Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia
dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu
berisikan pikiran, keinginan, atau perasaan yang ada pada diri si pembaca
atau si penulis. Untuk itu kita harus memperhatikan penulisan kalimat
yang baik dan benar. Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik
dan benar itu disebut kalimat efektif.
Kalimat efektif adalah kalimat yang mengungkapkan gagasan
yang dapat dipahami dengan mudah oleh pendengar maupun pembaca.
Akan tetapi, terkadang beberapa pendengar atau pembaca tidak memahami
maksud yang disampaikan. Maka dari itu untuk kalimat yang digunakan
harus lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada
yang tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsure-unsur yang seharusnya
tidak ada tidak perlu dimunculkan.
Dalam beberapa kasus dalam menulis karangan ilmiah kita sering
menjumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi syarat sebagai bahasa
ilmiah. Hal ini desebabkan oleh beberapa hal antara lain, mungkin kalimat
yang dituliskan kacau, tidak logis, atau bertele-tele. Dengan adanya
pernyataan itu, pembaca akan sukar mengerti untuk memahami apa
maksud kalimat yang disampaikannya. Berdasarkan kenyataan inilah
penulis membahas dan menyampaikan apa itu kalimat efektif dan beberapa
permasalahannya.
2. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif ?
2. Apa saja syarat-syarat dari kalimat efektif ?
3. Apa sajakah yang jenis-jenis kalimat ?
4. Apa saja yang menjadi kesalahan penggunaan kalimat efektif
dalam paragraf ?
3. Tujuan
1. Mengetahui apa itu yang dimaksud dengan kalimat efektif
2. Mengetahui syarat-syarat dari kalimat efektif
3. Mengetahui jenis-jenis kalimat
4. Mengetahui kesalahan apa saja yang sering terjadi dalam
penggunaan kalimat efektif pada paragraf

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian kalimat efektif


Kalimat efektif adalah kalimat yang mengungkapkan gagasan
penulisnya sedemikian rupa, sehingga pembaca memahami gagasan yang
sama. Kalimat tidak boleh dipahami hanya sekedar bangunan kebahasaan
yang minimal terdiri dari unsur subjek dan unsur predikat. Juga, kalimat
tidak cukup dipahami hanya sebagai satuan kebahasaan terkecil yang dapat
digunakan untuk mengunkapkan ide atau gagasan yang utuh. Akan tetapi,
lebih dari semuanya itu, sebuah kalimat harus dapat dipahami sebagai
entitas kebahasaan yang mampu menimbulkan kembali gagasan atau ide
yang ada dalam diri penulis, persis sama dengan ide atau gagasan yang
dimiliki pembacanya.
Demikian pula dalam konteks tuturan lisan, sebuah tutran yang
efektif itu harus dapat membangkitkan kembali gagasan yang dimiliki oleh
pendengar, persis sama dengan apa yang dimiliki pembicaranya. Maka
itulah sesungguhnya yang dimaksud dengan kalimat efektif atau dalam
konteks pemakaian lisan disebut sebagai tuturan efektif.

2. Syarat-syarat kalimat efektif


2.1.Kesatuan gagasan
Memiliki sabjek, predikat, serta unsur-unsur lain (O/K)
yang saling mendukung serta membentuk kesatuan tunggal.
Contoh :
Didalam keputusan itu merupakan kebijaksanaan yang dapat
membantu keselamatan umum.
Kalimat ini tidak memiliki kesatuan karena tidak didukung
sabjek. Unsur didalam keputusan itu bukanlah sabjek melaikan
keterangan. Ciri bahwa unsur itu merupahkan keterangan ditandai
dengan keberadaan frase depan (ini harus dihilangkan).

2
Subjek dan predikat kalimat hendaknya tidak terpisah
terlalu jauh agar satuan gagasan tetap terjamin. Kemudian
keterangan harus ditempatkan setepat-tepatnya dan seterang-
terangnya dalam kalimat sehingga sama sekali tidak mengganggu
pemahaman. Keterangan yang dimaksud disini mencakup atributif,
aposisi, adverbial.
2.2. Kesejajaran
Kesejajaran ataupun paralelisme adalah penggunaan bentuk
gramatikal yang sama untuk unsur-unsur kalimat yang sama
fungsinya. Jika sebuah pikiran dinyatakan dengan frase, maka
pikiran-pikiran lain yang sejajar harus dinyatak pula dengan frase.
Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-,
bagian kalimat yang lainnyapun harus menggunakan di- pula.
Contoh :
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya kepinggirjalan.
Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran anatara predikat-
predikatnya. Yang satu menggunakan predikat aktif, yakni
himbuan me-, sedang yang satu lagi menggunakan predikat pasif,
yakni menggunakan imbuhan di :
1) Kakak menolong anak itu dengan memapahnya kepinggir
jalan.
2) Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya kepinggir
jalan.
2.3. Kehematan
Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang
tidak perlu. Maka dari itu hindarilah pemborosan penggunaan kata.
Ada beberapa pemborosan dalam penggunaan kata antara lain :
a. Tautologi: Pengulangan gagasan yang sama dengan kata atau
perkataan yang berlainan.
b. Pleonasme: Menggunakan kata atau perkataaan yang
maknanya telah termasuk dalam kata yang terdahulu atau
menambahkan dengan kata yang sebenarnya bukan merupakan
3
barang baru meskipun artinya tidak termasuk dalam kata yang
terdahulu.
c. Prolixe: Bertutur panjang berlanjut.ini sebenarnya bukan
masalah terlampau banyak menggunakan kata, melainkan
terlampau banyak mengutarakan perkara yang kecil-kecil
sehingga mengaburkan pokok pembicaraan.
Adapun upaya-upaya agar kita dapat melakukan
penghematan kata adalah :
a. Menghilangkan subjek yang tidak diperlukan
b. Menghindarkan pemakaian superordinat dan hiponim bersama-
sama
c. Menghindari penggunaan kata depan dari dan daripada yang
tidak perlu
d. Menghindari penguraian kata yang tidak perlu
e. Menghindari penggunaan bentuk klausa bahwa bila bentuk
frase sudah memadai
f. Menghilangkan kata-kata pembalut seperti fakta, faktor, unsur
yang sebenarnya tidak perlu
g. Menghilangkan pleonasme
2.4. Didukung variasi
Variasi merupakan suatu upaya yang bertolak belakang
dengan repetisi. Repetisi atau pengulangan sebuah kata tujuannya
untuk memperoleh efek penekanan, lebih banyak menekankan
kesamaan bentuk. Pemakaian bentuk yang sama secara berlebihan
akan menghambarkan selera pendengar atau pembaca. Sebab itu,
ada upaya lain untuk menggairakan selerah pendengar atau
pembaca yaitu dengan membuat variasi.
Variasi adalah keanekaragaman bentuk yang mempunyai
makna hampir sama sehingga tetap terpelihara minat dan perhatian
pendengar atau pembaca.

4
2.5.Kepadatan makna
Kalimat efektif haruslah memberikan penegasan kepada ide
pokonya sehingga ide pokonya menonjol di dalam kalimat
tersebut.
Caranya yaitu:
2.5.1. Meletakan kata yang ditonjolkannya di awal
kalimat
 Bekerja sama memerlukan keterbukaan hati
untuk menghargai orang lain.
 Keterbukaan hati diperlukan untuk bekerja
sama.
 Hasil kerja sama jauh lebih sempurna
dibandingkan dengan hasil perseorangan.
 Kesempurnaan lebih mudah dicapai lewat kerja
sama daripada hanya lewat upaya perseorangan
2.5.2. Membuat urutan kata secara bertahap
 Kemarin, hari ini, esok, dan hari-hari
selanjutnya diharapkan Anda tetap memilih
produk kami.
 Tua atau muda, besar ataupun kecil,
kesemuanya dapat memanfaatkan produk ini.

2.5.3. Melakukan pengulangan kata


 Kami selalu mengutamakan mutu, kami selalu
mengutamakan kepuasan Anda.
 Kepercayaan Anda adalah tujuan
kami, kepercayaan Anda adalah kebanggaan
kami.
2.5.4. Melakukan pertentangan terhadap ide yang
ditonjolkan

5
 Kami selalu mengutamakan mutu, kami selalu
mengutamakan kepuasan Anda.
 Kepercayaan Anda adalah tujuan
kami, kepercayaan Anda adalah kebanggaan
kami.

2.5.5. Mempergunakan partikel penekan (penegasan)


 Andalah yang kami pilih sebagai mitra kami.
 Dari semua produk yang bereda di
pasaran, produk kamilah yang dipilih oleh tujuh
puluh persen responden.
2.6. Logis
Kalimat efektif adalah kalimat yang bisa diterima oleh akal
sehat. Dengan kata lain, jika kalimat tersebut tidak dapat diterima
atau tidak jelas, maka kalimat tersebut adalah kalimat tidak efektif.
Perhatikan kalimat berikut ini!
“Ayam bakar pak saleh sedang dikerubuni oleh orang-orang
lapar”.
Kalimat tersebut tidak efektif karena tidak masuk akal.
Bagaimana bisa seekor ayam membakar pak Saleh. Yang dimaksud
kalimat tersebut bukanlah ayam yang sedang membakar Pak Saleh,
tetapi warung makan yang menjual ayam bakar. Seharusnya
kalimat tersebut adalah sebagai berikut:
“Rumah makan ayam bakar milik pak Saleh sedang dikerumuni
oleh orang-orang lapar”.
2.7. Tidak ambigu
Kalimat yang menimbulkan makna atau tafsir ganda
disebut juga dengan kalimat yang tidak efektif. Hal ini dikarenakan
kalimat tersebut tidak bisa menyampaikan gagasan yang
sebenarnya kepada para pembaca atau pendengarnya. Perhatikan
kalimat berikut!

6
“Para siswa baru mengikuti kegiatan pesatren kilat di
sekolah”.
Kalimat tersebut ambigu karena ada dua makna yang
dihasilkan, yaitu apakah murid baru yang mengikuti kegiatan
pesantren kilat di sekolah, ataukah para murid barus saja mengikuti
kegiatan tersebut. Seharusnya kalimat tersebut adalah sebaagi
berikut ini:
“Para siswa baru saja mengikuti kegiatan pesantren kilat
di sekolah”.

3. Jenis-jenis kalimat
Kalimat dapat ditinjau dari sudut jumlah klausanya, bentuk
sintaksisnya, kelengkapannya unsurnya dan susunan subjek dan predikatnya.
Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dapat dibagi atas kalimat tunggal dan
kalimat majemuk. Berdasarkan Fungsinya, kalimat di bagi atas kalimat
deklaratif atau kalimat berita, kalimat imperaktif atau kalimat perintah,
kalimat interogatif atau kalimat tanya dan kalimat ekslamatif atau kalimat
serum. Penggolongan kalimat berdasarkan fungsinyanya itu tidak berkaitan
langsung dengan fungsi pragmatis atau nilai komunikatif yakni fungsi
pemakaian bahasa untuk tujuan komunikatif. Kalimat interogatif misalnya,
memang lazim digunakan untuk meminta informasi tau bertanya, tetapi pada
konteks wacana tertentu dapat bermakna permintaan.
Untuk kalimat dari segi unsurnya itu terbagi atas kalimat lengkap atau
kalimat mayor dan kalimat tak lengkap atau kalimat minor. Sedangkan
kalimat dalam segi susunan unsur subjek dan predikatnya dibedakan atas
kalimat versi dan kalimat invers.
3.1. Kalimat menurut jumlah klausanya
Menurut klausa pembentuknya, kalimat dapat dibedakan atas dua
macam yaitu :
3.1.1. Kalimat tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari atas satu
klausa yaitu subjek dan predikat.
7
Berdasarkan jenis frasa pengisi predikatnya. Kalimat
tunggal dapat dibagi empat macam :
3.1.1.1. Kalimat nominal
Kalimat nominal yaitu kalimat yang terdiri dari
klausa yang predikatnya terdiri dari frasa golongan
nominal.
Contohnya :
 Ia guru
 Yang dibeli orang itu sepeda
Kata golongan nominal memiliki perilaku :
 Secara dominan mendukung fungsi subjek
dan objek
 Pada tataran frasa tidak dapat dinegatifkan
dengan kata tidak
 Pada tataran frasa dapat diikuti kata itu
 Pada tataran frasa dapat diikuti kata jumlah
3.1.1.2. Kalimat adjectival
Kalimat adjectival adalah kalimat yang terdiri dari
klausa yang predikatnya terdiri dari frasa golongan
frasa adjectival.
Contohnya :
 Wanita itu sangat cantik
3.1.1.3. Kalimat verbal
Kalimat verbal adalah kalimat yang terdiri dari
klausa yang predikatnya terdiri dari frasa golongan
verbal.
Contohnya :
 Udara panas
 Petani mengerjakan sawahnya dengan tekun
Kata golongan verbal memiliki perilaku sebagai berikut
:

