Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

NEFROLITIASIS

DIRUANG UNIT PENYAKIT DALAM C3LI

A. PENGERTIAN
Merupakan suatu penyakit yang salah satu gejalanya adalah
pembentukan batu di dalam ginjal (Sjamsuhidrajat,2004). Batu terbentuk ketika
konsentrasi substansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosgat, dan asam
urat meningkat.

B. ETIOLOGI
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan
gangguan aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan
keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Secara
epidemiologik terdapat beberapa faktor yang mempermudah terbentuknya batu
pada saluran kemih pada seseorang. Faktor tersebut adalah faktor intrinsik yaitu
keadaan yang berasal dari tubuh orang itu sendiri dan faktor ekstrinsik yaitu
pengaruh yang berasal dari lingkungan di sekitarnya.
Faktor intrinsik antara lain :
1. Keturunan : Penyakit ini diduga diturunkan dari orang tua.
2. Umur : Penyakit ini paling sering dijumpai pada usia 30-50 tahun.
3. Jenis kelamin : Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan
dengan pasien perempuan

Faktor ekstrinsik diantaranya adalah :

1. Geografis : Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran


kemih yang lebih tinggi dari pada daerah lain sehingga dikenal sebagai
daerah stonebelt.
2. Iklim dan temperatur
3. Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada
air yang dikonsumsi.
4. Diet : Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu.
5. Pekerjaan : Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya
banyak duduk atau kurang aktifitas atau sedentary life.

C. PATOFISIOLOGI
Batu dapat terbentuk karena adanya substansi tertentu seperti kalsium
oksalat, kalsium fosgat dan asam urat yang meningkat. Batu juga dapat
terbentuk ketika terdapat adanya defisiensi substansi tertentu seperti sitrat yang
secara normal mencegah kristalisasi dalam urin. Kondisi lain yang
mempengaruhi laju pembentukan batu adalah pH urin dan status cairan.
Batu dapat ditemukan disetiap bagian ginjal sampai kandung kemih dan
ukurannya bervariasi dari deposit granular kecil (pasir atau kerikil) sampai batu
sebesar kandung kemih yang berwarna orange. Faktor-faktor penyakit lain yang
dapat mencetuskan peningkatan konsentrasi kalsium di dalam urin dan darah
juga menyebabkan pembentukan kalsium.

D. JENIS-JENIS BATU GINJAL


1. Batu Kalsium Oksalat. Sering terdapat sendiri atau bersama-sama dengan
kalsium fosfat membentuk batu di sistem urinaria.
2. Batu Sistin. Jarang terjadi, umumnya karena faktor keturunan. Jika terjadi
dapat menyebabkan penghancurkan ginjal progresif.
3. Batu Asam Urat. Mempunyai hubungan dengan asam urat dan metabolisme
ginjal
4. Batu Struvit. Umumnya terjadi pada wanita, sebagai akibat infeksi
mikroorganisme Proteus dan Klebsiella.

E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis tergantung pada adanya obstruksi, infeksi, dan edema. Ketika
batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan
tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi
(pielonefritis dan sistitis yang disertai menggigil, demam dan disuria).
1. Batu di piala ginjal, berkaitan dengan sakit yang dalam dan terus menerus di
area kostovetebral, adanya hematuria, oliuria, rasa terbakar. Nyeri yang
berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita ke bawah
mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis. Nyeri
mendadak menjadi akut disertai nyeri tekan diseluruh area kostovertebral
dan muncul mual dan muntah (episode kolik renal). Dapat terjadi diare dan
ketidaknyaman abdominal, gejala GI akibat dari refleks renointestinal dan
proksimitas anatomik ginjal ke lambung, pankreas dan usus besar.
2. Batu di ureter, menyebabkan nyeri yang luar biasa, akut dan kolik yang
menyebar ke paha dan genitalia. Rasa ingin berkemih tetapi hanya sedikit
urin yang keluar, batu akan keluar dengan diameter 0,5-1 cm.
3. Batu di kandung kemih, menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan
infeksi traktus urinarius dan hematuria. Jika batu menyebabkan obtruksi
pada leher kandung kemih menyebabkan retensi urin, distensi abdomen,
mual, muntah.
F. EVALUASI DIAGNOSTIK
Uji kimia darah dan urin 24 jam untuk mengukur kadar kalsium, asam urat,
kreatinin, natrium.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Radiologi
Secara radiologi, batu dapat radiopak atau radiolusen. Sifat radiopak ini
berbeda untuk berbagai jenis batu sehingga dari sifat ini dapat diduga batu
dari jenis apa yang ditemukan. Radiolusen umumnya adalah jenis batu asam
urat murni.
Pada yang radiopak pemeriksaan dengan foto polos sudah cukup untuk
menduga adanya batu ginjal bila diambil foto dua arah. Pada keadaan
tertentu terkadang batu terletak di depan bayangan tulang, sehingga dapat
luput dari penglihatan. Oleh karena itu foto polos sering perlu ditambah foto
pielografi intravena (PIV/IVP). Pada batu radiolusen, foto dengan bantuan
kontras akan menyebabkan defek pengisian (filling defect) di tempat batu
berada. Yang menyulitkan adalah bila ginjal yang mengandung batu tidak
berfungsi lagi sehingga kontras ini tidak muncul. Dalam hal ini perlu
dilakukan pielografi retrograde (Sjamsuhidrajat,2004).
Ultrasonografi (USG) dilakukan bila pasien tidak mungkin menjalani
pemeriksaan IVP, yaitu pada keadaan-keadaan; alergi terhadap bahan
kontras, faal ginjal yang menurun dan pada wanita yang sedang hamil
(Purnomo BB, 2003). Pemeriksaan USG dapat untuk melihat semua jenis
batu, selain itu dapat ditentukan ruang/ lumen saluran kemih. Pemeriksaan
ini juga dipakai untuk menentukan batu selama tindakan pembedahan untuk
mencegah tertinggalnya batu (Sjamsuhidrajat, 2004).
2. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari kelainan kemih yang
dapat menunjang adanya batu di saluran kemih, menentukan fungsi ginjal,
dan menentukan penyebab batu (Sjamsuhidrajat, 2004).

H. PENATALAKSANAAN
1. Terapi medis dan simtomatik
Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu.
Terapi simtomatik berusaha untuk menghilangkan nyeri. Selain itu dapat
diberikan minum yang berlebihan/ banyak dan pemberian diuretik.
2. Litotripsi
Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi perkutan
untuk membawa tranduser melalui sonde kebatu yang ada di ginjal. Cara ini
disebut nefrolitotripsi. Salah satu alternatif tindakan yang paling sering
dilakukan adalah ESWL. ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy)
yang adalah tindakan memecahkan batu ginjal dari luar tubuh dengan
menggunakan gelombang kejut.
3. Tindakan bedah
Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor, alat gelombang
kejut, atau bila cara non-bedah tidak berhasil.

I. DIAGNOSIS
Selain dari anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk menegakkan diagnosis,
penyakit batu ginjal perlu didukung dengan pemeriksaan radiologik,
laboratorium, dan penunjang lain untuk menentukan kemungkinan adanya
obstruksi saluran kemih, infeksi dan gangguan faal ginjal.

J. ANAMNESIS
Anamnesa harus dilakukan secara menyeluruh. Keluhan nyeri harus dikejar
mengenai onset kejadian, karakteristik nyeri, penyebaran nyeri, aktivitas yang
dapat membuat bertambahnya nyeri ataupun berkurangnya nyeri, riwayat
muntah, gross hematuria, dan riwayat nyeri yang sama sebelumnya. Penderita
dengan riwayat batu sebelumnya sering mempunyai tipe nyeri yang sama.

K. PEMERIKSAAN FISIK
1. Penderita dengan keluhan nyeri kolik hebat, dapat disertai takikardi,
berkeringat, dan nausea.
2. Masa pada abdomen dapat dipalpasi pada penderita dengan obstruksi berat
atau dengan hidronefrosis.
3. Bisa didapatkan nyeri ketok pada daerah kostovertebra, tanda gagal ginjal
dan retensi urin.
4. Demam, hipertensi, dan vasodilatasi kutaneus dapat ditemukan pada pasien
dengan urosepsis.

L. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Setelah analisa data maka dirumuskan Diagnosa keperawatan sesuai prioritas :

1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan meningkatnya kontraksi


ureter, trauma jaringan, terbentuknya edema.
2. Gangguan Pola eliminasi buang air kecil berhubungan dengan iritasi
ginjal/ureter, obstruksi mekanik, implamasi, stimulasi kandung kencing oleh
batu.
3. Resiko mengalami defisit cairan berhubungan dengan neusea, muntah.
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan imformasi yg salah.

M. RENCANA KEPERAWATAN

Tujuan

1. Rasa nyaman nyeri teratasi.


2. Gangguan pola eliminasi teratasi.
3. Tidak terjadi defisit cairan.
4. Klien akan membuka diri meminta informasi.

N. INTERVENSI
1. Amati dan catat lokasi, durasi, intensitas penyebaran nyeri.
2. Jelaskan penyebab nyeri.
3. Lakukan gate kontrol pada punggung.
4. Ajarkan teknik relaksasi.
5. Beri intake cairan 3000 ml – 4000 ml / hari.
6. Kolaborasi pemberian obat-obatan.
7. Monitor intake / out put.
8. Amati buang air kecil (b.a.k).
9. Siapkan urine laboratorium.
10. Observasi keadaan kandung kemih.
11. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium.
12. Amati dan catat kelainan seperti muntah.
13. Monitor tanda vital.
14. Beri diet sesuai program.
15. Kolaborasi pemberian cairan intra vena
16. Beri penjelasan tentang proses penyakitnya.
17. Jelaskan pentingnya intake cairan 3000 – 4000 ml/hr.
18. Jelaskan tentang pengaturan diet.
19. Diskusikan bersama klien/keluarga tentang aturan pengobatan dan jenis
makanan.
20. Anjurkan klien melakukan aktivitas secara teratur.

O. EVALUASI
Mengarah ke tujuan.

PATHWAY
DAFTAR PUSTAKA
Sjamsuhidrajat R, 1 W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran – EGC. 2004. 756-763.

Smeltzer & Bare. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC.

Purnomo BB. Dasar-Dasar Urologi. Edisi Ke-2. Jakarta : Perpustakaan Nasional


Republik Indonesia. 2003. 62-65.

Webmaster. Batu Saluran Kemih. Diunduh dari : http://www.medicastore.com. Last


Update : Januari 2008.

Anda mungkin juga menyukai