A. Pendahuluan
Penelitian atau riset merupakan terjemahan dari bahasa Inggris research,
yang merupakan gabungan dari kata re (kembali) dan to search (mencari).
Beberapa sumber lain menyebutkan bahwa research adalah berasal dari bahasa
Perancis recherche. Banyak sekali definisi tentang penelitian yang muncul, salah
satu yang cukup terkenal adalah menurut Webster’s New Collegiate Dictionary yang
mengatakan bahwa penelitian adalah “penyidikan atau pemeriksaan bersungguh-
sungguh, khususnya investigasi atau eksperimen yang bertujuan menemukan dan
menafsirkan fakta, revisi atas teori atau dalil yang telah diterima”.
T. Hillway dalam bukunya berjudul Introduction to Research menambahkan
bahwa penelitian adalah “studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang
hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah, sehingga diperoleh pemecahan
yang tepat terhadap masalah tersebut”. Ilmuwan lain bernama Woody memberikan
gambaran bahwa penelitian adalah “metode menemukan kebenaran yang dilakukan
dengan critical thinking (berpikir kritis)”.
Penelitian bisa menggunakan metode ilmiah (scientific method) atau non-
ilmiah (unscientific method). Tapi kalau kita lihat dari definisi diatas, penelitian banyak
bersinggungan dengan pemikiran kritis, rasional, logis (nalar), dan analitis, sehingga
akhirnya penggunaan metode ilmiah (scientific method) adalah hal yang jamak dan
disepakati umum dalam penelitian. Metode ilmiah juga dinilai lebih bisa diukur,
dibuktikan dan dipahami dengan indera manusia. Penelitian yang menggunakan
metode ilmiah disebut dengan penelitian ilmiah (scientific research).
Ketidakpuasan manusia terhadap cara-cara non-ilmiah (unscientific) membuat
manusia menggunakan cara berpikir deduktif atau induktif. Kemudian orang mulai
memadukan cara berpikir deduktif dan induktif, dimana perpaduan ini disebut dengan
berpikir reflektif (reflective thinking). Diperkenalkan oleh John Dewey, yang akhirnya
menjadi dasar metode penelitian ilmiah. Tahapannya adalah:
1. The Felt Need (adanya suatu kebutuhan): Seseorang merasakan adanya
suatu kebutuhan yang menggoda perasaanya sehingga dia berusaha
mengungkapkan kebutuhan tersebut.
2. The Problem (menetapkan masalah): Dari kebutuhan yang dirasakan pada
tahap the felt need diatas, diteruskan dengan merumuskan, menempatkan
dan membatasi permasalahan (kebutuhan). Penemuan terhadap kebutuhan
dan masalah boleh dikatakan parameter yang sangat penting dan
menentukan kualitas penelitian. Studi literatur, diskusi, dan pembimbingan
dilakukan sebenarnya untuk men-define kebutuhan dan masalah yang akan
diteliti.
3. The Hypothesis (menyusun hipotesis): Jawaban atau pemecahan masalah
sementara yang masih merupakan dugaan yang dihasilkan misalnya dari
pengalaman, teori dan hukum yang ada.
4. Collection of Data as Avidance (merekam data untuk pembuktian):
Membuktikan hipotesis dengan eksperimen, pengujian dan merekam data di
lapangan. Data-data dihubungkan satu dengan yang lain untuk ditemukan
kaitannya. Proses ini disebut dengan analisis. Kegiatan analisis dilengkapi
dengan kesimpulan yang mendukung atau menolak hipotesis.
5. Concluding Belief (kesimpulan yang diyakini kebenarannya): Berdasarkan
analisis yang dilakukan pada tahap ke-4, dibuatlah sebuah kesmpulan yang
diyakini mengandung kebenaran, khususnya untuk kasus yang diuji.
1
6. General Value of the Conclusion (memformulasikan kesimpulan umum):
Kesimpulan yang dihasilkan tidak hanya berlaku untuk kasus tertentu, tetapi
merupakan kesimpulan (bisa berupa teori, konsep dan metode) yang bisa
berlaku secara umum, untuk kasus lain yang memiliki kemiripan-
kemiripan tertentu dengan kasus yang telah dibuktikan diatas.
Kalau ada pertanyaan untuk apa penelitian perlu dilakukan? Maka ada
beberapa kemungkina jawabannya, tergantung pada maksud dan tujuannya
melakukan penelitian, seperti:
1. Memecahkan atau menyelesaikan permasalahan yang dihadapi
2. Menemukan, mengembangkan dan memperbaiki teori
3. Menemukan, mengembangkan dan memperbaiki metode kerja
4. Membangun teori baru
5. Menemukan dan memprediksi hal yang mungkin terjadi pada masa akan
datang
B. Materi Pokok
1. Pengertian Penelitian Tindakan (Action Research)
Penelitian menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan
menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau
informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu ataupun kualitas sesuatu
pekerjaan. Kegiatan penelitian di bidang pendidikan, sosial, ekonomi, politik dan
keagamaan semakin berkembang secara intensif sesuai dengan kebutuhan
informasi yang akurat untuk dasar pembuatan keputusan atau kebijakan dalam
semua masalah kehidupan, tak terkecuali pendidikan. Penelitian juga dilaksanakan
untuk menjawab persoalan-persoalan yang dihadapi manusia dalam kehidupannya
seperti halnya dalam bidang ekonomi, politik, agama, sosial budaya dan pendidikan.
Pada dasarnya, penelitian ilmah merupakan usaha sistematik dalam
menjawab dan menemukan suatu permasalahan secara ilmiah. Tuckman (1972:4),
menjelaskan: “research is a systematic attempt to provides an answer to question”.
Hadjar (1996:5), menambahkan bahwa informasi dan pengetahuan kependidikan
yang diperoleh melalui penelitian mempunyai tingkat kesahihan yang lebih bisa
diandalkan, dan dari hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk menetapkan
kebijakan baru dalam dunia pendidikan.
Penelitian tindakan (action research) adalah nama yang diberikan kepada
suatu aliran dalam penelitian pendidikan. Untuk membedakannya dengan penelitian
lainnya, para peneliti pendidikan sering menggunakan istilah “classroom research”
yang bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah melalui penelitian langsung di
kelas atau tempat kerja (Isaac, 1984:27).
Penelitian tindakan digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi
seseorang dalam bidang tugasnya sehari-hari. Pada peneliti action research tidak
berasumsi bahwa hasil penelitiannya akan menghasilkan teori yang dapat digunakan
secara umum (digeneralisasikan), namun hanya terbatas pada kepentingan
penelitinya sendiri, dengan tujuan agar sipeneliti dapat melaksanakan tugasnya
sehari-hari secara lebih baik.
Menurut Kemmis (1983), penelitian tindakan adalah sebuah bentuk inkuiri
reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu (termasuk
pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan, yang meliputi: (a)
kegiatan praktik sosial atau pendidikan mereka; (b) pemahaman mereka mengenai
2
kegiatan-kegiatan praktik pendidikan; dan (c) situasi yang memungkinkan
terlaksananya kegiatan praktik tersebut.
Berdasarkan penjelasan di atas, terungkap sejumlah ide pokok dalam
penelitian tindakan (action research) sebagai berikut:
a. Penelitian tindakan adalah satu bentuk inkuiri atau penyelidikan yang
dilakukan melalui refleksi diri.
b. Penelitian tindakan dilakukan oleh peserta yang terlibat dalam situasi yang
diteliti seperti guru, siswa atau kepala sekolah.
c. Penelitian tindakan dilakukan dalam situasi sosial, termasuk situasi
pendidikan.
d. Tujuan penelitian tindakan adalah untuk memperbaiki, termasuk situasi
pendidikan dari praktik-praktik, pemahaman terhadap praktik tersebut, serta
situasi atau lembaga tempat praktik tersebut dilaksanakan.
7
memberikan dasar bagi refleksi sekarang, lebih-lebih lagi ketika siklus terkait
masih berlangsung. Observasi yang cermat diperlukan karena tindakan
selalu akan dibatasi oleh kendala realitas, dan semua kendala tersebut
belum pernah dapat dilihat dengan jelas pada waktu sebelumnya. (Kemmis
dan Taggart, 1990: 13)
4. Perenungan kembali (reflection)
Mengenai refleksi (reflection) Kemmis dan McTaggart menjelaskan sebagai
berikut:
Refleksi adalah mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan persis
seperti yang telah dicatat dalam observasi. Refleksi berusaha memahami
proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan
strategik. Refleksi mempertimbangkan ragam persepektif yang mungkin ada
dalam situasi sosial, dan memahami persoalan dan keadaan tempat
timbulnya persoalan itu. (Kemmis dan Taggart, 1990: 14)
Keempat aspek tersebut digambarkan Kemmis sebagai sebuah prosedur yang
bersifat sirkuler sebagai berikut:
1. Ide Awal
Seseorang yang berkehendak melaksanakan suatu penelitian baik yang berupa
penelitian positivisme, naturalistic, analisis isi maupun PTK pasti diawali dengan
gagasan – gagasan atu ide – ide, dan gagasan itu dimungkinkan yang dapat
dikerjakan atau dilaksanaknnya. Pada umumnya ide awal yang menggayut di PTK
ialah terdapatnya suatu permasalahan yang berlangsung di dalam suatu kelas. Ide
9
awal tersebut di antaranya berupa suatu upaya yang dapat ditempuh untuk
mengatasi permasalahantersebut dengan penerapan PTK itu peneliti mau berbuat
apa demi suatu perubahan dan perbaikan.
2.Prasurvei
Prasurvei dimaksudkan untuk mengetahui secara detail kondisi yang terdapat di
suatu kelas yang akan diteliti. Bagi pengajar yang bermaksud melakukan penelitian
di kelas yang menjadi tanggung jawabnya tidak perlu melakukan prasurvai
karenaberdasarkan pengalamannya selama dia di depan kelas sudah secara cermat
dan pasti mengetahui berbagai permasalahan yang dihadapinya, baik yang berkaitan
dengan kemajuan siswa, asarana pengajaran maupun sikap siswanya. Dengan
demikian para guru yang sekaligus sebagai peneliti di kelasnya sudah akan
mengetahui kondisi kelas yang sebenarnya.
3.Diagnosis
Diagnosis dilakukan oleh peneliti yang tidak terbiasa mengajar di suatu kelas yang
dijadikan sasaran penelitian. Peneliti dari luar lingkungan kelas/sekolah perlu
mealkukan diagnose atau dugaan – dugaan sementara mengenai timbulnya suatu
permasalahan yang muncul di dalam satu kelas. Dengan diperolehnya hasil
diagnosis, peneliti PTK akan dapat menentukan berbagai hal, misalnya strategi
pengajaran, media pengajaran, dan materi pengajaran yang tepat dalam kaitannya
dengan implementasinya PTK.
4.Perencanaan
Di dalam penentuan perencanaan dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu perencanaan
umum dan perencanaan khusus. Perencanaan umum dimaksudkan untuk menyusun
rancangan yang meliputi keseluruhan aspek yang gerkait PTK. Sementara itu,
perencanaan khusus dimaksudkan untuk menytusun rancangan dari siklus per
siklus. Oleh karenya dalam perencanaan khusus ini tiap kali terdapat perencanan
ulang (replanning). Hal – hal yang direncanakan di antaranya terkait dengan
pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, teknik atau strategi pembelajaran,
media dan materi pembelajaran, dan sebagainya. Perencanaan dalam hal ini kurang
lebih hamper sama dengan apabila kita menyiapkan suatu kegiatan belajar –
mengajar.
5.Implementasi Tindakan
Implementasi tindakan pad prinsipnya merupakan realisasi dari suatu tindakan yang
sudah direncanakan sebelumnya. Strategi apa yang digunakan, materi apa yang di
ajarkan atau dibahas dan sebagainya.
6.Pengamatan
Pengamatan, observasi atau monitoring dapat dilakukan sendiri oleh peneliti atau
kolaborator, yang memang diberi tugas untuk hal itu. Pada saat memonitoring
pengmat haruslah menvatat semua peristiwa atau hal yang terjadi di kelas penelitian.
Misalnya mengenai kinerja guru, situasi kelas, perilaku dan sikap siswa, penyajian
atau pembahasan materi, penyerapan siswa terhadap materi yang diajarkan, dan
sebagainya.
