KABUPATEN BANDUNG
2008-2025
2007
KATA PENGANTAR
(Ringkasan Eksekutif)
A. PENDAHULUAN
Secara filosofis tanggungjawab pendidikan melekat pada keluarga,
masyarakat dan pemerintah. Dalam kontek rumah tangga negara
pendidikan merupakan hak setiap warga negara, maka di dalamnya
mengandung makna bahwa negara berkewajiban memberikan layanan
pendidikan kepada warganya. Karena itu pengelolaan sistem
pembangunan pendidikan harus didesain dan dilaksanakan secara
bermutu, efektif dan efisien. Pelayanan pendidikan harus berorentasi pada
upaya peningkatan akses pelayanan yang seluas-luasnya bagi warga
masyarakat. Dalam konteks inilah Pemerintah Kabupaten Bandung
memiliki kewajiban dan tugas dalam memberikan pelayanan
pembangunan pendidikan bagi warganya sebagai hak warga yang harus
dipenuhi dalam pelayanan pemerintahan. Demikian pula bahwa
pembangunan pendidikan di Kabupaten Bandung merupakan fondasi
untuk melaksanakan pembangunan dalam berbagai bidang lainnya
mengingat secara hakiki upaya pembangunan pendidikan adalah untuk
membangun potensi manusianya yang kelak akan menjadi pelaku
pembangunan diberbagai bidang pembangunan lainnya.
Dalam setiap upaya pembangunan, penting untuk senantiasa
mempertimbangkan karatkteristik dan potensi setempat. Dalam kontek ini,
masyarakat Kabupaten Bandung yang mayoritas suku Sunda memiliki
potensi, budaya dan karakteristik tersendiri. Secara sosiologis-antropologis
falsafah kehidupan masyarakat Sunda yang telah diakui mengandung
makna yang mendalam adalah Cageur, Bageur, Bener, Pinter, Singer.
Dalam kaitan ini filosofis tersebut harus dijadikan pedoman dalam
mengimplementasikan setiap rencana pembangunan termasuk dibidang
pendidikan. Cageur mengandung makna sehat jasmani dan rohani.
Bageur berperilaku baik, sopan santun, ramah tamah bertatakrama. Bener
yaitu jujur, amanah, penyayang dan taqwa. Pinter artinya memiliki ilmu
pengetahuan. Singer artinya kreatif dan inovatif. Sebagai sebuah upaya
untuk mewujudkan falsafah tersebut maka ditempuh pendekatan social
cultural heritage approach. Melalui pendekatan ini diharapkan akan lahir
peran aktif masyarakat dalam pembangunan pendidikan yang digulirkan
pemerintah.
Apa yang tersurat dan tersirat dalam pasal 31 UUD 1945 diperjelas
dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, menyatakan bahwa “pendidikan nasional berfungsi
Ringkasan Eksekutif 1
Badan Perencanaan Daerah
Master Plan Pendidikan
Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-
2008-2025
Kebupaten Bandung, 2007
Ringkasan Eksekutif 2
Badan Perencanaan Daerah
Master Plan Pendidikan
Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-
2008-2025
Kebupaten Bandung, 2007
Ringkasan Eksekutif 4
Badan Perencanaan Daerah
Master Plan Pendidikan
Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-
2008-2025
Kebupaten Bandung, 2007
kearifan lokal, budi pekerti, kecakapan hidup teknologi dasar yang sesuai
dengan karakteristik jalur, jenis dan jenjang satuan pendidikan.
Dalam garis kebijakan nasional seiring dengan diterbitkanya PP
Nomor 19 tahun 2004, tentang Standar Nasional Pendidikan, maka target
pelayanan pembangunan pendidikan saampai Tahun 2025 dipola dalam
4 tahap, yaitu: (1) Tahun 2006-2010 peningkatan kapasitas dan
modernisasi; (2) Tahun 2011-2015 penguatan pelayanan; (3) Tahun 2016-
2020 mencapai daya saing regional; dan (4) Tahun 2021-2025 mencapai
daya saing internasional.
Untuk mewujudkannya minimal dibutuhkan kondisi: Pertama,
diperlukan daya tampung yang seimbang dengan populasi penduduk
pada setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan; Kedua, masyarakat harus
memiliki kemampuan untuk menyekolahkan anaknya; Ketiga, komitmen
sepenuh hati pemerintah dalam melaksanakan pendidikan untuk semua
(education for all) termasuk membantu kesulitan-kesulitan yang dihadapi
masyarakatnya, karena tidak dapat dipungkiri bahwa pada umumnya
semakin tinggi jenjang pendidikan semakin besar biaya pendidikan yang
dibutuhkan. Peranan pemerintah adalah membangun akses yang luas
kepada seluruh warga agar dapat memperoleh pelayanan pendidikan
tanpa terkecuali.
C. AGENDA PENDIDIKAN TAHUN 2008-2025
Untuk menyusun agenda pembangunan pendidikan yang
dituangkan dalam prioritas program diperlukan kesepahaman tentang
substansi, proses dan konteks kelembagaan pendidikan yang menjadi
kewenangan pemerintah daerah untuk mengurusnya.
Secara substantif, pembangunan pendidikan di Kabupaten
Bandung akan berkenaan dengan tugas-tugas pengelolaan dalam
bidang: (1) pengembangan dan implementasi kurikulum; (2) pengelolaan
peserta didik; (3) pengelolaan ketenagaan; (4) pengelolaan tanah,
bangunan/gedung/sarana/prasarana dan fasilitas serta sumber belajar;
(5) pengelolaan anggaran dan pembiayaan pendidikan; (6) pengelolaan
kerjasama kelembagaan pendidikan dengan masyarakat; (7)
pengelolaan bidang-bidang khusus lainnya yang sesuai dengan jenis dan
karakteristik kelembagaan pendidikan.
Pemahaman tentang proses-proses pendidikan di Kabupaten
Bandung akan berkenaan dengan serangkaian prosedur manajerial,
antara lain: (1) proses pembuatan keputusan yang dituangkan dalam
bentuk-bentuk produk kebijakan; (2) proses perencanaan yang disertai
dengan dokumen-dokumen rencana dan program; (3) pengorganisasian
dan mengkomunikasikan program-program pendidikan; (4) pelaksanaan,
pengendalian dan evaluasi program pendidikan; (5) pelaporan dan
tindak lanjut dari setiap pencapaian program pendidikan.
Ringkasan Eksekutif 6
Badan Perencanaan Daerah
Master Plan Pendidikan
Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-
2008-2025
Kebupaten Bandung, 2007
Ringkasan Eksekutif 7
Badan Perencanaan Daerah
Master Plan Pendidikan
Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-
2008-2025
Kebupaten Bandung, 2007
D. REKOMENDASI
Master Plan ini hanyalah gambaran dari suatu keinginan, cita-cita
dan harapan yang dikemas dalam bentuk rencana jangka panjang.
Master Plan ini dapat dijadikan sebagai pedoman dan arah bagi para
pengelola pendidikan dalam melaksanakan pembangunan pendidikan di
Kabupaten Bandung, baik pengelola pada tingkat satuan pendidikan,
maupun pengelola pada tingkat Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
dan pemangku kepentingan lainnya yang terkait dalam Pembangunan
Pendidikan di Kabupaten Bandung. Namun sebaliknya, Master Plan
Pendidikan ini akan menjadi sebuah dokumen yang tidak akan
memberikan makna apa-apa, jika tidak ditindaklanjuti dengan
pelaksanaannya.
Kebijakan dan program sebagaimana terurai dalam Tabel 1
merupakan bidang garapan yang perlu dilaksanakan dalam
pembangunan pendidikan dan kebudayaan di Kabupaten Bandung.
Dalam pelaksanaannya akan banyak dipengaruhi oleh tarik-menarik dan
konfigurasi sistem pembagian kekuasaan dan kewenangan antara
pemerintah pusat, pemerintah Provinsi Jawa Barat, dan pemerintah
Kabupaten Bandung. Ada bidang garapan yang menjadi kewenangan
pemerintah pusat, ada bidang garapan yang menjadi kewenangan
pemerintah provinsi, dan ada bidang garapan yang sepenuhnya menjadi
urusan Pemerintah Kabupaten Bandung. Namun demikian, bagi
masyarakat Kabupaten Bandung, tidak terlalu mempersoalkan bidang
garapan yang menjadi kewenangan untuk melaksanakannya, yang
paling penting ialah seluruh bidang garapan pendidikan dapat
dilaksanakan sesuai dengan peruntukannya.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini Tim Perumus memandang
perlu memberikan rekomendasi, bahwa:
1. Kebijakan dan program, merupakan bidang garapan yang perlu
dilaksanakan dalam pembangunan pendidikan dan kebudayaan di
Kabupaten Bandung. Dalam pelaksanaannya akan banyak
dipengaruhi oleh tarik-menarik dan konfigurasi sistem pembagian
kekuasaan dan kewenangan antara pemerintah pusat, pemerintah
Provinsi Jawa Barat, dan pemerintah Kabupaten Bandung. Ada
bidang garapan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat, ada
bidang garapan yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi, dan
ada bidang garapan yang sepenuhnya menjadi urusan Pemerintah
Kabupaten Bandung. Namun demikian, bagi masyarakat Kabupaten
Bandung, tidak terlalu mempersoalkan bidang garapan yang menjadi
kewenangan untuk melaksanakannya, yang paling penting ialah
Ringkasan Eksekutif 8
Badan Perencanaan Daerah
Master Plan Pendidikan
Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-
2008-2025
Kebupaten Bandung, 2007
Ringkasan Eksekutif 1
Badan
Perencanaan Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-
2008-2025
Daerah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Amanat konstitusi mengenai peningkatan mutu pendidikan
tercantum dalam UUD 1945, pasal 28C ayat (1), bahwa setiap
orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan
memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni
dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi
kesejahteraan umat manusia;
Pasal 31 menyatakan bahwa (1) setiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan; (2) Setiap warga negara wajib
mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya;
(3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka menghidupkan
kecerdasan bangsa; (4) Negara memprioritaskan anggaran
pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari anggaran
pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan
dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan
pendidikan nasional; serta (5) pemerintah memajukan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai
agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta
kesejahteraan umat manusia.
Apa yang tersurat dan tersirat dalam pasal 31 UUD 1945
diperjelas dalam UU.No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berahlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggungjawab.
