Autolisis
Adalah penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh karena adanya hyperplasi, dan
jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang 10 kali dan menjadi 5 kali lebih tebal dari sewaktu
masa hamil, akan susut kembali mencapai keadaan semula.
Faktor yang menyebabkan terjadinya autolisis apakah merupakan hormon atau enzim sampai
sekarang belum diketahui, tetapi telah diketahui adanya penghancuran protoplasma dan jaringan yang
diserap oleh darah kemudian di keluarkan oleh ginjal. Inilah sebabnya beberapa hari setelah melahirkan
ibu mengalami beser air kemih atau sering buang air kemih.
Aktifitas otot-otot
Adalah adanya retraksi dan kontrksi dari otot-otot setelah anak lahir, yang diperlukan untuk
menjepit pembulu darah yang pecah karena adanya kontraksi dan retraksi yang terus-menerus ini
menyebabkan terganggunya peredaran darah di dalam uterus yang mengakibatkan jaringan-jaringan
otot-otot tersebut menjadi lebih kecil.
1. Uterus
Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan retraksi akan
menjadi keras sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas implantasi
plasenta. (Sarwono, 2002). Pada hari pertama ibu post partum tinggi fundus uteri kira-kira satu jari bawah
pusat (1 cm). Pada hari kelima post partum uterus menjadi 1/3 jarak antara symphisis ke pusat. Dan hari
ke 10 fundus sukar diraba di atas symphisis. (Prawirohardjo, 2002). tinggi fundus uteri menurun 1 cm tiap
hari. (Reader, 1997). Secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) hingga akhirnya kembali seperti
sebelum hamil.
Tabel Tinggi fundus uterus dan berat uterus menurut masa involusi
2. Bekas implantasi uteri
Plasenta mengecil karena kontraksi dan menonjol ke ovum uteri dengan diameter 7,5 cm.
Sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm. Pada minggu ke 6 2,4 cm dan akhirnya pulih. (Mochtar, 1998)
Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum. Pembuluh-pembuluh darah yang berada
diantara anyaman-anyaman otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah
plasenta lahir. Bagian bekas plasenta merupakan suatu luka yang kasar dan menonjol ke dalam kavum
uteri segera setelah persalinan. Penonjolan tersebut dengan diameter 7,5 sering disangka sebagai suatu
bagian plasenta yang tertinggal, setelah 2 minggu diameternya menjadi 3,5 cm dan pada 6 minggu 2,4
cm dan akhirnya pulih. (Sarwono, 2002)
3. Lokia
Adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas. (Mochtar,
1998)
Menurut Rustam Mochtar (1998) pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warna
sebagai berikut :
1. Lokia rubra berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks
kaseosa. Lanugo dan mekoneum selama 2 hari pasca persalinan.
2. Lokia sanguinolenta berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3-7 pasca
persalinan.
3. Lokia serosa berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca
persalinan.
4. Lokia alba cairan putih, setelah 2 minggu
5. Lokia purulenta terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
$0D
6. Lokia astastis lokia tidak lancar keluarnya.
4. Servik
Setelah persalinan, bentuk servik agak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh
korpus uteri yang dapat mengandakan kontraksi, sedangkan servik tidak berkontraksi, sehingga seolah-
olah pada berbatasan antara korpus dan servik uteri berbentuk, semacam cincin. Warna servik sendiri
merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah, konsistensinya lunak, segera setelah janin
dilahirkan. Tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan 2-3 jari dan setelah 1 minggu hanya dapat
dimasukkan 1 jari ke dalam kavum uteri. (Sarwono, 2002)
5. Ligamen-ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang mereggang sewaktu kehamilan dan
persalinan setelah jalan lahir berangsur-angsur mengecil kembali seperti sedia kala tidak jarang
ligamentum rotundum menjadi kendor mengakibatkan uterus jatuh kebelakang, untuk memulihkan
kembali jaringan-jaringan penunjang alat genetalia tersebut juga otot-otot dinding perut dan dasar
panggul dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu. Pada hari ke 2 post partum sudah dapat
diberikan fisioterapi. (Sarwono, 2002)
1. Mobilisasi dini
Aktivitas otot-otot ialah kontraksi dan retraksi dari otot-otot setelah anak lahir, yang diperlukan
untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk
mengeluarkan isi uterus yang tidak diperlukan, dengan adanya kontraksi dan retraksi yang terus menerus
ini menyebabkan terganggunya peredaran darah dalam uterus yang mengakibatkan jaringan otot
kekurangan zat-zat yang diperlukan, sehingga ukuran jaringan otot-otot tersebut menjadi kecil.
2. Status gizi
Status gizi adalah tingkat kecukupan gizi seseorang yang sesuai dengan jenis kelamin dan usia.
