Anda di halaman 1dari 13

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Pendahuluan
Penelitian atau riset merupakan terjemahan dari bahasa Inggris research,
yang merupakan gabungan dari kata re (kembali) dan to search (mencari).
Beberapa sumber lain menyebutkan bahwa research adalah berasal dari bahasa
Perancis recherche. Banyak sekali definisi tentang penelitian yang muncul, salah
satu yang cukup terkenal adalah menurut Webster’s New Collegiate Dictionary yang
mengatakan bahwa penelitian adalah “penyidikan atau pemeriksaan bersungguh-
sungguh, khususnya investigasi atau eksperimen yang bertujuan menemukan dan
menafsirkan fakta, revisi atas teori atau dalil yang telah diterima”.
T. Hillway dalam bukunya berjudul Introduction to Research menambahkan
bahwa penelitian adalah “studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang
hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah, sehingga diperoleh pemecahan
yang tepat terhadap masalah tersebut”. Ilmuwan lain bernama Woody memberikan
gambaran bahwa penelitian adalah “metode menemukan kebenaran yang dilakukan
dengan critical thinking (berpikir kritis)”.
Penelitian bisa menggunakan metode ilmiah (scientific method) atau non-
ilmiah (unscientific method). Tapi kalau kita lihat dari definisi diatas, penelitian banyak
bersinggungan dengan pemikiran kritis, rasional, logis (nalar), dan analitis, sehingga
akhirnya penggunaan metode ilmiah (scientific method) adalah hal yang jamak dan
disepakati umum dalam penelitian. Metode ilmiah juga dinilai lebih bisa diukur,
dibuktikan dan dipahami dengan indera manusia. Penelitian yang menggunakan
metode ilmiah disebut dengan penelitian ilmiah (scientific research).
Ketidakpuasan manusia terhadap cara-cara non-ilmiah (unscientific) membuat
manusia menggunakan cara berpikir deduktif atau induktif. Kemudian orang mulai
memadukan cara berpikir deduktif dan induktif, dimana perpaduan ini disebut dengan
berpikir reflektif (reflective thinking). Diperkenalkan oleh John Dewey, yang akhirnya
menjadi dasar metode penelitian ilmiah. Tahapannya adalah:
1. The Felt Need (adanya suatu kebutuhan): Seseorang merasakan adanya
suatu kebutuhan yang menggoda perasaanya sehingga dia berusaha
mengungkapkan kebutuhan tersebut.
2. The Problem (menetapkan masalah): Dari kebutuhan yang dirasakan pada
tahap the felt need diatas, diteruskan dengan merumuskan, menempatkan
dan membatasi permasalahan (kebutuhan). Penemuan terhadap kebutuhan
dan masalah boleh dikatakan parameter yang sangat penting dan
menentukan kualitas penelitian. Studi literatur, diskusi, dan pembimbingan
dilakukan sebenarnya untuk men-define kebutuhan dan masalah yang akan
diteliti.
3. The Hypothesis (menyusun hipotesis): Jawaban atau pemecahan masalah
sementara yang masih merupakan dugaan yang dihasilkan misalnya dari
pengalaman, teori dan hukum yang ada.
4. Collection of Data as Avidance (merekam data untuk pembuktian):
Membuktikan hipotesis dengan eksperimen, pengujian dan merekam data di
lapangan. Data-data dihubungkan satu dengan yang lain untuk ditemukan
kaitannya. Proses ini disebut dengan analisis. Kegiatan analisis dilengkapi
dengan kesimpulan yang mendukung atau menolak hipotesis.
5. Concluding Belief (kesimpulan yang diyakini kebenarannya): Berdasarkan
analisis yang dilakukan pada tahap ke-4, dibuatlah sebuah kesmpulan yang
diyakini mengandung kebenaran, khususnya untuk kasus yang diuji.
1
6. General Value of the Conclusion (memformulasikan kesimpulan umum):
Kesimpulan yang dihasilkan tidak hanya berlaku untuk kasus tertentu, tetapi
merupakan kesimpulan (bisa berupa teori, konsep dan metode) yang bisa
berlaku secara umum, untuk kasus lain yang memiliki kemiripan-
kemiripan tertentu dengan kasus yang telah dibuktikan diatas.
Kalau ada pertanyaan untuk apa penelitian perlu dilakukan? Maka ada
beberapa kemungkina jawabannya, tergantung pada maksud dan tujuannya
melakukan penelitian, seperti:
1. Memecahkan atau menyelesaikan permasalahan yang dihadapi
2. Menemukan, mengembangkan dan memperbaiki teori
3. Menemukan, mengembangkan dan memperbaiki metode kerja
4. Membangun teori baru
5. Menemukan dan memprediksi hal yang mungkin terjadi pada masa akan
datang