8
 Pada tataran klausa mempunyai
kecenderungan menduduki fungsi predikat
 Pada tataran klausa dapat dinegatifkan

3.1.1.4. Kalimat numeral


Kalimat numeral adalah kalimat yang terdiri dari
klausa yang predikatnya terdiri dari golongan numeral.
Contohnya :
 Roda truk itu enam
 Anaknya ada dua orang
Kata golongan ini dapat diikuti oleh kata penyukat,
seperti orang, ekor, batang dan lain-lain.
3.1.2. Kalimat majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang merupakan
gabungan dari dua atau lebih klausa tunggal. Kalimat majemuk
terbagi menjadi tiga golongan yaitu :
3.1.2.1. Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setara dibentuk dari dua atau
lebih kalimat tunggal dan kedudukan tiap kalimat
sederajat. Penghubung yang menghubungkan klausa-
klausa dalam kalimat majemuk beberapa jenis
hubungan dan menjalankan beberapa fungsi.
3.1.2.2. Kalimat majemuk bertingkat
Kalimat ini memiliki cirri sebagai berikut :
 Dibentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal
 Kedudukan tiap kalimat tidak sejajar
3.1.2.3. Kalimat majemuk campuran
Kalimat majemuk campuran adalah kalimat
yangterdiri dari sebuah pola atasan dan sekurang-
kurangnya dua pola atasan dan satu atau lebih pola
bawahan.

9
Contonya :
 Satu pola atasan dan dua pola bawahan :
Kami telah menyelenggarakan sebuah
malam kesenian, yang dimeriahkan oleh
para artis ibukota, sert dihadiri pula oleh
para pembesar kota itu.

 Satu pola atasan dan satu atau lebih pola


bawahan :
Bapak menyesalkan perbuatan itu, dan
meminta kami agar berjanji tidak akan
mengulangi kesalahan-kesalahan yang sama,
yang dapat merugikan nama baik dan
kedudukannya.
3.2. Kalimat menurut fungsi isinya
3.2.1. Kalimat berita (Deklaratif)
Berdasarkan fungsi dalam hubungan situasi, kalimat berita
pada umunya berfungsi untuk memberitahukan sesuatu pada
orang lain sehingga tanggapan yang diharapkan hanyalah berupa
perhatian seperti tercermin pada pandangan mata yang
menunjukkan adanya perhatian. Umunya kalimat berita disertai
kontur intonasi akhir kalimat yang menurun. Dalam kalimat
berita tidak terdapat kata-kata tanya seperti apa, siapa, dimana,
mengapa, kata-kata ajakan seperti mari, ayo, kata persilahkan
seperti silahkan dan dipersilahan dan seperti kata larangan
jangan.
Contohnya :
 Jalan itu sangat gelap
 Dia memang tidak baik

10
3.2.2. Kalimat tanya (interogatif)
Kalimat tanya adalah kalimat yang mengandung suatu
perintah agar kita diberi tahu Sesuatu karena kita tidak
mengetahui sesuatu hal.
Ciri-ciri kalimat tanya:
 Sering menggunakan kata tanya
 Dapat menggunakan partikel tanya -kah
Kata-kata tanya yang biasa digunakan dalam sebuah
kalimat tanya dapat digolongkan berdasarkan dalam sifat dan
maksud pertanyaan yaitu :
 Yang menanyakan tentang benda atau hal : apa,
dari apa, untuk apa dan sebagainya
 Yang menanyakan tentang manusia : siapa, dari siapa
dan lain-lain.
 Yang menanyakan tentang jumlah : berapa
 Yang menanyakan tentang tentang atas beberapa hal atau
barang : mana
 Yang menanyakan tentang tempat : dimana, kemana dan
darimana
 Yang menanyakan tentang waktu : bila, bilamana, kapan
dan apabila.
 Yang menanyak keadaan : bagaimana, betapa
 Yang menanyakan tentang sebab : mengapa, apa sebab
dan sebagainya
Sekurang-kurangnya ada tiga macam kalimat tanya, yaitu :
 Pertanyaan biasa
Pertanyaan biasa adalah pertanyaan yang menghendaki
suatu jawaban atas isi pertanyaan tersebut.
 Pertanyaan retoris
Pertanyaan retoris adalah pertanyaan yang sama sekali
tidak menghendaki jawaban.

11
 Pertanyaan yang senilai dengan perintah
Pertanyaan yang senilai dengan perintah adalah
pertanyaan dimana sipenanya sudah mengetahui
jawaban.
3.2.3. Kalimat perintah (Imperatif)
Berdasarkan fungsi dalam hubungan situasi, kalimat
perintah mengharapkan tanggapan berupa tindakan dari orang
lain. Berdasarkan struktur kalimat perintah dapat digolongkan
menjadi :
3.2.3.1. Kalimat perintah yang sebenarnya ditandai oleh pola
intonasi printah
Contonya :
 Beristirahatlah !
 Pakai baju yang bersih
3.2.3.2. Kalimat persilahkan
Ditandai oleh pola intonasi perintah dan
penambahan kata silahkan atau persilahkan yang
diletakkan di awal kalimat.
Contohnya :
 Silahkan bapak duduk disini !
 Dipersilahkan berangkat dulu !
3.2.3.3. Kalimat ajakan
Kalimat ini mengharapkan tanggapan yang berupa
tindakan, hanya perbedaannya tindakan itu bukan
hanya dilakukan oleh orang yang diajak berbicara,
melaikan juga oleh orang yang berbicara atau
penuturnya.
3.2.3.4. Kalimat larangan
Selain ditandai oleh pola intonasi perintah, kalimat
ini juga ditandai dengan kata jangan di awal kalimat.
Contohnya :

12
 Janganlah engkau membaca buku itu !
 Janganlah engkau berangkat sendiri !

3.2.4. Kalimat seru (Ekslamatif)


Kalimat seru dipakai oleh penutur untuk mengungkapkan
perasaan emosi yang kuat. Pada bahasa lisan kalimat ini
berintonasi naik dan pada bahasa tulisan ditandai dengan tanda
seru atau tanda titik pada akhir kalimat.
Contonya :
 Wah, pintar benar anak itu !
3.3. Kalimat menurut kelengkapan unsurnya
3.3.1. Kalimat lengkap (Mayor)
Kalimat lengkap adalah kalimat yang memiliki subjek dan
predikat.
Contohnya :
 Ibu pergi
3.3.2. Kalimat tidak lengkap (Minor)
Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang tidak memiliki
salah satu unsure subjek atau predikatnya. Kalimat ini sering
dipakai pada selogan, ucapan atau sapaan dan bahasa lisan.
3.4. Kalimat menurut susunan subjek predikatnya
Jenis kalimat menurut susunan subjek dan predikatnya dibagi
menjadi dua yaitu :
3.4.1. Kalimat versi
Kalimat versi adalah kalimat yang subjeknya mendahului
perdikatnya.
Contohnya :
 Pacarku menangis karena sedinya
S P
3.4.2. Kalimat invers

13
Kalimat invers adalah kalimat yang predikatnya
mendahului subjek. Urutan ini dipakai untuk penegasan makna.
Contohnya :
 Menangis pacarku karena sedihnya
P S

4. Kesalahan penggunaan kalimat efektif dalam paragrap


Susunan kata yang tidak teratur, penggunaan kata berlebih,
penggunaan kata tak tepat makna,penggunaan kata tegas yang tak tepat
dalam kalimat semuanya dapat membuat kalimat tidak efektif. Pilihan kata
yang tepat membuat kalimat lebih berdaya tarik sehigga reaksi penerima
memuaskan si penyampai informasi. Beberapa kesesalahan tersebut
adalah:
4.1. Kalimat tanpa Subjek
Dalam menyusun sebuah kalimat sering kali dengan kata depan
atau preposisi, lalu verbanya menggunakan bentuk aktif atau
berawalan men-baik dengan atau tanpa akhiran -kan. Dengan demikian
dihasilkan kalimat-kalimat salah seperti di bawah ini.
 Bagi yang merasa kehilangan buku tersebut harap
mengambilnya di kantor.
 Untuk perbaikan prasarana pengairan tersebut memerlukan
partisipasi aktif dari masyarakat.
 Dengan beredarnya koran masuk desa bermanfaat sekali bagi
masyarakat pedesaan.

Untuk memperbaiki kalimat di atas dapat dilakukan dengan


menghilangkan kata depan pada masing-masing kalimat tersebut, atau
mengubah verba pada kalimat tersebut, misalnya dari aktif menjadi
pasif. Jadi kemungkinan perbaikan kalimat di atas adalah sebagai
berikut :

 Yang merasa kehilangan buku tersebut harap mengambilnya di


kantor.