Status gizi yang kurang pada ibu post partum maka pertahanan pada dasar ligamentum latum yang
terdiri dari kelompok infiltrasi sel-sel bulat yang disamping mengadakan pertahanan terhadap
penyembuhan kuman bermanfaat pula untuk menghilangkan jaringan nefrotik, pada ibu post partum
dengan status gizi yang baik akan mampu menghindari serangan kuman sehingga tidak terjadi infeksi
dalam masa nifas dan mempercepat proses involusi uterus.
3. Menyusui
Pada proses menyusui ada reflek let down dari isapan bayi merangsang hipofise posterior
mengeluarkan hormon oxytosin yang oleh darah hormon ini diangkat menuju uterus dan membantu
uterus berkontraksi sehingga proses involusi uterus terjadi.
4. Usia
Pada ibu yang usianya lebih tua banyak dipengaruhi oleh proses penuaan, dimana proses
penuaan terjadi peningkatan jumlah lemak. Penurunan elastisitas otot dan penurunan penyerapan lemak,
protein, serta karbohidrat. Bila proses ini dihubungkan dengan penurunan protein pada proses penuaan,
maka hal ini akan menghambat involusi uterus.
5. Parietas
Parietas mempengaruhi involusi uterus, otot-otot yang terlalu sering tereggang memerlukan
waktu yang lama. (Sarwono, 2002)
DAFTAR PUSTAKA
1. Alimul, A. (2007), Metode Penelitian Penulisan Ilmiah, Jakarta: Salemba Medika.
2. Alimul, H. A, dan Musrifatul, U. (2004), Buku Saku Pratikan Kebutuhan Dasar Manusia,
Jakarta: EGC.
3. Arikunto, S. (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT Rineka
Cipta.
4. Cambridge, C. L. (1998) Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia dan System Reproduksi,
Jakarta: EGC.
5. Desiyati, D. (2008) Fisiologi Nifas, from Http://we-littlefairy. blogspot.com
6. Fizari, S. (2009) Perubahan Fisiologi pada Masa Nifas, From
Http://sekuracity/blogspot.com
7. Notoadmodjo, S. (2005) Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
8. Nursalam, (2003) Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,
Jakarta: Salemba Medika.
VULVA HYGIENE MASA NIFAS
PENGERTIAN
Vulva hygiene adalah membersihkan vulva dan daerah sekitarnya pada pasien wanita yang
sedang nifas atau tidak dapat melakukannya sendiri. Pasien yang harus istirahat di tempat tidur
(misalnya, karena hipertensi, pemberian infus, sectio caesarea) harus dimandikan setiap hari
dengan pencucian daerah perineum yang dilakukan dua kali sehari dan pada waktu sesudah
selesai membuang hajat. Meskipun ibu yang akan bersalin biasanya masih muda dan sehat,
daerah daerah yang tertekan tetap memerlukan perhatian serta perawatan protektif
(mediague.wordpress.com).
Setelah ibu mampu mandi sendiri (idealnya, dua kali sehari), biasanya daerah perineum dicuci
sendiri dengan menggunakan air dalam botol atau wadah lain yang disediakan khusus untuk
keperluan tersebut. Penggantian tampon harus sering dilakukan, sedikitnya sesudah pencucian
perineum dan setiap kali sehabis ke belakang atau sehabis menggunakan pispot. Payudara harus
mendapatkan perhatian khusus pada saat mandi yang bisa dilakukan dengan memakai spons atau
shower dua kali sehari. Payudara dibasuh dengan menggunakan alat pembasuh muka yang
disediakan khusus untuk keperluan ini. Kemudian masase payudara dilakukan dilakukan dengan
perlahan – lahan dan puting secara hati – hati ditarik keluar. Jangan menggunakan sabun untuk
membersihkan puting
TUJUAN
Untuk kebersihan perineum, vulva juga memberikan rasa nyaman bagi klien.
PERSIAPAN ALAT
Kapas sumblimat
Alas pantat
Bengkok
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri Ibu nifas adalah sebagai
berikut :
Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Langkah pertama ibu membersihkan
daerah sekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang, kemudian membersihkan daerah
anus. Dan sebaiknya ibu membersihkan daerah sekitar vulva setiap kali selesai BAK atau BAB.
Mengganti pembalut atau kain pembalut 2 kali sehari, kain dapat digunakan ulang jika telah
dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah matahari dan disetrika.
Mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
Jika ibu mempunyai luka episotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari
menyentuh daerah tersebut (Saifuddin, 2002).
PENATALAKSANAAN
Sebelum dilakukan vulva hygiene hendaknya perawat memberikan penjelasan terlebih dahulu
tentang hal yang akan dilakukan kepada klien.
Pelaksanaan
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta
Aziz, Alimul, 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Tehnik Analisi Data. Jakarta: Salemba
Medika
Azwar, Syaefuddin, 2008. Sikap manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Belajar
Nursalam, 2008.Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta:Salemba Medika.
Sugiono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta