak-pak dan wadah-wadah dengan peralatan steril atau DTT harus disimpan dengan jarak
20 hingga 25 cm dari lantai, 45-50 cm dari langit-langit, dan 15-20 cm dari dinding luar.
 Jangan mempergunakan kardus untuk tempat penyimpanan. (Kardus melepaskan debu
dan debris serta dapat menjadi sarang serangga.)
 Buatlah tanggal dan rotasi suplai. Proses ini berfungsi sebagai peringatan bahwa paket itu
rentan atas proses kontaminasi dan menghemat ruang penyimpanan, tetapi hal ini tidak
menjamin sterilitas.
 Pak-pak akan tetap steril sepanjang integritas paket itu dipertahankan.
 Wadah-wadah steril atau DTT tetap dalam kondisi tersebut hingga dibuka.
 Barang steril dan DTT dari area ini didistribusikan

56
Sistem Shelf Life:

 Shelf life dari peralatan steril yang dipak terkait dengan peristiwa dan bukan terkait
dengan waktu. Sebuah peristiwa dapat membahayakan integritas dan efektivitas pak
tersebut.
 Peristiwa yang dapat membahayakan atau menghancurkan sterilitas pak mencakup
berbagai penanganan, berkurangnya integritas pak, penetrasi kelembaban, dan
kontaminasi udara.
 Sterilitas hilang ketika pak telah terkoyak di pembungkusnya, telah basah, terjatuh di
lantai, berdebu atau tidak tersegel.
 Shelf life sebuah pak steril akan bergantung pada kualitas pengepakan, kondisi selama
penyimpanan dan pengangkutan, dan jumlah penanganan sebelum digunakan.
 Menyegel pak-pak steril di kantong-kantong plastik dapat mencegah kerusakan dan
kontaminasi.
 Sebagian besar peristiwa yang berkontaminasi terkait dengan penanganan pak secara
berlebihan atau kurang tepat. Idealnya sebuah peralatan harus ditangani tiga kali: (1)
ketika mengeluarkan dari sterilizer cart dan menempatkan di rak penyimpanan, (2) ketika
mengangkutnya ke tempat peralatan itu akan digunakan, dan (3) ketika memilihnya
dibuka untuk digunakan.

Lima faktor yang kemungkinan besar menghancurkan sterilitas atau membahayakan


efisiensi barier bakterial atas materi yang sedang dipak adalah:

 Bakteri di udara
 Debu
 Kelembaban
 Berlubang, pecah atau terkoyak segelnya
 Terbukanya pak tersebut.
 Sebelum menggunakan peralatan yang telah disimpan, periksalah pak tersebut untuk
memastikannya tidak terkontaminasi.

57
Penanganan dan Pengangkutan Instrumen dan Peralatan Lainnya

 Pisahkan instrumen dan peralatan lain yang bersih, steril, dan DTT dari peralatan kotor
dan peralatan yang harus dibuang. Jangan memindahkan atau menyimpan peralatan ini
bersama-sama.
 Memindahkan instrumen dan peralatan lain yang steril dan DTT ke prosedur atau ruang
operasi dengan kereta tertutup atau wadah dengan penutup untuk mencegah
kontaminasi.
 Pindahkan suplai dari seluruh karton dan kotak pengiriman sebelum membawa suplai ini
ke dalam ruang prosedur, ruang operasi, atau area kerja CSD yang bersih. (Shipping
boxes mengeluarkan debu dan menjadi tempat bersarang serangga yang dapat
mengontaminasi area ini.)
 Mengangkut suplai dan instrumen kotor ke area penerimaan/pembersihan di CSD dengan
tong sampah tertutup dan antibocor.
 Mengangkut sampah yang terkontaminasi ke tempat pembuangan dengan tong sampah
tertutup dan antibocor.
 (Untuk informasi tambahan berkenaan dengan penanganan dan pengelolaan peralatan
yang akan dibuang)

Pemeriksaan indikator mutu sterilisasi :

1. Indikator mekanik

2. Indikator Kimia

3. Indikator biologi

4. Indikator mikrobiologi

V. Dekontaminasi
Dekontaminasi merupakan langkah pertama dalam menangani alat bedah dan sarung
tangan yang telah tercemar. Hal penting sebelum membersihkan adalah
mendekontaminasi alat dan benda lain yang mungkin terkena darah atau duh tubuh.
Segera setelah digunakan, alat harus direndam di larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

58
Langkah ini dapat menginaktivasi HBV, HCV, dan HIV serta dapat mengamankan
petugas yang membersihkan alat tersebut (AORN 1990; ASHCSP 1986).

Sudah lebih dari 20 tahun, dekontaminasi terbukti dapat mengurangi derajat kontaminasi
oleh kuman pada instrumen bedah. Misalnya, studi yang dilakukan oleh Nyström (1981)
menemukan kurang dari 10 mikroorganisme pada 75% dari alat yang tadinya tercemar
dan dari 100 mikroorganisme pada 98% alat yang telah dibersihkan dan didekontaminasi.
Berdasarkan penemuan ini, sangat dianjurkan agar alat dan benda-benda lain yang
dibersihkan dengan tangan, didekontaminasi terlebih dulu untuk meminimalkan risiko
infeksi .

Proses desinfeksi barang use yang di reuse

Proses desinfeksi alat medis dapat dikategorikan menjadi :

Tingka Penerapan Proses Penyimpanan Contoh alat


t risiko
Kritis Alat yg Sterilisasi Sterilisasi harus -Alat yang
masuk,penetrasi steam,sterad dijaga : digunakan
dalam jaringan atau DDT -bungkusan alat untuk
steril,rongga,aliran harus kering. tindakan
darah -kemasan tidak invasif.
robek
-Bungkusan
harus dibuat
dengan
menghambat
bioefektif
selama
penyimpanan.
Simpan alat

59
steril pada area
steril guna
melindungi dari
kontaminasi
lingkungan.
-Alat steril yang
tidak dibungkus
harus segera
dipakai

Semi Alat yang kontak Sterilsasi Simpan pada Alat yang


kritis dengan selaput steam/termal daerah bersih berhubungan
lendir dan dengan dan kering guna dengan
cairan melindungi dari respiratori :
desinfektan kontaminasi -LM laringeal
tingkat tinggi lingkungan mask.
-Vaginal
speculum.
-endotrakeal
non kinkin.
-probe invasif
ultrasonic
(trans vaginal
probe).
-Fleksible
*colonoscope
- Breast pump
Non Alat yang kontak Bersihkan Simpan dalam -Non invasive
kritis dengan kulit alat dengan keadaan bersih equipment:
menggunakan ditempat yang * Bedpan dan
detergent dan kering urinal.

60
air. Jika *Manset
menggunakan tekanan
desinfektan darah.
gunakan yang * Bed
compatibel *Termometer.
* Tourniket
* Tensi meter

B. Desinfeksi lingkungan rumah sakit


- Permukaan lingkungan : lantai, dinding dan permukaan meja, trolly didesinfeksi dengan
detergen netral
- Lingkungan yang tercemar darah atau cairan tubuh lainnya dibersihkan dengan
desinfeksi tingkat menengah

VI. Kewaspadaan standar dan berdasarkan transmisi

Pedoman-pedoman baru yang dikeluarkan oleh CDC pada tahun 1996 meliputi hal-
hal sebagai berikut.namun yang terbaru menyatukan universal precaution dab body
substance isolasi (BSI) menjadi kewaspadaan isolasi dengan komponen sbb :

 Pencegahan /kewaspadaan standar, diterapkan pada semua klien dan


pasien yang mengunjungi fasilitas layanan kesehatan, meliputi :

- Kebersihan tangan.

- Penggunaan APD (alat pelindung diri )

- Peralatan perawatan pasien.

- Pengendalian lingkungan.

- Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen.

- Kesehatan karyawanan /perlindungan petugas kesehatan.

- Penempatan pasien.

- Higiene respirasi/etika batuk.

61
- Praktek menyuntik yang aman.

- Praktek untuk lumbal punksi.

KOMPONEN UTAMA DAN PENGGUNAANNYA

Komponen utama Pencegahan Baku dan penggunaannya terdapat dalam Tabel 2-


1. Penggunaan pelindung (barier) fisik, mekanik, atau kimiawi di antara
mikroorganisme dan individu, misalnya ketika pemeriksaan kehamilan, pasien
rawat inap atau petugas layanan kesehatan, merupakan alat yang sangat efektif
untuk mencegah penularan infeksi (barier membantu memutuskan rantai
penyebaran penyakit). Contohnya, tindakan berikut memberikan perlindungan
bagi pencegahan infeksi pada klien, pasien dan petugas layanan kesehatan serta
menyediakan sarana bagi pelaksanaan Pencegahan Baku yang baru:

 Setiap orang (pasien atau petugas layanan kesehatan) sangat berpotensi


menularkan infeksi.
 Kebersihan tangan—prosedur yang paling penting dalam pencegahan
kontaminasi silang (orang ke orang atau benda terkontaminasi ke orang).
 Pakai Sarung Tangan (kedua tangan) sebelum menyentuh kulit yang terluka,
selaput lendir (mukosa), darah atau duh tubuh lainnya atau instrumen yang
kotor dan sampah yang terkontaminasi, atau sebelum melakukan prosedur
invasif.

VII. Management Risiko PPI

Pengelolaan rumah sakit yang begitu komplek permasalahan ,memerlukan


perhatian dan tindakan yang baik .Terutama pencegahan dan pegendalian infeksi
yang merupakan acuan mutu rumah sakit,sehingga memerlukan tindakan yang
baik.

62
Oleh sebab itu kita harus tahu dulu :

1. Risiko adalah :

 Peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak pada pencapaian


tujuan (AS/NZS 4360:2004)
 Efek ketidak pastian tujuan (ISO 3100:2009)
2. Management Risiko adalah :

 Budaya, proses dan struktur yang diarahkan untuk mewujudkan peluang –


peluang sambil mengelola efek yang tidak diharapkan. (AS/NZS 4360:2004)
 Kegiatan terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi
berkaitan dengan risiko (ISO 3100:2009)

II. Identifikasi Risiko

Identifikasi risiko adalah proses mengenal, menemukan dan


mendeskripsikan risiko .

Hal pertama yang dilakukan untuk mengelola risiko adalah mengidentifikasi,


identifikasi ini juga dibagi 2, yaitu secara proaktif dan reaktif.

a. Identifikasi secara proaktif adalah kegiatan identifikasi yang dikakukan proaktif


mencari risiko yang menghalangi rumah sakit mencapai tujuan. Jika faktor
risikonya belum muncul dan bermanifestasi, metode yang dapat dilakukan dengan
cara audit, brainstorming, pendapat ahli, FMEA, analisa SWOT.

b. Identifikasi secara reaktif adalah kegiatan identifikasi setelah risiko muncul dan
bermanifestasi dalam bentuk insiden dan gangguan. Metode yang digunakan adalah
pelaporan insiden. Tentu saja kita akan melaksanakan prinsip identifiksi proaktif
karena belum menimbulkan kerugian.

III. Analisa Risiko

Analisa risiko adalah proses untuk memahami sifat risiko dan menentukan
peringkat risiko, analisa dilakukan dengan cara menilai :

63
1. seberapa sering peluang risiko muncul,
2. berat ringannya dampak yang ditimbulkan
tabel

Descripsi 1 2 3 4

Jarang Intermediate Sering Selalu


terjadi

Frekuensi

Probability

Dampak

occurence

Setelah skor peluang dan dampak/konsekuensi dikalikan tujuannya mendapatkan


peringkat sehingga dapat menentukan skala prioritas penanganannya.

Tabel

Peringkat Risiko .

