Anda di halaman 1dari 4

Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja bidang Teknisi dan Penyelia Lift

yang diselenggarakan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi provinsi DKI
Jakarta.
Keselamatan dan Kesehatan kerja adalah hak setiap tenaga kerja dalam melakukan
pekerjaan serta setiap orang lainnya yang berada dalam lingkungan kerja seperti
tertuang sepenuhnya dalam Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja.
Khusus untuk lingkungan kerja yang berhubungan dengan lift, UU No.1 tahun 1970
dalam hal ini menyebutkan pada Bab II pasal 2 ayat (2) huruf f “dilakukan
pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di daratan, melalui terowongan,
di permukaan air, dalam air, maupun di udara;”. Kemudian syarat-syarat
keselamatan lift pengangkut orang dan barang diatur dalam
Permen no.03/Men/1999.
Berikut ini Undang-Undang dan peraturan yang mengatur penyelenggaraan lift:
• UU No.1 tahun 1970, tentang persyaratan keselamatan kerja
• PP No.23 tahun 2004, tentang Badan Nasional Sertifikasi Profesi
• Permen No.03/MEN/1978, tentang penunjukan dan kewenangan Ahli K3
• SNI-1718-1989, tentang pemeriksaan dan pengujian lift
• Permen No.03/MEN/1995, tentang syarat-syarat penunjukan Perusahaan jasa K3
(PJK3)
• Permen No.03/MEN/1998, tentang tata cara pelaporan kecelakaan kerja
• Permen No.03/MEN/1999, tentang syarat-syarat keselamatan lift pengangkut
orang dan barang
• Permen No.407/BW/1999, tentang persyaratan teknisi lift
• Permen No.07/MEN/2006, tentang ijin mempekerjakan tenaga kerja Asing (IMTA)
Hal-hal yang perlu diperhatikan keselamatan dan kesehatan dalam lingkungan kerja
lift adalah:
• Perencanaan
Dalam tahap perencanaan, pengawasan dilakukan pada saat penyerahan gambar
rencana. lebih ditekankan pada fungsi dan kegunaan lift tersebut sesuai dengan
perhitungan traffic analysis yaitu perhitungan jumlah, kapasitas dan kecepatan lift
dalam suatu gedung yang disesuaikan dengan jumlah dan populasi pengguna.
sedangkan gambar rencana meliputi gambar konstruksi lengkap dengan detailnya,
perhitungan konstruksi, spesifikasi dan sertifikasi material
(Permen No.03/MEN/1999 Bab III Pasal 24 ayat (2)dan (4)).

• Pemasangan
Tahap pemasangan, tahap assembling dari semua peralatan yang telah
direncanakan dan diproduksi sesuai gambar rencana. Yang perlu diperhatikan
dalam tahapan ini adalah:
• Dipasang oleh perusahaan yang memiliki surat ijin instalatur
• Memiliki surat ijin pemasangan
• Pemasangan diawasi oleh supervisor yang kompeten dan memiliki SIO (Surat Ijin
Operasi) penyelia pengawas pemasangan lift
• Pemasangan dilaksanakan oleh teknisi yang memiliki SIO adjuster.
• Dilaksanakan pemeriksaan dan pengujian oleh perusahaan riksa uji (PJK3 Riksa
Uji) dan disahkan oleh pengawas yang ditunjuk sebelum pesawat tersebut dipakai.
• Pengoperasian
Setelah pesawat lift selesai dipasang dan telah memiliki surat ijin pemakaian lewat
serangkaian riksa uji, maka pesawat lift tersebut layak untuk digunakan. berikut ini
hal-hal yang perlu dilaksanakan agar pengoperasian pesawat lift dapat berjalan
dengan baik dan aman (setiap saat).
• Pengoperasian dikelola dan diawasi oleh teknisi yang kompeten dan memiliki SIO
sebagai penyelia pengawas operasi lift.
• Dipergunakan dan dioperasikan dengan benar
• Dirawat dan diperbaiki secara benar oleh teknisi yang kompeten dan memiliki SIO
perawatan dan perbaikan
• Memiliki manajemen kondisi darurat