Pemerintah telah menjabarkan mengenai rencana
pembangunan jangka panjang yang telah ditetapkan untuk
periode 2005-2025, antara lain: periode 2005-2010 ditargetkan untuk
meningkatkan kapasitas dan modernisasi guna terciptanya insan
Indonesia yang cerdas dan kompetitif dalam tataran masyarakat
Bab I : Pendahuluan 1
Badan
Perencanaan Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-
2008-2025
Daerah
Bab I : Pendahuluan 2
Badan
Perencanaan Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-
2008-2025
Daerah
Bab I : Pendahuluan 3
Badan
Perencanaan Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-
2008-2025
Daerah
Bab I : Pendahuluan 4
Badan
Perencanaan Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-
2008-2025
Daerah
B. Tujuan
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka Master Plan
Pendidikan Kabupaten Bandung secara khusus bertujuan, sebagai
berikut:
1. Menyusun dokumen Rencana Induk (Master Plan) Pendidikan
Tahun 2008-2025 sebagai acuan/pedoman bagi para
pemangku kepentingan di bidang pendidikan dalam rangka
pembangunan Sumber Daya Manusia yang memiliki ilmu
pengetahuan dan teknologi (cerdas), serta berdaya saing
yang berlandaskan Iman dan Taqwa (IMTAK). Dokumen
tersebut dapat menjadi arah kebijakan dan rencana
implementasi bidang pendidikan di Kabupaten Bandung
berdasarkan strategi dan rekomendasi yang diperoleh dari
hasil analisis berupa isu prioritas, indikasi program, kegiatan
dan sasaran dan indikator keberhasilan yang diharapkan
dalam pembangunan bidang pendidikan.
2. Memberikan pedoman dan arah dalam meningkatkan
koordinasi seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan
pemangku kepentingan lainnya yang terkait dalam
Pembangunan Pendidikan.
Bab I : Pendahuluan 5
Badan
Perencanaan Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-
2008-2025
Daerah
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan penyusunan Master Plan Pendidikan
di Kabupaten Bandung ini meliputi:
1. Analisis tentang existing condition tentang pembangunan
pendidikan di Kabupaten Bandung sampai Tahun 2007, yang
mencakup: (a) Penyelenggaran pendidikan prasekolah di
jalur formal dan nonformal; (b) Penyelenggaraan pendidikan
dasar di jalur formal dan nonformal; (c) Penyelenggaraan
pendidikan menengah di jalur formal dan nonformal;
2. Analisis tentang tujuan dan sasaran pembangunan
pendidikan di Kabupaten Bandung sampai Tahun 2025.
3. Analisis tentang strategi manajemen untuk setiap substansi,
proses, dan konteks pembangunan pendidikan di Kabupaten
Bandung sampai Tahun 2025.
4. Program prioritas yang perlu dikembangkan pada setiap
periode pembangunan di Kabupaten Bandung sampai
Tahun 2008-2025, yang mencakup:
a. Peningkatan pemerataan pendidikan pada setiap jenis,
jenjang dan jalur pendidikan yang perlu ditanggulangi
sampai Tahun 2025.
b. Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing pendidikan
sampai tahun 2025.
c. Peningkatan kualitas tatakelola, akuntabilitas dan
pencitraan publik dalam penyelenggaraan pembangunan
pendidikan sampai tahun 2025.
E. Sumber Data
Bab I : Pendahuluan 6
Badan
Perencanaan Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-
2008-2025
Daerah
G. Unit Analisis
Unit analisis bagi kepentingan penyusunan Master Plan
Pendidikan di Kabupaten Bandung meliputi: (1) Unsur Kepala
Daerah dan DPRD; (2) Unsur Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
seperti Badan Perencanaan Daerah, Dinas Pendidikan, Dinas
Tenaga Kerja, Dinas Kependudukan, dan SKPD terkait lainnya; (3)
Unsur Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah; (4) Unsur Pelaku
Bab I : Pendahuluan 7
Badan
Perencanaan Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-
2008-2025
Daerah
H. Kerangka Analisis
Produk akhir dari serangkaian langkah kegiatan ini adalah
Rumusan Master Plan Pembangunan Pendidikan di Kabupaten
Bandung untuk lima tahun ke depan (2008-2015). Fungsinya, akan
dijadikan dokumen akademik dan dokumen yuridis bagi
Pemerintah Daerah dan pengelola pendidikan di Kabupaten
Bandung dalam melaksanakan pembangunan pendidikan yang
menjadi kewenangannya. Karena itu, untuk tujuan tersebut,
dilakukan serangkaian uji-validasi tentang format dan isi dokumen
tersebut dengan stakeholders dan pemangku kepentingan
pembangunan pendidikan di Kabupaten Bandung.
Secara skematis, kerangka analisis pelaksanaan kegiatan
penyusunan master plan ini, diilustrasikan pada gambar berikut:
Tuntutan
Peningkatan Mutu
Pendidikan
Kurikulum, Inprastruktu
Ketenaga r Sosek
an, Sarana Masyarakat
Gambar 1.1
Kerangka Analisis Penyusunan Master Plan Pendidikan
Kabupaten Bandung
Bab I : Pendahuluan 9
Badan
Perencanaan Master Plan Pendidikan
Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-
2008-2025
Daerah
BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN
Sumber: Yoyon Bahtiar Irianto, Pembangunan Manusia dan Pembaharuan Pendidikan, Bandung:
Laboratorium Administrasi Pendidikan UPI, 2006, hal.59.
Gambar 2.1
Tantangan dalam Pembangunan Pendidikan di Daerah
Sumber: Yoyon Bahtiar Irianto, Pembangunan Manusia dan Pembaharuan Pendidikan, Bandung:
Laboratorium Administrasi Pendidikan UPI, 2006, ha1.74.
Gambar 2.2
Alternatif Metode Pembaharuan Pendidikan
BAB III
PENDIDIKAN DI KABUPATEN BANDUNG
TAHUN 2003-2006
(Belajar dari Pengalaman)
pada tanggal 20 April 1974 yaitu pada saat Hari Jadi Kabupaten
Bandung yang ke 333.
Rencana kepindahan Ibukota tersebut berlanjut hingga
jabatan Bupati dipegang oleh Kolonel R. Sani Lupias Abdurachman
(1980 1985). Atas pertimbangan secara fisik geografis daerah
Baleendah tidak memungkinkan untuk dijadikan sebagai Ibukota
Kabupaten, maka ketika Jabatan bupati dipegang oleh Kolonel
H.D. Cherman Affendi (1985-1990), Ibukota Kabupaten Bandung
pindah ke lokasi baru yaitu Kecamatan Soreang. Dipinggir Jalan
Raya Soreang tepatnya di Desa Pamekaran inilah di Bangun Pusat
Pemerintahan Kabupaten Bandung seluas 24 Ha, dengan
menampilkan arsitektur khas gaya Priangan sehingga kompleks
perkantoran ini disebut-sebut sebagai kompleks perkantoran
termegah di Provinsi Jawa Barat. Pembangunan perkantoran yang
belum rampung seluruhnya dan dilanjutkan oleh bupati berikutnya
yaitu Kolonel H.U. Djatipermana, sehingga pembangunan tersebut
dirampungkan dalam kurun waktu 1990-1992.
PadaTahun 2007, di bawah kepemimpinan Bupati H. Obar
Sobarna, menata kembali pembangunan sumber daya manusia di
Kabupaten Bandung, seperti yang pernah dirintis pada jaman
Bupati Wiranatakusumah IV, dengan merancang kembali
pembangunan bidang pendidikan melalui Master Plan Pendidikan
Tahun 2008-2025, sebagai penguat Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Kabupaten Bandung Tahun 2008-2025.
Gambaran wilayah Kabupaten Bandung sebelum
dimekarkan dengan Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten
Bandung secara geografis terletak pada: 6o 41’ – 7o 19’ Lintang
Selatan dan diantara 107o 22’ – 108o 5’ Bujur Timur. Luas Wilayah
Kabupaten Bandung ± 307.061 Ha, terbagi ke dalam 45 wilayah
administrasi kecamatan, 431 desa dan 9 kelurahan.
Topografi sebagian besar adalah pegunungan. Di antara
puncak-puncaknya adalah: Sebelah utara terdapat Gunung
Bukittunggul (2.200 m), Gunung Tangkubanperahu (2.076m) di
perbatasan dengan Kabupaten Purwakarta. Sedangkan di selatan
terdapat Gunung Patuha (2.334 m), Gunung Malabar (2.321 m),
serta Gunung Papandayan (2.262 m) dan Gunung Guntur (2.249
m), keduanya di perbatasan dengan Kabupaten Garut.
Pencapaian Indikator Makro Kabupaten Bandung sebelum
pemekaran (Angka Harapan Hidup, Angka Melek Huruf, Angka
Rata-rata Sekolah, Daya Beli, dan Indeks Pembangunan Manusia),
sejak Tahun 2003 sampai dengan 2006 senantiasa menunjukkan
peningkatan.
Tabel 3.1
Pencapaian Indikator Makro Kabupaten Bandung Sebelum Pemekaran
1 Angka Harapan Hidup (AHH) 65,4 thn 65,85 thn 66, 23 thn 66,96 thn
3 Rata-rata Lama Sekolah (RLS) 7,65 thn 8,03 thn 8,26 thn 8,39 thn
Rp.
4 Daya Beli Rp. 530.200 Rp. 534.320 Rp. 536.490
541.930
Grafik 3.1
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bandung Sebelum Pemekaran
Tabel 3.3
Prosentase Penduduk Kabupaten Bandung 10 tahun ke Atas
yang Bekerja Menurut Jenis Pekerjaan Tahun 2006
Tabel 3.4
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bandung Tahun 2002-2005
Gambar 3.1
Peta Wilayah Administratif Kabupaten Bandung Pasca Pemekaran
Proporsi Kelembagaan TK
400
300
Jumlah
200
100
0
2003 2004 2005 2006
Negeri 1 1 1 1
Sw asta 302 324 367 390
Tahun
Grafik 3.2
Proporsi Kelembagaan TK di Kabupaten Bandung 2003-2006
Berdasarkan gambaran pada tabel dan grafik di atas,
menunjukkan bahwa perkembangan kelembagaan TK negeri dari
Tahun 2003 sampai Tahun 2006 tidak mengalami peningkatan, yaitu
hanya satu TK. Jumlah TK yang berstatus swasta setiap tahun
mengalami perubahan yang meningkat dan signifikan. Tingkat
perkembangan jumlah lembaga TK yang berstatus swasta setiap
tahunnya rata-rata mencapai 8,97%.
Pada Tahun 2003 jumlah anak usia 0-6 tahun di Kabupaten
Bandung sebanyak 506908 orang, dari jumlah tersebut yang
TK
Tahun Jumlah anak
Kelas Siswa %
Usia 0-6 tahun
2003 755 13051 2,57 506908
2004 749 13237 2,73 484890
2005 778 14065 2,75 510742
2006 896 15569 2,81 553217
Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
.
20000
Jumlah 15000
10000
5000
0
2003 2004 2005 2006
Tahun
Grafik 3.3
Jumlah Kelas dan Siswa TK di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
TK
Tahun Negeri % Swasta % Jumlah
2003 9 0,79 1129 99,21 1138
2004 8 0,69 1152 99,31 1160
2005 8 0,68 1162 99,32 1170
2006 8 0,66 1209 99,34 1217
Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006.
400
350
300
250
Jumlah
200
150
100
50
0
SLTA SP G D1 D2 D3 S1 S2
Jenjang Pendidikan
Grafik 3.4
Jenjang Pendidikan Guru TK di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Tabel 3.10
Latar Belakang Pendidikan Guru TK di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Pendidikan Guru TK
Tahun Keguruan % Non-Keguruan % Jumlah
2003 684 60.58 445 39.42 1129
2004 669 57.67 491 42.33 1160
2005 806 69.36 356 30.64 1162
2006 893 73.26 326 26.74 1219
Jumlah 3052 65.35 1618 34.65 4670
Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun
2003-2006.
1000
Jumlah
500
0
2003 2004 2005 2006
Tahun
Grafik 3.5
Latar Belakang Pendidikan Guru TK di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Proporsi Kelembagaan RA
400
300
Jumlah
200
100
0
2003 2004 2005 2006
Negeri 0 0 0 0
Sw asta 116 234 276 327
Tahun
Grafik 3.6
Kelembagaan RA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Tabel 3.12
Jumlah Kelas dan Siswa RA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
RA Jumlah anak
Tahun Usia 0-6 tahun
Kelas Siswa %
2003 357 3939 0,78 506908
2004 447 7760 1,60 484890
2005 536 10641 2,08 510742
2006 676 11897 2,15 553217
Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
12000
10000
8000
Jum lah
6000
4000
2000
0
2003 2004 2005 2006
Tahun
Grafik 3.7
Jumlah Kelas dan Siswa RA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
RA
Tahun Jumlah
Negeri % Swasta %
2003 0 0 456 100 456
2004 0 0 887 100 887
2005 0 0 1059 100 1059
2006 0 0 1186 100 1186
Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
300
250
200
Jumlah
150
100
50
0
SLTA SP G D1 D2 D3 S1 S2
2003 147 204 47 39 3 9 25
2004 204 138 165 193 152 3 0
2005 268 112 190 258 55 177 0
2006 0 0 0 0 0 0 0
Jenjang
Grafik 3.8
Jenjang Pendidikan Guru RA di Kabupaten Bandung 2003-2006
RA
Tahun Jumlah
Guru % Non Guru %
2003 309 65,19 165 34,81 474
2004 147 17,15 710 82,85 857
2005 126 11,90 933 88,10 1059
2006 - - - - -
Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006.
2-4 122332 48.43 130271 51.57 252603 8893 7.27 8745 6.71 17638 6.98
4-6 115137 48.77 120952 51.23 236089 17316 15.04 18817 15.56 36133 15.30
Sumber: Subdin PLSPO Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung 2007
20000
15000
Jumlah
10000
5000
0
0-2 4-Feb 4-6
Grafik 3.9
Penduduk 0-6 Tahun yang Terlayani PAUD di Kabupaten Bandung Tahun 2007
Tabel 3.18
Penduduk 0-6 Tahun yang Tidak Terlayani PAUD
di Kabupaten Bandung Tahun 2007
0-2 87779 48.06 94880 51.94 182659 78101 88.97 85712 90.34 163813 89.68
2-4 122332 48.43 130271 51.57 252603 107996 88.28 115373 88.56 223369 88.43
4-6 115137 48.77 120952 51.23 236089 95084 82.58 103305 85.41 198389 84.03
120000
100000
80000
Jumlah
60000
40000
20000
0
0-2 2-4 4-6
Grafik 3.10
Penduduk 0-6 Tahun yang Tidak Terlayani PAUD Tahun 2007
1000
800
Jumlah
600
400
200
0
P A UD
Ko ber TP A SP S
po syandu
Lembaga 305 5 55 62
L 88 4 3 12
P 973 25 250 215
Grafik 3.11
Jumlah Lembaga dan Tenaga Pendidik PAUD di Kabupaten Bandung Tahun 2007
Gambaran umum PAUD non formal dapat terlihat sebagai
berikut: (1) Jumlah lembaga pendidikan nonformal mayoritas
adalah keompok bermain, hal ini terlihat dari jumlah lembaga
kelompok bermain hampir 71,43% dari jumlah keseluruhan lembaga
pendidikan PAUD non formal.
Jumlah tenaga pendidik pada lembaga pendidikan PAUD
non formal berdasarkan tabel di atas lebih didominasi oleh tenaga
pendidik yang berasal dari kelompok bermain. (2) Lembaga
pendidikan PAUD nonformal yang paling sedikit di Kabupaten
Bandung adalah lembaga TPA (Tempat Penitipan Anak) yaitu
hanya 5 lembaga atau 1,17% saja.
Sebagaimana gambaran yang dipaparkan di atas
menunjukkan sebuah kenyataan yang tidak bisa dipungkiri. Sampai
di penghujung Tahun 2007, jumlah anak usia 0-6 tahun di
Kabupaten Bandung yang paling banyak (tinggi) terdapat di
Kecamatan Baleendah yaitu 25.520 orang; Wilayah kecamatan
yang angka partsispasi pendidikan pra sekolah yang cukup tinggi
adalah Cileunyi, Margahayu, Rancaekek, Baleendah, Katapang.
Wilayah yang jumlah TK-nya cukup banyak adalah Cileunyi,
Margahayu, Rancaekek, Baleendah, Cimenyan, Margaasih. Jumlah
kelembagaan pendidikan pra sekolah yang cukup banyak
terdapat di Kecamatan Cileunyi, Margahayu, Margaasih,
Katapang, Rancaekek, Baleendah, Cimenyan. Sebaran guru
banyak terdapat di Kecamatan Cileunyi, Margahayu, Katapang,
Rancaekek, Baleendah. Di kecamatan tersebut APK/APM juga
relatif lebih tinggi dibandingkan wilayah lainnya (Lihat Tabel dan
Grafik Kondisi Umum Pendidikan di Kabupaten Bandung 2003-2006
Tabel 3.20
Jumlah Kelembagaan SD di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
SD
Tahun Negeri % Swasta % jumlah
2003 2140 98,57 31 1,42 2171
2004 2138 98,29 37 1,70 2175
2005 2134 98,02 43 1,97 2177
2006 2132 98,06 42 1,93 2174
Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Perkembangan Kelembagaan SD
2500
2000
Jumlah
1500
1000
500
0
2003 2004 2005 2006
Tahun
Grafik 3.12
Perkembangan Kelembagaan SD di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
270000
260000
Jumlah
250000
240000
230000
220000
2003 2004 2005 2006
Tahun
Grafik 3.13
600000
500000
400000
Jumlah
300000
200000
100000
0
2003 2004 2005 2006
Tahun
Grafik 3.14
Jumlah Kelas dan Siswa SD di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
SD
Tahun GT % GTT % Jumlah
2003 14366 46.87 1921 53.13 16287
2004 13308 92.87 1022 7.13 14330
2005 12548 72.49 4761 27.51 17309
2006 12839 68.40 5932 31.60 18771
Sumber: Diolah dari Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
SD
Tahun Negeri % Swasta % Jumlah
2003 15979 98.11 308 1.89 16287
2004 13887 97.38 443 2.62 14261
2005 16711 96.55 598 3.45 17309
2006 17719 96.36 670 3.64 18389
Sumber: Diolah dari Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Proporsi Kelembagaan M I
300
250
200
Jumlah
150
100
50
0
2003 2004 2005 2006
Negeri 3 3 3 3
Sw asta 277 262 258 256
Tahun
Grafik 3.15
Proporsi Kelembagaan MI Kabupaten Bandung 2003-2006
Data menunjukan bahwa pada Tahun 2006
penyelenggaraan MI hampir seluruhnya diselenggarakan oleh
swasta (98,84%) dan hanya 3 sekolah (1,16%) yang berstatus negeri.
Setiap tahunnya MI berstatus swasta mengalami penurunan dari
Tahun 2003 sampai dengan Tahun 2006.
Tabel 3.27
Penduduk Usia 7-12 Tahun dan Jumlah Siswa MI (Negeri dan Swasta)
di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Penduduk MI
Tahun Usia 7-12 Jumlah %
Tahun Negeri % Swasta %
2003 502.092 1063 3.0 34938 97 36.001 7.17
2004 493.566 1098 3.1 34490 97 35.588 7.21
2005 494.384 1134 3.1 35750 97 36.884 7.46
2006 563.195 1194 3.0 38062 97 39.256 6.97
Sumber: diolah dari Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Jumlah Siswa MI
40000
30000
Jumlah
20000
10000
0
2003 2004 2005 2006
Grafik 3.16
Penduduk Usia 7-12 Tahun dan Jumlah Siswa MI (Negeri dan Swasta)
di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
MI Jumlah
Tahun
L % P % (L+P)
2003 18.148 50 17.853 49.59 36.001
2004 17.897 50 17.691 49.71 35.588
2005 18.675 51 18.240 49.41 36.915
2006 19.706 50 19.550 49.80 39.256
Sumber: diolah dari Statistik Penddikan 2003-2006
20000
19000
Jumlah
18000
17000
16000
2003 2004 2005 2006
Tahun
Grafik 3.17
Jenis Kelamin Siswa MI di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
MI
Tahun Siswa Kelas
2003 36.001 1.554
2004 35.588 1.551
2005 36.915 1.568
2006 39.256 1.593
Sumber: diolah dari Profil Pendidikan 2003-2006
40000
30000
Jumlah
20000
10000
0
2003 2004 2005 2006
Tahun
Grafik 3.18
Jumlah Kelas dan Siswa MI di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Tingkat pertumbuhan siswa yang masuk ke MI diimbangi
dengan semakin bertambahnya jumlah kelas, hal ini terlihat dari
tabel dan grafik peningkatan jumlah kelas dan siswa.
Tabel 3.30
Jumlah Rombel MI Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
MI
Tahun Jumlah
Negeri % Swasta %
2003 30 1.93 1.524 98.07 1.554
2004 30 1.93 1.521 98.07 1.551
2005 34 2.17 1.534 97.83 1.568
2006 36 2.26 1.557 97.74 1.593
Sumber: diolah dari Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
2000
1500
Jumlah
1000
500
0
2003 2004 2005 2006
Negeri 30 30 34 36
Sw asta 1524 1521 1534 1557
Tahun
Grafik 3.19
Jumlah Rombel MI Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
MI
Tahun Siswa: Siswa: Siswa: Kelas: Kelas:
sekolah Kelas Guru RKM Guru
2003 129:1 23:1 23:1 1:1,22 1:0,80
2004 134:1 23:1 19:1 1:1,16 1:0,82
2005 141:1 24:1 19:1 1:1,19 1:0,82
2006 151:1 25:1 27:1 1:1,11 1:1,30
Sumber: diolah dari Profil Pendidikan 2003-2006
MI
Tahun Guru Tetap % Guru Tidak Tetap % Jumlah
2003 555 35.02 1030 64.98 1585
2004 714 37.62 1184 62.38 1898
2005 806 42.00 1113 58.00 1919
2006 413 27.51 1088 72.49 1501
Sumber: data diolah dari Statistik Pendidikan 2003-2006
Status Guru MI
1200
1000
800
Jum lah 600
400
200
0
2003 2004 2005 2006
Tahun
Grafik 3.20
Status Guru MI di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Penugasan Guru M I
2000
1500
500
0
2003 2004 2005 2006
Tahun
Grafik 3.21
Penugasan Guru MI di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Tabel 3.35
APK/APM SD + Paket A Tahun 2003-2006
SD+ Paket A
Tahun
APK APM
2003 106,13 91,26
2004 107,26 94,07
2005 109,85 96,52
2006 100,73 87,47
Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
APK/APM SD + Paket A
120
100
80
Jum lah 60
40
20
0
2003 2004 2005 2006
Tahun
Grafik 3.22
APK/APM SD + Paket A di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
APK/APM M I+SD
120
100
80
Jum lah 60
40
20
0
2003 2004 2005 2006
Tahun
Grafik 3.23
APK/APM MI+SD di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Tabel 3.37
Angka Melanjutkan SD ke SLTP (SMP dan MTs) di Kabupaten Bandung Tahun
2003-2006
Angka Melanjutkan
Tahun
SMP MTS SMP+MTS
2003 58,14 1,88 60,02
2004 59,25 2,25 61,50
2005 65,31 2,49 67,80
2006 65,31 2,49 67,80
Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
100
80
60
%
40 SMP
MTS
20 SMP+MTS
Tahun
Grafik 3.24
Angka melanjutkan SD ke SLTP (SMP dan MTs) di Kabupaten Bandung Tahun
2003-2006
Selama kurun waktu 2003-2006 angka melanjutkan siswa SD
ke SLTP (SMP dan MTs) menunjukan angka kenaikan yang cukup
signifikan. Tahun 2006 APM SD 67,80 dan MI 96,48 dengan tingkat
melanjutkan ke SLTP mencapai 82,75%. Data menunjukan pula
bahwa siswa sebagian besar melanjutkan ke SMP dengan rata-
rata 62% dan sisanya sekitar 2% melanjutkan ke MTs.
d. Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Dimensi pemerataan dan perluasan akses pada jenjang
Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Bandung Tahun
2003-2006 dapat digambarkan berikut ini.
Tabel 3.38
Jumlah Kelembagaan SMP di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
SMP
Tahun Jumlah
Negeri % Swasta %
2003 77 28.10 197 71.90 274
2004 80 28.88 197 71.12 277
2005 80 28.07 205 71.93 285
2006 84 27.01 227 72.99 311
Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun
2003-2006
Grafik 3.25
Jumlah Kelembagaan SMP di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Grafik 3.26
Jumlah Siswa Berdasarkan Status SMP di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Grafik 3.27
Jumlah Siswa SMP Berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Bandung Tahun 2003-
2006
Pada Tahun 2006 dari 144.457 siswa SMP tercatat siswa laki-
laki sebanyak 71.132 orang (49,24%), siswa perempuan 73.325 orang
(50,76%). Total penduduk laki-laki yang bersekolah di SMP sejak
kurun waktu Tahun 2003-2006 sebanyak 259.618 (49,38%) dan
penduduk perempuan sebanyak 266.157 (50,62%).
Tabel 3.41
Guru SMP Berdasarkan Sekolah Tempat Bekerja di Kabupaten Bandung Tahun
2003-2006
SMP Jumlah
Tahun
Negeri % Swasta %
2003 3825 48.49 4063 51.51 7888
2004 3851 47.59 4241 52.41 8092
2005 4019 47.84 4382 52.16 8401
2006 4155 46.48 4784 53.52 8939
Sumber: Diolah dari Propil dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung 2003-2006
6000
4000
Jumlah
2000
0
2003 2004 2005 2006
Negeri 3825 3851 4019 4155
Swasta 4063 4241 4382 4784
Tahun
Grafik 3.28
Jumlah Guru SMP Berdasarkan Sekolah Tempat Bekerja di Kabupaten Bandung
Tahun 2003-2006
MTs
Tahun Jumlah
Negeri % Swasta %
2003 7 4.24 158 95.76 165
2004 7 3.98 169 96.02 176
2005 8 4.42 173 95.58 181
2006 8 4.30 178 95.70 186
Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Grafik 3.30
Proporsi Lembaga MTs di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Tabel 3.45
Jumlah Siswa MTs di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Grafik 3.31
Jumlah Siswa MTs di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Tabel 3.46
Grafik 3.32
Jenis Kelamin Siswa MTs di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
MTS
Tahun Jumlah
Negeri % Swasta %
2003 230 9.01 2.323 90.99 2.553
2004 207 6.08 3.198 93.92 3.405
2005 271 7.42 3.382 92.58 3.653
2006 271 7.42 3.382 92.58 3.653
Sumber: Profil dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Grafik 3.33
Penugasan Guru MTs di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Grafik 3.34
Status Kepegawaian Guru MTs Berdasarkan di Kabupaten Bandung Tahun 2003-
2006
Tabel 3.49
Rasio (Siswa:Sekolah), (Siswa:Kelas), (Siswa:Guru), (Siswa:RKM), (Kelas:Guru) MTs
di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
MTS
Tahun Siswa: Siswa: Siswa: Kelas: Kelas:
sekolah Kelas Guru RKM Guru
2003 156:1 38:1 10:1 1:1.08 1:0.27
2004 343:1 40:1 14:1 1:1.28 1:0.34
2005 358:1 41:1 14:1 1:1.24 1:0.34
2006 358:1 41:1 14:1 1:1.24 1:0.34
Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Tabel 3.50
APK/APM/AM SLTP (SMP+MTs+ Paket B) ke SLTA
SLTP
Tahun
APK APM AM (ke SLTA)
2003 66.23 50.03 40,28
2004 76.45 54.77 40,05
2005 80.87 63.66 46,35
2006 68.87 54.06 46,35
Sumber: Diolah dari Propil Pendidikan Kabupaten Bandung 2003-2006
Grafik 3.35
APK/APM/AM SLTP (SMP+MTs+ Paket B) ke SLTA
3. Pendidikan Menengah
Grafik 3.36
Jumlah SMA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Grafik 3.37
Jumlah SMA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Tabel 3.53
Jenis Kelamin Siswa SMA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
SMA Jumlah
Tahun
Bab III : Belajar dari Pengalaman 65
Badan
Perencanaan Master Plan Pendidikan
Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-
2008-2025
Daerah
L % P %
2003 19129 48 20867 52 39996
2004 18778 48 20707 52 39485
2005 21201 48 23277 52 44478
2006 22504 47 25522 53 48026
Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Grafik 3.38
Jenis Kelamin Siswa SMA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Pada Tahun 2006 dari 48.026 siswa SMA tercatat siswa laki-laki
sebanyak 22.504 orang (47%), siswa perempuan 25.522 orang (53%).
Total penduduk laki-laki yang bersekolah di SMA sejak kurun waktu
Tahun 2003-2006 sebanyak 81.612 (47.45%) dan penduduk
perempuan sebanyak 90.373 (52,55%).
Tabel 3.54
Rombel SMA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
SMA
Tahun Negeri Swasta Jumlah
2003 412 541 953
2004 440 549 989
2005 486 666 1152
2006 554 694 1248
Sumber: diolah dari Statistik Penddikan Kabupaten Bandung 2003-2006
Grafik 3.39
Rombongan Belajar Siswa SMA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Grafik tersebut menunjukkan gambaran bahwa romongan
belajar pada tingkat SMA memang tiap tahun ada kenaikan,
Grafik 3.40
Jumlah Kelas dan Siswa SMA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Grafik 3.41
Penugasan Guru SMA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Status
Tahun Jumlah
GT % GTT %
2003 1267 39 1947 61 3214
2004 1178 36 2057 64 3235
2005 1144 31 2581 69 3725
2006 1195 29 2879 71 4074
Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Grafik 3.42
Status Kepegawaian Guru SMA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Tabel 3.58
Rasio (Siswa:Sekolah), (Siswa:Kelas), (Siswa:Guru), (Siswa:RKM), (Kelas:Guru) SMA
di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
SMA
Tahun Siswa: Siswa: Siswa: Kelas: Kelas:
sekolah Kelas Guru RKM Guru
2003)* 275:1 42:1 11:1 1: 0,94 1: 0,26
2004 356:1 40:1 12:1 1:1.05 1:1.06
2005 269:1 37:1 11:1 1:1.09 1:0.28
2006 340:1 38:1 12:1 1:1.01 1:0.31
Sumber: Data diolah dari Profil Pendidikan Kabupaten Bandung 2003-2006
Tabel 3.59
APK/APM SMA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
SMA SLTA
Tahun
APK APM APK APM
2003 17.94 12,63 20.77 14.95
2004 13.40 9.17 22.02 16.00
2005 14.25 9.38 22.35 15.56
2006 19.78 13.42 30.91 22.02
Sumber: Data diolah dari Profil penddikan 2003-2006
Grafik 3.43
APK/APM SMA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Grafik 3.44
Perkembangan SMK di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Grafik 3.45
Perkembangan Siswa SMK di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
L % P %
2003 10015 65 5334 35 15349
2004 10116 68 4814 32 14930
2005 10385 67 5208 33 15593
2006 9911 61 6236 39 16147
Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung tahun 2003-2006
Grafik 3.46
Perkembangan Jenis Kelamin Siswa SMK di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Pada Tahun 2006 dari 16147 siswa SMK tercatat siswa laki-laki
sebanyak 9.911 orang (61%), siswa perempuan 6.236 orang (39%).
Total penduduk laki-laki yang bersekolah di SMK sejak kurun waktu
Tahun 2003-2006 sebanyak 40.427 (65,18%) dan penduduk
perempuan sebanyak 21592 (38,83%).
Tabel 3.63
Jumlah Siswa dan Kelas SMK di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
SMK
Tahun
Jumlah Siswa Jumlah Kelas
2003 15349 402
2004 14930 435
2005 15593 492
2006 16147 478
Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung tahun 2003-2006
Grafik 3.47
Jumlah Kelas dan Siswa SMK di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Guru SMK
Tahun Jumlah
Negeri % Swasta %
2003 156 12 1133 88 1289
2004 172 12 1233 88 1405
2005 207 14 1302 86 1509
2006 217 14 1363 86 1580
Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Grafik 3.48
Penugasan Guru SMK di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Secara umum perkembangan pertahun jumlah guru pada
sekolah negeri dan swasta mengalami peningkatan yang cukup
signifikan. Guru yang berada di negeri pada Tahun 2003-2006, dari
jumlah 156 (125) naik menjadi 217 (14%), atau mengalami
peningkatan sebesar 2%, dan guru yang berada di swasta pola
perubahannya cenderung mengalami peningkatan setiap
tahunnya.
Tabel 3.65
Status Kepegawaian Guru SMK di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2007
SMK
Tahun Jumlah
Tetap % T. Tetap %
2003 156 12 1133 88 1289
2004 168 12 1237 88 1405
2005 153 10 1356 90 1509
2006 147 9 1433 91 1580
Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-200
Grafik 3.49
Satus Kepegawaian Guru SMK di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Proporsi jumlah guru tetap dan tidak tetap pada SMK selalu
didominasi oleh guru tidak tetap dimana pada perkembangan
terakhir perbandingan diantara keduanya adalah 91% berbanding
9%.
