Anda di halaman 1dari 3

Dalam manajemen risiko ada beberapa istilah atau pengertian penting, yang perlu dipahami

secara baik, untuk memudahkan kita dalam mempelajari ilmu ini, yaitu:

1. Peril:

Peril adalah peristiwa atau kejadian yang menimbulkan kerugian. Jadi merupakan kejadian/
peristiwa sebagai penyebab langsung terjadinya suatu kerugian; misalnya: kebakaran, pencurian,
kecelakaan dan sebagainya. Peril sering disebut juga bahaya, meskipun antara keduanya sebetulnya
tidak persis sama.

2. Hazard:

Hazard adalah keadaan dan kondisi yang memperbesar kemungkinan terjadinya peril. Jadi
merupakan keadaan dan kondisi yang memperbesar kemungkinan sesuatu terkena peril. Contoh: jalan
licin, tikungan tajam adalah merupakan keadaan dan kondisi jalan yang memperbesar kemungkinan
terjadinya kecelakaan di tempat tersebut.

Dengan demikian hazard lebih erat kaitannya dengan masalah kemungkinan dari pada dengan
masalah risiko, meskipun hal itu merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan dalam upaya
penanggulangan risiko. Sebab hazard pada hakekatnya merupakan dasar /bahan dalam upaya
mengestimasi besarnya kemungkinan terjadinya peril.

Ada beberapa macam tipe hazard, yaitu:

a. Physical Hazard :

Adalah keadaan dan kondisi yang memperbesar kemungkinan terjadinya peril, yang bersumber
dari karakteristik secara phisik dari obyek, baik yang bisa diawasi / diketahui maupun yang tidak.

Kondisi ini biasanya dicoba diatasi (kemungkinannya diperkecil dengan melakukan tindakan-
tindakan preventif. Misalnya: jalan licin, tikungan tajam yang memperbesar kemungkinan terjadinya
kecelakaan, dicoba diatasi dengan pemasangan rambu-rambu lalu lintas ditempat tersebut.

b. Moral Hazard:

Adalah keadaan dan kondisi seseorang yang memperbesar kemungkinan terjadinya peril, yang
bersumber pada sikap mental, pandangan hidup, kebiasaan dari orang yang bersangkutan. Jadi
merupakan karakter pribadi seseorang yang memperbesar kemungkinan terjadinya peril.

 Contoh: pelupa, akan memperbesar kemungkinan terjadinya musibah / kerugian yang menimpa
orang tersebut.

c. Morale Hazard:

Adalah keadaan dan kondisi seseorang yang memperbesar kemungkinan terjadinya peril, yang
bersumber pada perasaan hati orang yang bersangkutan, yang umumnya karena pengaruh dari suatu
keadaan tertentu.

 Contoh: Orang yang telah mengasuransikan dirinya, mobilnya dan telah merasa mahir
pengemudi, maka karena merasa aman terhadap risiko, ia sembrono dalam mengemudikan
mobilnya. Keadaan dan kondisi ini tentu akan memperbesar kemungkinan terjadinya kecelakaan
yang akan menimpanya.

d. Legal Hazard:

Adalah perbuatan yang mengabaikan peraturan-peraturan atau perundang-undangan yang


berlaku (melanggar hukum), sehingga memperbesar kemungkinan terjadinya peril. Misalnya :
kebijaksanaan perusahaan yang melanggar / tidak memenuhi Undang-Undang Tentang Keselamatan
Kerja, akan memperbesar kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.

 Contoh : Para pekerja yang tugasnya memanjat (tukang cat, cleaning service) pada waktu
melaksanakan pekerjaannya harus dilengkapi / memakai dengan ”sabuk pengaman”. Pekerja
umumnya merasa terganggu bekerjanya bila memakai sabuk pengaman, maka banyak dari
mereka yang tidak mau memakainya. Hal ini tentu memperbesar kemungkinan mereka
mengalami kecelakaan kerja.

3. Exposure:

Adalah keadaan atau obyek yang mengandung kemungkinan terkena peril, sehingga merupakan
keadaan yang menjadi obyek dari upaya penanggulangan risiko, khususnya di bidang pertanggungan.

4. Kemungkinan/Probabilitas:

Adalah keadaan yang mengacu pada waktu mendatang tentang kemungkinan terjadinya suatu
peristiwa. Bagi pengelolaan risiko, terutama kemungkinan yang merugikan adalah merupakan hal yang
harus dicermati. Karakteristik dan besarnya kemungkinan adalah hal yang menjadi perhatian utama dari
perusahaan asuransi / penanggung.

Besarnya probabilitas dapat diperhitungkan secara cermat dengan menggunakan teori


probabilitas (lihat statistik), meskipun tidak tepat 100%, tetapi penyimpangan atau deviasinya dapat
diminimumkan.

Dalam suatu kontrak asuransi sebetulnya yang menjadi dasar pertimbangan para pihak adalah
berbeda, dimana :

A. Bagi perusahaan asuransi yang menjadi perhatian utama adalah masalah probabilitasnya,
dimana besarnya probabilitas akan menjadi dasar utama penentuan besarnya premi dan dapat
tidaknya pertanggungan diterima.
B. Bagi tertanggung yang menjadi perhatian utama adalah masalah risiko atau ketidakpastiannya
dalam mempertanggungkan suatu risiko atau tidak. Dimana makin besar risiko akan makin besar
kemungkinan untuk mempertanggungkan.

5. Hukum Bilangan Besar (The Law of The Large Numbers):

Adalah hukum yang berkaitan dengan peramalan besarnya kemungkinan terjadinya


peril. Dimana : ”makin besar jumlah exposure yang diramalkan akan semakin cermat hasil
peramalan yang diperoleh”.
Hukum ini pada hakekatnya menjadi dasar di bidang usaha perasuransian. Sebab dalam usaha
perasuransian terjadi proses: dimana ketidakmungkinan peramalan kejadian terhadap kasus individu
diganti dengan kemampuan untuk meramal kejadian / kerugian secara kolektif sejumlah besar kasus.

Itulah sebabnya mengapa perusahaan asuransi selalu berupaya untuk memperbanyak


nasabahnya, agar peramalan terhadap kemungkinan peril yang diderita nasabah makin tepat.

Anda mungkin juga menyukai