Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia
dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu
berisikan pikiran, keinginan, atau perasaan yang ada pada diri si pembaca
atau si penulis. Untuk itu kita harus memperhatikan penulisan kalimat
yang baik dan benar. Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik
dan benar itu disebut kalimat efektif.
Kalimat efektif adalah kalimat yang mengungkapkan gagasan
yang dapat dipahami dengan mudah oleh pendengar maupun pembaca.
Akan tetapi, terkadang beberapa pendengar atau pembaca tidak memahami
maksud yang disampaikan. Maka dari itu untuk kalimat yang digunakan
harus lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada
yang tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsure-unsur yang seharusnya
tidak ada tidak perlu dimunculkan.
Dalam beberapa kasus dalam menulis karangan ilmiah kita sering
menjumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi syarat sebagai bahasa
ilmiah. Hal ini desebabkan oleh beberapa hal antara lain, mungkin kalimat
yang dituliskan kacau, tidak logis, atau bertele-tele. Dengan adanya
pernyataan itu, pembaca akan sukar mengerti untuk memahami apa
maksud kalimat yang disampaikannya. Berdasarkan kenyataan inilah
penulis membahas dan menyampaikan apa itu kalimat efektif dan beberapa
permasalahannya.
2. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif ?
2. Apa saja syarat-syarat dari kalimat efektif ?
3. Apa sajakah yang jenis-jenis kalimat ?
4. Apa saja yang menjadi kesalahan penggunaan kalimat efektif
dalam paragraf ?
3. Tujuan
1. Mengetahui apa itu yang dimaksud dengan kalimat efektif
2. Mengetahui syarat-syarat dari kalimat efektif
3. Mengetahui jenis-jenis kalimat
4. Mengetahui kesalahan apa saja yang sering terjadi dalam
penggunaan kalimat efektif pada paragraf
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Subjek dan predikat kalimat hendaknya tidak terpisah
terlalu jauh agar satuan gagasan tetap terjamin. Kemudian
keterangan harus ditempatkan setepat-tepatnya dan seterang-
terangnya dalam kalimat sehingga sama sekali tidak mengganggu
pemahaman. Keterangan yang dimaksud disini mencakup atributif,
aposisi, adverbial.
2.2. Kesejajaran
Kesejajaran ataupun paralelisme adalah penggunaan bentuk
gramatikal yang sama untuk unsur-unsur kalimat yang sama
fungsinya. Jika sebuah pikiran dinyatakan dengan frase, maka
pikiran-pikiran lain yang sejajar harus dinyatak pula dengan frase.
Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-,
bagian kalimat yang lainnyapun harus menggunakan di- pula.
Contoh :
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya kepinggirjalan.
Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran anatara predikat-
predikatnya. Yang satu menggunakan predikat aktif, yakni
himbuan me-, sedang yang satu lagi menggunakan predikat pasif,
yakni menggunakan imbuhan di :
1) Kakak menolong anak itu dengan memapahnya kepinggir
jalan.
2) Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya kepinggir
jalan.
2.3. Kehematan
Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang
tidak perlu. Maka dari itu hindarilah pemborosan penggunaan kata.
Ada beberapa pemborosan dalam penggunaan kata antara lain :
a. Tautologi: Pengulangan gagasan yang sama dengan kata atau
perkataan yang berlainan.
b. Pleonasme: Menggunakan kata atau perkataaan yang
maknanya telah termasuk dalam kata yang terdahulu atau
menambahkan dengan kata yang sebenarnya bukan merupakan
3
barang baru meskipun artinya tidak termasuk dalam kata yang
terdahulu.
c. Prolixe: Bertutur panjang berlanjut.ini sebenarnya bukan
masalah terlampau banyak menggunakan kata, melainkan
terlampau banyak mengutarakan perkara yang kecil-kecil
sehingga mengaburkan pokok pembicaraan.
Adapun upaya-upaya agar kita dapat melakukan
penghematan kata adalah :
a. Menghilangkan subjek yang tidak diperlukan
b. Menghindarkan pemakaian superordinat dan hiponim bersama-
sama
c. Menghindari penggunaan kata depan dari dan daripada yang
tidak perlu
d. Menghindari penguraian kata yang tidak perlu
e. Menghindari penggunaan bentuk klausa bahwa bila bentuk
frase sudah memadai
f. Menghilangkan kata-kata pembalut seperti fakta, faktor, unsur
yang sebenarnya tidak perlu
g. Menghilangkan pleonasme
2.4. Didukung variasi
Variasi merupakan suatu upaya yang bertolak belakang
dengan repetisi. Repetisi atau pengulangan sebuah kata tujuannya
untuk memperoleh efek penekanan, lebih banyak menekankan
kesamaan bentuk. Pemakaian bentuk yang sama secara berlebihan
akan menghambarkan selera pendengar atau pembaca. Sebab itu,
ada upaya lain untuk menggairakan selerah pendengar atau
pembaca yaitu dengan membuat variasi.
Variasi adalah keanekaragaman bentuk yang mempunyai
makna hampir sama sehingga tetap terpelihara minat dan perhatian
pendengar atau pembaca.
4
2.5.Kepadatan makna
Kalimat efektif haruslah memberikan penegasan kepada ide
pokonya sehingga ide pokonya menonjol di dalam kalimat
tersebut.
Caranya yaitu:
2.5.1. Meletakan kata yang ditonjolkannya di awal
kalimat
Bekerja sama memerlukan keterbukaan hati
untuk menghargai orang lain.
Keterbukaan hati diperlukan untuk bekerja
sama.
Hasil kerja sama jauh lebih sempurna
dibandingkan dengan hasil perseorangan.
Kesempurnaan lebih mudah dicapai lewat kerja
sama daripada hanya lewat upaya perseorangan
2.5.2. Membuat urutan kata secara bertahap
Kemarin, hari ini, esok, dan hari-hari
selanjutnya diharapkan Anda tetap memilih
produk kami.
Tua atau muda, besar ataupun kecil,
kesemuanya dapat memanfaatkan produk ini.
5
Kami selalu mengutamakan mutu, kami selalu
mengutamakan kepuasan Anda.
Kepercayaan Anda adalah tujuan
kami, kepercayaan Anda adalah kebanggaan
kami.
6
“Para siswa baru mengikuti kegiatan pesatren kilat di
sekolah”.
Kalimat tersebut ambigu karena ada dua makna yang
dihasilkan, yaitu apakah murid baru yang mengikuti kegiatan
pesantren kilat di sekolah, ataukah para murid barus saja mengikuti
kegiatan tersebut. Seharusnya kalimat tersebut adalah sebaagi
berikut ini:
“Para siswa baru saja mengikuti kegiatan pesantren kilat
di sekolah”.
3. Jenis-jenis kalimat
Kalimat dapat ditinjau dari sudut jumlah klausanya, bentuk
sintaksisnya, kelengkapannya unsurnya dan susunan subjek dan predikatnya.
Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dapat dibagi atas kalimat tunggal dan
kalimat majemuk. Berdasarkan Fungsinya, kalimat di bagi atas kalimat
deklaratif atau kalimat berita, kalimat imperaktif atau kalimat perintah,
kalimat interogatif atau kalimat tanya dan kalimat ekslamatif atau kalimat
serum. Penggolongan kalimat berdasarkan fungsinyanya itu tidak berkaitan
langsung dengan fungsi pragmatis atau nilai komunikatif yakni fungsi
pemakaian bahasa untuk tujuan komunikatif. Kalimat interogatif misalnya,
memang lazim digunakan untuk meminta informasi tau bertanya, tetapi pada
konteks wacana tertentu dapat bermakna permintaan.
Untuk kalimat dari segi unsurnya itu terbagi atas kalimat lengkap atau
kalimat mayor dan kalimat tak lengkap atau kalimat minor. Sedangkan
kalimat dalam segi susunan unsur subjek dan predikatnya dibedakan atas
kalimat versi dan kalimat invers.
3.1. Kalimat menurut jumlah klausanya
Menurut klausa pembentuknya, kalimat dapat dibedakan atas dua
macam yaitu :
3.1.1. Kalimat tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari atas satu
klausa yaitu subjek dan predikat.
7
Berdasarkan jenis frasa pengisi predikatnya. Kalimat
tunggal dapat dibagi empat macam :
3.1.1.1. Kalimat nominal
Kalimat nominal yaitu kalimat yang terdiri dari
klausa yang predikatnya terdiri dari frasa golongan
nominal.
Contohnya :
Ia guru
Yang dibeli orang itu sepeda
Kata golongan nominal memiliki perilaku :
Secara dominan mendukung fungsi subjek
dan objek
Pada tataran frasa tidak dapat dinegatifkan
dengan kata tidak
Pada tataran frasa dapat diikuti kata itu
Pada tataran frasa dapat diikuti kata jumlah
3.1.1.2. Kalimat adjectival
Kalimat adjectival adalah kalimat yang terdiri dari
klausa yang predikatnya terdiri dari frasa golongan
frasa adjectival.
Contohnya :
Wanita itu sangat cantik
3.1.1.3. Kalimat verbal
Kalimat verbal adalah kalimat yang terdiri dari
klausa yang predikatnya terdiri dari frasa golongan
verbal.
Contohnya :
Udara panas
Petani mengerjakan sawahnya dengan tekun
Kata golongan verbal memiliki perilaku sebagai berikut
:
8
Pada tataran klausa mempunyai
kecenderungan menduduki fungsi predikat
Pada tataran klausa dapat dinegatifkan
9
Contonya :
Satu pola atasan dan dua pola bawahan :
Kami telah menyelenggarakan sebuah
malam kesenian, yang dimeriahkan oleh
para artis ibukota, sert dihadiri pula oleh
para pembesar kota itu.
10
3.2.2. Kalimat tanya (interogatif)
Kalimat tanya adalah kalimat yang mengandung suatu
perintah agar kita diberi tahu Sesuatu karena kita tidak
mengetahui sesuatu hal.
Ciri-ciri kalimat tanya:
Sering menggunakan kata tanya
Dapat menggunakan partikel tanya -kah
Kata-kata tanya yang biasa digunakan dalam sebuah
kalimat tanya dapat digolongkan berdasarkan dalam sifat dan
maksud pertanyaan yaitu :
Yang menanyakan tentang benda atau hal : apa,
dari apa, untuk apa dan sebagainya
Yang menanyakan tentang manusia : siapa, dari siapa
dan lain-lain.
Yang menanyakan tentang jumlah : berapa
Yang menanyakan tentang tentang atas beberapa hal atau
barang : mana
Yang menanyakan tentang tempat : dimana, kemana dan
darimana
Yang menanyakan tentang waktu : bila, bilamana, kapan
dan apabila.
Yang menanyak keadaan : bagaimana, betapa
Yang menanyakan tentang sebab : mengapa, apa sebab
dan sebagainya
Sekurang-kurangnya ada tiga macam kalimat tanya, yaitu :
Pertanyaan biasa
Pertanyaan biasa adalah pertanyaan yang menghendaki
suatu jawaban atas isi pertanyaan tersebut.
Pertanyaan retoris
Pertanyaan retoris adalah pertanyaan yang sama sekali
tidak menghendaki jawaban.
11
Pertanyaan yang senilai dengan perintah
Pertanyaan yang senilai dengan perintah adalah
pertanyaan dimana sipenanya sudah mengetahui
jawaban.
