Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

• Latar Belakang
Siklus estrus merupakan sederetan aktivitas seksual dari awal hingga akhir dan terus
berulang. Panjang waktu siklus estrus pada tikus putih (Rattus norvegicus L.) yaitu 4 sampai
5 hari. Siklus ini dibedakan dalam 2 tingkatan yaitu fase folikuler dan fase luteal. Fase
folikuler adalah pembentukan folikel sampai masak sedangkan fase luteal adalah fase setelah
ovulasi sampai ulangan berikutnya dimulai. Siklus estrus pada hewan berasal dari folokel
graff ke korpus luteum .
Siklus estrus merupakan waktu antara periode estrus. Betina memiliki waktu sekitar 25-
40 hari pada estrus pertama. Mencit merupakan poliestrus dan ovulasi terjadi secara
spontan,.durasi siklus estrus 4-5 hari dan fase estrus sendiri membutuhkan waktu. Tahapan
pada siklus estrus dapat dilihat pada vulva. Fase-fase pada siklus estrus diantaranya adalah
estrus, metestrus, diestrus, dan proestrus. Periode-periode tersebut terjadi dalam satu siklus
dan serangkaian, kecuali pada saat fase anestrus yang terjadi pada saat musim kawin .

• Rumusan Masalah
Apakah siklus Estrus itu ?
Bagaimanakah tahapan yang terjadi pada siklus estrus ?

• Tujuan
Praktikum ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui kejadian serta tahapan-tahapan yang
terjadi pada pada siklus estrus

• Manfaat
Mengetahui dan mengerti tentang siklus estrus, serta dapat memakai fasilitas laboratorium
untuk pembelajaran.
• Sarana
• Mikroskop
• Objek glass
• Cover glass
• Larutan saline
• Spuit 1 ml
• Mencit
BAB II
METODE KERJA

1. Analisa Prosedur
• Diambil larutan saline menggunakan spuit injeksi 1ml sebanyak 0,1 ml.
• Larutan saline disemprotkan ke vagina dan dihisap dengan beberapa kali pengulangan.
• Teteskan larutan saline yang sudah mengandung sel-sel vagina pada object glass dan
tutup dengan cover glass.
• Amati di bawah mikroskop sel-sel vagina yang ada dalam hapusan vagina tersebut dan
gambarkan sel-sel tersebut.
• Tentukan fase dalam siklus estrus yang terjadi pada mencit saat itu dan gambarkan
bentuk sel pada fase tersebut.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

Pada fase estrus yang dalam bahasa latin disebut oestrus yang berarti “kegilaan” atau
“gairah”, hipotalamus terstimulasi untuk melepaskan gonadotropin-releasing hormone (GRH).
Estrogen menyebabkan pola perilaku kawin pada mencit, gonadotropin menstimulasi
pertumbuhan folikel yang dipengaruhi follicle stimulating hormone (FSH) sehingga terjadi
ovulasi. Kandungan FSH ini lebih rendah jika dibandingkan dengan kandungan luteinizing
hormone (LH) maka jika terjadi coitus dapat dipastikan mencit akan mengalami kehamilan. Pada
saat estrus biasanya mencit terlihat tidak tenang dan lebih aktif, dengan kata lain mencit berada
dalam keadaan mencari perhatian kepada mencit jantan. Fase estrus merupakan periode ketika
betina reseptif terhadap jantan dan akan melakukan perkawinan, mencit jantan akan mendekati
mencit betina dan akan terjadi kopulasi.
Mencit jantan melakukan semacam panggilan ultrasonik dengan jarak gelombang suara
30 kHz – 110kHz yang dilakukan sesering mungkin selama masa pedekatan dengan mencit
betina, sementara itu mencit betina menghasilkan semacam pheromon yang dihasilkan oleh
kelenjar preputial yang diekskresikan melalui urin. Pheromon ini berfungsi untuk menarik
perhatian mencit jantan. Mencit dapat mendeteksi pheromon ini karena terdapat organ
vomeronasal yang terdapat pada bagian dasar hidungnya. Pada tahap ini vagina pada mencit
betinapun membengkak dan berwarna merah. Tahap estrus pada mencit terjadi dua tahap yaitu
tahap estrus awal dimana folikel sudah matang, sel-sel epitel sudah tidak berinti, dan ukuran
uterus pada tahap ini adalah ukuran uterus maksimal, tahap ini terjadi selama 12 jam. Lalu tahap
estrus akhir dimana terjadi ovulasi yang hanya berlangsung selama 18 jam.
Pada dasarnya dua jenis siklus yang berbeda ditemukan pada mamalia betina. Manusia
dan banyak primata lain mampunyai siklus menstrtuasi (menstrual cycle), sementara mamalia
lain mempunya siklus estrus (estrous cycle). Pada kedua kasus ini ovulasi terjadi pada suatu
waktu dalam siklus ini setelah endometrium mulai menebal dan teraliri banyak darah, karena
menyiapkan uterus untuk kemungkinan implantsi embrio. Satu perbedaan antara kedua siklus
itu melibatkan nasib kedua lapisan uterus jika kehamilan tidak terjadi. Pada siklus menstruasi
endometrium akan meluruh dari uterus melalui serviks dan vagina dalam pendarahan yang
disebut sebagai menstruasi. Pada siklus estrus endometrium diserap kembali oleh uterus, dan
tidak terjadi pendarahan yang banyak .
Siklus estrus dibedakan dalam 2 tingkatan yaitu fase folikuler dan fase luteal. Fase folikuler
adalah pembentukan folikel sampai masak sedangkan fase luteal adalah setelah ovulasi sampai
ulangan berikutnya dimulai. Siklus estrus pada hewan berasal dari folokel graff ke korpus
luteum. Siklus estrus dapat dibedakan menjadi 4 fase, yaitu :
• Fase proestrus.
Ditandai dengan adanya sel-sel epitel normal. Terjadi pembentukan folikel sampai tumbuh
maksimum. Pertumbuahan folikel ini menghasilkan estrogen sehingga dinding uterus menjadi
lebih tebal dan halus serta lebih bergranula. Selain itu digetahkan cairan yang agak pekat yang
dinamakan cairan milk uteria. Struktur histologis epitel vagina pada fase proestrus adalah sebagi
berikut : Berlapis banyak (10-13), stratum korneum kornifikasi aktif, leukosit sedikit,dan mitosis
aktif.
• Fase estrus.
Fase ini ditandai dengan adanya sel-sel epitel enanduk. Produksi estrogen akan bertambah
dan terjadi ovulasi sehingga dinding mukosa uterus akan menggembung dan mengandung sel-sel
darah. Pada fase ini folikel matang dan terjadi ovulasi dan betina siap menerima sperma dari
jantan. Sel-sel epitel menanduk merupakan indikator terjadinya ovulasi. Menjelang ovulasi
leukosit makin banyak menerobos lapisan mukosa vagina kemudian ke lumen. Selama masa
luteal pada ovarium dengan pengaruh hormon progesteron dapat menekan pertumbuhan sel
epitel vagina. Struktur histologis epitel vagina pada fase estrus sebagai berikut : Lapisan
superficial berinti, Struktur korneum sedikit dan melepas leukosit di bawah epitel, Mitosis
berkurang, Leukosit tidak ada.
• Fase Diestrus
Pada fase diestrus ditandai dengan adanya sel epitel normal dan banyak leukosit.
• Fase anestrus
Fase anestrus merupakan fase istirahat jika tidak terjadi fertilisasi atau kehamilan. Ditandai
dengan sel epitel normal atau sel epitel biasa dan sel epitel menanduk. Dimana lapisan
epiteliumnya 4-7 dan terdapat leukosit pada lapisan luar.
Sistem reproduksi memiliki 4 dasar yaitu untuk menghasikan sel telur yang membawa
setengah dari sifat genetik keturunan, untuk menyediakan tempat pembuahan selama pemberian
nutrisi dan perkembangan fetus dan untuk mekanisme kelahiran. Lokasi sistem reproduksi
terletak paralel diatas rektum. Sistem reproduksi dalam terdiri dari ovari, oviduct, dan uterus.
Ovari merupakan organ reproduki yang penting. Terdapat dua ovari yaitu sebelah kanan
dan kiri. Besarnya sekitar 1,5 inci dengan tebal sekitar 1 inci dan terletak di dalam suatu
membran seperti kantungn ovarian bursa. Ovari bertanggung jawab pada sekresi hormon
estrogen dan progesterone dan produksi telur yang baik untuk dibuahi. Telur-telur mulai matang
di ovari dalam suatu cairan berisi folikel. Pertumbuhan folikel diatur oleh hormon pituitary, yaitu
Follicle Stimulating Hormone (FSH). Selanjutnya sel yang mana dibatasi oleh folikel dan
dikelilingi sel telur akan mensekresikan estrogen untuk merespon jumlah hormone pituitary
hormone lainnya meningkat yaitu Luteinizing Hormone (LH). Jumlah estrogen mencapai
maksimum pada saat fase standing heat. Diikuti dengan meningginya LH pada telur yang
dilepaskan dari folikel dan ovulasi yang terjadi.
Oviduct merupakan tabung panjang yang menghubungkan ovari dengan uterus. Di ujung
terdekat ovari, oviduct dilebarkan ke dalam infundibulum. Selama fase estrus, posisi
infundibulum mengelilingi ovari untuk menjaga sel telur yang terovulasi di dalam oviduct. Oleh
karena itu, di dalam oviduct, sel telur berjalan ke arah uterus.
Uterus berbentuk Y terdiri dari kanan dan kiri yang terhuung pada oviduct. Jalan dai
kedua tanduknya membentuk tubuh uterus. Uterus berfungsi untuk membawa sel sperma menuju
oviduct dan membawa nutrisi dan menyediakan tempat untuk perkembangan janin. Pada anak
sapi dinding muskular uterus mempunyai kemampuan untuk ekspulsi pada janin.

3.2 Analisa Hasil


A. Siklus Estrus
Siklus estrus dapat dibagi dalam beberapa tahap yaitu tahap diestrus, proestrus, estrus,
dan metestrus. Panjang waktu yang dimiliki untuk siklus estrus pada tikus putih
(Rattusnorvegicus L.) yaitu 4 sampai 5 hari.
Siklus estrus pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 4 fase, yaitu Fase proestrus, estrus,
diestrus dan metestrus. Akan tetapi pada praktikum yang dilakukan hanya menemukan 3
fase yaitu fase estrus, metetrus, dan diestrus . Pada fase estrus bentuk sel tidak beraturan,
memiliki sel epitel yang banyak, tidak berinti atau disebut dengan anuclear. Pada fase
metetrus ditandai dengan jumlah epitel yang menurun dan leukosit yang meningkat
jumlahnya. Pada fase diestrus terdapat banyak sel laukosit dengan sel yang tidak beraturan,
akan tetapi sudah berinti namun intinya kecil yang juga dapat digolongkan kedalam
intermediate. Ciri siklus estrus tidak dapat dipisahkan dari proses perubahan yang terjadi
pada sel-sel epitelnya, untuk itu berikut adalah penjelasan mengenai beberapa hal yang
berhubungan dengan histologi sel epitel vagina: Sel kornifikasi adalah tipe sel vagina yang
paling tua dari sel parabasal, sel intermediate, sel superfisial, dan mempunyai ciri nukleus
yang tidak lengkap. Sel epitel adalah sel yang menyusun jaringan epitelium, biasanya
terletak pada bagian tubu yang mempunyai lumen dan kantong misal vagina.
Sel intermediet adalah tipe sel epitel vagina yang lebih tua dari parabasal tetapi lebih
muda dari sel superfisial dan sel squamous tanpa nukleus Inti sel pyknotic adalah nukleus
yang telah degeneratif dan merupakan ciri dari sel superfisial.
Pengurutan proses
pertumbuhan sel dari epitel sel vagina berkaitan dengan siklus estrus dapat diurutkan
sebagai berikut; Sel-sel parabasal (dijumpai pada fase proestrus, serta pada fase akhir
diestrus). Sel-sel intermediet (dijumpai pada fase proestrus akhir dan metestrus awal). Sel-
sel superfisial (fase metestrus akhir dan fase estrus). Sel-sel squamous tanpa nukleus (fase
estrus).

Siklus estrus dapat dibagi dalam beberapa tahap yaitu tahap diestrus, proestrus, estrus,
dan metestrus. Tahap-tahap siklus dapat ditentukan dengan melihat gambaran sitologi apusan
vagina. Paad saat estrus, vagina memperlihatkan sel-sel epitel yang menanduk. Apusan vagina
biasanya dibuat pada hewan laboratorium, umpanya mencit dan tikus, sebelum hewan jantan dan
betina disatukan, penyatuan sebaiknya dilakukan pada saat estrus awal. Pada saat estrus, vulva
hewan betina biasanya merah dan bengkak. Adanya sumbat vagina setelah penyatuan
menandakan bahjwa kopulasi telah berlangsung, dan hari itu ditentukan sebagai hari kehamilan
yang ke nol. Pada fase estrus, terlihat pengaruh estrogen dan dikarakteristikkan oleh sel
kornifikasi yang nyata (jelas) dan hilangnya leukosit. Pada akhir fase estrus, lapisan kornifikasi
tampak sloughed off dan invasi leukosit terjadi. Selama diestrus, leukosit tampak berlimpah.
Fase proestrus, tanpa leukosit dan dikarakteristikkan oleh sel epitel yang dinukleasi. Fase estrus
terjadi dengan pengaruh hormon gonadotropin dan sekresi estrogen mempunyai pengaruh yang
besar. Fase metestrus, selama fase ini dimana sinyal stimulasi estrogen turun. Uterus dipengaruhi
oleh progesteron dan menjadi sikretori. Tipe fase ini adalah jelas dan mungkin berakhir 1-5 hari.
Beberapa hewan mengeluarkan akibat penurunan tingkatan estrogen. Pada fase metestrus dimana
uterus dipengaruhi oleh progesteron dan menjadi sikretori. Tipe fase ini adalah jelas dan
mungkin berakhir 1-5 hari.Fase diestrus dikarakteristikkan oleh aktivitas corpus luteum dimana
dalam memproduksi progesteron.
Fase metestrus, histologi dari smear vagina menampakkan suatu fenomena kehadiran sel-
sel yang bergeser dari sel-sel parabasal ke sel-sel superfisial, selain itu sel darah merah dan
neutrofil juga dapat diamati Sel-sel parabasal adalah sel-sel termuda yang terdapat pada siklus
estrus. Karakteristik dari sel-sel parabasal yaitu : Bentuknya bundar atau oval, mempunyai
bagian nukleus yang lebih besar daripada sitoplasma, sitoplasmanya biasanya tampak tebal,
secara umum dengan pewarnaan berwarna gelap.
Proses perubahan sel-sel parabasal menuju sel intermediet kemudian sel-sel superfisial
dan sel-sel anucleate dapat dijelaskan seperti: Bentuk bundar atau oval perlahan-perlahan akan
berubah menjadi bentuk poligonal atau bentuk tidak beraturan. Ukuran nuklei yang besar secara
perlahan-lahan akan mengecil, pada beberapa kasus nuklei mengalami kematian atau rusak
secara bersamaan ukuran sitoplasma akan lebih tipis daripada semula. Karena ukuran sitoplasma
lebih kecil dari semula maka sel-sel parabasal yang berwarna gelap akibat pewarnaan akan
berubah menjadi sel-sel yang bewarna lebih cerah akibat pewarnaan yang sama. Proses
perubahan di atas dapat ditengarai sebagai salah satu proses pada siklus estrus.
Fase proestrus merupakan periode persiapan yang ditandai dengan pemacuan
pertumbuhan folikel oleh FSH sehingga folikel tumbuh dengan sepat . Proestrus berlangsung
selama 2-3 hari. Pada fase kandungan air pada uterus meningkat dan mengandung banyak
pembuluh darah dan kelenjar-kelenjar endometrial mengalami hipertrofi. Dan fase metestrus
ditandai dengan terhentinya birahi, ovulasi terjadi dengan pecahnya folikel, rongga folikel secara
berangsur-ansur mengecil,dan pengeluaran lendir terhenti. Selain itu terjadi penurunan pada
ukuran dan vaskularitas.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi estrus


Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap estrus adalah histologi dan fungsi hipotalamus
serta hipofisis dalam kaitannya dengan proses reproduksi, terjadinya pubertas pada hewan betina
termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi siklus estrus serta proses pembentukan sel kelamin
(gametogenesis). Selain itu terdapat faktor-faktor lain yang lebih berpengaruh yaitu hormon.
Hormon progesteron dipersiapkan uterus untuk implantasi blatosis, memelihara dan
mengatur organ-organ reproduksi. Corpus luteum pada tikus merupakan sumber progesteron
utama, sehingga kadar hormon progesteron sangat erat kaitannya dengan tingkat ovulasi.
Semakin tinggi ovulasi, maka kadar hormon progesteron akan meningkat. Hormon progesteron
bervariasi sesuai laju ovulasi (jumlah corpus luteum). Kelenjar endometrium uterus berfungsi
mengeluarkan zat-zat makanan yang berupa susu uterus untuk menunjang pertumbuhan dan
perkembangan embrio. Kelenjar - kelenjar mensintesa susu uterus berada dibawah kontrol
hormon.
Pertumbuhan dan perkembangan folikel primer dirangsang oleh hormon FSH. Pada saat
tersebut sel oosit primer akan membelah dan menghasilkan ovum yang haploid. Saat folikel
berkembang menjadi folikel graaf yang masak, folikel ini juga menghasilkan hormon estrogen
yang merangsang keluarnya LH dari hipofisis. Estrogen yang keluar berfungsi merangsang
perbaikan dinding uterus yaitu endometrium yang habis terkelupas waktu menstruasi, selain itu
estrogen menghambat pembentukan FSH dan memerintahkan hipofisis menghasilkan LH yang
berfungsi merangsang folikel graaf yang masak untuk mengadakan ovulasi, waktu di sekitar
terjadinya ovulasi disebut fase estrus.
BAB IV
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Siklus estru dibedakan dalam 2 tingkatan yaitu fase folikuler dan fase luteal. Fase folikuler
adalah pembentukan folikel sampai masak sedangkan fase luteal adalah setelah ovulasi sampai
ulangan berikutnya dimulai. Siklus estrus pada hewan berasal dari folokel graff ke korpus
luteum. Siklus estrus pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 4 fase, yaitu Fase proestrus, estrus,
diestrus dan anestrus. Pada praktikum yang dilakukan selama 7 hari pengamatan hanya
ditemukan 2 fase, estrus (gambar A), dan diestrus (gambar B). pada fase estrus bentuk sel tidak
beraturan, memiliki sel epitel yang banyak, tidak berinti atau disebut dengan anuclear. Pada fase
diestrus terdapat banyak protoplasma dengan sel yang tidak beraturan, akan tetapi sudah berinti
namun intinya kecil yang juga dapat digolongkan kedalam intermediate.

5.2 Saran
Praktikum dilakukan akan lebih baik bila dilakukan dengan kesabaran dan ketelitian agar
memperoleh hasil yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Bowo. 2008. Siklus Estrus pada Rattus


norvegicus http://darmaqua.blogspot.com/feeds/posts/defaultp. Tanggal akses 5 Mei 2008
Brandon J.M. dan J.E. Evans 1983. Changes in Uterine Mast Cells during the Estrous Cycle in
the Syrian hamster. Am J Anat 167, 241-247. Tanggal akses 5 Mei 2008.
Dhayu. 2000. Siklus Menstruasi Pada Wanita. http://dhayubiologi.wordpress.com/. Tanggal
akses 5 Mei 2008.
Dvorak A.M. 1991. Basophil and Mast Cell Degranulation and Recovery. In: Harris J.R., editor.
Blood Cell Biochemistry. Vol 4, New York: Plenum Press. Pp 27-65.
Hill, Mark. 2006. Estrous Cycle. The university of new south
wales.Sidney.http://www.lpp.uns.ac.id/web/moodle/m oodledata/12 5/3Oogenesis.pdf. Tanggal
akses 5 Mei 2008
Marcondes, F. K., Bianchi, F. J. And Tanno, A. P. 2002. Determination Of The Estrous Cycle
Phases Of Rats: Some Helpful Considerations. Universidade Estadual De Campinas, Av.
Limeira. Piracicaba, Brazil
Sucipto. A. 2008. Kromosom dan Karyotipe. http://www.biology- um.com/data/abstrakweb/04-
01.pdf. Tanggal akses 5 Mei 2008.
Taw. 2008. Oviduct and Uterus Histology. http://www.siu.edu/~tw3a/utest.jpg. HYPERLINK
"http://www.siu.edu/~tw3a/utest.jpg.%20Tanggal%20akses%205"Tanggal akses 5 Mei 2008.
Tanggal akses 5 Mei 2008.
Widyawati. P. 2007. Struktur Reproduksi
Wanita. http://209.85.175.104/search?q=cache:4QVV9MvOG vwJ:w
ww.sch.id/pelajrn/b.........................................../tahuka
h.htm+siklus+menstruasi+mamalia&hl=id&ct=clnk& cd=2&gl=id. Tanggal akses 5 Mei 2008.

Anda mungkin juga menyukai