B. Materi Pokok
1. Pengertian Penelitian Tindakan (Action Research)
Penelitian menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan
menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau
informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu ataupun kualitas sesuatu
pekerjaan. Kegiatan penelitian di bidang pendidikan, sosial, ekonomi, politik dan
keagamaan semakin berkembang secara intensif sesuai dengan kebutuhan
informasi yang akurat untuk dasar pembuatan keputusan atau kebijakan dalam
semua masalah kehidupan, tak terkecuali pendidikan. Penelitian juga dilaksanakan
untuk menjawab persoalan-persoalan yang dihadapi manusia dalam kehidupannya
seperti halnya dalam bidang ekonomi, politik, agama, sosial budaya dan pendidikan.
Pada dasarnya, penelitian ilmah merupakan usaha sistematik dalam
menjawab dan menemukan suatu permasalahan secara ilmiah. Tuckman (1972:4),
menjelaskan: “research is a systematic attempt to provides an answer to question”.
Hadjar (1996:5), menambahkan bahwa informasi dan pengetahuan kependidikan
yang diperoleh melalui penelitian mempunyai tingkat kesahihan yang lebih bisa
diandalkan, dan dari hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk menetapkan
kebijakan baru dalam dunia pendidikan.
Penelitian tindakan (action research) adalah nama yang diberikan kepada
suatu aliran dalam penelitian pendidikan. Untuk membedakannya dengan penelitian
lainnya, para peneliti pendidikan sering menggunakan istilah “classroom research”
yang bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah melalui penelitian langsung di
kelas atau tempat kerja (Isaac, 1984:27).
Penelitian tindakan digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi
seseorang dalam bidang tugasnya sehari-hari. Pada peneliti action research tidak
berasumsi bahwa hasil penelitiannya akan menghasilkan teori yang dapat digunakan
secara umum (digeneralisasikan), namun hanya terbatas pada kepentingan
penelitinya sendiri, dengan tujuan agar sipeneliti dapat melaksanakan tugasnya
sehari-hari secara lebih baik.
Menurut Kemmis (1983), penelitian tindakan adalah sebuah bentuk inkuiri
reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu (termasuk
pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan, yang meliputi: (a)
kegiatan praktik sosial atau pendidikan mereka; (b) pemahaman mereka mengenai

2
kegiatan-kegiatan praktik pendidikan; dan (c) situasi yang memungkinkan
terlaksananya kegiatan praktik tersebut.
Berdasarkan penjelasan di atas, terungkap sejumlah ide pokok dalam
penelitian tindakan (action research) sebagai berikut:
a. Penelitian tindakan adalah satu bentuk inkuiri atau penyelidikan yang
dilakukan melalui refleksi diri.
b. Penelitian tindakan dilakukan oleh peserta yang terlibat dalam situasi yang
diteliti seperti guru, siswa atau kepala sekolah.
c. Penelitian tindakan dilakukan dalam situasi sosial, termasuk situasi
pendidikan.
d. Tujuan penelitian tindakan adalah untuk memperbaiki, termasuk situasi
pendidikan dari praktik-praktik, pemahaman terhadap praktik tersebut, serta
situasi atau lembaga tempat praktik tersebut dilaksanakan.

2. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)


Salah satu bentuk kajian inkuiri dalam paradigma penelitian kualitatif adalah
penelitian emansipatoris tindakan (emancipatory action research), yang merupakan
studi mikro untuk membangun ekspresi kongkrit dan praktis aspirasi perubahan di
dunia sosial (atau pendidikan) untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas kinerja
para praktisinya (Wiraatmadja, 2008:4). Penelitian emansipatoris tindakan ini, yang
pemakaian atau penamaannya berbeda-beda, seperti penelitian tindakan kelas
(classroom action research) karena penelitian untuk perubahan dan perbaikan itu
dilakukan di ruang kelas (Hopkins, 1993:1). Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa
“Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur
penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin
inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi,
sekaligus terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan” (Hopkins,
1993:44). Menurut Wardani, dkk (2006:4), penelitian tindakan kelas adalah penelitian
yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan
tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa
menjadi meningkat (lebih baik).
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan
pembelajaran berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam
sebuah ruangan kelas. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan
dari guru yang dilakukan oleh siswa bersama guru. Dalam penelitian tindakan kelas,
tidak hanya terbatas pada ruang kelas saja, melainkan dimana saja guru bekerja
atau mengajar. Penelitian tindakan kelas dapat membantu seseorang dalam
menangani secara praktis persoalan pembelajaran dalam upaya peningkatan
kualitas pemahaman siswa.
Mengapa guru harus melakukan penelitian tindakan kelas? Menurut Hopkins
(1993), penelitian tindakan kelas terkait seputar isu profesionalisme, praktik di kelas,
kontrol sosial terhadap guru, serta kemanfaatan penelitian pendidikan yang
dipandang memiliki sumbangan besar terhadap kualitas pendidikan dan professional
judgement guru.
Guru yang baik perlu memiliki otonomi dalam melakukan penilaian
profesional, sehingga sesungguhnya ia tidak perlu diberitahu apa yang dia kerjakan.
Ini tidak berarti bahwa ia tidak dapat menerima masukan atau saran dari luar. Saran
atau masukan tersebut tetap penting, tetapi gurulah yang menentukan professional
judgement atau yang paling tahu apakah masukan/saran tersebut sesuai dengan
kelas yang dihadapinya.
3
Ketidaktepatan paradigma penelitian formal dalam membantu guru
memperbaiki kinerjanya dalam mengajar menjadi argumen penting dalam melakukan
penelitian tindakan kelas. Salah satu aspek yang tidak menguntungkan dari
penelitian formal adalah temuan-temuannya yang sangat sulit diterapkan dalam
praktik pembelajaran di kelas. Sebagaimana dikemukakan Arthur Bolster (dalam
Hopkins, 1993), bahwa pengaruh penelitian tentang mengajar terhadap praktik
pembelajaran sangat kecil karena asumsi atau titik tolak tentang mengajar yang
digunakan para peneliti berbeda dengan asumsi atau titik tolak yang digunakan para
guru. Sebagai akibatnya, kesimpulan resmi yang dihasilkan oleh berbagai penelitian
tersebut kurang relevan dengan kebutuhan para guru yang mengajar di kelas.
Dilihat dari sisi praktik pembelajaran di kelas, gurulah yang paling banyak
pengalaman. Guru yang paling tahu, kapan sesuatu harus dimunculkan dan kapan
harus dicegah. Apa yang diamati oleh para peneliti luar ketika mereka datang ke
kelas mungkin hanya merupakan kejadian sesaat yang berakar dari berbagai kondisi
sebelumnya, yang tidak mungkin diamati oleh para peneliti. Sedangkan pengamatan
yang dilakukan guru di kelasnya sendiri akan lebih bermakna karena guru dapat
menghubungkan hasil pengamatan tersebut dengan berbagai kondisi sebelumnya,
serta terkait dengan kebutuhan guru itu sendiri.
Dari segi praktik di kelas, sekali lagi bahwa orang yang paling tahu tentang
segala sesuatu di kelas adalah guru. Pengamatan seorang guru terhadap perilaku
yang dimunculkan seorang siswa barangkali memiliki makna yang berbeda
dibandingkan dengan pengamatan peneliti lain (luar). Selain itu, keterlibatan guru
dalam berbagai kegiatan pengembangan di sekolahnya membuatnya perlu
melakukan review terhadap kinerjanya sendiri, untuk selanjutnya digunakan sebagai
masukan dalam review kinerja sekolah.

3. Prinsip Dasar Penelitian Tindakan Kelas


Pada mulanya, penelitian tindakan yang dikembangkan oleh seorang psikolog
(Kurt Lewin), dimaksudkan untuk mencari penyelesaian terhadap problema sosial
antara lain; masalah pengangguran, kenakalan remaja, yang berkembang pada
masyarakat pada waktu itu. Action research dilakukan dengan diawali oleh suatu
kajian terhadap suatu problema tersebut secara sistematis. Hasil kajian ini kemudian
dijadikan dasar untuk menyusun suatu rencana kerja sebagai upaya untuk
mengatasi masalah tersebut. Dalam proses pelaksanaan dan rencana kerja yang
telah disusun, dilakukan suatu observasi dan evaluasi yang hasilnya digunakan
sebagai masukan untuk melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada saat tahapan
pelaksanaan. Hasil dari proses refleksi ini, menjadi landasan merumuskan upaya
perbaikan dan penyempurnaan rencana tindakan selanjutnya.
Dalam bidang pendidikan, khususnya kegiatan pembelajaran, penelitian
tindakan berkembang menjadi penelitian tindakan kelas (PTK). Sebagai suatu model
penelitian terapan, PTK sangat bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan proses
dan kualitas hasil pembelajaran di dalam kelas. Dengan melaksanakan PTK, guru
dapat menemukan penyelesaian berbagai masalah yang terjadi di kelasnya sendiri,
dan bukan di kelas guru yang lain. Tentu saja dengan menerapkan berbagai ragam
teori dan teknik pembelajaran yang relevan dan kreatif. Selain itu, PTK
dilaksanakan bersamaan saat guru melaksanakan tugas utama, yaitu mengajar di
dalam kelas, tidak perlu harus meninggalkan siswa. Dengan demikian, PTK
merupakan suatu penelitian yang melekat pada guru, yaitu mengangkat masalah-
masalah aktual yang dialami guru di lapangan. Dengan melaksanakan PTK, guru
memiliki peran ganda, yaitu sebagai guru dan sekaligus peneliti.
4
Sebelum guru bertindak sebagai peneliti untuk penyelesaian masalahnya di
kelas, perlu memperoleh informasi atau kejelasan yang lebih baik tentang penelitian
tindakan kelas, seperti pehaman terhadap prinsip-prinsip yang harus dipenuhi
apabila berminat dan akan melakukan penelitian tindakan kelas. Prinsip-prinsip
penelitian tindakan kelas menurut Arikunto, dkk (2008:6-8), adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan nyata dalam situasi rutin
Penelitian tindakan kelas dilakukan tanpa mengubah situasi rutin. Maksudnya,
jika penelitian dilakukan dalam situasi lain, maka hasilnya tidak dijamin dapat
dilaksanakan lagi dalam situasi aslinya, atau dengan kata lain penelitiannya tidak
dalam situasi wajar. Oleh karena itu, penelitian tindakan kelas tidak perlu
mengadakan waktu khusus, tidak mengubah jadual yang sudah ada. Dengan
demikian, apabila guru akan melakukan beberapa kali penelitian tindakan kelas,
tidak menimbulkan kerepotan bagi Kepala Sekolah dalam mengelola sekolahnya.
b. Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja
Penelitian tindakan kelas didasarkan atas sebuah filosofi bahwa setiap
manusia tidak suka atas hal-hal yang statis, tetapi selalu menginginkan sesuatu yang
lebih baik. Peningkatan diri untuk hal yang lebih baik ini dilakukan terus-menerus
sampai tujuan tercapai, tetapi sifatnya hanya sementara, karena dilanjutkan lagi
dengan keinginan untuk lebih baik yang datang susul-menyusul. Dengan kata lain,
penelitian tindakan dilakukan bukan karena ada paksaan atau permintaan dari pihak
lain, tetapi harus atas dasar sukarela, dengan senang hati, karena menunggu
hasilnya yang diharapkan lebih baik dari hasil yang lalu, dan dirasakan belum
memuaskan sehingga perlu ditingkatkan. Guru melakukan penelitian tindakan kelas
karena telah menyadari adanya kekurangan pada dirinya, artinya pada kinerja yang
dilakukan, dan sesudah itu tentunya ingin melakukan perbaikan.
c. SWOT sebagai dasar berpijak
Penelitian tindakan kelas harus dimulai dengan melakukan analisis SWOT,
terdiri dari unsur Strength (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunity
(kesempatan) dan Threat (ancaman).
Kekuatan dan kelemahan yang ada pada diri peneliti dan subjek tindakan
diidentifikasi secara cermat sebelum mengidentifikasi yang lain. Dua unsur lain, yaitu
kesempatan dan ancaman, diidentifikasi dari yang ada di luar diri guru atau peneliti
atau juga di luar siswa sebagai subjek yang dikenai tindakan. Dalam memililih
sebuah tindakan yang akan dicoba, peneliti harus mempertimbangkan apakah ada
sesuatu di luar diri dan subjek tindakan yang kiranya dapat dimanfaatkan.
Sebaliknya, peneliti juga harus berpikir tentang bahaya di luar diri dan subjeknya
sehingga dapat menimbulkan resiko. Hal ini terkait dengan prinsip pertama, bahwa
penelitian tindakan kelas tidak boleh mengubah situasi asli, yang biasanya tidak
mengundang resiko.
d. Upaya empiris dan sistemik
Mengikuti prinsip analisis SWOT di atas, tentu saja apabila guru melakukan
penelitian tindakan kelas, berarti sudah mengikuti prinsip empiris (terkait dengan
pengalaman) dan sistemik, berpijak pada unsur-unsur yang terkait dengan
keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang sedang digarap. Pembelajaran
adalah sebuah sistem, yang keterlaksanaannya didukung oleh unsur-unsur yang
kait-mengait. Jika guru mengupayakan cara mengajar baru, harus juga memikirkan
tentang sarana pendukung yang berbeda, mengubah jadual pelajaran, dan hal-hal
lain yang terkait dengan cara baru yang diusulkan tersebut.
5
e. Ikuti prinsip SMART dalam perencanaan
Smart adalah kata bahasa Inggris berarti cerdas. Dalam proses perencanaan,
SMART merupakan singkatan dari Specific, Managable, Acceptable, Realistic dan
Time-bound. Ketika guru menyusun rencana tindakan, harus diingat prinsip SMART,
yaitu:
1) Specific (khusus), tidak terlalu luas, misalnya melakukan penelitian untuk
pelajaran tertentu, satu aspek saja, misalnya aspek membaca, aspek
mendengarkan, atau aspek menulis. Langkah dan hasilnya dapat jelas karena
spesifik.
2) Managable (mudah dilakukan), tidak sulit atau berbelit-belit, misalnya
kesulitan dalam mencari lokasi, mengumpulkan hasil, mengoreksi, dan kesulitan
bentuk lain.
3) Acceptable (dapat diterima oleh subjek yang dikenai tindakan), artinya siswa
tidak mengeluh karena guru memberikan tindakan, dan lingkungan kelas tidak
terganggu.
4) Realistic (tidak menyimpang dari kenyataan) dan jelas memberi manfaat bagi
diri peneliti maupun subjek yang dikenai tindakan.
5) Time-bound (jangka waktunya tertentu). Batasan waktu ini penting agar guru
mengetahui betul hasil yang diberikan kepada siswa, dan lain kali kalau akan
diulang, rencana pelaksanaannya sudah jelas. Sebagai contoh, sebuah penelitian
tindakan kelas dapat direncanakan dalam waktu satu bulan, satu semester atau
satu tahun.

4. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas


Penelitian tindakan kelas (PTK) berbeda dengan jenis penelitian lainnya,
dapat dilihat dari karakteristik yang melekat padanya. Warpani, dkk (2006:4-6),
mengindetifikasi karakteristik PTK antara lain:
i. Masalah dalam PTK dipicu oleh adanya kesadaran pada diri guru bahwa praktik
yang dilakukannya selama ini di kelas mempunyai masalah yang perlu
diselesaikan. Dengan kata lain, guru merasa bahwa ada sesuatu yang perlu
diperbaiki dalam praktik pembelajaran yang dilakukannya selama ini, dan
perbaikan tersebut diprakarsai dari dalam diri guru itu sendiri (an inquiry of
practice from within), bukan oleh orang luar. Tegasnya, kepedulian guru terhadap
kualitas pembelajaran yang dikelolanya merupakan awal dari munculnya masalah
yang perlu dicari jawabannya. Hal ini berbeda dengan penelitian lainnnya, yang
secara umum adanya masalah dimulai oleh peneliti yang biasanya berasal dari
luar lingkungan yang mempunyai masalah tersebut.
ii. Self-reflective inquiry, atau penelitian melalui refleksi diri merupakan ciri PTK
yang paling esensial. Berbeda dengan penelitian lainnya yang mengumpulkan
data dari lapangan atau objek atau tempat lain sebagai responden, maka PTK
mempersyaratkan guru mengumpulkan data dari praktiknya sendiri melalui
refleksi diri. Ini berarti, guru mencoba mengingatkan kembali apa yang
dikerjakannya di dalam kelas, apa dampak tindakan tersebut bagi siswa, dan
kemudian yang terpenting guru mencoba memikirkan mengapa dampaknya
seperti itu. Dari hasil renungan tersebut, guru mencoba menemukan kelemahan
dan kekuatan dari tindakan yang dilakukannya, dan kemudian mencoba
memperbaiki kelemahan dan mengulangi bahkan menyempurnakan tindakan
yang dianggap sudah baik. Dengan demikian, data dikumpulkan dari praktik
sendiri, bukan dari sumber data yang lain. Pengumpul data adalah guru yang
6
terlibat dalam kegiatan praktik, sehingga guru mempunyai fungsi ganda, yaitu
sebagai guru dan sebagai peneliti. Metodologi yang digunakan agak longgar,
namun data dikumpulkan secara sistematik, sesuai dengan kaidah-kaidah
penelitian dan rencana yang dibuat.
Selanjutnya Wiriaatmadja (2008:25-26), menambahkan karakteristik PTK
yang lain bersifat emansipatoris dan membebaskan (liberating). PTK bersifat
emansipatoris dan membebaskan karena penelitian ini mendorong kebebasan
berpikir dan berargumen pada pihak siswa, dan mendorong guru untuk
bereksperimen, meneliti, dan menggunakan kearifan dalam mengambil keputusan
atau judgment. Apabila guru mampu melakukan hal-hal tersebut, maka guru akan
memiliki kontrol terhadap kegiatan profesi mereka. Guru tidak akan puas melakukan
apa yang diperintahkan atasan, yang akan menimbulkan perasaan tidak yakin
tentang apa yang mereka lakukan. Dalam kinerjanya, guru harus memperhatikan
kurikulum, instruksi kepala sekolah, para pengawas, bahkan buku teks yang
ditentukan dari atas, akan tetapi dengan melakukan penelitian, mereka akan
mengembangkan kemampuan memutuskan, atau mengambil kesimpulan secara
profesional, dan dengan demikian bergerak ke arah otonomi dan emansipasi, karena
kebenaran yang terkandung dalam penelitian yang mereka lakukan harus diterima
oleh pihak manapun.
Emansipasi guru selalu dikaitkan dengan konsep profesi, sebagai guru yang
profesional mengacu kepada model pekerjaan yang diinginkan, atau dicita-citakan,
yang apabila terus digeluti akan mempunyai kerangka acuan untuk upaya-upaya
meningkatkan statusnya, ganjaran dan rewards-nya, dan kondisi pekerjaannya
(Hendrawan dan Halimah, 2004:3).