3.2.3. Kalimat perintah (Imperatif)
Berdasarkan fungsi dalam hubungan situasi, kalimat
perintah mengharapkan tanggapan berupa tindakan dari orang
lain. Berdasarkan struktur kalimat perintah dapat digolongkan
menjadi :
3.2.3.1. Kalimat perintah yang sebenarnya ditandai oleh pola
intonasi printah
Contonya :
Beristirahatlah !
Pakai baju yang bersih
3.2.3.2. Kalimat persilahkan
Ditandai oleh pola intonasi perintah dan
penambahan kata silahkan atau persilahkan yang
diletakkan di awal kalimat.
Contohnya :
Silahkan bapak duduk disini !
Dipersilahkan berangkat dulu !
3.2.3.3. Kalimat ajakan
Kalimat ini mengharapkan tanggapan yang berupa
tindakan, hanya perbedaannya tindakan itu bukan
hanya dilakukan oleh orang yang diajak berbicara,
melaikan juga oleh orang yang berbicara atau
penuturnya.
3.2.3.4. Kalimat larangan
Selain ditandai oleh pola intonasi perintah, kalimat
ini juga ditandai dengan kata jangan di awal kalimat.
Contohnya :
12
Janganlah engkau membaca buku itu !
Janganlah engkau berangkat sendiri !
13
Kalimat invers adalah kalimat yang predikatnya
mendahului subjek. Urutan ini dipakai untuk penegasan makna.
Contohnya :
Menangis pacarku karena sedihnya
P S
14
Perbaikan prasarana pengairan tersebut memerlukan partisipasi
aktif dari masyarakat.
Beredarnya koran masuk desa bermanfaat sekali bagi
masyarakat pedesaan.
15
4.3. Konstruksi Pemilik Berkata Depan
Kesalahan pemakaian kata depan lain yang ditemui pada
konstruksi frase: termilik + pemilik. Secara berlebihan sering ditemui
adanya kecenderungan mengeksplisitkan hubungan antara termilik
dengan pemilik dengan memakai kata depan dari atau daripada,
misalnya:
Kebersihan lingkungan adalah kebutuhan dari warga.
Buku-buku daripada perpustakaan perlu ditambah.
Konstruksi frase yang sejenis dengan kebutuhan dari warga dan
buku-buku daripada perpustakaan ini sering kita dengar dalam pidato-
pidato (umumnya tanpa teks). Misalnya:
Biaya dari pembangunan jembatan ini; kenaikan daripada
harga – harga barang elektronik.
Dalam karangan keilmuan konstruksi frase yang tidak baku seperti
di atas hendaknya dihindari karena dalam bahasa Indonesia hubungan
“termilik” + pemilik bersifat implisit. Karena terpengaruh oleh (antara
lain) bahasa Jawa hubungan “termilik + pemilik” sering dieksplisitkan
dengan sufiks-nya, misalnya:
rumahnya Heri
bajunya Riki
4.4. Kalimat yang pelaku dan verbanya tidak bersesuaian
Dalam kalimat dasar, verba dapat dibedakan menjadi verba yang
menuntut hadirnya satu ‘pelaku’ dan verba yang menuntut hadirnya
lebih dari satu ‘pelaku’. Dalam pembentukan kalimat, kesalahan yang
mungkin terjadi ialah yang penggunaan verba dua ‘pelaku’, namun
salah satu ‘pelakunya’ tidak tercantumkan, contoh:
Dalam perkelahian itu dia berpukul-pukulan dengan
gencarnya.
Dalam seminar itu dia mendiskusikan perubahan sosial
masyarakat pedesaan sampai berjamjam.
16
Dalam kalimat poin 1 verba berpukul-pukulan menuntut hadirnya
dua pelaku, yaitu dia dan orang lain, misalnya Joni. Demikian pula
kalimat poin 2, di samping pelaku dia diperlukan hadirnya pelaku lain
sebagai mitra diskusi, misalnya para pakar.
4.5. Penempatan yang Salah Kata Aspek pada Kalimat Pasif
Berpronomina
Menurut kaidah, konstruksi pasif berpronomina berpola aspek +
pronomina + verba dasar. Jadi tempat kata aspek adalah di depan
pronomina. Kesalahan yang sering terjadi ialah penempatan aspek di
antara pronomina dengan verba atau dalam pola: pronomina + aspek +
verba dasar, misalnya:
saya sudah katakan bahwa….
kita sedang periksa….
kami telah teliti….sudah saya katakan bahwa …..
Bentuk-bentuk seperti poin 1 dapat disesuaikan dengan
memindahkan kata aspek ke depan pronomina menjadi sebagai berikut:
sudah saya katakan bahwa …..
sedang kita periksa ….
telah kami teliti ….
4.6. Kesalahan Pemakaian Kata Sarana
Dalam menyusun kalimat sering dipakai kata sarana,kata sarana itu
dapat berupa kata depan dan kata penghubung. Kata depan lazimnya
terdapat dalam satu frase depan, sedang kata penghubung umumnya
terdapat dalam kalimat majemuk baik yang setara maupun yang
bertingkat.
Kesalahan pemakaian kata depan umumnya terjadi pada pemakaian
kata depan di, pada, dan dalam. Ketiga kata depan ini sering
dikacaukan, misalnya:
Di saat istirahat penyuluh mendatangi para petani.
Benih itu ditaburkan pada kolam yang baru.
Dalam tahun 1965 terjadi pemberontakan G 30 S/PKI.
17
Kata depan di poin 1 seharusnya adalah pada, kata depan pada poin
seharusnya adalah dalam atau ke dalam; kata depan dalam poin 3
seharusnya adalah pada.
Adapun kesalahan pemakaian kata penghubung umumnya terjadi
karena ketidaksesuaian antara pemakaian kata penghubung dan makna
hubungan antar klausanya, misalnya:
Rapat hari ini ditunda berhubung peserta tidak memenuhi
kuorum.
Kata penghubung berhubung seharusnya diganti karena atau sebab.
Kesalahan pemakaian kata penghubung lain.
18
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pemikiran si
penulis atau si pembicara secara tepat dan benar agar mudah diterimah dan
dimengerti oleh si pendengar ataupun pembaca. Sebuah kalimat efektif
disusun secara sadar untuk mencapai daya informasi yang diinginkan oleh
si penulis atau pembicara terhadap si pembaca ataupun pendengar.
Persyaratan yang diperlukan untuk menuliskan kalimat yang
efektif adalah kesatuan gagasan, kehematan, kesejajaran, kevariasian,
kepadatan makna, logis, dan tidak ambigu.
Kalimat dibedakan beberapa jenis yaitu menurut jumlah klausanya,
fungsi isinya kelengkapan unsurnya dan susunan subjek dan predikatnya.
Dan ada beberapa kesalahan dalam penulisan kalimat seperti susunan kata
yang tidak teratur, penggunaan kata berlebih, penggunaan kata tak tepat
makna,penggunaan kata tegas yang tak tepat dalam kalimat semuanya
dapat membuat kalimat tidak efektif.
2. Saran
Berdasarkan makalah yang di buat penulis menyarankan agar
pembaca mampu memahami isi makalah ini dan menerapkan dalam
kehidupan sehari-hari agar terciptanya bahasa Indonesia yang baik dan
benar.
19
DAFTAR PUSTAKA
Sugono, Dendy, dkk. Buku praktis bahasa Indonesia 1. Jakarta Timur: Pusat
bahasa, cetakan 5, 2008.
Alwi, Hasan, dkk. Tata bahasa baku bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa dan
Balai Pustaka, 2010.
http://www.aneiqbal.com/2016/11/pengertian-kalimat-efektif.html
http://kakakpintar.com/7-syarat-kalimat-efektif-yang-harus-kamu-ketahui/
http://computeraddict13.blogspot.co.id/2015/11/kalimat-efektif-dan-kesalahan-
kalimat.html
20