14
 Perbaikan prasarana pengairan tersebut memerlukan partisipasi
aktif dari masyarakat.
 Beredarnya koran masuk desa bermanfaat sekali bagi
masyarakat pedesaan.

Dalam perbaikan di atas, maka subjeknya sudah menjadi lebih jelas,


yaitu berturut-turut adalah yang merasa kehilangan buku tersebut,
perbaikan prasarana pengairan tersebut, dan beredarnya koran masuk
desa.

4.2.Kalimat dengan Objek Berkata Depan


Kesalahan yang telah dibicarakan di atas dapat dikatakan sebagai
kesalahan pemakaian kata depan pada awal kalimat yang biasanya
diduduki subjek. Kesalahan pemakaian kata depan itu juga sering
ditemui pada objek. Sebagai contoh:
 Hari ini kita tidak akan membicarakan lagi mengenai soal
harga, tetapi soal ada tidaknya barang itu.
 Dalam setiap kesempatan mereka tidak bosan – bosannya
mendiskusikan tentang dampak positif pembuatan waduk itu.

Kalimat di atas dapat perbaiki dengan menghilangkan kata


depannya. Kesalahan seperti pada contoh di atas juga terjadi karena
mengacaukan dua bentuk yang benar, yaitu:

 Membicarakan soal harga


 Berbicara mengenai soal harga
 Mendiskusikan dampak positif pembuatan waduk
 Berdiskusi tentang dampak positif pembuatan waduk

Perlu dicatat bahwa dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa


verba dan kata depan yang sudah merupakan paduan, misalnya:
bertentangan dengan, bergantung pada, berbicara tentang, menyesal
atas, keluar dari, sesuai dengan, serupa dengan.

15
4.3. Konstruksi Pemilik Berkata Depan
Kesalahan pemakaian kata depan lain yang ditemui pada
konstruksi frase: termilik + pemilik. Secara berlebihan sering ditemui
adanya kecenderungan mengeksplisitkan hubungan antara termilik
dengan pemilik dengan memakai kata depan dari atau daripada,
misalnya:
 Kebersihan lingkungan adalah kebutuhan dari warga.
 Buku-buku daripada perpustakaan perlu ditambah.
Konstruksi frase yang sejenis dengan kebutuhan dari warga dan
buku-buku daripada perpustakaan ini sering kita dengar dalam pidato-
pidato (umumnya tanpa teks). Misalnya:
 Biaya dari pembangunan jembatan ini; kenaikan daripada
harga – harga barang elektronik.
Dalam karangan keilmuan konstruksi frase yang tidak baku seperti
di atas hendaknya dihindari karena dalam bahasa Indonesia hubungan
“termilik” + pemilik bersifat implisit. Karena terpengaruh oleh (antara
lain) bahasa Jawa hubungan “termilik + pemilik” sering dieksplisitkan
dengan sufiks-nya, misalnya:
 rumahnya Heri
 bajunya Riki
4.4. Kalimat yang pelaku dan verbanya tidak bersesuaian
Dalam kalimat dasar, verba dapat dibedakan menjadi verba yang
menuntut hadirnya satu ‘pelaku’ dan verba yang menuntut hadirnya
lebih dari satu ‘pelaku’. Dalam pembentukan kalimat, kesalahan yang
mungkin terjadi ialah yang penggunaan verba dua ‘pelaku’, namun
salah satu ‘pelakunya’ tidak tercantumkan, contoh:
 Dalam perkelahian itu dia berpukul-pukulan dengan
gencarnya.
 Dalam seminar itu dia mendiskusikan perubahan sosial
masyarakat pedesaan sampai berjamjam.

