Anda di halaman 1dari 59

GAMBARAN CARA MENYIKAT GIGI PADA ANAK TUNAGRAHITA DI

SEKOLAH LUAR BIASA AGRO INDUSTRI CISARUA LEMBANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Program
Diploma III Pada Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Bandung

Disusun Oleh :

AVI FATIMAH

NIM. P17325113027

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG

JURUSAN KEPERAWATAN GIGI

2016
GAMBARAN CARA MENYIKAT GIGI PADA ANAK TUNAGRAHITA DI
SEKOLAH LUAR BIASA AGRO INDUSTRI CISARUA LEMBANG

Avi Fatimah Neneng Nurjannah


Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Bandung

ABSTRAK
Anak tunagrahita dalam beraktivitas tidak terlepas dari motorik kasar dan
motorik halus, apabila kemampuan motorik halus kurang optimal akan
mengakibatkan hambatan dalam beraktivitas kehidupan sehari-hari. Bentuk
perawatan yang biasa dilakukan secara rutin yaitu menyikat gigi. Penelitian bertujuan
mengetahui cara menyikat gigi pada anak tunagrahita di Sekolah Luar Biasa Agro
Industri Cisarua Lembang.
Jenis penelitian deskriptif yaitu membuat gambaran tentang suatu keadaan
secara objektif. Populasi anak tunagrahita berdasarkan tingkat pertumbuhan gigi
dengan dibagi dua kelompok yaitu usia gigi campuran (8-10 tahun) dan usia gigi
dewasa (13-18 tahun) sebanyak 18 responden dan jumlah sampel 14 responden.
Sampel dalam penelitian diambil secara purposive. Data dikumpulkan dari hasil
lembar observasi secara langsung, kemudian data dihitung dan disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari usia 8-10 tahun (66.67%) tidak
tepat pemilihan sikat gigi sedangkan dari usia 13-18 tahun (45.45%) tidak tepat,
penggunaan pasta gigi dari usia 8-10 tahun (33.33%) tidak tepat sedangkan dari usia
13-18 tahun (54.55%) tidak tepat, cara menyikat gigi dari seluruh responden (100%)
tidak tepat, sistematis menyikat gigi dari seluruh responden (100%) tidak tepat,
lamanya menyikat gigi dari seluruh responden (100%) sudah tepat, dan waktu
menyikat gigi dari usia 8-10 tahun seluruh responden (100%) tidak tepat sedangkan
dari usia 13-18 tahun hanya (10%) sudah tepat.

Kata kunci : Tunagrahita, Cara menyikat gigi


OVERVIEW OF HOW TO BRUSH TEETH CHILDREN WITH
INTELLECTUAL CHALLENGES IN A SPECIAL SCHOOL CISARUA
LEMBANG AGRO INDUSTRY

Avi Fatimah Neneng Nurjannah

Dental Nursing Department of Health Polytechnic Bandung

ABSTRACT
The tunagrahita in exertion cannot be separated from motor rough and
smooth , when motor skills smooth less than optimal will result in the obstacles in
exertion sehari-hari life. The treatment did routine brush my teeth .Research aims to
know how to brush my teeth on child tunagrahita at school remarkable agro cisarua
industry lembang.
Descriptive research that makes a picture of a situation objectively. The
population of children with intellectual challenges based on the growth rate of teeth
with divided two groups that amalgam dental age (8-10 years old) and adult dental
age (13-18 years) were 18 respondents and the total sample of 14 respondents. The
sample was taken by purposive. Data collected from direct observation sheet, then
data is calculated and presented in frequency distribution table.
The results showed that from the age of 8-10 years (66.67%) are not
appropriate selection of a toothbrush while aged 13-18 years (45.45%) is not
appropriate, the use of toothpaste from the age of 8-10 years (33.33%) is not
appropriate while from 13-18 years old (54.55%) is not appropriate, how to brush
the teeth of all respondents (100%) are not precise, systematic brushing the teeth of
all respondents (100%) is not appropriate, the duration of tooth brushing of all
respondents (100%) are correct and when brushing teeth from the age of 8-10 years
of all respondents (100%) is not appropriate while only 13-18 years of age (10%) are
correct.

Keywords : Tunagrahita , Brushing Your Teeth Way


LEMBAR PERSEMBAHAN

Ibu. Ayah...

Seandainya kalian tahu,

Betapa sulit mimpi ini untuk ku raih,

Betapa berat semua ini untuk ku lalui.

Walau terasa amat sulit.

Semua ini aku lakukan untuk kalian

Walaupun kalian tidak menemaniku sampai saat ini

Tapi aku bersyukur ada banyak orang yang selalu menemaniku,

Mengingatkanku, dan membangkitkan ku

Disaat aku dalam kesedihan, kesusahan maupun

Kesenangan yang aku rasakan selama ini.

Ketika aku mulai berpikir untuk menyerah dan aku

Menengok kebelakang, ternyata sudah sangat jauh

Aku melangkah, sudah sangat banyak pula

Rintangan yang aku lalui. Kadang aku berfikir

Apakah semudah itu aku angkat tangan ?

Tidak...aku harus terus melangkah untuk maju

Ke depan dan untuk tidak menengok ke belakng lagi.

Semua ini aku lakukan untuk kalian

Do’a kalianlah yang membuatku hingga

Sekarang ini mampu bertahan.


Ku persembahkan untuk Alm. Bapak dan Mamah, untuk kakak-kakak dan
adik-adikku, dan untuk seseorang yang selama ini menemani disisi ku, disaat
susah maupun senang. Ku ucapkan banyak terimakasih
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah ini yang berjudul “ Gambaran Cara Menyikat Gigi Pada Anak

Tunagrahita di Sekolah Luar Biasa Agro Industri Cisarua Lembang “

Selama penyusunan dan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mendapatkan

banyak bantuan dari berbagai pihak berupa bimbingan, saran, dan motivasi. Oleh

karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak, diantaranya :

1. Dr. Ir. H. Osman Syarif, MKM, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes

Bandung.

2. Drg. Hj. Hetty Anggrawati K, M.Kes AIFO Selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung dan dosen penguji.

3. Dedeh Ruhibah, S.SiT,M.Pd selaku dosen pembimbing akademik yang selalu

memberikan motivasi, dukungan, bimbingan serta do’a agar penyelesaian Karya

Tulis Ilmiah ini selesai dengan baik dan lancar.

4. Drg. Neneng Nurjannah, M.Kes Selaku Pembimbing Karya Tulis Ilmiah

5. Isa insanuddin S. SiT, M.Kes sebagai dosen penguji.

6. Seluruh staf dan dosen Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes

Bandung yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.


7. Agus Suryana, S.Sos yang telah membantu mencari sumber dan referensi untuk

kelancaran Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Sutan Syaprudin M,Pd selaku kepala sekolah SLB Agro Industri yang telah

memberikan izin untuk melakukan penelitian.

9. Para guru SLB Agro Industri yang telah membantu dan bekerja sama dalam

pelaksanaan penelitian ini.

10. Alm. Bapa dan Alm. Mamah yang menjadi motivasi terbesar penulis untuk

menyelesaikan kuliah D3 Keperawatan Gigi.

11. Kakak-kakak dan adik-adikku yang telah memberikan semangat dan dukungan

dalam menjalani masa-masa kuliah di Jurusan Keperawatan Gigi dan seseorang

yang selama ini selalu menemani, memotivasi, memberikan dukungan, semangat,

dan tiada hentinya selalu mendengarkan keluh kesah penulis dalam menjalani

perkuliahan di Jurusan Keperawatan Gigi.

12. Seluruh rekan-rekan mahasiswa JKG angkatan 19 yang saling membantu dan

memberikan dukungan, dan untuk teman-teman dimasa perkuliahan (Dita, Indri,

Ani, wiwin, Gleadys) yang telah mambantu mencari sumber referensi buku

dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini,

13. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu oleh penulis, terimakasih

atas bantuannya.
Semoga kebaikan yang telah dilakukan selama ini mendapat balasan dan

pahala yang jauh lebih besar dari Allah SWT.

Bandung, Agustus 2016

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGUJIAN
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERSEMBAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL................................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................vii

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................3
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................3
D. Manfaat Penulisan ..................................................................................3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


A. Kajian Teori............................................................................................5
1. Anak Tunagrahita.........................…. ................................................5
a. Pengertian .....................................................................................5
b. Karakteristik..................................................................................5
c. Penyebab Tunagrahita...................................................................7
2. Jenis Sikat Gigi .................................................................................10
3. Penggunaan Pasta Gigi .....................................................................11
4. Cara Menyikat Gigi ..........................................................................12
5. Sistematis Menyikat Gigi .................................................................13
6. Lamanya Penyikatan Gigi ................................................................13
7. Waktu Menyikat Gigi .......................................................................13
B. Kerangka Teori ......................................................................................14

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN


A. Jenis Penelitian ......................................................................................15

B. Tempat dan Waktu Penelitian ...............................................................15


C. Populasi dan Sampel .............................................................................15
1. Populasi ............................................................................................15
2. Sampel ..............................................................................................15
3. Besar Sampel ....................................................................................16
D. Jenis Data dan Cara Pengumpulan data ................................................16
1. Jenis Data..........................................................................................16
2. Cara Pengumpulan Data ...................................................................17
E. Pengolahan dan Analisa Data ................................................................18

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil penelitian......................................................................................19
B. Pembahasan ...........................................................................................22

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan............................................................................................28
B. Saran ......................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Sikat Gigi Pada Anak
Tunagrahita Di SLB Agro Industri Cisarua
Lembang................................................................................................19
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Bedasarkan Penggunaan Pasta Gigi Anak
Tunagrahita Di SLB Agro Industri Cisarua
Lembang………………………………………....................................20
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Bedasarkan Cara Menyikat Gigi Pada Anak
Tunagrahita Di SLB Agro Industri Cisarua
Lembang………………………………………....................................20
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Bedasarkan Sistematis Menyikat Gigi Pada Anak
Tunagrahita Di SLB Agro Industri Cisarua
Lembang……………………………………….……………...............21
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Bedasarkan Lamanya Menyikat Gigi Pada Anak
Tunagrahita Di SLB Agro Industri Cisarua
Lembang……………………………………….……………...............21
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Bedasarkan Waktu Menyikat Gigi Pada Anak
Tunagrahita Di SLB Agro Industri Cisarua
Lembang……………………………………….……………...............22
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Melaksanakan Penelitian


Lampiran 2 Informed Consent
Lampiran 3 Lembar Observasi
Lampiran 4 Master Tabel Penelitian
Lampiran 5 Surat Telah Melaksanakan Penelitian
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak dengan kebutuhan khusus (ABK) merupakan istilah lain untuk

menggantikan kata anak luar biasa (ALB) yang menandakan adanya kelainan

khusus. Anak berkebutuhan khusus mempunyai karakteristik yang berbeda antara

satu dengan yang lainnya. (Delphie, 2009) Anak berkebutuhan khusus mengalami

bentuk kelainan yang terjadi pada aspek motorik yang disebabkan oleh disfungsi

sistem persarafan di otak yang umumnya tingkat kooperatifnya yang kurang. Salah

satunya yaitu pada anak tunagrahita.

Pada dasarnya anak tunagrahita dalam beraktivitas tidak terlepas dari

motorik kasar dan khususnya motorik halus, akan tetapi jika kemampuan motorik

halus anak tunagrahita kurang optimal akan mengakibatkan hambatan-hambatan

dalam beraktivitas kehidupan sehari-hari seperti memegang benda, mengambil

benda, memindahkan benda dan memutar benda yang ada di sekitar. Anak

tunagrahita yaitu anak yang diidentifikasi memiliki tingkat kecerdasan yang

sedemikian rendah (di bawah normal ) sehingga untuk meniti tugas

perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara khusus, terutama di

dalam kebutuhan program pendidikan dan bimbingan. Kondisi ketunagrahitaan

dalam praktik kehidupan sehari-hari di kalangan awam seringkali

disalahpersepsikan, terutama bagi keluarga yang mempunyai anak tunagrahita,


yakni berharap dengan memasukkan anak tunagrahita ke dalam lembaga

pendidikan, kelak anak dapat berkembang sebagaimana anak normal

lain.(Abdullah, 2013)

Pada anak tunagrahita untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut salah satu

bentuk perawatan yang paling utama adalah pemeliharaan kesehatan gigi dan

mulut yang biasa dilakukan dalam kegiatan sehari–hari secara rutin yaitu menyikat

gigi. Menurut (Dian,2010) umumnya masalah retardasi mental dijumpai dalam hal

koordinasi otot jari, tangan, lengan, dan mulut yang berhubungan dengan otot

sehingga kurang bertenaga, terutama pada daerah mulut dapat mengganggu fungsi

pengunyahan dan fungsi bicara. Berdasarkan penelitian Suwelo terhadap 292 anak

tunagrahita memperlihatkan bahwa 52.47 % memiliki kebersihan mulut yang

kurang (Suwelo dalam asokan, 2008 cit Pratiwi,2013). Hal ini biasanya

disebabkan oleh kemampuan anak tunagrahita yang belum terampil dalam

menyikat gigi. Prevalensi karies pada anak tunagrahita dapat mencapai 82,6% dan

hal tersebut dalam kategori cukup tinggi (Wijaya, 2012)

Menyikat gigi merupakan cara paling sederhana untuk mencegah kerusaan

gigi dengan menetapkan kegiatan rutin sehari-hari. Tujuannya adalah

menghilangkan plak sebanyak mungkin, tanpa membahayakan gigi atau gusi.

(Kemp Jane,2002). Sehingga diperlukannya suatu upaya untuk menjaga kesehatan

gigi dan mulut pada anak tunagrahita.


Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang Gambaran Cara Menyikat Gigi pada Anak Tunagrahita di SLB

Agro Industri Cisarua Lembang.

B. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini rumusan masalah hanya satu Bagaimana Cara

menyikat gigi pada anak tunagrahita di Sekolah Luar Biasa Agro Industri Cisarua

Lembang ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya cara menyikat gigi pada anak tunagrahita di Sekolah Luar Biasa

Agro Industri Cisarua Lembang

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mendapatkan gambaran jenis sikat gigi yang digunakan pada anak

tunagrahita

b. Untuk mendapatkan gambaran penggunaan pasta gigi pada anak tunagrahita

c. Untuk mendapatkan gambaran cara menyikat gigi pada anak tunagrahita

d. Untuk mendapatkan gambaran sistematis menyikat gigi pada anak

tunagrahita

e. Untuk mendapatkan gambaran lamanya menyikat gigi pada anak tunagrahita

f. Untuk mendapatkan gambaran waktu menyikat gigi pada anak tunagrahita


D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

a. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat promosi dalam

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut terutama untuk pencegahan penyakit

gigi dan mulut pada anak tunagrahita.

b. Bagi peneliti selanjutnya

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan ide pemikiran

dan sebagai referensi tentang cara menyikat gigi pada anak tunagrahita di

sekolah luar biasa agro industri cisarua lembang.

2. Praktisi

a. Bagi responden

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan

tentang cara menyikat gigi pada anak tunagrahita. Sehingga penelitan ini

dapat bermanfaat bagi pasien untuk meningkatkan kesadaran tentang

pentingnya kesehatan gigi dan mulut khususnya pada anak tunagrahita.

b. Bagi instansi kesehatan

Penelitian ini dapat menambah sumber ilmu pengetahuan tentang cara

menyikat gigi pada anak tunagrahita.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Anak Tunagrahita

a. Pengertian

Menurut Grossman anak tunagrahita adalah anak yang memilki

kecerdasan intelektual (IQ) secara signifikan berada di bawah rata-rata

(Normal) yang disertai dengan ketidak mampuan dalam menyesuaikan diri

dengan lingkungan dan semua ini berlangsung pada masa perkembangan.

Sedangkan menurut WHO anak tunagrahita adalah anak yang

memiliki dua komponen esensial, yaitu fungsi intelektual secara nyata

berada dibawah rata-rata dan adanya ketidakmampuan dalam menyesuaikan

dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Anak dengan perkembangan

kemampuan fungsional (tunagrahita). Mereka memiliki problematika belajar

yang disebabkan adanya hambatan perkembangan intelegensi, mental,

emosi, sosial, dan fisik. (Delphie,2009)

b. Karakteristik

Anak tunagrahita atau keterbelakangan mental merupakan kondisi

dimana perkembangan kecerdasan anak mengalami hambatan sehingga tidak

mencapai tahap perkembangan yang optimal. Menurut (Somantri, 2007)

menjelaskan ada beberapa karakteristik umum anak tunagrahita antara lain:


1) Keterbatasan Intelegensi

Intelegensi merupakan fungsi yang kompleks yang dapat diartikan

sebagai kemampuan untuk mempelajari informasi dan keterampilan-

keterampilan menyesuaikan diri dengan masalah-masalah dan situasi-

situasi kehidupan baru, belajar dari masa lalu, berfikir abstrak, kreatif,

dapat menilai secara kritis, menghindari kesalahan-kesalahan, mengatasi

kesulitan-kesulitan, dan kemampuan untuk merencanakan masa depan.

Anak tunagrahita memiliki kekurangan dalam semua hal tersebut.

Kapasitas belajar Anak Tunagrahita bersifat abstrak seperti belajar dan

berhitung, menulis, dan membaca juga terbatas, kemampuan belajarnya

cenderung tanpa pengertian atau cenderung belajar dengan membeo.

2) Keterbatasan Sosial

Disamping memiliki keterbatasan intelegensi, anak tunagrahita

juga memiliki kesulitan dalam mengurus diri sendiri dalam masyarakat,

oleh karena itu mereka memerlukan bantuan. Anak tunagrahita cenderung

berteman dengan anak yang lebih muda dari usianya, ketergantungan

kepada orang tua sangat besar, sehingga mereka harus selalu dibimbing

dan diawasi. Selain itu mereka mempunyai kepribadian yang kurang

dinamis, mudah goyah, kurang menawan, dan tidak berpandangan luas.

Mereka juga mudah dipengaruhi dan cenderung melakukan sesuatu tanpa

memikirkan akibatnya. Namun, dibalik itu semua mereka menunjukkan


ketekunan dan rasa empati yang baik asalkan mereka mendapatkan

layanan atau perlakuan dan lingkungan yang kondusif.

3) Keterbatasan Fungsi–Fungsi Mental lainnya, diantaranya:

Anak tunagrahita memiliki keterbatasan dalam penguasaan

bahasa. Mereka bukannya mengalami kerusakan artikulasi, akan tetapi

pusat pengolahan (perbendarahan kata) yang kurang berfungsi

sebagaimana mestinya. Selain itu, anak tunagrahita kurang mampu untuk

mempertimbangkan sesuatu, membedakan antara yang baik dan yang

buruk, dan membedakan yang benar dan yang salah. Anak tunagrahita

memiliki keterbatasan waktu yang lama untuk melaksanakan reaksi pada

situasi yang baru dikenal, keterbatasan dalam penguasaan bahasa, kurang

mampu untuk mempertimbangkan sesuatu, membedakan antara baik dan

yang buruk, dan membedakan yang benar dengan yang salah, pelupa dan

mengalami kesulitan untuk mengungkapkan kembali suatu ingatan.

c. Penyebab Tunagrahita

Menurut ( Mumpuniarti,2000 cit Sukadi,2012) Faktor penyebab

ketunagrahitaan, sebagai berikut:

a) Faktor Keturunan

Penyebab kelainan yang berkaitan dengan faktor keturunan,

adalah Kelainan Kromosom. Adanya kelainan kromosom baik maupun

autosom (mempunyai kromosom 3 ekor pada kromosom nomor 21

sehingga anak mengalami Langdon Down’s Syndrome dan pada trisomi


kromosom nomor 15 anak akan menderita Patau’s Syndrome dengan ciri-

ciri berkepala kecil, mata kecil, berkuping aneh, sumbing, dan kantung

empedu yang besar. Adanya kegagalan meiosis sehingga menimbulkan

duplikasi dan translokasi). Kelainan pada gonosom (gonosom yang

seharusnya XY, karena kegagalan menjadi XXY atau XXXY). Ciri yang

menonjol adalah nampak laki-laki dan tunagrahita. Setelah mencapai

masa puber tubuhnya menjadi panjang, gayanya mirip wanita,

berpayudara besar.

b) Gangguan Metabolisme Gizi

Metabolisme dan gizi merupakan hal yang sangat penting bagi

perkembangan individu terutama perkembangan sel-sel otak. Kegagalan

dalam metabolisme dan kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan akan gizi

dapat mengakibatkan terjadinya gangguan fisik maupun mental pada

individu. Diantara gejala-gejala yang nampak seperti: kejang-kejang

syaraf serta kelainan tingkah laku, tengkorak kepala besar, telapak tangan

lebar dan pendek, leher yang pendek, lidah besar dan menonjol,

persendian kaku, ketidak normalan dalam tinggi badan, kerangka tubuh

tidak proporsional dan sebagainya.

c) Infeksi dan keracunan

Diantara penyebab terjadinya ketunagrahitaan adalah adanya

infeksi dan keracunan yang mana terjadi selama janin masih berada dalam

kandungan ibunya. Infeksi dan keracunan ini tidak langsung tapi lewat
penyakit-penyakit yang dialami ibunya. Dan penyakit-penyakit tersebut

antara lain: Rubella (cacar), Syphilis Bawaan, Syndrome Gravidity

Beracun.

d) Trauma dan Zat Radioaktif

Ketunagrahitaan dapat juga disebabkan karena terjadinya trauma

otak yang terjadi pada kepala dapat menimbulkan pendarahan intracranial

yang mengakibatkan terjadinya kecacatan pada otak. Trauma yang terjadi

pada saat dilahirkan biasannya disebabkan karena kelahiran yang sulit

sehingga memerluka alat bantu (tang) pada beberapa bagian tubuh

khususnya pada otak ketika bayi dilahirkan, dan terkena radiasi zat

radioaktif selama hamil karena ketidaktepatan penyinaran atau radiasi

sinar X selama bayi dalam kandungan mengakibatkan tunagrahita

microcephaly (volume tengkorak lebih kecil). Janin yang terkena zat

radioaktif pada usia tiga sampai enam minggu pertama kehamilan sering

menyebabkan kelainan pada berbagai organ, karena pada masa ini embrio

mudah sekali terpengaruh. Menurut (Alfira 2014) Bila wanita hamil

terkena radiasi sebesar 5 rad akan mengakibatkan gangguan

pertumbuhan. Hal ini berupa perubahan bentuk atau kelainan

pertumbuhan pada bayi, bila dilahirkan akan mempunyai cacat bawaan.


e) Masalah pada Kelahiran

Kelahiran dapat juga disebabkan oleh masalah-masalah yang

terjadi pada waktu kelahiran (prenatal), misalnya kelahiran yang disertai

hypoxia dapat dipastikan bahwa bayi yang dilahirkan menderita

kerusakan otak, menderita kejang, nafas yang pendek. Kerusakan otak

pada masa prenatal dapat disebabkan oleh truma mekanis terutama pada

kelahiran yang sulit.

f) Faktor Lingkungan (Sosial Budaya)

Berbagai penelitian telah dilakukan oleh para ahli untuk

mengetahui pengaruh lingkungan terhadap fungsi intelek. Menurut Paton

dan Polloway bermacam-macam pengalaman negatif atau kegagalan

dalam melakukan interaksi yang terjadi selama priode perkembangan

menjadi salah satu penyebab ketunagrahitaan. Penelitian lain melaporkan

bahwa anak tunagrahita banyak ditemukan pada daerah yang memiliki

tingkat social ekonomi rendah, hal ini disebabkan ketidak mampuan

lingkungan memberikan stimulus yang diperlukan selama masa-masa

perkembangannya. (Somantri,2007)

2. Jenis-jenis Sikat Gigi

Jenis sikat gigi yang ideal secara umum terdiri dari :

a. Tangkai

Tangkai sikat gigi mudah dipegang dan stabil, pegangan sikat gigi

harus cukup lebar dan cukup tebal.


b. Kepala sikat gigi

Tidak terlalu besar, untuk orang dewasa maksimal 25-29 mm x 10

mm, untuk anak – anak 15-24 mm x 8 mm. Jika gigi molar kedua sudah

erupsi maksimal 20 mm x 7 mm.

c. Tekstur atau bulu sikat gigi

Harus memungkinkan sikat gigi untuk digunakan dengan efektif

tanpa merusak jaringan lunak maupun jaringan keras. Sikat gigi yang lunak

tidak dapat membersihkan plak dengan efektif, kekakuan medium adalah

yang biasa dianjurkan. Bulu sikat gigi yang dianjurkan adalah bulu sikat gigi

dengan tekstur medium karena dapat membersihkan plak dan sisa makanan

dengan mudah dan efektif.( Putri,dkk,2010)

3. Penggunaan Pasta Gigi

Pasta gigi biasanya mengandung bahan – bahan abrasif, pembersih, bahan

penambah rasa dan warna, serta pemanis, selain itu dapat juga ditambahkan

bahan pengikat, pelembap, pengawet, fluor, dan air. Bahan abrasif dapat

membantu melepaskan plak dam pelikel tanpa menghilangkan lapisan email.

Bahan abrasif yang biasanya digunakan adalah kalsium karbonat atau

alumunium hidroksida dengan jumlah 20% - 40% dari isi pasta gigi

(Putri,dkk,2010). Sebaiknya penggunaan dalam pasta gigi dengan jumlah bahan

abrasif yang digunakan, maka dalam penggunaan pasta gigi cukup dengan

seukuran biji jagung dan di ratakan ke seluruh permukaan sikat gigi. Karena
dengan takaran seukuran biji jagung sudah cukup membersihkan gigi pada saat

menyikat gigi.

4. Cara Menyikat Gigi

a. Menyikat gigi

Adalah suatu cara untuk membersihkan gigi dari sisa - sisa makanan

dan plak yang menempel pada permukaan gigi, yang salah satu tujuannya

adalah untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut.

b. Teknik menyikat gigi

Adalah cara yang umum dianjurkan untuk membersihkan deposit

lunak pada permukaan gigi dan gusi dan merupaka tindakan preventif dalam

menuju keberhasilan dan kesehatan rongga mulut yang optimal. Dalam

penyikatan gigi harus diperhatiakan hal – hal berikut.

1) Teknik penyikatan gigi harus dapat membersihkan semua permukaan gigi

dan gusi secara efisien terutama daerah saku gusi dan daerah interdental.

2) sikat gigi tidak boleh menyebabkan kerusakan jaringan gusi abrasi gigi.

3) Teknik penyikatan harus sederhana, tepat, dan efisien waktu.

(Putri,dkk,2010). Ada banyak teknik dalam menyikat gigi salah satunya

adalah teknik menyikat gigi dengan “Teknik Fones” merupakan teknik

yang sangat mudah digunakan dan sangat efektif untuk membersihkan

plak pada tepi gusi dan dibawah gusi.

Langkah – langkah menyikat gigi adalah :


Bulu sikat ditempatkan tegak lurus pada permukaan bukal dan labial

dengan gigi dalam keadaan oklusi. Sikat digunkan dalam lingkaran-

lingkaran besar sehingga gigi dan gusi rahang atas dan rahang bawah

disikat sekaligus. Setelah semua permukaan bukal dan labial disikat,

mulut dibuka lalu permukaan lingual dan palatinal disikat dengan gerakan

yang sama, hanya dalam lingkaran-lingkaran yang lebih kecil. Karena

cara ini agak sukar dilakukan di lingual dan palatinal, dapat dilakukan

gerakan maju mundur untuk daerah ini. (Putri,dkk,2010) Terakhir, sikat

lidah untuk membersihkan bakteri yang berada di permukaan lidah.

Permukaan lidah dan kasar dan berpapil membuat bakteri mudah

menempel. (Ramadhan,2010)

5. Sistematis Dalam Menyikat Gigi

Cara penyikatan gigi harus sistematis supaya tidak ada gigi yang

terlewat, yaitu dari posterior ke anterior dan berakhir pada bagian posterior sisi

lainnya. (Putri, 2010) atau pada dimulai dari regio kesatu yaitu dari bagian

kanan atas dari gigi geraham paling belakang sampai gigi depan dan berakhir di

regio empat yaitu bagian kanan bawah dari gigi geraham paling belakang

sampai gigi depan.

6. Lamanya Penyikatan Gigi

Lamanya penyikatan gigi yang dianjurkan adalah minimal 5 menit,

tetapi sebenarnya terlalu lama. Umumnya orang melakukan penyikatan gigi

maksimum 2 menit. (Putri,dkk, 2010)


7. Waktu Menyikat Gigi

Waktu menyikat gigi adalah pagi setelah sarapan dan malam sebelum

tidur. Menyikat gigi sebelum tidur. Hal ini dikarenakan pada waktu tidur, saliva

berkurang sehingga asam yang dihasilkan oleh plak akan menjadi lebih pekat

dan kemampuannya untuk merusak gigi tentunya menjadi lebih besar. Untuk

mengurangi kepkatan dari asam maka plak dihilangkan. Menyikat gigi pada

waktu pagi hari setelah sarapan pagi sebelum beraktivitas dan dilanjutkan

dengan menyikat gigi. (Ramadhan,2010) supaya sisa – sisa makanan yang

menempel pada permukaan gigi dapat terbersihkan.

B. Kerangka Teori

Cara Menyikat Gigi


Anak Tunagrahita

Syarat Pemilihan Menyikat Penggunaan


Sikat Gigi Gigi Pasta Gigi

Memilih Sikat Gigi 1. Teknik Menyikat Gigi


yang sering 2. Waktu Menyikat Gigi Berapa
digunakan dengan 3. Lamanya Menyikat banyak
membandingkan Gigi penggunaan
Sikat Gigi yang tepat 4. Sistematis Menyikat Pasta Gigi
Gigi
BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk

mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik

fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa

bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan

antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya (Sukmadinata,2006) dalam

buku Budiman(2011). Pengukuran ini dilakukan dengan mengobservasi cara

menyikat gigi responden.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2016, bertempat di Sekolah Luar Biasa

Agro Industri Cisarua Lembang.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa/ siswi anak tunagrahita yang

berdasarkan tingkat petumbuhan gigi dengan dibagi dua kelompok yaitu usia

gigi campuran (8-10 tahun) dan usia gigi dewasa (13-18 tahun) di Sekolah

Luar Biasa Agro Industri Cisarua Lembang.

2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil secara purposive, yaitu pengambilan

sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh

peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui

sebelumnya.

Pertimbangan tersebut adalah yang memenuhi kriteria sebagai berikut :

1) Kriteria Inklusi

a) Bersedia dijadikan objek penelitian

b) Dapat berkomunikasi dengan baik

2) Kriteria Eksklusi

a) Tidak bersedia dijadikan objek penelitian

b) Tidak dapat berkomunikasi dengan baik

c) Anak tunagrahita berat

3. Besar Sampel

Penentuan besar sampel dilakukan berdasarkan tingkatan sekolah dengan

jumlah anak tunagrahita di Sekolah Luar Biasa Agro Industri Cisarua Lembang

adalah 18 orang, tetapi hanya 14 orang yang dijadikan sampel penelitian.

Karena 4 orang siswa/siswi tidak dapat berkomunikasi dengan baik.

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer

terdiri dari data yang diperoleh langsung dengan melakukan observasi yaitu

cara menyikat gigi dan memberikan pertanyaan waktu menyikat gigi ke subjek

penelitian, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari bagian

administrasi pihak sekolah mengenai data siswa/siswi di Sekolah Luar Biasa

Agro Industri Cisarua Lembang.

2. Cara pengumpulan data

Pengumpulan data dilaksanakan melalui observasi cara menyikat gigi dan

memberikan pertanyaan waktu menyikat gigi responden sedangkan data

sekunder yang diperoleh dari bagian administrasi pihak sekolah digunakan

untuk melengkapi data observasi. Pengamatan atau observasi dilakukan oleh 3

orang atau lebih dengan menyamakan persepsi terlebih dahulu. Observasi

meliputi : Syarat Pemilihan Sikat Gigi, Penggunaan Pasta Gigi, Cara Menyikat

Gigi, Sistematis Menyikat Gigi, Lamanya Meyikat Gigi.

a. Alat dan bahan penelitian

1) Lembar Observasi

2) ATK (Pulpen,pensil,dan buku)

3) Gelas kumur

4) Sikat gigi

5) Pasta gigi

6) Air putih

b. Prosedur penelitian
1) Persiapan

a) Melakukan perizinan ke Sekolah Luar Biasa Agro Industri Cisarua

Cimahi

b) Persiapan alat dan bahan penelitian

2) Pelaksanaan

a) Memberikan lembar informed consent kepada orang tua atau wali

siswa atau siswi anak tunagrahita.

b) Pengisian lembar informed consent oleh orang tua atau wali

siswa/siswi tunagrahita

c) Observasi cara menyikat gigi

E. Pengolahan dan Analisa Data

Data dikumpulkan dari hasil lembar observasi secara langsung, kemudian data

dihitung secara manual dan disajikan dalam bentuk tabel distrubusi frekuensi.

Cara perhitungan atau pengukuran data dengan bobot nilai sebagai berikut :

Bila jawaban benar diberi nilai : 1

Bila jawaban salah diberi nilai : 0

Dengan rumus perhitungan :

𝐹.100 %
P=
𝑁
Keterangan :

F : Jumlah nilai yang diperoleh responden

N : Jumlah nilai yang harus dicapai

P : Prosentase
BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada anak tunagrahita di SLB Agro Industri Cisarua

Lembang dengan jumlah 14 responden anak tunagrahita ringan dengan kriteria

yang telah ditentukan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2016

Sebelum melakukan penelitian peneliti memberikan informed consent kepada

orang tua untuk mendapatkan persetujuan kepada orang tua responden. Tahap

selanjutnya peneliti melakukan observasi cara menyikat gigi pada anak

tunagrahita ringan setelah itu mengisi lembar observasi. Data hasil dari penelitian

disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sebagai berikut :

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi berdasarkan Jenis Sikat Gigi yang digunakan Pada Anak
Tunagrahita di SLB Agro Industri Cisarua Lembang

No Usia N Tepat Tidak Tepat


1 8-10 tahun 3 1(33.33%) 2 (66.67%)
2 13-18 tahun 11 6 (54.55%) 5 (45.45%)
Jumlah 14

Berdasarkan tabel 4.1 di atas jenis sikat gigi yang digunakan menunjukkan

bahwa dari 14 responden berdasarkan usia dari 8-10 tahun hanya 1 responden

(33.33%) jenis sikat giginya sudah tepat. Sedangkan dari usia 13-18 tahun 6

responden (54.55%) sudah memiliki sikat gigi yang tepat.


Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi berdasarkan Penggunaan Pasta Gigi yang digunakan Pada


Anak Tunagrahita SLB Agro Industri Cisarua Lembang

No Usia N Tepat Tidak Tepat


1 8-10 tahun 3 2 (66.67%) 1 (33.33%)
2 13-18 tahun 11 5(45.45%) 6 (54.55%)
Jumlah 14

Tabel 4.2 di atas memperlihatkan bahwa, pada usia 8-10 tahun 2 responden

(66.67%) penggunaan pasta gigi sudah tepat. Sedangkan dari usia 13-18 tahun 5

responden (45,45%) penggunaan pasta gigi sudah tepat.

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi berdasarkan Cara Menyikat Gigi Pada Anak Tunagrahita


di SLB Agro Industri Cisarua Lembang

No Usia N Tepat Tidak Tepat


1 8-10 tahun 3 0 (0%) 3 (100%)
2 13-18 tahun 11 0 (0%) 11 (100%)
Jumlah 14

Berdasarkan tabel 4.3 di atas cara menyikat gigi pada usia 8-10 tahun dan

13-18 tahun menunjukkan bahwa dari seluruh responden (100%) cara menyikat

gigi tidak tepat.


Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi berdasarkan Sistematis Menyikat Gigi Pada Anak


Tunagrahita di SLB Agro Industri Cisarua Lembang

No Usia N Tepat Tidak Tepat


1 8-10 tahun 3 0 (0%) 3 (100%)
2 13-18 tahun 11 0 (0%) 11 (100%)
Jumlah 14

Berdasarkan tabel 4.4 di atas sistematis menyikat gigi pada anak

tunagrahita menunjukkan bahwa dari 14 responden (100%) yang terdiri dari usia

8-10 tahun dan 13-18 tahun sistematis menyikat gigi tidak tepat.

Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi berdasarkan Lamanya Menyikat Gigi Pada Anak


Tunagrahita di SLB Agro Industri Cisarua Lembang

No Usia N Tepat Tidak Tepat


1 8-10 tahun 3 3 (100%) 0 (0%)
2 13-18 tahun 11 11 (100%) 0 (0%)
Jumlah 14

Berdasarkan tabel 4.5 di atas lamanya menyikat gigi pada anak tunagrahita

menunjukkan bahwa dari seluruh responden (100%) yang terdiri dari usia 8-10

tahun dan 13-18 tahun dalam lamanya menyikat gigi sudah tepat.
Tabel 4.6

Distribusi Frekuensi berdasarkan Waktu Menyikat Gigi Pada Anak


Tunagrahita di SLB Agro Industri Cisarua Lembang

No Usia N Tepat Tidak Tepat


1 8-10 tahun 3 0 (0%) 3 (100%)
2 13-18 tahun 11 1(10%) 10(90%)
Jumlah 14

Tabel 4.6 di atas bahwa dari seluruh responden (100%) dari usia 8-19 tahun

waktu menyikat gigi tidak tepat, sedangkan hanya 1 responden (10%) dari usia

13-18 tahun waktu menyikat gigi sudah tepat.

B. Pembahasan

Penelitian ini dibagi dua kelompok usia yaitu berdasarkan pertumbuhan gigi

campuran dan gigi dewasa, dan berdasarkan usia responden yang bervariasi. Usia

responden ini untuk gigi campuran yaitu 8-10 tahun sedangkan untuk usia

dewasa responden yaitu 13-18 tahun.

Hasil penelitian mengenai jenis sikat gigi yang digunakan sehari-hari pada

anak tunagrahita di SLB Agro Industri Cisarua Lembang menunjukkan bahwa

dari jumlah 14 responden yang terdiri dari usia 8-10 tahun hanya 1 responden

(33.33%) jenis sikat giginya sudah tepat. Sedangkan usia 13-18 tahun 6

responden (54.55%) sudah memiliki sikat gigi yang tepat. Dari hasil observasi
jenis sikat gigi yang kurang tepat biasanya anak menggunakan jenis sikat gigi

yang tidak sesuai dengan usia dan rongga mulut mereka, kepala sikat gigi dengan

ukuran terlalu besar, dan bulu sikat gigi sudah rusak (66.67%) responden dari

umur 8-10 tahun memilki jenis sikat gigi dewasa bukan dengan ukuran yang

seharusnya. Sehingga pada saat menyikat gigi sulit untuk membersihkan gigi

pada bagian belakang karena ukuran sikat gigi yang tidak sesuai dengan rongga

mulut. Menurut (Putri,dkk 2010) jenis sikat gigi yang ideal secara umum adalah

tangkai sikat gigi mudah dipegang dan stabil, pegangan sikat gigi harus cukup

lebar dan cukup tebal, kepala sikat gigi tidak terlalu besar, tekstur atau bulu sikat

gigi memungkinkan sikat gigi untuk digunakan dengan efektif tanpa merusak

jaringan lunak maupun jaringan keras.

Pada usia 8-10 tahun 2 responden (66.67%) penggunaan pasta giginya sudah

tepat. Sedangkan dari usia 13-18 tahun 5 responden (45.45%) penggunaan pasta

gigi sudah tepat. Dengan penggunaan pasta gigi yang kurang tepat disebabkan

oleh kurangnya informasi atau pengetahuan orang tua atau anak tentang

penggunaan pasta gigi yang tepat dalam penggunaannya. Mereka menggunakan

pasta gigi dengan ukuran seluruh permukaan sikat gigi dipenuhi dengan pasta

gigi. Menurut Putri,dkk (2010) Bahan abrasif dapat membantu melepaskan plak

dan pelikel tanpa menghilangkan lapisan email. Bahan abrasif yang biasanya

digunakan adalah kalsium karbonat atau alumunium hidroksida dengan jumlah

20% - 40% dari isi pasta gigi. Sebaiknya penggunaan dalam pasta gigi dengan

jumlah bahan abrasif yang digunakan, maka dalam penggunaan pasta gigi cukup
dengan seukuran biji jagung dan di ratakan ke seluruh permukaan sikat gigi.

Maka pengaruh dalam penggunaan pasta gigi dengan takaran terlalu banyak

pada pemakaian anak-anak akan mengakibatkan fluorosis pada gigi karena

kandungan fluor yang terdapat pada pasta gigi sudah lebih dari 0,15% dan untuk

memperkecil kemungkinan tertelan. Hal ini sejalan dengan teori menurut

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI tahun 2008, tentang

Bahan Amonium Fluoride yang mengatakan bahwa selain kadar yang dibatasi,

ada penandaan-penandaan yang harus dicantumkan pada kemasan pasta gigi

berfluoride yaitu sebagai berikut. Satu : mengandung senyawa fluoride. Dua :

untuk pasta gigi yang mengandung fluoride 0,1-0,15% fluoride, kecuali telah ada

penandaan kontra indikasi untuk anak-anak (misalnya : hanya digunakan untuk

dewasa), maka wajib mencantumkan pernyataan sebagai berikut. “Anak-anak

usia 6 tahun dan dibawahnya gunakan seukuran biji jagung (diameter 6mm)

untuk penyikatan gigi yang diawasi untuk memperkecil kemungkinan tertelan.

Mengenai cara menyikat gigi dengan metode fones pada anak tunagrahita di

SLB Agro Industri Cisarua Lembang menunjukkan bahwa (100%) responden

yang terdiri dari usia 8-10 tahun dan 13-18 tahun cara menyikat gigi masih tidak

tepat. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa cara menyikat gigi anak

tunagrahita di SLB Agro Industri Cisarua Lembang adalah dengan cara

horizontal teknik. Tetapi dengan menggunakan teknik horizontal akan

mengakibatkan resesi gusi dan abrasi gigi hal ini sejalan dengan teori menurut

(Putri,dkk 2010) bahwa teknik horizontal tidak baik karena dapat menyebabkan
resesi gusi dan abrasi gigi. Sedangkan teknik fones dapat menjangkau gigi dan

gusi rahang atas dan rahang bawah sekaligus. Maka dari teknik horizontal dan

teknik fones terdapat perbedaan yaitu dengan teknik fones seluruh bagian gigi

dan gusi dapat terbersihkan dari bagian rahang atas dan bawah dan teknik ini

mudah untuk dilakukan, sedangkan teknik horizontal akan mengakibatkan

trauma pada gusi walaupun teknik ini sangat mudah dilakukan. Oleh sebab itu

seluruh responden belum mengetahui cara menyikat gigi yang tepat karena orang

tua kurang memahami cara mengajarkan teknik menyikat gigi yang tepat kepada

anak. dan belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang cara menyikat gigi

yang tepat. Disisi lain kemampuan motorik anak tunagrahita kurang optimal

seperti memegang benda, mengambil benda, memindahkan benda dan memutar

benda dalam kegiatan aktivitas sehari-harinya sehingga membutuhkan bantuan

dalam hal motorik . Hal ini sejalan dengan teori (Abdullah 2013) yaitu

kemampuan motorik halus anak tunagrahita kurang optimal akan mengakibatkan

hambatan-hambatan dalam beraktivitas kehidupan sehari-hari seperti memegang

benda, mengambil benda, memindahkan benda dan memutar benda yang ada di

sekitar.

Mengenai sistematis menyikat gigi mempelihatkan bahwa 100% responden

dimulai dari bagian kanan atas lalu ke bagian kiri bawah begitu pun sebaliknya

dari bagian bawah ka bagian atas. Menurut (Putri,dkk 2010) Cara penyikatan gigi

harus sistematis supaya tidak ada gigi yang terlewat, yaitu dari posterior ke
anterior dan berakhir pada bagian posterior sisi lainnya. Jadi dalam sistematis

menyikat gigi anak tunagrahita masih tidak tepat.

Hasil penelitian mengenai lamanya menyikat gigi pada anak tunagrahita

menunjukkan bahwa dari seluruh responden (100%) yang terdiri dari usia 8-10

tahun dan 13-18tahun dalam lamanya menyikat gigi sudah tepat. Anak

tunagrahita dalam hal lamanya menyikat gigi sudah tepat yaitu 2 sampai dengan

3 menit sekali menyikat gigi. Hal ini sejalan dengan teori (Putri,dkk 2010) yaitu

lamanya penyikatan gigi yang dianjurkan adalah minimal 5 menit, tetapi

sebenarnya terlalu lama. Umumnya orang melakukan penyikatan gigi maksimum

2 menit, atau 2 sampai dengan 5 menit.

Hasil penelitian mengenai waktu menyikat gigi bahwa dari seluruh responden

(100%) dari usia 8-10 tahun waktu menyikat gigi tidak tepat, sedangkan

responden usia 13-18 tahun 10 responden (90%) waktu menyikat gigi tidak tepat.

Menurut (Ramadhan,2010) Menyikat gigi pada waktu pagi hari setelah sarapan

pagi sebelum beraktivitas dan dilanjutkan dengan menyikat gigi pada malam hari

sebelum tidur. Sehingga plak yang menempel pada gigi dan gusi dapat

terbersihkan dan dapat dipertahankan supaya tetap sehat. Biasanya mereka

melakukan waktu menyikat gigi pagi sewaktu mandi dan malam sebelum tidur.

Hal ini dikarenakan di SLB Agro Industri belum pernah dilakukan penyuluhan

tentang tentang cara menyikat gigi yang tepat.

Dari hasil penelitian tersebut maka harus diadakannya program pemeliharaan

kesehatan gigi dan mulut berupa pelatihan dan penyuluhan kepada guru-guru dan
orang tua siswa. Dengan materi penyuluhan yaitu cara menyikat gigi, waktu

menyikat gigi, jenis sikat gigi, sistematis menyikat gigi, penggunaan sikat gigi,

dan lamanya menyikat gigi. Pihak sekolah dapat bekerjasama dengan tim tenaga

kesehatan seperti dari puskesmas tentang program yang akan dilaksanakan.

Program ini memiliki beberapa kegiatan yaitu :

1. Pelatihan kepada guru sekolah luar biasa agro industri cisarua lembang

tentang pengetahuan kesehatan gigi dan mulut. Pelatihan dilaksanakan

oleh Dinas Pendidikan dengan narasumber tenaga kesehatan.

2. Pendidikan dan penyuluhan kepada orang tua siswa tentang kesehatan

gigi dan mulut. Dilaksanaan setiap 1 bulan sekali yaitu pada hari sabtu

dan atau pada saat seperti pembagian rapot kenaikan kelas.

3. Diadakannya sikat gigi bersama setiap 2 minggu sekali yang dimasukkan

dalam kegiatan ekstrakulikuler siswa/siswi yang dibimbing oleh guru dan

pihak sekolah.
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan bab 4 maka penulis dapat mengambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Jenis Sikat Gigi anak tunagrahita pada usia 8-10 tahun (33.33%) sudah tepat

dan (66.67%) tidak tepat, sedangkan dari usia13-18 tahun (54.55%) sudah

tepat dan (45.45%) tidak tepat.

2. Penggunaan pasta gigi anak tunagrahita pada usia 8-10 tahun (66.67%) sudah

tepat dan (33.33%) tidak tepat, sedangkan dari usia 13-18 tahun (45.45%)

sudah tepat dan (54.55%) tidak tepat.

3. Cara menyikat gigi anak tunagrahita pada usia 8-10 tahun dan 13-18 tahun

(100%) dalam hal menyikat gigi masih tidak tepat

4. Sistematis menyikat gigi anak tunagrahita usia 8-10 tahun dan usia 13-18 tahun

(100%) masih tidak tepat.

5. Lamanya menyikat gigi anak tunagrahita pada usia 8-10 tahun dan 13-18 tahun

(100%) sudah tepat.

6. Waktu menyikat gigi anak tunagrahita pada usia 8-10 tahun (100%) tidak tepat,

sedangkan dari usia 13-18 tahun (10%) sudah tepat dan (90%) tidak tepat.
B. SARAN
1. Diharapkan tim tenaga kesehatan dari puskesmas dapat memberikan

penyuluhan kepada orang tua tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan

mulut seperti penyuluhan tentang cara menyikat gigi, waktu menyikat gigi, dan

lamanya dalam menyikat gigi terutama pada anak tunagrahita.

2. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan pemeriksaan status

kebersihan gigi dan mulut pada anak tunagrahita dan perlunya evaluasi

berkesinambungan dari tim tenaga kesehatan melalui pihak puskesmas tentang

cara menyikat gigi.


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah,Nandiyah,2013,Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus,Jurnal portalgaruda


Magistra No. 86 Th. XXV Desember 2013 ISSN 0215-9511. diakses 23
februari 2016
Alfira, ST, Nurfaidah,2014, pengaryh sinar-X terhadap kesehatan janin ibu hamil
Trisemester pertama. Skripsi Universitas Hasanudin Makassar. Diakses 25
Juni 2016
Delphie,Bandi, 2009, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus dalam settingan
pendidikan inklusi. PT, Intan sejati Klaten
Dr. Budiman,S.Pd., SKM., S,Kep., M.Kes. 2011. Penelitian Kesehatan. PT. Refika
Aditama
Drg. Dewi Sodja Laela, 2010,Teknik Penulisan Usulan Penelitian dan Karya Tulis
Ilmiah. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Politeknik Kesehatan
Bandung Jurusan Keperawatan Gigi
Dian, 2010,100 Pertanyaan Penting Perawatan Gigi Anak, Dian Rakyat
Kemp,Jane, 2002, Gigi Si Kecil, erlangga
Mumpuniarti,2000 cit Sukadi, 2012 Peningkatan Kemampuan Membaca Melalui
Pendekatan Multisensori Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas V Slb-C
Ma’arif Muntilan Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi Umiversitas Negeri
Yogyakarta. Diakses 30 Juni 2016

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor :
Hk.00.05.42.1018 Tentang Bahan Kosmetik. Diakses 13 Juli 2016

Putri,Megananda.,Herijulianti,Eliza.,Nurjanah,Neneng.2010,Ilmu pengetahuan
penyakit jaringan keras dan jaringan pendukung gigi,Jakarta : EGC
Ramadhan, Gilang, Ardyan, 2010,Serba serbi Kesehatan Gigi dan Mulut, bukune,
Jakarta
Suwelo dalam asokan, 2008 cit Pratiwi,2013, Peningkatan Kemampuan Membaca
Melalui Pendekatan Multisensori Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas V
SLLB-C Ma’arif Muntilan. Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta. diakses
23 februari 2016
Somantri, T. Sutjihati, 2007, Psikologi Anak Luar Biasa, (PT Refika Aditama:
Bandung, 2007), hal 108
Wijaya, Stefani. 2012 Prevalensi Karies Gigi Dan Relasi Gigi Anterior Pada Anak
Sindroma Down Di Kota Makassar. Skripsi Universitas Hassanudin. Tidak
diterbitkan
LAMPIRAN
LEMBAR OBSERVASI

Nama :

Umur :

Sekolah :

No. PERTANYAAN YA TIDAK KETERANGAN

1. Apakah tangkai sikat gigi Tangkai sikat gigi mudah


memenuhi syarat ? dipegang dan stabil,
pegangan sikat gigi harus
cukup lebar dan cukup tebal.
2. Apakah kepala sikat gigi sesuai Kepala sikat gigi tidak terlalu
dengan usia ? besar,untuk dewasa dengan
ukuran sesuai dan untuk anak
ukuran kecil
3. Apakah tekstur atau bulu sikat Tekstur atau bulu sikat gigi
gigi dapat digunakan ? tidak mekar
4. Apakah penggunaan pasta gigi Penggunaan pasta gigi
sudah tepat ? sebesar biji jagung
5. Bagaimana cara menyikat gigi Gerakan dalam lingkaran-
bagian samping ? lingkaran besar
6. Bagaimana cara menyikat gigi Gerakan dalam lingkaran-
bagian depan ? lingkaran besar
7. Bagaimana cara menyikat gigi Gerakan maju mundur
bagian pengunyahan ?
8. Bagaimana cara menyikat gigi Dengan dicungkil-cungkil
bagian dalam gigi ?
9. Apakah menyikat giginya Dimulai dari bagian kanan
sistematis ? lalu bagian kiri atau bagian
kiri lalu bagian kanan
10. Berapa lama waktu menyikat gigi Lamanya menyikat gigi 2 - 5
? menit
WAWANCARA

Tanggal Pengisian :

Nama :

Umur :

Sekolah :

WAKTU MENYIKAT GIGI

1. Berapa kali adik-adik menyikat gigi dalam sehari di rumah ?


..............................................................................................................................
..............................................................................................................
2. Kapan saja adik-adik biasa menyikat gigi di rumah ?
.............................................................................................................................
...............................................................................................................
JAWABAN WAWANCARA

Tingkatan Frekuensi Menyikat Gigi Kategori Waktu


Sekolah Menyikat Gigi

 2X  Kurang
SD  1X Tepat
 Kurang
Tepat

2x Sehari
SMP  2x
 3x
 Kurang
Tepat
 Kurang
Tepat
SMA  3x

 Kurang Tepat
SD  Pagi sewaktu mandi  Kurang Tepat
 Malam sebelum tidur

 Pagi sewaktu mandi  Kurang Tepat Pagi Setelah


SMP  Pagi setelah sarapan, Sarapan dan
sore setelah makan, Malam sebelum
dan malam sebelum Tidur
tidur

SMA  Pagi sewaktu mandi,  Kurang Tepat


siang setelah sarapan,
dan malam sebelum tidur
Master Tabel Hasil Observasi Cara Menyikat Gigi

Tingkat
No Nama Umur Jenis Sikat Gigi Kategori Penggunaan Pasta gigi Kategori
Sekolah
1 BFF 8 Tahun SD Memenuhi syarat sikat gigi Tepat Seluruh permukaan sikat gigi Tidak Tepat
2 CM 13 Tahun SMP Kurang memenuhi syarat sikat gigi Tidak Tepat Sebesar biji jagung Tepat
3 JS 13 Tahun SD Memenuhi syarat sikat gigi Tepat Sebesar biji jagung Tepat
4 MFA 18 Tahun SMP Tidak memenuhi syarat sikat gigi Tidak Tepat Seluruh permukaan sikat gigi Tidak Tepat
5 R 9 Tahun SD Kurang memenuhi syarat sikat gigi Tidak Tepat Sebesar biji jagung Tepat
6 RN 16 Tahun SMP Tidak memenuhi syarat sikat gigi Tidak Tepat Seluruh permukaan sikat gigi Tidak Tepat
7 RMS 17 Tahun SMP Kurang memenuhi syarat sikat gigi Tidak Tepat Sebesar biji jagung Tepat
8 RH 18 Tahun SMA Memenuhi syarat sikat gigi Tepat Seluruh permukaan sikat gigi Tidak Tepat
9 SAG 15 Tahun SMP Tidak memenuhi syarat sikat gigi Tidak Tepat Seluruh permukaan sikat gigi Tidak Tepat
10 SAP 10 Tahun SD Kurang memenuhi syarat sikat gigi Tidak Tepat Sebesar biji jagung Tepat
Tepat
11 AD 14 Tahun SMP Tidak memenuhi syarat sikat gigi Tidak Tepat Sebesar biji jagung
Tepat
12 W 16 Tahun SD Memenuhi syarat sikat gigi Tepat Sebesar biji jagung
Tidak Tepat
13 T 16 Tahun SD Memenuhi syarat sikat gigi Tepat Seluruh permukaan sikat gigi
Tidak Tepat
14 AD 18 Tahun SD Memenuhi syarat sikat gigi Tepat Seluruh permukaan sikat gigi
Sistematis
Cara Menyikat
No Nama Kategori Menyikat Kategori Waktu Kategori Waktu Menyikat Gigi Kategori
Giigi
Gigi
Teknik Tidak Tidak
1 BFF Tidak Tepat Tidak Tepat 2 menit Tepat Pagi sewaktu mandi
Horizontal Sistematis Tepat
Teknik Tidak Pagi setelah sarapan dan
2 CM Tidak Tepat Tidak Tepat 3 menit Tepat Tepat
Horizontal Sistematis malam sebelum tidur
Teknik Tidak Pagi sewaktu mandi dan Tidak
3 JS Tidak Tepat Tidak Tepat 3 menit Tepat
Horizontal Sistematis malam sebelum tidur Tepat
Pagi setelah sarapan, Sore
Teknik Tidak Tidak
4 MFA Tidak Tepat Tidak Tepat 2 menit Tepat setelah makan, dan malam
Horizontal Sistematis Tepat
sebelum tidur
Teknik Tidak Tidak
5 R Tidak Tepat Tidak Tepat 2 menit Tepat Pagi sewaktu mandi
Horizontal Sistematis Tepat
Pagi setelah sarapan, Sore
Teknik Tidak Tidak
6 RN Tidak Tepat Tidak Tepat 2 menit Tepat setelah makan, dan malam
Horizontal Sistematis Tepat
sebelum tidur
Teknik Tidak Siang sewaktu mandi dan Tidak
7 RMS Tidak Tepat Tidak Tepat 3 menit Tepat
Horizontal Sistematis malam sebelum tidur Tepat
Pagi sewaktu mandi, Siang
Teknik Tidak Tidak
8 RH Tidak Tepat Tidak Tepat 3 menit Tepat setelah sarapan, dan
Horizontal Sistematis Tepat
malam sebelum tidur
Pagi setelah sarapan, Sore
Teknik Tidak Tidak
9 SAG Tidak Tepat Tidak Tepat 2 menit Tepat setelah makan, dan malam
Horizontal Sistematis Tepat
sebelum tidur
Teknik Tidak Pagi sewaktu mandi dan Tidak
10 SAP Tidak Tepat Tidak Tepat 2 menit Tepat
Horizontal Sistematis Sore sewaktu mandi Tepat
Teknik Tidak Pagi sebelum sarapn dan Tidak
11 AD Tidak Tepat Tidak Tepat 2 menit Tepat
Horizontal Sistematis Malam sebelum tidur Tepat
Teknik Tidak Pagi sewaktu mandi dan Tidak
12 W Tidak Tepat Tidak Tepat 2 menit Tepat
Horizontal Sistematis Malam sebelum tidur Tepat
Teknik Tidak Pagi sebelum sarapn dan Tidak
13 T Tidak Tepat Tidak Tepat 2 menit Tepat
Horizontal Sistematis Sore Setelah makan Tepat
Teknik Tidak Pagi sewaktu mandi dan Tidak
14 AD Tidak Tepat Tidak Tepat 2 menit Tepat
Horizontal Sistematis malam sebelum tidur Tepat
DOKUMENTASI PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai