Disusun oleh :
Kelas :
Perikanan C/Kelompok 9
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah
memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Diphylobothrium sp, Simulium sp dan
Cardicola sp. Makalah ini kami selesaikan berkat kerjasama dari rekan-rekan dan
berbagai pihak sehingga kami berterimakasih kepada yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini, mungkin penulis banyak kekurangan baik dari materi
maupun tata bahasa. Oleh karena itu, kritik yang membangun dapat disampaikan
untuk kesempurnaan makalah ini. Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat baik untuk penulis dan juga pembaca.
i
DAFTAR ISI
BAB Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................ i
I PENDAHULUAN ............................................................. 1
II ISI ....................................................................................... 2
ii
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Penyakit yang disebabkan oleh parasit merupakan penyakit yang sering
menyerang ikan terutama pada usaha pembenihan. Parasit bisa menyerang lebih
dari satu inang yang dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan bahkan
kematian masal yang mengakibatkan penurunan produksi ikan. Berbagai organisme
yang menyebabkan parasit mulai dari arthropoda, Cestoda dan protozoa.
Cardicola sp. merupakan spesies parasit sejenis cacing isap yang ditemukan
pada insang ikan tuna. Penelitian dilakukan pada tuna sirip biru di Australia selatan.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Diphylobothrium sp
A. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Cestoda
Subclass : Eucestoda
Order : Pseudophyllidea
Family : Diphyllobothriidae
Genus : Diphyllobothrium
Species : Diphylobothrium sp
2
3
B. Ciri Morfologi
Sumber : http://slideplayer.info/slide/2325699/release/woothee
C. Siklus Hidup
dimakan oleh plankton jenis Cyclops dan Diaptomus. Dalam hospes perantara I ini,
larva kehilangan cilianya. Korasidium menemus dinding hospes hingga sampai ke
rongga badan. Disini larva tersebut bertamah besar yang berkembang menjadi
procercoid. Kemudian jika plankton tersebut yang mengandung diphylobothrium
dimakan oleh ikan seperti ikan salem sebagai hospes perantara II, prococercoid
tersebut menembus dinding usus ikan dan masuk ke rongga badan, organ tubuh,
jaringan lemak serta otot-otot. Ketika 7-30hari larva ini berkembang menjadi
plerocercoid atau sparganum yaitu larva yang berbentuk seperti kumparan dan
terdiri dari pseudosegmen dengan ukuran 10-20 x 2-3 mm.
Sumber : https://crocodilusdaratensis.wordpress.com/2010/10/24/336
Ikan yang terkena parasit ini tidak nafsu makan sehingga ikan tersebut
kehilangan berat badannya kemudian cacing akan terlihat di permukaan tubuh ikan
dibawah otot ikan. Bahkan ketika parasit ini banyak kerkembang dalam usus ikan,
maka akan terjadi obstruksi usus. Jika ini dibiarkan maka akan mengalami kematian
masal. Untuk pengobatannya, ikan yang terkena parasit ini harus di karantina di
6
pisahkan dengan ikan yang lainnya agar ikan yang lainnya tidak terkena parasit ini.
Ikan yang dikarantina diberi perawatan seperti dalam pakan ditambahkan obat agar
ikan nafsu makan kembali.
A. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Diptera
Family : Simuliidae
Subfamily : Simuliinae
Tribe : Simuliini
Genus : Simulium
Spesies : Similium sp.
7
(Sumber:https://sciencesource.com/archive/Black-fly-pupae-(Simulium-sp.)--LM-
SS2729252.html)
Di Indonesia saat ini telah dilaporkan hanya ada satu genus yaitu Simulium
dengan sekitar 100 spesies tersebar di seluruh tanah air. Di pulau Jawa sendiri
monograf terkhir menunjukkan bahwa ada 22 spesies, antara lain Simulium sigiti,
S. javaense, S. parahiyangum dan S. upikae (Takaoka & Davies 1996). Nama- nama
yang mengikuti tersebut ada nama orang dan nama daerah. Sistem penamaan ini
mengikuti sistem tata nama yang berlaku di dalam taksonomi hewan secara umum.
Sebagai contoh, S. sigiti adalah bentuk penghargaan yang diberikan oleh penemu
spesies ini kepada seseorang yang berjasa di dalam proses penemuan spesies baru
tersebut yaitu Prof Dr. Singgih H. Sigit, MSc dari Bagian Parasitologi dan
Entomologi Kesehatan IPB (Takaoka & Hadi 1991).
B. Morfologi
Lalat dewasa memiliki ukuran sangat kecil yaitu dengan panjang tubuh 1.5
- 4 mm serta mempunyai bentuk tubuh bulat dan berpunuk pada bagian thorax.
Umumnya berwarna hitam, tetapi ada beberapa spesies yang berwarna kontras
dengan putih, perak atau kuning terutamaa pada bagian tubuh yang mempunyai
rambut serta bagian kaki dan ada juga yang didominasi denganwarna oramye atau
kuning terang ( Service 1980). Bagian kepala terdapat sepasang maat yang
berukuran besar hampir menempati sebagian besar kepala. Pada lalat jantan
mempunyai tipe mata holoptic yaitu kedua mata saling bertemu di atas antena
sehingga bagian frons tidak ada. Sedangkan pada lalat betina kedua mata
dipisahkan oleh frons di atas antena, bentuk seperti ini dinamakan dichoptic.
Bentuk antena pada lalat, terdiri dari beebrapa segmen bulat kecil mebentuk
untaian rapi yang mirip dengan manik-manik. Famili simuliidae mempunyai
segmen berjumlah 9-12 dengan masing-masing segmen mebentuk uniform tetapi
yang paling banyak bejumlah 11 hanya kadang-kadang pada austrosimulium
berjumlah 11, tetapi jarang yang mempunyai jumlah 9 atau 12 (Kettle 1981).
8
Mulut berukuran kecil, maxilla palp mempunyai 5 segmen yang timbul dari
bagian dasar mulut serta menggantung kebawah sehingga mudah terlihat. Pada
mulut betina terdapat lambrum befungsi untuk menghisap darah, dengan gigi yang
digunakan untuk merobek dan beberapa lalat betina yang tidak menggigit, gigi ini
mengalami atropi (Chrosskey 1973).
Sayap pada umumnya pendek tetapi lebar dengan anal lobe yang besar.
Bagian radial sepanjang garis tepi anterior berkembang sangat baik sedangkan pada
bagian medial dan cubital posterior mempunyai struktur yang lemah. Pola sayap
seperti ini meskipun kelihatannya lemah, tetapi sangat efisien. Lipatan sayap bag
ian sub-medianterdapat diantara percabangan yang khas yakni median 2 (M,) dan
cubital 1 (Cu,), percabangan ini disebut "sub-median fold", sedangkan vena cubital
2 (Cu,) mempunyai lekukan yangberbetuk sigmoid, kecuali di Amerika Selatan
terdapat genus Gigantodax yang mempunyai (Cu,) langsung (Kettle, 1981).Pada
sisi thorax terdapat membran yang menciri, dan membranini disebut sebagai
"pleural membran " yang terletak tepat didepan pangkal sayap (gambar 4).
Kaki terbagi atas coxa, trochanter femur, tibia dan tarsus. Pada bagian tarsus
terdapat 5 segmen tarsomer, dimana pada segmen terakhir berhubungan dengan
kuku yang sering didapatkan gerigi terutama pada lalat bet ina.Menurut Sasaki et.
al., (1985), kuku ini dibedakan menjadi tiga tipe , yaitu tipe S, tipe P, dan tipe T.
Crosskey (1973), membagi bentuk kuku ini menjadi dua, yaitutipe kuku yang
bergigi dan tipe kuku yang sederhana.
C. Siklus Hidup
10
Periode siklus hidup bervariasi pada setiap spesies dan kondisi lingkungan.
Pada spesies yang hidup di daerah beriklim sedang dalam setahun bisa terjadi hanya
satu generasi, sementara di daerah tropis sepanjang tahun bisa terjadi beberapa
generasi. Telur, larva dan pupa hanya ditemukan di aliran air. Setiap spesies
berbeda-beda mulai dari gelombang air dekat danau sampai aliran kecil di tengah
hutan, sungai besar atau aliran air terjun. Distribusi lalat ini di seluruh dunia, kecuali
di daerah gurun atau pulau yang terisolasi tanpa aliran air.
1. Telur
2. Larva
Telur menetas menjadi larva yang mempunyai kepala yang keras dan jelas,
sepasang mata sederhana, bentuk tubuh yang silinder denga toraks dan bagian
posterior abdomen lebih lebar dari pada ruas abdomen anterior. Kepala memiliki
sepasang kipas sefalik (labral), struktur homolog sikat palatal lateral nyamuk
11
(Gambar 2). Larva tidak menciptakan aliran tetapi menyaring air yang melewati
tubuhnya. Larva memiliki satu proleg anterior (tangan palsu) yang dikelilingi kait-
kait sirklet, dan ujung abdomen dikelilingi sirklet posterior. Anus terbuka dan
terdapat di dorsal sirklet posterior, dari situ muncul organ rektal, yang mungkin
fungsinya sama dengan anal papila pada larva nyamuk yaitu menyangkut penarikan
klorida dari air.
Posisi larva ketika makan adalah berdiri dengan sirklet posterior menempel
pada substrat dan mengarah ke aliran air dengan kepala menghadap ke bawah.
Tubuhnya bisa berputar 90-180 derajat sehingga rambut kipasnya menghadap
permukaan air. Aliran air terbagi oleh proleg dan mengarah ke rambut kipas. Cairan
lengket yang dikeluarkannya berasal dari kelenjar sibarial sehingga kipas mampu
menangkap partikel-partikel halus. Partikel makanan ini dibawa masuk ke sibarium
oleh sikat mandibula. Larva pada beberapa spesies mempertahankan daerah
teritorialnya, dan mampu bergerak ke daerah aliran air bagian atas milik
tetangganya, sehingga terjadi kompetisi makanan. Pertahanan daerah teritorial
menurun secara dramatis ketika makanan berlimpah. Larva famili Simuliidae
menelan makanan seperti bakteri, diatom, algae dan endapan lumpur berukuran
sampai 350 µm, tetapi umunya menelan partikel berukuran 10-100 µm.
12
Larva Simuliidae banyak terdapat di aliran air deras, tempat larva dapat
menyaring sebanyak mungkin volume air dalam waktu tertentu. Konsentrasi larva
dalam jumlah besar sering ditemukan pada aliran keluar danau, tempat air yang
kaya akan fitoplankton sebagai makan larva mengalir. Gerakan air yang melewati
permukaan tubuh larva menyediakan sumber oksigen terlarut dalam jumlah yang
cukup untuk pernafasan larva. Panjang larva Simuliidae mencapai 4 to 12 mm, dan
mudah terlihat pada benda yang terendam. Pada beberapa spesies larva menenpel
pada tubuh kepiting di sungai dan nimfa lalat sehari (mayfly). Larva instar terakhir
(mature) dapat dikenali dengan adanya bercak insang gelap ("gill spot") pada kedua
sisi toraks, dan dapat bergerak ke tempat lain sebelum proses pupasi.
3. Pupa
Pada pupa, kepala dan torak punya bergabung menjadi sefalotoraks, dan
terdapat ruasruas abdomen. Ujungnya memiliki spina dan kait-kait yang mengikat
benang-benang kokon dan menenpelkan pupa pada substrat. Sefalotoraks memiliki
sepasang insang pupa (pupal gills) yang jumlahnya, panjangnya, dan
percabangannya berbeda-beda pada setiap spesies. Pupal gill ini serupa dengan
corong pernafasan pada Culicidae dan Ceratopogonidae, tetapi tidak mempunyai
spirakel terbuka.
Pupa ini tidak makan, dan berubah warna menjadi gelap saat lalat dewasa
sedang berkembang. Ketika lalat dewasa muncul, kulit pupa membelah, lalat
dewasa muncul ke permukaan dalam gelembung udara, dan segera terbang, atau
yang baru saja muncul tersebut bertengger pada benda dekat permukaan air.
13
4. Dewasa
Lalat dewasa biasanya muncul pada siang hari tergantung cahaya dan suhu.
S. damnosum 60-90% muncul menjadi lalat dewasa di siang tengah hari dan tidak
ada yang muncul pada malam hari.
D. Cara Perkembangbiakan
E. Penaggulangan
Pemberantasan secara fisik dan mekanis yaitu dengan cara menangkap dan
membunuhnya, tetapi cara ini sangat tidak efektif karena lalat ini sangat kecil
sehingga sulit untuk melakukannya. Tujuan dari pemberantasan secara fisik dan
15
Alternatif lain dapat dilakuakn dengan cara lain yaitu dengan merubah
lingkungan pradewasa lalat ini, seperti membersihkan·rumput-rumput di sungai
yangdiduga menjadi tempat berkembangbiaknya, atau dengan cara mengeringkan
sungai-sungai yang ban yak ditemukan larva di dalamnya. Adapun pada lalat
dewasanya dapat dilakukan pembakaran semak-semak atau hutan-hutan non-
produktif yangdiduga sebagai tempat peristirahatan lalat ini.
Kemudian salah satu cara ini adalah dengan memodifikasi kecepatan aliran
sungai yang diduga sebagai tempat berkembangbiaknya, sebab Simuliidae
umumnya meletakkan telurnya pada sungai yang mempunyai kecepatan tertentu,
yaitu 0.2 - 0.5 m/s. Sedang pada air yang menggenang, larva dan pupa dapat mati
dalam waktu 24 jam, dan selama 30 - 35 hari berturut-turut telah dibuktikan bahwa
bentult pra-dewasa dapat mati jika di bag ian kanal tidak diberi air selama 3 hari,
larva dan pupa tidak muncul lagi selama 25 - 30 hari, disamping itu larva dan pupa
Simuliidae dapat mati oleh sinar matahari langsung dalam waktu 2 - 3 hari.
(Kotel'nikov dan Kivako, 1986).
Larva lalat punuk sangat rentan terhadap insektisida yang diberikan pada
sungai-sungai atau anak-anak sungai dimana terdapat tempat
perkembangbiakannya, aliran sungai akan memungkinkan insektisida menjadi
efektif dalam jangkauan yang panjang meskipun hanya diberikan pada beberapa
tempat saja.Menurut Seifert (1983), senyawa-senyawa kimia yang umumnya
digunakan untuk mengendalikan lalat pun meliputi organochlorine,
organophosphate,dan cyclic amidines.
2.3. Cardicola sp
Cardicola sp. merupakan spesies parasit sejenis cacing isap yang ditemukan
pada insang ikan tuna. Penelitian dilakukan pada tuna sirip biru di Australia selatan.
Siklus hidup Cardicola Cacing dewasa biasanya berada di arteri insang utama,
berbaring sejajar dengan kartilago insang. Satu telur yang dihasilkan pada satu
waktu dibawa oleh darah ke kapiler dari fillamen insang. Disini pengembangan dan
penetasan berlangsung. Miracidia aktif bekerja melalui epitel ke permukaan
fillaments insang dengan bentuk lobulus. Setelah pecahnya lobulus, miracidia
17
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Bilateria
Phylum : Platyhelminthes
Subphylum : Neodermata
Class : Trematoda
Subclass : Digenea
Ordo : Strigeidida
Subordo : Strigeata
Family : Sanguinicolidae
Genus : Cardicola
Spesies : Cardicola sp.
18
Penyakit ikan yang disebabkan oleh plathyhelminthes ini tidak ada gejala
visual yang jelas,namun ikan yang terinfeksi akan berenang terus-menerus ke
permukaan untuk mendapatkan oksigen, dan terjadin pembelahan lamella insang,
dan hyperlasia. Wilayah yang terinfeksi apablia terserang yaitu sistem sirkulasi.
Jika parasit ini tidak cepat diatasi maka akan berdampak buruk terhadap organ
dalam pada tubuh tuna tersebut terutama bagian sistem sirkulasi ikan dan jantung.
Maka dari itu perlu penanganan khusus terhadap parasit ini agar tidak
membahayakan populasi ikan tuna pada umumnya.
19