Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN STUDI KONSUMEN

PENCATATAN DAN PELAPORAN, INDIKATOR MUTU

Dosen Pengampu :
Ayu Febriyatna S.ST.,M.Gizi
Galih Purnasari S.Gz.,M.Si

Disusun oleh :
Golongan D

PROGRAM STUDI GIZI KLINIK


JURUSAN KESEHATAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2017
Anggota Kelompok :

1. Wahyu Trecy Indriani G42141190


2. Nurlaila Aprilia Ningsih G42141207
3. Moh Anwar Nuris G42141209
4. Oktavia Susanti G42141249
5. Bella Dwi Magdania G42141267
6. Fitria G42141279
7. Aisyah Balgis Adyaksanti G42141298
8. Miranda Khoirun Nisa G42141310
9. Ikna Khoirani G42141327
10. Maulia Yusrina Lailie G42141330
11. Gella Aprilia G42141330
12. Indra Kurnia Sandy G42141342
13. Nur Ainia Puspita Sari G42141346
14. Endah Kusuma Nignrum G42141367
15. Diana Wahyuni G42141377
16. Indah Liananta Utami G42141383
17. Anindiya Merita Agustin G42141443
18. Yaviza Pungkiman G42141448
19. Nindiyasfil Azkiyah G42141480
20. Hizrotul Manarul Hidayat G42141550
21. Kukuh Prayitnaning Adi G41241552
22. Ricca Nur Pavila Sari G42141568
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pencatatan dan pelaporan adalah indikator keberhasilan suatu kegiatan. Tanpa
ada pencatatan dan pelaporan, kegiatan atau program apapun yang dilaksanakan tidak
akan terlihat hasilnnya. Output dari pencatatan dan pelaporan adalah sebuah data dan
informasi yang berharga dan bernilai bila menggunakan metode yang tepat dan benar.
Menurut Undang Undang nomor 44 Tahun 2009 menyatakan bahwa rumah
Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat. Pencatatan dan Pelaporan merupakan kegiatan yang
harus diperhatikan oleh tenaga kesehatan dalam rangka memberikan pelayanan yang
lebih baik bagi individu, keluarga dan masyarakat. Data dan Informasi yang tepat dan
akurat dapat menghasilkan kegiatan pencatatan dan pelaporan yang baik (Rajab,
2009).
Laporan berisi informasi yang didukung oleh data yang lengkap sesuai dengan
fakta yang ditemukan. Data disusun sedemikian rupa sehingga akurasi informasi
yang kita berikan dapat dipercaya dan mudah dipahami (Rajab, 2009). Setiap rumah
sakit wajib melaksanakan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) yang meliputi proses
pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data rumah sakit (Permenkes, 2011).
Rumah sakit sebagai salah satu sumber data khususnya bagi dinas kesehatan,
sehingga diharapkan dapat tercipta sebuah informasi yang akurat, representatif dan
reability yang dapat dijadikan pedoman dalam penyusunan perencanaan kesehatan.
Data yang dihasilkan perlu dicatat, dianalisis dan dilaporkan. Data yang disajikan
adalah informasi tentang pelaksaan program dan perkembangan masalah kesehatan
masyarakat.
Peningkatan mutu pelayanan kesehatan menjadi salah satu perhatian utama
Kementerian Kesehatan Indonesia yang dituangkan di dalam Rencana Kerja
Pemerintah 2015 – 2019. Pelayanan gizi merupakan salah satu faktor penting dalam
rangka mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pelayanan
gizi di rumah sakit dilakukan dengan tujuan untuk mempertahankan, memperbaiki,
dan meningkatkan status gizi melalui pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif yang berorientasi pada kebutuhan dan kepuasan klien/pasien.
Dalam pelayanan rumah sakit terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan yaitu
asuhan gizi rawat jalan, asuhan gizi rawat inap, penyelenggaraan makan dan
penelitian dan pengembangan. Dari kegiatan pelayanan rumah sakit tersebut harus
dilakukan pengawasan dan pengendalian mutu pelayanan yang bertujuan untuk
menjamin ketepatan dan keamanan pelayanan gizi. Pelayanan gizi rumash sakit
dikatakan bermutu apabila telah memenuhi 3 komponen yaitu, pengawasan dan
pengendalian untuk menjamin bahwa produk yang dihasilkan aman, menjamin
kepuasan konsumen dan assasment yang berkualitas (Kemenkes, 2013). Untuk
mengetahui mutu suatu pelayanan kesehatan, diperlukan indikator serta pengawasan
dan evaluasi yang berkesinambungan untuk menjaga pelayanan tetap bermutu
(Thakur, et al., 2008). Menurut Donabedian (1966), terdapat tiga aspek penting dalam
meningkatkan mutu fasilitas pelayanan kesehatan, yaitu input (struktur), proses, dan
outcome. Pelayanan yang berkualitas dapat tercipta apabila terjadi umpan balik dari
ketiga aspek tersebut.
Indikator keberhasilan pada pelaksanaan mutu pelayanan gizi pada pasien ruang
rawat inap dapat dilihat melalui perkembangan keadaan gizi pasien dan banyaknya
makanan yang tersisa (Ariefuddin, 2009). Djamaluddin et al. (2005) juga menyatakan
bahwa salah satu cara untuk mengevaluasi mutu pelayanan gizi yaitu dengan
mencatat banyaknya makanan yang tersisa. Sisa makanan memiliki beberapa dampak
negatif yaitu tidak tercapainya SPM (Standar Pelayanan Minimal), biaya yang
terbuang akan mengakibatkan anggaran gizi yang kurang efisien, dan pasien yang
menyisakan makanan dalam waktu yang lama akan menyebabkan defisiensi zat-zat
gizi karena kekurangan zat gizi atau malnutrisi. Selain itu pasien yang mengalami
malnutrisi selama perawatan di rumah sakit akan meningkatkan biaya tambahan
untuk pengobatan pasien dan masalah efisiensi anggaran makan pasien di rumah sakit
(Renaningtyas (2004); Djamaluddin et al. (2005)).
Oleh karena itu dilakukan kegiatan observasi di rumah sakit, sehingga
mahasiswa diharapkan dapat mengetahui bagaimana mekanisme pencatatan dan
pelaporan yang ada di rumah sakit. Mahasiswa dapat menambah ilmu dan wawasan
mengenai pencatatan dan pelaporan, cara pengisian form pencatatan dan pelaporan,
serta alur kegiatan pencatatan dan pelaporan sedangkan mengukur mutu pelayanan
gizi dirumah sakit dapat diukur menggunakan beberapa indikator dimana harus
memenuhi Standart Pelayanan Gizi Minimal. Salah satu indikator yang akan diamati
dalam observasi kali ini adalah mengenai ketepatan waktu pemberian makan kepada
pasien rawat inap di rumah sakit. Berdasarkan Standart Pelayanan Minimal
RumahSakit untuk indikator Ketepatan waktu pemberian makan kepada pasien adalah
100% (Depkes, 2008).

1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui Sistem Pencataan dan Pelaporan di RSUD Koenadi
b. Untuk mengetahui Tujan Sistem Pencataan dan Pelaporan RSUD Koenadi
c. Untuk mengetahui Jenis Pencataan Terpadu RSUD Koenadi
d. Untuk mengetahui Jenis Pelaporan Terpadu RSUD Koenadi
e. Untuk mengetahui Bagaimana Prosedur Pengisian Sistem Pencataan dan
Pelaporan RSUD Koenadi
f. Untuk menjamin ketepatan dan keamanan pelayanan gizi
g. Untuk Mengawasi setiap tahapan proses
h. Untuk menghasilkan pelayanan yang bermutu

1.3 Manfaat
a. Mengetahui Sistem Pencataan dan Pelaporan di RSUD Koenadi
b. Mengetahui Tujan Sistem Pencataan dan Pelaporan RSDU Koenadi
c. Mengetahui Jenis Pencataan Terpadu RSUD Koenadi
d. Mengetahui Jenis Pelaporan Terpadu RSUD Koenadi
e. Mengetahui Bagaimana Prosedur Pengisian Sistem Pencataan dan Pelaporan
RSUD Koenadi
f. Mengetahui pengukuran indikator pelayanan mutu di instalasi gizi
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pencatatan dan Pelaporan


