Anda di halaman 1dari 25

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tumbuh Kembang Normal

1. Definisi Tumbuh Kembang

Pertumbuhan merupakan perubahan ukuran, besar, jumlah atau dimensi pada

tingkat sel, organ, maupun individu. Pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga dapat

diukur dengan berat (gram, kilogram), satuan panjang (cm, m) umur tulang, dan

keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh). Perkembangan

(development) adalah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih

kompleks. Perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi sel, jaringan, organ,

dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat

memenuhi fungsinya (Tanuwijaya, 2003).

Pola pertumbuhan yaitu cephalocaudal, pertumbuhan paling awal selalu

terjadi dibagian atas mulai dari kepala, dengan pertumbuhan fisik secara bertahap

bekerja dari atas turun kebawah. Pertumbuhan mengikuti pola proximodistal

(proximodistal pattern), urutan pertumbuhan dimulai dari bagian tengah tubuh dan

bergerak ke arah kaki dan tangan (Santrock, 2009).

Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat

dengan organ yang dipengaruhinya. Perkembangan fase awal meliputi beberapa

aspek kemampuan fungsional, yaitu kognitif, motorik, emosi, sosial, dan bahasa.

Perkembangan pada fase awal ini akan menentukan fase selanjutnya. Kekurangan

pada salah satu aspek perkembangan dapat mempengaruhi aspek lainya.


6

Perkembangan mempunyai kecepatan berbeda-beda di setiap kelompok umur, namun

pola perkembangan selalu sama (Tanuwijaya, 2003).

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang

Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.

Menurut Nabiel 2014 secara garis besar faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi 2,

yaitu faktor dalam (internal) dan faktor luar (eksternal/lingkungan). Pertumbuhan dan

perkembangan merupakan hasil interaksi dua faktor tersebut.

a. Faktor Internal

Adanya faktor genetik ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan,

derajat sensitifitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya

pertumbuhan tulang, termasuk faktor genetik antara lain jenis kelamin, suku bangsa,

dan berbagai faktor bawaan yang mengacu pada warisan biologis suatu organisme

(Diamond, 2009).

b. Faktor Eksternal

Peran lingkungan sangat penting untuk mencukupi kebutuhan dasar tumbuh

kembang anak yaitu kebutuhan bio-psikosial terdiri dari kebutuhan biomedis/asuh

(nutrisi, imunisasi, higiene, pengobatan, pakaian, tempat tinggal, sanitasi lingkungan

dan lain-lain) dan kebutuhan psikososial/asih dan asah (kasih sayang, penghargaan,

komunikasi, stimulasi bicara, gerak, sosial, moral, intelegensi dan lain-lain) sejak

masa konsepsi sampai akhir remaja (Soedjatmiko, 2001).


7

3. Refleks pada Bayi

Refleks mengatur pergerakan bayi yang baru lahir yang otomatis dan diluar

kendali bayi yang baru lahir tersebut. Refleks secara genetik membuat mekanisme

pertahanan hidup. Refleks memungkinkan untuk merespon secara adaptif terhadap

lingkungan sebelum refleks memiliki kesempatan untuk belajar (Santrock, 2009).

Tingkatan refleks pada bayi di bagi menjadi 4 level yaitu: spinal level,

brainstem level, mid brain level, dan cortical level. Refleks pada bayi dapat dilihat

pada tabel 2.1 berikut.

TABEL 2.1.

TABEL REFLEKS PADA BAYI

Kategori Reflek Eksistensi

Neonatal Moro Natal – 6 bulan


Crossed Estensor Natal – 1 / 2 bulan
Fleksor Withdrawal Natal – 1 / 2 bulan
Extensor Thrust Natal – 1 / 2 bulan
Reflek walking Natal – 6 bulan
Grasp reflex Natal – 6 bulan
8

Kategori Refleks Eksistensi

Postural Tonic labyrinthine Natal – 6 bulan


ATNR 2 – 6 bulan
STNR 4 / 6– 10 bulan
Supporting reaction Natal – 2 bulan

Righting dan Neck Natal – 4 / 6 bulan


protective Labyrinthine

Optical 2 bulan – akhir hayat

Body on body 7 / 12 bulan – akhir hayat

Protective - 7 / 12 bulan – akhir hayat


extension:
Forwards 6 / 9 bulan – akhir hayat
Sideways
Backward 8 bulan – akhir hayat
10 bulan – akhir hayat

Landau 3 / 6 bulan – 1 / 2 tahun


9

Sumber (Bahan ajar Tumbang, 2016)

4. Perkembangan Motorik Bayi

Perkembangan motorik bayi berlangsung secara berkesinambungan dari satu

tahap ke tahap berikutnya. Ketrampilan sederhana tercapai sebelum ketrampilan yang

lebih kompleks dikuasai. Gerakan yang bersifat umum dan tidak teratur menjadi

gerakan yang spesifik dan bertujuan. Perkembangan motorik merupakan proses yang

telah terprogram secara genetik. Faktor lingkungan, ras, jenis kelamin, dan

sosiokultural sedikit mempengaruhi perkembangan motorik. Perkembangan motorik

dibagi menjadi perkembangan motorik kasar dan motorik halus (Taslim, 2000).

a. Perkembangan Motorik Kasar pada Bayi

Motorik kasar merupakan ketrampilan yang melibatkan aktivitas otot besar

yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Perkembangan motorik kasar

pada bayi dapat di lihat pada tabel 2.2.

TABEL 2.2

TABEL KETRAMPILAN MOTORIK KASAR PADA BAYI

Usia Ketrampilan Motori Kasar

1 Bulan Mengangkat dan memiringkan kepala kesamping dalam


posisi tengkurap.
Kepala terjatuh kebelakang saat bayi diangkat untuk duduk
Punggung melengkung sewaktu didudukan

2 Bulan Menaikan kepala dan dada, menahan posisi


Meningkatkan kontrol kepala
10

3 Bulan Memainkan kepala ke sudut 45odalam posisi tengkurap


Kepala sedikit terjatuh sewaktu ditarikuntuk duduk

4 Bulan Mengangkat kepala dan melihat sekitarnya


Berguling dari tengkurap ke terlentang
Kepala mengarahkan tubuh saat ditarik untuk duduk

5 Bulan Berguling dari terlentang ke tengkurap dan kembali


terlentang
Duduk dengan kepala tegak ketika ditopang

Usia Ketrampilan Motori Kasar

6 Bulan Duduk dengan bertumpu pada 3 ekstremitas

7 Bulan Duduk sendiri dengan sedikit menggunakan tangan untuk


menopang

8 Bulan Duduk tanpa ditopang


9 Bulan Merangkak, abdomen diangkat dari lantai

10 Bulan Menarik diri untuk berdiri


Menjelajah

12 Bulan Duduk dari posisi berdiri


Berjalan secara mandiri
Sumber (Bahan ajar Tumbang, 2016)

b. Perkembangan Motorik Halus pada Bayi

Perkembangan motorik halus adalah koordinasi halus yang melibatkan otot-

otot kecil yang dipengaruhi oleh matangnya fungsi motorik, dan fungsi visual yang

akurat, serta melibatkan gerakan-gerakan yang diselaraskan (Santrock, 2009).

Perkembangan motorik halus pada bayi dapat dilihat pada tebel 2.3.
11

TABEL 2.3

TABEL KETRAMPILAN MOTORIK HALUS PADA BAYI

Usia Kemampuan
1 bulan Tangan menggenggam, ibu jari bebas,
Menjatuhkan benda yg dipegang

2 bulan Menggenggam pada posisi pronasi

Usia Kemampuan

2 – 3 bulan Memegang kericikan sesaat,


Melihat kedua tangan,

3 bulan Mempertahankan kericikan yang dipegang

4 bulan Menjangkau dengan dua tangan

5 – 6 bulan Jatuhkannya/melempar benda yang dipegang

6 bulan Menggenggam botol dengan palmar grasp


Jangkauan penglihatan langsung
12

7 bulan Menggenggam benda pada posisi supinasi


8 bulan Menggenggam dengan wrist lurus
Melempar benda
Memindahkan benda dari 1 tangan ketangan
yang lain
Mengambil benda menyilang dalam posisi
Rendah