16
Dalam kalimat poin 1 verba berpukul-pukulan menuntut hadirnya
dua pelaku, yaitu dia dan orang lain, misalnya Joni. Demikian pula
kalimat poin 2, di samping pelaku dia diperlukan hadirnya pelaku lain
sebagai mitra diskusi, misalnya para pakar.
4.5. Penempatan yang Salah Kata Aspek pada Kalimat Pasif
Berpronomina
Menurut kaidah, konstruksi pasif berpronomina berpola aspek +
pronomina + verba dasar. Jadi tempat kata aspek adalah di depan
pronomina. Kesalahan yang sering terjadi ialah penempatan aspek di
antara pronomina dengan verba atau dalam pola: pronomina + aspek +
verba dasar, misalnya:
 saya sudah katakan bahwa….
 kita sedang periksa….
 kami telah teliti….sudah saya katakan bahwa …..
Bentuk-bentuk seperti poin 1 dapat disesuaikan dengan
memindahkan kata aspek ke depan pronomina menjadi sebagai berikut:
 sudah saya katakan bahwa …..
 sedang kita periksa ….
 telah kami teliti ….
4.6. Kesalahan Pemakaian Kata Sarana
Dalam menyusun kalimat sering dipakai kata sarana,kata sarana itu
dapat berupa kata depan dan kata penghubung. Kata depan lazimnya
terdapat dalam satu frase depan, sedang kata penghubung umumnya
terdapat dalam kalimat majemuk baik yang setara maupun yang
bertingkat.
Kesalahan pemakaian kata depan umumnya terjadi pada pemakaian
kata depan di, pada, dan dalam. Ketiga kata depan ini sering
dikacaukan, misalnya:
 Di saat istirahat penyuluh mendatangi para petani.
 Benih itu ditaburkan pada kolam yang baru.
 Dalam tahun 1965 terjadi pemberontakan G 30 S/PKI.

17
Kata depan di poin 1 seharusnya adalah pada, kata depan pada poin
seharusnya adalah dalam atau ke dalam; kata depan dalam poin 3
seharusnya adalah pada.
Adapun kesalahan pemakaian kata penghubung umumnya terjadi
karena ketidaksesuaian antara pemakaian kata penghubung dan makna
hubungan antar klausanya, misalnya:
 Rapat hari ini ditunda berhubung peserta tidak memenuhi
kuorum.
Kata penghubung berhubung seharusnya diganti karena atau sebab.
Kesalahan pemakaian kata penghubung lain.

18
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pemikiran si
penulis atau si pembicara secara tepat dan benar agar mudah diterimah dan
dimengerti oleh si pendengar ataupun pembaca. Sebuah kalimat efektif
disusun secara sadar untuk mencapai daya informasi yang diinginkan oleh
si penulis atau pembicara terhadap si pembaca ataupun pendengar.
Persyaratan yang diperlukan untuk menuliskan kalimat yang
efektif adalah kesatuan gagasan, kehematan, kesejajaran, kevariasian,
kepadatan makna, logis, dan tidak ambigu.
Kalimat dibedakan beberapa jenis yaitu menurut jumlah klausanya,
fungsi isinya kelengkapan unsurnya dan susunan subjek dan predikatnya.
Dan ada beberapa kesalahan dalam penulisan kalimat seperti susunan kata
yang tidak teratur, penggunaan kata berlebih, penggunaan kata tak tepat
makna,penggunaan kata tegas yang tak tepat dalam kalimat semuanya
dapat membuat kalimat tidak efektif.
2. Saran
Berdasarkan makalah yang di buat penulis menyarankan agar
pembaca mampu memahami isi makalah ini dan menerapkan dalam
kehidupan sehari-hari agar terciptanya bahasa Indonesia yang baik dan
benar.

19
DAFTAR PUSTAKA

Muslich, Masnur. Garis-Garis besar tatabahasa baku bahasa Indonesia.


Bandung: PT. Refika Adi tama, 2010.

Faizah, Hasnah. Bahasa Indonesi. Pekanbaru: Cendikia Insani, 2011.

Kurniawaa, Khaerudin. Bahasa Indonesia keilmuan untuk perguruan tinggi.


Bandung: PT. Refika Aditama, 2012.

Widyamartaya. Seni menggayakan kalimat. Yogyakarta: Penerbit kanisius, 1990.

Rahardi, Kunjana. Bahasa Indonesia untuk pergururan tinggi. Jakarta: Penerbit


Erlangga, 2009.

Sugono, Dendy, dkk. Buku praktis bahasa Indonesia 1. Jakarta Timur: Pusat
bahasa, cetakan 5, 2008.

Alwi, Hasan, dkk. Tata bahasa baku bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa dan
Balai Pustaka, 2010.

http://www.aneiqbal.com/2016/11/pengertian-kalimat-efektif.html

http://kakakpintar.com/7-syarat-kalimat-efektif-yang-harus-kamu-ketahui/

http://computeraddict13.blogspot.co.id/2015/11/kalimat-efektif-dan-kesalahan-
kalimat.html

20

Anda mungkin juga menyukai