Agung Suharyana - Penjara Bawah Laut Rumah Impian Koruptor Indonesia PDF
Agung Suharyana - Penjara Bawah Laut Rumah Impian Koruptor Indonesia PDF
Disusun oleh:
Agung Suharyana
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Korupsi di Indonesia saat ini menjadi patologi sosial yang sangat berbahaya dan
mengancam semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Korupsi
telah menyebabkan kerugian materiil keuangan negara yang sangat besar. Jumlah kasus
korupsi selama tahun 2015 sebanyak 550 kasus korupsi pada tahap penyidikan yang
ditangani Aparat Penegak Hukum (APH) dengan total tersangka sebanyak 1.124.
Total potensi kerugian negaradari seluruh kasus tersebut sebesar Rp 3,1 Triliun dan nilai
suap sebesar Rp 450,5 Miliar. Bahkan dalam kajian tren korupsi ICW sebelumnya, total
kasus yang berhasil dipantau selama tahun 2010 hingga 2014 adalah sebanyak 2.492
kasus dengan total nilai kerugian negara sebesar Rp 30 triliun dan nilai suap sebesar Rp
549 miliar. Dari sejumlah kasus tersebut ada sekitar 552 kasus yang dikategorikan
mangkrak atau tidak jelas penanganannya dan tidak ada keterangan resmi terkait kasus-
kasus yang telah masuk pada tahap penuntutan atau masih dalam proses penyidikan atau
bahkan dihentikan1.
Korupsi bersifat parasit di dalam pemerintahan sehingga dapat merusak struktur
pemerintahan dan menghambat jalannya pemerintahan dan pembangunan. Upaya demi
upaya baik yang bersifat preventif maupun represif telah dilakukan untuk mencegah
maupun memberantas tindak pidana korupsi di Indonesia, namun hal tersebut tidak terlalu
berdampak dalam menurunkan angka korupsi di Indonesia. Pemberantasan korupsi diatur
di dalam Undang-Undang No. 31 tahun 1999 tentang pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi. Namun Undang undang No. 31 tahun 1999 memiliki kekurangan yang
dampaknya dapat bersentuhan langsung dengan penanganan kasus korupsi yang terjadi
pada sektor-sektor penting di Indonesia. Korupsi masih terjadi secara masif dan
sistematis. Praktiknya dapat berlangsung di lembaga negara, lembaga privat, hingga di
kehidupan sehari-hari. Pada dasarnya upaya pemberantasan korupsi di Indonesia sudah
diberlakukan secara berkala dengan upaya yang cukup keras. Salah satu yang paling
mencolok adalah dibentuknya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai lembaga
khusus yang memiliki kewenangan besar dalam upaya pemberantasan korupsi. Selain itu,
secara normatif pengaturan tentang upaya pemberantasan tindak pidana korupsi telah pula
dilakukan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Terhadap
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
1
Indonesia Corruption watch. Tren Korupsi 2015 : Tunggakan Kasus Tinggi, Kinerja Penegak Hukum Lemah. Diakses pada :
http://www.antikorupsi.org/id/content/bulletin-mingguan-anti-korupsi-25-febuari-2-maret-2016 [Internet][3 Desember 2016]
2
Namun faktanya, baik upaya pencegahan maupun upaya pemberantasan tindak pidana
korupsi di Indonesia ternyata masih terkesan menemui jalan buntu. Ini terbukti dengan
skor Indeks Persepsi Korupsi Indonesia dalam dua tahun terakhir yakni tahun 2012-2013
masih stagnan pada angka 32 dari skala 0 sampai 100.
Berdasarkan permasalahan di atas, penulis membuat impian bagi Indonesia yang
lebih baik yakni adanya penjara bawah laut di Indonesia sebagai tempat tahanan para
koruptor. Sebuah bangunan yang menarik Karena berada di dalam laut dengan tujuan
untuk menciptakan conjugal visit yang selama ini tidak diterapkan di lembaga
pemasyarakatan, khususnya bagi para pidana koruptor
Tujuan
1. Menciptakan tempat tahanan berbasis pengasingan
2. Menciptakan kondisi conjugal visit yang efektif bagi tahanan koruptor.
3. Meningkatkan efek jera bagi koruptor melalui ruang tahanan anti akses
Urgensi Masalah
Saat ini pengadilan Tipikor mengarah menjadi surga bagi para koruptor, karena
mudah mendapatkan remisi atau pembebasan bersyarat. Di sisi lain peringkat Indonesia
di indeks korupsi yang dikeluarkan Transparency International naik dari 114 ke 107 yang
menunjukkan bahwa penanganan korupsi Indonesia masih lemah. Saat ini koruptor
leluasa untuk keluar masuk rutan sesuka hati dikarenakan conjugal visit tidak diatur
dalam hukum di Indonesia. Salah satu keistimewaan yang didapat oleh koruptor penghuni
rutan yakni kemudahan akses bagi koruptor dengan pihak luar, sehingga sistem penjara
menjadi tidak efektif.
ISI
Fenomena Korupsi di Indonesia
Di tahun 2015 sudah ada empat puluh terdakwa kasus korupsi yang dibebaskan
Pengadilan Tipikor. Pengadilan Tipikor yang tadinya ditakuti, sekarang mengarah
menjadi surga bagi para koruptor karena mudahnya mendapatkan remisi atau pembebasan
bersyarat. Tidak hanya itu, koruptor saat ini sudah modern, masing-masing menyimpan
telepon genggam guna mengakses jaringan melebihi kebutuhan yang diperlukan. Telpon
3
genggam yang diperlukan rata-rata berjenis CDMA, yang tidak dapat diblok sinyalnya
oleh perangkat jammer di Rutan. Fakta di lapangan menunjukkan Tidak heran apabila di
ditemukan uang jutaan rupiah didalam rutan. Fenomena ini terjasi pada hasil sidak 15
Oktober 2014, modus pengiriman uang melalui buku setebal 1.000 halaman yang
kemudian dilubangi. Pengirim meletakan uang dan HP dalam buku tersebut. Uang yang
ditemukan dalam buku berjumlah Rp. 15 Juta dan dalam ember Rp. 25 Juta2.
Pengadilan Tipikor yang diharapkan menjadi trigger dalam pemberantasan
korupsi ternyata kurang menunjukkan ketegasan. Pengadilan Tipikor yang lahir atas
semangat extraordinary ternyata masih menampakkan sederet paradoks. Koruptor yang
kaya akan leluasa untuk keluar masuk rutan sesuka hati dikarenakan conjugal visit tidak
diatur dalam hukum di Indonesia3. Bahkan Keistimewaan yang didapat oleh koruptor
penghuni rutan saat ini salah satunya yakni kemudahkan akses para koruptor melalui
bangunan ruangan sel yang luas dengan fasilitas lubang intip di setiap sel dan fasilitas
pintu yang dapat dikunci dari dalam sel. Tidak hanya itu sel yang luas dan setiap sel hanya
ditempati satu penghuni semakin memanjakan koruptor di dalam lapas4.
Tinjauan Pustaka
Istilah korupsi berasal dari perkataan latin “coruptio” atau “corruptus” yang
berarti kerusakan atau kebobrokan (Focus Andrea dalam Prodjohamidjojo, 2001 : 7).
Lubis dan Scott ( 1993 : 19) dalam pandangannya tentang korupsi disebutkan “dalam arti
hukum menyatakan bahwa korupsi adalah tingkah laku yang menguntungkan
kepentingan diri sendiri dengan merugikan orang lain, oleh para pejabat pemerintah yang
langsung melanggar batas-batas hukum atas tingkah laku tersebut, sedangkan menurut
norma-norma pemerintah dapat dianggap korupsi apabila hukum dilanggar atau tidak
dalam bisnis tindakan tersebut adalah tercela”
Salah satu penyebab terjadinya korupsi menurut Abdullah Hehamahua,
berdasarkan kajian dan pengalaman yakni pengawasan yang Tidak efektif. Dalam sistem
manajemen yang modern selalu ada instrument internal kontrol yang bersifat in build
dalam setiap unit kerja, sehingga sekecil apapun penyimpangan akan terdeteksi sejak dini
dan secara otomatis pula dilakukan perbaikan. Internal control di setiap unit tidak
berfungsi karena pejabat atau pegawai terkait ber-KKN5.
2
Lubis, Saut Maruli. 2006. Oseanografi Indonesia. Program Studi Oseanografi. ITB : Bandung
3
Hroness, Laurie .2008. Sebuah Protestan Purgatory: Origins Teologi UU Pemasyarakatan, 1779. Ashgate Publishing ISBN 9780754663928
4
Yousman, Bill .2009. Penjara Prime Time di TV AS: Representasi Penahanan. PeterLang. ISBN 978-1-4331-0477-0.
5 Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume II, No 2, Juli 2012
4
M. Amien Rais menyatakan sedikitnya ada empat jenis korupsi. Pertama, korupsi
ekstortif, yakni berupa sogokan atau suap yang dilakukan pengusaha kepada penguasa.
Kedua, korupsi manipulatif, seperti permintaan seseorang yang memiliki kepentingan
ekonomi kepada eksekutif atau legislatif untuk membuat peraturan atau UU yang
menguntungkan bagi usaha ekonominya. Ketiga, korupsi nepotistik, yaitu terjadinya
korupsi karena ada ikatan kekeluargaan, pertemanan, dan sebagainya. Keempat, korupsi
subversif, yakni mereka yang merampok kekayaan negara secara sewenang-wenang
untuk dialihkan ke pihak asing dengan sejumlah keuntungan pribadi6
Penegakan Hukum (law enforcement) dalam arti luas mencakup kegiatan untuk
melaksanakan dan menerapkan hukum serta melakukan tindakan hukum terhadap setiap
pelanggaran atau penyimpangan hukum yang dilakukan oleh subjek hukum, baik melalui
prosedur peradilan ataupun melalui prosedur arbitrase dan mekanisme penyelesaian
sengketa lainnya (alternative desputes or conflicts resolution). Bahkan, dalam pengertian
yang lebih luas lagi, kegiatan penegakan hukum mencakup pula segala aktivitas yang
dimaksudkan agar hukum sebagai perangkat kaidah normatif yang mengatur dan
mengikat para subjek hukum dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara
benar-benar ditaati dengan sungguh-sungguh serta dijalankan sebagaimana mestinya7.
Pada implementasi penegakkan hukum dipengaruhi berbagai faktor, salah satu factor
penting yakni aparat penegak hukum dan sarana atau fasilitas yang mendukung proses
penegakan hukum.
6
Syamsul Anwar , Fikih Antikorupsi Perspektif Ulama Muhammadiyah Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah hal.18
5
mengajarkan masyarakat akan bahaya akibat korupsi. Hal ini merupakan sumbangsih
pemikiran baru yang patut untuk diterapkan di Indonesia.
Nilai lebih dari kampung koruptor adalah sebagai tempat rehabilitasi para
koruptor agar dapat menyadari secara sungguh-sungguh bahwa tindakan korupsi yang
telah dilakukan merugikan banyak orang. Namun konsep kampung koruptor ini terdapat
beberapa kelemahan, diantaranya area yang digunakan masih berada di jalur darat.
Artinya akses para koruptor untuk dapat bertemu dengan keluarganya masih bisa terjadi,
sehingga kemudahan akses bagi koruptor masih dirasakan pada sistem kampung koruptor
Gagasan penulis
Konsep kampung koruptor merupakan konsep kampung yang difungsikan untuk
kehidupan para korupstor di daerah terpencil. Secara tidak langsung, konsep kampung
koruptor ingin mengasingkan koruptor dari orang-orang dan lingkungan yang membuat
dirinya menjadi koruptor. Namun letak tampat yang masih di daratan, maka masih
memungkinkan terjadinya pelanggaran-pelanggaran. Sekalipun diasingkan di tempat
yang tidak diketahui orang, namun jaringan komunikasi masih bisa diakses koruptor.
Konsep pengasingan ini, penulis mencoba memperbaiki dengan gagasan yang diajukan,
yaitu konsep Penjara Bawah Laut. Penjara Bawah Laut bertujuan untuk mengasingkan
koruptor dari orang-orang terdekat dan kemewahan hidup. Penjara bawah laut
dikonsepkan agar para koruptor benar-benar ditempatkan di tempat yang asing. Koruptor
dibatasi dalam hal komunikasi dan kunjungan keluarga.
Desain Penjara bawah laut berupa tabung besar yang tengggelam di lautan namun
ada bagian yang masih muncul ke permukaan. Beberapa hambatan akan dipasang untuk
meningkatkan sistem keamanan seperti halnya, listrik pagar, menara jaga, lampu
keamanan, sensor gerak, anjing penjaga, alarm, kandang, pembatas, senjata yang tidak
mematikan dan mematikan, kontrol kerusuhan, dan patroli keliling. Setiap sudut ruang
dilengkapi dengan CCTV monitoring, selain itu penjara ini menggunakan sistem pintu
otomatis yang dapat dikontrol dari jarak jauh. Narapidana melalui pemeriksaan
klasifikasi keamanan dan penilaian resiko yang menentukan dimana narapidana akan
ditempatkan dalam sistem penjara.
6
narapidana. Bagian dinding bangunan penjara terbuat dari logam yang pada bagian
tertentu terdapat lubang-lubang untuk sirkulasi masa air, hal ini berfungsi memperkecil
luas permukaan yang tertabrak oleh air, dengan model seperti ini bangunan akan mudah
beradaptasi oleh perubahan arus. Penjara bawah laut juga dilengkapi dengan kincir angin,
kincir tenaga arus, dan panel surya. Tiga perangkat ini berfungsi sebagai sumber energy
yang nantinya akan dikonversi menjadi energi listrik dan panas untuk pemenuhan
kebutuhan energi dalam penjara. Sistem ini sangat menguntungkan, karena mampu
menghemat pengeluaran Negara dan bersifat ramah lingkungan. Desain kontruksi
bangunan penjara bawah laut digambarkan pada gambar 2.
Penjara bahwa laut menjadi bangunan yang tepat untuk kehidupan bagi para
koruptor. Berbagai keunggulan dimiliki oleh konsep penjara bawah laut. Berikut
Perbandingan penjara bawah laut, penjara biasa dan kampong koruptor dijabarkan pada
Tabel 2.
9
Tabel 2. Perbandingan penjara bawah laut, penjara biasa dan kampung koruptor
No. Indikator Penjara bawah laut Penjara biasa Kampung Koruptor
1 Jaringan komunikasi Tidak tersedia sinyal Tersedia jaringan Tersedia jaringan
komunikasi komunikasi komunikasi
2 Akses kunjungan Sulit Mudah Mudah
3 Revisi Tidak ada revisi Mudah mengajukan Mudah mengajukan
revisi, memiliki sistem revisi, memiliki
pembebasan bersyarat sistem pembebasan
bersyarat
4 Fasilitas tahanan Ruang sel tahanan Ruangan luas, dapat Tempat luas, berupa
terbatas untuk 5 mengajukan dekorasi perumahan, hanya
orang dengan satu ruang terisolasi
kamar mandi
5 Sistem pengawasan Pengawasan Pengawasan standar Pengawasan standar
maksimum
6 Efek jera Penyiksaan Tidak ada efek jera Penyiksaan
psikologis psikologis
PENUTUP
Penjara bawah laut menjadi terobosan baru dalam menciptakan penjara dengan
sistem maximum security. Penjara masa depan koruptor Indonesia ini dirancang dengan
konstruksi bangunan di bawah laut sebagai bentuk pengasingan narapidana dengan pihak-
pihak berkepentingan. Kondisi ini akan menciptakan penyiksaan psikologis bagi nara
pidana, karena tidak ada akses komunikasi (anti akses) dengan dunia luar tahanan baik
dalam bentuk komunikasi primer maupun komunikasi sekunder. Selain itu, aktivitas nara
pidana hanya terbatas dalam lingkup internal. Sehingga kondisi ini akan menciptakan
efek jera bagi narapidana korupsi.
Perlu adanya kerjasama yang solid antar lembaga pemerintahan, BUMN, KPK,
BPK dan masyarakat untuk mensukseskan penjara bawah laut sebagai solusi dari
permasalahan korupsi di Indonesia, sehingga korupsi tidak dipandang lagi sebagai hal
yang wajar.