Tabel 3.66
Rasio (Siswa:Sekolah), (Siswa:Kelas), (Siswa:Guru), (Siswa:RKM), (Kelas:Guru) SMK
Di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2007
SMK
Tahun Siswa: Siswa: Siswa: Kelas: Kelas:
sekolah Kelas Guru RKM Guru
2003 278:1 38:1 12:1 1:1.03 1:0.32
2004 262:1 35:1 11:1 1:1.06 1:0.31
2005 256:1 36:1 10:1 1:1.06 1:0.30
2006 245:1 35:1 10:1 1:0.97 1:0.29
2007 307:1 30:1 11:1 1:0.89 1:1.68
Sumber: data diolah: Hasil Pengolahan dari profil penddikan Tahun 2003-2006
Grafik 3.50
APK dan APM SMK di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Grafik 3.51
APK dan APM SLTA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Mencermati data yang ada terlihat bahwa APK/APM SMK di
Kabupaten Bandung masih rendah, capaian APK/APM tertinggi
Tahun 2006. Hal ini bisa imaklumi bila dibandingkan dengan
APK/APM SMU yang nilainya lebih tinggi dan yang menjadi pilihan
pertama untuk melanjutkan pendidikan setelah lulus SMP.
MA
Tahun Jumlah
Negeri % Swasta %
2003 3 4 66 96 69
2004 3 4 72 96 75
2005 3 4 76 96 79
2006 3 4 82 96 85
Sumber: Diolah Dari Profil Pendidikan Dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Grafik 3.52
Proporsi Kelembagaan MA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Penduduk MA
Tahun Usia 16-18 Jumlah %
Negeri % Swasta %
Tahun
2003 308240 1680 19 7008 81 8688 3
2004 294739 1740 16 8862 84 10602 4
2005 311347 1851 20 7415 80 9266 3
2006 242236 1952 18 9157 82 11109 5
Sumber: Diolah Dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Grafik 3.53
Jumlah Siswa MA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Tabel 3.70
Jenis Kelamin Siswa MA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
MA
Tahun Jumlah
L % P %
2003 4144 47 4574 53 8688
2004 5186 49 5416 51 10602
2005 4372 47 4894 53 9266
2006 5159 46 5950 54 11109
Sumber: Diolah Dari Profil Pendidikan Dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Grafik 3.54
Jenis Kelamin Siswa MA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Grafik 3.55
Rombel MA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Tabel 3.72
Jumlah Kelas dan Siswa MA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
MA
Tahun
Jumlah Kelas Jumlah Siswa
2003 295 8688
2004 572 10602
2005 289 9266
2006 307 11109
Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Grafik 3.56
Jumlah Kelas dan Siswa MA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Tabel 3.73
Penugasan Guru MA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
MA
Tahun Jumlah
Negeri % Swasta %
2003 117 10 1074 90 1191
2004 108 8 1330 92 1438
2005 140 10 1229 90 1369
2006 140 10 1229 90 1369
Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Grafik 3.57
Penugasan Guru MA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Grafik 3.58
Status Kepegawaian Guru MA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Grafik 3.59
APK/APM MA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Tabel 3.78
Jumlah Siswa di SLB Per Jenis Ketunaan di Kabupaten Bandung Tahun 2006
Jenis Ketunaan
Siswa
A B C C1 D D1 G Autisme
L 1 22 40 40 2 4 3 27
TKLB
P - 24 32 16 2 3 1 10
L 17 114 225 130 20 4 11 45
SDLB
P 13 115 169 127 10 1 6 13
L 12 48 70 55 4 2 14 5
SMPLB
P 6 59 68 45 3 3 19 1
L 2 23 29 29 5 - 2 2
SMLB
P 2 23 29 26 1 - 5 -
Sumber: Rangkuman Kuesioner Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2006
Tabel 3.79
Rombongan Belajar/Jumlah Kelas SLB Pada TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMLB
di Kabupaten Bandung Tahun 2006
Jumlah Kelas pada Jenis Ketunaan
SLB
A B C C1 D D1 G Autisme
TKLB 3 23 26 12 - 3 2 19
SDLB 20 93 129 83 21 4 6 32
SMPLB 12 45 44 26 7 3 4 3
SMLB 6 25 21 19 3 0 3 -
Sumber: Rangkuman Kuesioner Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2006
Tabel 3.80
Tamatan Sekolah Luar Biasa Per Jenis Ketunaan di Kabupaten Bandung Tahun
2006
Jenis Ketunaan
Siswa
A B C C1 D D1 G Autisme
L 4 18 15 5 - - - -
TKLB
P 3 8 9 - - - - -
L 7 23 25 23 - 2 2 -
SDLB
P 8 20 29 11 1 - 1 -
L 4 26 35 8 5 - 1 -
SMPLB
P 3 17 26 6 - - 1 -
L 12 1 9 5 - - - -
SMLB
P 2 1 9 4 1 - - -
Sumber: Rangkuman Kuesioner Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2006
Tabel 3.81
Status Kepegawaian Guru SLB di Kabupaten Bandung Tahun 2006
Guru Menurut Status Kepegawaian
Tahun PNS PNS DPK Guru Tetap Guru Tdk TTP Jumlah
L P L P L P L P L P
2006 998 142 - - 5 3 68 130 1071 275
Sumber: Rangkuman Kuesioner Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2006
Tabel 3.82
Ijazah Tertinggi Guru SLB di Kabupaten Bandung Tahun 2006
Pendidikan SLB Tahun 2006
< SLTA 68
Sarjana Muda PLB 24
Sarjana Muda Lain 15
Sarjana PLB 103
Sarjana Lain 761
S2 dan S3 7
Sumber: Rangkuman Kuesioner Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2006
Tabel 3.83
Jumlah Tenaga Administrasi SLB di Kabupaten Bandung Tahun 2006
Tenaga Administrasi SLB Tahun 2006
L 17
TU
P 4
Penjaga Sekolah L -
P -
Sumber: Rangkuman Kuesioner Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2006
Tabel 3.84
Kondisi Bangunan Gedung SLB di Kabupaten Bandung Tahun 2006
SLB
Kondisi Bangunan Gedung
Tahun
Milik
Bukan Milik
Baik Rusak
2006 19 10 9
Sumber: Rangkuman Kuesioner Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2006
5. Pendidikan Berkelanjutan
a. Kelompok Belajar Usaha (KBU)
Berdasarkan hasil survey, keberadaan KBU yang dilaksanakan
oleh keluarga penyelenggara (masyarakat) pada umumnya masih
rendah, hal ini dapat dilihat banwa negeri tidak melaksanakan
untuk KBU ini, hanya ada 4 oleh swasta dan 3 oleh lembaga lain
yang melaksanakan proses kegiatan ini, dengan jumlah warga
belajar yang aktif adalah sebanyak 94 orang se Kabupaten
Bandung. Dari sejumlah warga belajar tersebut, mereka dibimbing
oleh tutor sebanyak 21 orang yang meliputi 12 orang pamong
tetap dan 9 orang tidak tetap , tenaga administrasi sebanyak 4
orang dan ketersediaan tempat belajar untuk kegiatan ini
sebanyak 6 unit untuk ruang belajar, dan 12 unit untuk ruang
praktek.
Jika dilihat dari hal tersebut, penyelenggaraan KBU ini hanya
ada 3 kecamatan yang mampu menyelenggarakan kegiatan
pembelajaran yang di dalam prosesnya diberikan pengetahuan
dan keterampilan yang sesuia dengan kebutuhannya, yaitu di
kecamatan Pasirjambu, Cimenyan, dan Ibun. Jika dilihat dari total
kecamatan keseluruhan yang ada di Kabupaten Bandung yaitu
sebanyak 30 kecamatan, berarti ada sekitar 10% Kecamatan yang
menyelengarakan pendidikan ini, oleh karena itu diharapkan
c. Kursus-Kursus
Berdasarkan hasil survey, keberadaan kursus yang
dilaksanakan oleh keluarga penyelenggara (masyarakat) pada
umumnya masih rendah, hal ini dapat dilihat banwa negeri tidak
melaksanakan untuk kursus ini, hanya ada 1 oleh swasta untuk
kursus mengemudi yaitu di kecamatan Cicalengka, dimana jumlah
warga belajar yang aktif adalah sebanyak 16 orang. Dari sejumlah
warga belajar tersebut, mereka dibimbing oleh pamong sebanyak
2 orang, tenaga administrasi sebanyak 1 orang dan ketersediaan
tempat belajar dan kantor untuk kegiatan ini sebanyak 1 unit untuk
ruang belajar.
Sedangkan untuk kursus menjahit, yang diselenggraakan oleh
keluarga penyelenggara (masyarakat) yang dikelola oleh swasta
ada 10, sedangkan oleh lembaga lainnya sebanyak 5 buah.
Kecamatan yang melaksanakan kursus menjahit ini adalah
Pasirjambu, Banjaran, Ciwidey, ciparay, Bojongsoang,
Pangalengan, Cicalengka, Kertasari, Ibun dan Solokanjeruk.
Dimana jumlah warga belajar yang aktif adalah sebanyak 170
orang. Dari sejumlah warga belajar tersebut, mereka dibimbing
oleh pamong tetap sebanyak 17 orang dan pamong tidak tetap
sebanyak 13 orang, jadi keseluruhan pamong yang bertugas
memberikan pendidikan kursus ini sebanyak 30 orang, sedangkan
untuk tenaga administrasi sebanyak 15 orang dan ketersediaan
tempat belajar sebanyak 14 unit untuk ruang belajar dan 13 unti
ruang untuk melaksanakan praktek.
Kursus tata boga, pemerintah tidak melaksanakan untuk
kursus ini, hanya ada 1 oleh swasta untuk kursus ini yaitu di
kecamatan Banjaran, dimana jumlah warga belajar yang aktif
adalah sebanyak 20 orang. Dari sejumlah warga belajar tersebut,
mereka dibimbing oleh pamong sebanyak 1 orang, tenaga
administrasi sebanyak 1 orang dan ketersediaan tempat belajar
dan kantor untuk kegiatan ini sebanyak 1 unit untuk ruang belajar.
Kursus tata buku (accounting) di tiap kecamatan tidak ada
yang menyelenggarakan kegiatan ini. Hal ini terjadi dikarenakan
kurang/tidak ada warga yang berminat untuk mengikuti jenis kursus
tersebut.
Kursus komputer, pemerintah tidak melaksanakan untuk
kursus ini, hanya ada 5 lembaga oleh swasta, adapun kecamatan
yang menyelenggarakan untuk kursus ini yaitu di kecamatan
Arjasari, Rancabali, Pangalengan, rancaekek,dan Majalaya,
dimana jumlah warga belajar yang aktif adalah sebanyak 383
Tabel 3.85
Angka Kelulusan, Putus Sekolah dan Mengulang SD di Kabupaten Bandung 2003-
2006
SD
Tahun Lulus Angka Putus Sekolah Mengulang
(%) (%) (%)
2003 95,80 0,38 2,32
2004 98,31 0,22 2,16
2005 95,26 0,18 1,95
2006 95,26 0,18 1,95
Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Angka M e ngulang, Angka Putus Se kolah dan
Angka Ke lulusan SD
100
80
60
Prosentase
40
20
0
2003 2004 2005 2006
Grafik 3.60
Angka Mengulang, Angka Putus Sekolah, Angka Kelulusan SD
di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
100
80
60
Pr os e ntas e
40
20
0
2003 2004 2005 2006
Tahun
Grafik 3.61
Tingkat Kelayakan Mengajar Guru SD (%) di Kabupaten Bandung Tahun 2003-
2006
SD
Tahun
Baik Rusak Ringan Rusak Berat
2003 28,83 39,15 32,02
2004 36,16 32,27 31,57
2005 45,20 27,76 27,04
2006 45,20 27,76 27,04
Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan dan Suseda Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
50
45
40
35
30
Pr os e ntas e 25
20
15
10
5
0
2003 2004 2005 2006
Grafik 3.62
Kondisi Ruang Kelas SD di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
12000
10000
8000 2003
Jumlah
2004
6000
2005
4000 2006
2000
0
SLTA SLTA
<
Non Kegu D-1 D-2 D-3 S1 S2 >S2
SLTA
Kegu ruan
2003 0 0 3102 99 10791 208 2080 7 0
2004 0 0 3067 144 8491 291 2332 5 0
2005 0 0 3220 268 10273 308 3210 30 0
2006 0 0 3762 228 10083 394 3943 12 0
Jenjang Pendidikan
Grafik 3.63
Jumlah Guru SD Menurut Ijazah di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
7.5
6.5
Nilai
6
5.5
5
2002 2003 2004 2005 2006
Grafik 3.64
Perkembangan NEM/UN SD di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
100
90
80
70
60
% 50
40
Lulus
30
A PS
20 Mengulang
10
0
2003 2004 2005 2006
Grafik 3.65
Perkembangan NEM/UN SD di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
6.6
6.4
6.2
rata-rata 6
5.8
Rata-rata
5.6 nilai
NEM/UN
5.4 2003 2004 2005 2006
Tahun
Tabel 3.66
Rata-Rata Nilai UN MI di Kabupaten Bandung 2003-2006
60
40
%
20 Layak
Semi Layak
Tidak Layak
0
2003 2004 2005 2006
Layak 51.55 36.63 49.61 49.61
Semi Layak 19.05 21.4 18.6 18.6
Tidak Layak 0 0 0 0
Tahun
Grafik 3.67
Tingkat Kelayakan Mengajar Guru MI (%) di Kabupaten Bandung Tahun
2003-2006
MI
Tahun
Baik Rusak Ringan Rusak Berat
2003 34,59 33,10 32,31
2004 27,73 34,08 38,19
2005 33,41 31,52 35,08
2006 33,41 31,52 35,08
Sumber : Hasil Pengolahan dari Profil Penddikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
50
40
P orsentase
Baik
30
Rusak Ringan
20
Rusak Berat
10
0
2003 2004 2005 2006
Baik 34.59 27.73 33.41 33.41
Rusak Ringan 33.1 34.08 31.52 31.52
Rusak Berat 32.31 38.19 35.08 35.08
Tahun
Tabel 3.68
Kondisi Ruang Kelas MI di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Tabel 3.95
Jumlah Fasilitas MI Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Fasilitas MI
Tabel 3.96
Jumlah Guru MI Menurut Ijazah di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Kualifikasi Tahun
Pendidikan 2003 2004 2005 2006
SLTA Non
- - - - - - - -
Keguruan
SLTA Keguruan 730 46.6 1144 60.12 931 48.41 858 44.14
D-1 38 2.43 62 3.26 38 1.98 37 1.90
D-2 535 34.19 443 23.28 564 29.33 598 30.76
D-3 21 1.34 34 1.79 46 2.39 50 2.57
S1 239 15.27 220 11.56 340 17.68 398 20.47
S2 2 0.13 0.00 4 0.21 3 0.15
Jumlah 1565 100 1903 100 1923 100 1944 100
Sumber : Hasil Pengolahan dari Profil Penddikan Kabupaten Bandung
Tahun 2003-2006
1200
1000
800
Jumlah 600
2003
400 2004
2005
2006
200
0
SLTA SLTA
<
Non Kegur D-1 D-2 D-3 S1 S2 >S2
SLTA
Kegur uan
Jenjang pendidikan
Tabel 3.69
Jumlah Guru MI Menurut Ijazah di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
3. Mutu, Relevansi dan Daya Saing pada SMP
Tabel 3.97
Angka Kelulusan, Putus Sekolah dan mengulang di Kabupaten Bandung Tahun
2003-2006
SMP
Tahun
Lulus Putus sekolah Mengulang
2003 98.73 1.14 0.16
2004 99.57 0.89 0.24
2005 95.12 0.88 0.14
2006 95.12 0.88 0.14
2007 97.83 1.29 0.88
Sumber : Hasil Pengolahan dari Profil Penddikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Grafik 3.70
Guru SMP
Tahun
Layak Semi Layak Tidak Layak
2003 74.28 12.21 13.51
2004 77.08 12.14 10.79
2005 78.38 9.50 12.12
2006 78.38 9.50 12.12
Sumber : Hasil Pengolahan dari Profil Penddikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Grafik 3.71
Tingkat Kelayakan Mengajar SMP Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
SMP
Tahun Baik Rusak Rusak Berat
Ringan
2003 78.88 14.48 6.64
2004 76.76 15.46 7.77
2005 73.45 16.89 9.65
2006 73.45 16.89 9.65
2007 64,82 28,33 6,85
Sumber : Hasil Pengolahan dari Profil Penddikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Grafik 3.72
Prosentasi Kondisi ruang kelas SMP di Kabupaten Bandung Tahun 2003-
2007
Grafik 3.73
Jumlah Fasilitas SMP di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Grafik 3.74
Grafik 3.75
Angka Mengulang, Putus Sekolah dan Kelulusan MTs di Kabupaten
Bandung
Tahun 2003- 2006
Angka pertumbuhan kelulusan, putus sekolah dan
mengulang pada MTs dapat disimpulkan sebagai berikut: (1).
Angka kelulusan setiap tahun mengalami perubahan yang
pluktuasi, hal ini terlihat dari Tahun 2003 ke Tahun 2004 mengalami
peningkatan 3% dan pada Tahun 2005 mengalami penurunan -15%
sedangkan pada Tahun 2006 meningkat 30%. Rata-rata perubahan
setiap tahunnya adalah 4%, sehingga pada tahun berikutnya
diarahkan minimal mengalami peningkatan sekitar 4%. sedangkan
Grafik 3.76
Tingkat Kelayakan Mengajar Guru MTs di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Pada perkembangan terakhir Tahun 2006 guru MTs yang dapat
dikategorikan layak sebanyak 76,65% dan kategaori tidak layak
Grafik 3.77
Prosentasi Kondisi Ruang Kelas MTs di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Grafik 3.78
Prosentase Fasilitas Sekolah MTs di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
SMA
Tahun
Lulus Tidak lulus Mengulang
2003 85.41 0.93 0.18
2004 88,17 0,72 0,20
2005 74.90 0,92 0,12
2006 74,90 0,92 0,12
Sumber : Hasil Pengolahan dari Profil Penddikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Grafik 3.79
Angka Mengulang, Angka Putus Sekolah dan Kelulusan SMA
di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Grafik 3.80
Tingkat Kelayakan Mengajar Guru SMA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Melihat data yang ada bahwa secara umum guru SMA yang
masuk katagori layak mengajar semakin meningkat jumlahnya dan
guru yang tidak layak (Semi layak+tidak layak) semakin berkurang.
Dan diharapkan untuk kedepannya lagi pihak sekolah dapat lebih
menekankan akan pentingnya output pendidikan sekolah yang
bermutu yang dihasilkan dari guru-guru yang berkualitas dan layak
sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Tabel 3.108
Kondisi Ruang Kelas SMA di Kabupaten Bandung Tahun Tahun 2003-2006
SMA
Tahun
Baik Rusak Ringan Rusak Berat
2003 90.13 6.65 3.22
2004 90.35 6.57 3.08
2005 83.97 8.73 7.29
2006 83.97 8.73 7.29
Sumber: di olah dari Statistik Penddikan Kabupaten Bandung 2003-2006
Tabel 3.81
Kondisi Ruang Kelas SMA di Kabupaten Bandung Tahun Tahun 2003-2006
Grafik 3.82
Jumlah Fasilitas SMA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2007
SMA
Pendidikan 200
2003 % % 2005 % 2006 %
4
D-2 36 1.12 46 1.42 36 1.06 69 1.69
D-3 346 10.77 310 9.58 294 8.62 305 7.49
Sarjana Muda 283 8.81 224 6.92 150 4.40 92 2.26
254 85.0
S1
2428 75.54 2 78.58 2785 81.70 3464 3
S2 33 1.03 49 1.51 47 1.38 57 1.40
323
Jumlah
3214 100 5 100 3409 100 4074 100
Sumber: Data Diolah dari Statistik Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-
2006
Grafik 3.83
Jumlah Guru Menurut Ijazah pada SMA di Kabupaten Bandung Tahun
2003-2006
Perkembangan data terakhir Tahun 2006 dilihat dari kualifikasi
akademiknya maka sebagian besar guru SMA di Kabupaten
Bandung berpendidikan sarjana (S1) yakni sebanyak 3464 orang
(85.03%). Sedangkan yang lainnya sebanyak 497 (12,20%) masih
berpendidikan Diploma dan sarjana muda bahkan masih ada 56
orang (1,37%) yang berpendidikan SLTA. Kedepan guru harus
memenuhi kualifikasi akademik minimal Sarjana sebagai mana
yang ditetapkan melalui UUGD.
MA
Tahun
Lulus Putus Sekolah Mengulang
2003 89.42 0.92 0.27
2004 92,85 0,70 0,00
Grafik 3.84
Prosentase Angka Mengulang, Angka Putus Sekolah dan Kelulusan MA
di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2007
Grafik 3.85
Tingkat Kelayakan Mengajar Guru MA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Grafik 3.86
Presentasi Kondisi Ruang Kelas MA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Dalam pengkategorian kondisi ruang kelas tersebut maka
secara umum untuk Tahun 2006 dapat tergambar bahwa kondisi
kelas yang kategori baik mencapai 72,40%. Kondisi rusak ringan
20,07% dan rusak berat 7,53%. Ruang kelas yang rusak ringan dalam
kenyataanya amat rentan dengan kondisi yang terus memburuk.
Tabel 3.114
Jumlah Fasilitas MA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2007
MA
Fasilitas
2003 2004 2005 2006
Perpustakaan 17 17 17 17
Tempat Olah Raga 13 13 13 13
UKS 5 5 5 5
Laboratorium 6 6 6 6
Keterampilan 1 1 1 1
BP 5 5 5 5
Ruang Serbaguna 7 7 7 7
Sumber: Hasil Pengolahan dari Profil dan Statistik Pendidikan 2003-2006
Tabel 3.87
Jumlah Fasilitas MA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2007
MA
Pendidikan
2003 % 2004 % 2005 % 2006 %
D-3 113 9.49 138 9.60 114 8.33 114 8.33
Sarjana
Muda 22 1.85 59 4.10 56 4.09 56 4.09
78.9
S1
911 76.49 1135 3 1111 81.15 1111 81.15
S2 4 0.34 7 0.49 7 0.51 7 0.51
Jumlah 1191 100 1438 100 1369 100 1369 100
Sumber: Data Diolah dari Statistik Pendidikan di Kabupaten Bandung Tahun 2003-
2006
Grafik 3.88
Jumlah Guru Menurut Ijazah pada MA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Grafik 3.89
Presentase Angka Mengulang, Angka Putus Sekolah dan Kelulusan SMK
di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2007
Grafik 3.90
Tingkat Kelayakan Mengajar Guru SMK Tahun Kabupaten Bandung Tahun 2003-
2006
Melihat data yang ada bahwa secara umum guru SMK yang
masuk katagori layak mengajar mengalami peningkatan jumlah
yang cukup baik dan guru yang tidak layak (Semi layak+tidak
layak) mengalami penurunan meskipun penurunannya dalam
kategori cukup dengan prosentase penurunan dihitung dari Tahun
2003-2006 sekitar 1,37 % untuk Semi layak dan 3,20 % untuk guru
yang tidak layak mengajar.
Tabel 3.118
Prosentasi Kondisi Ruang Kelas SMK Kabupaten Bandung Tahun Tahun 2003-2006
SMK
Tahun
Baik Rusak Ringan Rusak Berat
2003 90.13 6.65 3.22
2004 90.35 6.57 3.08
2005 83.97 8.73 7.29
2006 83.97 8.73 7.29
Sumber: Hasil Pengolahan dari Profil Penddikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-
2006
Grafik 3.91
Prosentasi Kondisi Ruang Kelas SMK Kabupaten Bandung Tahun Tahun 2003-2006
Grafik 3.92
Jumlah Fasilitas SMK di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2007
Grafik 3.93
Jumlah Guru Menurut Ijazah pada SMK di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Tabel 3.122
Sumber Pembiayaan SD di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
2003 2004 2005 2006
Sumber Pembiayaan Jumlah (%)
Pemerintah pusat 45,24 15,79 15,48 15,43
Pemerintah provinsi)* 0 0 0 0
Pemerintah daerah 44,54 73,89 74,35 74,35
Yayasan 0,10 0,03 0,02 0,02
Orang tua 9,99 10,25 10,29 10,29
Lainnya 0,12 0,04 0,04 0,04
Biaya satuan 200.250 597.800 580.840 580.840
Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
600
500
Pemerintah provinsi)*
300 Pemerintah daerah
Yayasan
P
0
2003 2004 2005 2006
Tahun
Grafik 3.94
Sumber Pembiayaan di SD di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Mencermati data yang ada, terjadi kecenderungan semakin
kecilnya kontribusi pemerintah pusat dan semakin besarnya
kontribusi peerintah daerah. Jika pada Tahun 2003 kontribusi
pemerintah pusat relatif lebih besar (45,24%) maka Tahun 2004
menjadi 15,79%, sementara kontribusi pemerintah daerah pada
Pemerintah pusat 7.555.157.000 8.13 5.109.804.000 4.79 10.400.475.000 9.57 38.455.257.000 26.38
Pemerintah
- - - - - 2.957.386.000 2.03
provinsi
Pemerintah
62.240.436.000 67.00 69.418.010.000 65.12 60.788.365.000 55.96 75.736.544.000 51.95
daerah
Yayasan 1.671.201.000 1.80 1.713.770.000 1.61 4.537.871.000 4.18 2.017.159.000 1.38
Orang tua 20.708.651.000 22.29 28.841.793.000 27.05 30.922.399.000 28.47 23.252.526.000 15.95
Lainnya 719.286.000 0.77 1.524.274.000 1.43 1.982.021.000 1.82 3.375.248.000 2.32
Jumlah 92.894.730.000 100 106.607.651.000 100 108.631.131.000 100 145.794.120.000 100
Sumber : Diolah dari Profil Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Kontribusi pembiayaan untuk MI Pada Tahun 2003 proporsi
Pemerintah (pusat+daerah) dalam pembiayaan MI sebesar 47,45%
sementara dari masyarakat 52,56%, Tahun 2004 proporsi pemerintah
45,72% dari masyarakat 54,29%, Tahun 2005 proporsi pemerintah
Grafik 3.95
Sumber Pembiayaan di SMP di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Tabel 3.125
Besaran Biaya Sumber Pendidikan MTs di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
MTS
Sumber Biaya
2003 % 2004 % 2005 % 2006 %
Pemerintah
497.590 27.91 497.590 27.91 497.590 27.91 8.929.720 76
pusat
Pemerintah
- - - 0
provinsi
Pemerintah
96.460 5.41 96.460 5.41 96.460 5.41 2.060.704 18
daerah
Yayasan 162.625 9.12 162.625 9.12 162.625 9.12 0
Orang tua 971.000 54.46 971.000 54.46 971.000 54.46 0
Lainnya 55.430 3.11 55.430 3.11 55.430 3.11 686.901 6
Jumlah 1.783.105 100 1.783.105 100 1.783.105 100 11.677..325 100
Sumber : Diolah dari Profil Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Grafik 3.96
Sumber Pembiayaan di MTs di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Sumber SMA
Jml %
Biaya 2003 % 2004 % 2005 % 2006 %
Jumlah 36,415,834 100 41,480,252 100 54,599,605 100 57,925,331 100 190,416,625 100
Biaya Satuan
911 - 1,052 - 1,228 - 1,206 - 4,397 -
(Unit Cost)
Sumber: Diolah dari Profil Pendidikan Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Grafik 3.97
Sumber Pembiayaan di SMA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Grafik 3.98
Sumber Pembiayaan di MA di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
Mencermati data yang ada tergambarkan bahwa proporsi
biaya untuk MA sebagian besar berasal dari masyarakat (Yayasan,
Orang Tua, Lainnya) yakni sebesar Rp. 4,072,760 (89,12%).
Sementara kontribusi dari pemerintah (pusat+daerah+Provinsi)
sebesar Rp. 497,200 (10,88%). Ini menunjukan bahwa peranan
masyarakat amat signifikan.
Tabel 3.128
Besaran Biaya Sumber Pendidikan SMK di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
SMK
Sumber Biaya Jmh %
2003 2004 2005 2006
Pusat 754970 9.33 742180 6.41 454050 1.54 225068 1.47 2176268 3.38
Grafik 3.99
Sumber Pembiayaan di SMK di Kabupaten Bandung Tahun 2003-2006
BAB IV
ARAH KEBIJAKAN UMUM PENDIDIKAN
KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2008-2025
B. Tantangan ke Depan
Globalisasi dalam tatanan kehidupan masyarakat
Kabupaten Bandung pengaruhnya sungguh luar biasa, seluruh
tatanan hidup dan kehidupan masyarakat berubah ke arah yang
Gambar 4.1
Jika hasil Ujian Nasional jadi salah satu standar ukuran mutu
pendidikan yang dicapai, dapat dikatakan bahwa mutu lulusan
pendidikan pada setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan belum
menggembirakan. Rata-rata nilai untuk mata pelajaran yang
diujikan dengan batas minimal kelulusan yang hanya 4,25 (Tahun
2006) sama sekali belum menggambarkan ketuntasan belajar.
Padahal menurut seharusnya seorang peserta didik dapat
melanjutkan ke materi berikutnya jika sudah tuntas pada materi
sebelumnya. Mutu output proses pembelajaran tersebut relatif lebih
mudah diamati dampaknya pada level jenjang pendidikan
menengah ketika memasuki perguruan tinggi dan atau bersaing
dalam meraih pasar kerja pada berbagai sektor baik di dalam
maupun di luar negeri.
Oleh karena itu, tujuan dan sasaran dalam peningkatan
mutu proses pembelajaran, bukan hanya ditujukan pada
banyaknya jumlah pembaharuan yang harus diterapkan dalam
proses pembelajaran, namun diarahkan juga pada regulasi
tuntutan perubahan yang dinamis dan akseleratif. Ujian kelulusan
program pendidikan harus diserahkan kepada lembaga lembaga
satuan pendidikan, dan Ujian Nasional harus diarahkan pada
upaya mendiagnosa pencapaian standarisasi pendidikan yang
ditetapkan pemerintah, bukan dimaksudkan untuk menghalangi
kesempatan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi. Di samping itu, perubahan tersebut bukan
semata-mata menjadi kewajiban dan tanggungjawab para
pendidik secara formal di lingkungan lembaga satuan pendidikan,
keluarga dan para peserta didik sebagai bagian dari subjek
pembelajaran, tetapi juga harus menjadi bagian yang dinamis,
adaptif, dan penuh inisiatif.
Berdasarkan persoalan-persoalan terbut, maka tujuan jangka
panjang dalam pembangunan pendidikan di Kabupaten Bandung
dalam bidang ini ialah:
a. Meningkatnya kualitas sumber daya tenaga pendidikan
keagamaan dan meningkatnya motivasi masyarakat
terhadap pendidikan keagamaan;
b. Tercapainya target-target pencapaian SNP pada setiap
jenis satuan pendidikan baik yang berkenaan dengan
penerapan kurikulum berbasis nilai-nilai religius (keimanan,
ketaqwaan, dan amal shaleh), tata pergaulan/budi-pekerti,
teknologi dasar, olahraga dan seni budaya, kesehatan dan
lingkungan hidup, serta aspek-aspek pembentuk karakter
kehidupan berbangsa dan bernegara;
BAB V
PENDEKATAN DAN METODOLOGI
PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BANDUNG
TAHUN 2008-2025
A. Pendekatan Strategis
Pembangunan pendidikan di daerah menurut UU.No.32/2004
bukan lagi suatu konsep tetapi mulai diimplementasikan pada
semua tingkatan manajemen, tidak terkecuali pada tatanan
kelembagaan SKPD (Dinas Pendidikan) maupun pada satuan
pendidikan di jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal.
Implementasi pada tatanan kelembagaan pendidikan sungguh
sangat berarti, karena fungsi dan peranan kelembagaan tersebut
sangat strategis dalam pembangunan peradaban masyarakan
Kabupaten Bandung. Sejarah mencatat bahwa pada organisasi
pendidikanlah kreativitas kultural kader-kader masyarakat
Kabupaten Bandung dapat dikembangkan.