Demikian kira-kira sedikit pembahasan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja


dalam lingkungan kerja Lift.
POTENSI BAHAYA LIFT
Sistem pengawasan lift diatur dalam Permen 03/99 karena lift digunakan untuk
mengangkut orang dan barang. Lift adalah sarana transfortasi vertical, dengan
tenaga penggerak motor listrik dan dikendalikan secara otomatik melalui system
control elektrik. Sangkar lift menggantung pada tali baja, disisi sebelahnya
menggantung bobot imbang (counter wight) agar motor (M) bekerja ringan. Sangkar
dan bobot imbang bergerak naik- turun mengikuti rel Lift dilengkapi beberapa alat
pengaman (safety device) yang bekerja otomatik.
Gambar 8
Konstruksi Lift
Pengaturan system kerja lift antara lain: Pintu sangkar lift akan membuka atau
menutup otomatik bersama pintu pada lantai pemberhentian. Pintu hanya akan
membuka setelah sangkar berhenti sempurna, dan sangkar akan mulai bergerak
naik/turun setelah pintu menutup sempurna. Apabila sangkar berjalan melampaui
kecepatan tertentu, rem pengaman akan bekerja otomatik.
Jenis-jenis bahaya yang mungkin dapat terjadi antara lain:
a. Apabila ada gangguan suplai daya listrik, lift akan berhenti dan penumpang lift
tidak dapat keluar tanpa dibantu dari luar ;
b. Apabila terjadi kegagalan pada system kontrolnya;
c. Apabila tali baja putus dan rem tidak berfungsi; dll

PENGENDALIAN K3 LIFT
Dasar Pertimbangan teknis penetapan Peraturan K3 Lift (Menteri Tenaga Kerja No
Per 03/Men/1999) adalah bahwa Pesawat Lift dinilai mempunyai potensi bahaya
tinggi. Pasal 25. Pengurus yang membuat, memasang, memakai pesawat lift dan
perubahan teknis maupun administrasi harus mendapat ijin dari Menteri atau pejabat
yang ditunjuknya.
Pasal 24 Ayat (1). Pembuatan dan atau pemasangan lift harus sesuai dengan
gambar rencana yang disahkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk. Pasal 24
Ayat (2). Dokumen perencanaan:
a. Gambar konstruksi lengkap
b. Perhitungan kontruksi
c. Spesifikasi dan sertifikasi material

Pasal 24 Ayat (3). Proses pembuatannya harus memenuhi SNI atau Standar
internasional yang diakui. Sedangkan pasal 24 Ayat (4). Ijin pemasangan lift:
a. Gambar rencana pemasangan lift terdiri :
b. Denah ruang mesin dan peralatannya
c. Konstruksi mesin dan penguatannya
d. Diagram instalasi listrik
e. Diagram pengendali
f. Rem pengaman
g. Bangunan ruang luncur dan pintu-pintunya
h. Rel pemandu dan penguatannya
i. Konstruksi kereta
j. Governor dan peralatannya
k. Kapasitas angkut, kecepatan, tinggi vertical
l. Perhitungan tali baja
Pasal 30 Ayat (1). Pemeriksaan dan Pengujian Lift, setiap lift sebelum dipakai harus
diperiksa dan diuji sesuai standar uji yang ditentukan

Kesimpulan:

1. K3 dibidang listrik, meliputi pengawasan terhadap tiga aspek yaitu sumber listrik
sampai kepemakaian termasuk kontrol lift, dan instalasi penyalur petir, mulai dari
tahapperancangan, pemasangan dan pemanfaatannya.
2. Obyek pengawasan instalasi listrik adalah mencakup semua jenis pusat
pembangkit listrik. Semua gardu listrik dan setiap tempat kerja yang menggunakan
listrik.
3. Pengawasan K3 listrik, lift dan system proteksi petir, pada dasarnya mengawasi
pelaksanaan syarat-syarat K3, baik secara administratif ketentuan teknik dan
disesuaikan dengan standar yang berlaku,bertujuan untuk menjamin kehandalan
dan keamanan operasi.

SUMBER :

1. Departemen Tenaga Kerja Dan Transmigrasui RI, Himpunan Peraturan


Perundang Undangan Keselelamatan Dan Kesehatan Kerja, Jakarta 2008.
2. Yayasan PUIL, Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000, Jakarta, 2000.
3. Departemen Tenaga Kerja Dan Transmigrasui RI, Pengawasan K3 Listrik.

4. http://blogtukanglistrik.blogspot.com/2009/08/keselamatan-dan-kesehatan-kerja-
lift.html

Anda mungkin juga menyukai