9 bulan Melepas benda dari tempat yang besar


10 –11 bulan Memegang benda sejalan dengan penglihatan
Memegang dengan ibu jari dan telunjuk
12 bulan Melepas benda dari tempat yang kecil

Sumber (Bahan ajar Tumbang,2016)

5. Perkembangan Sensoris dan Persepsi pada Bayi


13

Bayi dapat mengetahui rasa dari permukaan apakah lembut atau kasar dari

hasil informasi yang datang melalui indra penglihatan, pendengaran, sentuhan, rasa,

dan bau. Sensasi (sensation) terjadi ketika informasi berinteraksi dengan reseptor

sensoris mata, telinga, lidah, hidung, dan kulit. Sensasi pendengaran terjadi ketika

gelombang udara yang bergerak dikumpulkan oleh telinga luar dan ditransmisikan

melalui tulang telinga bagian dalam ke saraf pendengaran. Sensasi penglihatan terjadi

saat sinar cahaya kontak dengan mata, terfokus pada retina, dan ditransmisikan oleh

saraf optik ke pusat-pusat visual otak (Santrock, 2009).

Persepsi (perception) adalah interpretasi dari apa yang dirasakan. Gelombang

udara yang kontak dengan telinga dapat diinterpretasikan misalnya sebagai suara atau

bunyi. Energi fisik yang dikirimkan ke retina dapat ditafsirkan sebagai warna, pola,

atau bentuk tertentu, bergantung pada hal tersebut dirasakan (Santrock, 2009).

Perkembangan sensoris pada bayi dapat dilihat pada tabel 2.4 dan 2.5.

TABEL 2.4

TABEL PERKEMBANGAN VISUAL PADA BAYI

Usia Kemampuan

1 bulan Mata dan kepala bergerak bersama

2 – 4 bulan Menatap tangan


Mata mengikuti gerakan benda 1800side to side
Tertarik pada warna terang dan cahaya
Penglihatan meneropong
14

5 – 6 bulan Ada asosiasi antara sentuhan dan penglihatan


Menggunakan mata untuk eksplorasi
Menggunakan mata secara bebas tanpa gerakan kepala

9 - 12 bulan Mengikuti gerakan benda


Sumber (Bahan ajar Tumbang, 2016)

TABEL 2.5

TABEL PERKEMBANGAN AUDITORY DAN KOMUNKASI BAYI

Usia Kemampuan
1 bulan Mengoceh
2 bulan Melokalisir sumber suara
3 – 4 bulan Memutar kepala ke arah sumber suara
Tertarik pada suara
5 – 6 bulan Sensitif terhadap intonasi dan musik
Meniru bunyi suara
6 – 9 bulan Mendengarkan dengan serius
8 bulan Mengulang suku kata, misalnya: da-da-da
9 – 12 bulan Melokalisir suara tanpa melihat
Sumber (Bahan ajar Tumbang, 2016)

B. Delay Development
1. Pengertian Delay Development

Perkembangan yang terlambat (Delay Development) adalah ketertinggalan

secara signifikan pada fisik, kemampuan kognitif, perilaku, emosi, atau

perkembangan sosial seorang anak bila dibandingkan dengan anak normal seusianya.

Seorang anak dengan dengan delay development akan tertunda dalam mencapai satu

atau lebih perkembangan kemampuannya. Tumbuh kembang dikatakan terlambat jika


15

seorang anak tidak mencapai tahap pertumbuhan dan perkembangan yang diharapkan

pada umur yang semestinya, dengan ketertinggalan dalam populasi yang normal

(Sacker, 2011).

Menurut Depkes (2006) keterlambatan tumbuh kembang adalah kelainan

pada anak yang meliputi kelainan tumbuh dan kembang maupun keduanya. Setiap

penyimpangan atau hambatan terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan

dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang dan cacat.

2. Epidemiologi Delay Development

Subjek penelitian adalah pasien berusia kurang dari 5 tahun dengan

keterlambatan perkembangan umum tanpa penyakit penyerta, yang dinilai secara

retrospektif dari data rekam medis di Klink Khusus Tumbuh Kembang RSAB

Harapan Kita dari bulan Januari 2008 sampai dengan Desember 2009. Di antara 604

pasien baru di KKTK yang dievaluasi didapatkan 187 (30,9 %) pasien dengan

keterlambatan perkembangan umum, 93 kasus (49,7%) di antaranya mempunyai

sebab yang jelas kelainan kongenital, mikrosefali, makrosefali, epilepsi, gangguan

sensori integrasi, kejang demam, ensefalitis, cerebral palsy, hipotiroid kongenital,

sindrom down, riwayat asfiksia, dan ADHD. Sisanya 94 (50,3%) tanpa penyakit

penyerta, terdiri dari 62 (66%) laki-laki dan 32 orang perempuan

(Tjandrajani, et al, 2012).

3. Etiologi Delay Development


16

Etiologi delay development dapat disebabkan oleh: (Soetjiningsih, 1995)


a. Masa prenatal
Riwayat prenatal misalnya gizi ibu yang kurang akan mempengaruhi

perkembangan otak anak dan lingkungan yang tidak baik saat ibu mengandung akan

mempengaruhi keterlambatan perkembangan anak.


b. Masa natal
Riwayat kelahiran yang sulit dapat mengakibatkan trauma kepala akibat jalan

lahir, pada umumnya menghambat perkembangan. Kelahiran prematur juga memiliki

potensi perkembangan anak akan lebih lambat dari pada anak lahir normal.
c. Masa post natal

Adanya kelainan perilaku dipengaruhi oleh pola asuh orang tua, gizi anak dan

kurangnya stimulasi yang diberikan orang tua pada anak serta psikologis anak yang

akan mempengaruhi perkembangan gerak anak.

4. Patologi Delay Development

Delay Development disebabkan karena kurangnya suatu rangsangan. Padahal

rangsangan harus diberikan sedini mungkin dan sesering mungkin untuk

meningkatkan perkembangan agar lebih cepat berkembang dan lebih terarah

(Laurent & Reader, 2007).

Selain itu pada dasarnya bayi lahir mempunyai reflek primitif yang akan

menghilang pada usia tertentu, menetapnya reflek primitif pada usia tertentu

menunjukkan bahwa terjadi suatu gangguan perkembangan seperti keterlambatan

perkembangannya (Igan, 2014).


17

Keterlambatan perkembangan juga bisa disebabkan karena hipotonus otot

tubuh yang terlibat dan gangguan kontrol kepala. Dengan terganggunya kontrol

kepala maka akan berakibat pada gangguan yang selanjutnya, seperti kontrol gerak,

gangguan kontrol postur (Soetomenggali, 2000).

5. Gejala Klinis Delay Development

Adanya hypotonus otot, gangguan kontrol kepala dan anak belum mampu

melakukan gerak atau aktivitas sesuai dengan usia perkembangannya. Misalnya, anak

belum dapat mengontrol kepalanya dengan sempurna pada umur 24-28

minggu,merangkak atau mengesot dan ditarik ke posisi berdiri pada umur 52-56

minggu, berjalan sendiri atau ditetah pada umur 18-21 bulan (Soetomenggolo,2000).

6. Prognosis delay development

Prognosis anak pada delay development tergantung pada diagnosis yang

mendasari serta pengobatan sedini mungkin dan banyaknya stimulasi yang diberikan

serta dukungan dari orang tua. Semakin banyak stimulasi dan dukungan orang tua

yang diberikan kepada anak maka pertmbuhan dan perkembangan anak akan

semakin optimal.

C. Problematika Fisioterapi

Berdasarkan International clasification of function (ICF) problematik

fisioterapi dibagi menjadi tiga yaitu impairment, functional limitation, dan participan
18

restrcition. Problematika fisioterapi yang terjadi pada anak dengan kondisi Delay

Development adalah:

1. Impairment

Impairment merupakan gangguan kapasitas fisik yang berhubungan dengan

aktifitas fungsional dasar. Impairment yang biasa terjadi pada anak Delay

Development adalah (1) adanya hipotonus otot, (2) adanya gangguan kontrol kepala,

(3) gangguan kontrol gerak, dan (4) adanya refleks yang abnormal, (5) potensi terjadi

atrofi otot, (6) potensi unstable joint, (7) potensi terjadi gangguan keseimbangan.

2. Functional limitation

Functional limitation merupakan hambatan seseorang dalam melakukan

aktifitas fungsional dasar bagi dirinya sendiri. Functional limitation yang biasa terjadi

pada anak Delay Development adalah anak belum mampu duduk stabil, merangkak,

berdiri dan berjalan sesuai dengan usia perkembangannya.

3. Participan restrcition

Participan restrcition merupakan keterbatasan seseorang dalam melakukan

aktifitas dalam berinteraksi dengan teman-teman di lingkungan sekitar rumahnya.

C. Teknologi Intervensi
19

Teknologi intervensi fisioterapi yang digunakan untuk menangani anak Delay

Development dalam makalah ini adalah menggunakan metode neuro structure dan

terapi latihan.

1. Neuro structure

Neuro structure yaitu suatu intervensi dengan memberikan stimulasi sensoris

berupa taktil (seluruh tubuh) sebagai pintu utama semua rangsangan atau stimulus

yang masuk. Neuro structure bertujuan melatih proses persepsi, integrasi dan asosiasi

sensoris melalui aktivitas gerak, diharapkan dapat memperbaki sikap, perilaku gerak

dan sensory feedback sehingga anak dapat menjalankan fungsi dan tugas

perkembangan sesuai dengan tahanpan perkembangan. Selain itu pemberian stimulasi

juga bertujuan sebagai relaksasi dan meningkatkan hubungan antar pasien dan terapis

(Takarini, 2014).

Stimulasi neuro structure berupa: (1) sensory motor reflek stimulation, yaitu

stimulasi taktil, stimulasi bintang, stimulasi ekstremitas, (2) latihan gerak fasilitasi,

yaitu trunk, shoulder, pelvic, ekstremitas (Takarini, 2014).

a. Stimulasi taktil

Stimulasi taktil yaitu berupa usapan untuk melancarkan sirkulasi darah dan

memberi efek nyaman. Bertujuan untuk: (1) memberikan rasa (kinestetik) pada anak

mengenai panjang, ukuran dan batasan tubuhnya, (2) mengembangkan kesadaran

anak mengenai hubungan antar titik tengan dari tubuh dan anggota badan, (3)

mengenalkan anak pada struktur tubuhnya, (4) memungkinkan anak membedakan


20

bagian tubuhnya, (5) mengembangkan identifikasi anak mengenai tubuhnya sebagai

bentuk fisik dirinya, (6) rileksasi tendon guard reflex (Masgutova, 2004).

b. Stimulasi bintang

Stimulasi bintang mengajarkan titik tengah tubuh, yaitu berada di umbilicus

pada saat posisi terlentang, dan pada vertebra lumbal II saat tengkurap. Selain itu

stimulasi bintang bertujuan untuk (1) mengaktifkan stretegi pertama dalam

pengembangan gerak yaitu di pusar, (2) menstimulasi sistem sensoris pada hip dan

shoulder, (3) menyadarkan anak pada struktur segmental tubuhnya. Sedangkan pada

saat gerak melingkar tubuh bertujuan untuk: (1) menstimulasi diafragma, (2)

menstimulasi propioceptif sistem, (3) menstimulasi sistem pencernaan (Masgustova,

2004).

c. Stimulasi ekstremitas

Stimulasi ini diberikan pada kedua ekstremitas atas dan bawah. Bertujuan

untuk melancarkan sirkulasi darah, mengenalkan anak pada struktur tubuhnya,

menstimulasi tendon guard reflex. Macam stimulasi antara lain (1)stimulasi angka

satu, (2) stimulasi angka delapan, (3) picking up, (4) contract stretch ekstremitas.

d. Latihan gerak
1) Shoulder girdle

Latihan gerak shoulder girdle dilakukan pada posisi miring dengan pola

elevasi, depresi, fleksi, ekstensi, upward, dan downward. Tujuan dari pemberian

shoulder girdle untuk melatih gerakan pada sendi bahu. Dimulai dari bahu kanan lalu

bahu kiri.
21

2) Trunk

Latihan gerak trunk dilakukan pada posisi duduk, dengan pola gerakan fleksi-

ekstensi, rotasi dan side fleksi. Bertujuan untuk melatih gerakan pada tubuh.

3) Pelvic tilting

Latihan gerak pelvic tilting dilakukan pada posisi tidur terlentang dan

tengkurap, dengan pola gerakan upward dan downward. Bertujuan untuk

meningkatkan fleksibilitas panggul.

2. Patterning
Metode Glenn Doman juga bisa diaplikasikan pada anakanak delay

development atau anak berkebutuhan khusus yang lain. Prinsipnya adalah membentuk

“patterning” sesuai tahap perkembangan anak. Latihan yang dilakukan juga

mengajarkan anak tentang gerakan yang benar, dengan pengulangan gerakan

sebanyak mungkin dan sesering mungkin, sehingga anak mudah melakukan asosiasi

persepsi dan gerakan tersebut bisa tersimpan di memori otak dengan baik.
Latihan dapat berupa stimulasi sensoris-gerak. Semakin kognitifnya tidak

terganggu semakin baik fungsinya untuk menyimpan memori. Dalam metode ini

tidak ada stretching. Terapi repatterning merayap dilakukan pada posisi tengkurap,

kemudian dilatih merayap paling tidak sampai 500 kali, terapis jangan melakukan

sendirian karena untuk tangan dan kaki bersamaan. Latihan ini bisa dikombinasi

antara lain latihan mobilisasi (trunk: rotasi, fleksi, ekstensi), latihan pada posisi tidur

miring; latihan shoulder (glenohumeral), kemudian mobilisasi scapula, tungkai (saat

mobilisasi tungkai dalam posisi miring, tubuhnya harus tetap lurus), latihan
22

patterning merayap (merayap di tempat, tidak berpindah tempat), posisikan

merangkak, maka kita rangkakkan, bisa berpindah tempat.


3. Terapi latihan

Terapi latihan adalah salah satu modalitas yang digunakan fisioterapis untuk

memperbaiki dan meningkatkan kesehatan pasien dengan kondisi muskuloskeletal

dengan sasaran akhir memperbaiki gerak dan fungsi (Kisner, 1990).

Prinsip terapi latihan berhubungan dengan tujuan perbaikan kontrol motorik,

bahwa kontrol motorik akan berkembang dari reflek-reflek dasar pada bayi yang

secara bertahan dimodifikasi melalui stimulus sensoris hingga dicapai kontrol yang

lebih tinggi dengan gerakan yang disadari dan fungsional.sehingga jika diaplikasikan

stimulus sensoris yang benar pada reseptor yang tepat akan merangsang proses

perkembangan dari gerakan yang bersifat reflek kegerakan yang terkontrol (Rood,

1960).

Terapi latihan meliputi : (1) Kontrol inhibisi yaitu penyesuaian aktif dari anak

yang diberikan RIP (Reflex Inhibiting Postures) menyebabkan perubahan aktivitas

seluruh tubuh akibat normalisasi tonus postural, (2) Fasilitasi untuk memelihara,

mengamankan kualitas tonus yang normal yang diperoleh dengan inhibisi, (3)

Stimulasi untuk menaikkan tonus sikap reflex dan pengaturan fungsi otot yang

berbalasan, (4) Key point of control terutama proksimal-kepala, bahu, pelvis) dimana

pola abnormal dapat dikendalikan (menghambat), dan kekutan dan distribusi tonus

postural dapat dipengaruhi sementara pada saat yang sama waktu pola pergerakan

normal bisa difasilitasi atau teknik khusus stimulasi dapat digunakan.


23

Berikut adalah terapi latihan yang dapat diberikan pada anak Delay

Development:

a. Latihan untuk bayi usia 0-3 bulan


Latihan untuk bayi usia 0-3 bulan adalah latihan yang difokuskan pada

mengangkat kepala dan latihan menahan kepala tetap tegak. Latihan berikutnya

adalah head approximation in prone, latihan ini bertujuan untuk membantu anak

menegakkan kepala. Selanjutnya arm approximation prone over roll, latihan ini

bertujuan untuk penguatan otot-otot leher dan otot-otot punggung untuk kontrol

kepala yang lebih baik..

Latihan menahan kepala tetap tegak yang pertama adalah arm position for

head extension. Latihan berikutnya adalah prone, weight bearing on arm with

approximation bertujuan untuk menguatkan leher dan punggung agar kontrol kepala

lebih baik.

b. Latihan untuk anak usia 3-6 bulan

Latihan yang dilakukan pada bayi usia 3-6 bulan difokuskan pada

mempertahankan menahan kepala tetap tegak seperti usia 0-3 bulan, ditambah dengan

latihan berguling, latihan mengembangkan kontrol terhadap kepala, dan latihan

duduk.
Latihan berguling dapat dilakukan dengan memanfaatkan refleks neck

righting. Latihan mengembangkan kontrol kepala adalah dengan pull to sit bertujuan

agar anak mampu menahan kepalanya agar tetap tegak. Latihan duduk adalahprone
24

to sit, bertujuan membantu anak melakukan gerakan ke arah duduk, menumpu berat

pada lengan dan memfasilitasi rotasi trunk.

Latihan berikutnya tilting on roll forward and back for trunkdantilting on

roll sideways for trunk.Latihan ini bertujuan untuk mengembangkan kontrol

trunk.Selanjutnya latihan tilting on ball for trunk (control from front). Latihan ini

bertujuan untuk meningkatkan kontrol trunk pada saat tilting.

c. Latihan untuk bayi usia 6-9 bulan

Pada bayi dengan usia 6-9 bulan latihan menyangga berat, mengembangkan

kontrol terhadap kepala dan latihan duduk tetap dilakukan, ditambah dengan latihan

merangkak, latihan menarik ke posisi berdiri, latihan berjalan berpegangan dan

berjalan dengan bantuan.

Latihan merangkak bertujuan agar anak mampu merangkak secara mandiri.

Latihan berdiri dissociation of legs and heel pressure bertujuan untuk menguatkan

otot-otot tungkai. Latihan dilanjutkan dengan latihan jalan dengan pegangan terapis

pada tangan anak.

d. Latihan pada bayi dengan usia 9-12 bulan


Latihan pada bayi berusia 9-12 bulan berupa latihan merangkak, latihan

menarik ke posisi berdiri, latihan berjalan berpegangan dan berjalan dengan bantuan

seperti yang dilakukan pada anak usia 6-9 bulan ditambah latihan menendang,

berjalan sendiri.
4. Massage
Massage merupakan terapi sentuh tertua yang dikenal manusia dan yang

paling popular. Masasage merupkam seni perawatan kesehatan pada anak dengan
25

terapi sentuh dengan teknik-teknik tertentu sehingga manfaat pengobatan dan

kesehatan tercapai. Banyak penelitian menunjukkan bahwa pemijatan pada bayi

memberikan manfaat sangat besar pada perkembangan bayi, baik secara fisik maupun

emosional, dapat juga merangsang peningkatan aktivitas nervus vagus yang akan

menyebabkan pennyerapan lebih baik pada system pencernaan sehingga anak akan

cepat lapar.
Dari beberapa studi menjelaskan mekanisme dasar massage antara lain

beta endorphin yang release akan mempengaruhi mekanisme pertumbuhan,

menurunkan kadar hormone stress dan meningkatkan kadar serotonin juga

meningkatkan jumlah dan sitotositas dari system imunitas, serta meningkatkan

konsentrasi bayi
Pelaksanaannya yaitu diawali dari kaki dengan gerakan (1) perahan cara

india, (2) usapan telapak kaki, (3) usapan jari-jari, (4) tekan-tekan pada telapak kaki,