2.2.1 Pengertian Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan Pelaporan indikator mutu, meliputi kegiatan pengumpulan
data,validasi data, pelaporan dan analisa data indikator mutu. Pencatatan adalah
pencatatan kegiatan , bagaimana melakukan pencatatan kegiatan atau
dokumentasisuatu kegiatan dibuat. Pelaporan adalah bagaimana membuat laporan
pelaksanaan ,dan dalam kurun waktu kapan laporan tersebut harus dibuat dan kepada
siapa laporan tersebut diberikan. Pelaporan adalah bagaimana membuatevaluasi
pelaksanaan kegiatan tersebut, dalam hal ini terkait indikator mutu rumahsakit
dan kapan laporan tersebut harus dibuat. Dalam hal keterkaitan antara kegiatan
pencatatan data, serta pembuatan laporan yang relevan, selain harus melakukan
pencatatan secara baik, diperlukan juga sistem pengelolahan dan pelaporan yang baik
pula. Bentuk laporan yang baik, tidak hanya menampilkan kata dan angka saja, tetapi
harus dapat berbicara secara jelas, sehingga informasi akan sangat bermanfaat bagi
pengambilan keputusan dan bahan evaluasi (Sabarguna, 2003).
Pencatatan adalah proses atau kegiatan memasukkan data ke dalam media
tertentu, baik melakukan penulisan ke buku, kertas atau menggunakan komputer
(Sabarguna , 2009). Laporan mempunyai fungsi informatif, karena dengan adanya
laporan dapat memberikan suatu informasi kepada yang membacanya dan dapat
sebagai suatu bentuk pertanggungjawaban kepada yang mengerjakannya (Sutisna,
2011). Untuk memantau dan menilai pencapaian indicator yang telah ditetapkan,
diperlukan data atau informasi yang di peroleh dari catatan dan laporan terkait dengan
aspek yang akan dinilai.Pencatatan dan pelaporan merupakan bentuk pengawasan dan
pengendalian. Pencatatan dilakukan ada setiap langkah kegiatan sedangkan pelaporan
dilakukan berkala sesuai dengan kebutuhan rumah sakit ( bulanan/triwulan/tahunan).
2.2.2 Beberapa pencatatan dan pelaporan dalam pelayanan gizi rumah sakit :
a. Pencatatan dan pelaporan pengadaan makanan
1) Formulir bahan makanan harian.
2) Pencatatan bahan makanan yang diterima leh bagian gudang instalasi gizi
pada hari itu.
3) Pencatatan sisa bahan makanan (harian/bulanan), meliputi bahan makanan
basah dan bahan makanan kering
4) Pencatatan pemerintahan/pemesanan bahan makanan berdasarkan bon-bonan
pemesanan dari masing-masing unit kerja
5) Pencatatan pemakaian dan stok bahan makanan.
b. Pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan makanan
1) Buku laporan timbang terima antara pergantian rotasi ( berisi pesan-pesan
yang penting ).
2) Buku laporan pasien baru/yang berdiet khusus.
3) Buku lapran pasien baru makanan biasa.
4) Buku laporan prgantian/pertukaran diet.
5) Lapran jumlah pasien pada pagi hari setiap harinya.
6) Lapran jumlah petugas yang dilayani intalasi gizi
c. Pencatatan dan pelaporan perlengkapan dan peralatan instalasi gizi
1) Kartu inventaris peralatan masak.
2) Kartu inventaris peralatan makan.
3) Kartu inventaris peralatan kantor.
4) Formulir untuk pelapran alat-alat masak masak.
5) Laporan utilisasi peralatan gizi.
d. Pencatatan dan pelaporan pelayanan gizi rawat inap
1) Buku catatan makanan pasien berisi nama pasien berisi nama pasien dan diet
dibuat setiap hari untuk rekapitulasi order diet.
2) Formulir catatan makanan sisa yang tidak dihabiskan.
3) Formulir permintaan makanan untuk pasien baru
4) Formulir pembatalan makanan untuk pasien pulang.
5) Formulir perubahan diet.
6) Formulir permintaan makan pagi, siang dan sore.
7) Laporan harian tentang kegiatan penyuluhan.
e. Pencatatan dan pelaporan penyuluhan dan knsultasi gizi
1) Catatan registrasi pasien
2) Formulir anamneses.
3) Formulir frekuensi makanan.
4) Formulir status pasien dll.

2.2 Indikator Mutu Pelayanan


Indikator mutu merupakan ukuran kuantitas sebagai pedoman untuk
mengukurdan mengevaluasi kualitas suatu proses baik asuhan pasien, kinerja
manajememmaupun sasaran keselamatan pasien dan berdampak terhadap pelayanan
yangmengarah adanya suatu masalah spesifik dan memerlukan monitoring serta
evaluasi.
Pelayanan gizi di rumah sakit dapat dikatakan berkualitas, apabila hasil
pelayanan mendekati hasil yang diharapkan dan dilakukan sesuai dengan standart dan
prosedur yang berlaku. Indikator mutu pelayanan gizi mencerminkan kinerja instalasi
gizi dalam ruang lingkup kegiatannya (pelayanan asuhan gizi, pelayanan makanan,
dsb), sehingga manajemen dapat menilai apakah organisasi berjalan sesuai jalurnya
atau tidak, dan sebagai alat untuk mendukung pengambilan keputusan dalam rangka
perencanaan kegiatan untuk masa yang akan datang (Kemenkes, 2013). Menurut
Kemenkes (2013), Adapun beberapa indikator yang dapat digunakan untuk menilai
atau mengukur mutu pelayanan gizi berdasarkan Buku Pedoman Pelayanan Gizi
Rumah Sakit adalah :
1. Indikator berdasarkan kegawatan
a. Kejadian sentinel (sentinel event) , merupakan indikator untuk mengukur suatu
kejadian tidak diharapkan yang dapat mengakibatkan kematian atau cedera yang
serius. Misalnya : kejadian keracunan makanan, adanya benda asing dalam
makanan, pasien menerima diet yang salah, dsb.
b. Rated Based, merupakan indikator untuk mengukur proses pelayanan pasien atau
keluaran (outcome) dengan standar yang diharapkan dapat berkisar 0-100 %
Misalnya : % pasien yang diare atau kurang gizi karena mendapat dukungan
enteral, % diet 8yang dipesan sesuai dengan preskripsi , dsb.
2. Indikator berdasarkan pelayanan yang diberikan
a. Indikator proses, merupakan indikator yang mengukur elemen pelayanan yang
disediakan oleh institusi yang bersangkutan.
Misalnya : % pasien beresiko gizi yang mendapat asesmen gizi, % makanan yang
tidak dimakan, % pasien yang di asesmen gizi dan ditindaklanjuti dengan asuhan
gizi oleh dietisien dalam waktu 48 jam setelah masuk rumah sakit, dsb.
b. Indikator struktur, merupakan indikator yang menilai ketersediaan dan penggunaan
fasilitas, peralatan, kualifikasi profesional , struktur organisai, dsb yang berkaitan
dengan pelayanan yang diberikan.
Misalnya : % penilaian dan evaluasi status gizi oleh Ahli gizi, % Higiene sanitasi
dan keselamatan kerja yang sesuai standar, dsb.
c. Indikator outcome, merupakan indikator untuk menilai keberhasilan intervensi gizi
yang diberikan. Indikator ini paling sulit dibuat tetapi paling berguna dalam
menjelaskan efektifitas pelayanan gizi. Agar benarbenar berguna, maka indikator
ini haruslah berhubungan langsung dengan kegiatan pelayanan gizi.
Misalnya % pasien obesitas yang turun berat badan nya 2 kg/bulan setelah
konseling gizi.
3. Indikator yang mencirikan arah dari penampilan
a. Indikator yang diinginkan, merupakan indikator untuk menilai penampilan yang
diinginkan mendekati 100 %. Dalam pelayanan gizi dan dietetik, banyak kondisi
yang memerlukan kepatuhan sampai mendekati 100 %.
Misalnya : dokumentasi asuhan gizi lengkap, akurat dan relevan, kunjungan awal
dietisien pada pasien baru 24 – 48 jam setelah pasien masuk rumah sakit,
memberikan konseling gizi pada pasien yang berdiet, dsb.
b. Indikator yang tidak diharapkan, yaitu indikator untuk menilai suatu kondisi yang
kadang-kadang tidak diharapkan. Ambang batas untuk indikator dibuat 0 %
sebagai upaya agar kondisi tersebut tidak terjadi.
Misalnya : keluhan pasien rawat inap terhadap kesalahan pemberian diet tidak ada
etiket/barkot identitas pasien (nama, tanggal lahir, No rekam medis) pada makanan
yang diberikan, dsb.
Berdasarkan peryataan diatas kepuasan pasien dikaitan dengan pelayanan
makanan yang di jelaskan sebagai berikut yaitu pelayanan makanan dirumah sakit
dapat ditentukan dengan beberapa indikator diantaranya variasi menu makanan, cara
penyajian makanan, ketepatan waktu menghidangkan makanan, kebersihan makanan
yang dihidangkan, sikap dan perilaku petugas yang menghidangkan makanan
(Suryawati C, dkk, 2006). Indikator pelayanan makanan dirumah sakit dapat
ditentukan dengan beberapa indikator diantaranya:
a. Waktu makan
Manusia secara ilmiah lapar setelah 3-4 jam makan, sehingga setelah waktu
tersebut sudah harus mendapatkan makanan, baik dalam makanan ringan atau berat.
Jarak waktu antara makan malam. dan bangun pagi sekitar 8 jam. Selama waktu tidur
metabolisme tubuh tetap berlangsung, akibatnya pada pagi hari perut sudah kosong
sehingga kebutuhan energi diambil dari cadangan lemak tubuh.
b. Penampilan makanan
Penyajian makanan merupakan faktor terakhir dari proses penyelenggaraan
makanan. Meskipun makanan diolah dengan cita rasa yang tinggi tetapi dalam
penyajiannya tidak dilakukan dengan baik, maka nilai makanan tersebut tidak akan
berarti, karena makanan yang ditampilkan waktu disajikan akan merangsang indra
penglihatan sehingga menimbulkan selera yang berkaitan dengan cita rasa. Masalah
penyajian makanan kepada orang sakit lebih komplek dari pada makanan untuk orang
sehat. Hal ini disebabkan oleh nafsu makan, kondisi mental pasien yang berubah
akibat penyakit yang diderita. Aktifitas fisik yang menurun dan reaksi obat-obatan
disamping sebagai pasien harus menjalani diet. Dirumah sakit perlu adanya
penyelenggaraan gizi kuliner yang merupakan perpaduan antara ilmu dan seni, yaitu
ilmu gizi, ilmu bahan makanan, dan pengetahuan tentang alat-alat penyelenggaraan
makanan serta seni mengolah bahan makanan yang dimulai dari memilih bahan
makanan, mempersiapkan bahan makanan, memasak bahan makanan serta
menyajikan makanan atau hidangan sehingga menarik, menggugah selera dan lezat
rasanya.
Dalam usaha untuk mendapatkan makanan citarasa makanan yang baik dimulai
sejak memilih bahan makanan yang akan digunakan dan kemudian menyiapkan
bahan makanan. Pada tahap pengolahan selanjutnya digunakan berbagai cara
memasak sehingga diperoleh citarasa yang diinginkan. Citarasa makanan mencakup
dua aspek utama yaitu penampilan makanan sewaktu dihidangkan dan rasa makanan
waktu dimakan. Kedua aspek itu sama pentingnya untuk diperhatikan agar betul-betul
dapat menghasilkan makanan yang memuaskan yaitu, faktor yang menentukan
penampilan makanan waktu disajikan:
1) Warna makanan
Warna makanan memegang peran utama dalam penampilan makanan. Karena
bila warnanya tidak menarik akan mengurangi selera orang yang memakannya.
Kadang untuk mendapatkan warna yang diinginkan digunakan zat pewarna yang
berasal dari berbagai bahan alam dan buatan.
2) Konsistensi atau tekstur makanan
Konsistensi makanan juga merupakan komponen yang turut menentukan cita
rasa makanan karena sensivitas indera dipengaruhi oleh konsistensi makanan.
3) Bentuk makanan yang disajikan
Untuk membuat makanan menjadi lebih menarik biasanya disajikan dalam
bentuk-bentuk tertentu. Bentuk makanan yang serasa akan memberikan daya tarik
tersendiri bagi setiap makanan yang disajikan.
4) Porsi makanan
Potongan makanan yang terlalu kecil atau besar akan merugikan penampilan
makanan. Pentingnya porsi makanan bukan saja berkenan dengan waktu disajikan
tetapi juga berkaitan dengan perencanaan dan perhitungan pemakaian bahan.
5) Penyajian makanan
Penyajian makanan merupakan faktor penentu dalam penampilan hidangan
yang disajikan. Jika penyajian makanan tidak dilakukan dengan baik, seluruh upaya
yang telah dilakukan guna menampilkan makanan dengan cita rasa yang tinggi akan
tidak berarti (Moehyi, 1992).
c. Rasa masakan
Penilaian terhadap bahan makanan berbeda-beda, tergantung dari kesenangan
atau selera seseorang. Penilaian akan berbeda karena pengalaman, misalnya rasa enak
pada jenis makanan yang sama akan berbeda pada setiap orang. Dua aspek utama
dalam makanan adalah penampilan makanan sewaktu dihidangkan dan rasa makanan
pada saat dimakan. Disamping makanan pada pasien rawat inap adapun yang
mempengaruhi rasa makanan: suhu makanan, bumbu masakan dan bumbu penyedap,
tekstur makanan, bau/aroma makanan.
Rasa makanan mempunyai faktor kedua yang menentukan cita rasa makanan
setelah penampilan makanan. Komponen yang berperan dalam penentuan rasa
makanan adalah:
1) Aroma makanan
Aroma yang disebabkan oleh makanan merupakan daya tarik yang sangat kuat
dan mampu merangsang indera penciuman sehingga membangkitkan selera.
2) Bumbu masakan dan bahan penyedap
Bau yang sedap, berbagai bumbu yang digunakan dapat membangkitkan selera
karena memberikan rasa makanan yang khas.
3) Keempukan makanan
Keempukan makanan selain ditentukan oleh mutu bahan makanan yang
digunakan juga ditentukan oleh cara memasak.
4) Kerenyahan makanan
Kerenyahan makanan memberikan pengaruh tersendiri pada cita rasa makanan.
Kerenyahan makanan adalah makanan menjadi kering, tetapi tidak keras sehingga
enak untuk dimakan.
5) Tingkat kematangan
Tingkat kematangan makanan dalam masakan belum mendapat perhatian
karena umumnya masakan indonesia harus dimasak sampai masak benar.
6) Temperatur Makanan
Temperatur makanan waktu disajikan memegang peran penting dalam
penentuan cita rasa makanan. Namun makan yang terlalu panas atau terlalu dingin
akan sangat mengurangi sensivitas sarang pengecap terhadap rasa makanan (Moehyi,
1992).
d. Keramahan Pramusaji
Hasil survei menyebutkan bahwa faktor utama kepuasan pasien terletak pada
pramusaji. Dimana pramusaji diharapkan dapat berkomunikasi, baik dalam bersikap,
berekspresi wajah dan senyum akan mempengaruhi pasien untuk menikmati makanan
dan akhirnya dapat menimbulkan rasa puas. Sebaliknya perhatian pramusaji dapat
tidak memuaskan pasien ketika pramusaji kurang perhatian dalam memberikan
pelayanan dan kurang memperlakukan pasien sebagaimana manusia yang selalu ingin
diperhatikan dan dipenuhi kebutuhannya. Pramusaji sebagai pegawai sebaiknya
menghindari pemaksaan pelayanan makanan kepada pasien akan tetapi harus
berusaha untuk meningkatkan kesadaran pasien terhadap hidangan makanan. Dalam
penyajian makanan perlu diperhatikan hal pokok yaitu pemilihan alat yang tepat dan
susunan makanan dalam penyajian makanan untuk menampilkan makanan lebih
menarik.
e. Kebersihan alat dan makanan
Dalam penyehatan makanan dan minuman, kebersihan alat dan makan
merupakan bagian yang sangat penting dan berpengaruh terhadap kualitas makanan
dan minuman. Alat makan yang tidak di cuci dengan bersih dapat menyebabkan
organisme atau bibit penyakit yang tertinggal akan berkembang biak dan mencemari
makanan yang akan diletakkan di atasnya. Uji sanitasi alat makan atau alat masak
perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat kebersihan alat tersebut. Sehingga melalui
uji sanitasi alat tersebut, petugas inspeksi dari dinas kesehatan dapat menetapkan
apakah alat makan tersebut sudah layak digunakan atau belum. Alat makan yang
kurang bersih dapat menyebabkan terjadinya penularan penyakit. Oleh karena itu
perlu diupayakan agar alat makan yang akan dipakai harus memenuhi syarat
kesehatan.
f. Variasi Menu makanan
Kesesuaian makanan yang diberikan kepada pasien rawat inap dengan penyakit
yang dideritanya penting diperhatikan. Oleh karena itu prosedur merancang diet dan
pemberian terapi diet sesuai dengan kondisi pasien dalam upaya mempercepat
penyembuhannya. Jenis menu ditetapkan oleh ahli gizi, sedangkan jenis diet
ditetapkan oleh petugas gizi ruangan dengan mempertimbangkan hasil pemeriksaan
dan data laboratorium pasien yang bersangkutan (Rezeki, 2011)
Menurut Herlambang (2016), adapun beberapa indikator lain mengenai
kepuasan pasien dirumah sakit yang dijadikan sebagai indikator mutu pelayanan
makanan di rumah sakit, adalah sebagai berikut :
a. Variasi menu makanan.
b. Cara penyajian makanan.
c. Ketepatan waktu menghidangkan makanan.
d. Keadaan tempat makan (piring, sendok).
e. Kebersihan makanan yang dihidangkan.
f. Sikap dan perilaku petugas yang menghidangkan makanan
2.3 Pengertian Mutu Pelayanan
Mutu pelayanan merupakan gambaran dan karakteristik menyeluruh dari
barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan
pelanggan baik berupa kebutuhan yang dinyatakan maupun kebutuhan yang tersirat
(Supriyanto 2011). Mutu tidak lepas dari kata kualitas atau mutu tersebut. Kata
kualitas mengandung banyak definisi dan makna, diantaranya seperti :
a. Mutu adalah kualitas
b. Bebas dari kerusakan atau cacat
c. Kesesuaian, penggunaan, persyaratan atau tuntutan
d. Melakukan segala sesuatu secara benar semenjak awal
e. Pemenuhan kebutuhan pasien semenjak awal dan setiap saat
BAB 3. METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


a. Kertas
b. Alat tulis
c. PGRS
d. Masker
e. Sepatu
f. Jas

3.2 Prosedur Kerja


a. Pencatatan dan Pelaporan
1) Mahasiswa datang ke ruang instalasi gizi RS Koesnadi Bondowoso
2) Mahasiswa mempersiapkan alat dan bahan
3) Mahasiswa menggunakan jas, masker dan sepatu yang telah disediakan
rumah sakit
4) Mahasiswa mengamati dan mendengarkan penjelasan mengenai
pencatatan dan pelaporan
5) Mahasiswa diberi contoh formulir dan ditunjukkan cara pengisian
formulir
6) Mahasiswa menanyakan dan mencacat informasi terkait formulir
pencatatan dan pelaporan yang terdapat di RS Koesnadi Bondowoso
b. Indikator Mutu
1) Mahasiswa mengikuti proses distribusi ke ruang rawat inap pasien
2) Mahasiswa mengamati dan menanyakan menu makanan yang disajikan,
sudah tepat atau belum
3) Mahasiswa mengamati alat-alat makan
4) Mahasiswa mengamati sisa makanan di ruang distribusi setelah alat
makan sudah dikembalikan ke bagian kebersihan
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pencatatan dan Pelaporan


4.1.1 Pengadaaan Bahan Makanan
Pencatatan dan pelaporan merupakan suatu bentuk pengawasan dan
pengendalian. Pencatatan dilakukan pada setiap langkah kegiatan sedangkan
pelaporan dilakukan berkala sesuai dengan kebutuhan rumah sakit. Pelaporan dapat
dilakukan dalam kurun waktu bulanan, triwulan ataupun tahunan sesuai dengan yang
sudah ditentukan rumah sakit.
Dari pengamatan yang telah dilakukan di rumah sakit Koesnadi Bondowoso
telah dilakukan pencatatan dan pelaporan yang meliputi formulir pencatatan bahan
makanan kering dan basah yang keluar dan masuk gudang, formulir pengadaan bahan
makanan basah dan formulir ceklist penerimaan bahan makanan segar.
Formulir pencatatan bahan makanan kering dan basah yang keluar masuk
gudang digunakan untuk mengetahui jumlah barang yang ada digudang. Pencatatan
dilakukan setiap kali ada bahan makanan yang diterima atau masuk dan keluar dari
ruang penyimpanan. Formulir berisi tanggal bahan yang akan dicatat, keterangan
(berisi nama bahan makanan), jumlah bahan yang masuk, jumlah bahan yang keluar,
sisa bahan makanan yang ada digudang penyimpanan dan paraf oleh petugas.
Formulir pengadaan bahan makanan basah digunakan untuk pemesanan bahan
makanan basah seperti sayuran, buah-buahan dan lain-lain. Formulir berisi tanggal
pemesanan/belanja, list bahan yang dibutuhkan, volume atau jumalah bahan makanan
yang dipesan, harga persatuan/kg dan jumlah anggaran dana yang dibutuhkan.
Sedangkan formulir ceklist penerimaan bahan makanan segar berisi bahan makanan
basah seperti formulir pengadaan bahan makanan basah, jumlah bahan yang dipesan
dan bahan yang dating, sesaui atau tidak bahan yang datang dengan spesifikasi yang
telah ditentukan dan keterangan.
Formulir pengadaan bahan makanan kering sendiri formulirnya sama dengan
pengadaan bahan basah dan formulir ceklist saat penerimaan. Formulir berisi tanggal
pemesanan/belanja, list bahan yang dibutuhkan seperti beras dan lain-lain, volume
atau jumalah bahan makanan yang dipesan, harga persatuan/kg dan jumlah anggaran
dana yang dibutuhkan. Sedangkan formulir ceklist penerimaan bahan makanan kering
berisi list bahan makanan kering seperti formulir pengadaan bahan makanan kering,
jumlah bahan yang dipesan dan bahan yang datang, sesaui atau tidak bahan yang
datang dengan spesifikasi yang telah ditentukan dan keterangan.
Pengadaan bahan makanan sendiri untuk bahan kering dilakukan sesaui
kontrak dengan suplayer, sedangkan pengadaan bahan makanan segar atau basah
dilakukan dua hari sekali kemudian disimpan dilemari pendingin. Kontrak kerja
rumah sakit dengan suplayer dilakukan dalam kurun waktu satu tahun, pengadaan
bahan makanan kering dilakukan apabila stok bahan kering digudang jumlahnya
sedikit. Untuk proses penerimaan apabila ada bahan yang datang tidak sesuai dengan
spesifikasi makan bahan makanan tersebut akan dikembalikan kepada suplayer dan
diganti saat pengadaan bahan makanan berikutbya.
Pencatatan dan pelaporan yang ada di rumah sakit Koesnadi Bondowoso
kurang sesuai dengan pedoman pelayanan gizi rumah sakit. Menurut buku pedoman
pelayanan gizi rumah sakit Pencatatan dan pelaporan dalam pengadaan makanan
meliputi:
a. Formulir pemesanan bahan harian;
b. Pencatatan bahan makanan yang diterima oleh bagian gudang instalasi gizi pada
hari itu;
c. Pencatatan sisa bahan makanan (harian/bulanan), meliputi bahan makanan basah
dan bahan makanan kering;
d. Pencatatan permintaan/pemesanan bahan makanan berdasarkan bon-bon
pemesanan dari masing-masing unit kerja;
e. Pencatatan pemakaian dan stok bahan makanan (Kemenkes, 2013).
Di rumah sakit Koesnadi Bondowos sudah ada formulir pesanan bahan tetapi
tidak untuk harian, pemesananan bahan kering ketika stok digudang akan habis
sedangkan untuk bahan makanan basah yaiitu dua hari sekali. Sedangkan formulir b
sampai formulir e terdapat pada formulir yang sama yaitu formulir pencatatan bahan
makanan kering dan basah yang keluar dan masuk gudang.

4.1.2 Pencatatan dan Pelaporan Anggaran Dana


Observasi yang dilakukan di RSUD Koesnadi Bondowoso pada tanggal 14
Desember 2017 tentang pencatatan dan pelaporan anggaran belanja bahan makanan.
Pencatatan dan pelaporan merupakan bentuk pengawasan dan pengendalian dimana
pencatatan dilakukan pada setiap langkah kegiatan sedangkan pelaporan dilakukan
berkala sesuai kebutuhan rumah sakit (bulanan/triwulan/tahunan). Pencatatan dan
pelaporan digunakan untuk memantau dan menilai pencapaian indikator yang telah
ditetapkan sehingga diperlukan data atau informasi terkait aspek yang akan dinilai.
Pencatatan dan pelaporan anggaran belanja bahan makanan meliputi
A. Pencatatan pemasukan dan pemakaian bahan makanan harian selama 1 kali
putaran menu
Pencatatan pemasukan dan pemakaian bahan makanan adalah kegiatan untuk
mencatat semua bahan makanan yang masuk dan yang digunakan sesuai dengan
kebutuhan. Di RSUD Koesnadi Bondowoso dilakukan pencatatan pemasukan dan
pemakaian bahan makanan harian selama 1 kali putaran menu dimana bahan
makanan yang masuk dipakai setiap hari sesuai siklus menu tersedia dan dilakukan
pencatatan terkait bahan yang dipakai pada hari tersebut. Siklus menu yang ada di
RSUD Koesnadi Bondowoso adalah siklus menu 10 hari + satu.
Pencatatan pemasukan dan pemakaian bahan makanan yang dilakukan di
RSUD Koenadi Bondowoso telah sesuai dengan pedoman pelayanan gizi rumah
sakit.
B. Perhitungan rencana kebutuhan bahan makanan untuk yang akan datang selama
triwulan/tahunan
Perhitungan rencana kebutuhan bahan makanan untuk yang akan datang selama
triwulan/tahunan di RSUD Koesnadi dilakukan dengan mengitung bahan makanan
sesuai jumlah pasien selama 3 bulan sebelumnya sehingga perencanaan bahan
makanan melihat jumlah yang sebelumnya dengan menambahkan 10% dari bahan
sebelumnya untuk menghindari kekurangan atau kelebihan bahan makanan.
C. Rekapitulasi pemasukan dan pemakaian bahan makanan
Rekapitulasi adalah rekapan bahan-bahan yang masuk pada saat pengadaan dan
dipakai sesuai dengan kebutuhan. Rekapitulasi untuk pemasukan dan pemakaian
bahan makanan di RSUD Koesnadi Bondowoso dilakukan pencatatan setiap hari
kemudian direkap tiap satu bulan sekali untuk mengetahui jumlah bahan yang masuk
dan yang keluar (dipakai).
D. Perhitungan harga rata-rata pemakaian bahan makanan per orang per hari dalam
satu kali putaran menu
Perhitungan rata-rata bahan makanan per orang per hari dalam satu kali putaran
menu disesuaikan berdasarkan kelas perawatan sehingga budget harga makanan rata-
rata disesuaikan dengan harga kelas perawatan.
E. Pelaporan tentang kondite rekanan harian/tahunan
Pelaporan tentang kondite rekanan harian/tahunan di RSUD Koesnadi
dilakukan pelaporan mengenai tingkat profesional rekanan selama bekerja sama
dengan rumah sakit. Dilakukan pelaporan kesesuaian antara bahan makanan yang
diminta dengan bahan makanan yang diberikan oleh pihak suplier.
F. Pencatatan tentang penggunaan bahan bakar per bulan
Bahan bakar yang digunakan untuk pengolahan adalah gas dimana bahan bakar
tersebut telah disediakan sesuai estimasi kebutuhan sehingga tidak mengalami
kehabisan bahan bakar saat pengolahan. Pencatatan dilakukan setiap bahan bakar
habis dan diganti dengan yang baru.
G. Informasi survey harga bahan makanan
Harga bahan makanan yang diterima oleh pihak rumah sakit merupakan harga
yang telah disepakati sebelumnya antara pihak rumah sakit dengan supplier dengan
melakukan kontrak. Kesepakatan yang dibuat untuk mengantisipasi agar tidak terjadi
penurunan dan kenaikan harga bahan makanan secara drastis sehingga pihak rumah
sakit tidak mengalami kerugian.
H. Laporan/usulan anggaran belanja bahan makanan
Dimana laporan/usulan anggaran belanja bahan makanan terlebih dahulu dibuat
perencanaan bahan-bahan makanan dan harga dari setiap bahan yang dibutuhkan.
Perencanaan tersebut dibuat berdasarkan jumlah pasien pada bulan sebelumnnya
untuk mengetahui jumlah bahan makanan yang akan diusulkan.
I. Realisasi penggunaan anggaran belanja
Realisasi adalah suatu proses untuk menjadikan sesuatu rencana menjadi
perwujudan yang nyata. Realisasi penggunaan anggaran belanja disesuaikan dengan
anggaran yang dikeluarkan oleh pihak rumah sakit sehingga penggunaan anggaran
dana di instalasi gizi seminimal mungkin tidak melebihi anggran yang telah
ditetapkan.
J. Evaluasi anggaran dana
Evaluasi anggaran dana adalah kegiatan memonitoring anggaran dana yang
telah digunakan setiap harinya selama satu bulan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
kesesuaian antara anggaran dana yang telah ditetapkan oleh rumah sakit dengan
anggaran yang dikeluarkan. Untuk jumlah anggaran dana yang digunakan merupakan
privasi dari pihak rumah sakit sehingga tidak dapat mengetahui besarnya nilai dana
yang digunakan

