Pengaruh Struktur Geologi Terhadap Gerakan Tanah PDF
Pengaruh Struktur Geologi Terhadap Gerakan Tanah PDF
Pengaruh Struktur Geologi Terhadap Gerakan Tanah PDF
1, Januari 2014
ABSTRACT
SARI
1
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 7, No. 1, Januari 2014
PENDAHULUAN
Gerakan tanah (longsoran) merupakan salah satu peristiwa alam yang sering
menimbulkan bencana dan kerugian material, atau biasa diartikan dengan
perpindahan material pembentuk lereng, berupa batuan, tanah, bahan timbunan
dan material campuran yang bergerak kearah bawah dan keluar dari lereng.
Beberapa faktor utama penyebab terjadinya gerakantanah antara lain adalah
kondisi alam dan aktivitas manusia. Faktor alam yang menjadi penyebab
terjadinya gerakantanah antara lain tingginya curah hujan, kondisi tanah,
batuan, vegetasi, dan faktor kegempaan sebagai pemicunya. Aktivitas manusia
juga dapat menjadi penyebab terjadinya gerakantanah, sebagai contohnya
adalah penggunaan lahan yang tidak teratur, seperti pembuatan areal
persawahan pada lereng yang terjal, pemotongan lereng yang terlalu curam,
penebangan hutan yang tidak terkontrol, dan sebagainya.
Kabupaten Banjarnegara terletak pada daerah yang mempunyai
topografi perbukitan hingga pegunungan, yaitu Pegunungan Serayu Utara dan
Pegunungan Serayu Selatan yang membujur barat - timur dan dipisahkan oleh
Sungai Serayu yang membentuk lembah serta kondisi geologi yang kompleks.
Kawasan lembah Sungai Serayu yang membentuk suatu dataran merupakan
daerah yang relatif stabil, sedangkan pada daerah Pegunungan Serayu Utara
dan Pegunungan Serayu Selatan merupakan daerah-daerah yang labil, karena
dikontrol oleh topografi curam dan mempunyai berbagai jenis batuan serta
struktur geologi yang komplek.
Jalan merupakan sarana transportasi yang vital bagi kehidupan manusia.
Perencanaan, pengembangan maupun perawatan (treatment) yang diberikan
harus sesuai dengan fungsi atau peruntukkannya. Kondisi geologi pada jalan
utama pada Dusun Windusari, dimana merupakan penghubung dengan Desa
yang berada di atasnya, antara lain Desa Metawana, dan Desa Pagentan,
sangat mendukung terjadinya gerakan tanah pada jalan tersebut, sehingga jalan
tersebut akhirnya terputus. Daerah tersebut merupakan endapan lunak, serta
adanya gejala struktur, sehingga rentan akan gerakan tanah (longsoran).
Lokasi penelitian, secara administratip berada di Desa Metawana, Desa
Pagentan, Desa Wonosroyo, Desa Watumalang, dimana keseluruhan adalah
termasuk ke dalam Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah dengan
sasaran utama berada pada Dusun Windusari, Kecamatan Metawana.
0
Secara geografis daerah penelitian berada pada posisi 109 42’00” -
0 0 0
109 44’00” bujur timur dan 07 17’30” – 07 20’00” lintang selatan. Pencapaian
daerah penelitian dapat ditempuh melalui sarana transportasi darat dengan
menggunakan kendaraan bermotor roda dua maupun roda empat. Dari Kota
Yogyakarta ke arah Baratlaut menuju Kota Banjarnegara dengan jarak tempuh
sekitar 200 Km., selanjutnya menuju lokasi daerah sasaran utama yaitu Dusun
Windusari dengan jarak tempuh sekitar 50 Km ke arah Utara Kota Banjarnegara.
Waktu penelitian dimulai dari bulan Mei 2007 sampai bulan Agustus 2007.
SEJARAH GEOLOGI
Batuan tertua yang dijumpai di daerah telitian adalah Batulempung yang
diendapkan bersamaan dengan terjadinya peristiwa genanglaut menjelang
Miosen Tengah. Kegiatan tektonik yang disertai dengan kegiatan gunungapi
terjadi pada Miosen Akhir sampai Pliosen Awal yang menghasilkan Formasi
Halang yang diendapkan secara selaras di atas Formasi Rambatan, yang
2
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 7, No. 1, Januari 2014
disusun oleh satuan batupasir gampingan, dan batupasir silikaan, serta breksi
vulkanik, dimana pada Formasi Halang, anggotanya mempunyai hubungan
interfingering. Penerobosan batuan bersusunan andesit terjadi pada akhir
Miosen Tengah. Diatas Formasi Halang diendapkan secara selaras Formasi
Tapak.
Peristiwa tektonik kembali terjadi lagi pada Pliosen Awal – Pliosen Akhir
menyebabkan terjadinya pengangkatan, perlipatan, dan penyesaran. Peristiwa
ini diindikasikan sebagai penyebab hilangnya Formasi Tapak pada daerah
telitian. Pada masa ini terbentuk Formasi Damar pada suasana peralihan –
darat. Formasi Damar di daerah telitian yang didominasi oleh satuan batupasir
tufan diendapkan secara tidak selaras dengan Formasi yang berada di
bawahnya, yaitu Formasi Halang dengan batas kontak erosional.
3
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 7, No. 1, Januari 2014
Foto 1.
Singkapan lapisan tegak di Kali Tulis.
Arah kamera N035 ºE. (LP 2 )
4
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 7, No. 1, Januari 2014
Foto 2.
Kenampakan zona hancuran di K.
Tulis Desa Wonosroyo dengan
azimuth N065ºE. Arah kamera
N035ºE. (LP 5)
Foto 3.
Kenampakan mikro fold di Ds
Wonosroyo (LP47). Arah kamera
relative ke Selatan
Foto 4. Kenampakan Shear Fracture di K. Tulis, Arah kamera N035 ºE. (LP5)
5
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 7, No. 1, Januari 2014
Data dari sesar mendatar Kali Tulis ini kemudian dimasukkan kedalam
tabel klasifikasi berdasarkan Rickard, 1972, didapatkan nama sesar Kali Tulis ini
adalah Reverse Right Slip Fault. Dengan arah kemenerusan Tenggara – Barat
Laut. Bagian Tenggara peta dapat dijumpai punggungan (G. Pandan) sebagai
indikasi kemenerusan sesar mendatar Kali Tulis
6
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 7, No. 1, Januari 2014
4. Antiklin Metawana
Penarikan sturktur antiklin yang terletak di Desa Metawana ini didasarkan data –
data kedudukan pada lokasi pengamatan (LP) antara lain LP 16, LP 15, LP 29,
LP 27, LP 35 dan lokasi pengamatan yang berada disekitarnya. Didapatkan
kedudukan sayap antiklin rata – rata N086ºE/ 30 dan N260ºE/ 50. Dari data
kedudukan tersebut kemudian dilakukan analisa lipatan dengan denggunakan
stereonet (Gambar 1) hingga diketahui interlimb angle sebesar 99º, hinge
surface N087ºE/76, hinge line N087ºE/ 1º, rake 1º. Dari analisa lipatan
didapatkan pula kedudukan tegasan utama terbesar, menengah dan terkecil,
yaitu; δ1 12, N357ºE ; δ2 1º, N188ºE ; δ3 75, N185ºE. Penamaan antiklin ini
adalah Open Fold (Fleuty, 1964), dan Steeply Inclined Horizontal Fold (Rickard,
1971)
7
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 7, No. 1, Januari 2014
8
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 7, No. 1, Januari 2014
Gambar 3. Hasil analisa gerakan tanah dengan metode Bishop Exit Entry
Berikut ini adalah pembahasan hasil analisis yang dilakukan pada lokasi
telitian. Berdasarkan observasi lapangan didapatkan dimensi lereng sebagai
berikut:
Ketinggian lereng = 36 meter
Panjang lereng = 24.594 meter
o o
Sudut lereng = 20 – 76
Kedalaman rekahan = 0.2 – 0.5 meter
Data diatas termasuk data – data struktur daerah telitian, jika didukung
dengan adanya data curah hujan dan data gempa yang dirasakan hingga ke
daerah telitian diharapkan akan menjadi data yang akurat untuk
memprediksi penyebab kelongsoran lokasi telitian serta prediksi
pergerakannya.
9
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 7, No. 1, Januari 2014
2. Data Kegempaan
Gempa berasal dari energi regangan (strain energy) yang lepas secara tiba–tiba
setelah terhimpun secara berangsur–angsur selama kurun waktu tertentu.
Proses tersebut menimbulkan penjalaran getaran ke segala arah dalam tubuh
bumi, termasuk tubuh lereng yang akhirnya dapat berfungsi sebagai pemicu
terjadinya longsoran. Berikut ini data gempa bumi yang dirasakan sampai
wilayah Kabupaten Banjarnegara (Tabel 1 ).
Tabel 1. Data gempa bumi stasiun geofisika Kabupaten Banjarnegara
10
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 7, No. 1, Januari 2014
pengontol struktur lain pada daerah ini. Pada lokasi telitian dapat dijumpai kekar –
kekar yang dibentuk oleh gerakan tanah, sehingga dapat dijadikan indikasi arah
pergerakan longsoran tersebut. Gerakan tanah pada bagian paling atas mempunyai
o o o o o o
arah umum N 40 -50 E/70 dan arah umum N 80 -90 E/70 .
o o o
Foto 8. Pergerakan tanah bagian atas dengan arah umum kekar N 40 -50 E/70
o o o
dan arah umum N 80 -90 E/70 .
o o o o
Foto 9. Pergerakan tanah bagian tengah dengan arah umum N70 - 110 E/30 -40 .
o o o o
Foto 10. Pergerakan tanah bagian bawah dengan arah umum N 90 -120 E/30 -40 .
11
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 7, No. 1, Januari 2014
12
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 7, No. 1, Januari 2014
telitian, juga merupakan faktor penting sebagai pemicu ketidakstabilan material baik
batuan, ataupun tanah pada daerah telitian.
Hujan yang turun di daerah penelitian sebagian besar akan menjadi aliran
permukaan dan sebagian meresap kedalam tanah melalui kekar-kekar yang ada.
Kekar pada batuan akan menyebabkan tanah/batuan tersebut menjadi lapuk
sehingga mengalami penurunan kuat geser, karena kehilangan kekuatan geser dan
dengan kondisi kemiringan lereng yang curam, serta beban yang berada di atasnya
menyebabkan lereng tersebut menjadi tidak stabil.
Faktor lain yaitu basement dari daerah telitian yang mempunyai litologi
berupa batulempung Formasi Rambatan, sehingga apabila terjadi gempa bumi lokal
maupun regional pengaruhnya sangat besar terhadap gerakan massa tanah/batuan
karena sifatnya yang tidak mampu meredam getaran. Sifat batulempung yang relatif
impermeable juga menyebabkan peresapan air pada permukaan akan terhenti pada
bidang kontak kedua satuan tersebut, sehingga mengaakibatkan jenuhnya material
lapukan terhadap air.
Faktor lain selain faktor alam yang berperan terhadap terjadinya gerakan
tanah daerah Telitian ini adalah adanya penebangan liar oleh masyarakat setempat.
Gundulnya lahan didaerah telitian akan semakin mendorong cepatnya resapan air
oleh material lapukan dan mendorong terjadinya penurunan kekuatan geser pada
soil dan batuan. Kondisi alam serta faktor manusia yang terjadi di daerah telitian
inilah yang kemudian menyebabkan terjadinya gerakan tanah.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa data, perhitungan serta pembahasan yang telah
dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
13
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 7, No. 1, Januari 2014
DAFTAR PUSTAKA
Bell, F. G., 1981, Engineering Properties of Soils and Rocks, first published,
Butterworths, New York, 449 p.
Bowles, J. E., 1991, Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah, Edisi ke-2, Erlangga,
Jakarta.
Braja, M. D., 1995, Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknik), Jilid 2,
Erlangga, Jakarta.
Condon W.H., L Pardyanto, K.B Ketner, T.C Amin, S. Gafoer, H. Samodra, 1996,
Peta Geologi Lembar Banjarnegara dan Pekalongan, Jawa, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Hatcher, R.D., Jr, 1990, Structural Geology, Principles, Concept, and Problem,
Merril Publishing Company, Columbus, 257p.
John Krahn.,2004, Stability Modeling with SLOPE/W An Engineering Methodology,
GEO-SLOPE/W International Ltd, Alberta, Canada.
Ragan, D. M, 1973, Structural Geology An Introduction to Geometrical Techniques,
Second Edition, John Wiley & Sons, Inc, New York, 58, 133p
Verhoef., 1985, Slope Movement and Type of Processes in Landslide, Analysis and
Control Transportation Research Board, National Academy of Science, Washington
D.C.
14