(5) usap pada punggung kaki, (6) gerakan menggulung dari bawah ke atas. Teknik

pada perut dan dada meliputi (1) usapan dari perut atas ke bawah, (2) gerakan

matahari seperti gerakan lingkaran di perut, (3) gerakan “I L U” untuk

pencernaannya, (4) gerakan gelembung pada perut, (5) gerapan kupu-kupu silang

dada. Teknik pada lengan meliputi (1) usapan dari lengan atas sampai jari-jari, (2)

membuka tangan, (3) usapan pada jari-jari, (4) usapan pada punggung tangan, (5)

menggulung dari bawah ke atas. Teknik bagian punggung meliputi (1) gerakan maju

mundur, (2) usapan dari atas ke bawah, (3) gerakan melingkar , (4) gerakan

menggaruk dari atas ke bawah.


26

D. Alat Ukur

1. Pemeriksaan Sensoris

Bayi dapat mengetahui rasa dari permukaan apakah lembut atau kasar dari

hasil informasi yang datang melalui indra penglihatan, pendengaran, sentuhan, rasa,

dan bau. Sensasi (sensation) terjadi ketika informasi berinteraksi dengan reseptor

sensoris mata, telinga, lidah, hidung, dan kulit.

Berikut adalah tabel pemeriksaan sensoris:

TABEL 2.6

PEMERIKSAAN SENSORIS PADA BAYI

No Pemeriksaan Nilai
1. Visual
2. Touch
3. Taktil
4. Auditori
5. Propioseptiv
6. Vestibular
7. Taste
8. Smell

KETERANGAN NILAI:
0 = Tidak berfungsi
1 = Ada gangguan
2 = Normal

2. Pemeriksaan Reflek

Pemeriksaan ditujukan untuk mengetahui perkembangan saraf anak. Reflek

primitif mempunyai pusat di medulla spinalis dan batang otak. Reflek dibagi menjadi
27

4 tingkatan yaitu tingkat spinal, brainstem, mid-brain dan cortical

(Soetomenggolo, 2000).

TABEL 2.7

TABEL LEVEL REFLEKS

Spinal Level Brain Stem Level Midbrain Level Cortical Level

Flexor Withdrawl ATNR Neck Righing Supine

Extensor Thrust STNR Body Righting Prone

Crossed Tonic Labyrinthine Kneeling


Extension Labyrinthine Righting on the Sitting
Supine & Prone Head Standing
Positif & Negatif Optical Righting
Supporting
Reaction

3. Pemeriksaan Kekuatan Otot

Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan Manual Muscle Testing

(MMT), dengan penilaian sebagai berikut:

5 : Dapat bergerak aktif daan melawan tahanan maksimal

4 : Dapat bergerak aktif daan melawan tahanan minimal

3 : Dapat bergerak aktif melawan gravitasi

2 : Dapat bergerak aktif tanpa melawan gravitasi

1 : Teraba adanya kontraksi otot


28

0 : Tidak ada kontraksi otot

4. Pemeriksaan Denver Development Screaning Test (DDST)

DDST merupakan salah satu dari metode skrining terhadap kelainan

perkembangan anak. Tujuannya adalah untuk mengetahui dan mengikuti proses

perkembangan anak dan untuk mengatasi secara dini bila ditemukan kelainan

perkembangan. Aspek yang dinilai dikelompokkan menjadi 4 sektor yaitu :


a. Sektor personal sosial

Sektor persoanal sosial merupakan aspek yang berhubungan dengan

kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.

b. Sektor gerakan motorik halus

Sektor gerakan motorik halus merupakan aspek yang berhubungan dengan

kemampuan anak untuk mengamati sesuatu serta melakukan kegiatan yang

melibatkan gerakan-gerakan tubuh tertentu yang dilakukan otot-otot kecil tetapi

memerlukan koordinasi yang cermat.

c. Sektor bahasa

Sektor bahasa merupakan kemampuan untuk memberikan reflek terhadap

suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan.

d. Sektor gerakan motorik kasar

Sektor gerakan motorik kasar merupakan aspek yang berhubungan dengan

pergerakan dan sikap tubuh dan biasanya memerlukan tenaga karena dilakukan otot-

otot besar
29

Anda mungkin juga menyukai