4.1.3 Pencatatan dan Pelaporan Penyelenggaraan Makan


Penyelenggaraan makanan Rumah Sakit adalah suatu rangkaian kegiatan mulai
dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada pasien.
Kegiatan penyelenggaraan makanan merupakan 2 bagian dari kegiatan di Instalasi
Gizi Rumah Sakit sebagai unit pelayanan gizi rumah sakit untuk memenuhi asupan
zat gizi pasien. Penyelenggaraan makanan rumah sakit dilaksanakan dengan tujuan
untuk menyediakan makanan yang kualitasnya baik jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan serta pelayanan yang layak dan memadai bagi pasien yang membutuhkan
(Ratna, 2009).
Pada rumah sakit dr. Koesnadi hampir semua pencatatan dan pelaporan tentang
penyelenggaran makan dicatat dan dilaporkan setiap hari namun ada beberapa berkas
yang memang pada lapangan tidak dilakukan pelaporan setiap hari. Form yang
pertama tentang
Gambar. 4.1 Form Permintaan Makanan Pasien
Daftar permitaan makanan pasien ini ditulis oleh ahli gizi kemudian diberikan
kepada bagian dapur . Form ini beris kolom no, Nama pasien, Nomor kamar, dan
beberapa kolomberisi jenis makanan dan jenis diet. Jadi pengisian form ini dapat
dilihat pada gambar kedua contoh Pavilyiun Anggrek tangal 14-12-2017 no. 1 nama
pasie sdr. Basoro no. kamar 1 Jenis makanan Nasi dengan diet TKTP. Jadi form itu di
isi sinkatn dari jenis makanan dan diet pasien contoh NSRSRG (Nasi Rendah Serat
Rendah Garam), BKRS (Bubur Kasar Rendah Serat). BKRGRL (Bubur Kasar
Rendah Garam dan Rendah Lemak ). BKRG (Bubur Kasar Rendah Garam ), BK
(Bubur Kasar), DMNS (Nasi diet Diabetes. Setelah dilakukan Pendistribsian makanan
kemudian
Ahli gizi melaporkan apaka diet yang diterima pasien sesuai dengan
permintaan pasien. Pecatatan form ini dilakukan setiap kali pemberian makan aitu
pada pagi, siang dan Sore. Form ini juga dilengkapi dengan form perubahan diet,
karena dikhawatirkan pasien mengalami perubahan diet dari makan pagi kemudian
mengalami perubahan diet di sore ari maka dari itu pentingnya catatan ini dilakukan
disetiap pemberian makan.
Pada Form Yang Kedua yaitu form ceklist distribusi makanan yang diisi
bagian pendistribusian makanan untuk kemudian dilaporkan pada ahli gizi pada bagia
pencatatan dan pelaporan.

Gambar 4.2 form ceklist distribusi makanan


Cara mengisi form ini yaitu kolom tanggal di isi tanggal pendistribusian,
kolom jadawal makanan di isi makan pagi, makan siang, atau makan sore, Ruangan
ini di isi ruang pendribusian contoh paviliyun Anggrek , kolom jam mulai di isi waktu
melakkan distribusi pada ruah sakit dr.Koesnadi untuk pendistribusian pagi dilakukan
pada jam 06.30 dan makan siang pada jam 11 sementara untuk kolom jam selesai
distribusi di isi waktu pengambilan wadah yang sudah dipakai yaitu berakhirnya jam
distribusi pada rumah sakit ini untuk makan siang jam selesai distribusinya adalh jam
1 siang. Kolom jmlah porsi diisi julah porsi yag diberikan pad ruangan tersebut.
Seluruh pasien mulai mendapat makanan siang pada jam 11 kecuali pasien diabetes
diberikan jam 12 dkarenakan pasien diabetes harus diatur ketat waktu pemberia
makanannya. Bagian dapur sudah mulai melakukan kegiatan memasak pada pukul 3
pagi. Dan dilanjutkan pemasakan untuk makan siang sekitar jam 8 pagi, pada saat
siang hari makanan siang untuk pasien sudah siap di distribusikan dan makn pasien
untuk sore sudah diamasak setengah jadi sehigga pada waktu sore tidak terjadi
keterlambatan utuk itu pada siang hari mulai dilakukan pemasakan untuk makan sore.
Form Yang ketiga untuk pelaporan dan penyelenggaraan makan yaitu form
monitoring dan evaluasi.

Gambar 4.3 Form Monitoring dan Evaluasi Uji Organoleptik


Form ini di isi oleh ahli gizi untuk melakukan monitoring dan evaluasi uji
organoleptik pada makanan yang diberikan pasien. Uji organleptik ini tidak dilakukan
setiap hari hanya dilakukan sewaktu waktu apakah makanan yan disajikan sesuai
dengan kriteria yang telah ditetapkan. Pemilihan menu yang diuji organoleptik ini
acak dan dilakukan pada semua makanan pada menu hari itu. Monitoring dan
evaluasi ini dilakukan untuk menekan jika ada sesuau yang tidk di inginkan dapat
terjadisemisal keracunan. Pengisian ini dilakukan oleh ali gizi dengan skala skala
kesukaan tertentu yang dinilai uji adalah rasa, aroma, tekstur da warna makanan.
Melihat pertimbangan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor : 715/MENKES/SK/V/2003 tentang persyaratan hygiene sanitasi
jasaboga yaitu bahwa masyarakat perlu dilindungi dari makanan dan minuman yang
dikelola usaha jasaboga yang tidak memenuhi persyaratan hygiene sanitasi, agar tidak
membahayakan kesehatan, disempurnakan sesuai tuntutan kebutuhan masyarakat,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta untuk mendukung pelaksanaan
otonomi daerah.
Melihat pertimbangan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor : 715/MENKES/SK/V/2003 tentang persyaratan hygiene sanitasi
jasaboga yaitu bahwa masyarakat perlu dilindungi dari makanan dan minuman yang
dikelola usaha jasaboga yang tidak memenuhi persyaratan hygiene sanitasi, agar tidak
membahayakan kesehatan, disempurnakan sesuai tuntutan kebutuhan masyarakat,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta untuk mendukung pelaksanaan
otonomi daerah

