Anda di halaman 1dari 4

Nama : M.

Alrasyi Tristardy
NPM : 2315051065
Kelas :C
Mata Kuliah : Geologi Struktur

Struktur Primer dan Sekunder yang ada di wilayah Indonesia

1. Kekar di Batu Hijau, Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui geologi daerah penelitian, potensi
longsor dan nilai faktor keamanan pada dinding lereng barat daerah penelitian.
Metode yang digunakan yaitu pemetaan geologi, line mapping, analisis
petrografi, analisis struktur geologi, analisis kinematik berdasarkan data
orientasi kekar dan sesar, dan metode kesetimbangan batas. Berdasarkan hasil
pengamatan di lapangan, satuan batuan daerah penelitian dibagi menjadi Satuan
Andesit Batu Hijau, Satuan Diorit Batu Hijau, dan Satuan Tonalit Batu Hijau.
Pulau Sumbawa merupakan kelanjutan dari Zona Solo yang berada pada
gugus Kepulauan Nusa Tenggara. Kondisi ini merupakan hasil tumbukan antara
Lempeng Eurasia dengan Lempeng Pasifik dan tepi benua dari Lempeng Indo-
Australia (Van Bemmelen, 1949). Menurut Garwin (2002), Pulau Sumbawa
memiliki zona kompresi yang dibatasi oleh dua sistem patahan utama berarah
baratlaut-tenggara dan timurlaut-baratdaya. Zona kompresi patahan tersebut,
mempengaruhi morfologi yang berakibat pada kondisi lereng hasil
penambangan yang terjadi di Batu Hijau.
Lereng merupakan permukaan tanah yang membentuk sudut kemiringan
tertentu dengan bidang horisontal. Lereng dapat terbentuk secara alamiah dan
buatan. Lereng buatan diakibatkan oleh manusia, seperti galian dan timbunan
jalan, tanggul sungai, bendungan dan tambang terbuka (Arief, 2007). Kegiatan
penambangan terbuka dengan membuat lereng berjenjang menyebabkan
terjadinya perubahan gaya pada lereng. Perubahan gaya tersebut mengakibatkan
terjadinya perubahan kekuatan massa batuan. Kondisi ini menyebabkan
kesetimbangan lereng tidak stabil dan mengakibatkan terjadinya longsoran.
Struktur geologi merupakan gambaran arsitektur permukaan bumi akibat
deformasi batuan karena gaya tektonik (Thompson dan Turk, 1997). Struktur
yang banyak berkembang adalah kekar. Kekar adalah struktur retakan yang
terbentuk pada batuan akibat suatu gaya bekerja pada batuan tersebut dan belum
mengalami pergeseran. Secara umumnya dicirikan oleh pemotongan bidang
perlapisan batuan. Dari hasil pemotongan bidang tersebut biasanya terisi mineral
lain (mineralisasi) seperti kalsit, kuarsa dsb. Struktur kekar dapat
dikelompokkan berdasarkan sifat dan karakter retakan/rekahan serta arah gaya
yang bekerja pada batuan tersebut.
Struktur geologi merupakan salah satu faktor dominan pengontrol
kestabilan lereng di daerah penelitian. Struktur geologi terekam dalam batuan
dan menyebabkan deformasi terhadap batuan di daerah penelitian. Adapun
struktur geologi yang terdapat di lapangan antara lain berupa kekar gerus dan
sesar mendatar. Pengukuran data struktur geologi di lapangan meliputi kekar
gerus dan breksiasi.
Struktur kekar merupakan hasil dari intrusi dan aktivitas tektonik yang
berkembang di daerah penelitian. Kekar yang terbentuk hampir dijumpai
diseluruh dinding tambang daerah penelitian. Kekar-kekar ini berpengaruh
terhadap kestabilan lereng sehingga keberadaannya selalu dipantau oleh sistem
radar.

2. Kekar dan Sesar Bukit Barisan Sumatera Utara


Dari pengamatan lapangan di lokasi lainnya, batuan yang berada di sekitar
kaki Pegunungan Leuseur (bagian dari jalur Bukit Barisan) telah terlipat dan
tersesarkan. Jurus perlapisan batuan yang diukur di lokasi tersebut berarah
baratlaut-tenggara (Pola Sumatra) dengan kemiringan di atas 60°, bahkan
beberapa diantaranya mendekati vertikal (tight fold). Pola lipatan seperti ini
umumnya berasosiasi dengan sesar naik sebagai akibat adanya tektonik
kompresil. Bukti-bukti pensesaran lainnya yang ditemukan umumnya berupa
cermin sesar (slicken side), breksi sesar (fault breccia), lipatan seret (drag fold)
dan kekar gerus (shear joint) yang tinggi (Iyan, 2011).
Keberadaan jalur sesar dicirikan pula dengan berkembangnya struktur kekar
dengan intensitas yang sangat tinggi, yaitu dalam bentangan 1 meter didapatkan
lebih dari 25 bidang kekar. Umumnya jenis kekar didominasi oleh kekar gerus
(shear joint) yang saling berpasangan (conjugate shear joint), memiliki banyak
arah dan saling memotong sehingga seringkali menghasilkan pola stock work,
dupleks dan sebagian lainnya membentuk breksi sesar. Dari hasil pengukuran
kekar yang dilakukan di 5 titik lokasi (data kekar pada lampiran), diketahui
sistem tegasannya bersifat compressional yang menghasilkan sejumlah sesar
mendatar naik.
Berdasarkan pada bukti-bukti lapangan tersebut di atas maka terdapat dua
jenis sesar utama, yaitu sesar naik dan sesar mendatar. Kedua jenis sesar tersebut
berada pada habitat tektonik yang sama yaitu di bawah pengaruh tektonik “strike
slip”. Dengan demikian telah berlangsung tektonik transtensional yang
menghasilkan geometri positive flower structure. Tektonik inilah yang salah
satunya mengontrol adanya perbedaan topografi antara jalur pegunungan
Leuseur dengan blok daerah penelitian, disamping menyingkapkan batuan tua
ke permukaan.
Berbeda dengan pola struktur yang terbentuk di pegunungan Leuseur,
struktur geologi yang terbentuk di dalam blok penelitian didominasi oleh
struktur lipatan dan miskin kekar gerus (intesitas kekar rendah). Dari hasil
pengukuran bidang lapisan batuan di lapangan, diketahui arah umum jurus
perlapisan batuannya adalah baratlaut-tenggara. Hal ini sesuai dengan hasil
interpretassi DEM, yaitu ditemukannya pola bergaris dengan arah tersebut yang
ditafsirkan sebagai jurus perlapisan batuan sedimen. Besar sudut kemiringan
lapisan batuan umumnya berkisar antara 5° hingga 40° (open fold dan moderate
fold), kecuali di sekitar kaki lereng perbukitan Leuseur memiliki “dip” yang
besar. Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa “dip” yang besar ini
dipengaruhi oleh adanya sesar mendatar regional yang sifatnya transtensional.
DAFTAR PUSTAKA

Haryanto, I. Struktur Geologi Pada Zona Transisi Antara Busur Volkanik Bukit
Barisan Dengan Cekungan Belakang Busur: Contoh Di Daerah Sumatra Utara.
Abdan, LNHA, Rahmad, B., & Pratiknyo, P. (2018). Analisis Stabilitas Lereng Dinding
Barat Kecamatan Batu Hijau Kabupaten Sekongkang Kabupaten Sumbawa Barat
Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA , 5 (2), 33-54.

Anda mungkin juga menyukai