5. Desain dan Prosedur Penelitian Tindakan


Ada beberapa desain penelitian tindakan, namun semua desain tersebut
dikembangkan berdasarkan empat aspek pokok dalam proses dasar penelitian
tindakan. Empat aspek pokok dalam penelitian tindakan adalah:
1. Perencanaan tindakan (Planning).
Kemmis dan Taggart menjelaskan tentang perencanaan sbb:
Perencanaan penelitian tindakan kelas merupakan tindakan yang tersusun
dan dari segi defenisi mengarah pada tindakan, dengan kata lain rencana
harus memandang ke depan. Rencana tersebut harus mengakui bahwa
semua tindakan sosial dalam batas tertentu tidak dapat diramalkan, oleh
sebab itu agak mengandung resiko. (Kemmis dan Taggart, 1990: 10)
2. Tindakan (action).
Mengenai tindakan (action) Kemmis dan McTaggart menjelaskan sebagai
berikut:
Tindakan yang dimaksud adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dan
terkendali yang merupakan variasi praktik yang cermat dan bijaksana; jadi
tindakan mengandung inovasi atau pembaharuan, betapapun kecilnya, tapi
berbeda dengan yang biasa dilakukan sebelumnya. (Kemmis dan Taggart,
1990: 10)
3. Pengamatan selama dan sesudah tindakan berlangsung (observation)
Mengenai pengamatan (observation) Kemmis dan McTaggart menjelaskan
sebagai berikut:
Observasi berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait
dengan proses bersamanya. Observasi berorientasi ke masa depan,

7
memberikan dasar bagi refleksi sekarang, lebih-lebih lagi ketika siklus terkait
masih berlangsung. Observasi yang cermat diperlukan karena tindakan
selalu akan dibatasi oleh kendala realitas, dan semua kendala tersebut
belum pernah dapat dilihat dengan jelas pada waktu sebelumnya. (Kemmis
dan Taggart, 1990: 13)
4. Perenungan kembali (reflection)
Mengenai refleksi (reflection) Kemmis dan McTaggart menjelaskan sebagai
berikut:
Refleksi adalah mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan persis
seperti yang telah dicatat dalam observasi. Refleksi berusaha memahami
proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan
strategik. Refleksi mempertimbangkan ragam persepektif yang mungkin ada
dalam situasi sosial, dan memahami persoalan dan keadaan tempat
timbulnya persoalan itu. (Kemmis dan Taggart, 1990: 14)
Keempat aspek tersebut digambarkan Kemmis sebagai sebuah prosedur yang
bersifat sirkuler sebagai berikut:

Sementara Gerald Susman (1983) menggambarkan sebagai berikut:


8
6. Langkah-langkah Penelitian Tindakan
PTK dimulai dengan adanya masalah yang dirasakan sendiri oleh guru dalam
pembelajaran. Masalah tersebut dapat berupa masalah yang berhubungan dengan
proses dan hasil belajar siswa yang tidak sesuai dengan harapan guru atau hal-hal
lain yang berkaitan dengan perilaku mengajar guru dan perilaku belajar siswa.
Langkah menemukan masalah dilanjutkan dengan menganalisis dan merumuskan
masalah, kemudian merencanakan PTK dalam bentuk tindakan perbaikan,
mengamati, dan melakukan refleksi.
Apakah akan diterapkan tersebut model John Elliot, model Kemmis &
McTaggart, model Hopkins ataupun model yang lainnya? Hal ini bergantung kepada
permasalahn yang dihadapi praktisi di lapangan ataupun bergantung pada
pemahaman dan kemampuan para praktisi di lapangan terhadap suatu model PTK
atu dalam menerapkan salah satu model PTK.
Yang perlu mendapatkan perhatian dalam kaitannya dengan diterapkan suatu
model PTK ialah bahwa terdapat langkah – langkah yang seharusnya diikuti oleh
peneliti/guru, yaitu: 1) ide awal, 2) prasurvei/temuan awal, 3) diagnose, 4)
perencanaan, 5) Implementasi tindakan, 6) Observasi, 7) Refleksi, 8) Laporan, 9)
Kepada Siapa Hasil PTK dilaporkan.

1. Ide Awal
Seseorang yang berkehendak melaksanakan suatu penelitian baik yang berupa
penelitian positivisme, naturalistic, analisis isi maupun PTK pasti diawali dengan
gagasan – gagasan atu ide – ide, dan gagasan itu dimungkinkan yang dapat
dikerjakan atau dilaksanaknnya. Pada umumnya ide awal yang menggayut di PTK
ialah terdapatnya suatu permasalahan yang berlangsung di dalam suatu kelas. Ide

9
awal tersebut di antaranya berupa suatu upaya yang dapat ditempuh untuk
mengatasi permasalahantersebut dengan penerapan PTK itu peneliti mau berbuat
apa demi suatu perubahan dan perbaikan.
2.Prasurvei
Prasurvei dimaksudkan untuk mengetahui secara detail kondisi yang terdapat di
suatu kelas yang akan diteliti. Bagi pengajar yang bermaksud melakukan penelitian
di kelas yang menjadi tanggung jawabnya tidak perlu melakukan prasurvai
karenaberdasarkan pengalamannya selama dia di depan kelas sudah secara cermat
dan pasti mengetahui berbagai permasalahan yang dihadapinya, baik yang berkaitan
dengan kemajuan siswa, asarana pengajaran maupun sikap siswanya. Dengan
demikian para guru yang sekaligus sebagai peneliti di kelasnya sudah akan
mengetahui kondisi kelas yang sebenarnya.
3.Diagnosis
Diagnosis dilakukan oleh peneliti yang tidak terbiasa mengajar di suatu kelas yang
dijadikan sasaran penelitian. Peneliti dari luar lingkungan kelas/sekolah perlu
mealkukan diagnose atau dugaan – dugaan sementara mengenai timbulnya suatu
permasalahan yang muncul di dalam satu kelas. Dengan diperolehnya hasil
diagnosis, peneliti PTK akan dapat menentukan berbagai hal, misalnya strategi
pengajaran, media pengajaran, dan materi pengajaran yang tepat dalam kaitannya
dengan implementasinya PTK.
4.Perencanaan
Di dalam penentuan perencanaan dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu perencanaan
umum dan perencanaan khusus. Perencanaan umum dimaksudkan untuk menyusun
rancangan yang meliputi keseluruhan aspek yang gerkait PTK. Sementara itu,
perencanaan khusus dimaksudkan untuk menytusun rancangan dari siklus per
siklus. Oleh karenya dalam perencanaan khusus ini tiap kali terdapat perencanan
ulang (replanning). Hal – hal yang direncanakan di antaranya terkait dengan
pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, teknik atau strategi pembelajaran,
media dan materi pembelajaran, dan sebagainya. Perencanaan dalam hal ini kurang
lebih hamper sama dengan apabila kita menyiapkan suatu kegiatan belajar –
mengajar.
5.Implementasi Tindakan
Implementasi tindakan pad prinsipnya merupakan realisasi dari suatu tindakan yang
sudah direncanakan sebelumnya. Strategi apa yang digunakan, materi apa yang di
ajarkan atau dibahas dan sebagainya.
6.Pengamatan
Pengamatan, observasi atau monitoring dapat dilakukan sendiri oleh peneliti atau
kolaborator, yang memang diberi tugas untuk hal itu. Pada saat memonitoring
pengmat haruslah menvatat semua peristiwa atau hal yang terjadi di kelas penelitian.
Misalnya mengenai kinerja guru, situasi kelas, perilaku dan sikap siswa, penyajian
atau pembahasan materi, penyerapan siswa terhadap materi yang diajarkan, dan
sebagainya.
7.Refleksi
Pada prinsipnya yang dimaksud dengan istilah refleksi ialah upaya evaluasi yang
dilakukan oleh para koaborator atau partisipan yang terkait denga suatu PTK yang
dilaksanakan.Refleksi ini dilakukan dengan kolaboratif, yaitu adanya diskusi terhadap
berbagai masalah yang terjadi di kelas penelitian. Dengan demikian refleksi dapat
ditentukan sesudah adanya implementasi tindakan dan hasil observasi. Berdasarkan
refleksi ini pula suatu perbaikan tindakan (replanning)selanjutnya ditentukan.

10
8.Penyusunan Laporan
Laporan hasil penelitian PTK seperti halnya jenis penelitian yang lain, yaitu disusun
sesudah kerja penelitian di lapangan berakhir.
9.Kepada siapa hasil PTK Dilaporkan
Sebenarnya , PTK lebih bersifat individual. Artinya bahwa tujuan utama bagi PTK
adalah self-improvement melalui self-evaluation dan self reflection, yang paad
akhirnya bermuara pada peningkatan mutu proses dan hasil belajar siswa. Denga
demikian hasil pelaksanan PTK yng berupa terjadinya inovasi pembelajaran akan
dilaporkan kepada diri si peneliti (Guru) sendiri). Guru perlu mengarsipkan langkah –
langkah dan teknik pembelajaran yang dikembangkan melalui aktifitus PTK demi
perbaikan proses pembelajaran yang dia lakukan di masa yang akan dating. Namun
demikian, hasi PTK yang dilaksanakan tidak tertutyup kemungkinan untuk diikuti oleh
guru lauin atau teman sejawat. Oeh karena itu guna melengkapi predikat guru
sebagai ilmuwan sejati, guru perlu juga menuliskan pengalaman melaksanakan PTK
tersebut ke dalm suatu karya tulis ilmiah. Karya tulis tersebut, yang selama ini belum
merupakan kebiasaan bagi para guru, sebenarnya masyarakat pengguna lain.
Dengan melaporkan hasil PTK tersebut kepada masyarakat (teman sejawat,
pemerhati/pengamat pendidikan, dan para pakar pendidikan lainnya) guru akan
memperoleh nilai tambah yaitu suatu bentuk pertanggungjawaban dan kebanggaan
akademis/ilmiah sebagai seorang ilmuwan hasil kerja guru akan merupakan amal
jariah yang sangat membantu teman sejawatnya dan siswa secara khusus. Melalui
laporan kepada masyarakat, ptk yang pada awlnya dilaksanakan dalam skal kecil
yaitu di ruang kelas, akan memberi sumbangsih yang cukup signifikan terhadap
peningkatan mutuproses dan hasil belajar siswa.

Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi; Suhardjono dan Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Bumi Aksara, cetakan keenam.
Hadjar, Ibnu. 1996. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan.
Jakarta: Rajawali Press.
Hopkins, D. 1993. A Teacher’s Guide to Classroom Research. Buckingham: Open
University Press.
Kemmis, S. 1982. “Action Research in Retrospect and Prospect”. Dalam C. Henry, C.
Cook, Kemmis, Taggart (eds), The Action Research Reader Action Research
and the Critical Analysis of Pedagogy. Geelong: Deakin University.
Wardani, I.G.A.K, Kuswaya Wihardit dan Noehi Nasoetion. 2006. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka, cet. keenambelas.
Wiraatmadja, Rochiati. 2008. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja
Rosdakarya, cet. kedelapan.

11
Lampiran Form SISTEMATIKA LAPORAN PTK

Bab I Pendahuluan
1. Latar belakang:
Menggambarkan keadaan yang ada dengan kondisi yang menjelaskan
adanya kesenjangan
2. Identifikasi masalah:
Disebutkan permasalahan secara luas
3. Rumusan masalah:
Pemilihan inti masalah untuk rumusan yang memang esensial
4. Tujuan penelitian:
Menjelaskan sasaran/hasil yang ingin dicapai setelah penelitian selesai.
5. Manfaat hasil penelitian:
Tampak adanya manfaat yang diharakan oleh peneliti dari hasil yang
diperoleh.

Bab II Kajian Pustaka


1. Kajian teori yang relevan
Yang positif atau yang mendukung kemungkinan diterima; serta yang negatif
atau yang mendukung adanya kemungkinan ditolak atau tidak sesuai dengan
harapan peneliti.
2. Kajian hasil penelitian
Juga yang positif dan negatif (jumlah kutipan kurang lebih 3 untuk point 1 dan
2) di atas.

Bab III Metode Penelitian


1. Obyek tindakan:
Disebutkan dengan jelas, operasional, dan tidak terlalu lama.
2. Setting/lokasi:
Disebutkan kelas, sekolah, siswa yang dilibatkan.
3. Metode pengumpulan data:
Disebutkan cara yang digunakan untuk mengadakan pengamatan dan refleksi
4. Metode analisis data:
Disebutkan apa yang dilakukan oleh peneliti terhadap data yang terkumpul.
5. Cara pengambilan keputusan:
Jika tidak ada, tidak apa apa, tetapi kalau ada akan menambah nilai

Bab IV Hasil Penelitian


1. Gambaran tentang setting:
Memberikan gambaran singkat tentang dimana penelitian dilakukan.
2. Uraian siklus secara umum:
Menjelaskan kegiatan penelitian secara lengkap dengan menyebutkan
tahapannya.
3. Menjelaskan isi kegiatan unit persiklus:
Menyajikan kesan guru dan siswa pada tahap refleksi, dan harus
menggambarkan kaitan antarsiklus.
4. Analisis data:
Menjelakan bagaimana analisis dilakukan dengan menyebutkan alasannya.
5. Pembahasan:

12
Mengulas hasil analisis dalam bentuk paparan kualitatif, tetapi tetap boleh
menggunakan data kuantitatif sebagai pendukung dan bahan untuk
memperjelas.

Bab VI Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan:
Jelas, lengkap berdasarkan data yang diperoleh
2. Saran:
Sesuai dengan kelemahan yang ada, obyektif, tidak terkesan mencari cari dari
keseluruhan penelitian.

Daftar Pustaka
Menuliskan sumber yang dikutip dalam kajian pustaka dan mungiin dalam
pembahasan. Penulisannya harus esuai dan benar menurut kaidah Karya Tulis
Ilmiah)

13

Anda mungkin juga menyukai