1. Ekstrim ( 15-25)

2. Tinggi (8-12)

3. Sedang (4-6)

4. Risiko rendah (1-3)

IV. Evaluasi Risiko.

Evaluasi risiko adalah proses membandingkan antara hasil analisa risiko dengan
kriteria risiko untuk menentukan apakah risiko dan besarnya dapat diterima atau

64
ditoleransi. Sedangkan kriteria risiko adalah kerangka acuan untuk mendasari
pentingnyarisiko dievaluasi, dengan menggunakan evaluasi risiko ini setiap risiko
dikelola oleh orang yang bertanggung jawab sesuai dengan risiko,dengan
demikian tidak ada risiko yang terlewat.

V. Penanganan Risiko

Penanganan risiko adalah proses memodifikasi risiko :

1. Menghindari risiko dengan memutuskan untuk tidak memulai atau


melanjutkan aktivitas yang menimbulkan risiko.
2. Mengambil atau meningkatkan risiko untuk mendapatkan peluang(lebih
baik,baik)
3. Mengubah kemungkinan.
4. Menghilangkan sumber infeksi.
5. Mengubah konsekuensi.
6. Berbagi risiko dengan pihak lain.
7. Mempertahankan risiko dengan informasi pilihan

VIII. Ruang Isolasi (kohorting)

A. Penerapan Isolasi Precaution di Rumah Sakit


Isolation precaution merupakan bagian integral dari program pengendalian infeksi
nosokomial

Tujuan

Isolation Precaution bertujuan untuk mencegah transmisi mikroorganisme pathogen dari


satu pasien ke pasien lain dan dari pasien ke petugas kesehatan atau sebaliknya. Karena agen
dan host lebih sulit dikontrol maka pemutusan mata rantai infeksi dengan cara Isolation
Precaution sangat diperlukan.

65
1. Airborne Precaution

a. Penempatan pasien
Tempatkan pasien di kamar tersendiri yang mempunyai persyaratan sebagai berikut:

 Tekanan udara kamar negatif dibandingkan dengan area sekitarnya.


 Pertukaran udara 6 – 12 kali/jam.
 Pengeluaran udara keluar yang tepat mempunyai penyaringan udara yang efisien
sebelum udara dialirkan ke area lain di rumah sakit.
 Selalu tutup pintu dan pasien berada di dalam kamar
 Bila kamar tersendiri tidak ada, tempatkan pasien dalam satu kamar dengan pasien
lain dengan infeksi mikroorganisme yang sama atau ditempatkan secara kohort.
 Tidak boleh menempatkan pasien satu kamar dengan infeksi berbeda.

b. Respiratory Protection
 Gunakan perlindungan pernapasan (N 95 respirator) ketika memasuki rungan pasien
yang diketahui infeksi pulmonary tuberculosis
 Orang yang rentan tidak diberarkan memasuki ruang pasien yang diketahui atau
diduga mempunyai measles (rubeola) atau varicella, mereka harus memakai
respiratory protection (N 95) respirator.
 Orang yang immune terhadap measles (rubeola), atau varicella tidak perlu memakai
perlindungan pernafasan.
c. Patient Transport
 Batasi area gerak pasien dan transportasi pasien dari kamar, hanya tujuan yang
penting saja.
 Jika berpindah atau transportasi gunakan masker bedah pada pasien

2. Droplet Precaution

a. Penempatan Pasien
 Tempatkan pasien di kamar tersendiri
 Bila pasien tidak mungkin di kamar tersendiri, tempatkan pasien secara kohart

66
 Bila hal ini tidak memungkinkan, tempatkan pasien dengan jarak 3 ft dengan pasien
lainya
b. Masker
 Gunakan masker bila bekerja dengan jarak 3 ft
 Beberapa rumah sakit menggunakan masker jika masuk ruangan
c. Pemindahan pasien
 Batasi pemindahan dan transportasi pasien dari kamar pasien, kecuali untuk tujuan
yang perlu
 Untuk meminimalkan penyebaran droplet selama transportasi, pasien dianjurkan
pakai masker

3. Contact Precaution

a. Penempatan pasien
 Tempatkan pasien di kamar tersendiri
 Bila tidak ada kamar tersendiri, tempatkan pasien secara kohart
b. Sarung tangan dan kebersihan tangan.
 Gunakan sarung tangan sesuai prosedur
 Ganti sarung tangan jika sudah kontak dengan peralatan yang terkontaminasi dengan
mikroorganisme
 Lepaskan sarung tangan sebelum meninggalkan ruangan
 Segera kebersihan tangan dengan antiseptic / antimicrobial atau handscrub
 Setelah melepas sarung tangan dan kebersihan tangan yakinkan bahwa tangan tidak
menyentuh peralatan atau lingkungan yang mungkin terkontaminasi, untuk mencegah
berpindahnya mikroorganisme ke pasien atau lingkungan lain.
c. Gaun
 Pakai gaun bersih / non steril bila memasuki ruang pasien bial diantisipasi bahwa
pakaian akan kontak dengan pasien, permukaan lingkungan atau peratalan pasien di
dalam kamar atau jika pasien menderita inkontaneia, diare, fleostomy, colonostomy,
luka terbuka
 Lepas gaun setelah meninggalkan ruangan.

67
 Setelah melepas gaun pastikan pakaian tidak mungkin kontak dengan permukaan
lingkungan untuk menghindari berpindahnya mikroorganisme ke pasien atau
lingkungan lain
d. Transportasi pasien
 Batasi pemindahan pasien dan transportasi pasien dari kamar, hanya untuk tujuan
yang penting saja. Jika pasien harus pindah atau keluar dari kamarnya, pastikan
bahwa tindakan pencegahan dipelihara untuk mencegah dan meminimalkan risiko
transmisi mikroorganisme ke pasien lain atau permukaan lingkungan dan peralatan.

Peralatan Perawatan Pasien

 Jika memungkinkan gunakan peralatan non kritikal kepada pasien sendiri, atau secara
kohort
 Jika tidak memungkinkan pakai sendiri atau kohort, lakukan pembersihan atau desinfeksi
sebelum dipakai kepada pasien lain.

Recommendation Isolation Precaution

“administrative Controls”

1. Pendidikan
Mengembangkan system pendidikan tentang pencegahan kepada pasien, petugas, dan
pengunjung rumah sakit untuk meyakinkan mereka dan bertanggung jawab dalam
menjalankanya.

Adherence to Precaution (ketaatan terhadap tindakan pencegahan)

2. Secara periodic menilai ketaatan terhadap tindakan pencegahan dan adanya perbaikan
langsung.

68
Dengan mengelompokan satu jenis penyakit berdasarkan cara
penularannya:

1. Setiap pasien yang menular harus dirawat di ruang isolasi tersendiri.


2. Saat ini rumah sakit Manado Medical Center sudah memiliki ruang isolasi
tersendiri, diharapkan RS Manado Medical Center menggunakan cara
pengelompokan (Kohorting ) pasien menular TBC, diare berat, varicella,
perdarahan tak terkontrol, luka lebar dengan cairan keluar.
3. Setiap pasien harus memakai masker bedah (surgical mask rangkap 2) atau
masker N 95(bila mungkin) pada saat petugas berada diruangan tersebut.
Ganti masker setiap 4-6 jam dan buang di tempat sampah infeksius. Pasien
tidak boleh membuang ludah atau dahak di lantai – gunakan penampung
dahak/ludah tertutup sekali pakai (disposable)
4. Setelah selesai melakukan tindakan jas tersebut harus dilepaskan dengan hati-
hati dan masukkan kedalam tempat tertutup dilengkapi dengan laundry bag
yang berlabel ISOLASI. Tempat tersebut diletakkan di dekat pintu keluar
ruang isolasi. Setelah itu petugas harus kebersihan tangan di dalam ruang
isolasi.
5. Setiap ruang isolasi harus dilengkapi dengan peralatan:
 Termometer
 Stetoskop
 Tensimeter
 Wadah/bed pan (jika tidak ada kamar mandi sendiri)
 Tempat pembuangan limbah infeksius:
o Jas
o Instrumen
o Sampah termasuk sisa makanan, alat makan
 Fasilitas kebersihan tangan di dalam ruang kohorting
 Barrier atau penghalang .
 APD yang sesuai.

69
IX. Pengelolaan kebersihan lingkungan Rumah Sakit

Pengelolaan rumah tangga meliputi pembersihan umum rumah sakit dan klinik,
yang meliputi lantai, dinding, alat-alat, meja, dan permukaan lain. Maksud
pengelolaan rumah tangga adalah :

 mengurangi jumlah mikroorganisme yang dapat menulari pasien, tamu, staf,


dan masyarakat sekitar,

 mengurangi risiko kecelakaan, dan

 mengupayakan lingkungan yang bersih dan menyenangkan untuk pasien dan


staf

Umumnya ruangan-ruangan di rumah sakit dan klinik, seperti ruang tunggu dan
kantor administrasi, tergolong risiko rendah sehingga cukup dibersihkan
dengan sabun dan air. Sedangkan beberapa ruangan seperti toilet/WC,
pembuangan darah atau duh tubuh lain, tergolong risiko tinggi memerlukan
disinfektan seperti klorin 0.5% atau fenol 1% yang ditambahkan pada larutan
pembersih (SEARO 1988). Penggunaan disinfektan selain sabun dan air
dianjurkan pula di ruangan-ruangan seperti ruangan operasi, kamar pulih, dan
ruang perawatan intensif.

Peralatan alat single use dan re-use

Dengan berkembangnya teknologi dan tuntutan patient safety,maka peralatan


yang digunakan baik langsung maupun tidak langsung sangat mempengaruhi
keselamatan pasien. Hal ini terkait kontaminasi yang ditimbulkan jika digunakan
kembali, oleh sebab itu dilakukan aturan peralatan yang use dan re-use sbb;

1. Peralatan yang use (sekali pakai)

 Berupa benda tajam

70
 Yang bersentuhan langsung dengan cairan tubuh pasien

 Yang penggunaannya dilakukan secara septic.

 Dibagi menjadi peralatan kritikal,semi kritikal dan non kritikal.

Kategori Alat-alat medis :

Tingkat Penerapan Proses Penyimpanan Contoh alat


risiko
Kritis Alat yg Sterilisasi Sterilisasi harus -Alat yang
masuk,penetrasi steam,sterad dijaga : digunakan
dalam jaringan atau DDT -bungkusan alat untuk tindakan
steril,rongga,alira harus kering. invasif.
n darah -kemasan tidak -endoskopidan
robek assesoris yang
-Bungkusan dipakai dlm
harus dibuat tindakan
dengan invasif:
menghambat - alat ERCP
bioefektif -Laparoskopi
selama - Broncoskopi
penyimpanan. - instrument
.simpan alat bedah/operasi
steril pada area
steril guna
melindungi dari
kontaminasi
lingkungan.
-Alat steril yang
tidak dibungkus
harus segera
dipakai

71
Semi Alat yang kontak Sterilsasi Simpan pada Alat yang
kritis dengan selaput steam/termal daerah bersih berhubungan
lendir atau dengan dan kering guna dengan
cairan melindungi dari respiratori :
desinfektan kontaminasi -LM laringeal
chlorine 0,5 lingkungan mask.
% -Vaginal
speculum.
-endotrakeal
non kinkin.
-probe invasif
ultrasonic (trans
vaginal probe).
-Fleksible
endocopes:
*colonoscope
*sigmoideskope
- Breast pump
Non Alat yang kontak Bersihkan Simpan dalam -alatnon invasif
kritis dengan kulit alat dengan keadaan bersih equipment:
menggunakan ditempat yang * Bedpan dan
detergent dan kering urinal.
air .jika * Manset
menggunakan tekanan darah.
desinfektan * bed
gunakan yang * Termometer.
compatibel * Tourniket
* Tensi meter
* Pot obat
pasien.

72
* kontainer
darah

Batas penggunaan alat medis

Alat medis Frekuensi Dengan Proses kontrol


penggunaan melihat
ulang&proses
Laringeal 40x 1. Catat jumlah re-use
mask steam pada kartu
pemeliharaan .
2. Setelah 40x alat
langsung dibuang.
3. Bila alat rusak
sebelum waktunya
segera dibuang
Nasal 5x 4. Catat jumlah re-use
spray steam pada kartu
pemeliharaan .
5. Setelah 40x alat
langsung dibuang.
6. Bila alat rusak
sebelum waktunya
segera dibuang
Endotracea 40x 7. Catat jumlah re-use
tube non steam pada kartu
kinkin

73
pemeliharaan .
8. Setelah 40x alat
langsung dibuang.
9. Bila alat rusak
sebelum waktunya
segera dibuang
Respirator 30x 10.Catat jumlah re-use
y valve steam pada kartu
pemeliharaan .
11.Setelah 30x alat
langsung dibuang.
12.Bila alat rusak
sebelum waktunya
segera dibuang
Beast
pump

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam sterilisasi

1. Alat instrumen yang dapat disterilisasi ulang adalah :


a. Fisik peralatan setelah proses sterilisasi ulang peralatan tidak berubah keutuhan,
fungsional, baik perubahan fisik, kimia biologis.
b. Proses pembersihannya mampu menjamin membersihkan semua jenis kotoran
biologis dari setiap pemakaian yang sebelumnya dan peralatan bebas dari zat
Pyrogenis, Tes Pyrogenisitas dari pabrik
c. Bahan yang digunakan tidak menimbulkan zat toksik akibat reaksi kimia dengan
pelarut atau zat pembersih

74
d. Produsen alat yang bersangkutan menerapkan siklus-siklus peralatan bersertifikat
yang merupakan cara-cara yang telah ditentukan dan diabsahkan untuk pemastian
kesterilan, uji-uji untuk keutuhan kemasan, pemeriksaan dan pengendalian
prosedur dengan pencatatan pemakaian alat tersebut
2. Semua permohonan untuk memakai kembali peralatan disposible/Re-use atau sekali
pakai saja harus tercatat, diketahui dan disetujui oleh PPI(ICN) untuk memungkinkan
pengembangan protokol langkah demi langkah untuk proses ulang
3. Tidak ada peraturan dan undang-undang untuk indonesia dan prosedur untuk
menangani alat-alat yang sudak kadaluarsa, hal ini akan dikonsultasikan ke HICMR
sesuai dengan kondisi

X. Pengelolaan linen

Memroses linen terdiri dari semua langkah yang diperlukan untuk


mengumpulkan, membawa, dan memilih (menyortir) linen kotor dan
membinatu (mencuci, mengeringkan, melipat, atau membungkus), kemudian
menyimpan dan mendistribusikannya. Memroses linen secara aman dari
berbagai sumber adalah suatu proses yang rumit. Prinsip-prinsip dan langkah-
langkah utamanya tercantum dalam Staf yang ditugaskkan untuk
mengumpulkan, membawa dan memilih linen kotor harus sangat berhati-hati.
Mereka harus memakai pakaian tebal atau sarung tangan rumah tangga untuk
mengurangi risiko perlukaan oleh jarum atau benda tajam, termasuk pecahan
gelas. Staf yang bertanggung jawab terhadap pencucian barang kotor harus
memakai sarung tangan utiliti, alat pelindung mata, dan apron plastik atau
karet.

XI. Pengelolaan Lingkungan dan bangunan

Upaya pengendalian lingkungan adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk


dapat mengendalikan berbagai faktor lingkungan (Fisik, biologi, dan sosial
psikologi ) di RS dengan cara :

75
 Meminimalkan atau mencegah terjadinya transmisi mikroorganisme dari
lingkungan kepada pasien, petugas, pengunjung dan masyarakat di sekitar
sarana kesehatan sehingga infeksi nosokomial dapat di cegah dengan
mempertimbangkan cost efektif
 Menciptakan lingkungan bersih aman dan nyaman
 Mencegah terjadinya kecelakaan kerja

Ruang lingkup pengelolaan lingkungan :

1. KONSTRUKSI BANGUNAN
2. UDARA
3. AIR
4. PEMBERSIHAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT
5. PEMBERSIHAN LINGKUNGAN DI R.GIZI
6. PEMBERSIHAN DI RUANG LAUNDRY

Konstruksi dan renovasi bangunan harus memperhatikan .

1.Pengertian
Cara melakukan perubahan bentuk, penambahan ruangan pada lokasi tertentu
yang meliputi design interior, eksterior, civil dan medical.

Definisi dari kegiatan konstruksi :


Tipe kegiatan renovasi ada 4 type :
a.Tipe A : Pemeriksaan dan kegiatan pemeliharaan umum.
Termasuk namun tidak terbatas pada: penghapusan ubin langit-langit untuk
inspeksi visual (terbatas pada 1genteng per 5 m2), lukisan (tetapi tidak
pengamplasan); mencakup instalasi dinding; kerja trim listrik; pipa kecil; setiap
kegiatan yang tidak menghasilkan debu atau memerlukan pemotongan dinding
atau akses ke langit-langit selain untuk inspeksi visual.

76
b.Tipe B: Skala kecil dan jangka pendek,yang menghasilkan debu sedikit.
Termasuk, tetapi tidak terbatas pada, instalasi pemasangan kabel telepon dan
komputer, akses ke ruang chase,memotong dinding atau langit-langit di mana
migrasi debu dapat dikendalikan.
c. Tipe C: kerja apapun yang menghasilkan debu sedang atau tingkat tinggi.
Termasuk, tetapi tidak terbatas pada, pembongkaran atau penghapusan
komponen bangunan built-in atau rakitan, pengamplasan dinding untuk lukisan
atau mencakup dinding, meliputi penghapusan lantai / wallpaper, ubin dan
casework langit-langit, konstruksi dindingbaru, ductwork kecil atau pekerjaan
listrik di atas langit- langit, kegiatan pemasangan kabel utama.
d. Tipe D: Penghancuran besar dan proyek konstruksi
Termasuk, tetapi tidak terbatas pada, penghancuran berat, penghapusan sistem
plafon yang lengkap, dan konstruksi baru.

2. Tujuan.
Menurunkan kemungkinan terjadinya kontaminasi infeksi yang diakibatkan
pembangunan dan renovasi bangunan.

3. Kebijakan
a. Identifikasi kelompok risiko renovasi bangunan.

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4


Rendah Sedang Sedang Tinggi Tinggi
 Area  Perawatan  UGD
kantor pasien dan  Radiology  Area klinis
 Tanpa tidak tercakup  Recovery  Kamar
pasien/ dalam Grup 3 Rooms Operasi
area risiko atau 4  Ruang  Kamar
rendah  Laundry Maternitas / prosedur
yang tidak  Kantin VK invasif
terdaftar  Manajemen pasien

77
dimanapu Material  Kamar bayi rawat jalan
n  Penerimaan/  Lab  Area
Pemulangan Microbiologi Anestesi &
 Laboratorium  Farmasi pompa
tidak spesifik jantung
seperti Grup  Semua
3Koridor Intensive
Umum (yang Care Unit
dilewati pasien, (kecuali
suplai, dan yang
linen) tertulis di
Grup 4)

b. Pedoman kontrol infeksi.


Kelas I - Jalankan pekerjaan dengan metode untuk meminimalkan
peningkatan debu dari operasi konstruksi
- Mengganti genteng langit-langit untuk inspeksi visual
secepatnya
Kelas II - Penyediaan aktif berarti untuk mencegah debu udara
menyebaran ke atmosfir
- Segel pintu yang tidak digunakan dengan lakban.
- Konstruksi yang mengandung limbah sebelum ditransportasi
harus dalam wadah tertutup rapat.
- Pel basah / atau vakum dengan vakum HEPA ber-filiter.
- Tempatkan lap kaki di pintu masuk dan keluar dari area kerja
dan mengganti atau dibersihkan saat tidak ada lagi proses
kerja.
- Isolasi sistem HVACdi daerah mana pekerjaan yang sedang
dilakukan/kohort dengan tekanan negatif
- Usap casework dan permukaan horizontal saat proyek selesai.
Kelas III  Isolasi sistem HVAC di wilayah di mana pekerjaan

78
tengah dilakukan untuk mencegah kontaminasi dari
sistem saluran.
 Lengkapi semua barriers pembangunan sebelum
konstruksi dimulai.
 Jaga tekanan udara negatif dalam tempat kerja
menggunakan unit ventilasi saringan HEPA atau metode
lain untuk mempertahankan tekanan negatif.
Keselamatan umum akan memonitor tekanan udara
 Jangan menghilangkan barriers dari area kerja sampai
proyek lengkap dibersihkan.
 Pel basah atau vakum dua kali per 8 jam periode
kegiatan konstruksi atau sesuai yang diperlukan dalam
rangka untuk meminimalkan jejak.
 Singkirkan bahan penghalang dengan hati-hati untuk
meminimalkan penyebaran kotoran dan puing-puing
yang terkait dengan konstruksi. Bahan barrier harus
diusap basa, Vakum dengan menggunakan HEPA atau
berikan kabut air agar lembab sebelum disingkirkan.
 Tempatkan limbah konstruksi dalam wadah tertutup
rapat sebelum ditransportasi.
 Tempatkan keset kaki di pintu masuk dan keluar dari
area kerja dan diganti atau dibersihkan saat tidak ada lagi
aktifitas kerja
 Usap casework dan permukaan horizontal saat proyek
telah selesai.
Kelas IV - Isolasi sistem HVAC di wilayah di mana pekerjaan tengah
dilakukan untuk mencegah kontaminasi system saluran.
- Lengkapi semua barriers pembangunan sebelum konstruksi
dimulai.
- Jaga tekanan udara negatif dalam tempat kerja menggunakan
unit ventilasi saringan HEPA atau metode lain untuk

79
mempertahankan tekanan negatif. Keselamatan umum akan
memonitor tekanan udara
- Beri segel pada luban, pipa, saluran dan tusukan untuk
mencegah migrasi debu.
- Bangun anteroom dan mengharuskan semua personil
melewati ruangan. Pel basah atau vakum HEPA anteroom tiap
hari.
- Selama pembongkaran, kerja yang menghasilkan debu atau
bekerja di langit-langit, sepatu sekali pakai dan baju harus
dipakai dan dibuang di anteroom ketika meninggalkan area
kerja.
- Jangan menghilangkan barriers dari area kerja hingga selesai
proyek dibersihkan
- Singkirkan bahan penghalang hati-hati untuk meminimalkan
penyebaran kotoran dan puing-puing yang terkait dengan
konstruksi.

XII. Antibiogram
Dengan pemeriksaan kultur akan didapatkan hasil resistensi kuman terhadap
antibiotika yang digunakan untuk menentukan pola kuman rumah sakit

XIII. Pengelolaan bahan atau obat kadaluwarsa


Bekerja sama dengan farmasi dalam melakukan pengawasan obat atau bahan yang
telah kadaluwarsa

XIV. Upaya pencegahan dan kesehatan karyawan

Petugas kesehatan berisiko terinfeksi bila terekspos saat kerja, juga dapat
menstransmisikan infeksi kepada pasien maupun petugas kesehatan lain.

80
Saat menjadi karyawan baru seorang petugas kesehatan harus diperiksa riwayat pernah
terinfeksi apa saja dan status imunisasinya,imunisasi yang dianjurkan hepatitis B,bila
memungkinkan haemophilus influenza,campak,tetanus,difteri,rubella,mantoux test.Alur
pasca pajanan harus dibuat dan dipastikan dipatuhi untuk HIV,HBV,HCV.

Pedoman ini merupakan strategi preventif terhadap infeksi yang didapatkan dari rumah
sakit.meliputi :

1. Monitoring dan suppprt kesehatan petugas.


2. Edukasi pada seluruh staf rumah sakit tentang PPIRS
3. Vaksinasi dan imunisasi bila dibutuhkan .
4. Menyediakan antivirus profilaksis.
5. surveilens ILI mengenal tanda awal transmisi infeksi saluran napas akut dari manusia
ke manuasia.
6. terapi dan follow up
7. Rencanakan pertugas diperbolehkan masuk sesuai pengukuran risiko bila terkena
infeksi.
8. upayakan support psikososial.

B. Tujuan:

1. Menjamin keselamatan petugas dilingkungan rumah sakit.


2. Memelihara kesehatan petugas kesehatan.
3. Mencegah KLB.

Unsur yang dibutuhkan .

1. petugas yang berdedikasi.


2. SPO yang jelas dan tersosialisi dengan baik.
3. Koordinasi yang baik antar unit.
4. Penanganan pasca pajanan infeksius.
5. Pelayanan konseling dan privasi.

81
Pelaksanaan :

a. Perlindungan yang minimal bagi petugas adalah imunisasi hepatitis B, iminisasi


masal dan diulang tiap 5 tahun pasca imunisasi .
b. Management pasca pajanan.
- tes pada pasien sebagai sumber pajanan.

- tes HBS Ag dan Anti HBs petugas.

- Pemberian immunoglobulin hepatitis B pasca pajanan sebelum 48 jam

C. Evaluasi

1. dilakukan sebelum dan sesudah pajanan.


2. Status imunisasi .
3. Riwayat kesehtan yang lalu.
4. Terapi saat ini.
5. Pemeriksaan fisik.
6. Pemerisaan lab dan radiologi.
7. Edukasi :
 SPO PPI
 Kewaspdaan isolasi
 Kewaspadaan transmisi
8. Pelaporan yang meliputi :
 Informasi risiko ekspos.
 Alur mangemen dan tindak lanjut.
 Penyimpanan data
Pajanan dan tindakan :

1. Virus H5N1

Bila terjadi pajanan diberikan oseltaivir 2x 75 mg selama 5 hari.

2. Virus HIV.

82
Risiko terpajan 0,2 – 0,4 % per injuri.Profilaksis diberikan dalam waktu 4 jam pasca
pajanan dengan pemberian ARV,AZT,3TC dan Indinavir sesuai pedoman.pasca pajana
harus dilakukan pemeriksaan HIV seroologidan dicatat sampai jadwal pemeriksaan
monitoring lanjutan nya.

3. Virus Hepatitis B.

Risiko terpajan Hepatitis B 1,9-40 % per pajanan,segera pasca pajanan dilakukan


pemeriksaan ,dapat terinfeksi bila sumber pajanan positif HbsAg atau HbeAg.

D. Berikut tata laksana penyakit menular dan pencegahannya :

Penyakit Masa Menular Cara transmisi Kewasp Masa petugas Tindakan


inkub selama/ virus adaan diliburkan/
asi shedding yang tindakan
perlu
dijalank
an
Abses Selama luka kontak Kontak konserfatif
mengeluarkan
cairan tubuh
Acinetobact Luka bakar Flora N kulit Standar
er baumanii yang di manusia, mukus dan
hydroterapi menbran dan tanah. kontak
Bertahan di tempat
lembab dan kering
sampai berbulan,
menular melalui
peralatan rawat
respirasi, tangan
petugas,
humidifier,
stetoscop,

83
termometer,
matras, bantal,
prmk TT, mop,
gorden, tempat
mandi luka terbuka
Adenovirus 6-9 Sekret saluran Droplet, Konserfatif
type 1-7 hari nafas kontak
Aspergilosi Infeksi jar luas Inhalasi stadium Kontak
s dengan cairan airbone, conidia dan
berlebihan airbone
candidiasis Standar,
kontak
Chlamidia Standar,
C kontak,
trachomatis termasuk
seksual
Congenital Sampai umur 1 Kontak dengan Standar, Restriksi 7 hari
rubella tahun bahan nasofaring kontak
dan urin
Conjungtivi 5- 12 14 hari stl Kontak dengan Kontak Sampai mata Pengobatan
tis hari onset tangan, alat standar tidak kluar
*adenoviru terkontaminasi kotoran
s type 8
Campak 5-21 3-4 hr stl Droplet yang besar Transmis Restriksi 7 hari Pengobatan
hari bercak timbul (kontak dekat) & i udara setelah bercak simtomatik
mel nasofaring udara merah timbul
(yg imun) 5hr
stl ekspos- 21
hr stl ekspos
Campilobac Standar
ter

84
Closrtidium kontak
difficile
Cytomegal Tidak Tahan di Kontak dg sekresi Standar Tidak perlu
o virus diketa lingkungan dlm &eksresi : saliva hand
hui wkt pendek dan urin hygiene
Difteria Sekresi dr mulut Droplet, Sampai terapi Pengobatan
mengandung c kontak antibiotika simtomatik dan
difteriae telah lengkap virus.
dan sampai 2 Minum
kultur berjarak eritromicin 3x 1
24 jam tb sampai 7 hari
dinyatakan
negatif, perlu
imunisasi tiap
10 tahun
Gastroenter Kontak px, Standar Tidak
itis konsumsi atau mengolah
*salmonella makanan/ air kontak makanan sp 2x
*shingella terkontaminasi jarak 24jam
*yenterocol kultur feses
itica negatif
Glardia Feses Kontak
lambilia

Hepatitis A 15- 50 2 minggu, Fekal oral melalui Standar Libur di area Vaksinasi
hari kadang2 sp 6 feses perawatan/ hepatitis a
bulan pengolahanma
(prematur) kanan,i
minggu setelah
sakit kuning
imunisasi

85
paksa ekspos
Hepatitis B:6- Akut atau Perkutaneus Standar Tidak perlu -segera periksa
B,D 24mg kronik dg mukosa, kulit yg dibatasi smp HbsAg atau
g HbsAg positif tdk utuh kontak HbeAg negatif. HbeAg,tidak
D: 3-7 dgn darah, semen, perlu divaksin
mgg cairan vagina, bila petugas telah
cairan tubuh yg mengandung Anti
lain HBs ≥ 10 mliu/ml
Hepatitis Perkutaneus Standar Restriksi
C,F,G mukosa kulit yg sampai kondisi
tdk utuh kontak membaik
gdn darah, semen, / sampai
cairan vagina, HceAg negatif
cairan tubuh yg
lain
Herpes 2-14 Asiptomatik Kontak dgn ludah Standar, Retriksi tidak
simplex hr dpt karier mengandung kontak perlu, tp
mengeluarkan virus langsung/ lwt tangan dibatasi kontak
virus sekresi luka dgn px
aberasi/ cairan
vesikel
HIV Perkutaneus Standar Kurang dari 4 jam
mukosa, kulit yg paska pajanan
tdk utuh kontak
dgn darah, semen, -diberikan arv,azt
cairan vagina, dan 3 tc.
cairan yubuh yg -dilakukan
lain pemeriksaan
HIVserologi dan
menitor setelah 3
bln,9bln,11 bln

86
Helicobacte Standar
r pylori
MDRO Kontak luka Kontak
(MRSA,
VRE,
VISA,
ESBL, Srep
pneumonia
Influensa 1-5hr Infeksius pd Airbone, kontak kontak Vaksinasi pd
3hr pertama langsung/ droplet petugas yg
sakit.Virus dpt dgn sekresi saluran rentan.
dikeluarkan napas Amantadin
sblm gejala untuk kontak
timbul smp 7hr dgn influensa
stlh dimulai A
sakit, lebih
panjang pd
anak dan orang
Hemophilu Standar
s Influenzae droplet
Dewasa
Anak

Batuk non Droplet sekret Kontak


Human produktif, respirasi Droplet
Metapneum kongesti nasal
o virus whezing,
(HMPV) bronkhiolitis,
pneumonia
pada anak
+ 11,5 tahun

87
Novirus 12-48 Diare, KLB Makanan, air Kontak,
jam terkontamibasi makanan
feses , air
N 2-10 Kontak dgn sekret Trasmisi Libur spm -perlu profilaksis
meningitis hr saluran napas mel 24jam stlh dgn Rif2x600 mg
droplet terapi paska selama 2 hari ,dan
ekspos. dosis tunggal
Rifampin2x60 cipro1x1,atau
0mg, 2hr; ceftriaxone 250
ciprofloxacin1 mg IM
x500mg atau
ceftriaxon250
mg IM
Parotitis, 16- Community Kontak dengan Trasmisi Vaksinasi
Mumps 18hr acquired, virus droplet atau droplet efektif, MMR
(12- berada dlm langsung dgn Restriksi sp
25hr) saliva 6-7hr sbl sekret sal napas, yi 9hr stlh onset
parotitis sp 9hr saliva, hidung dan parotitis.
stl onset Px mulut Petugas renyan
immunokompr : 12hr paska
omls ekspos
pertama sp 25
hr stlh ekspos
terakhir
Parvovirus/ 6- Menular sblm Kontak dgn droplet Transmis Tidak perlu
B19 10hr bercak merah besar, muntahan i drolpet restriksi
sp 7hr stlh
onset
Pertusis 7-10 F catarrhal Kontak dgn sekresi Transmis Vaksin
hr sangat menular sal napas, droplet i droplet direkomen
besar kontak dekat sp 5 hr umur 11-64 th

88
menerim petugas dgn
a pertusis:
antibioti restriksi fase
k catarrhal sp mg
3 stl onst / 5 hr
stlh tx
antibiotik
kontak saja
tidak perlu
retriksi
Pollomyelit Nonp Sal napas Kontak cairan sal Transmis Imunisasi
is araliti 1mgg stlh napas, benda i kontak direkomendasi
k: 3- gejala muncul, terkontaminasi fese kan
6hr; dlm feses bbrp
paralit mgg-bulan stlh
ik 7- gejala muncul
12hr
Rubella 12- Sangat menular Kontak dgn droplet Transmis 5hr stlh bintik
23hr, saat bintik nasofaring px i droplet keluar :
bintik merah keluar, dan petugas rentan
merah virus lepas kontak 7hr stl ekspos
timbul 1mgg sblm dgn pertama sp
14- smp 5-7hr stl cairan sal 21hr stl ekspos
16hr onset, napas terakhir
stlh congenital
ekspo rubella bisa
s melepas virus
berbulan-
bertahun2
RSV 2-8hr Orang sakit Tangan Transmis Batasi kontak
(infeksi (terser dapat terkontaminasi saat i kontak dgn pasien

89
virus ing mengeluarkan merawat pasien erat dhn rawat dan
respiratorik 4-6hr) virus selama 3- atau menyentuh droplrt lingkungan
) 8hr. Tp pd bisa benda mati, atau bila ada KLB
anak 3-4mgg transmisi RSV bila aerosol RSV Restriksi
menyentuh mata partikel sampai gejala
atau hidung kecil akut hilang
MRSA Kontak dengan Strandar Retriksi
petugas, transmisi perawatan
mungkn karier kontak, pasien dan
nares anterior, dapat pengolahan
tangan, axilla, airbone makanan bila
perineum, petugas
nasofaring, dengan lesi
orofaring kulit basah
tidak perlu
retriksi bila
kolonisasi
Streptococ Kontak sisi Kulit, faring Standar Retriksi
A terinfeksi & rektum, vagina berdasar perawatan
mensekresi transmisi pasien &
pengolahan
makanan sp 24
jam stl
mendapat
antibiotik
Tidak perlu
retriksi petugas
dg kolonisasi
Salmonella, Orang- orang lewat
Shingella fekal oral air/
makanan

90
terkontaminasi
Sypilis Kontak langsung Kontak
dg lesi primer atau
sekunder sypilis
Tuberkolosi Sp 1 bl minum Inhalasi droplet Airbone, Sampai -petugas yg
s OAT nuklei kontak terbukti non terexpose perlu
(mengelu infeksius tes mantoux bila
arkan c indurasinya> 10
tubuh mm perlu
infeksius profilaksis INH
) sesuai
rekomendasi
lokal
Varicella Sp lesi kering Airbone, 8 hari pasca Vaksinasi
& berkusta kontak, kontak sp 21 varicella
standar hari paska
kontak, beri
imuno globulin
IV paska
kontak,
imunisasi
petugas paska
pajanan dalam
4 hari
Vibrio Kontak feces
kolera

Zoster Tutupi lesi, Retriksi


*lokal jangan kontak sampai lesi
dg pasien rawat mengering dan
mengelupas

91
* Jangan kontak Retriksi
menyeluruh dg pasien sampai semua
atau orang lesi kering dan
immuno mengelupas
kompromai
s
* paska Jangan kontak Dari hr ke 10
pajanan dg pasien rawat paska pajanan
(person pertama sp hari
yang ke 21 atau hr
rentan) 28 bila di beri
lagi atau
sampailesi
kering dan
mengelupas

A. Tindakan pertama pada pasca pajanan bahan kimia atau cairan tubuh.

1. Pada mata : Bilas dengan air mengalir selama 15 menit.


2. Pada Kulit : Bilas dengan air mengalir selama 1 menit.
3. Pada Mulut : segera kumur-kumur selama 1 menit
4. Lapor ke komite PPI atau K3RS atau dokter karyawan

B. Tata laksana bila petugas terpajan sumber infeksius Hepatitis B dari jarum bekas

Orang yang terkena Sumber HbsAg (+) Sumber HbsAg (-) Sumber tidak diketahui
Tidak divaccin HIBG 1x dan Beri vaksinHB Bila sumber merupakan
diberikan vaksin HB risiko tinggi,dapat
diperlakukan sebagai sumber
HBsAg
Pernah diberi vaksin Tes untuk HBs: Tidak ada Tidak ada pengobatan

92
tapi tidak diketahui pengobatan
serokonversinya 1.jika titernya cukup
tidak perlu perlu
terapi.
2.jika tidak cukup
titernya beri boosster
HB dalam waktu 7
hari.
Diketahui non HBIG 1x(dalam Tidak ada Jika sumbermerupakan
serokonversinya waktu 72 jam)+ 1x pengobatan risiko tinggi dapat
dosis vaksin diperlakukan sebagai sumber
HB(dalam waktu 7 HbsAg (+)
hari)
Tidak diketahui Tes untuk HBs : Tidak ada Tes untuk anti HBs :
serokonversinya 1.jika (-) obat seperti pengobatan 1.jika (-) ,obati seperti non
non serokonversi. serokonversi.
2.jika titer tidak 2.jika titer tidak cukup
cukup HBIG 1x + booster vaksin HB.
booster vaksin HB 3.jika tter cukup tidak perlu
dan ulangi diobati.
pemeriksaan setelah
4 minggu.
3.Jika titer
cukup,tidak perlu
diobati
-HBIG (Human B imunoglobulin)dosis untuk dewasa 400 unit.
-Titer (antibodi) yang sudah cukup berada pada level 10 mIU/ml

C. Pengobatan jika sumber positif HIV sbb :

93
Orang yang terkena Sumber positif HIV Sumber Sumber tidak diketahui
negatif
HIV
HIV(-) Rujuk ke dokter Tidak ada Konsultasi dengan spesilais
internis aagar pengobatan mikrobiologi /internist mungkin
mendapatkan diobati seperti pasien HIV (+),jika
nasehat. risiko tinggi.
Setelah kejadian
diketahui dari pasien
HIV (+) staf harus
dirujuk kefasilitas
post exposur
propilaksis(PEP)
dalam waktu 2 jam
setelah pajanan.
Tes ulang saat itu 6
minggu,3,6dan 12
bulan .

Saran :
Lakukan pencegahan
penularan .

Tunda proses
kehamilan selama 3
bulan.

Jangan memberikan
donor darah .

94
Suntikan zidovudine
selama 4 minggu
(250 mg 3x/hari)
atau 150 mg
2x/hari(untuk tablet)

Tidak perlu
pemberian
pengobatan
propilaksis

HIV (+) Tidak


perlu
diobati

D. Pengobatan jika sumber (+) Hepatitis C


Orang yang terkena Sumber HbsAg (+) Sumber Sumber tidak diketahui
HbsAg (-)

95
Hepatitis C negatif Berikan nasehat Tidak Tidak perlu diobati konsul dokter
untuk melakukan perlu internist jika perlu.
pemeriksaan 0,3,6,12 diobati
bln pemeriksaan
HVC dengan PCR
dan diperiksa LVT
untuk mengetahui
status infeksinya

Sarankan untuk
meminalkan
penularan

Tidak ada
chemopropilaksis
tersdia ,rujuk pada
dokter penyakit
menular

E. . Petunjuk penggunaan ARV

1. ARV harus diberikan dalam waktu kurang dari 4 jam.


2. Termasuk didalamnya pajanan tehadap darah,cairan serebrospinal,semen,vagina,amnion
dari pasien dengan positif HIV.
3. Tes HIV diulang setelah 6 minggu ,3 bulan dan 6 bulan.

F. . Status HIV pasien.

Pajanan Tidak diketahui Positif Positif Risiko Rejimen


tinggi
Kulit utuh Tidak perlu PPP Tidak perlu PPP Tidak perlu PPP -

96
Mukosa/kulit Pertimbangkan Berikan rejimen Berikan rejimen AZT 300mg/12
tidak utuh rejimen 2 obat 2 obat 2 obat jam x 28
hari,3TC 150
mg/12 jam 28
hari
- Tusukan benda Berikan rejimen 2 Berikan rejimen Berikan rejimen AZT 300mg/12
tajam solid obat. 2 obat. 3 obat jam x 28
hari,3TC 150
mg/12 jam 28
- Tusukan benda Berikan rejimen 2 Berikan rejimen Berikan rejimen hari,Lop/r
tajam berongga obat 3 obat 3 obat 400/100mg/12
jam x28 hari.

XV. Pemeriksaan swab dan kultur

Pemeriksaan swab dan kultur merupakan saran pemeriksaan swab kuman pada

a. Lantai,dinding dan AC

b. Tangan petugas gizi dan perawat ruang rawat inap.

c. Kultur darah pada surveilens ILI

BAB II

STANDART KETENAGAAN

97
A. Kualifikasi Ketenagaan.

Jenis ketenagaan menurut Peraturan Pemerintah RI tahun No .32 Tahun 1996 tentang
tenaga kesehatan

No Jenis tenaga Pendidikan formal sertipikat Jumlah


1 Dokter spesialis Anestesi PPI lanjut 1
2 ICN D-3 PPI dasar 1/150 TT
3 Perawat D-3 cssd 1
4 Sanitasi linen D-3 Management linen 1
5 Sanitasi gizi D-3 Management Gizi 1
6 farmasi D-3 1
7 Laborat D-3

Kualifikasi ketenagaan PPI

1. Karyawan yang berminat dalam bidang PPI.


2. Minimal pendidikan D3
3. Mempunyai sertipikat PPI (basic maupun advand)
4. Bekerja purna waktu

98
B. Uraian Tugas :

B.1. Direktur.

 Membentuk Komite dan TIM PPIRS dengan surat keputusan


 Bertanggung jawab dan memiliki komitmen yang tinggi terhadap penyelenggaraan upya
PPI
 Bertanggung jawab terhadap tersedianya fasilitas sarana dan prasarana termasuk
anggaran yang dibutuhkan.
 Menentukan kebijakan PPI
 Mengadakan evaluasi kebijakan PPI berdasarkan saran dari panitia PPIRS
 Dapat menutup suatu unit perawatan /instalasi yang dianggap potensial menularkan
penyakit untuk beberapa waktu sesuai saran dari PPIRS.
 Mengesahkan SPO untuk PPIRS.

B.2. IPCO ketua komite PPI

B.2.1 Kriteria IPCO ;

- Ahli atau dokter yang berminat dalam PPI

- mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar PPI.

- memiliki kemampuan leadership.

Tugas IPCO sbb;

 Berkontribusi dalam diagnosis dan terapi infeksi.


 Turut menyusun pedoman penulisan resep antibiotika dan surveilens.
 Mengidentifikasi dan melaporkan kuman patogen dan pola resistensi antibiotika.
 Bekerjasama dengan perawat PPI memonitor kegiatan surveilens infeksi dan deteksi
dini KLB.
 Membimbing dan mengajarkan praktek dan prosedur PPI yang berhubungan dengan
prosedur terapi.
 Turut memonitor cara kerja tenaga kesehatan lain dalam merawat pasien.
99
B.2 IPCN

B.2.1Kriteria IPCN :

- Perawat dengan pendidikan min D3 dan memiliki sertifikasi pelatihan PPI

- Memiliki komitmen di bidang PPI

- Memiliki pengalaman sebagai kepala Ruangan atau setara.

- Memiliki kemampuan leadership,inovatif dan confident

- Bekerja purna waktu.

B.2.2 Uraian tugas :

 Mengunjungi ruangan setiap hari untuk memonitor kejadian infeksi yang terjadi
diruang perawatan.
 Memonitor pelaksanaan PPI,penerapan SPO,kepatuhan petugas dalam menjalankan
kewaspaan isolasi.
 Melaksanakan surveilens infeksi dan melaporkan kepada panitia PPIRS.
 Melaksanakan pelatihan PPIRS.
 Melakukan investigasi terhadap KLB dan bersama sama panitia PPI memperbaiki
kesalahan.
 Memonitor kesehatan petugas sesuai gugus tugas .
 Bersama panitia menganjurkan prosedur isolasi dan memberikan konsultasi PPI
 audit. PPI termasuk pentalaksanaan limbah,laundry,Gizi dengan menggunakan daftar
tilik.
 Memonitor terhadap pengendalian penggunaan antibiótica yang rasional.
 Membuat laboran surveilens.
 Memberikan saran desain ruangan RS agar sesuai dengan prinsip PPI.
 Mengusulkan pengadaan alat dan bahan yang sesuai dengan prinsip PPI dan aman
penggunaannya.
 Melakukan pertemuan berkala termasuk evaluasi kebijakan.
100
 Mengidentifikasi temuan dilapangan dan mengusulkan pelatihan untuk meningkatkan
kemampuan SDM PPIRS.
 Menerima laporan dari TIM PPIdan membuat laporan kepada direktur.
 Berkoordinasi dengan unit terkait lain.Melakukan pengawasan terhadap tindakan
tindakan yang menyimpang dari SPO.
 Melakukan investigasi menetapkan dan melaksanakan infeksi bila ada KLB.
 Menyusun dan mentapkan serta mengevaluasi kebijakan PPI.
 Melaksanakan sosialisasi kebijakan PPIRS agar kebijakan dapat dipahami dan
dilaksanakan oleh petugas kesehatan rumah sakit.
 Membuat SPO PPI
 Menyusun program PPI dan mengevaluasi pelaksanaan program tersebut.

B.4 . IPCLN

B.4.1 Kriteria IPCLN :

- Perawat dengan pendidikan min D3 dan memiliki sertifikasi PPI.

- Memiliki komitmen di bidang PPI

- Memiliki kemampuan leadership

B.4.1.1 Tugas IPCLN :

 Mengisi dan mengumpulkan formulir surveilens setiap pasien diruang perawatan


kemudian menyerahkan nya pada IPCN saat pasien pulang.
 Berkoordinasi dengan IPCN saat terjadi infeksi potensial KLB.
 Memonitor kepatuhan petugas dalam menjalankan standart isolasi
 Berkoordinasi dengan unit terkait lain.Melakukan pengawasan terhadap tindakan
tindakan yang menyimpang dari SPO.
 Melakukan investigasi menetapkan dan melaksanakan infeksi bila ada KLB.
 Bekerja sama dengan TIM PPI dalam melakukan investigasi masalah KLB (HAIs).
 Memberi usulan untuk mengembangkan dan meningkatkan cara PPI.

101
 Memberi konsultasi pada petugas kesehatan rumah sakit .

B.5.Tugas Anggota laboratorium

 Melaksanakan penyuluhan dan pendidikan tentang materi materi yang berkaitan


dengan pengendalian infeksi nosokomial kepada petugas laborat.
 Membantu pelaksanaan pemeriksaan swab atau kultur pasien
 Memantau pemeriksaan laboratorium sesuai SPO
 Melaksanakan tugas lain dari ketua panitia pengendali infeksi nosokomial.
B.6. Tugas Anggota linen:

 Memisahkan linen infeksius dan non infeksius


 Melaksanakan pemeriksaan swab linen bersih.
 Memantau penggunaan bahan desinfektan sesuai aturan.
 Memantau kegiatan hand higiene diruang linen.
B.6. Tugas Anggota gisi :

 Memantau kegiatan hand higiene diruang gizi.


 Membantu pelaksanaan pemeriksaan bahan makanan dan swab petugas gisi.
 Memantau penggunaan bahan desinfektan gizi.
B.7. Tugas Anggota IPSRS :

 Memantau pelaksanaan hand higiene petugas IPSRS.


 Memantau penggunaan bahan desinfektan.
 Membantu mempersiapkan uji air bersih,limbah dan kuman diruang tertentu.
 Memantau proses pembakaran incenerator.
 Menyiapkan bahan2 hasil pemeriksaan laboratorium

C. Distribusi Tenaga

102
Komite PPI merupakan unit pelayanan yang melakukan kegiatan secara komprehensif
dari setiap unit pelayanan di rumah sakit ;
 QMR,IGD,Poli rawat jalan,Unit Rawat
inap,Sekretariat,akuntansi,IPSRS,Gisi,linen,farmasi,SMF,laborat,Iko,
 ICU,House keeping (CS).

BAB III

STANDAR FASILITAS

103
A. Fasilitas bagi petugas
1. Denah
Ruangan PPIRS terintegrasi dengan ruangan perkantoran dengan komite lain Rumah
sakit
Di gedung IKO lantai 3 .

2. Standart Fasilitas.

No Fasilitas Jumlah
A Fisik /bangunan
Gedung perkantoran lantai 3 1

B Peralatan
Meja 1
Kursi 3
Komputer 1
Line internet 1
Almari kaca 1
Peralatan tulis 2
Buku perpustakaan PPI 10

B. Fasilitas pelayanan

1. Menyusun kebutuhan pendidikan dan pelatihan petugas kesehatan ,petugas


laboratorium,relawan dan pihak lain.
2. Memastikan ketersediaan perlengkapan yang diperlukan untuk menerapkan pencegahan
dan pengendalian infeksi yang direkomendasikan dan tindakan-tindakan keamanan
biologis (APD)

104
3. Mempersiapkan fasilitas sesuai dengan kebutuhan dan memastikan bahwa fasilitas
tersebut telah ditetapkan .
4. Memastikan bahwa pelacakan kontak, pembatasan dan karantina jika diperlukan
misalnya:
 Penetapan tempat khusus bagi penderita yang disolasi
 Pastikan peyanan medis,pasokan makanan, dukungan sosial dan bantuan
psikologi
 Pastikan transportasi yang memadai tersedia ke dan dari tempat tersebut (rumah
sakit /kamar jenazah)

5. Melindungi petugas kesehatan dengan memastikan SPO PPI sudah ada dan dipatuhi
(cmplience kebersihan tangan )

6. Mengembangkan strategi triage untuk pasien yang berpotensi berpenyakit menular,


dengan menyediakan lokasi diluar UGD, sebagai tempat pemeriksaan awal, identifikasi
sebagai pengobatan darurat, pasien yang perlu dirujuk untuk penatalaksaan selanjutnya.

BAB IV

TATALAKSANA PELAYANAN

105
Merupakan langkah-langkah pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi di masing –
masing unit kerja sbb :

1. Tata laksana pelayanan unit surveilens


a. Penanggung jawab
- ICN
- IPCLN ruangan yang dilakukan surveilens
- Petugas laborat
b. Perangkat kerja
- Status medis
- Form survei harian PPI
- Form survei bulanan PPI
- Form PPI
c. Tata laksana pelayanan
- ICN mengumpulkan IPCLN untuk diberikan pengarahan suveilens
- ICN membagikan form survei harian ,bulanan dan form SPO
- IPCLN melakukan monitoring survei harian sesuai ruangan.
- ICN melakukan konfirmasi bila terjadi infeksi saat survei ,dan divalidasi oleh
dokter penaggungjawab pasien.
- ICN merekap hasil survei harian yang dilakukan oleh IPCLN.
- ICN melaporkan hasil survei kepada Komite PPI.
- Komite PPI melaporkan hasil surveilens kepada Direktur tembusan ke QMR
- Dan dilaporkan kepada DKK setempat
2. Tata laksana pengambilan swab dan kultur.
a. Penanggungjawab.
- ICN
- Petugas Laborat.
- Petugas yang dilakukan survei (swab tanga petugas)
- Petugas IPSRS
b. Perangkat kerja

106
- Status medis
- Form permintaan swab
- Ruangan perawatan
- AC
- Pasien
c. Tata laksana pelayanan
- ICN mengajukan pemeriksaan swab dan kultur pada dokter penanggung jawab
pasien, kemudian mengajukan permohonan pemeriksaan kepada petugas laborat.
- ICN dan IPCLN mempersiapkan pasien atau petugas yang akan dilakukan swab /
kultur.
- Mendampingi petugas laborat dalam melaksanakan swab atau kultur.
- Jika hasil sudah jadi maka mereka melaporkan kepada komite PPI.
3. Tatalaksana monitoring kebersihan lingkungan
a. Penanggung jawab
- ICN, IPCLN
- Petugas kebersihan (SSC)
b. Perangkat kerja
- Buku pedoman pembersihan
- Daftar bahan-bahan desinfeksi
c. Tatalaksana pembersihan
- ICN dan SSC melakukan pertemuan rutin, membahas dan evaluasi kinerja staf
SSC
- Memberikan evaluasi bahan desinfeksi yang relevan dan ramah lingkungan
- Memberikan pengarahan cara pembersihan tumpahan darah atau cairan tubuh
- Memberikan pengarahan cara pembersihan lantai, dinding dan ruangan
- Memberikan pengarahan pembersihan tumpahan darah atau cairan tubuh pasien.
- Memberikan pengarahan penggunaan APD
4. Tatalaksana Pelayanan CSSD
a. Penanggung jawab
- ICN, petugas ruangan

107
- Petugas CSSD
- Administrasi CSSD
- Petugas OK
b. Perangkat kerja
- Kalibrasi autoclave
- Buku expedisi sterilisasi ruangan dan CSSD
- Kertas indikator bouwie dict tes
- Indikator mekanik
- Kertas indikator kimia `
- Tabung mikro biologi
c. Tatalaksana pelayanan CSSD
- Petugas ruangan yang akan mensterilkan alat mengisi dibuku expedisi diruangan
yang bersangkutan dan buku expedisi di OK
- Petugas CSSD memberikan identifikasi peralatan atau instrumen sesuai ruangan
yang mensterilkan
- Sebelum melakukan proses sterillisasi petugas CSSD melalukan bouwie dict tes
pada mesin autoclav terlebih dahulu (untuk mengetahui kesiapan mesin
autoclave .
- Jika hasil bouwdict tes baik petugas CSSD memberikan indikator kimia pada
setiap peralatan yang akan disterilkan
- Petugas CSSD melakukan penyetirilan sesuai SPO
- Setelah selesai proses sterilisasi lihat indikator kimia, jika hasil baik lakukan
penyimpanan peralatan yang sudah steril dialmari
- Petugas ruangan yang akan mengambil sterilisasi dicocokan dengan buku
expedisi ruangan dan CSSD
- Setiap minggu petugas CSSD melakukan uji mikro biologi terhadap hasil
sterilisasi

108
5. Tatalaksana Linen
a. Penanggung jawab
- Petugas linen
- Petugas ruangan
b. Perangkat kerja
- Linen
- Buku penyerahan linen kotor
- Buku penyerahan linen bersih
c. Tatalaksana linen
- Petugas ruangan mengantarkan linen kotor setiap pagi
- Petugas linen mencocokan linen kotor yang diantarkan petugas ruangan ditulis
pada buku penyerahan linen kotor
- Petugas linen mengidentifikasi linen infeksius dan non infeksius
- Untuk linen infeksius dilakukan dekontaminasi dengan cairan clorin 0,5% dan
deterjen selama 10 menit
- Kemudian lakukan pencucian sesuai SPO
- Untuk linen non infeksius dilakukan pencucian sesuai.
- Penyediaan linen 2 x shift untuk menjaga ketersediaan linen
- Menyediakan kebutuhan linen seluruh Rumah Sakit.
- Swab linen bersih

6. Tatalaksana formularium antibiogram


a. Penanggung jawab
- Komite PPI
- Komite farmasi
- SMF
- Petugas laborat
b. Perangkat kerja
- Pasien yang akan dilakukan kultur
- Form surveilens PPI

109
c. Tata laksana
- Surveilens PPI untuk pengambilan kultur dilakukan Tiap 6 bulan .
- ICN mengajukan pemeriksaan sesuai kebijakan surveilen yang diindikasikan
untuk dilakukan pemeriksaan kultur kepada dokter penaggung jawab
- Medis memberikan advist untuk dilakukan pemeriksaan kultur pasien.
- Petugas laborat melakukan pengambilan sample dan proses selanjutnya sesuai
SPO kultur
- Bila hasil telah jadi,petugas petugas laborat memberikan hasil kepada ruangan
yang mempunyai pasien(dokter penanggung jawab ) dan kpian kepada ICN
- ICN merekap dan menganalisa hasil kultur masing – masing kegiatan.
- Hasil dibahas dikomite PPI dan selanjutnya diteruskan kepada direktur dan SMF

7 . Pelayanan kesehatan karyawan.


a. Penanggung jawab
- Komite PPI
- HRD
b. Perangkat kerja
- Buku /data pemeriksaan kesehatan yang ada di HRD
- Data kesehatan karyawan.
c. Tata laksana
- HRD mengeluarkan pemberitahuan pemeriksaan kesehatan setiap hari ulang
tahun.
- Komite PPI mengidentifikasi unit yang harus dilakukan pemeriksaan kesehatan
Ruang kohort airborne : petugas dilakukan pemeriksaan TB setiap 3 bulan sekali
Ruang iko dan icu : petugas dilakukan pemeriskasaan TB,Hepatitis B setiap
tahun sekali.
Unit Gisi : pemeriksaan tipoid tiap 1 tahun sekali
- Karyawan melakukan pemeriksaan kesehatan yang sesuai ketentuan.
- Hasil diidentifikasi
- Bersama HRD melakukan analisa dan pencatatan kesehatan.

110
- Komite PPI dan HRD melaporkan hasil pemeriksaan kesehatan karyawan kepada
direktur dan SMF.

7. Pelayanan renovasi bangunan


a. Penanggung jawab
- Ketua komite PPI
- IPSRS
b. Perangkat kerja
- Papan pemberitahuan sedang dilakukan renovasi bangunan
- Pemeriksaan swab lantai
- Analisa dampak lingkungan (kebisingan dan debu)
- Papan/ alat penghalang renovasi.
c. Tata laksana
- Tim pembangunan memberitahukan kepada PPI dan IPSRS bahwa akan
dilakukan renovasi bangunan.
- Bersama mengidentifikasi dampak :
 kebisingan,debu.
 Lokasi risiko ( rendah,sedang,tinggi)
 renovasi
- Melakukan isolasi kegiatan dengan memasang papan pemberitahuan renovasi,alat
penghalang disekeliling area renovasi
- Edukasi kepada staf yang melewati area pembangunan agar dimengerti.
- Setelah selesai pembangunan bagunan dibiarkan selama 1 bulan untuk mengetes
kesiapan bangunan ,selama didiamkan dilakukan tes swab lantai dan didinding
ruangan,jika hasil baik setelah periode 1 bulan ruangan boleh digunakan

111
Selesai renovasi

Diamkan selama 1
bln dan uji swab

Hasil baik Hasil tak baik

Ruangan siap
digunakan Desinfeksi dinding
dan lantai dengan
larutan chlorine 0,5 %

Lakukan swab ulang

Hasil baik ruangan siap


digunakan

112
8. Pelayanan pembuatan ruang kohort
a. Penanggung jawab
- Ketua komite PPI
- IPSRS
b. Perangkat kerja
- Ruangan bertekanan negatif ( exhaust fan dan ventilasi)
- APD ( terutama masker bedah rangkap 3)
c. Tata laksana
- Komite PPI mengajukan pembuatan ruangan kohort kepada direktur.
- Setelah ada disposisi kepada TIM pembangunan (IPSRS)
- Dilakukan pembuatan ruangan kohort yang bertekanan negatif
- Syarat dan denah terlampir

9. Pelayanan pemeriksaan baku mutu air dan lPAL


10. Kebersihan tangan
a. Penanggung jawab
- Ketua komite PPI
b. Perangkat kerja
- Alkohol handrub
- Air mengalir
- Wastafel
- Towel
- Sabun
- Clorhexidine 2% dan 4 %
c. Tata laksana
- Penyiapan SPO kebersihan tangan dan gambar kebersihan tangan
- Edukasi pada seluruh staf rumah sakit
- Audit kepatuhan kebersihan tangan mulai dari kepala ruang,dokter,baru staf
pelaksana
- Laporan audit kebersihan tangan

113
BAB V
LOGISTIK

Tata cara logistik PPIRS

1. Perencanaan barang.
a. Barang rutin:
- Kertas HVS,tinta printer,bolpoint,form survei harian, form survei
bulanan,form SPO surveilens,buku tulis.
- Bahan desinfeksi
b. Barang tidak rutin:
- Proposal pemeriksaan kultur dan swab
- Pengadaan leaflet dan banner kebersihan tangan,etika batuk,pencegahan dan
pengendalian infeksi tanggung jawab bersama.
2. Permintaan barang.
a. Barang rutine disampaikan pada bagian logistik rutine rumah sakit.
b. Barang tidak rutine disampaikan terlebih dahulu pada direktur untuk dimintakan
persetujuan.
3. Penditribusian

BAB VI

114
KESELAMATAN KERJA

A. Kewaspadaan, upaya pencegahan & pengendalian infeksi meliputi :


a. Pencegahan dan Pengendalian PPI
b. Keamanan pasien, pengunjung dan petugas
B. Keselamatan dan Kesehatan kerja Pegawai Melakukan pemeriksaan kesehatan meliputi ;
a. Pemeriksaan kesehatan prakerja
b. Pemeriksaan kesehatan berkala
c. Pemeriksaan kesehatan khusus diunit berisiko :
 CSSD, IKO, ICU, laboratorium, radiologi, sanitasi, gizi, linen
d. Pencegahan dan penanganan kecelakaan kerja (tertusuk jarum bekas).
e. Pencegahan dan penanganan penyakit akibat kerja
f. Penanganan dan pelaporan kontaminasi bahan berbahaya
g. Monitoring ketersediaan dan kepatuhan pemakaian APD bagi petugas
h. Monitoring penggunaan bahan desinfeksi
C. Pengelolaan bahan dan barang berbahaya
a. Monitoring kerjasama pengendalian hama.
b. Monitoring ketentuan pengadaan jasa dan barang berbahaya.
c. Memantau pengadaan, penyimpanan dan pemakaian B3
D. Kesehatan lingkungan kerja Melakukan monitoring kegiatan :
a. Penyehatan ruang bangunan dan halaman rumah sakit
b. Penyehatan hygiene dan sanitasi makanan dan minuman
c. Penyehatan air
d. Pengelolaan limbah
e. Pengelolaan tempat pencucian
f. Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu
g. Disinfeksi dan sterilisasi
h. Kawasan Tanpa Rokok
E. Sanitasi rumah sakit Melakukan monitoring terhadap kegiatan ;
a. Penatalaksanaan Ergonomi
b. Pencahayaan

115
c. Pengawaan dan pengaturan udara
d. Suhu dan kelembaban
e. Penyehatan hygiene dan sanitasi makanan dan minuman
f. Penyehatan air
g. Penyehatan tempat pencucian
F. Sertifikasi/kalibrasi sarana, prasarana dan peralatan Melakukan pemantauan terhadap ;
a. Program pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis dan nonmedis
b. Sertifikasi dan kalibrasi peralatan medis dan nonmedis
G. Pengelolaan limbah padat, cair dan gas
a. Limbah padat yang meliputi
i. Limbah medis/klinis
ii. Limbah domestik/sampah non medis
iii. Limbah infeksius
b. Limbah cair
c. Limbah gas

H. Pendidikan dan pelatihan PPI


a. Mengadakan sosialisasi dan pelatihan internal meliputi :
- Sosialisasi sistem tanggap darurat bencana.
- Pelatihan penanggulangan bencana.
- Simulasi penanggulangan bencana
- Pelatihan penggunaan APD
- Pelatihan surveilens
- Pelatihan desinfeksi dan dekontaminasi
- Pelatihan pemadaman api dengan APAR.
- Pelatihan bagi regu pemadam
- Pelatihan ( training of trainer )spseialis penanggulangan kebakaran
- Sosialisasi dan pelatihan penanggulangan kontaminasi B3.
- Simulasi penanggulangan bencana dan evakuasi terpadu.

116
b. Mengikut sertakan pelatihan K3 yang dilakukan oleh Perusahaan Jasa atau Intansi
lain bagi personil K3.
c. Upaya promotif dan edukasi
 Hand higiene menjadi kebutuhan dan budaya disemua unit pelayanan.
 Kedisiplinan Penggunaan APD sesuai dengan peruntukannya
 Surveilens
- ILI
- ILO
- ISK
- VAP
- HAP
- Kepatuhan kebersihan tangan.
 Upaya promotif PPI :
- Pemasangan anjuran kebersihan tangan disetiap ruangan publik atau wastafel
- Pemasangan cara menggunakan dan melepas APD,
- Pemasangan promotif kepatuhan membuang sampah sesuai jenisnya .
- Sosialisasi PPI pada karyawan baru dan mahasiswa praktek
- Pemasangan gambar etika batuk
 Peningkatan pelayanan Pusat sterilisasi .
- Upaya pemusatan sterilisasi rumah sakit hanya di CSSD
- Penyediaan 3 indikator mutu sterilisasi
 Pembuatan ruang kohort :
- Kohort kontak infeksi
- Kohort droplet infeksi
- Kohort air borne infeksi
- Kohort imunosupresif
 Peningkatan kewaspadaan standart disemua unit pelayanan.

I. Pengumpulan, pengelolaan dokumentasi data dan pelaporan


Meliputi :

117
a. Mengagendakan laporan dan rencana kerja PPI
b. Mengarsipkan surat keluar dan surat masuk.
c. Mengarsipkan semua dokumen berkaitan dengan kegiatan PPI
d. Mendokumentasikan setiap kegiatan.
e. Memberikan rekomendasi berkaitan dengan PPI kepada Direksi baik diminta atau
tidak.

118
BAB VII
KESELAMATAN PASIEN

Upaya keselamatan pasien melalui kegiatan KKPRS adalah :


1. Ketepatan identifikasi pasien
1.1 Melakukan identifikasi yang benar sesuai SPO.
2. Peningkatan komunikasi efektif
2.1 Melakukan komunikasi efektif SBAR pada saat :
2.1.1 Komunikasi antar perawat
2.1.2 Komunikasi perawat dengan dokter
2.1.3 Komunikasi antar petugas kesehatan lainnya yang bertugas di Rumah
Sakit Manado Medical Center.
2.2 Menggunakan komunikasi SBAR :
2.2.1 Saat pergantian shift jaga.
2.2.2 Saat terjadi perpindahan rawat pasien.
2.2.3 Saat terjadi perubahan situasi atau kondisi pasien.
2.2.4 Saat melaporkan hasil pemeriksaan,efek samping terapi/tindakan atau
pemburukan kondisi pasien melalui telepon kepada dokter yang merawat.

3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai


3.1 Melaksanakan SPO Independent Double chek,Obat kewaspadaan tinggi pada
obat-obat yang termasuk dalam daftar obat HAM.
3.2 Memberikan obat sesuai dengan prinsip 6 BENAR.

4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi


5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
5.1 Melakukan pengisian formulir data pemantauan surveilens :
5.1.1 Infeksi luka infus
5.1.2 Infeksi saluran kencing
5.1.3 Infeksi luka operasi superfisial
5.1.4 VAP ( Ventilator aquired pneumonia)

119
5.1.5 HAP (Hospital aquired pneumonia)
5.1.6 Kepatuhan kebersihan tangan.
5.2 Melakukan pemantauan kegiatan pengendalian infeksi.
5.3 Melakukan pelaporan dan analisa kejadian infeksi.
5.4 Melakukan sosialisasi hasil analisa kejadian infeksi.
5.5 Melakukan evaluasi kegiatan pengendalian infeksi .
6. Pengurangan risiko pasien jatuh.
6.1 Melakukan pencegahan pasien jatuh dengan assessment risiko dan tindak lanjut
kepada pasien yang dirawat .
6.2 Melaporkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang terjadi .
6.3 Melakukan analisa sederhana terhadap kejadian KTD yang terjadi di masing-
masing unit pelayanan.
6.4 Melakukan sosialisasi hasil analisa KTD yang terjadi.

120
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN


a. Penerapan sistem pencatatan dan pelaporan di RS Manado Medical Center
mempunyai tujuan:
 Mendapatkan data untuk memetakan masalah – masalah yang berkaitan
dengan keselamatan pasien
 Sebagai bahan pembelajaran untuk menyusun langkah-langkah agar KTD yang
serupa tidak terulang kembali
 Sebagai dasar analisis untuk mendesain ulang suatu sistem asuhan pelayanan
pasien menjadi lebih aman
 Menurunkan jumlah insiden keselamatan pasien (KTD dan KNC)
 Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien

b. RS Manado Medical Center mewajibkan agar setiap insiden keselamatan pasien


dilaporkan kepada komite keselamatan pasien rumah sakit
c. Laporan insiden keselamatan pasien di RS Manado Medical Center bersifat :
- Non punitive (tidak menghukum)
- Rahasia
- Independen
- Tepat waktu
- Berorientasi pada sistem
d. Pelaporan insiden keselamatan pasien menggunakan lembar Laporan Insiden
Keselamatan Pasien yang berlaku di RS Manado Medical Center dan diserahkan
kepada Komite Keselamatan Pasien RS Manado Medical Center. Bagian/unit
mencatat kejadian IKP di buku pencatatan IKP masing-masing.
e. Laporan insiden keselamatan pasien tertulis secara lengkap diberikan kepada
komite keselamatan pasien dalam waktu :

121
- 1 x 24 jam untuk kejadian yang merupakan sentinel events (berdampak
kematian atau kehilangan fungsi mayor secara permanen). Apabila pelaporan
secara tertulis belum siap, pelaporan KTD dapat disampaikan secara lisan
terlebih dahulu.
- 2 x 24 jam untuk kejadian yang berdampak klinis/konsekuensi/keparahan
tidak signifikan, minor, dan moderat.
f. Tindak lanjut dari pelaporan :
- Tingkat risiko rendah dan moderat : investigasi sederhana oleh bagian/unit
yang terkait insiden(5W:what,who,where,when,why).
- Tingkat risiko tinggi dan ekstrim : Root Cause Analysis (RCA) yang
dikoordinasi oleh komite keselamatan pasien.
a. Bila insiden keselamatan pasien yang terjadi mempunyai tingkat risiko merah
(ekstrim) maka komite keselamatan pasien segera melaporkan kejadian tersebut kepada
direksi RS Manado Medical Center
b. Bila insiden keselamatan pasien yang terjadi mempunyai tingkat risiko kuning
(tinggi) maka komite keselamatan pasien segera melaporkan kejadian tersebut kepada
direksi RS Manado Medical Center.
c. Komite keselamatan pasien RS Manado Medical Center melakukan rekapitulasi
laporan insiden keselamatan pasien dan analisisnya setiap tiga bulan kepada direksi RS
Manado Medical Center

B. PENERAPAN INDIKATOR KESELAMATAN PASIEN

a. Komite Keselamatan Pasien RS Manado Medical Center menetapkan indikator


keselamatan berdasarkan atas pertimbangan high risk, high impact, high volume,
prone problem.
b. Komite Keselamatan Pasien RS Manado Medical Center menjelaskan definisi
operasional, frekuensi pengumpulan data, periode analisis, cara perhitungan, sumber
data, target dan penanggung jawab.
c. Komite Keselamatan Pasien RS Manado Medical Center bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan dan kesinambungan penerapan indicator keselamatan pasien

122
d. Komite Keselamatan Pasien RS Manado Medical Center bertanggung jawab dalam
proses pengumpulan data, analisis dan memberikan masukan kepada Direksi
berdasarkan pengkajian tersebut.
e. Indikator dikumpulkan dan dianalisis setiap bulan. Setiap tiga bulan indicator
dianalisis dan di feed back kan kepada unit terkait.
f. Jumlah indicator keselamatan pasien perlu ditinjau ulang setiap 3 tahun sekali.

C. ANALISIS AKAR MASALAH

a. Dalam rangka meningkatkan mutu dan keselamatan pasien, RS Manado Medical Center
menerapkan metode root cause analysis (RCA) atau analisa akar masalah, yaitu suatu
kegiatan investigasi terstruktur yang bertujuan untuk melakukan identifikasi penyebab
masalah dasar dan untuk menentukan tindakan agar kejadian yang sama tidak terulang
kembali.
b. RCA dilakukan pada insiden medis kejadian nyaris cedera dan KTD yang sering terjadi
di RS Manado Medical Center.

c. RCA dilakukan pada setiap kejadian sentinel events.


d. Insiden keselamatan pasien yang dikatagorikan sebagai level tinggi dan ekstrim
diselesaikan dalam kurun waktu paling lama 45 hari dan dibutuhkan tindakan segera
yang melibatkan Direksi.
e. Agar penemuan akar masalah dan pemecahan masalah mengarah pada sesuatu yang
benar, maka perlu dibentuk tim RCA yang berunsurkan: dokter yang mempunyai
kemampuan dalam melakukan RCA, unsur keperawatan, dan SDM lain yang terkait
dengan jenis insiden keselamatan pasien yang terjadi.
f. Dalam melakukan RCA langkah langkah yang diambil adalah membentuk tim RCA,
observasi lapangan, pendokumentasian, wawancara, studi pustaka, melakukan asesmen
dan diskusi untuk menentukan faktor kontribusi dan akar masalah.
g. Hasil temuan dari RCA ditindaklanjuti, direalisasi dan dievaluasi agar kejadian yang
sama tidak terulang kembali

STANDAR DAN INDIKATOR MUTU KINERJA KLINIK

123
1. Standar Mutu Klinik: RS Manado Medical Center harus mampu memberikan
pelayanan yang terbukti aman bagi semua orang yang berada didalamnya baik pasien
maupun karyawan dari segala bentuk kejadian yang dapat timbul karena proses
pelayanan.
2. Indikator Mutu Klinik:
1). Indikator Non Bedah
a). Angka dekubitus
b). Angka kejadian infeksi jarum infus
c). Angka kejadian infeksi karena transfusi darah.
d). Target surveilens angka kejadian infeksi <1,5%
e). Tersedianya Bahan- bahan desinfeksi yang sesuai rekomendasi dan aman bagi
lingkungan.
f). Dilakukannya kegiatan pemantauan
g). Hasil swab : tangan,dinding dan lantai,AC yang memenuhi standar
(SPM)
h). Hasil kultur : Pus,darah dan ujung kateter

2) Unit CSSD :
a). - indikator bouwie dict tes,kimia dan mikrobiologi dilaksanakan dan hasilnya
baik
b). - maintence autoclave .
c). Kalibrasi Autoclave external baik
d). Indikator mekanik,kimia,biologi
3) Upaya kesehatan :
a). Kebersihan tangan menjadi isu dan tindakan yang menjadi kebutuhan petugas.
b). Terlaksananya pemasangan leaflet kebersihan tangan disetiap
ruangan ,wastafel dan ruangan publik.
c). Edukasi PPI pada calon karyawan .
d). Edukasi PPI pada karyawan .
e). Edukasi pada mahasiswa praktek

124
f). Hasil survei menjadi informasi disetiap unit pelayanan melalui sistem
informasi rumah sakit
g). Pemeriksaan kesehatan karyawan secara berkala
h). Terlaksananya ruangan kohort dimarkisa 1 atau durian .
i). Tersediannya APD yang diperlukan
j). Terlaksananya survei complience kebersihan tangan tangan pada perawat
senior
k). Penyehatan lingkungan
l). Ruangan dan lingkungan yang bersih
m). Sampah dibuang sesuai jenisnya
n). Incenerator berfungsi dengan baik (semua sampah yang dibakar menjadi abu)
o). Terlaksananya formularium antibiotika.
3. Indikator mutu lingkungan
1). Hasil uji baku mutu air dan limbah yang dihasilkan sesuai dengan perundangan
yang berlaku (UU Lingkungan, PP, PMK, Perprop, Perda)
2). Ketersediaan instalasi pengolah limbah baik padat maupun cair.
3). Ketersediaan pengolahan limbah infeksius
4). Pelaksanaan UKL dan UPL dari Rencana Pengelolaan Lingkungan
Penurunan Angka Kuman di area pelayanan khusus

B. Formulasi dari indikator-indikator tersebut di atas adalah sebagai berikut

a) Kelompok Pelayanan Non-Bedah


1) Angka infeksi karena Jarum Infus

Angka Kejadian Infeksi Kulit karena Jarum Infus per Bulan


x 100 %
Jumla h hari dirawat pasien yang terpasangiv line dalambulan itu

2) Angka infeksi luka operasi x 100 %


Total penderita yang dioperasi dalam satu bulan

125
3) Angka infeksi pneumonia krn terpasang ventilator x 100%
Total Pasien yang terpasang ventilator dalam satu bulan

4) Angka i saluran kemih x 100%


Total pasien terpasang DC pada bulan tersebut.

5) Angka pneumonia karena tirah baring (HAP) x 100 %


Total pasien tirah baring dalam satu bulan

126
BAB IX
KALENDER KERJA KOMITE PPI RSU MMC TAHUN 2022

KALENDER KERJA KOMITE PPI RSU MMC TAHUN 2022

BULAN
NO JENIS KEGIATAN JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER
1 MONITORING KEPATUHAN CUCI TANGAN √ √ √ √ √ √ √ √
2 MONITORING KEPATUHAN PENGGUNAAN APD √ √ √ √ √ √ √ √
3 MONITORING SAMPAH MEDIS √ √ √ √ √ √ √ √
4 MCU KARYAWAN BARU √ √
5 MCU BERKALA KARYAWAN RS √
6 PROGRAM VAKSIN
7 RAPAT TRIWULAN PPI √ √
8 RAPAT BULANAN PPI √ √ √ √ √ √ √ √
9 MONITORING KEBERSIHAN RUANGAN PERAWATAN √ √ √ √ √ √ √ √
10 EDUKASI PPI DASAR KEPADA KARYAWAN BARU √
11 PEMBUATAN PROGRAM KERJA PPI
12 MEMBUAT ICRA INFEKSI
13 MEMBUAT ICRA RENOVASI INSIDENTAL
14 MONITORING PENGELOLAAN LINEN & LAUNDRY √ √ √ √ √ √ √ √
15 MONITORING PERALATAN KADALUARSA (SINGLE-USE & RE-USE)
16 PENCATATAN DAN PELAPORAN INSIDEN PAJANAN
17 PENCATATAN INSIDEN PLEBITIS √ √ √ √ √ √ √ √
18 EDUKASI PPI KEPADA PENGUNJUNG PASIEN & PENGUNJUNG RS √
19 MONITORING PENGENDALIAN LINGKUNGAN RS
20 INVESTIGASI OUTBREAK INSIDENTAL

KET :
MONITORING CUCI TANGAN DAN APD DILAKUKAN SETIAP 1 BULAN 2 KALI (MINGGU PERTAMA,DAN MINGGU TERAKHIR)
MONITORING SAMPAH MEDIS DILAKUKAN SETIAP AKHIR BULAN BERJALAN
VAKSINASI HEPATITIS DAN PEMERIKSAAN KESEHATAN BERKALA (MCU) SETIAP 6 BULAN

127
BAB X
STRUKTUR ORGANISASI KOMITE PPI

DIREKTUR
dr.VINI H R GOSAL

KETUA KOMITE PPI


dr. LENI PUTU GENTIASI

IPCN ANGGOTA
NS. JANASISKA KAUSUHE
S.KEP
NS. RIFKY KAWETIK
NS. VERONIKA ESTHER
WUNGOW, S.KEP
S.KEP
ENDA Y. DAVID
AMD.KEP
VERONICA KANARANG
AMD,KEP
IPCLN NOVA ISRAEL S.KEP
SEMUA KEPALA
RUANGAN

128
BAB XI
PENUTUP

Sebagai penutup kiranya dapat diingatkan kembali bahwa pelayanan pencegahan dan
pengendalian infeksi bukanlah urusan mereka yang bertugas di unit PPIRS saja, namun juga
merupakan tanggung jawab semua pihak yang berada di Rumah Sakit Manado Medical Center.
Yang paling penting dilaksanakan dalam rangka Pencegahan dan pengendalian infeksi
adalah upaya-upaya edukasi PPI kepada staf, pasien dan pengunjung rumah sakit, sehingga dapat
mengubah perilaku yang sehat, penyaiapan sarana dan prasarana PPI. Upaya pencegahan dan
pengendalian infeksi disadari atau tidak memerlukan dana yang besar sehingga memerlukan
dukungan penuh dari manajemen rumah sakit.
Demikianlah pedoman pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi Rumah Sakit
Manado Medical Center,lebih baik mencegah dari pada mengobati.

Manado, 30 Juli 2020


Direktur

dr. Vini Hema Rut Gosal

129
Referensi

1. Undang Undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009tentang Rumah sakit.

2. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor.129/MenKes/SK/2008 tentang standart minimal


pelayana Rumah Sakit.

3. Surat Edaran direktur jendral Bina Pelayanan Medik nomor HK.03.01/II/3744/ 08 tentang
Pembentukan komite dan Tim Pencegahan Pengendalian Infeksi di rumah Sakit.

4. Undang undang no 23 tahun 1992 tentang kesehatan.

5. Peraturan pemerintah nomor 32 tahun 1995 tentang tenaga kesehatan.

6. Peraturan menteri kesehatan republik Indonesia nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang


standart pelayanan Rumah sakit.

7. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1575/Menkes/2005 tentang Organisasi dan tata kerja
Departemen Kesehatan.

130

Anda mungkin juga menyukai