Sejarah Chaos Theory
Sejarah Chaos Theory
Nama Kelompok:
Noviani Wulandari 212015155
Fahri Tri Utami 212015157
Thasya Attaya 212015166
Diani Dwi Heskiya 212015192
Sarda Devi D 212015197
I. Pendahuluan
Teori chaos atau teori acak ditemukan oleh Henri Poincare yang pada tahun 1880
menemukan bahwa terdapat orbit yang bersifat nonperiodik, dalam arti tidak memiliki
proses kemunculan secara tetap atau formulatif. Selain itu Jacques Hadamard juga
mempublikasikan teori serupa pada tahun 1898. Selain kedua orang tersebut, masih
banyak teori yang bermunculan pada zaman tersebut, yang hampir semuanya
dikembangkan oleh matematikawan.
Teori chaos sendiri mulai diformulasikan sejak pertengahan abad ke-20, dengan
perintisnya adalah Edward Lorenz yang menemukan permasalahan teori chaos saat
melakukan peramalan cuaca pada tahun 1961. Lorenz melakukan suatu simulasi
peramalan cuaca dengan menggunakan mesin yang telah ia buat. Lorenz menemukan
bahwa prediksi yang ia buat dengan mesin ternyata jauh berbeda dengan kenyataan yang
ada. Hal inilah yang menjadi dasar berkembangnya teori chaos. Setelah penemuan dari
Lorentz ini, banyak ahli yang mempelajari teori chaos dan menerapkannya pada berbagai
bidang, mulai dari dunia meteorologi, biologi, matematika, hingga dunia kriptografi yang
juga akan dibahas pada makalah ini.
II. Permasalahan
Jakarta - Sebagai negara adidaya, Amerika Serikat (AS) punya pengaruh besar
terhadap negara-negara di dunia. Hal ini juga berlaku dalam hal ekonomi.
Setiap kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah AS, pengaruhnya tak hanya
dirasakan orang masyarakat negeri Paman Sam saja, tetapi juga seluruh dunia. Bahkan,
negara-negara berkembang yang ekonominya baik-baik saja bisa ikut latah kena getahnya.
Contoh nyatanya terjadi subuh tadi, pada Rabu malam waktu setempat The Federal
Reserve berencana kembali mengurangi stimulus meski tengah terjadi gejolak ekonomi di
negara-negara berkembang.
The Fed menilai, perkembangan ekonomi AS terus membaik, sehingga bank sentral
perlu mulai mengurangi stimulusnya. Namun beberapa investor menilai langkah The Fed
ini berisiko tinggi karena saat ini sedang ada gejolak di negara-negara berkembang.
The Fed masih akan melakukan stimulus pembelian obligasi namun jumlahnya
hanya menjadi US$ 65 juta per bulan mulai Februari, turun dari sebelumnya US$ 75 miliar.
Ini merupakan kebijakan terakhir Gubernur The Fed Ben Bernanke sebelum menyerahkan
jabatan ke Janet Yelen.
Tak berhenti sampai di situ, Bernanke juga meminta Yelen terus melakukan
pemangkasan nilai pembelian obligasinya itu setiap bulan sebanyak US$ 10 miliar sampai
ekonomi AS bisa mandiri tanpa bantuan stimulus.
Langkah ini seharusnya disambut positif investor karena dengan dikuranginya
stimulus berarti ekonomi AS sudah membaik. Namun yang terjadi justru sebaliknya, hal ini
di luar prediksi investor AS maupun dunia.
Alhasil aksi jual panik pun terjadi, investor beranggapan tanpa stimulus maka pasar
finansial AS bisa kembali bergejolak. Jika melihat masa lalu, sudah sejak lama pergerakan
pasar AS selalu mempengaruhi bursa-bursa lainnya di dunia. Pasalnya, banyak perusahaan
kelas dunia yang sahamnya dicatat di AS.
Seperti dikutip AFP<\/em>, Kamis (30\/1\/2014), imbas pemangkasan stimulus ini
terasa hingga ke bursa-bursa Asia. Seluruh bursa regional terendam di teritori negatif.
Bursa Tokyo menukik 3,33% hingga siang hari ini, Sydney anjlok 1,00%, Hong Kong
jatuh 1,42, dan Shanghai kehilangan 0,20%. Sedangkan Singapura turun 1,02%, Manila
berkurang 1,37% dan Jakarta 1,15%.
Sementara bursa Taipei dan Seoul ditutup menyambut hari raya Imlek. Bursa-bursa
di Asia ini sebelumnya juga sudah terkena tekanan melambatnya manufaktur China di akhir
2013.
Kebijakan The Fed yang mengejutkan ini juga membuat nilai tukar dolar AS dan
euro melemah terhadap mata uang di kawasan. Dolar AS melemah paling dalam terhadap
yen Jepang.
Sumber : https://finance.detik.com/bursa-valas/2482876/ini-dahsyatnya-pengaruh-as-terhadap-
ekonomi-dunia)
III. Analisis
Namun mata uang negara berkembang diperkirakan akan merasakan dampak yang
kecil dari kebijakan pengetatan moneter AS. Karena proses kenaikan suku bunga telah
terprediksi sehingga membuat para pelaku pasar dan pengambil kebijakan di negara
berkembang cenderung lebih siap. Selain itu, dampak kecil atas kenaikan suku bunga AS
kepada mata uang negara berkembang juga disebabkan oleh tingginya cadangan devisa
kelompok negara tersebut.
Sebuah laporan baru dari Bank Dunia mengatakan bahwa kemungkinan akan ada
dampak yang sederhana ke negara-negara berkembang. Selain itu, Bank Dunia juga
memperingatkan ada beberapa risiko lebih buruk yang akan terjadi. Bank Dunia juga
menambahkan, ada kemungkinan akan ada gangguan terhadap arus modal yang cukup
besar ke negara-negara berkembang sehingga dapat merugikan pertumbuhan ekonomi
dan mengguncang stabilitas keuangan.
Jika dikaitkan dengan chaos teori, kondisi yang sedang terjadi dengan adanya
peningkatan suku bunga AS dapat berdampak pada negara-negara berkembang. Dimana
sebuah tindakan kecil yang dilakukan oleh suatu negara yang memiliki pengaruh besar
dapat berdampak pada negara-negara berkembang diseluruh dunia layaknya kupu-kupu
yang mengepakkan sayapnya satu kali disuatu daerah dapat memberikan berpengaruh
besar terhadap daerah lainnya.
IV. Kesimpulan
Chaos Theory merupakan sebuah perbedaan-perbedaan kecil yang dimiliki oleh
suatu organisasi yang dapat berdampak besar atau bisa juga merupakan kesalahan kecil
dalam suatu organisasi yang jika di abaikan, nantinya akan memberikan dampak yang besar
pada organisasi. Chaos Theory dapat memberikan dampak yang positif maupun negative,
tergantung pada kondisi maupun pemikiran dari setiap perusahaan atau organisasi yang
sedang berhadapan dengan suatu kasus tertentu. Dengan mengetahui Chaos Theory,
seharusnya dapat lebih berhati-hati dalam bertindak dan melakukan sesuatu hal. Karena,
apapun yang dilakukan akan memberikan dampak kedepannya.
V. Implikasi manajerial
Penerapan Chaos Theory dalam perusahaan atau organisasi dapat ditemukan pada
strategi suatu perusahaan atau organisasi. Antara lain: