Tugas TRK 2 Ke 2
Tugas TRK 2 Ke 2
Disusun Oleh:
Gambar 2. Variasi konfigurasi dari trickle bed reactor berdasrkan type operasinya
Konfigurasi reactor trickle bed diklasifikasikan menjadi tiga tipe:
1) Reaktor trickle bed konvensional: berisikan partikel katalis berpori yang disusun
secara acak di dalam packed bed.
2) Reaktor trickle bed semi-struktur: berisikan partikel yang dipack teratur atau katalis
yang dilapiskan pada packing terstruktur.
3) Reactor trickle bed-mikro: berisikan beberapa saluran-mikro yang dipack dengan
partikel katalis.
I.4 Hasil
Secara kinetik, laju reaksi disajikan oleh Seth et all. (2007) telah diaplikasikan
sebagai dasar pengukuran hidrogenasi fase cair Butadiene menjadi iso Butana karena
adanya kesamaan kondisi eksperimental dengan Seth dkk. dalam penelitian ini. Neraca
mol reaktor untuk skala industri, tidak adanya kinetik yang lebih rinci untuk menentukan
model. Oleh karena itu, isomerisasi n-butena menjadi iso Butana menerapkan Hugen-
Watson pada temperatur tetap untuk mengembangkan model yang lebih sesuai untuk
menghasilkan desain reaktor yang efisien dan proses yang optimal. Sehingga digunakan
persamaan Arrhenius secara matematis :
Abbrevations
BA n-butane IBA Isobutane
BD 1,3-butadiene LPG Liquefied petroleum gas
cBE cis2-butene NP Number of populations
CR Crossover constant SOFC Solid oxide fuel cell
DE Differential evolution tBE Trans 2-butene
F Scaling factor TBR Trickle bed reactor
HP High pressure TLE Transfer line exchanger
H2G Gas phase hydrogen 1BE 1-butene
IB Isobtane
I.5 Komentar
Dalam penelitian saat ini, teknik evolusi diferensial diterapkan untuk
mengoptimalkan kinerja reaktor trickle bed skala industri. Sebagai studi kasus,
hidrogenasi 1,3-butadiena menjadi n-butana menjadi pilihan dalam penerapan trickle bed
reactor. Dalam hal ini, reaksi yang ada telah digambarkan dengan skema skeleton.
Hasilnya membuktikan bahwa kemampuan dalam pemodelan matematika dan kinetik
memiliki kesalahan relatif total 0,1. Laju alir molar pada komponen utama dan reaksi
yang terkait diteliti dan profil temperature aliran juga dianalisa. Lalu, respon sistem
terhadap variasi temperatur inlet dipelajari dan hal itu ditunjukkan bahwa kenaikan
temperature 3,7% cukup sesuai untuk pengurangan ketinggian reaktor sebesar 36%.
Berdasarkan penelitian didapat kesimpulan yaitu kinerja TBR dievaluasi melalui hasil n-
butane. Jika ketinggian trickle bed reactor ditingkatkan maka produk yang dihasilkan
semakin meningkat.
II. Reaktor Slurry
II.1 Latar Belakang
Karena kenaikan harga minyak internasional cukup drastis, proses gas-ke-cair
Fischer-Tropsch (FT) sintesis, sintesis metanol, dan sintesis dimetil eter (DME) menjadi
semakin banya mendapat perhatian dari peneliti maupun industri. Reaktor slurry memiliki
beberapa kelebihan yaitu konstruksinya yang lebih sederhana, kinerja perpindahan panas
yang sangat baik, penambahan dan penarikan katalis dapat dilakukan secara online, dan
Kecepatan transfer massa interphase yang baik dengan input energi rendah, yang
membuatnya sangat sesuai untuk proses gas-ke-cair.
Namun, perilaku aliran multiphasenya sangat kompleks dan reaktor multiphase
memiliki beberapa efek yang luar biasa saat dilakukan scale-up. Oleh karena itu,
penelitian ekstensif masih diperlukan untuk pengembangan dan perancangan sebuah
reaktor slurry yang berkinerja tinggi.
Artikel ini memberikan ulasan terkini tentang studi terbaru reaktor slurry untuk
proses gas-ke-cair. Pengaruh kecepatan gas superficial, tekanan operasi dan suhu,
konsentrasi padatan, dimensi kolom, dan distributor gas juga dibahas. Baru-baru ini
beberapa perkembangan pemisahan cairan-padat dalam reaktor slurry juga
dirangkum. Konsep penggunaan internal untuk mengintensifkan perpindahan massa dan
memperbaiki hidrodinamika dibahas berdasarkan hasil eksperimen dan analisis
teoritis. Permodelan dan simulasi aliran gas-cair dan gas-cair-padat ditinjau ulang secara
singkat, dengan fokus pada tren baru coupling Population balance model (PBM) ke dalam
kerangka Computational fluid dynamics (CFD) untuk menggambarkan perilaku
gelembung yang kompleks dan interaksi gas-cair Interphase. Hasil pilot plant 3000
ton/tahun untuk sintesis DME, menunjukkan bahwa reaktor slurry memiliki aplikasi yang
menjanjikan dalam proses gas-ke-cair.
Gambar 3. Slurry Reactors: (1) Stirred tank reactor; (2) Loop reactor; (3) Bubble
column reactor; (4) Three-phase fluidized bed reactor
Ada daerah cair yang jelas di bagian atas bed dan antarmuka antara wilayah ini dan
wilayah fluidizing dapat diidentifikasi dengan jelas. Jika aliran gas diperkenalkan
bersamaan dengan cairan, tinggi daerah terfluidasi akan lebih rendah. Pada kecepatan
cairan rendah, katalis padat tidak dapat difluidasi dengan hanya meningkatkan kecepatan
gas. Dalam reaktor terfluidasi tiga fasa, kehadiran gas meningkatkan pergerakan partikel
padat dan mengaburkan batas di bagian atas bed terfluidisasi.
Fasa cair bertanggung jawab untuk penghentian partikel katalis dalam tiga slurry
reactor yang ditunjukkan pada Gambar 3 (B) - (D). Karena perbedaan struktur reaktor
dan kecepatan operasi gas dan cairan, dinamika fluida di dalam reaktor berbeda. Untuk
reaktor tangki yang diaduk secara mekanis ditunjukkan pada Gambar 3 (A), maka
kekuatan mekanis yang menahan partikel tersuspensi.
Reaktor slurry memiliki keunggulan hasil ruang-waktu yang tinggi, daya
perpindahan massa rendah, laju perpindahan panas tinggi, yang sesuai untuk operasi
kontinyu atau semi kontinyu, dan memungkinkan regenerasi katalis yang berlanjut.
Keterbatasannya meliputi pencampuran yang parah, penurunan katalis yang tinggi,
kesulitan dan biaya yang tinggi untuk memisahkan katalis dari produk, dan kemungkinan
reaksi samping yang tinggi dalam fase cair karena rasio cairan/padat yang tinggi.
II.4 Hasil
Percobaan industri dilakukan dalam tiga tahap. Satu-satunya perbedaan antara
tahap I dan II adalah bahwa dalam tahap I syngas yang melewati slurry reactor tidak
diikuti dengan recycling tail gas, sementara dalam tahap II disertai dengan recycling tail
gas. Beberapa kondisi dan Hasil dari pilot plant ditunjukkan pada gambar 4 dan Tabel 1.
dapat dilihat bahwa pada tahap I rata-rata konversi CO dan selektivitas untuk DME dalam
produk organik masing-masing dapat mencapai 63% dan 95%. Karena adanya recycling
tail gas dalam tahap II, fraksi metana yang tinggi menyebabkan penurunan konversi rata-
rata CO dan selektivitas untuk DME. pada tahap III, kenaikan suhu reaksi dan tekanan
Gambar 4. Conversion of CO and selectivity to DME in the pilot plant. The data are
from the work of Ren et al.
II.5 Komentar
Reaktor slurry menyajikan konstruksi yang sederhana, kinerja perpindahan panas
yang sangat baik untuk penambahan dan penarikan katalis, dan kecepatan transfer dengan
input energi rendah yang membuat sangat sesuai untuk proses gas-ke cair. Namun, aliran
multiphase memiliki perilaku yang sangat kompleks dan untuk reaktor multiphase
memiliki beberapa efek peningkatan efisiensi yang luar biasa. Dalam kondisi industri,
tinggi tekanan, suhu, dan konsentrasi padat memiliki pengaruh kompleks pada perilaku
gelembung, gas holdup, kecepatan cairan, serta perilaku perpindahan massa dan
panas. Karena adanya fase cair tambahan, perpindahan massa gas-cair menyebabkan
keterbatasan dalam sistem slurry padat gas-cair-padat yang dapat menurunkan konversi
reaksi terutama pada padatan tinggi konsentrasi dan memiliki kecepatan gas superfisial.
LAMPIRAN PUSTAKA
Abstract
In this research, an industrial trickle bed reactor responsible for the hydrogenation of 1,3-
butadiene into n-butane has been chosen as a case study. In this regards, a suitable reaction
network has been applied as the base kinetic structure and then it has been developed
further to a more detailed reaction scheme capable of predicting available plant data. As
the next step, attempts have been made to establish an accurate and simple to use
mathematical modeling with the ultimate goal of predicting the palant outputs. The results
ascertained the success of the proposed modeling in terms of total relative error of about
0.1. Moreover, the behavior of different parameters including temperature and molar flow
rates along the length of the reactor has been studied. Additionally, the effect of inlet
temperature on the behavior of the understudied trickle bed reactor has been seriously
investigate. Finally, the performance of the three phase catalytic reactor has been studied
under different operating conditions of the flowing feed stream.
Abstract
With the dramatic increase in the international oil price, gas-to-liquid processes of
Fischer-Tropsch (FT) synthesis, methanol synthesis, and dimethyl ether (DME) synthesis
have become increasingly important and received much attention from both academic and
industrial interests. The slurry reactor has the advantages of simple construction, excellent
heat transfer performance, online catalyst addition and withdrawal, and a reasonable
interphase mass transfer rate with low energy input, which make it very suitable for gas-
to-liquid processes. However, its multiphase flow behaviors are very complex and the
multiphase reactor has some remarkable scale-up effects; therefore, extensive studies are
still needed for the development and design of a high-performance slurry reactor. This
article gives a state-of-the-art review of the recent studies on the slurry reactor for gas-to-
liquid processes. The influences of the superficial gas velocity, operating pressure and
temperature, solid concentration, column dimensions, and gas distributor are discussed.
Some recent developments in the liquid-solid separation in a slurry reactor are also
summarized. The concept of using internals to intensify the mass transfer and improve
the hydrodynamics is discussed based on both experimental results and theoretical
analysis. Modeling and simulations of the gas-liquid and gas-liquid-solid flows are briefly
reviewed, with focus on the new trend of coupling the population balance model (PBM)
into the computational fluid dynamics (CFD) framework to describe the complex bubble
behaviors and gas-liquid interphase interactions. The results of a 3000 ton/year pilot plant
for DME synthesis are given, showing that the slurry reactor has promising applications
in gas-to-liquid processes.