7.Refleksi
Pada prinsipnya yang dimaksud dengan istilah refleksi ialah upaya evaluasi yang
dilakukan oleh para koaborator atau partisipan yang terkait denga suatu PTK yang
dilaksanakan.Refleksi ini dilakukan dengan kolaboratif, yaitu adanya diskusi terhadap
berbagai masalah yang terjadi di kelas penelitian. Dengan demikian refleksi dapat
ditentukan sesudah adanya implementasi tindakan dan hasil observasi. Berdasarkan
refleksi ini pula suatu perbaikan tindakan (replanning)selanjutnya ditentukan.
10
8.Penyusunan Laporan
Laporan hasil penelitian PTK seperti halnya jenis penelitian yang lain, yaitu disusun
sesudah kerja penelitian di lapangan berakhir.
9.Kepada siapa hasil PTK Dilaporkan
Sebenarnya , PTK lebih bersifat individual. Artinya bahwa tujuan utama bagi PTK
adalah self-improvement melalui self-evaluation dan self reflection, yang paad
akhirnya bermuara pada peningkatan mutu proses dan hasil belajar siswa. Denga
demikian hasil pelaksanan PTK yng berupa terjadinya inovasi pembelajaran akan
dilaporkan kepada diri si peneliti (Guru) sendiri). Guru perlu mengarsipkan langkah –
langkah dan teknik pembelajaran yang dikembangkan melalui aktifitus PTK demi
perbaikan proses pembelajaran yang dia lakukan di masa yang akan dating. Namun
demikian, hasi PTK yang dilaksanakan tidak tertutyup kemungkinan untuk diikuti oleh
guru lauin atau teman sejawat. Oeh karena itu guna melengkapi predikat guru
sebagai ilmuwan sejati, guru perlu juga menuliskan pengalaman melaksanakan PTK
tersebut ke dalm suatu karya tulis ilmiah. Karya tulis tersebut, yang selama ini belum
merupakan kebiasaan bagi para guru, sebenarnya masyarakat pengguna lain.
Dengan melaporkan hasil PTK tersebut kepada masyarakat (teman sejawat,
pemerhati/pengamat pendidikan, dan para pakar pendidikan lainnya) guru akan
memperoleh nilai tambah yaitu suatu bentuk pertanggungjawaban dan kebanggaan
akademis/ilmiah sebagai seorang ilmuwan hasil kerja guru akan merupakan amal
jariah yang sangat membantu teman sejawatnya dan siswa secara khusus. Melalui
laporan kepada masyarakat, ptk yang pada awlnya dilaksanakan dalam skal kecil
yaitu di ruang kelas, akan memberi sumbangsih yang cukup signifikan terhadap
peningkatan mutuproses dan hasil belajar siswa.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi; Suhardjono dan Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Bumi Aksara, cetakan keenam.
Hadjar, Ibnu. 1996. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan.
Jakarta: Rajawali Press.
Hopkins, D. 1993. A Teacher’s Guide to Classroom Research. Buckingham: Open
University Press.
Kemmis, S. 1982. “Action Research in Retrospect and Prospect”. Dalam C. Henry, C.
Cook, Kemmis, Taggart (eds), The Action Research Reader Action Research
and the Critical Analysis of Pedagogy. Geelong: Deakin University.
Wardani, I.G.A.K, Kuswaya Wihardit dan Noehi Nasoetion. 2006. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka, cet. keenambelas.
Wiraatmadja, Rochiati. 2008. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja
Rosdakarya, cet. kedelapan.
11
Lampiran Form SISTEMATIKA LAPORAN PTK
Bab I Pendahuluan
1. Latar belakang:
Menggambarkan keadaan yang ada dengan kondisi yang menjelaskan
adanya kesenjangan
2. Identifikasi masalah:
Disebutkan permasalahan secara luas
3. Rumusan masalah:
Pemilihan inti masalah untuk rumusan yang memang esensial
4. Tujuan penelitian:
Menjelaskan sasaran/hasil yang ingin dicapai setelah penelitian selesai.
5. Manfaat hasil penelitian:
Tampak adanya manfaat yang diharakan oleh peneliti dari hasil yang
diperoleh.
12
Mengulas hasil analisis dalam bentuk paparan kualitatif, tetapi tetap boleh
menggunakan data kuantitatif sebagai pendukung dan bahan untuk
memperjelas.
Daftar Pustaka
Menuliskan sumber yang dikutip dalam kajian pustaka dan mungiin dalam
pembahasan. Penulisannya harus esuai dan benar menurut kaidah Karya Tulis
Ilmiah)
13