Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

RANCANGAN UMUM

4.1 Sumber Air Baku dan Bangunan Penangkap Air


4.1.1 Sumber
4.1.1.1 Analisa Parameter Air baku
Pada perencanaan BPAM di wilayah studi terdapat sumber air baku yang berasal dari air
danau enviro. Sumber air baku yang ditinjau dari segi kualitas, kuantitas dan kontinuitasnya
dibandingkan terhadap hasil dari uji laboratorium dimana perbandingan dilakukan mengacu
pada PP RI No. 82 Tahun 2001 dan Permenkes No. 492/MENKES/PER/IV/2010.
Perencanaan BPAM ini membutuhkan debit penyediaan air minum di wilayah studi sebesar
0,20 m3/dtk. Dilihat dari debit sumber tersebut, air danau Enviro dapat dijadikan sebagai
sumber air baku karena sumber tersebut memenuhi debit perencanaan, yaitu 0,20 m3/dtk.
Untuk menentukan kualitas dua sumber air baku tersebut, maka dilakukan pengujian di
laboratorium yang terdiri dari parameter fisik, kimia dan biologi. Untuk lebih jelasnya
mengenai hasil uji laboratorium terhadap dua sumber baku yang dibandingkan dengan baku
mutu air yaitu PP RI No. 82 Tahun 2001 dan Permenkes No. 492/MENKES/PER/IV/2010
dapat dilihat pada tabel 4.1 dan 4.2 berikut ini.
Tabel 4.1 Perbandingan Kualitas Air Baku Air Danau Enviro Berdasarkan PP RI No. 82
Tahun 2001
Parameter Jumlah PP.RI No 82 Tahun Analisa Solusi
2001 (Kelas I)
Bau Tidak berbau Tidak Berbau Memenuhi -
TDS 769,1 mg/L 1000 mg/L Memenuhi -
TSS 58,76 mg/L 50 mg/L Tidak memenuhi Sedimentasi
Kekeruhan 24 NTU - Memenuhi -
Warna 22 CTU - Memenuhi -
Suhu 23oC Deviasi 3 Memenuhi -
pH 7,15 6 -9 Memenuhi -
DO 7.5 mg/L 6 mg/L Tidak memenuhi Aerasi
Mangan 0,11 mg/L 0,1 mg/L Tidak memenuhi Aerasi
Besi 0,52 mg/L 0,3 mg/L
Zat Organik 23,9 mg/L - Memenuhi -
Kesaadahan 272,78 mg/L - Memenuhi -
Nitrit 3,5 mg/L 0,06 mg/L Tidak memenuhi Sedimentasi
Sulfat 160 mg/L 400 mg/L Memenuhi -
Nitrat 9,29 mg/L 10 mg/L Memenuhi -
E.Coli 300 Jml/100 1000 jml/100mL Memenuhi -
Sumber: Data Tugas Besar PBPAM 2013 dan PP RI No. 82 Tahun 2001
Tabel 4.2 Perbandingan Kualitas Air Baku Air Danau Enviro Berdasarkan Permenkes
No.492 Tahun 2010
Parameter Jumlah Permenkes No.492 Analisa Keterangan
Tahun 2010
Bau Tidak berbau Tidak Berbau Memenuhi -
TDS 769,1 mg/L 500 mg/L Tidak memenuhi Sedimentasi
TSS 58,76 mg/l - Memenuhi -
Kekeruhan 24 NTU 5 NTU Tidak memenuhi Sedimentasi
Warna 22 TCU 15 TCU Tidak memenuhi Sedimentasi
Suhu 23oC Suhu udara 3 oC Memenuhi -
pH 7,15 6,5-8,5 Memenuhi -
Parameter Jumlah Permenkes No.492 Analisa Keterangan
Tahun 2010
DO 7.5 mg/l - Memenuhi -
Mangan 0,11 mg/l 0,4 mg/L Memenuhi -
Besi 0,52 mg/l 0,3 mg/L Tidak memenuhi Aerasi
Zat Organik 23,9 mg/L - Memenuhi -
Kesaadahan 272,78 mg/L 500 mg/L Memenuhi -
Nitrit 3,5 mg/L 3 mg/L Tidak memenuhi Sedimentasi
Sulfat 160 mg/L 250 mg/L Memenuhi -
Nitrat 9,29 mg/L 50 mg/L Memenuhi -
E.Coli 300 Jml/100 0 Tidak memenuhi Desinfeksi
Sumber: Data Tugas Besar PBPAM 2013 dan Permenkes No.492 Tahun 2010
Berdasarkan perbandingan dengan PP RI No. 82 Tahun 2001 di atas dapat dilihat bahwa
danau enviro di wilayah studi memiliki TSS, DO, kandungan Besi (Fe) dan Mangan (Mn)
dan Nitrit yang tinggi dimana parameter tersebut telah melewati standar baku mutu air.
Konsentrasi logam berat tersebut harus diturunkan dengan menggunakan unit pengolahan.
Sedangkan perbandingan air danau enviro dengan Permenkes No.492 Tahun 2010 memiliki
tingkat TDS, Kekeruhan, warna, besi, nitrit dan coliform yang tidak memenuhi baku mutu
air. Kekeruhan disebabkan karena penggerusan pada tepi danau pada saat hujan turun.
Konsentrasi atau kandungan yang terdapat dalam air danau akan berbeda pada saat hujan
dan saat kemarau, sehingga nilai dari masing-masing parameter tersebut akan berubah-
ubah.

4.1.1.2 Analisa Debit Air Baku


1. Kebutuhan air minum rata Kota Milan = 0,20 m3/dtk
2. Kebutuhan maksimum air minum = Qr x fmd
= 0,20 m3/dtk x 1,2
= 0,24 m3/dtk
Dalam perhitungan kebutuhan maksimum, digunakan faktor maksimumnya yaitu 1,2.
Penentapan faktor ini berdasarkan pada data Kriteria Perencanaan Sistem PAM menurut
Direktorat Jendral Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum Tahun 2004.

4.1.2 Bangunan Penangkap


Untuk Kota Milan sumber air baku yang digunakan adalah air danau. Danau Enviro
memiliki tepian yang landai dengan tinggi muka air maksimum 1,7 m dari permukaan
tanah, tinggi muka air rata-rata 1,2 m dari tinggi muka air maksimum, dan tinggi muka air
minimum 0.8 m dari tinggi muka air rata-rata. Kedalaman danau adalah 6,6 m dari
permukaan tanah yang diukur dari tepi danau sejauh 21,5 m. Debit danau cukup untuk
digunakan sebagai sumber air minum. Karena sumber air yang digunakan berupa air danau
, maka penangkap air yang digunakan pada Kota Milan adalah intake.

4.2 Pengolahan Air baku


Untuk menentukan pilihan alternatif pengolahan air baku, maka sebelumnya telah
dilakukan pengujian kualitas air baku dilaboratorium yang hasilnya dapat dilihat pada tabel
4.1 dan 4.2 di atas. Berdasarkan uji laboratorium dan perbandingan dengan peraturan yang
ada, maka alternatif yang dibutuhkan untuk pengolahan air baku Kota Milan adalah:

IV-2
1. Alternatif pengolahan I terdiri dari intake, aerasi, sedimentasi, desinfeksi, dan reservoar.
Pemakaian proses aerasi bertujuan untuk menyisihkan logam besi (Fe), mangan (Mn),
dan untuk mengoptimal pengolahan pada unit selanjutnya. Proses desinfeksi berfungsi
untuk membunuh mikroorganisme di dalam air.
D

I AE R

Gambar 4.1 Alternatif I Pengolahan Air Minum


Keterangan:
I = Intake D = Desinfektan
AE = Aerasi R = Reservoar

2. Alternatif II yang digunakan dapat dijelaskan sebagai berikut:


Ion exchange digunakan untuk penyisihan terhadap logam besi dan mangan dengan
tujuan untuk mengoptimalkan dalam proses pengolahan selanjutnya. Sedimentasi
sebagai proses pengendapan partikel-partikel penyebab kekeruhan dalam air akibat
proses ion exchange, dan terakhir sebelum masuk ke reservoar distribusi, dilakukan
penambahan bahan kimia (chlorine) sebagai proses desinfeksi.

I IE S R

Gambar 4.2 Alternatif II Pengolahan Air Minum

Keterangan:
I = Intake D = Desinfektan
IE = Ion Exchange R = Reservoar
S = Sedimentasi
3. Alternatif pengolahan III terdiri dari intake, aerasi, sedimentasi, desinfeksi, dan
reservoar. Pemakaian proses aerasi bertujuan untuk menyisihkan logam besi (Fe),
mangan (Mn), dan untuk mengoptimal pengolahan pada unit selanjutnya. Proses
sedimentasi setelah proses aerasi bertujuan untuk untuk mengendapkan partikel-partikel
penyebab kekeruhan dalam air akibat proses aerasi. Alternatif III ini sangat ekonomis
dari segi biaya, dan dapat mengolah air baku dengan hasil olahan yang memenuhi
standar air minum.
D

I AE S R

Gambar 4.3 Alternatif III Pengolahan Air Minum

IV-3
Keterangan:
I = Intake D = Desinfektan
AE = Aerasi R = Reservoar
S = Sedimentasi

Perbandingan dari ketiga alternatif pengolahan air baku Kota Milan dapat dilihat pada
Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Perbandingan 3 Alternatif Pengolahan Air Baku
Perbedaan Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif III
Bangunan Intake Intake Intake
Penangkap
Pengolahan Besi Aerasi Ion Exchange Aerasi
(Fe) dan Mangan
(Mn)
Filtrasi - Sedimentasi Sedimentasi
(Penyaringan)
Kelebihan 1. Tidak butuh tenaga Kualitas air baku yang 1. Biaya operasi lebih kecil
ahli dalam dihasilkan tinggi 2. Tidak butuh tenaga ahli
pengoperasian. dalam pengoperasian.
2. Biawa investasi awal
lebih kecil
3. Desain dan operasinya
lebih mudah.

Kekurangan Kualitas air baku yang 1. Biaya investasi awal Kualitas air baku yang
dihasilkan tidak sebaik lebih besar dihasilkan tidak sebaik
alternatif lain dibandingkan menggunakan ion exchange
menggunakan aerasi.
2. Membutuhkan
tenaga ahli dalam
pengoperasian
3. Energi yang
dibutuhkan untuk ion
exchange besar;
4. Desain dan
operasinya rumit;

4.3 Sistem Terpilih


Sistem yang digunakan pada pengolahan air minum Kota Milan adalah sistem pengolahan
tidak lengkap yaitu alternatif III. Alternatif III dipilih karena dari efisiensi pengolahan serta
biaya lebih baik dari pada alternatif pengolahan yang lainnya. Hasil pengolahan dari ketiga
alternatif ini sama baiknya. Oleh karena itu alternatif terpilih adalah alternatif III. Berikut
akan ditampilkan sketsa sistem terpilih:
D

I AE S R

IV-4
Gambar 4.4 Lay Out Sistem Terpilih

Keterangan:
I = Intake D = Desinfektan
AE = Aerasi R = Reservoar
S = Sedimentasi

Alternatif pengolahan III terdiri dari intake, aerasi, sedimentasi, desinfeksi, dan reservoar.
Pemakaian proses aerasi bertujuan untuk menyisihkan logam besi (Fe), mangan (Mn), dan
untuk mengoptimal pengolahan pada unit selanjutnya. Proses sedimentasi setelah proses
aerasi bertujuan untuk untuk mengendapkan partikel-partikel penyebab kekeruhan dalam
air akibat proses aerasi. Alternatif III ini sangat ekonomis dari segi biaya, dan dapat
mengolah air baku dengan hasil olahan yang memenuhi standar air minum.

IV-5

Anda mungkin juga menyukai