1. Hakekat Otonomi Pengelolaan Pendidikan bagi Pemerintah
dan Masyarakat Kabupaten Bandung
Tiga persoalan mendasar yang patut diantisipasi dalam
otonomi pengelolaan pendidikan, yaitu: Apakah pemberian
otonomi pengelolaan pendidikan akan menjamin setiap anggota
masyarakat Kabupaten Bandung memperoleh haknya dalam
pendidikan? Apakah dengan pemberian kewenangan
pengelolaan pendidikan kepada lembaga satuan pendidikan
dapat menjamin peran serta masyarakat akan meningkat? Apakah
pengelolaan pendidikan yang dilakukan di setiap lembaga satuan
pendidikan dapat mencapai hasil-hasil pendidikan yang bermutu?
Untuk menjawab ketiga pertanyan tersebut, perlu merujuk
sistem perundang-undangan tentang penyelenggaraan otonomi
pendidikan. Karakteristik yang melekat pada UU.No.32/2004 telah
membawa implikasi terhadap manajemen pendidikan nasional,
regional dan lokal. Implikasi tersebut diantaranya bahwa setiap
proses pengelolaan pendidikan harus pula berlandaskan bottom
up approach, karena pengelolaannya harus acceptable dan
accountable dalam melayani masyarakat terhadap kebutuhan
pendidikan. Secara teknis, pengelolaan pendidikan tingkat
kabupaten eksistensinya tidak terlepas dari rekomendasi kebutuhan
Bab V : Pendekatan dan Metodologi 138
Badan
Perencanaan Master Plan Pendidikan
Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-
2008-2025
Daerah
B. Pengembangan Model
Di muka telah dibahas bahwa saat ini, dunia pendidikan di
Kabupaten Bandung sedang dihadapkan pada tantangan
“kebermaknaan”. Hasil-hasil yang selama ini diupayakan melalui
proses pendidikan, dianggap tidak memberikan manfaat nyata
bagi kehidupan. Apalagi bila hasil pendidikan tersebut
dibandingkan dengan di daerah lain, hasil pendidikan di
Kabupaten Bandung dianggap masih ‘terpuruk’. Keterpurukan itu
sebetulnya sangat beralasan, karena di Kabupaten Bandung masih
dihadapkan pada persoalan-persoalan yang sangat mendasar,
yaitu kemiskinan dan kesehatan yang buruk. Di samping itu juga,
masih terdapat anak usia sekolah yang ke luar dari sistem
pendidikan persekolahan, masih banyak lulusan SD, SLTP, SLTA yang
tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, masih banyaknya
jumlah penduduk angkatan kerja yang menganggur karena tidak
mampu bersaing dalam pasar kerja.
Berbagai kebijakan dan pembaharuan telah banyak
dilakukan, dengan berbagai model dan kemasan, namun tetap
saja belum dapat menyelesaikan persoalan-persoalan khusus
dalam dunia pendidikan. Kebijakan pembaharuan pada
prakteknya bukan hanya sekedar isu, atau hanya sekedar merubah
aspek-aspek tertentu, tetapi dengan melihat kepentingan yang
lebih besar dan pandangan jauh ke depan. Posisi dan peran pihak-
pihak yang terkena pembaharuan (masyarakat) bukan lagi hanya
sekedar objek dari suatu kebijakan, akan tetapi berperan sebagai
mitra pemerintah dalam pembangunan. Tuntutan reformasi
pembangunan pendidikan yang diamanatkan melalui
UU.No.32/2004 dan peraturan perundang-undangan yang
menyertainya, menuntut pula perubahan-perubahan mendasar
dalam pendekatan dan metodologi pembangunan dalam
pendidikan.
Salah satu pilihan dalam pendekatan pembangunan
dewasa ini ialah Community Based Development (CBD).
Pendekatan ini dianggap mempunyai kemampuan dalam
mendorong masyarakat ke arah pemberdayaan dan kemandirian.
Sehingga masyarakat dapat meningkatkan prakarsa dan
partisipasi, peningkatan kemampuan kelembagaan yang selama
ini berakar di masyarakat, serta menjalin sinergi penanggulangan
kemiskinan yang berkelanjutan melalui kemitraan antar
kelembagaan masyarakat. Masyarakat yang demikian itu
diharapkan akan mengetahui pentingnya keputusan yang harus
CBD
SUSTAINABILITY
Sumber: Yoyon Bahtiar Irianto, Pembangunan Manusia dan Pembaharuan Pendidikan, Bandung:
Laboratorium Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonsia, 2006, hal 130.
Gambar 5.1
Strategi dan Pola Pikir Community Based Development
TOP
Masyarakat Sivil
DOWN
Organisasi
Pendekatan
Diskusi
Grup
Program CBD
Intervensi
PEMERINTAH
Program Kelompok
SWASTA ANALISIS POSISI Aksi Sasaran
Masyarakat Sivil
Organisasi
MASYARAKAT Rasa
Gerak-
Kebersama Rasa
kan
Kesatuan
BOTTOM
UP
Sumber: Yoyon Bahtiar Irianto, Pembangunan Manusia dan Pembaharuan Pendidikan, Bandung:
Laboratorium Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonsia, 2006, hal 134.
Gambar 5.2
Implementasi Konsep Community Based Development
Sekses Kader
Teknologi
Program
Komunitas
Keberlanjutan
Sekses
Kelompok Satuan
Program Sekses Program
Pendidikan
Sekses Koordinasi
dan Penguatan
Sekses
Pemerintah
Manajemen
Kelembagaan
Program
Sekses Sentra
Pendidikan
Pemberdayaan
Masyarakat
Sumber: Yoyon Bahtiar Irianto, Pembangunan Manusia dan Pembaharuan Pendidikan, Bandung:
Laboratorium Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonsia, 2006, hal 135.
Gambar 5.3
Indikator Sukses Pembangunan Berbasis Masyarakat
Menerapkan Mengungkapkan
Menyimpulkan Mengolah
Sumber: Yoyon Bahtiar Irianto, Pembangunan Manusia dan Pembaharuan Pendidikan, Bandung:
Laboratorium Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonsia, 2006, hal 141.
Gambar 5.4
Daur Pengalaman Berstruktur
BAB VI
AGENDA DAN PRIORITAS PROGRAM PENDIDIKAN
KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2008-2025
b. Pendidikan Dasar
Misi yang diemban ialah menumbuh-kembangkan potensi
dasar keimanan, ketaqwaan, kecerdasan, kreativitas,
keterampilan, produktivitas, dan kemandirian masyarakat melalui
pemerataan dan perluasan pendidikan dasar; Tujuannya ialah
memperluas kesempatan bagi seluruh anak usia wajib belajar
(AUWB) untuk memperoleh pelayanan Pendidikan Dasar (usia 7-15
tahun) yang berkeadilan agar anak dapat mengembangkan
potensinya, sehingga memiliki bekal pengetahuan, keterampilan
dan kemampuan dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi atau kehidupan di masyarakat; Seluruh anak usia
wajib belajar (7-15 tahun) dapat menamatkan pendidikan dasar
baik melalui Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama
(SMP), Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs)
Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) dan Madrasah Diniyah Wusto
BAB VII
CATATAN PENUTUP
(Rekomendasi)
YME. Ketiga unsur ini, yaitu ilmu, iman dan amaliah, menurut
pandangan Tim Perumus merupakan aspek-aspek yang patut
diupayakan dalam mencapai insan-insan yang berkualitas dan
mempunyai daya saing tinggi. Dan upaya tersebut sesungguhnya
harus ada wujudnya serta tergambar dengan jelas dalam wujud
Master Plan Pendidikan untuk jangka pendek, jangka menengah
dan jangka panjang.
Ahirnya kita sampai pada kesimpulan bahwa, Master Plan ini
hanyalah gambaran dari suatu keinginan, cita-cita dan harapan
yang dikemas dalam bentuk rencana jangka panjang. Master Plan
ini dapat dijadikan sebagai pedoman dan arah bagi para
pengelola pendidikan dalam melaksanakan pembangunan
pendidikan di Kabupaten Bandung, baik pengelola pada tingkat
satuan pendidikan, maupun pengelola pada tingkat Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) dan pemangku kepentingan lainnya
yang terkait dalam Pembangunan Pendidikan di Kabupaten
Bandung. Namun sebaliknya, Master Plan Pendidikan ini akan
menjadi sebuah dokumen yang tidak akan memberikan makna
apa-apa, jika tidak ditindaklanjuti dengan pelaksanaannya.
Kebijakan dan program sebagaimana diuraikan di muka,
merupakan bidang garapan yang perlu dilaksanakan dalam
pembangunan pendidikan dan kebudayaan di Kabupaten
Bandung. Dalam pelaksanaannya akan banyak dipengaruhi oleh
tarik-menarik dan konfigurasi sistem pembagian kekuasaan dan
kewenangan antara pemerintah pusat, pemerintah Provinsi Jawa
Barat, dan pemerintah Kabupaten Bandung. Ada bidang garapan
yang menjadi kewenangan pemerintah pusat, ada bidang
garapan yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi, dan ada
bidang garapan yang sepenuhnya menjadi urusan Pemerintah
REFERENSI
Referensi 280
Badan
Perencanaan Master Plan Pendidikan
Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-
2008-2025
Daerah
Patton, Carl V. & Sawicki, David S., 1986, Basic Methods of Policy
Analysis and Planning, New Jersey: Prentice-Hall Englewood
Cliffs.
Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat, 2007, Perencanaan
Pendidikan Dasar dan Menengah Provinsi Jawa Barat,
Bandung: Bapeda Provinsi Jawa Barat.
Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung, 2006, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Bandung Tahun 2006-2010), Bandung: Badan
Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung.
--------, 2007, Rencana Strategis Dinas Pendidikan Kabupaten
Bandung, Bandung: Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung.
--------, 2007, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Bandung Tahun 2007-2026, Bandung: Badan Perencanaan
Daerah Kabupaten Bandung.
--------, 2007, Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Bandung Tahun 2007,
Bandung: Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor: 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi Kurikulum untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor: 23 Tahun 2006
tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah.
Petunjuk Pelaksanaan Sistem Pendidikan Nasional 2003, Jakarta:
CV. Ekajaya.
Sepandji, Kosasih Taruna, 2000, Manajemen Pemerintahan Daerah:
Era Reformasi Menuju Pembangunan Otonomi Daerah,
Bandung: Penerbit Universal.
Solihin Abu Izzudin, 2006, Zero to Hero, Yogyakarta: Pro U-Media.
SPPM, 2003, Membangun Masyarakat Pembelajar: Panduan
Metodologi Pendidikan Non-Formal untuk Fasilitator Lapang,
Bandung: Studio Driya Media.
Stewart, M. Aileen, 1994, Empowering People, Singapore: Pitman
Publishing.
Referensi 281
Badan
Perencanaan Master Plan Pendidikan
Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-
2008-2025
Daerah
Referensi 282