4.1.4 Pencatatan dan Pelaporan Rawat Inap


Pencatatan dan pelaporan merupakan bentuk pengawasan dan pengendalian.
Pencatatan dilakukan pada setiap langkah kegiatan sedangkan pelaporan dilakukan
berkala sesuai dengan kebutuhan Rumah Sakit (bulanan/triwulan/tahunan
(Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Pencatatan dan pelaporan pelayanan gizi di ruang rawat inap merupakan suatu
pencatatan yang dilakukan secara runtut setiap langkah kegiatan yang terjadi di
pelayanan gizi rawat inap, sedangkan pelaporan kegiatan yang dilakukan secara
berkala terkait segala hal yang ada di instalasi gizi sesuai dengan kebutuhan rumah
sakit.
Pada kegiatan pengamatan kali ini dilakukan di RSD Dr. H. Koesnadi yang
berada di Kabupaten Bondowoso. Pencatatan dan pelaporan yang berkaitan denan
pelayanan gizi di ruang rawat inap rumah sakit ini terdiri atas beberapa macam form
untuk melakukan pencatatan.
a. Catatan asuhan gizi rawat inap
Dalam proses pencatatan asuhan gizi rawat inap diawali dengan proses
pengkajian gizi yang dilakukan oleh ahli gizi untuk mengukur TB, BB, LLA, IMT,
riwayat gizi, dsb. Kemudian ahli gizi ruangan memberikan konseling kepada pasien
rawat inap untuk edukasi dan penjelasan tentang diet. Setelah ahli gizi ruangan
memberika konseling mereka melakukan pencatatan pada form rencana awal gizi
yang berisikan tentang identifikasi masalah, diagnose gizi, intervensi gizi, monitoring
dan evaluasi, serta edukasi yang dilengkapi dengan tanda tangan ahli gizi ruangan
sebagai tanda telah melakukan pencatatan asuhan gizi awal. Langkah selanjutnya
adalah pengisian formulir resume gizi yang berisi tentang identifikasi masalah,
diagnose gizi yang disesuaikan dengan kode masalah gizi, pengukuran antropometri
untuk mendapatkan status gizi pasien, dan terapi gizi mengenai perkembangan diet
yang didapat serta pencatatan pemberian edukasi dan motivasi mengenai gizi dengan
materi gizi menyesuaikan kondisi pasien. Formulir terakhir yang harus diisi oleh ahli
gizi ruangan adalah formulir catatan perkembangan pasien terintegrasi yang
menuliskan tentang hasil pemeriksaan, analisa, rencana penatalaksanaan pasien,
instruksi tenaga kesehatan. Formulir ini diisikan oleh semua tenaga kesehatan dari
mulai dokter, perawat, farmasi, dan ahli gizi. Pencatatan untuk semua formulir
diisikan setiap kali ahli gizi dan tenaga kesehatan lainnya melakukan kunjungan
kepada pasien ruangan, sedangkan pelaporan dilakukan setiap bulan setelah melalui
proses perekapan pada pencatatan.
Form laporan asuhan gizi RSU Dr. H. Koesnadi Bondowoso, dimana pada form
ini terdapat beberapa kolom yang terdiri atas nomor, ruangan, status gizi, dan
keterangan. Untuk kolom ruangan diisikan semua jenis ruangan yang terdapat di RSU
Dr. H. Koesnadi Bondowoso yang terdiri atas 11 ruangan meliputi ruangan rengganis,
anggrek, bougenvil, mawar, dahlia, melati, teratai, ICU, ICCU, stroke, dan seroja
yang merupakan ruangan kelas 1,2,3, serta VIP.
Kedua yaitu kolom berisikan data status gizi untuk mengetahui jumlah pasien
dengan status gizi yang berbeda-beda. Kemudian pada kolom keterangan berisikan
tentang jumlah pasien yang terlewat/tidak dilakukan pengukuran status gizi. Cara
pengisian form ini yaitu disesuaikan dengan jenis ruangan, lalu mengisikan kolom
status gizi, dimana dibedakan menjadi buruk, kurang, normal, lebih, dan obesitas.
Untuk mendapatkan data status gizi, ahli gizi ruangan harus melakukan pengukuran
status gizi secara langsung dengan mengunjungi pasien sesuai dengan tugas masing-
masing. Dari hasil pengukuran tersebut ahli gizi ruangan melakukan pencatatan
jumlah dengan perekapan, yang kemudian akan dilaporkan kepada petugas gizi
bagian pencatatan dan pelaporan. Sehingga dapat diketahui status gizi pasien rawat
inap yang akan menjadi data pelaporan rumah sakit setiap bulannya. Formulir ini
merupakan rekapan dari formulir asuhan gizi rawat inap yang telah dijelaskan diatas.
b. Formulir perubahan diet dan Formulir permintaan makan pagi, siang dan sore.
Formulir perubahan diet pasien berisi tentang catatan nama pasien dengan jenis
diet baru dari jenis diet sebelumnya yang harus mengalami perubahan karena keadaan
tertentu. Sedangkan, formulir permintaan makan pagi, siang, dan sore yang mencakup
jenis makanan apa yang akan dikonsumsi dalam sehariPada formulir daftar
permintaan makan pasien milik RSU. Dr. H Koesnadi Bondowoso formulir yang
terdiri atas nomor, nama penderita, nomor kamar, siang, pagi, sore, dan kolom
perubahan diet/penambahan pasien.
Cara pengisian formulir ini yaitu pertama mengisi nomor, nama penderita, dan
nomor kamar pasien. Kemudian centang jenis diet yang sesuai dan telah ditentukan
pada kolom makan siang. Pencatatan mulai dilakukan dari makan siang, kemudian
untuk pagi, dan sore apabila tidak terdapat perubahan jenis diet maka artinya jenis
diet dengan pada saat makan siang sama. Tetapi, jika terdapat perubahan jenis diet
maka isikan dalam kolom sore/pagi disesuaikan dengan waktu perubahan kemudian
isikan jenis diet yang akan diterapkan pada waktu makan selanjutnya. Formulir ini
diisi untuk semua pasien dan dilakukan pencatatan setiap hari, dengan proses
pelaporan secara berkala dalam seminggu, dua minggu, bahkans satu bulan.
Di dalam formulir daftar permintaan pasien telah mencakup 3 perihal yang sesuai
dengan pedoman manajemen pelayanan gizi rumah sakit yang meliputi Formulir
perubahan diet dan Formulir permintaan makan pagi, siang dan sore.

4.2.5 Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Gizi di Ruang Rawat Inap


Pencatatan dan pelaporan penyuluhan dan konsultasi gizi atau poliklinik gizi
merupakan bentuk pengawasan dan pengendalian yang dilakukan di instalasi gizi
rawat jalan. Pencatatan dan pelaporan penyuluhan dan konsultasi gizi terdiri dari
catatan registrasi pasien (nama, diagnosa, jenis diet, antropometri), formulir
anamneses, formulir frekuensi makanan, formulir status gizi pasien, laporan
penyuluhan (laporan penyuluhan kesehatan masyarakat, rumah sakit, laporan
penyuluhan pada pasien rawat jalan dan rawat inap), catatan asuhan gizi rawat jalan,
dan laporan asuhan gizi rawat jalan.
Kegiatan pengamatan pencatatan dan pelaporan penyuluhan dan konsultasi
gizi dilakukan di RSD Dr. H. Koesnadi yang berada di Kabupaten Bondowoso.
Pencatatan dan pelaporan yang berkaitan dengan penyuluhan dan konsultasi gizi ini
terdiri atas beberapa macam form untuk melakukan pencatatan.
a. Catatan asuhan gizi rawat jalan
Pencatatan asuhan gizi rawat jalan di RSD Dr. H. Koesnadi pada dasarnya
sama dengan asuhan gizi rawat inap. Pencatatan diawali dengan proses pengkajian
gizi yang dilakukan oleh ahli gizi untuk mengukur TB, BB, LLA, IMT, riwayat gizi,
dsb. Kemudian ahli gizi yang bertugas di poliklinik gizi memberikan konseling
kepada pasien rawat jalan untuk edukasi dan penjelasan tentang diet. Setelah itu
dilakukan pencatatan pada form rencana awal gizi yang berisikan tentang identifikasi
masalah, diagnosa gizi, intervensi gizi, monitoring dan evaluasi, serta edukasi yang
dilengkapi dengan tanda tangan ahli gizi sebagai tanda telah melakukan pencatatan
asuhan gizi rawat jalan awal. Langkah selanjutnya adalah pengisian formulir resume
gizi yang berisi tentang identifikasi masalah, diagnose gizi yang disesuaikan dengan
kode masalah gizi, pengukuran antropometri untuk mendapatkan status gizi pasien,
dan terapi gizi mengenai perkembangan diet yang didapat serta pencatatan pemberian
edukasi dan motivasi mengenai gizi dengan materi gizi menyesuaikan kondisi pasien.
Pencatatan untuk semua formulir dilakukan saat pasien rawat jalan berkunjung ke
poliklinik, sedangkan pelaporan dilakukan setiap bulan setelah melalui proses
perekapan pada pencatatan.
Berdasarkan penjelasan beberapa macam formulir yang terdapat di RSD Dr.
H. Koesnadi tersebut, pencatatan dan pelaporan penyuluhan dan konsultasi gizi
mencakup catatan registrasi pasien (nama, diagnosa, jenis diet, antropometri),
formulir anamnese, formulir status gizi pasien, laporan penyuluhan (laporan
penyuluhan kesehatan masyarakat, rumah sakit, laporan penyuluhan pada pasien
rawat jalan dan rawat inap), catatan asuhan gizi rawat jalan, dan laporan asuhan gizi
rawat jalan sesuai dengan pedoman PGRS (2013). formulir frekuensi makanan
seharusnya ada untuk menggali informasi asupan makan pasien rawat jalan, tetapi
kekurangan kami kurang menggali informasi di poliklinik gizi RSD Dr. H. Koesnadi
jadi kami tidak menemukan formulir tersebut.

4.2 Indikator Mutu


4.2.1 Ketepatan Penyajian Makanan
Penyajian makanan merupakan suatu cara untuk menyuguhkan makanan
kepada orang/para tamu untuk di santap secara keseluruhan yang berisikan komposisi
yang di atur dan telah disesuaikan dengan permainan warna yang di susun secara
menarik agar dapat menambah nafsu makan. Penilaian indikator ketepatan penyajian
makan yang dilakukan di RSUD Bondowoso pada tanggal 14 Desember 2017 pada
saat makan siang. Indikator ketepatan penyajian makan adalah persentase ketepatan
dan keakuratan makanan yang disajikan yang sesuai dengan standar yang disepakati
(Kemenkes, 2008). Skor minimum yang harus dicapai dalam ketepatan penyajian
makan sebesar 100%. Dalam melakukan penilaian indikator penyajian makan ada
beberapa prosedur yang difokuskan pada 4 aspek diantaranya
A. Apakah alat makan lengkap sesuai standar yang ditetapkan?
Ya sesuai, dimana alat makan yang digunakan di RSUD Koesnadi Bondowoso
telah memenuhi standar sesuai dengan jumlah pasien dan kelas perawatannya. Alat
makan yang digunakan diantaranya piring, mangkuk, sendok, garpu, piring kecil dan
baki (untuk pasien kelas I dan kelas II), plato dan sendok (untuk pasien kelas III) dan
alat makan disposible jenis food grade (untuk pasien ICU, ICCU dan pasien khusus).
Berdasarkan Badan Standarisasi Nasional (2008) tentang SNI 7275:2008 -
Keramik berglasir - Tableware - Alat makan dan minum menetapkan tableware yang
digunakan untuk alat makan dan minum dari keramik terdiri majolica, fine
earthenware, semi vitrreous china/semi porselin, stoneware, bone cina dan porselin
yang berglasir. Syarat mutu tergantung kepada kenampakan, kekerasan permukaan
glasir, ketahanan pukul, ketahanan retak glasir, penyerapan air, ketahanan kejut suhu,
dan kelarutan Pb dan Cd. Untuk alat makan di RSUD Koesnadi Bondowoso rata-rata
terbuat dari stainless, keramik dan bahan yang aman untuk makanan serta bahan
disposible yang jenis grade (sekali pakai)
B. Apakah menu yang disajikan sesuai dengan siklus menu yang berlaku/menu
yang diminta pasien?
Ya sesuai. Menurut Uripi (2007), menu adalah susunan hidangan, yang terdiri
dari satuatau beberapa macam hidangan yang disajikan untuk seseorang atau
seekelompok orang pada waktu makan pagi, makan siang, makan malam atau
makanan selingan. Siklus menu adalah perputaran menu atau hidangan yang akan
disajikan kepada konsumen dalam jangka waktu tertentu. Jangka waktu siklus menu
yang sering ditemuilima hari, tujuh hari maupun sepuluh hari. Siklus menu dengan 4
jangka waktu yanglebih lama lebih baik bila dibandingkan dengan siklus menu
dengan jangka waktu yangpendek karena dapat menghindari terjadinya pengulangan
menu. Pelaksanaan siklusmenu yang lebih panjang lebih sulit terutama dalam hal
pengawasan. Hal utama yangmenjadi pertimbangan dalam pembuatan siklus menu
dengan jangka waktu yang lebihpanjang adalah jangka waktu pelayanan pada
konsumen (Uripi, 2007)
Berdasarkan hasil observasi yang di lakukan di RSUD Koesnadi Bondowoso
mengenai menu yang disajikan telah sesuai dengan siklus menu yang digunakan
siklus menu 10 hari+satu hari dengan ketepatan pada hari observasi pada siklus menu
keempat. Dimana menu yang disajikan adalah nasi/bubur, rolade daging, sambel
goreng kentang+hati, tempe mendol/tempe bb kuning, sayur bening gambas+wortel,
dan pepaya/pisang hijau/pisang kukus/kue lumpur coklat sedangkan untuk menu
siklus keempat adalah nasi/bubur, daging bumbu rujak, sambel goreng kentang+hati,
tempe mendol, sayur bening gambas+wortel, dan apel merah. Dari menu ada
beberapa yang tidak sesuai dengan siklus menu hal tersebut terjadi karena ada
perubahan menu namun siklus menu yang ada belum diganti sehingga secara
keseluruhan dilihat menunya telah sesuai dengan siklus menu.

C. Apakah porsi yang disajikan sesuai dengan standar porsi yang ditetapkan?
Ya sesuai. Standar porsi adalah rincian macam dan jumlah bahan makanan
dalam jumlah bersih setiap hidangan.Dalam penyelenggaraan makanan orang banyak,
diperlukan adanya standar porsi untuk setiap hidangan, sehingga macam dan jumlah
hidangan menjadi jelas.Porsi yang standar harus ditentukan untuk semua jenis
makanan dan penggunaan peralatan seperti sendok sayur, centong, sendok pembagi
harus distandarkan. Mengenai standar porsi yang digunakan oleh RSUD Koesnadi
Bondowoso telah memiliki standar sendiri contohnya untuk porsi nasi 100 gr
menggunakan mangkuk kecil yang terbuat dari plastik, untuk porsi sayuran rata-rata,
lauk pauk telah dipotong sesuai standar porsi yang diinginkan dan untuk kue dan
buah telah memiliki berat-berat bahan tertentu sesuai kebutuhan. Sehingga semua
menu yang dibuat telah sesuai dengan standar porsi yang telah dirancang sebelumnya,
namun untuk sayur sendiri tidak memperhitungkan jumlahnya untuk porsi setiap
pasien jadi di sama ratakan.untuk keseluruhannya telah sesuai dengan standar porsi
D. Apakah penampilan makanan yang disajikan secara keseluruhan baik?
(kebersihan, menarik, penataan makanan sesuai alat)
Ya baik. Penampilan makanan adalah salah satu indikator penilaian seseorang
terhadap makanan yang disajikan dan faktor yang mempengaruhi nafsu makan. Nafsu
makan pasien yang baik dapat meminimalisir sisa makanan pasien di rumah sakit dan
meningkatkan asupan gizi pasien. Berdasarkan observasi yang dilakukan di RSUD
Koesnadi Bondowoso memiliki penampilan makanan yang disajikan secara
keseluruhan baik dilihat dari kebersihan untuk semua peralatan makanan dan troli
bersih, menu yang dihidangkabn telah menarik sehingga dpat menggugah selera
untuk memakannya sedangkan untuk penataannya makanan sudah sesuai dimana
menu telah tertata dengan baik dan rapi
Penilaian 4 aspek diatas maka selanjutnya dilakukan perhitungan formula dengan
jumlah ya dibagi 4 lalu dikalikan 100% sehingga dapat direkaphasilnya dan
mendapatkan skor minimum yang tercapai. Untuk indikator ketepatan penyajian
makan yang telah dihitung hasilnya 100% sehingga telah sesuai dengan skor
minimum. Untuk indikator ini skornya tercapai maka dilakukan frekuensi audit pada
12 kali dalam setahun.

4.2.2 Ketepatan Diet yang disajikan


Pelayanan gizi di rumah sakit melalui penyelenggaraan makanan merupakan
bagian integral dari upaya penyembuhan penyakit pasien. Penyelenggaraan makanan
di rumah sakit, seringkali menjadi perhatian banyak pihak, khususnya terkait dengan
kepuasan pasien terhadap makanan yang disajikan. Hal ini terjadi karena makanan
sebagai output dari penyelenggaraan makanan di rumah sakit seringkali tidak
memberikan kepuasan bagi pasien (Semedi dkk, 2013). Kepuasan pasien terhadap
penyelenggaraan makanan, menurut Hartwell (2006) dipengaruhi oleh dua faktor,
yaitu internal dan eksternal. Faktor Internal meliputi kondisi klinis pasien, faktor
psikologi, kebiasaan makan, kebosanan pasien terhadap menu, konsumsi makanan
dari luar rumah sakit. Faktor eksternal meliputi 3 hal, yaitu: pertama kualitas
makanan seperti: rasa, suhu, dan tekstur, kedua penyajian makanan seperti: besar
porsi, alat makan, dan variasi menu, ketiga sistem penyelenggaraan makanan seperti:
ketepatan jam makan dan sikap petugas penyaji (Hartwell, 2006). Peningkatkan
kepuasan pasien dapat dilakukan dengan meminimalisir kesalahan pada faktor-faktor
yang mempengaruhi kepuasan pasien, yaitu dengan pembenahan output dari
penyelenggaraan makanan yaitu citarasa dan penampilan makanan serta sistem dari
penyelenggaraan makanan salah satunya ketepatan jadwal pemberian makan.
Buruknya kualitas makanan dan pelayanan makan, akan mengarah pada konsumsi
makanan dari luar rumah sakit (Sahin, 2006).
Ketepatan diet yang disajikan Rumah Sakit Koesnadi terdapat 4 ruang
perawatan yaitu Melati Kelas 1 (Anak), Teratai 1 (Lansia), Bougenvil Penyakit HIV
Dan Bougenvil pasca melahirkan. Dari keempat ruangan tersebut masing-masing
ruangan seperti melati kelas (1) ruangan tersebut khusus untuk penyakit diare, ruang
Teratai 1 (Lansia) ruangan tersebut khusus untuk lansia yang mempunyai penyakit
komplikasi, Ruang Bougenvil pada ruangan Bougenvil khusus untuk penyakit HIV
dan Ruangan Bougenvil Pasca Melahirkan ruangan tersebut khusus untuk penyakit
atau seorang ibu yang setelah melahirkan. Rencana diet yang diberikan di Rumah
Sakit Koesnadi pada ruangan Melati kelas 1 (Anak) ketepatan diet yang diberikan
rendah sisa karena pada ruangan Melati kelas 1 mengalami diare. Tujuan dari
diberikannya diet rendah sisa yang memiliki fungsi makanan yang tinggi serat
sehingga mempermudah proses pencernaan diet order yang diberikan Rendah Sisa
(makanan lunak) sudah sesuai . Ruangan Teratai 1 (Lansia) rencana diet yang
diberikan di Rumah Sakit Koesnadi yaitu makanan lunak karena pada ruangan
tersebut pasien mengalami komplikasi. Pada pasien yang mengalami komplikasi sulit
untuk mengkonsumsi makanan yang bertekstur berat sehingga diberikan makanan
lunak diet order makanan lunak sudah sesuai. Ruangan Bougenvil pada penyakit HIV
rencana diet yang diberikan TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein) dan diet order
sudah sesuai dengan rencana diet yang telah ditentukan. Dan ruangan Bougenvil
penyakit melahirkan rencana diet yang diberikan TKPI (Tinggi Kalori Tinggi Protein)
dan diet order sudah sesuai.
4.2.3 Sisa Makanan
Sisa makanan merupakan suatu presentasi makanan yang dapat dihabiskan dari
satu atau lebih waktu makan. Dalam kegiatan observasi yang kami lakukan pada
tanggal 14 Desember 2017 di RSU.Dr.H.Koesnadi Bondowoso, pada sistem
pendistribusian makan dilakukan 3 kali sehari untuk makan pokok dan 2 kali sehari
untuk selingan.
Beberapa penelitian yang dilakukan di rumah sakit (RS) di Indonesia
menunjukkan bahwa rata-rata sisa makanan sangat bervariasi antara 17%-67%
(Zakiyah, 2005). Berdasarkan Kepmenkes No.129/Menkes/SK/II/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit (SPM), sisa makanan yang tidak termakan
oleh pasien sebanyak-banyaknya 20%. Terpenuhinya syarat tersebut menjadi
indicator keberhasilan pelayanan gizi di setiap rumah sakit di Indonesia.
Adanya sisa makanan mengakibatkan asupan nutrisi pasien tidak adekuat dan
secara ekonomis menunjukkan banyaknya biaya yang terbuang. Pasien dengan
asupan gizi yang tidak adekuat jika dibiarkan dalam jangka waktu yang lama
mempunyai risiko 2,4 kali untuk terjadi malnutrisi pada pasien di rumah sakit.
Sedangkan adanya biaya yang terbuang menyebabkan anggaran makanan kurang
efisien dan efektif sehingga pengelolaan biaya makan tidak mencapai tujuan yang
optimal. Karena itu manajemen rumah sakit menghendaki pengelolaan makanan yang
efektif dan kurang efisien, dan hal tersebut dapat mempengaruhi mutu dari rumah
sakit tersebut (Kusumayanti,2004).
Hasil pengamatan yang kami dapatkan untuk sisa makanan pasien yaitu kami
mengambil sampel sebanyak 14 yang terdiri dari berbagai macam ruangan, kelas, dan
penyakit yang terdapat di dalam rumah sakit. Dari ke-14 sampel tersebut didapatkan
dengan sisa ¾ porsi sebanyak 3 orang, sisa ½ porsi sebanyak 3 orang, sisa ¼ porsi
sebanyak 5 orang, dan tidak bersisa atau habis sebanyak 3 orang.
Dari hasil tersebut kami tidak bisa menghitung skor maksimal untuk hasil
indicator mutu sisa makanan pasien yang sesuai dengan buku pedoman manajemen
pelayanan gizi rumah sakit, dikarenakan kesalahan kami yang tidak mengamati sisa
makanan pasien sesuai jenisnya. Kami melakukan pengamatan sisa makanan secara
keseluruhan, sedangkan yang dianjurkan harusnya sesuai jenisnya, misalkan sisa nasi
berapa, sisal auk berapa, dan seterusnya sesuai dengan makanan yang disajikan saat
itu. Sehingga kami tidak bisa mengetahui frekuensi audit yang harus dilakukan untuk
melakukan identifikasi masalah serta tindak lanjutnya.

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Sistem pencatatan dan pelaporan serta indikator mutu yang diterapkan di rumah
sakit H.Koesnadi Bondowoso sudah sesuai dengan pedoman pelayanan gizi yang
berlaku, dimana pencatatan dan pelaporan mulai dari pelayanan gizi rumah sakit,
penyelenggaraan makan, perlengkapan dan peralatan instalasi gizi, pelayanan gizi di
ruang rawat inap, penyuluhan dan konsultasi gizi telah memiliki formulir masing-
masing untuk pencatatan dan pelaporan, tetapi untuk anggaran belanja bahan
makanan formulir dirahasiakan oleh pihak rumah sakit sehingga mahasiswa tidak
mengetahui secara rinci terkait formulir anggaran dana. Indikator mutu pelayanan gizi
mengenai ketepatan diet yang disajikan, ketepatan penyajian makan dan sisa makanan
sudah memenuhi indikator mutu pelayanan gizi, dimana skor minimum yang
didapatkan telah tercapai yaitu sekitar 100%, namun untuk sisa makanan dalam
penilaian indikator mutu kurang begitu tepat karena kesalahan mahasiswa hanya
melihat sisa makanan dalam keseluruhan menu, bukan dalam tiap item menu.

5.2 Saran
Saran untuk rumah sakit sebaiknya troly dan pegawai distribusi makanan
ditambah karena ruang rawat inap cukup banyak sehingga mengalami kesulitan
dalam pendistribusian, sedangkan untuk mahasiswa sebaiknya dalam melakukan
obsevasi menambah jumlah orang yang ikut dalam obsevasi sehingga tidak ada
informasi yang terlewat untuk ditanyakan dikarenakan waktu yang kurang dan terlalu
banyaknya yang diamati oleh tiap orang.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional. 2008. Standarisasi Alat Makan dan Minum tentang SNI
7275:2008. Jakarta Pusat dalam website http://sisni.bsn.go.id. Diakses tanggal
20 Desember.
Departemen Kesehatan RI. Sekertariat Jenderal. Pusat Sarana, Prasarana dan
Peralatan Kesehatan. 2007. Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah
Sakit Kelas C. Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI .2006. Pedoman PGRS Pelayanan Gizi Rumah Sakit.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Departemen Kesehatan RI. 2013. Pedoman PGRS Pelayanan Gizi Rumah Sakit.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Handayani, Rejeki. 2011. “Analisis Struktur Kalimat pada Karangan Narasi Siswa
Kelas VII F SMP Negeri 2 Kartasura, Sukoharjo”. Skripsi. Surakarta: FKIP,
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Hartwell,H.J.;Edwarts,J.S.A;Symonds.2006. Food service in Hospital : Development
of a Theoritical Model Foe Patient Experience and Satisfaction usin in Hospital
intake UK National Health Service as Case Study. Jurnal of Food Service 2006,
17:226-238.
Herlambang, Susatyo. 2016. Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Kementrian Kesehatan RI. Pedoman PenyusunanStandar pelayanan Minimum di
Rumah Sakit. Jakarta: Dirjen BUK Kemenkes RI; 2012.
Kusumayanti, Hamam H, dan Susetyowati. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kejadian Malnutrisi Pasien Dewasa di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit. Jurnal
Gizi Klinik Indonesia. 2004;1(1): 9-17.
Moehyi, S. 1992. Penyelenggaran Makanan Institusi Dan Jasa Boga. Jakarta :
Bhatara.
Sabarguna, Boy. 2003. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. Yogyakarta:
Konsorsium RSI Jateng.
Sabarguna, Boy. 2009. Informatika Biomedis. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
Sahin,B.;Demir,C.;Celik,Y.;Teke,K.2006. Faktors Affecting Satisfaction Level with
The Food Services in Military Hospital.J.Med Syst, 30: 381-387.
Semedi, P;Martha I Kartasurya; Hagnyonowati. 2013. Hubungan Kepuasan
Pelayanan Makanan Rumah Sakit dengan Asupan Makan dan Perubahan Status
Gizi Pasien (Studi di RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten Demak), Jurnal Gizi
Indonesia Vol. 2 No. 1. Desember 2013: 32-41.
Sutisna, Endang. 2011. Manajemen Kesehatan, Teori dan Praktek di Puskesmas.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Supriyanto dan Wulandari., 2011. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan.
Surabaya : Health Advocacy
Suryawati, C, dkk. (2006). Penyusunan Indikator Kepuasan Pasien Rawat Inap
Rumah Sakit di Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Manajemen Pelayanan
Kesehatan Vol.09 No.04 Hal.177-184.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Sistem Informasi Rumah
Sakit. Jakarta : Menteri Kesehatan Kesehatan Republik Indonesia
Rajab, Wahyudi. 2008. Epidemiologi Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : EGC
Uripi, V. 2007. Manajemen Produksi Makanan. Diktat yang tidak dipublikasikan
Program Keahlian Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi, Direktorat
Program Diploma. Institut Pertanian Bogor
Zakiyah L. Plate Waste Among Hospital Inpatients. Malaysian Journal Of Public
Health Medicine 2005; 5(2): 19-24

LAMPIRAN

a. Form Pencatatan Bahan Makanan b. Form Pengadaan Bahan


Kering dan Basah yang Keluar Makanan Basah
dan Masuk Gudang
c. Form checklist penerimaan bahan d. Daftar Permintaan makanan
makanan basah pasien

Anda mungkin juga menyukai