Anda di halaman 1dari 115

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus

dapat diwujudkan melalui pembangunan yang berkesinambungan. Pembangunan

kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna

tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang

agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal (Depkes RI, 1992).

Berdasarkan UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, salah satu unsur

kesehatan adalah sarana kesehatan. Sarana kesehatan meliputi Balai Pengobatan,

Pusat Kesehatan Masyarakat, Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Khusus dan

sarana kesehatan lainnya (Depkes RI, 1992).

Rumah Sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang mempunyai

misi untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh

seluruh lapisan masyarakat, juga sebagai tempat pendidikan dan pelatihan tenaga

kesehatan serta tempat penelitian dan pengembangan kesehatan. Salah satu bentuk

pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di Rumah Sakit adalah pelayanan

farmasi (Siregar, 2004).

Kegiatan yang dilakukan Instalasi Farmasi Rumah Sakit meliputi

pengelolaan perbekalan farmasi dan pelayanan kefarmasian dalam penggunaan

obat dan alat kesehatan. Pengelolaan perbekalan farmasi meliputi pemilihan,

perencanaan, pengadaan, memproduksi, penerimaan, penyimpanan, dan

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
2

pendistribusian. Pada pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat

kesehatan sangat diperlukan peran profesionalisme Apoteker, sebagai salah satu

pelaksana pelayanan kesehatan. Apoteker bertanggung jawab dalam menjamin

penggunaan obat yang rasional, efektif, aman, dan terjangkau oleh pasien dengan

menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan bekerja sama dengan tenaga

kesehatan lainnya (Siregar, 2004).

Apoteker adalah tenaga profesi memiliki dasar pendidikan serta

keterampilan di bidang farmasi dan diberi wewenang serta tanggung jawab untuk

melaksanakan pekerjaan kefarmasian. Semakin berkembangnya zaman,

profesionalisme Apoteker semakin diperlukan karena pekerjaan kefarmasian tidak

lagi berorientasi kepada produk semata (product oriented), tetapi cenderung

berorientasi kepada pasien (patient oriented). Perubahan orientasi pekerjaan

kefarmasian tersebut menuntut Apoteker untuk memiliki pengetahuan dalam

melaksanakan pelayanan kefarmasian baik pengelolaan barang farmasi maupun

pelayanan farmasi klinik (Depkes RI, 2004).

Dalam upaya meningkatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan dan

kemampuan bekerja sama dengan profesi kesehatan lainnya di rumah sakit, maka

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara menyelenggarakan Praktek Kerja

Profesi (PKP) bagi mahasiswa Program Pendidikan Profesi Apoteker yang

bekerja sama dengan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Jakarta,

sehingga diharapkan calon Apoteker memiliki bekal tentang Instalasi Farmasi

Rumah Sakit yang dapat mengabdikan diri sebagai Apoteker yang profesional.

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
3

1.2 Tujuan

Tujuan umum dilakukannya Praktek Kerja Profesi (PKP) di RSUP.

Fatmawati ini adalah untuk mendidik calon Apoteker mampu mengelola Farmasi

Rumah Sakit sesuai dengan etik dan ketentuan yang berlaku di dalam sistem

pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
4

BAB II

TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI

2.1 Rumah Sakit

2.1.1 Definisi Rumah Sakit

Rumah Sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

gabungan alat ilmiah khusus dan rumit, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan

personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik

modern, yang semuanya terikat bersama-sama dalam maksud yang sama, untuk

pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik (Siregar, 2004).

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.983/B/Menkes/SK/XI/1992 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum,

yang dimaksudkan dengan Rumah Sakit Umum adalah Rumah Sakit yang

memberikan pelayanan kesehatan bersifat dasar, spesialistik, dan subspesialistik

(Depkes RI, 1992).

2.1.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Rumah Sakit Umum mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan

yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No. 983/B/Menkes/SK/XI/1992, tugas Rumah Sakit Umum adalah

melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan

mengutamakan upaya penyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan secara

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
5

serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan

upaya rujukan (Depkes RI, 1992).

Dalam menyelenggarakan tugasnya, maka berdasarkan Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia. No. 983/B/Menkes/SK/XI/1992 Rumah Sakit

Umum mempunyai fungsi:

1. Menyelenggarakan Pelayanan Medis

2. Menyelenggarakan Pelayanan Penunjang Medis dan Non Medis

3. Menyelenggarakan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan

4. Menyelenggarakan Pelayanan Rujukan

5. Menyelenggarakan Penelitian dan Pengembangan

6. Menyelenggarakan Administrasi Umum dan Keuangan

(Depkes RI, 1992)

2.1.3 Klasifikasi Rumah Sakit

Rumah sakit dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Berdasarkan Kepemilikan

a. Rumah Sakit Umum Pemerintah

Rumah Sakit Umum Pemerintah adalah Rumah Sakit yang dibiayai,

diselenggarakan dan diawasi oleh pemerintah baik pemerintah pusat

(Departemen Kesehatan), Pemerintah Daerah, ABRI, Departemen

Pertahanan dan Keamanan maupun Badan Umum Milik Negara (BUMN).

Rumah Sakit ini bersifat non profit. Rumah Sakit Umum Pemerintah dapat

diklasifikasikan berdasarkan pada unsur pelayanan, ketenagaan, fisik, dan

peralatan.

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
6

1) Rumah Sakit Umum kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan

subspesialistik luas.

2) Rumah Sakit Umum kelas B adalah rumah sakit umum yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-

kurangnya 11 spesialistik dan subspesialistik terbatas.

3) Rumah Sakit Umum kelas C adalah rumah sakit umum yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik

dasar.

4) Rumah Sakit Umum kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar.

b. Rumah Sakit Umum Swasta

Rumah Sakit Umum Swasta adalah Rumah Sakit yang dimiliki dan

diselenggarakan oleh yayasan, organisasi keagamaan atau badan Hukum

lain dan dapat juga bekerja sama dengan Institusi Pendidikan. Rumah

Sakit ini dapat bersifat profit dan nonprofit. Berdasarkan Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No. 806b/Menkes/SK/XII/1987,

klasifikasi Rumah Sakit Umum Swasta, yaitu:

1) Rumah Sakit Umum Swasta Pratama, memberikan pelayanan medik

bersifat umum.

2) Rumah Sakit Umum Swasta Madya, memberikan pelayanan medik

bersifat umum dan spesialistik dalam 4 cabang.

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
7

3) Rumah sakit Umum Swasta Utama, memberikan pelayanan medik

bersifat umum, spesialistik dan subspesialistik.

2. Berdasarkan Jenis Pelayanan

a. Rumah Sakit Umum

Rumah Sakit yang melayani semua bentuk pelayanan kesehatan sesuai

dengan kemampuannya. Pelayanan kesehatan yang diberikan Rumah sakit

bersifat dasar, spesialistik, dan subspesialistik.

b. Rumah Sakit Khusus

Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan berdasarkan jenis

pelayanan tertentu seperti Rumah Sakit Kanker, Rumah Sakit Kusta,

Rumah Sakit Paru, Rumah Sakit Mata, dll.

3. Berdasarkan Lama Tinggal di Rumah Sakit

a. Rumah Sakit Untuk Perawatan Jangka Pendek

Rumah Sakit ini melayani pasien dengan penyakit-penyakit kambuhan

yang dapat dirawat dalam periode waktu relatif pendek, misalnya Rumah

Sakit yang menyediakan pelayanan spesialis.

b. Rumah Sakit Untuk Perawatan Jangka Panjang

Rumah Sakit ini melayani pasien dengan penyakit-penyakit kronik yang

harus berobat secara tetap dan dalam jangka waktu yang panjang, misalnya

Rumah Sakit Rehabilitasi dan Rumah Sakit Jiwa.

4. Berdasarkan Kapasitas Tempat Tidur

a. Di bawah 50 tempat tidur

b. 50-99 tempat tidur

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
8

c. 100-199 tempat tidur

d. 200-299 tempat tidur

e. 300-399 tempat tidur

f. 400-499 tempat tidur

g. 500 tempat tidur dan lebih

5. Berdasarkan Afiliasi Pendidikan

Terdiri atas rumah sakit pendidikan dan rumah sakit nonpendidikan. Rumah

sakit pendidikan adalah rumah sakit yang melaksanakan program pelatihan

residensi dalam medik, bedah, pediatrik, dan bidang spesialis lain di bawah

pengawasan staf medik rumah sakit. Rumah sakit yang tidak memiliki

program pelatihan residensi dan tidak ada afiliasi rumah sakit dengan

universitas disebut rumah sakit nonpendidikan.

6. Berdasarkan Status Akreditasi

Terdiri atas rumah sakit yang telah diakreditasi dan rumah sakit yang belum

diakreditasi. Rumah sakit yang telah diakreditasi adalah rumah sakit yang

telah diakui secara formal oleh suatu badan sertifikasi yang diakui, yang

menyatakan bahwa suatu rumah sakit telah memenuhi persyaratan untuk

melakukan kegiatan tertentu.

(Siregar, 2004)

2.1.4 Struktur Organisasi Rumah Sakit

Struktur organisasi rumah sakit pada umumnya terdiri atas Badan

Pengurusan Yayasan, Dewan pembina, Dewan Penyantun, Badan penasehat, dan

Badan Penyelenggara. Badan Penyelenggara terdiri atas direktur, wakil direktur,

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
9

komite medik, satuan pengawas, dan berbagai bagian dari instalasi. Tergantung

pada besarnya rumah sakit, dapat terdiri atas satu sampai empat wakil direktur.

Wakil direktur pada umumnya terdiri atas wakil direktur pelayanan medik, wakil

direktur penunjang medik dan keperawatan, wakil direktur keuangan dan

administrasi. Staf Medik Fungsional (SMF) berada di bawah koordinasi komite

medik. SMF terdiri atas dokter umum, dokter gigi, dan dokter spesialis dari semua

disiplin yang ada di suatu rumah sakit. Komite medik adalah wadah nonstruktural

yang keanggotaannya terdiri atas ketua-ketua SMF (Siregar, 2004).

2.1.5 Panitia Farmasi dan Terapi Rumah Sakit

Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) menurut Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No. 1197/Menkes/SK/X/2004 adalah Organisasi yang mewakili

hubungan komunikasi antara staf medis dengan staf farmasi, sehingga nggotanya

terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasi-spesialisasi yang ada di rumah sakit

dan apoteker wakil dari Farmasi Rumah Sakit, serta tenaga kesehatan lainnya

(Depkes RI, 2004).

Tujuan Panitia Farmasi dan Terapi yaitu :

1. Menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan obat

serta evaluasinya.

2. Melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan pengetahuan terbaru

yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai kebutuhan.

(Depkes RI, 2004)

Keanggotaan Panitia Farmasi dan Terapi terdiri dari 8-15 orang. Semua anggota

tersebut mempunyai hak suara yang sama. Di rumah sakit umum besar

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
10

(misalnya kelas A dan B) perlu diadakannya suatu struktur organisasi PFT yang

terdiri atas keanggotaan inti yang mempunyai hak suara, sebagai suatu tim

pengarah dan pengambilan keputusan. Anggota inti ini dibantu oleh berbagai

subpanitia yang dipimpin oleh salah seorang anggota inti. Anggota dalam

subpanitia adalah dokter praktisi spesialis, apoteker spesialis informasi obat,

apoteker spesialis farmasi klinik, dan berbagai ahli sesuai dengan keahlian yang

diperlukan dalam tiap subpanitia (Siregar, 2004).

Selain subpanitia yang pembentukannya didasarkan pada penggolangan

penyakit sasaran obat, dibeberapa rumah sakit subpanitia didasarkan pada SMF

(Staf Medik Fungsional) yang ada. Panitia Farmasi Terapi dapat juga membentuk

subpanitia untuk kegiatan tertentu, misalnya subpanitia pemantauan dan pelaporan

reaksi obat merugikan (ROM), subpanitia evaluasi penggonaan obat (EPO),

subpanitia pemantauan resistensi antibiotik, subpanitia formulasi dietetik, atau

juga subpanitia khusus jika perlu. Dalam subpanitia khusus ini, sering kali

melibatkan spesialis yang bukan anggota PFT (Siregar, 2004).

2.1.6 Formularium Rumah Sakit

Formularium adalah himpunan obat yang diterima atau disetujui oleh

Panitia Farmasi dan Terapi untuk digunakan di Rumah Sakit dan dapat direvisi

pada setiap batas waktu yang ditentukan (Depkes RI, 2004).

Isi Formularium terdiri atas:

1. Halaman Judul

2. Daftar nama anggota Panitia Farmasi dan Terapi (PFT)

3. Daftar isi

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
11

4. Informasi mengenai kebijakan dan prosedur dibidang obat

5. Produk Obat yang diterima untuk digunakan

6. Lampiran

(Depkes RI, 2004)

Pedoman penggunaan formularium meliputi :

1. Membuat kesepakatan antara staf medis dari berbagai disiplin ilmu dengan

PFT dalam menentukan kerangka mengenai tujuan, organisasi, fungsi dan

ruang lingkup. Staf medik harus mendukung Sistem Formularium yang

diusulkan oleh PFT.

2. Staf medik harus dapat menyesuaikan sistem yang berlaku dengan kebutuhan

tiap-tiap institusi.

3. Staf medik harus menerima kebijakan dan prosedur yang ditulis oleh PFT untuk

menguasai sistem Formularium yang dikembangkan oleh PFT

4. Nama Obat yang tercantum dalam Formularium adalah nama Generik.

5. Membatasi jumlah produk obat yang secara rutin harus tersedia di Instalasi

Farmasi.

6. Membuat prosedur yang mengatur pendistribusian obat generik yang efek

terapinya sama, seperti :

a. Apoteker bertanggung jawab untuk menentukan jenis obat generik yang

sama untuk disalurkan kepada dokter sesuai produk asli yang diminta.

b. Dokter yang mempunyai obat pilihan terhadap obat paten tertentu harus

didasarkan pada pertimbangan Farmakologi dan Terapi.

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
12

c. Apoteker bertanggung jawab terhadap kualitas, kuantitas, dan sumber obat

dari sediaan kimia, biologi dan sediaan farmasi yang digunakan oleh

dokter untuk mendiagnosa dan mengobati pasien.

(Depkes RI, 2004)

2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit

2.2.1 Definisi Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu departemen atau unit

atau bagian di suatu rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu

oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-

undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional, tempat atau fasilitas

penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan

kefarmasian, yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri (Siregar,

2004).

2.2.2 Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit

IFRS dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan Standar Pelayanan

Farmasi di Rumah Sakit yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pelayanan

Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2004 dan evaluasinya mengacu pada

Pedoman Survei Akreditasi Rumah Sakit yang digunakan secara rasional, di

samping ketentuan masing-masing rumah sakit.

Tugas IFRS antara lain:

1. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.

2. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi yang profesional berdasarkan

prosedur kefarmasian dan etik profesi.

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
13

3. Melaksanakan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE).

4. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk

meningkatkan mutu pelayanan farmasi.

5. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.

6. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi.

7. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi.

8. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan

formularium rumah sakit.

Fungsi IFRS antara lain:

1. Pengelolaan Perbekalan Farmasi

a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit yang

merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang

terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis,

menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial,

standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat.

b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal yang

merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga

perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk

menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat

dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah

ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode

konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
14

c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah

dibuat sesuai kebutuhan yang berlaku malaui pembelian (tender dan

langsung), produksi sediaan farmasi (Produksi steril dan non steril), serta

sumbangan / droping / hibah.

d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan

kesehatan di rumah sakit yang merupakan kegiatan membuat, mengubah

bentuk, dan pengemasan kembali sediaan farmasi steril dan nonsteril untuk

memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit.

e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan

kefarmasian.

f. Menyimpan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit yang

dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya, suhu, kestabilan, mudah

tidaknya terbakar, tahan / tidaknya terhadap cahaya disertai sistem

informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai

kebutuhan

g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit pelayanan di rumah sakit

untuk pasien rawat inap (sentralisasi dan atau desentalisai dengan sistem

persediaan lengkap di ruangan, sistem resep perseorangan, sistem unit

dose, dan sistem kombinasi oleh satelit farmasi), pasien rawat jalan

(sentralisasi dan atau desentalisai dengan sistem resep perseorangan oleh

apotik rumah sakit), dan untuk pendistribusian perbekalan farmasi di luar

jam kerja (Apotik rumah sakit/satelit farmasi yang dibuka 24 jam dan

ruang rawat yang menyediakan perbekalan farmasi emergensi).

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
15

2. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan

a. Mengkaji instruksi pengobatan / resep pasien meliputi seleksi persyaratan

administrasi, persyaratan farmasi, dan persyaratan klinis.

b. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan

alat kesehatan (alkes).

c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alkes.

d. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alkes.

e. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien / keluarga.

f. Memberi konseling kepada pasien / keluarga.

g. Melakukan pencampuran obat suntik.

h. Melakukan penyiapan nutrisi parenteral.

i. Melakukan penanganan obat kanker

j. Melakukan penentuan kadar obat dalam darah.

k. Melakukan pencatatan setiap kegiatan.

l. Melaporkan seluruh kegiatan.

(Depkes RI, 2004)

2.2.3 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Struktur oraganisasi IFRS dapat dikembangkan dalam 3 tingkat yaitu:

1. Manajer tingkat puncak bertanggung jawab untuk perencanaan, penerapan,

dan pemfungsian yang efektif dari sistem mutu secara menyeluruh.

2. Manajer tingkat menengah, kebanyakan kepala bagian / unit fungsional

bertanggungjawab untuk mendesain dan menerapkan berbagai kegiatan yang

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
16

berkaitan dengan mutu dalam daerah / bidang fungsional mereka, untuk

mencapai mutu produk dan pelayanan yang diinginkan.

3. Manajer garis depan terdiri atas personel pengawas yang secara langsung

memantau dan mengendalikan kegiatan yang berkaitan dengan mutu selama

berbagai tahap memproses produk dan pelayanan.

(Siregar, 2004)

2.3 Profil RSUP Fatmawati

2.3.1 Sejarah Singkat RSUP Fatmawati

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati terletak di wilayah Jakarta Selatan

dengan luas bangunan 57.457,50 m2 dan luas tanah 13 hektar. Bermula dari gagasan

Ibu Fatmawati Soekarno yang pada saat itu sebagai Ibu Negara Republik Indonesia,

bermaksud mendirikan Rumah Sakit TBC anak-anak untuk perawatan serta tindakan

rehabilitasinya. Pada tanggal 24 Oktober 1954 pembangunan gedung rumah sakit

TBC dengan nama Rumah Sakit Ibu Soekarno mulai dilaksanakan. Peletakan batu

pertama dilakukan oleh Ibu Fatmawati (Anonim, 2008).

Sesuai dengan SK Menteri Kesehatan RI No. 21286/KEP/121 tanggal

1 April 1961 fungsi rumah sakit berubah menjadi Rumah Sakit Umum.

Penyelenggaraan, pembiayaan dan pemeliharaan rumah sakit dilaksanakan dengan

anggaran Departemen Kesehatan RI. Keputusan ini berlaku mulai tanggal 15

April 1961 dan selanjutnya ditetapkan sebagai Hari Jadi Rumah Sakit Umum

Pusat Fatmawati (Anonim, 2008).

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
17

Pada tanggal 20 Mei 1967, RSU Ibu Soekarno diganti nama menjadi

RSUP Fatmawati dan ditetapkan sebagai Pusat Rujukan Wilayah Jakarta Selatan.

Sejak tanggal 30 Mei 1984, RS Fatmawati dinyatakan sebagai Rumah Sakit

Umum Kelas B yang dipergunakan sebagai tempat pendidikan calon dokter dan

calon dokter spesialis. Selanjutnya tanggal 13 Juni 1994 RSUP Fatmawati

mendapat predikat tambahan, sebagai Rumah Sakit Umum Kelas B Pendidikan.

(Anonim, 2008).

Pada tahun 1992, status RSUP Fatmawati ditetapkan sebagai Rumah Sakit

Unit Swadana bersyarat, kemudian tahun 1994, status itu meningkat menjadi

Rumah Sakit Unit Swadana Tanpa Syarat, yang berarti RSUP Fatmawati diberi

kewenangan untuk menggunakan pendapatan fungsionalnya dalam membiayai

kebutuhan operasional, pemeliharaan, serta pengembangan sumber daya manusia

untuk meningkatkan mutu pelayanannya (Anonim, 2008).

Dengan dikeluarkannya UU No. 20 tahun 1997 sejak bulan Juli 1997

RSUP Farmawati mengalami perubahan kebijakan dari Unit Swadana menjadi

instansi pengguna PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak). Logo RSUP

Fatmawati yang digambarkan sebagai bunga "Teratai" ditetapkan berdasarkan SK

Direktur No. HK.00.07.1.6900 tanggal 17 Agustus 1996. Kemudian pada tanggal

31 Maret 1997 diciptakan Hymne RSUP Fatmawati (Padma Puspita) oleh Guruh

Soekarno Putra (Anonim, 2008).

Pada bulan Desember 2000, RSUP Fatmawati berubah status sebagai

Rumah Sakit PERJAN (Perusahaan Jawatan) yang ditetapkan berdasarkan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 117 tahun 2000, tentang Pendirian

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
18

Perusahaan Jawatan Rumah Sakit Fatmawati Jakarta, sehingga tata organisasi dan

kebijakan disempurnakan. Perusahaan Jawatan Rumah Sakit Fatmawati adalah

Badan Usaha Milik Negara yang diberi tugas dan wewenang untuk

menyelenggarakan kegiatan jasa pelayanan, jasa pendidikan, dan penelitian serta

usaha lain di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan status

kesehatan dan senantiasa berorientasi kepada kepentingan masyarakat (Anonim,

2008).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No.23 tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dan Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No. 1243/Menkes/SK/VIII/2005 tanggal 11 Agustus 2005

tentang Penetapan ex-rumah Sakit PERJAN menjadi UPT Departemen Kesehatan

dengan menerapkan pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, maka

RSUP Fatmawati berubah status menjadi Badan Layanan Umum (BLU) RSUP

Fatmawati (Anonim, 2008).

2.3.2 Struktur Organisasi RSUP Fatmawati

Struktur Organisasi RSUP Fatmawati Kelas B dibedakan dalam dua jenis

berdasarkan adanya fungsi sebagai tempat pendidikan tenaga medis oleh Fakultas

Kedokteran yaitu Rumah Sakit Umum Pendidikan dan Rumah Sakit Umum Non

Pendidikan. Susunan Organisasi Rumah Sakit Umum Kelas B terdiri dari :

1. Direktur Utama

2. Direktur Pelayanan Medis dan Keperawatan

3. Direktur Umum Sumber Daya Manusia dan Pendidikan

4. Direktur Keuangan

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
19

5. Komite Medis dan Staf Medis Fungsional

6. Satuan Pengawasan Intern

Struktur Organisasi RSUP Fatmawati dapat dilihat pada Lampiran 1.

(Anonim, 2008)

2.4 Profil Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati

2.4.1 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati

Struktur organisasi IFRS dipimpin oleh seorang kepala instalasi yang

membawahi sejumlah wakil kepala instalasi. Kepala dan wakil kepala instalasi ini

berada di bawah Direktur Medik dan Keperawatan. Kepala instalasi dibantu oleh

bagian sekretariat dan didampingi oleh empat orang wakil kepala instalasi, yang

masing-masing mempunyai tanggung jawab sebagai berikut:

1. Wakil Kepala I

Bertanggung jawab atas kelancaran pelayanan dan keuangan:

a. Gudang Farmasi

b. Produksi Farmasi

c. Pelayanan Informasi Obat

d. Depo Farmasi Pegawai

2. Wakil Kepala II

Bertanggung jawab atas kelancaran pelayanan dan keuangan:

a. Depo Farmasi Pusat

b. Depo Farmasi Instalasi Bedah Sentral

c. Depo Farmasi Instalasi Rawat Darurat.

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
20

3. Wakil Kepala III

Bertanggung jawab atas kelancaran pelayanan dan keuangan Depo Farmasi

Teratai yang melayani:

a. Instalasi Rawat Inap A

b. Instalasi Rawat Inap B

4. Wakil kepala IV

Bertanggung jawab atas kelancaran pelayanan:

a. Depo Farmasi Rawat Jalan

b. Depo Farmasi Askes

Struktur organisasi farmasi dapat dilihat pada lampiran 2.

(RSUP Fatmawati, 2004)

2.4.2 Sub Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati

Sub Instalasi Farmasi yang ditinjau dalam pelatihan Praktek Kerja Profesi

Apoteker di RSUP Fatmawati adalah:

1. Tata Usaha Instalasi Farmasi

Tata usaha instalasi farmasi berada langsung di bawah Kepala Instalasi

Farmasi. Sekretariat mempunyai 2 orang sumber daya manusia sebagai petugas

administrasi. Tata usaha IFRS merupakan suatu unit kerja di lingkungan IFRS

yang melakukan kegiatan administrasi, penyusunan program dan pelaporan.

Bagian Tata usaha melakukan 5 tugas utama dari tata usaha IFRS, yaitu :

a. Membukukan surat masuk dan surat keluar

b. Membuat laporan di IFRS

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
21

1) Laporan Keuangan dan Laporan Pengeluaran Barang Farmasi.

2). Laporan Narkotika

3) Laporan Generik dan Non Generik

4) Laporan Tagihan Depo

5) Laporan Kegiatan

6) Laporan Penggunaan Psikotropika

c. Menyimpan arsip IFRS

1) Arsip surat masuk/surat keluar/SK Direktur RS/SK DepKes.

2) Arsip kepegawaian terdiri dari map ke masing-masing pegawai.

3) Arsip laporan-laporan

4) Arsip resep

d. Menyimpan resep dari depo farmasi rawat jalan dan rawat inap

e. Menyusun arsip IFRS

(RSUP Fatmawati, 2004)

2. Depo Farmasi Rawat Jalan

Depo farmasi rawat jalan berada dibawah pengawasan Wakil kepala IV

dengan tenaga pelaksana sebanyak 8 orang, yang terdiri dari asisten apoteker 4

orang, juru resep 3 orang, kasir 1 orang (RSUP Fatmawati, 2004).

Depo farmasi rawat jalan melayani pasien poliklinik yang terdiri dari:

Poliklinik Penyakit Dalam, Bedah, Kesehatan Anak, Kebidanan, Syaraf, Bedah

Syaraf, Penyakit Jiwa, THT, Mata, Kulit dan Kelamin, Gigi dan Mulut, Jantung,

Orthopedik, Paru, Bedah Kanker, OK Minor, Tumbuh Kembang, Rehabilitasi

Medik, dan Kesehatan Remaja (RSUP Fatmawati, 2004).

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
22

Depo farmasi rawat jalan melakukan kegiatan pelayanan kepada pasien

rawat jalan. Depo farmasi rawat jalan juga memberikan pelayanan konseling obat

untuk pasien dengan penyakit jantung, epilepsi, diabetes dan HIV-AIDS. Alur

Pelayanan Obat dan Tata Laksana Konseling Obat di Depo Farmasi Rawat Jalan

RSUP Fatmawati dapat dilihat pada Lampiran 5 (RSUP Fatmawati, 2004).

Persediaan barang berasal dari gudang farmasi. Permintaan dilakukan

setiap hari pada pagi hari ataupun jika barang persediaan di depo farmasi rawat

jalan kosong. Permintaan ke gudang farmasi menggunakan formulir permintaan

barang (RSUP Fatmawati, 2004).

Sistem persediaan barang di depo farmasi rawat jalan RSUP Fatmawati

disusun berdasarkan bentuk sediaan, alfabetis, First In First Out (FIFO) dan First

Expire First Out (FEFO). Stock opname dilakukan setiap tiga bulan (RSUP

Fatmawati, 2004).

3. Depo Farmasi Pusat

Depo Farmasi Pusat berada di bawah tanggung jawab Wakil Kepala II.

Sumber daya manusia terdiri dari 5 orang, yang terdiri dari 3 orang asisten

apoteker, dan 2 orang petugas administrasi. Pasien yang dilayani di depo farmasi

Pusat adalah pasien pembayaran tunai, fasilitas tidak mampu DKI dan luar DKI,

dan pasien askes, Depo Farmasi Pusat memberikan pelayanan obat pada pasien

rawat inap diantaranya:

a. Ruang Rawat Inap Mawar, terdiri dari : Ruang A (Ruang Orthopedi) dan

Ruang B (Ruang Bedah Urat & Tulang).

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
23

b. Ruang Rawat Inap Melati, terdiri dari : Ruang Rehabilitasi Medik.

c. Ruang ICU (Intensive Care Unit).

d. Ruang NICU (Neonatus Intensive Care Unit)

e. Ruang PICU (Pediatric Intensive Care Unit)

f. Ruang CEU (Cardiac Emergency Unit).

(RSUP Fatmawati, 2004)

Sistem pelayanan di depo farmasi Pusat adalah sistem unit dose yaitu

sistem pemberian obat kepada pasien secara unit dosis untuk sekali pakai dalam

jangka waktu 24 jam dan menyediakan stock obat di dalam lemari emergensi.

Lemari emergensi digunakan untuk memenuhi kebutuhan obat dan alat kesehatan

di luar jam kerja depo farmasi pusat. Alur distribusi obat secara Unit Dosis di

Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati dapat dilihat pada Lampiran 6 (RSUP

Fatmawati, 2004).

Tiap pasien memiliki map yang berisi formulir instruksi obat, formulir

terapi obat dan formulir pemberian obat insidentil. Formulir instruksi obat

diletakkan pada salinan resep Unit dosis, yang tercantum nama pasien, nama obat,

tanggal mulai pemberian dan penghentian penggunaan obat, aturan pakai rute,

untuk sediaan oral, injeksi atau rektal, kamar, dosis, jam pemberian dan paraf

dokter. Formulir terapi obat digunakan oleh perawat di ruangan ketika

memberikan obat kepada pasien. Dalam formulir ini tercantum nama pasien,

tanggal dirawat di rumah sakit, ruang atau bagian, nama obat, tanggal pemberian

serta kolom untuk paraf perawat setelah menyerahkan obat kepada pasien.

Formulir pemberian obat insidentil adalah formulir untuk mencatat obat atau alat

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
24

kesehatan yang diambil dari lemari emergensi yang digunakan oleh pasien. Dalam

formulir ini tercantum nama, alamat, umur pasien, tanggal lahir, nomor rekam

medis (medical record), diagnosa, nama dan jumlah obat yang digunakan per hari

dan tanda tangan petugas administrasi farmasi (RSUP Fatmawati, 2004).

Pengadaan barang di depo farmasi pusat berasal dari gudang farmasi.

sedangkan permintaan barang dilakukan setiap hari dengan menggunakan

formulir permintaan barang (RSUP Fatmawati, 2004).

Penataan barang berdasarkan bentuk sediaan, kemudian disusun menurut

alfabetis. Barang yang memiliki waktu kadaluarsa, dan pengeluarannya

menggunakan prinsip First Expired date First Out (FEFO) serta First In First Out

(FIFO). Stock opname dilakukan setiap tiga bulan (RSUP Fatmawati, 2004).

Asisten apoteker menyiapkan obat berdasarkan resep dokter dengan sistem

unit dosis dan dimasukkan ke dalam klip plastik. Tiap klip plastik untuk satu kali

minum. Obat disiapkan untuk penggunaan selama 24 jam. Petugas depo farmasi

pusat menyerahkan obat kepada perawat dan dicatat pada buku serah terima obat,

selanjutnya penyerahan obat kepada pasien dilakukan oleh perawat di ruangan.

Alur pelayanan obat di depo farmasi pusat di RSUP Fatmawati dapat dilihat pada

Lampiran 7 (RSUP Fatmawati, 2004).

Depo farmasi pusat juga memberikan pelayanan konseling obat sebelum

pasien tersebut pulang ke rumahnya. Alur tata laksana konseling obat untuk

pasien rawat inap di RSUP Fatmawati dapat dilihat pada Lampiran 8 (RSUP

Fatmawati, 2004).

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
25

4. Depo Farmasi Askes

Depo farmasi Askes berada di bawah pengawasan wakil kepala IV dengan

tenaga pelaksana sebanyak 12 orang yang terdiri dari 6 orang asisten apoteker,

4 orang administrator dan 2 orang juru resep. Depo Farmasi ini melayani resep

pasien Askes wajib, Askes sukarela, dan pasien tidak mampu luar DKI (RSUP

Fatmawati, 2004).

Persediaan barang berasal dari gudang farmasi. Permintaan dilakukan

setiap pagi hari ataupun jika barang persediaan di depo farmasi Askes kosong.

Permintaan ke gudang farmasi menggunakan formulir permintaan barang (RSUP

Fatmawati, 2004).

Penataan barang berdasarkan bentuk sediaan, kemudian disusun menurut

alfabetis. Pengeluaran barang menggunakan prinsip First Expired date First Out

(FEFO) serta First In First Out (FIFO). Stock opname dilakukan setiap tiga bulan.

Alur pelayanan obat di depo farmasi askes RSUP Fatmawati dapat dilihat pada

lampiran 9 (RSUP Fatmawati, 2004).

5. Produksi Farmasi

Produksi farmasi berada di bawah pengawasan Wakil Kepala I dan dibantu

seorang analis Farmasi. Produksi farmasi RSUP Fatmawati dibagi menjadi

2 bagian, yaitu produksi steril dan produksi non steril.

a. Produksi Steril

Produksi steril yang dilakukan di Bagian produksi Instalasi Farmasi

Rumah sakit Fatmwati meliputi Total Parenteral Nutrition (TPN), Admixture IV,

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
26

dan rekonstitusi obat kanker (sitostatika). Alur masuk ke ruang produksi steril

dapat dilihat pada lampiran 10. Pasien yang dilayani di produksi steril meliputi:

Pasien Askes, Pasien tidak mampu, dan Pasien tunai / umum.

Pengadaan obat-obat sitostatika berasal dari 3 sumber, yaitu dari:

1) Gudang farmasi untuk pasien umum

2) PT. Askes untuk pasien Askes

3) Yayasan Kanker Indonesia untuk pasien tidak mampu

Obat kanker dan formulir permintaan obat kanker datang satu hari sebelum

kemoterapi dilakukan. Sebelum mencampur obat yang diminta, petugas harus

mengkonfirmasi ke ruangan terlebih dahulu, karena kestabilan obat yang singkat,

sehingga setelah pencampuran obat harus langsung digunakan. Kegiatan

sitostatika ini adalah melarutkan obat kanker ke dalam cairan infus atau

pelarutnya. Satu macam obat kanker dicampur dalam satu infus. Setelah obat jadi

kemudian obat diantar dan diserahkan ke ruangan. Alur pelayanan obat sitostatika

dapat dilihat pada lampiran 11. Sedangkan alur penanganan limbah padat, cair,

dan gas, serta alur penanganan limbah sitostatika, masing-masing dapat dilihat

pada lampiran 12 dan 13 (RSUP Fatmawati, 2004).

b. Produksi Non Steril

Kegiatan yang dilakukan di produksi non steril adalah: Pembuatan obat

non steril, Pengenceran sediaan, dan Pengemasan kembali. Semua sediaan dibuat

berdasarkan master formula yang disusun mengikuti formularium nasional dan

formula di RSUP Fatmawati sendiri. Bahan baku yang digunakan di produksi

farmasi non steril diperoleh dari gudang farmasi. Pengambilan bahan baku

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
27

dilakukan setiap bulan dari gudang farmasi menggunakan formulir permintaan

barang, yang telah disetujui oleh Wakil Kepala I dan Kepala Instalasi Farmasi.

Produksi non steril mendistribusikan obatnya ke gudang farmasi dan depo farmasi

(RSUP Fatmawati, 2004).

6. Depo Farmasi Pegawai

Depo farmasi pegawai memiliki tenaga pelaksana sebanyak dua orang

terdiri dari satu orang Asisten Apoteker dan satu orang juru resep merangkap

administrasi. Depo farmasi pegawai berada di bawah pengawasan Wakil Kepala I.

Depo Farmasi ini melayani resep pasien pegawai RSUP Fatmawati yaitu anak /

istri / suami pegawai, orang tua / mertua pegawai dan pasien tidak mampu DKI

(RSUP Fatmawati, 2004).

Sumber barang berasal dari gudang farmasi serta dari produksi farmasi.

Permintaan dilakukan sesuai dengan jatah menggunakan formulir permintaan

barang. Penataan barang berdasarkan bentuk sediaan, kemudian disusun menurut

alfabetis. Barang yang memiliki waktu kadaluarsa, dan pengeluarannya

menggunakan prinsip First Expired date First Out (FEFO) serta First In First Out

(FIFO). Stock opname dilakukan setiap tiga bulan. Alur pelayanan obat di depo

farmasi pegawai RSUP Fatmawati dapat dilihat pada lampiran 14 (RSUP

Fatmawati, 2004).

7. Depo Farmasi Instalasi Bedah Sentral (IBS)

Depo Farmasi IBS berada di bawah pengawasan wakil kepala II. Sumber

daya manusia terdiri dari satu orang asisten apoteker dan dibantu oleh satu orang

juru resep yang merangkap administrator (RSUP Fatmawati, 2004).

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
28

Depo farmasi IBS adalah depo farmasi yang khusus melayani permintaan

perbekalan farmasi bagi pasien yang akan dioperasi di RSUP Fatmawati (terletak

di dalam Instalasi Bedah Sentral), di mana ada tiga jenis operasi yang

dilaksanakan oleh RSUP Fatmawati, yaitu operasi elektif yang merupakan operasi

terencana untuk pasien rawat inap; operasi One Day Care (ODC) yang merupakan

operasi terjadwal yang melayani operasi-operasi ringan; operasi cito yang

merupakan operasi tidak direncanakan karena dilakukan pada keadaan darurat

(RSUP Fatmawati, 2004).

Pengadaan perbekalan farmasi untuk depo farmasi IBS dilakukan dengan

mmengisi Formulir Permintaan Barang dan dikirim ke gudang farmasi setiap

harinya. Penyimpanan obat dan alat kesehatan berdasarkan bentuk sediaan dan

disusun berdasarkan abjad. Stock opname dilakukan setiap tiga bulan (RSUP

Fatmawati, 2004).

Setiap harinya petugas depo farmasi IBS menyiapkan 20 paket untuk

operasi elektif, dan 9 paket untuk operasi One Day Care. Sedangkan untuk

operasi cito, disiapkan 15 paket, dan khusus untuk hari Jumat disiapkan 30 paket.

Selanjutnya semua paket operasi cito ini dikirim ke kamar operasi cito di Instalasi

Bedah Sentral (IBS) setiap siang hari dan akan diambil kembali setiap pagi

keesokan harinya. Di kamar operasi cito, disediakan lemari emergensi yang berisi

obat dan alkes yang dapat langsung digunakan oleh pasien pada keadaan darurat.

Setiap harinya petugas depo farmasi IBS akan mengecek persediaan di

lemari emergensi, dan selalu diisi kembali serta akan dibuat perincian harga bagi

pasien yang telah menggunakan obat atau alkes dari lemari emergensi. Petugas

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
29

depo farmasi IBS bertugas membuat perincian biaya penggunaan obat dan alkes

pasien selama operasi elektif, ODC dan cito. Selanjutnya, perincian ini akan

dikirim ke depo farmasi rawat inap dimana pasien tersebut dirawat, atau dikirim

ke tata usaha IBS untuk pasien ODC. Alur pelayanan di depo farmasi bedah

sentral dapat dilihat pada lampiran 15 (RSUP Fatmawati, 2004).

8. Gudang Farmasi

Struktur organisasi dari gudang farmasi berada di bawah pengawasan

Wakil Kepala I. Gudang farmasi mempunyai 8 orang karyawan yang terdiri dari

3 orang asisten apoteker, 2 orang juru resep dan 3 orang petugas administrasi.

Kegiatan gudang farmasi meliputi: pengadaan barang farmasi, penyimpanan,

penyaluran/distribusi dan membuat laporan-laporan untuk kepentingan

administrasi (RSUP Fatmawati, 2004).

Kepala Instalasi Farmasi dibantu Wakil Kepala I dan petugas gudang

farmasi dalam merencanakan pembelian barang yang didasarkan pada kebutuhan

Rumah Sakit, persediaan yang masih ada, pola penyakit, obat generik, obat Askes

dan anggaran yang tersedia, juga berdasarkan pada Formularium Rumah Sakit

yang disusun oleh Panitia Farmasi dan Terapi (PFT). Anggaran pembelian barang

dapat berasal dari pendapatan rumah sakit dan Daftar Isian Penggunaan Barang

(RSUP Fatmawati, 2004).

Dalam hal pengadaan, Direktur Rumah Sakit membentuk 2 tim yaitu:

a. Tim Pengadaan: melakukan pemesanan barang yang dibutuhkan sesuai

dengan rencana yang telah dibuat. Pembelian dilakukan secara langsung pada

Pedagang Besar Farmasi (PBF).

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
30

b. Tim Penerimaan

Barang yang dipesan diterima dan diperiksa untuk memastikan bahwa barang

yang diantar sesuai dengan yang dipesan. Beberapa hal yang diperiksa adalah:

jumlah barang, tanggal kadaluwarsa minimal 2 tahun (jika ada) dan keadaan

fisik barang. Barang yang telah diterima selanjutnya disimpan di gudang

Farmasi.

Barang yang telah diperiksa kemudian disimpan sesuai dengan bentuk

sediaan, dan alfabetis. Barang-barang ini dalam pengeluarannya juga

menggunakan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First

Out). Dalam penyimpanannya, gudang farmasi terdiri dari:

a. Gudang penyimpanan obat, alat kesehatan habis pakai, pembalut, bahan baku,

vaksin dan injeksi yang disimpan pada suhu 2º – 8º C.

b. Gudang penyimpanan cairan infus.

c. Gudang penyimpanan gas medis.

d. Gudang tahan api.

(RSUP Fatmawati, 2004)

Penyerahan barang di gudang farmasi dengan membuat berita acara dari

tim penerima barang untuk penyerahan barang. Setelah barang diterima maka

barang disimpan di gudang farmasi dan petugas gudang mencatat barang yang

masuk ke gudang (RSUP Fatmawati, 2004).

Stok opname barang farmasi dilakukan setiap 3 bulan. Keluar-masuk

barang-barang farmasi dicatat ke dalam: Kartu stelling, Kartu persediaan, Buku

persediaan, dan Buku induk penerimaan barang (RSUP Fatmawati, 2004).

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
31

Gudang farmasi melayani permintaan barang dari produksi farmasi, depo-

depo farmasi ataupun langsung dari ruangan. Pendistribusian barang farmasi ke

semua depo farmasi dilakukan dengan cara mengisi Formulir Permintaan Barang

dan dilakukan setiap hari dengan jadwal yang berbeda-beda antar depo farmasi.

Sedangkan pendistribusian barang ke ruang rawat inap dilakukan setiap dua

minggu dan untuk rawat jalan setiap bulan, dimana permintaannya menggunakan

Formulir Pengambilan Barang. Alur permintaan barang ke gudang farmasi dapat

dilihat pada lampiran 16 (RSUP Fatmawati, 2004).

9. Pelayanan Informasi Obat

Pelayanan informasi obat berada di bawah pengawasan Wakil Kepala I.

Pelayanan Informasi Obat adalah kegiatan dari individu yang dilatih secara

khusus (farmasi klinis) untuk memberikan informasi dan konsultasi yang akurat,

tidak bias dan faktual bagi dokter, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.

Pelayanan informasi obat berorientasi pada pasien yang bertujuan untuk

memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat secara rasional

(RSUP Fatmawati, 2004).

Pelayanan informasi obat di RSUP Fatmawati dilakukan oleh Apoteker di

Instalasi Farmasi. Kegiatan yang dilakukan dapat berupa :

a. Pelayanan Informasi Obat

1) Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh dokter, Apoteker, Asisten

Apoteker, perawat, dan pasien. Baik pertanyaan ataupun jawaban dapat

disampaikan secara lisan ataupun tulisan. Pertanyaan tersebut dapat

melalui telepon, fax, atau penanya datang langsung ke PIO.

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
32

2) Mengumpulkan dan menyebarkan informasi yang berkaitan dengan obat

kepada tim pelayanan kesehatan melalui buletin dan leaflet.

3) Membantu Panitia Farmasi dan Terapi dalam menyusun formularium

Rumah Sakit.

4) Memberikan informasi kepada pasien melalui penyuluhan dan konseling.

b. Pendidikan

Memberikan pendidikan yang berkesinambungan kepada Apoteker, Asisten

Apoteker, perawat dan mahasiswa farmasi yang sedang praktek profesi.

c. Penelitian

Mengadakan penelitian di Rumah Sakit, misalnya pengkajian penggunaan

obat di ruangan.

Proses pelayanan informasi obat terdiri dari tahapan sebagai berikut:

a. Mengklasifikasikan Penanya dan Pertanyaan

b. Menjawab pertanyaan

c. Menindaklanjuti jawaban

d. Pelaporan

Alur pelayanan informasi obat dapat dilihat pada lampiran 17 (Anonim B, 2004).

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
33

BAB III

KEGIATAN DI RUMAH SAKIT

3.1 Waktu Pelaksanaan Kegiatan

Praktek Kerja Profesi (PKP) bagi mahasiswa Program Pendidikan Profesi

Apoteker Universitas Sumatera Utara (USU) di RSUP. Fatmawati ini

dilaksanakan selama 1 bulan. Kegiatan ini berlangsung dari tanggal 3 Maret 2008

- 3 April 2008. Kegiatan PKPA di RSUP Fatmawati ini dilaksanakan setiap hari

Senin-Jumat, pukul 08.00 - 16.00 WIB.

3.2 Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan PKP bagi mahasiswa Program Pendidikan Profesi Apoteker USU

di RSUP. Fatmawati ini dimulai pada tanggal 3 Maret 2008. Pada hari tersebut

dilakukan kegiatan berupa perkenalan ke setiap depo farmasi yang ada di RSUP

Fatmawati yang dibimbing oleh Ibu Suli Setiawati.

Kegiatan selanjutnya yakni orientasi tentang Rumah Sakit dan Instalasi

Farmasi yaitu :

1. Pengarahan dari bagian Pendidikan dan Penelitian RSUP Fatmawati :

a. Bapak Alex (Kepala Sub Bagian Monitoring & Evaluasi Diklit)

menjelaskan tentang profil RSUP Fatmawati secara umum, serta tata tertib

bagi mahasiswa yang melakukan Praktek Kerja Profesi (PKP) di RSUP

Fatmawati.

b. Bapak Trio (Staf Urusan Non Perawat & Dokter) menjelaskan tentang

Keselamatan Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana (K3) RS.

33

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
34

c. Ibu Dra. Debby Daniel, Apt. M. Epid (Wakil Kepala Instalasi Farmasi I)

menjelaskan tentang Pengendalian Infeksi Nosokomial Rumah Sakit.

2. Pengarahan dari bagian Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati :

a. Ibu Dra. Farida Indyastuti, S.E., MM. menjelaskan tentang pembagian

kelompok dan pembimbing, serta deskripsi kerja selama PKPA di RSUP.

Fatmawati.

b. Ibu Dra. Maria S Lesilolo, Apt., M.Pharm. (Kepala Instalasi Farmasi

RSUP Fatmawati) menjelaskan tentang Struktur Organisasi RS dan

Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati.

Untuk kegiatan selanjutnya dilakukan orientasi ke masing-masing bagian

Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati yang terdiri dari Tata Usaha Instalasi Farmasi

Depo Farmasi Rawat Jalan, Depo Farmasi Pusat, Depo Farmasi Askes, Produksi

Farmasi Steril dan Non Steril, Depo Farmasi Pegawai, Depo Farmasi Instalasi

Bedah Sentral (IBS), Gudang Farmasi, dan Pelayanan Informasi Obat.

Kegiatan orientasi yang dilakukan di Tata Usaha Instalasi Farmasi yakni

mendapatkan penjelasan dari Ibu Suli Setiawati (Penyelia Tata Usaha Instalasi

Farmasi) tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) TU Instalasi Farmasi,

kegiatan yang dilakukan di bagian tersebut, melihat laporan-laporan yang

dilakukan oleh bagian tersebut.

Kegiatan orientasi di Depo Farmasi Rawat Jalan yang dilakukan yakni

melihat secara langsung kerja atau kegiatan yang dilakukan di depo tersebut,

mendapatkan penjelasan atau pengarahan tentang kegiatan yang dilakukan di depo

tersebut oleh Drs. Burhani Husin, Apt., MM. (Wakil Kepala Instalasi Farmasi IV).

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
35

Beliau menjelaskan tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) di depo tersebut

dan sumber daya manusia yang ada di depo tersebut serta laporan-laporan yang

dibuat oleh depo tersebut. Kegiatan lain yang dilakukan di depo tersebut yakni

ikut terlibat langsung melakukan kegiatan yang dilakukan di depo tersebut antara

lain melakukan stock opname, menyediakan obat-obat yang diminta sesuai

dengan resep (dispensing obat).

Kegiatan orientasi yang dilakukan di Depo Farmasi Pusat yakni melihat

secara langsung kerja di depo tersebut, mendapatkan penjelasan atau pengarahan

tentang kegiatan yang dilakukan di depo tersebut. Di antaranya penjelasan tentang

Standar Operasional Prosedur (SOP) di depo tersebut, sumber daya manusia yang

ada di depo tersebut, serta laporan-laporan yang dibuat oleh depo tersebut.

Kegiatan lain yang dilakukan di depo tersebut yakni ikut terlibat langsung dalam

kegiatan yang dilakukan di IRNA Mawar yang melayani pasien ortophedi yaitu

membuat obat dalam kemasan unit dose. Serta terlibat langsung dalam kegiatan

yang dilakukan di IRNA Melati yaitu pelayanan yang berupa pemaketan obat

untuk Pasien rehabilitasi medik. Di depo tersebut juga terlibat langsung dalam

menyerahkan obat dari depo tersebut ke bagian perawatan, dimana di kamar

tindakan tersebut obat diserahkan oleh petugas depo farmasi ke perawat yang

bertugas dan dilakukan pemeriksaan kembali barang atau obat yang diterima.

Kegiatan orientasi yang dilakukan di Depo Farmasi Askes yakni melihat

secara langsung kerja di depo tersebut, mendapatkan penjelasan dari Ibu Erni

Bachran (Penyelia Depo Farmasi Askes) tentang Standar Operasional Prosedur

(SOP) depo tersebut, kegiatan yang dilakukan di depo tersebut, sumber daya

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
36

manusia yang ada di depo tersebut, laporan-laporan yang dibuat oleh depo

tersebut, serta ikut membantu melayani resep di depo tersebut.

Kegiatan orientasi yang dilakukan di Bagian Produksi Farmasi Steril dan

Non Steril yaitu melihat secara langsung kegiatan yang dilakukan di bagian

tersebut, mendapatkan penjelasan dari Bapak Hari Puji Wiyono (Penyelia Bagian

Produksi Farmasi Steril dan Non Steril) tentang Standar Operasional Prosedur

(SOP). Kegiatan lain yang dilakukan di bagian tersebut yakni melakukan kegiatan

pembuatan obat, pengenceran dan pengemasan kembali.

Kegiatan orientasi yang dilakukan di Depo Farmasi Pegawai yakni

mendapat penjelasan dari Ibu Rahayu (Penyelia Depo Farmasi Pegawai) tentang

Standar Operasional Prosedur (SOP) depo tersebut.

Kegiatan orientasi yang dilakukan di Depo Farmasi Instalasi Bedah

Sentral yakni mendapatkan penjelasan dari Ibu Rusda Azis (Penyelia Depo

Farmasi IBS) tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) di depo tersebut,

sumber daya manusia yang ada di depo tersebut serta laporan-laporan yang dibuat

oleh depo tersebut. Kegiatan lainnya mengenal paket-paket obat dan alat

kesehatan untuk operasi Elektif, operasi One Day Care (ODC) dan operasi Cito.

Kegiatan yang dilakukan di bagian Gudang Farmasi RSUP Fatmawati

yakni mendapatkan penjelasan dari Ibu Heni Sujarwastuti (Penyelia Gudang

Farmasi) tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) Gudang Farmasi, kegiatan

yang dilakukan oleh bagian tersebut, sumber daya manusia yang ada di bagian

tersebut, dan laporan-laporan yang dibuat oleh bagian tersebut.

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
37

Kegiatan orientasi yang dilakukan di bagian Pelayanan Informasi Obat

RSUP Fatmawati yakni mendapatkan penjelasan dari Ibu Gustini Widyastuti

S.Si., Apt. (Penyelia PIO) tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) PIO

RSUP Fatmawati dan kegiatan yang dilakukan di bagian tersebut.

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
38

BAB IV

PEMBAHASAN

RSUP Fatmawati adalah Rumah Sakit kelas B Pendidikan, yaitu Rumah

Sakit yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistik dan

subspesialistik terbatas dan digunakan sebagai tempat pendidikan dan pelatihan

bagi tenaga kesehatan. Bentuk kepemilikan Rumah Sakit Fatmawati sekarang

sudah peralihan dari bentuk Perusahaan Jawatan (PERJAN) ke Badan Layanan

Umum (BLU), tetapi masih menyediakan fasilitas untuk merawat pasien yang

berpenghasilan rendah.

Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati merupakan salah satu Instalasi di

dalam RSUP Fatmawati, dipimpin oleh seorang Apoteker yang bertanggung

jawab kepada Direktur Medik dan Keperawatan. Kegiatan kefarmasian di Rumah

Sakit berorientasi kepada kepentingan pasien (Farmasi Klinis) yaitu dengan

menyelenggarakan sediaan Farmasi, pengelolaan obat, pendistribusian obat,

pelayanan obat atas resep dokter dan pelayanan informasi obat serta kegiatan lain

seperti pendidikan dan penelitian.

Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati dipimpin oleh Kepala Instalasi

Farmasi, dibantu oleh Empat orang Wakil Kepala. Wakil Kepala I bertanggung

jawab atas kelancaran pelayanan dan keuangan di Gudang Farmasi, Produksi

Farmasi, Pelayanan Informasi Obat dan Depo Farmasi Pegawai. Wakil Kepala II

bertanggung jawab atas kelancaran pelayanan di Depo Farmasi Pusat, Depo

Farmasi Instalasi Rawat Darurat, dan Depo Farmasi Instalasi Bedah Sentral.

38

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
39

Wakil Kepala III bertanggung jawab atas kelancaran pelayanan dan keuangan

Depo Farmasi Teratai yang melayani Instalasi Rawat Inap A dan Instalasi Rawat

Inap B. Wakil Kepala IV bertanggung jawab atas kelancaran pelayanan keuangan

Depo Farmasi Rawat Jalan dan Depo Farmasi Askes.

Depo-depo Farmasi yang terdapat di Instalasi Farmasi tersebut sangat

penting dan efektif terutama untuk pasien rawat inap, dimana pasien atau perawat

akan lebih cepat untuk mendapatkan obat karena letaknya yang berdekatan

dengan ruangan perawatan, tetapi membutuhkan lebih banyak Apoteker atau

Asisten Apoteker untuk bekerja di depo-depo Farmasi tersebut.

Sistem pendistribusian di Instalasi Farmasi di RSUP Fatmawati

menerapkan sistem desentralisasi. Penerapan sistem desentralisasi dilakukan

dengan adanya depo-depo farmasi di lingkungan rumah sakit. Sistem penyediaan

dan distribusi barang farmasi di RSUP Fatmawati menganut sistem satu pintu

yaitu semua barang farmasi diterima dan dikeluarkan hanya oleh Instalasi

Farmasi, sehingga kebutuhan dan pemakaian barang dapat dipantau dengan baik

Untuk pasien rawat jalan, askes dan pegawai, obat akan diberikan dengan

sistem resep individu, dimana obat yang diberi sesuai dengan yang tertulis pada

resep atas nama pasien tersebut. Keuntungan sistem ini adalah semua resep dikaji

langsung oleh Apoteker, sehingga kemungkinan kesalahan menjadi kecil.

Depo Farmasi rawat inap adalah depo instalasi Farmasi yang terdekat

dengan pasien rawat inap dan frekuensi komunikasi antara staf instalasi Farmasi

dengan tenaga kesehatan lain terutama dokter dan perawat sangat tinggi. Oleh

karena itu sangatlah penting apabila setiap depo Farmasi ada seorang Apoteker

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
40

yang berperan aktif sehingga mempermudah dalam memberikan pelayanan

kepada pasien di ruang rawat inap. Untuk pasien rawat inap, obat akan diberikan

dengan sistem unit dosis dimana obat dikemas dalam kemasan per satu kali pakai

dan hal ini sangat menguntungkan bagi pasien, karena pasien hanya membayar

obat yang mereka gunakan saja. Sistem ini juga dapat memperkecil risiko

terjadinya kesalahan pemberian obat karena adanya pengendalian dan pengawasan

langsung dari apoteker atau asisten apoteker pada saat sebelum dan sesudah

penyiapan obat, serta oleh perawat ketika menyerahkan obat kepada pasien.

Namun, pada kenyataannya, peran apoteker belum optimal, karena proses mulai

dari penerimaan resep hingga penyerahan obat ke ruangan lebih banyak dilakukan

oleh asisten apoteker. Sehingga evaluasi kerasionalan penggunaan obat pasien

masih belum dapat dilakukan, yang mengakibatkan kegiatan farmasi klinik pun

belum berjalan dengan baik.

Produksi steril melakukan hanya melakukan Admixture IV dan rekonstitusi

obat kanker. Kegiatan pencampuran obat kanker berdasarkan permintaan dokter

yang dikonfirmasikan terlebih dahulu dengan PPKT (Poli Pelayanan Kanker

Terpadu) yang mengatur jadwal pelayanan kemoterapi pasien, karena apabila obat

tersebut telah selesai diracik dan dicampur maka stabilitas obat tersebut hanya

akan bertahan selama 48 jam sehingga hal ini berpengaruh terhadap khasiat dan

daya kerja obat tersebut. Untuk pasien rawat jalan, pasien atau keluarganya

membawa resep dan obatnya langsung ke produksi Farmasi sehari sebelum

digunakan. Sedangkan untuk pasien rawat inap, resep dan obatnya dibawa oleh

perawat depo farmasi ke lalu ke produksi farmasi sehari sebelum digunakan.

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
41

Setelah selesai diproduksi, petugas produksi farmasi akan membawa obat tersebut

ke depo farmasi / ruangan tempat pasien tersebut dirawat. Kegiatan pencampuran

obat kanker dilakukan dalam ruangan tersendiri yang telah dilengkapi dengan alat

Laminar Air Flow (LAF) vertikal yang khusus untuk tujuan pencampuran obat

kanker. Sedangkan pada produksi non steril kegiatan yang sering dilakukan adalah

pembuatan obat-obat yang pengerjaannya tidak perlu secara steril seperti

pembuatan Obat Batuk Hitam (OBH), pembuatan puyer, pembuatan bedak

powder, dan pembuatan salep.

Gudang Farmasi mempunyai tanggung jawab untuk menyimpan dan

menyalurkan obat-obatan dan perbekalan farmasi lainnya yang telah lolos

pemeriksaan dari tim penerimaan Rumah Sakit. Untuk perbekalan kesehatan yang

digunakan secara bersama oleh pasien di ruangan perawatan didistribusikan

langsung dari gudang farmasi ke masing-masing ruangan. Keuntungan sistem ini

adalah perbekalan kesehatan yang dibutuhkan dapat cepat tersedia dan dapat

mempercepat pengerjaan laporan pengeluaran barang di Gudang Farmasi.

Kerugian sistem ini adalah persediaan obat dan alkes di ruangan banyak,

kemungkinan kehilangan dan kerusakan lebih besar sehingga diperlukan

peningkatan pengawasan terhadap perbekalan farmasi yang di simpan diruangan.

Distribusi obat ke depo-depo Farmasi berdasarkan permintaan kebutuhan

barang untuk masing-masing depo farmasi, dan setiap depo farmasi mengamprah

barang ke gudang farmasi dengan menggunakan formulir permintaan barang.

Pengamprahan barang dapat dilakukan setiap hari .

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
42

Pelayanan Informasi Obat di Rumah Sakit Fatmawati sudah berjalan sejak

lama. Untuk memperlancar kegiatan PIO dapat dilakukan melalui telepon, fax,

leaflet, dan kegiatan konseling secara langsung pada saat pasien membeli obat di

ruangan yang telah disediakan. Pasien yang diberikan konseling terutama untuk

pasien epilepsi, jantung, hipertensi, diabetes, dan AIDS. Berdasarkan pengamatan,

kegiatan konseling belum secara rutin dilaksanakan. Untuk pasien rawat inap

kegiatan konseling dilakukan di ruangan konseling obat pasien dirawat sebelum

pasien tersebut pulang ke rumahnya atas informasi dari perawat. Hal ini dilakukan

agar pasien dan keluarga pasien dapat lebih mengerti lagi tentang penggunaan

obat yang baik.

RSUP Fatmawati membentuk Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) Rumah

Sakit yang bertujuan untuk penggunaan obat secara rasional, pengelolaan obat di

Rumah Sakit yang dilakukan secara transparan dan Rumah Sakit memperoleh

pemasukan yang sesuai dari hasil pengelolaan obat di Rumah Sakit. Selain itu

juga untuk membangun hubungan kerja sama yang baik antara dokter dan

apoteker, dimana salah satu tugas dari Panitia Farmasi dan Terapi Rumah Sakit

tersebut adalah menyusun formularium Rumah Sakit untuk membantu

pengelolaan persediaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Penyusunan

formularium Rumah Sakit berdasarkan atas kesepakatan dalam rapat dari masing-

masing utusan tiap SMF untuk mengajukan jenis obat yang ditulis di resep,

sehingga obat yang digunakan adalah betul-betul obat yang ada di formularium.

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
43

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. RSUP Fatmawati merupakan Rumah Sakit kelas B pendidikan.

2. Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati berada di bawah Direktur Medik dan

Keperawatan, yang dipimpin oleh Kepala Instalasi Farmasi yang dibantu

oleh 4 orang Wakil Kepala Instalasi.

3. Instalasi Farmasi membawahi beberapa Sub Instalasi, yaitu :

a. Tata Usaha

b. Depo Farmasi Rawat Jalan

c. Depo Farmasi Pusat

d. Depo Farmasi Askes

e. Produksi Farmasi

f. Depo Farmasi Pegawai

g. Depo Farmasi Instalasi Bedah Sentral

h. Gudang Farmasi

i. Pelayanan Informasi Obat

j. Depo Farmasi Instalasi Rawat Darurat

k. Depo Farmasi Instalasi Rawat Inap Teratai

4. Pengadaan dan distribusi obat dan perbekalan Farmasi Rumah Sakit

Fatmawati menganut sistem desentralisasi dan sistem satu pintu, yaitu

semua barang diterima dan dikeluarkan hanya oleh IFRS.

43
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
44

5. Sistem distribusi obat yang diterapkan di RSUP Fatmawati adalah sistem

distribusi dengan cara unit dosis, persediaan barang di ruangan (Floor

Stock), dan sistem resep individu.

5.2 Saran

1. Konseling hendaknya tidak hanya terbatas pada pasien epilepsi, jantung,

hipertensi, diabetes, dan AIDS saja tetapi juga memberikan konseling

pada penyakit lainnya. Konseling sebaiknya dilakukan secara rutin setiap

hari dan diinformasikan kepada pasien sehingga pasien yang

membutuhkan konseling dapat mendaftar dan datang pada jam buka

konseling.

2. Sebaiknya dilakukan kegiatan pemantauan penggunaan obat, sehingga

kesalahan pengobatan dapat diminimalkan

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
45

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2008). “Profil RSUP Fatmawati.” Diakses 3 April 2008.


http://www.fatmawati-hospital.com

Depkes RI (1992). Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992


Tentang Kesehatan. Jakarta.

Depkes RI (1992). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.


983/B/Menkes/SK/XI/1992 Tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit
Umum.

Depkes RI. (2004) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.


1197/Menkes/SK/X/2004 Tentang Standar Pelayanan Farmasi di
Rumah Sakit.

Muninjaya, A. A. (2004). Manajemen Kesehatan. Jakarta : EGC. Hal. 220

RSUP Fatmawati (2004). Standar Operasional Prosedur. Rumah Sakit


Fatmawati. Jakarta.

Siregar, C. J. P. (2004). Farmasi Rumah Sakit. Jakarta : EGC. Hal. 6-71

45
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUP Fatmawati Jakarta

Direktur Utama Dewan Pengawas

Komite Komite Ko- Komite Direktur Medik Direktur Umum, Direktur Satuan
Mutu & Etika & mite Kepera Pengawasan
dan Keperawatan SDM dan Pendidikan Keuangan
Penge Hukum Medik - watan
m Intern
-bangan

Bid. Bid. Bid. Fas. Bagian Bagian Bagian Bagian Bagian Bagian
Pelayanan Keperawatan Medik & SDM Umum Diklit Perencanaan Perbenda- Akuntansi
Medik Keperawatan dan haraan
Anggaran dan
Mobilisasi
Dana
Sie Sie Sie Subag Subag Subag Subag Subag Subag
Ren- Ren- Renbang Renbang Admi- Renbang Penyu Perben- Akuntansi
bang bang Fas SDM nistras Diklit - daharaan Keuangan
Yandik Kepera- Yandik i sunan
watan
Subag Subag Subag Subag Subag Subag
Sie Sie ADM & Rumah Monev Evaluasi Mobilisasi Akuntansi
Sie Monev Monev Monev Tangg Diklit dan Dana Manajemen
Monev Kepera- Fas a Pelapo- dan
Yandik watan Yandik ran Verifikasi
Staf Medik
Fungsional Instalasi Instalasi Instalasi

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
Lampiran 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP. Fatmawati Jakarta
Direktur Utama
Dr. H. Kemas M. Akib Aman, Sp. R, MARS

Direktur Medik dan Keperawatan


Dr. Chairul R, Nasution, Sp. PD, MKes

Kepala Instalasi Farmasi


Dra. Maria S.Lesilolo, Apt., M.Pharm

PJ Tata Usaha IFRS:


Suli Setiawati

WaKa Instalasi I WaKa Instalasi II WaKa Instalasi III WaKa Instalasi IV


Dra.Debby Daniel., Apt. M. Epid Dra. Setianti Haryani, Apt Dra. Alfina Rianti, Apt, MPharm Drs. Burhani Husin, Apt, MM

PJ Gudang Farmasi PJ Depo Pusat PJ Depo IRNA Teratai A PJ Depo Rawat Jalan
Heni Sujarwastuti Tati Maryati Leni Andawinta Mike Rosalina

PJ Produksi Farmasi PJ Depo IRD PJ Depo IRNA Teratai B PJ Depo ASKES


Harry Puji Wiyono Muldanoor Wisna Zerita Erni Bachran

PJ PIO PJ Depo IBS


Gustini Widyastuti, Ssi, Apt Rusda Aziz

PJ Depo Pegawai
Rahayu

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
48

Lampiran 3. Formulir Permintaan Jatah Baru

Formulir Permintaan Jatah Baru

Kepada yth,
Kepala Instalasi Farmasi/Perlengkapan
RSUP Fatmawati
Di Jakarta

Dengan Hormat,
Bersama ini kami mohon agar dapat diberikan penambahan jatah seperti
tersebut di bawah ini untuk Ruangan / Poliklinik ………………………..
No Nama Barang Jatah lama Jatah Baru Alasan
(Satuan) (Satuan)

Jumlah Penggunaan Barang

KASUS
Nama  Penggunaan/Pasien/
No
Barang Jenis  Rata2 Pasien/Bulan Kasus setiap bulan

Demikianlah permohonan kami, atas perhatiannya kami ucapkan banyak


terima kasih.
Jakarta…………..

Mengetahui:
Kepala Bidang Kepala Unit/Instalasi
Pelayanan Medis/Penunjangan Medis

( ) ( )

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
49

Lampiran 4. Berita Acara Pemusnahan Arsip Instalasi Farmasi RSUP


Fatmawati

BERITA ACARA PEMUSNAHAN ARSIP INSTALASI FARMASI


RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI

Pada hari ini :……………………………………………….Tanggal…………..

No. Nama NIP Ttd.

Melaksanakan penghapusan/pemusnahan arsip dan lembar resep depo


bulan………………………….……... Sampai dengan………….......………….
Demikian berita acara ini dibuat dengan sebenar-benarnya.

Jakarta..............................

Wakil Kepala Instalasi I Wakil Kepala Instalasi II

( ) ( )

Wakil Kepala Instalasi III Wakil Kepala Instalasi IV

( ) ( )

Kepala Instalasi Farmasi

( )

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
50

Lampiran 5. Alur Pelayanan Obat dan Tata Laksana Konseling di Depo


Farmasi Rawat Jalan RSUP Fatmawati

Pasien Membawa Resep

Resep Diserahkan

Apoteker/Asisten Apoteker
- Kontrol Resep
- Diberi Harga

Pasien Bayar Harga Resep

Kasir
- Menerima Uang
- Resep Diberi Nomor
- Pasien Diberi Karcis No. Resep

Stempel H E T I P
(Harga, Etiket, Timbang, Isi,
Penyerahan)

Asisten Apoteker
- Memberi Etiket Pada Kemasan
- Obat Diracik/Disiapkan Data
- Dimasukkan Ke Dalam Kemasan
- Dikontrol Kembali
- Obat Siap Diserahkan

Obat Diserahkan Laporan

Pasien
- Menerima Obat
- Mengembalikan Karcis No. Resep
- Menerima Informasi Obat dan Konseling

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
51

Lampiran 6. Alur Distribusi Obat Secara Unit Dosis di Instalasi Farmasi


RSUP Fatmawati

Dokter (Ruangan)

- Resep
< 11 jam - Map
- Kereta Obat

Farmasi Pusat Depo Farmasi

- Resep
< 11 jam - Map
- Kereta Obat

Perawat Ruangan Lemari Emergency


Ruangan
Pagi - Obat
Siang - Formulir
Sore Instruksi
Malam Pemberian Obat

Pasien
Obat Di Luar Jam Kerja

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
52

Lampiran 7. Alur Pelayanan Obat di Depo Farmasi Pusat RSUP Fatmawati

Dokter
1.1
1.2
4 7
Perawat Pasien ITURP

2 3 5 6

Gudang Farmasi Depo Farmasi

Keterangan:
1.1 : Dokter melakukan visit ke pasien
1.2 : Dokter menuliskan resep ke pasien dan resep diserahkan kepada perawat
2 : Perawat menyerahkan resep yang ada di map obat kepada petugas depo
farmasi untuk disiapkan
3 : Depo farmasi menyiapkan perpasien perhari : sore, malam, pagi, dan siang
yang diserahkan oleh perawat
4 : Perawat memberikan obat kepada pasien sesuai instruksi dokter
5 : Jika pasien akan pulang, satu hari sebelumnya perawat petugas administrasi
diruangan akan memberitahukan hsl ini kepada petugas depo farmasi
6 : Petugas depo farmasi akan merinci berapa biaya pengobatan selama pasien
dirawat dengan menginformasikan kepada pasien
7 : Sebelum pulang pasien melakukan pembayaran biaya pengobatan kekasir RS
(TU Rawat Inap) berdasarkan kuitansi penagihan yang dibuat oleh depo
farmasi.

Alur administrasi

Alur obat

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
53

Lampiran 8. Alur dan Tata Laksana Konseling Obat untuk Pasien Rawat
Inap RSUP Fatmawati

Perawat
(Ruangan)

obat + resep 2 1 Pemberitahuan pasien pulang 4 obat + resep


(1 hari sebelumnya)
3
Depo Farmasi Apoteker
Pemberitahuan jumlah
pasien pulang 5 Obat + konseling

Pasien

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
54

Lampiran 9. Alur Pelayanan Obat di Depo Farmasi Askes RSUP Fatmawati

Penerimaan resep

Sortir

- Kesesuaian obat dengan DPHO


2 (Daftar Plafon Harga Obat)
- Kelengkapan administrasi

Input data resep ke komputer

Input data untuk:


3 - Klaim ke PT Askes
- Stok barang di Farmasi

Penulisan etiket

Pengambilan/pengisian/peracikan obat

Penulisan etiket

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
55

Lampiran 10. Alur Masuk Ke Ruang Produksi Steril

Pintu masuk

Membuka sepatu dan memakai sandal

Ruang 0

Mencuci tangan dan kaki

Ruang I

- Melepas sandal
- Memakai baju steril
- Mematikan lampu UV ruang II

Ruang II

- Mematikan lampu UV ruang IIIA/IIIB


- Memasukkan obat ke dalam passbox
- Mencuci tangan

TPN Sitostatika

Ruang III A Ruang III B

Memakai baju sitostatika

Ruang IV

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
56

Lampiran 11. Alur Pelayanan Obat Sitostatika

1. Pasien Askes 2. Pasien Tidak Mampu

Pasien Pasien

Tim Pengendali Askes Surat Keterangan Tidak Mampu

Apotek Askes Dinas Sosial

Obat
Sitostatika + YLKI
Formulir
Permintaan Obat
Obat Kanker Sitostatika +
Formulir
Produksi Farmasi Permintaan
Obat Kanker

Produksi Farmasi

3. Pasien dengan Status Umum/Tunai

Pasien

Resep + Formulir Permintaan Obat Kanker

Produksi Farmasi

Rawat Inap Rawat Jalan

Depo Farmasi Ruang Kemoterapi

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
57

Lampiran 12. Alur Penanganan Limbah Padat, Limbah Cair dan Limbah
Gas

1. Limbah Padat

Limbah Padat

Non Infeksius Infeksius Sitostatika

Basah Kering

Plastik Hitam Plastik Kuning Plastik Ungu

Tempat Pembuangan Sementara Incenerator

Tempat Pembuangan Akhir Debu

2. Limbah Cair 3. Limbah Gas

Limbah Cair Limbah Gas


(Laminar Air Flow
Cabinet)

Saluran Pembuangan Air Disaring


dengan
HEPA Filter
2 lapis
Air Kran
(Dibiarkan Mengalir Beberapa Saat) Udara Bebas

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
58

Lampiran 13. Alur Penanganan Limbah Sitostatika

Sitostatika

Limbah Padat Limbah Gas

Kantong Plastik Ungu Laminar Air Flow Cabinet

Incenerator HEPA Filter Lapis 2

Tempat Pembuangan Sementara Udara Bebas

Tempat Pembuangan Akhir

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
59

Lampiran 14. Alur Pelayanan Obat di Depo Farmasi Pegawai RSUP


Fatmawati

Biaya Pembayaran 40% (Obat Formularium)


Depo Farmasi
Biaya Pembayaran 90% (Obat Non Formularium) Rawat Jalan

Copy R/
Cap TAP

Obat Tidak
Tersedia
Pasien Pegawai
RSUP Fatmawati Apotek R/
Pegawai diperiksa
Pasien Tidak
Mampu DKI
Obat Obat
Racikan Jadi

Etiket dan
Label

Pengemasan

Penyerahan Obat +
Informasi Penggunaan

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
60

Lampiran 15. Alur Pelayanan di Depo Farmasi Instalasi Bedah Sentral


RSUP Fatmawati

ODC (One Day Care)

Mengantar paket Mengembalikan


ODC 9 buah paket operasi
1. Jadwal operasi + resep
diluar paket operasi

2. Mengantar paket operasi Memeriksa


Elektif 20 buah Depo paket
IBS operasi
3. Mengembalikan paket operasi

- Mengantar Membuat TU
paket operasi
15 buah (setiap Perincian IBS
Mengembalikan hari) dan (paket (untuk
paket operasi 30 buah operasi ODC)
(hari jumat)
+ diluar
paket
operasi
Cito

Depo Farmasi
Rawat Inap

ITURP
(Instalasi Tata
Usaha Rawat
Pasien)

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
61

Lampiran 16. Alur Permintaan Barang Ke Gudang Farmasi

Ruangan/Poliklinik/Instalasi

Formulir Permintaan Barang

Manajer Instalasi Ybs

Formulir Permintaan Barang

Gudang Farmasi TU

Disesuaikan dengan Buku Standar Kebutuhan

Barang Dikirim

Ruangan/Poliklinik/Instalasi

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
62

Lampiran 17. Alur Pelayanan Informasi Obat

Klasifikasi Latar Belakang


Pertanyaan - Pertanyaan Informasi
- Penanya - Sejarah Pengobatan
Pasien
- Latar Belakang
Informasi
- Sejarah Kesehatan
Pasien

Tanggapan Penelusuran
Umpan Balik - Positif Sistematik
- Negatif - Literatur Umum
- Literatur Sekunder
- Literatur Primer

Keterangan:

Alur Pertanyaan

Alur Jawaban

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
63

Lampiran 18. Label Obat

1. Kocok Dahulu (Putih)

2. Obat ini diminum satu jam sebelum makan (Biru)

3. Obat ini diminum segera sesudah makan (Kuning)

4. Obat ini harus diminum sampai habis sesuai petunjuk (Merah)

5. Obat ini menyebabkan mengantuk, jangan mengendarai mobil atau

menjalankan mesin (Hijau Muda)

6. Hanya dipergunakan melalui anus / dubur (Ungu Tua)

7. Hanya dipergunakan melalui vagina (Ungu)

8. Obat luar, jangan diminum! (Kuning)

9. Obat ini dipergunakan (diletakkan) di bawah lidah dan dihisap sampai habis

(Coklat)

10. Obat ini harus dilarutkan dahulu dalam segelas air putih dan diminum (Putih)

11. Obat ini diminum 2 jam sesudah makan (Hijau Tua)

12. Jangan berhenti minum obat ini secara tiba-tiba, kecuali atas petunjuk dokter

(Orange)

13. Obat ini dikunyah dahulu sebelum ditelan (Abu-Abu)

14. Obat ini diminum setengah jam sebelum makan (Orange Muda)

15. Harus banyak minum air putih (Merah Jambu)

16. Simpan dalam lemari pendingin (Ungu Muda)

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
Tugas Khusus
Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit
Di RSUP Fatmawati Jakarta

PELAYANAN INFORMASI
UNTUK OBAT-OBAT YANG DIMETABOLISME DI GINJAL

Oleh:
ROMI ACHMADI, S. Farm.
NIM 073202082

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2008

Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Khusus PKP Di RSUP Fatmawati Jakarta


“PELAYANAN INFORMASI UNTUK OBAT-OBAT
YANG DIMETABOLISME DI GINJAL”

Disusun Oleh:
Romi Achmadi, S. Farm.
NIM 073202082

Di Jakarta, Pada Tanggal 2 April 2008

Tugas Khusus Ini Disusun untuk Melengkapi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Apoteker Pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan

Diketahui oleh:
Pembimbing,

(Dra. Setianti Haryani, Apt.)

ii
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya

sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas khusus “Pelayanan Informasi untuk

Obat-Obat Yang Dimetabolisme Di Ginjal” di RSUP Fatmawati Jakarta.

Tugas khusus ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Apoteker pada Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Medan.

Mengawali ucapan terima kasih ini, penyusun menyampaikan ucapan terima

kasih kepada Dra. Setianti Haryani, Apt. selaku pembimbing PKP di RSUP Fatmawati

Jakarta yang telah memberikan banyak pengarahan selama penyusunan tugas khusus

ini. Penyusun juga turut mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dra. Maria Lesilolo, M. Pharm., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi RSUP

Fatmawati Jakarta yang telah memberikan kesempatan, saran dan fasilitas selama

melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker dan menyelesaikan tugas ini.

2. Seluruh staf dan karyawan di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati yang telah

memberikan informasi yang berguna dalam penyusunan tugas khusus ini.

Dengan segala kerendahan hati, penyusun menyadari bahwa tugas khusus ini

mempunyai banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan

demi penyempurnaan tulisan ini. Akhir kata, penyusun berharap tugas khusus ini dapat

bermanfaat bagi usaha peningkatan profesionalisme farmasis dikemudian hari.

Jakarta, April 2008

Penyusun

iii
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
DAFTAR ISI

JUDUL ................................................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Tujuan ........................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 3

2.1 Pelayanan Informasi Obat ............................................................................. 3

2.2 Pelayanan Farmasi Klinik Dalam Konsultasi

dan Pelayanan Informasi Obat ....................................................................... 6

2.3 Metabolisme Renal ........................................................................................ 7

BAB III METODOLOGI .................................................................................... 10

3.1 Jenis Penelitian .............................................................................................. 10

3.2 Metode Pengambilan Sampel ........................................................................ 10

3.3 Cara Pengumpulan Data ................................................................................ 10

BAB IV HASIL PENGAMATAN ...................................................................... 11

4.1 Obat-Obat Yang Dimetabolisme Di Ginjal ................................................... 12

4.2 Informasi Obat ............................................................................................... 14

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 47

5.1 Kesimpulan .................................................................................................... 47

5.2 Saran .............................................................................................................. 47

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 48

iv
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyediaan layanan informasi obat yang objektif merupakan salah satu fungsi

farmasis (apoteker) di rumah sakit. Akses kepada informasi obat yang relevan secara

klinik, mutakhir, spesifik khas pada pengguna, independen, objektif, dan unbiased

adalah dasar untuk penggunaan obat yang tepat. Dokter penulis resep, farmasis,

perawat, dan pengguna obat, semuanya memerlukan informasi yang objektif.

Kebanyakan profesional kesehatan di rumah sakit, memperoleh informasi obat yang

disebarkan industri farmasi melalui perwakilan perusahaan farmasi. Dalam banyak hal,

sulit memperoleh yang sama sekali objektif dari produsen obat. Untuk itu, pelayanan

informasi obat perlu dilaksanakan dan dikembangkan bagi tersedianya akses kepada

informasi obat yang relevan demi tercapainya penggunaan obat yang efektif dan aman.

Saat ini, telah banyak penemuan informasi baru mengenai kerja obat dan

aktifitasnya mempengaruhi fungsi organ manusia. Di antaranya adalah fungsi ginjal

yang melakukan metabolisme terhadap obat, hormon, dan xenobiotic. Tidak seperti

liver, fungsi metabolisme pada ginjal baru mendapat perhatian sekitar dua puluh tahun

belakangan ini (Lohr, 1998). Selanjutnya para ilmuan juga mulai memahami beberapa

biotransformasi obat tersebut ternyata berpeluang mempunyai pengaruh buruk terhadap

faal ginjal yang diistilahkan dengan nephrotoxicity (nefrotoksisitas).

Penyampaian informasi tentang obat-obat yang dimetabolisme di ginjal

merupakan salah satu tugas farmasis dalam pelayanan informasi obat. Pemahaman yang

semakin mendalam tentang obat-obat tersebut serta pemahaman tentang cara

1
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
penggunaan obat yang baik akan membantu pasien dalam meminimalisir berbagai efek

merugikan yang dapat ditimbulkan oleh obat-obat yang dimetabolisme di ginjal.

Pada tugas khusus ini, diuraikan beberapa zat aktif yang diketahui mengalami

metabolisme di ginjal dan persen eliminasi (yaitu persentase jumlah molekul obat yang

dieliminasi melalui metabolisme ginjal) obat tersebut, serta beberapa uraian informasi

tentang obat yang dimetabolisme di ginjal berdasarkan daftar penjualan obat pada

Februari 2008 di Depo Farmasi Griya Husada RSUP Fatmawati Jakarta. Penyusunan

tugas khusus ini sendiri merupakan salah satu usaha konkrit bagi tersedianya informasi

obat yang objektif dan relevan.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penyusunan tugas khusus ini adalah:

1. Untuk mengetahui obat-obat yang di metabolisme di ginjal

2. Untuk mengetahui informasi tentang obat dan penggunaannya untuk obat-obat

yang dimetabolisme di ginjal

2
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Upaya Kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi

masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan,

peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan

penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara

terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan. Konsep upaya kesehatan ini menjadi

pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas kesehatan di Indonesia termasuk rumah

sakit. Rumah sakit yang merupakan salah satu sarana kesehatan, merupakan rujukan

pelayanan kesehatan dengan fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang

bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi pasien (Departemen Kesehatan, 2006).

Berdasarkan pada peran rumah sakit yang dominan dalam penyelenggaraan

usaha penyembuhan dan pemulihan pasien, maka semua tenaga kesehatan yang terlibat

berkewajiban memberi pelayanan optimal bagi tercapainya tujuan dari pelaksanaan

upaya kesehatan. Sebagai salah satu tenaga kesehatan, farmasis bertanggung jawab

memberi pelayanan kefarmasian di rumah sakit. Tanggung jawab ini mencakup banyak

aspek yang terkait dengan obat dan penggunaannya. Mulai dari pengadaan, peracikan,

penyimpanan dan pendistribusian, sampai kepada pemantauan terapi, evaluasi, serta

pelayanan informasi berkaitan dengan obat dan penggunaannya.

2.1 Pelayanan Informasi Obat

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No: 1197/Menkes/SK/2004,

pelayanan informasi obat adalah kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh apoteker

3
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter,

apoteker, perawat, profesi kesehatan lain dan pasien. Hal ini bertujuan untuk:

1. Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di

lingkungan rumah sakit

2. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang berhubungan

dengan obat, terutama bagi Panitia/Komite Farmasi dan Terapi

3. Meningkatkan profesionalisme apoteker

4. Menunjang terapi obat yang rasional

Kegiatan yang dilakukan dalam pelayanan informasi obat meliputi:

1. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara aktif dan

pasif

2. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon,

surat atau tatap muka

3. Membuat buletin, leaflet, label obat

4. Menyediakan informasi bagi Komite/Panitia Farmasi dan Terapi sehubungan

dengan penyusunan Formularium Rumah Sakit

5. Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap

6. Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga farmasi dan tenaga kesehatan

lainnya

7. Mengkoordinasi penelitian tentang obat dan kegiatan pelayanan kefarmasian

(Departemen Kesehatan, 2006)

Peranan apoteker dalam pelayanan informasi obat bukanlah hal yang baru. Apoteker,

secara tradisional adalah sumber utama informasi obat bagi dokter, perawat, penderita,

dan profesional kesehatan lainnya. Ketika jumlah jenis obat dan produknya masih

sedikit dan pada umumnya mempunyai potensi yang relatif rendah, jumlah yang

4
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
menanyakan keterangan juga kecil dan biasanya dapat dijawab dengan mengacu pada

farmakope, formularium, dan pustaka sederhana lainnya (Siregar, 2003).

Dewasa ini, terjadi dua hal yang menimbulkan kebutuhan mengubah pola

tradisional ini. Pertama, jumlah jenis obat dan sediaannya telah sangat besar. Obat yang

lebih baru pada umumnya lebih berkhasiat keras, selektif, dan formulasinya juga

semakin rumit. Kedua, pustaka berkaitan dengan obat telah begitu banyak, dan sumber

pustaka ini sangat beragam, termasuk farmasi, kedokteran, farmakologi, dan biokimia.

Berbagai pustaka tersebut mencakup informasi yang banyak tentang obat baru,

kerjanya, penggunaan klinik, efek yang tak dikehendaki, interaksi dengan obat-obat,

dan kemanjuran komparatif. Semua informasi ini harus dievaluasi untuk memastikan

penggunaan obat yang aman dan efektif, dan hal ini telah memberi beban berat bagi

dokter penulis resep dan dokter berpaling ke apoteker untuk meminta informasi obat.

Dalam banyak hal, pustaka sederhana (seperti farmakope dan buku teks) tidak

mencukupi untuk melayani jawaban yang memadai. Oleh karena itu, rumah sakit

cenderung mengadakan suatu unit baru dalam IFRS, sebagai sumber informasi yang

direncanakan, diadakan, dan diorganisasikan dengan baik, dilengkapi dengan staf

apoteker spesialis informasi obat, komputer, dan peralatan, yang dapat memberi

jawaban pertanyaan berkaitan dengan obat, dengan menggunakan pustaka mutakhir

yang tersedia sebagai acuan (Siregar, 2003).

Menurut Prof. Dr. Charles J.P. Siregar, apoteker rumah sakit yang memberi

pelayanan sebagai seorang spesialis informasi obat harus mampu melaksanakan

tanggung jawab sebagai seorang profesional dalam hal berikut:

1. Menunjukkan kompetensi profesional dan teknik dalam mengevaluasi,

menyeleksi secara kritis, dan penggunaan pustaka obat

5
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
2. Pengetahuannya tentang fasilitas perpustakaan di dalam dan di luar rumah sakit,

penggunaan pustaka, dan pelayanan pustakawan akan memungkinkannya

mendapat manfaat penuh dari semua sumber demikian yang tersedia baginya

3. Mempunyai keterampilan komunikasi baik tulisan maupun lisan yang efektif

dalam dialog intra/antar rumah sakit, berkaitan dengan informasi farmakoterapi

4. Memiliki kapasitas memberi kontribusi terhadap pendidikan berkelanjutan dari

semua profesi kesehatan

5. Terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam pelayanan pasien dengan

obat sebagai kontribusi kepada mutu berkelanjutan dan sebagai pemantau

6. Mengetahui metodologi pengolahan data elektronik yang diperlukan

7. Memenuhi kualifikasi pelayanan profesional dalam mendukung PFT

8. Mendukung dan melengkapi wawasan rekan sejawat dalam IFRS yang

menggunakan ketajaman pengetahuan dan keterampilan ilmiah untuk pelayanan

farmasi yang tepat dan efektif

9. Memberi kontribusi pada pustaka obat melalui partisipasi yang tepat seperti

studi obat klinik dan praklinik, surveilan pengalaman obat klinik dalam rumah

sakitnya, percobaan dalam pelayanan profesional, dll.

(Siregar, 2003)

2.2 Pelayanan Farmasi Klinik Dalam Konsultasi dan Pelayanan Informasi Obat

Untuk pemilihan, penggunaan, penetapan obat serta regimen obat yang tepat dan

peningkatan kepatuhan pasien, diperlukan konsultasi dan pelayanan informasi yang

akurat untuk dokter, apoteker, perawat, dan penderita. Dalam banyak hal, adalah sulit

memperoleh informasi yang lengkap dan objektif dari manufakturnya. Pelayanan

informasi yang formal dikembangkan apoteker rumah sakit sebagai sumber informasi

6
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
tentang berbagai aspek obat yang tidak bias bagi profesional kesehatan berkisar dari

informasi yang bersifat teoritis kimiawi dan farmakologi sampai ke masalah praktis

seperti ROM dan harga. Informasi obat adalah selalu merupakan bagian dari pelayanan

farmasi. Oleh karena itu, IFRS adalah sentra pelayanan informasi obat di rumah sakit.

Kegiatan yang menjadi sasaran informasi obat di rumah sakit, yang wajib dilayani

sentra informasi tersebut, antara lain:

1. Menjawab pertanyaan, dengan sasaran profesional kesehatan dan pasien.

2. Penyedia informasi untuk berbagai panitia di rumah sakit, misalnya:

Panitia Farmasi dan Terapi, Panitia Evaluasi Penggunaan Obat, Panitia Program

Pelaporan Reaksi Obat Merugikan, Panitia Pengendali Infeksi Nosokomial.

3. Informasi dalam buletin farmasi di rumah sakit

4. Informasi untuk materi edukasi obat bagi penderita dan profesional kesehatan

5. Informasi untuk program evaluasi penggunaan obat

6. Informasi untuk kegiatan penyelidikan obat

7. Penyediaan informasi obat bagi staf medis, yang bertujuan sebagai berikut:

a. Menetapkan tujuan terapi dan titik akhir terapi obat

b. Pemilihan zat terapi yang tepat untuk terapi obat

c. Penulisan regimen obat yang paling tepat

d. Pemantauan efek terapi obat berdasarkan indeks efek

e. Pemilihan metode penggunaan obat (konsumsi)

(Siregar, 2003)

2.3 Metabolisme Renal

Ginjal memiliki fungsi fisiologis penting mencakup menjaga keseimbangan

cairan dan elektrolit, sintesis, metabolisme dan sekresi hormon, serta ekskresi sisa

metabolisme. Ginjal mempunyai peran besar dalam proses ekskresi obat, hormon, dan

7
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
xenobiotic. Berbagai mekanisme seperti transport obat dalam tubula proximal pada jalur

sekretori telah lama dipelajari ilmuan. Begitu juga dengan transport reabsorpsi zat

organik seperti asam amino dan choline. Telah lama diketahui bahwa konsep-konsep

tersebut dihubungkan dengan kondisi pH pada difusi balik pasif nonionik. Berbeda

dengan fungsi ekskresinya, peran ginjal dalam metabolisme komponen endogenous

maupun exogenous merupakan suatu studi dan pengetahuan baru yang tidak mendapat

perhatian yang cukup besar (Lohr dkk., 1998)

Banyak pengetahuan mengenai metabolisme obat pada waktu lalu didasarkan

pada penelitian-penelitian dimana organ liver digunakan sebagai bahan uji coba. Namun

akhir-akhir ini, telah ditemukan bahwa ginjal juga ternyata aktif dalam metabolisme

sejumlah obat, hormon, dan xenobiotic. Dalam beberapa kasus tertentu proses

biotransformasi pada ginjal diketahui lebih besar daripada di hati seperti mekanisme

glycination asam benzoat. Bowsher (1983) telah menemukan bahwa pada mamalia,

aktivitas histamine-N-methyltransferase dan gamma-glutamyltransferase dijumpai

paling banyak pada ginjal dibandingkan dengan organ lainnya.

Berbagai informasi penting tentang peran ginjal yang signifikan dalam

metabolisme telah bermunculan sejak lebih dari 20 tahun lalu. Dimulai dari proses

aktivasi/inaktivasi beberapa komponen pada ginjal dan fungsinya menyediakan jalur

utama bagi disposisi obat. Dan yang terkini, informasi tentang produk metabolik yang

dihasilkan di ginjal yang ternyata berpeluang memiliki efek toksik. Para ilmuwan telah

mulai memahami bahwa pola aliran darah pada ginjal, asiditas urin, dan mekanisme

konsentrasi urin berkontribusi memfasilitasi konsentrasi komponen partikular pada

medulary dan papilary ginjal, yang terkadang, endapan pada tempat tersebut membawa

dampak yang menyebabkan kerusakan bagi ginjal (Lohr, 1998).

8
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
Dalam pelaksanaan layanan informasi obat masa kini, merupakan hak pasien

pengguna obat untuk memahami resiko nefrotoksisitas yang mungkin ditimbulkan oleh

obat-obat yang dimetabolisme di ginjal. Tercapainya pemahaman pasien ini menjadi

tanggung jawab farmasis sebagai tenaga kesehatan yang faham tentang obat. Untuk itu,

sistem pelayanan informasi obat harus menjadi salah satu prioritas yang penting untuk

dilaksanakan dan dikembangkan demi terlaksananya terapi obat yang efektif dan aman.

9
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
BAB III

METODOLOGI

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian dilaksanakan bersifat deskriptif dengan metode telaah pustaka. Data

sampel yang merupakan obat dengan bahan aktif yang dimetabolisme di ginjal,

selanjutnya diuraikan berdasarkan nama generiknya dengan penjelasan yang meliputi:

a. Indikasi
b. Bentuk Sediaan
c. Dosis
d. Penggunaan Obat
e. Kontraindikasi
f. Perhatian Khusus
g. Reaksi Obat Merugikan
h. Interaksi Obat
i. Anjuran Selama Penggunaan
j. Penyimpanan
k. Produk

3.2 Metode Pengambilan Sampel

Penarikan sampel dilakukan secara purposif terhadap data analisa penjualan

Depo Farmasi Griya Husada pada bulan Februari tahun 2008.

3.3 Cara Pengumpulan Data

Seluruh data yang terkumpul diperoleh dengan metode telaah pustaka.

10
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
BAB IV

HASIL PENGAMATAN

Hasil dari penelusuran pustaka untuk obat-obat yang dimetabolisme di ginjal

(lihat tabel 4.1) menunjukkan bahwa obat-obat tersebut mempunyai persen eliminasi

yang beragam pada jalur renal metabolisme. Berdasarkan pada data tersebut, dapat

difahami bahwa beberapa obat mengalami metabolisme baik di ginjal maupun di hati.

Di samping itu, dari keberagaman nilai persen eliminasi dapat dilihat bahwa obat-

obatan memiliki resiko nefrotoksisitas yang beragam. Semakin tinggi persen eliminasi

(pada jalur renal metabolisme) suatu obat, maka semakin tinggi pula resiko kerusakan

ginjal yang dapat ditimbulkannya.

Berdasarkan data analisa penjualan Depo Farmasi Griya Husada bulan Februari

2008, diketahui dari 607 item obat terdapat 8,73% (53 item) obat-obat yang

dimetabolisme melalui ginjal.

Penyediaan informasi untuk obat-obat yang dimetabolisme di ginjal diharapkan

dapat meningkatkan efektivitas obat-obat tersebut dan meminimalisir efek merugikan

pada penggunaannya.

11
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
4.1 Obat-Obat Yang Dimetabolisme Di Ginjal

Tabel 4.1 Obat-obat yang dimetabolisme di ginjal


No Nama Obat % eliminasi No Nama Obat % eliminasi
1 acebutolol 30 51 ceftriaxone 40-65
2 acetylcysteine 30 52 cefuroxime 95-100
3 aclofenac 10-50 53 cephalotin 50-80
4 acyclovir 75-80 54 cephapirin 50
5 alcuronium 80-95 55 cepharadine 80-95
6 allopurinol 30 56 chloramphenicole 5-10
7 alprazolam 20 57 chlorguanide 50
8 amantadine 100 58 chloroquine 55
9 amdinocillin 50-70 59 chlorpeniramine 20
10 amiloride 52 60 chlorpropamide 90
11 aminocaproic acid 70-86 61 cibenzoline 60
12 aminogluthemide 35-50 62 cimetidine 50-70
13 aminoglycosides (all) 100 63 cinoxacine 60
14 aminopyridine 90 64 ciprofloxacin 30-50
15 amosulalol 35 65 cisplatin 27-45
16 ampicillin 90 66 clavulanic acid 27-32
17 amrinone 10-40 67 clindamycin 10-15
18 atenolol 75-85 68 clodronate 70-90
19 auranofin 50 69 clofibrate 40-70
20 azlocillin 65 70 clonidine 40-50
21 aztreonam 65 71 cloxacillin 75
22 baclofen 70-80 72 colchicine 5-17
23 barbital 80 73 colistin 60-75
24 betaxolol 15 74 cyclophosphamide 10-15
25 bleomycin 60 75 cyloserine 50
26 bretylium 100 76 cytarabine 6
27 bumetanide 50 77 daosone 5-15
28 captopril 24-38 78 dehydroergotamine 11
29 carbenicillin 80 79 DHPG 91
30 carteolol 65 80 diazoxide 20
31 carumonam 70-90 81 dicloxacillin 60
32 cefadroxil 90-95 82 digitoxin 33
33 cefamandole > 95 83 digoxin 70-80
34 cefatrizine 80 84 disopyramide 40-60
35 cefazolin 80-100 85 doxazosin 5
36 cefclor 62 86 doxorubicine < 15
37 cefixime 16 87 doxycycline 40
38 cefmenoxime 80 88 dyphylline 85
39 cefonicid 82-96 89 enoxacin 60
40 cefoperazone 25 90 enprophylline 90
41 ceforanide 80-82 91 erythromycin 10-15
42 cefotaxime 60 92 ethambutol 80
43 cefotetan 80 93 etnocuximide 17-40
44 cefotiam 53 94 etoposide 36
45 cefoxitin 80 95 famotidine 65-80
46 cefpyramide 22 96 fenoprofen 30
47 cefroxadine 70 97 fentanyl 6-8
48 cefsulodine 50 98 flecainide 40
49 ceftazidime 70-80 99 flucytosine 80-90
50 ceftizoxime 90-100 100 fluorouracil <5

12
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
(lanjutan)
No Nama Obat % eliminasi No Nama Obat % eliminasi
101 flurbiprofen < 15 151 piroxicam 10
102 furosemide 50 152 polymixin B 60-90
103 gallamine 85-100 153 prazosin < 10
104 glipizide 80 154 prednisone 34
105 guanfacine 24-37 155 prenalterol 60
106 hydralazine < 10 156 procainamide 50-70
107 imepenem 70 157 propylthiouracil < 10
108 indometacin 30 158 pyridogstigmine 80-90
109 indoramine < 10 159 pyrimidone 40
110 isoniazid 5-25 160 quine 20
111 lidocain 5 161 quinidine 15-40
112 lincomycin 5-15 162 ranitidine 80
113 mannitol 80 163 rifampin < 10
114 medroxalol 8 164 sotalol 60-75
115 mefenamic acid <6 165 spectinomycin 75
116 meperidine 5-7 166 sulfadiazine 66
117 meprobamate 10 167 sulfamethoxazole 20-30
118 methadone 25 168 sulfasalazine 10-20
119 methicillin 85-90 169 sulfinpyrazone 25-50
120 methimazole 7 170 sulfisoxazole 50-55
121 methyldopa 50-65 171 sulindac 7
122 methylorednisolone 10 172 temocillin 85
123 metoclopramide 10-22 173 terazosin 15
124 metocurine 45-60 174 terbutaline 50
125 metoprolol 5-10 175 tetracycline 60
126 mexiletine 30-55 176 thiamphenicole 60-90
127 mezlocillin 60-70 177 ticarcillin 85-90
128 milrinone 85 178 timolol 15
129 minoxidil 12 179 tinidozole 25
130 morphine 10 180 tocainide 40
131 moxalactam 60-80 181 tolfenamic acid <8
132 nacatigmin 67 182 tolmetin 25
133 N-acetylprocainamide 85 183 tranexamic acid 90
134 nadolol 60-75 184 triamtene 7
135 nafcillin 25 185 trimethoprim 50
136 nalbuphine <7 186 tubocurarine 40-60
137 norfloxacin 30 187 valproate 3-7
138 oxacillin 45 188 vancomycin 90-100
139 p-aminosalicylic acid 40-60 189 vidarabine 40-60
140 pancuronium 30-40 190 vigabatrine 50
141 penbutolol 4-6 191 zidovudine 19
142 penicillamine 3-25 192 zopiclone 4-5
143 penicillin 90-100
144 pentamidine 100
145 phencyclidine 9-10
146 phenobarbital 20
147 pindolol 36-39
148 piperacillin 53-73
149 pirenzepine 10
150 pirmenol 25

13
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
4.2 Informasi Obat

Acyclovir

a. Indikasi

Infeksi herpes simpleks pada kulit dan membran mukosa, termasuk herpes genitalis

inisial dan rekurens. Mencegah kambuhnya infeksi herpes simpleks rekurens pada

penderita dengan imunokompeten. Mencegah infeksi herpes simpleks pada penderita

dengan gangguan sistem imun. Pengobatan herpes zoster.

b. Bentuk Sediaan

Tablet 200 dan 400 mg. Krim 5%.

c. Dosis

Dewasa, Herpes simpleks: 200 mg/4 jam atau 5 kali/hari tanpa dosis malam hari.

Penderita dengan gangguan imunologi (pasca transplantasi sumsum tulang): 400 mg 4

kali/hari, Herpes zoster/varicella: 800 mg/4 jam atau 5 kali/hari tanpa dosis malam hari.

Herpes simplex dengan gangguan fungsi ginjal berat (bersihan kreatinin <10 ml/mnt)

200 mg/12 jam, Bersihan kreatinin 10-25 ml/mnt: 800 mg/8 jam. Anak, Herpes simplex

pada usia <2 tahun: setengah dosis dewasa, varicella usia >6 tahun: 800 mg 4 kali/hari,

usia 2-6 tahun: 400 mg 4 kali/hari, usia <2 tahun: 200 mg atau 20 mg/kgBB 4 kali/hari,

maksimal 800 mg selama 5 hari.

d. Penggunaan Obat

Dapat diberikan bersama atau tidak bersama dengan makanan. Untuk kenyamanan

gastrointestinal dapat diberikan bersama dengan makanan.

14
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
e. Kontraindikasi

Hipersensitivitas.

f. Perhatian Khusus

Penderita dengan gangguan fungsi ginjal dan lansia dengan kelainan bersihan kreatinin.

Hamil dan laktasi.

g. Reaksi Obat Merugikan

Ruam kulit, reaksi neurologis yang reversibel, gangguan gastrointestinal, peningkatan

bilirubin dan enzim hati, peningkatan kadar urea dan kreatinin darah, penurunan indeks

hematologik, sakit kepala, dan rasa lelah.

h. Interaksi Obat

Waktu paruh ditingkatkan oleh probenesid.

i. Anjuran Selama Penggunaan

Konsultasikan bila pasien mempunyai riwayat penyakit lain (terutama pada

ginjal), hamil atau laktasi. Penggunaan obat untuk pencegahan tidak boleh dilaksanakan

tanpa berkonsultasi dengan dokter. Jaga area yang terinfeksi agar tetap bersih dan

kering. Jangan melakukan kontak seksual. Bagi perempuan yang sedang menstruasi,

penggunaan obat tetap dilaksanakan baik per oral ataupun topikal.

Bila pasien lupa menggunakan obat. Untuk tablet, gunakan segera dosis yang

terlupa pada hari tersebut begitu pasien mengingatnnya dengan interval. Untuk topikal,

oleskan obat segera setelah pasein mengingatnya dan lanjutkan pengolesan obat tiap

tiga jam sampai menjelang tidur.

15
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
j. Penyimpanan

Simpan dalam wadah tertutup pada suhu kamar dan kering. Hindarkan dari tempat yang

lembab serta jauhkan dari jangkauan anak-anak.

k. Produk

Acifar, Azovir, Danovir, Scanovir, Virpes, Virules, Zovirax, Zumasid, Zyclorax,

Matrovir, Kenrovir, Virtaz 200, dll

Alopurinol

a. Indikasi

Keadaan yang berhubungan dengan kelebihan kadar asam urat termasuk arthritis gout.

Pencegahan dan pengobatan batu ginjal pada penderita yang kadar asam urat dalam

serum dan urinnya meningkat.

b. Bentuk Sediaan

Tablet 100 mg dan 300 mg.

c. Dosis

Dewasa: 2-10 mg/kgBB/hari. Kasus ringan 100-200 mg/hari. Kasus berat maksimal 900

mg/hari. Anak <15 tahun: 10-20 mg/kgBB/hari atau 100-400 mg/hari.

d. Penggunaan Obat.

Diberikan segera setelah makan.

16
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
e. Kontraindikasi

Serangan gout yang akut. Hipersensitif. Kelainan hati dan supresi sumsum tulang.

Hiperurisemia asimtomatis.

f. Perhatian Khusus

Ruam kulit (hentikan pemberian), gangguan fungsi ginjal dan hati. Hamil dan laktasi.

Berkendaraan atau menjalankan mesin.

g. Reaksi Obat Merugikan

Ruam kulit, disfungsi hati dan ginjal, diare, mual, muntah, mengantuk, sakit kepala, rasa

logam. Nekrolisis epidermal toksis, sindroma Steven-Johnson, trombositopenia,

hipersensitif alopurinol. Serangan akut arhtritis gout pada awal terapi.

h. Interaksi Obat

Dapat meningkatkan toksisitas siklofosfamid dan sitotoksik, menghambat metabolisme

warfarin di hati, meningkatkan efek azatriopin dan merkapturin, memperpanjang waktu

paruh klorpropamid dan meningkatkan resiko hipoglikemia (terutama pada pasien

dengan gangguan fungsi ginjal). Efek alopurinol dikurangi oleh salisilat dan urikosurik.

i. Anjuran Selama Penggunaan

Jangan mengkonsumsi terlalu banyak vitamin C bersamaan dengan obat ini

karena dapat menimbulkan urin asam dan menyebabkan batu ginjal. Konsultasikan bila

mempunyai riwayat penyakit lain atau sedang mengkonsumsi obat lain.

17
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
Bila lupa mengkonsumsi obat, segera ambil dosis yang terlupa pada hari tersebut

dengan interval begitu pasien mengingatnya. Jangan gunakan dosis ganda. Bila pasien

lupa dua kali atau lebih, konsultasikan ke dokter.

j. Penyimpanan

Simpan dalam wadah tertutup pada suhu kamar. Hindarkan dari panas dan cahaya

langsung serta jauhkan dari jangkauan anak-anak.

k. Produk

Algut, Isoric, Zyloric, Xanturic, Alofar, Puricemia, Urica, Reucid, Hycemia, dll

Alprazolam

a. Indikasi

perawatan anxietas, terapi pendukung untuk depresi, mengatasi serangan panik.

b. Bentuk Sediaan

Tablet 0.25 mg, 0.5 mg, 1 mg dan 2 mg. Larutan 0.1 mg/ml dan 1 mg/ml.

c. Dosis

Anxietas: 0,5-4,0 mg/hari dalam dosis terbagi. Depresi: 2,5-3,0 mg/hari. Panik: 2 mg

per hari. Gangguan fungsi hati: dikurangi 50-60%.

d. Penggunaan Obat

Bisa digunakan bersama atau tidak bersama dengan makanan.

18
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
e. Kontraindikasi

Hipersensitivitas, nyeri parah yang tidak terkontrol, glaukoma sudut sempit, depresi

pernafasan parah, depresi sistem saraf pusat, kehamilan dan laktasi.

f. Perhatian khusus

Hamil dan menyusui dan penderita yang merencanakan kehamilan.

g. Reaksi Obat Merugikan

Ataxia, mengantuk, disarthria, fatique, gangguan memori, perasaan bingung. Dapat

timbul rash dan kadang-kadang dermatitis. Penurunan libido dan gangguan menstruasi.

Perubahan nafsu makan, perubahan berat badan, xerostomia. Dapat terjadi hipotensi,

dan terkadang terjadi tinnitus pada otot.

h. Interaksi Obat

Bersama karbamazepin, rifampin, rifabutin dapat meningkatkan metabolisme

alprazolam dan menurunkan efikasinya. Beberapa obat yang dapat meningkatkan kadar

serum alprazolam sehingga terjadi toksisitas antara lain: amprenavir, simetidin,

siprofloxacin, klaritromisin, klozapin, depresan SSP, diltiazem, digoksin, disulfiram,

eritromisin, etanol, flukonazol, loxapin, mikonazol, rifampin, asam valproat, dan

verapamil.

i. Anjuran Selama Penggunaan

Selama penggunaan obat ini sebaiknya hindari konsumsi alkohol dan obat-obat

antidepresan yang lain. Hindari aktivitas membutuhkan koordinasi otot seperti menyetir

atau menjalankan mesin. Konsumsi obat ini menurut dosis yang dianjurkan karena bisa

19
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
menimbulkan ketergantungan. Hindari penghentian secara mendadak setelah

penggunaan jangka lama dan segera hubungi dokter bila terjadi efek merugikan yang

berat berkaitan dengan penggunaan obat ini.

Bila pasien lupa menggunakan obat, gunakan dosis yang terlupa segera setelah

pasien ingat. Namun bila dosis tersebut berdekatan jadwal penggunaan berikutnya maka

tinggalkan dan ikuti jadwal yang berikutnya saja. Jangan sampai menggunakan dosis

ganda.

j. Penyimpanan

Disimpan dalam wadah tertutup dan jauh dari jangkauan anak-anak, pada suhu kamar,

dan terhindar dari sinar matahari langsung.

k. Produk

Alganax, Alviz, Atarax, Calmlet, Xanax, Zypraz, dll.

Asam Mefenamat

a. Indikasi

Reumatik, nyeri punggung bawah, nyeri otot dan akibat trauma. Nyeri telinga, sakit

gigi, sakit kepala, migren, skiatika, demam, dismenore, menorragia.

b. Bentuk Sediaan

Tablet salut 500 mg. Kapsul 250 mg dan 500 mg.

c. Dosis

Dewasa dan anak >14 tahun dosis awal 500 mg, dilanjutkan 250 mg/6 jam.

20
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
d. Penggunaan Obat

Digunakan segera setelah makan.

e. Kontraindikasi

Kerusakan ginjal atau hati, tukak peptik atau tukak usus, inflammatory bowel disease.

f. Perhatian Khusus

Hamil dan laktasi, anak <14 tahun, gangguan fungsi ginjal dan hati, epilepsi, dan

dehidrasi.

g. Reaksi Obat Merugikan

Gangguan gastrointestinal, tukak peptik, sakit kepala, pusing, mengantuk, gugup,

gangguan penglihatan,diare, ruam kulit, diskardia darah, nefropati.

h. Interaksi Obat

Meningkatkan efek antikoagulan kumarin.

i. Anjuran Selama Penggunaan

Sebaiknya obat ini digunakan hanya bila nyeri timbul. Jangan menyetir atau

mengoperasikan alat beresiko tinggi bila sedang mengkonsumsinya. Gunakan setelah

perut terisi. Jangan gunakan aspirin bersama dengan obat ini. Hindari alkohol karena

dapat memperparah efek iritasi lambung dan segera hubungi dokter bila terjadi efek

berkaitan dengan penggunaan obat ini.

21
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
Bila pasien lupa menggunakan obat, gunakan dosis yang terlupa segera setelah

pasien ingat. Namun bila dosis tersebut berdekatan jadwal penggunaan berikutnya maka

tinggalkan dan ikuti jadwal yang berikutnya saja. Jangan sampai menggunakan dosis

ganda.

j. Penyimpanan

Disimpan dalam wadah tertutup dan jauh dari jangkauan anak-anak.

k. Produk

Analspek, Asam Mefenamat Landson, Asimat, Benostan, Ponstan, Mefinal, Poncofen,

Mectan, Licostan, Lapistan, Femisik, dll.

Cefixime

a. Indikasi

Infeksi saluran kemih tanpa komplikasi, otitis media, faringitis, tonsilitis, bronkitis akut

dan eksaserbasi akut. Terapi demam tipoid pada anak dengan multiresisten terhadap

pengobatan standar. Gonorrhoe tak terkomplikasi yang disebabkan Neisseria

gonorrhoeae (jenis penghasil penisilinase dan nonpenisilinase).

b. Bentuk Sediaan

Kapsul 50 mg, 100 mg. Tablet film coated 200 mg. Sirup kering 100 mg/5 ml.

c. Dosis

Dewasa dan anak ≥30 kg 50-100 mg 2 kali/hari. Untuk infeksi yang lebih berat atau

refrakter: sd 200 mg 2 kali/hari. Anak: 1,5-3,0 mg/kgBB 2 kali/hari, infeksi yang lebih

22
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
berat atau refrakter: 6 mg/kgBB 2 kali/hari. Gonorhoe tak terkomplikasi: 400 mg dalam

dosis tunggal.

d. Penggunaan Obat

Gunakan obat segera setelah makan.

e. Kontraindikasi

Riwayat syok karena cefixime. Hipersensitif. Anak <6 bulan.

f. Perhatian Khusus

Hipersensitif terhadap penisilin, riwayat atopik, gangguan fungsi ginjal berat. Pasien

yang menggunakan makanan parenteral. Lansia, pasien dengan kelemahan fisik. Hamil,

laktasi, anak usia 6 bulan.

g. Reaksi Obat Merugikan

Syok, hipersensitif, gangguan hematologi, gangguan gastrointestinal, defisiensi vitamin

K.peningkatan hasil tes fungsi hati, disfungsi ginjal, gangguan pernafasan, sakit kepala

atau pusing.

h. Interaksi Obat

Aminoglikosida dapat meningkatkan resiko nefrotoksisitas

23
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
i. Anjuran Selama Penggunaan

Seluruh obat yang diresepkan harus di konsumsi sampai habis meskipun pasien

telah merasa lebih baik untuk mengurangi resiko resistensi. Konsultasikan keadaan

pasien yang berhubungan dengan penggunaan obat ini.

Bila pasien lupa mengkonsumsi obat, segera ambil dosis tersebut begitu pasien

mengingatnya. Namun bila pasien mengingat pada jadwal selanjutnya, maka gunakan

dosis untuk jadwal selanjutnya saja.

j. Penyimpanan

Simpan dalam wadah tertutup pada suhu kamar. Hindarkan dari panas dan cahaya

langsung serta jauhkan dari jangkauan anak-anak.

k. Produk

Cefspan, Ceptik, Comsporin, Ethifix, Fixacep, Fixef, dll.

Ciprofloxacin

a. Indikasi

Infeksi saluran nafas, telinga tengah, sinus, mata, ginjal, dan saluran kemih (termasuk

prostatitis), infeksi saluran kemih tanpa komplikasi (sistitis), infeksi organ kelamin

(termasuk gonorrhoe), perut (gastrointestinal, saluran empedu, peritonitis), kulit dan

jaringan lunak, tulang dan sendi, septikemia, infeksi pada pasien dengan penurunan

daya tahan tubuh, dan untuk dekontaminasi selektif pada usus.

b. Bentuk Sediaan

Tablet 250 mg, 500 mg, 750 mg. IV infus 200 mg/100 ml. Tablet SR 500 mg, 1000 mg.

24
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
c. Dosis

Tablet 250-750 po 2 kali/hari atau 200-400 mg iv 2 kali/hari. Gonorrhoe akut dosis

tunggal 250 mg po atau 100 mg iv. Kurangi bersihan bila kreatinin <20 ml/mnt. Tablet

SR, ISK tanpa komplikasi 500 mg 1 kali/hari selama 3 hari. ISK dengan komplikasi

atau pyelonefritis akut tanpa komplikasi 1000 mg 1 kali/hari selama 7-14 hari.

d. Penggunaan Obat

Dapat diberikan bersama dengan makanan untuk kenyamanan gastrointestinal. Jangan

diberikan bersama dengan antasida, Fe, atau produk susu. Tablet SR jangan dikunyah.

e. Kontraindikasi

Riwayat hipersensitif dengan siprofloksasin atau gol quinolon lainnya. Anak, remaja,

hamil atau laktasi.

f. Perhatian Khusus

Penderita dengan epilepsi atau kerusakan SSP.

g. Reaksi Obat Merugikan

Gangguan gastrointestinal, SSP, hpersensitivitas, muskuloskeletal, kardiovaskuler dan

reaksi lain. Efek pada darah dan parameter lab. Kolitis pseudomembran (sangat jarang).

Mengantuk, sakit kepala, malaise.

25
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
h. Interaksi Obat

Antasida yang mengandungg mineral dapat menurunkan absorpsi ciprofloxacin. Dapat

meningkatkan kadar teofilin plasma dan warfarin. Pemberian bersama AINS dapat

menimbulkan konvulsi. Bersama siklosporin dapat menyebabkan peningkatan

sementara kadar kreatinin serum.

i. Anjuran Selama Penggunaan

konsultasikan bila pasien mempunyai riwayat penyakit lain, sedang

menggunakan obat lain, dan informasikan ke dokter bila mengalami efek samping

berkaitan dengan penggunaan obat ini. Minumlah air putih setidaknya 8 gelas per hari

untuk mengurangi reaksi obat yang tidak dikehendaki. Dan hindari konsumsi banyak

kopi, teh, atau yang mengandung kafein lainnya.

Sangat penting untuk memperhatikan jadwal penggunaan obat ini. Bila pasien

terlupa, segera ambil dosis tersebut setelah pasien ingat. Namun bila dosis yang terlupa

tersebut berdekatan dengan jadwal penggunaan selanjutnya maka gunakan dosis pada

jadwal selanjutnya saja.

j. Penyimpanan

Simpan obat dalam wadah tertutup pada suhu kamar. Hindarkan dari panas dan cahaya

langsung serta jauhkan dari jangkauan anak-anak.

k. Produk

Bactiprox, Baquinor, Ciflos, Ciproxin, Floksid, Floxbio, Girabloc, Interflox, Jayacin,

Kifarox, Lapiflox, Meflosin, dll.

26
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
Cefotiam

a. Indikasi

Infeksi oleh kuman yang peka terhadap sefotiam, Staphylococcus sp., Streptococcus sp.

(kecuali enterokokus), sterp. Pneumonie, N gonorrhoe, B katarhalis, E coli, sitrobakter,

Klebsiela sp., P mirabilis, H influinzae. Faringolaringitis, bronkitis, tonsilitis,

bronkiektasis terinfeksis, infeksi sekunder penyakit saluran nafas dan pneumonia.

Pielonefritis, sistisis, uretritis. Folikulitis, akne pustulosa, furunkel, furunkulosis,

karbunkel, erisipelas, selulitis, limfadenitis, felon, paronikia, abses SK, hidradenitis,

infeksi ateroma, abses perianal. Mastitis, infeksi superfisial sekunder karena trauma atau

luka operasi. Blefaritis,hordeolum, dakriosistisis, tarsadenitis, ulkus kornea. Otitis

media, sinusitis. Septikemia, luka pasca operasi, infeksi luka bakar, osteomielitis,

artritis bernanah, kolangitis, kolesistisis, peritonis.

b. Bentuk Sediaan

Tablet 200 mg. Vial 1 g.

c. Dosis

Tablet 200-400 mg sampai 1200 mg/hari terbagi dalam 3 dosis. Vial 0,5-2 g/hari

terbagi dalam 2-4 dosis. Septikemia: sampai 4 g/hari

d. Penggunaan Dosis

Diberikan segera sebelum makan

e. Kontraindikasi

Hipersensitif, gagal ginjal akut, gangguan hati

27
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
f. Perhatian

Alergi terhadap penisillin, gangguan saluran gastrointestinal, hamil atau laktasi, anak,

defisiensi vitamin K

g. Reaksi Obat Merugikan

Syok, reaksi hipersensitif, pusing, sakit kepala, mati rasa, nyeri dada, malaise, edema

pada muka. Jarang: sindroma Steven-Johnson & Lyell, penumonia, trombositopenia,

kecenderungan berdarah, kolitis pseudomembran, ikterus.

h. Interaksi Obat

Aminoglikosida dan diuretik dapat menyebabkan nefrotoksisitas.

i. Anjuran Selama Penggunaan

Seluruh obat yang diresepkan harus digunakan seluruhnya sesuai aturan dosis

untuk memperkecil resiko resistensi. Konsultasikan bila pasien mempunyai riwayat

penyakit (khususnya gagal ginjal) atau mengalami reaksi yang tidak diinginkan selama

penggunaan obat ini.

Sangat penting untuk memperhatikan jadwal penggunaan obat ini. Bila pasien

terlupa, segera ambil dosis tersebut setelah pasien ingat. Namun bila dosis yang terlupa

tersebut berdekatan dengan jadwal penggunaan selanjutnya maka gunakan dosis pada

jadwal selanjutnya saja.

28
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
j. Penyimpanan

Simpan obat dalam wadah tertutup pada suhu kamar. Hindarkan dari panas dan cahaya

langsung serta jauhkan dari jangkauan anak-anak.

k. Produk

Aspil, Cefradol, Ceradolan, Ethidol, Fodiclo, Fotaram, dll

Cefuroxim

a. Indikasi

Infeksi saluran nafas bawah, infeksi saluran kemih, infeksi jaringan lunak, tulang dan

sendi, infeksi obstetrik dan ginekologis, gonorrhoe, septikemia dan meningitis,

profilaksis pada infeksi abdomen, pelvis, ortopedik, jantung, paru, operasi esofageal dan

vaskuler.

b. Bentuk Sediaan

vial 750 mg dan 1 g. Tablet selaput 500 mg

c. Dosis

Dewasa: 750-2 g/8 jam selama 5-10 hari. Anak: 30-100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4

dosis.

d. Penggunaan Obat

Obat digunakan sebelum/sesudah makan.

29
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
e. Kontraindikasi

Hipersensitif terhadap sefalosporin.

f. Perhatian Khusus

Reaksi anafilaksis terhadap penisilin, penggunaan bersama diuretik, gangguan ginjal.

g. Reaksi Obat Merugikan

Hipersensitivitas, gangguan gastrointestinal, perubahan hematologi, superinfeksi, resa

sakit pada tempat injeksi (im), kadang tromboplebitis (iv).

h. Interaksi Obat

Aminoglikosida, diuretik poten dan probenesid, dapat meningkatkan nefrotoksisitas.

i. Anjuran Selama Penggunaan

Seluruh obat yang diresepkan harus digunakan seluruhnya sesuai aturan dosis

untuk memperkecil resiko resistensi. Konsultasikan bila pasien mempunyai riwayat

penyakit (khususnya gagal ginjal) atau mengalami reaksi yang tidak diinginkan selama

penggunaan obat ini.

Sangat penting untuk memperhatikan jadwal penggunaan obat ini. Bila pasien

terlupa, segera ambil dosis tersebut setelah pasien ingat. Namun bila dosis yang terlupa

tersebut berdekatan dengan jadwal penggunaan selanjutnya maka gunakan dosis pada

jadwal selanjutnya saja.

30
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
j. Penyimpanan

Simpan obat dalam wadah tertutup pada suhu kamar. Hindarkan dari panas dan cahaya

langsung serta jauhkan dari jangkauan anak-anak.

k. Produk

Anbacim, Cefurox, Celocid Dexa Medica, Celocid Ferron, Cethixim, Kalcef, Kenacef,

Roxbi, Sharox, dll.

Digoksin

a. Indikasi

Payah jantung kongestif akut dan kronik, takikardia supraventrikuler paroksismal.

b. Bentuk Sediaan

Tablet 0,25 mg

c. Dosis

Dewasa, Digitalisasi cepat (24-36 jam): 4-6 tab/hari, kemudian 1 tablet pada interval

waktu tertentu sampai kompensasi tercapai. Digitalisasi lambat (3-5 hari): 2-6 tab/hari

dalam dosis terbagi. Terapi penunjang: 1-3 tab/hari. Anak <10 tahun, Digitalisasi cepat:

25 mcg/kg BB pada interval tertentu sampai kompensasi tercapai. Terapi penunjang 10

mcg/kgBB/hari.

d. Penggunaan Obat

Dapat digunakan bersama atau tidak bersama dengan makanan.

31
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
e. Kontraindikasi

Takikardia ventrikular dan fibrilasi ventrikular, blok AV komplit dan derajat dua. Henti

sinus, dan sinus bradikardia berlebih.

f. Perhatian Khusus

Penderita gangguan sinoatrial. Hipokalemia, hipomagnesia, hiperkalsemia, penyakit

tiroid, sindroma malabsorpsi atau rekonstruksi gastrointestinal. Blok jantung parsial,

miokarditis akut, jantung reumatik, kerusakan fungsi ginjal. Hamil.

g. Reaksi Obat Merugikan

Gangguan gastrointestinal dan SSP ( anoreksia, bingung, disorientasi, afasia, gangguan

penglihatan). Gangguan frekuensi, konduksi, dan irama jantung. Reaksi alergi kulit

(pruritus, urtikaria) dan ginekomastia.

h. Interaksi Obat

Bersama Ca dosis tinggi, obat psikotropika termasuk litium dan simpatomimetik, dapat

memperbesar resiko aritmia jantung. Bersama kuinidin, antagonis Ca, amiodaron,

spironolakton, triamtren, eritromisin, dan tetrasiklin, dapat meningkatkan kadar

digoksin dalam serum. Bersama kolestiramin, kolestipol, antasida dan neomisin, dapat

mengganggu absorpsi digoksin dalam usus.

i. Anjuran Selama Penggunaan

Pasien harus menggunakan pola makan yang rendah sodium. Konsultasikan bila

pasien mempunyai riwayat penyakit lain (terutama hati, ginjal, paru-paru, tiroid) atau

32
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
menggunakan obat-obat lain secara bersamaan dengan digoksin juga bila pasien hamil

atau menyusui.

Bila terlupa mengkonsumsi obat ini maka jangan ambil dosis tersebut. Konsumsi

seperti dosis reguler pada jadwal selanjutnya saja. Jangan ambil dosis ganda. Dan

konsultasikan ke dokter bila pasien lupa mengkonsumsi obat dua kali atau lebih.

j. Penyimpanan

Simpan obat dalam wadah tertutup dan jauh dari jangkauan anak-anak. Letakkan obat

pada suhu kamar.

k. Produk

Digoxin Sandoz, Fargoxin, Lanoxin, dll.

Furosemida

a. Indikasi

Edema karena payah jantung, insufisiensi ginjal, kelainan paru, serebral dan gangguan

pembuluh darah perifer. Asietes hati. Edema pada kehamilan setelah trimester kedua,

edema premenstrual, enuresis nokturna, hipertensi ringan dan sedang.

b. Bentuk Sediaan

Tablet 40 mg. Ampul 10 mg/ml.

c. Dosis

Dewasa: 20-40 mg 1-3 kali/hari. Anak: 1-3 mg/kgBB/hari.

33
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
d. Penggunaan Obat

Dapat diberikan bersama atau tidak bersama dengan makanan. Untuk kenyamanan pada

gastrointestinal dapat diberikan bersama makanan.

e. Kontraindikasi

Pasien dengan gangguan fungsi ginjal, oliguria, anuria, hipokalemia, hiponatremia,

hipotensi, koma hepatik kehamilan muda, terapi bersama litium.

f. Perhatian Khusus

Diabetes melitus, riawayat gout, gangguan fungsi hati dan ginjal, hiperurisemia, riwayat

SLE, gangguan pendengaran, hipertropi prostat, pankreatitis, dan hamil.

g. Reaksi Obat Merugikan

Hiperurisemia, hipokalemia, hiponatremia, anoreksia, azotemia, reaksi hipersensensitif,

reaksi dermatologi, gangguan gastrointestinal, denyut jantung tak teratur, reaksi

hematologi. Haus, sakit kepala, dan pusing.

h. Interaksi Obat

Mempotensiasi efek antihipertensi, d-tubokurarin. Hipoglikemi, obat anti gout.

Meningkatkan toksisitas aminoglikosida, sefalosporin, salisilat, litium dan glikosida

jantung. Efektifitas diuretik diturunkan oleh probenesid. Hipotensi ortostatik

ditingkatkan oleh alkohol, narkotika, dan barbiturat. Adenokortikoid amfoterisin B atau

ACTH mengakibatkan ketidakseimbangan elektrolit berat.

34
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
i. Anjuran Selama Penggunaan

Konsumsi makanan yang rendah sodium atau rendah garam, mengandung

potassium (pisang, jus jeruk, dll), suplemen potassium. Lakukan olah raga teratur.

Konsultasikan bila pasien mempunyai riwayat penyakit atau sedang mengkonsumsi obat

lain. Jangan berhenti menggunakan obat yang telah diresepkan walaupun pasien merasa

baikan tanpa berkonsultasi dengan dokter. Lakukan penimbangan berat badan selama

penggunaan dan bila pasien kehilangan berat badan yang cepat maka konsultasikan ke

dokter.

Bila pasien lupa mengkonsumsi obat, ambil dosis yang terlupa tersebut segera

setelah pasien mengingatnya tapi jangan gunakan dosis ganda.

j. Penyimpanan

Simpan obat ini dalam wadah tertutup pada temperatur kamar, hindari sinar matahari

langsung dan jauhkan dari jangkauan anak-anak. Untuk sediaan furosemid cair, simpan

obat dalam lemari pendingin.

k. Produk

Lasix, Uresix, Classic, Diurefo, Farsix, Impugan, Edemin, Cetasix, Farsiretic, dll.

Isoniazid

a. Indikasi

Tuberkulosis (dikombinasikan dengan antituberkulosis lain).

b. Bentuk Sediaan

Tablet 100 mg, 300 mg. Tablet Salut 400 mg.

35
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
c. Dosis

Dewasa: 4-5 mg/kgBB/hari dosis tunggal atau terbagi maksimal 300 mg/hari. Anak: 10-

20 mg/kgBB/hari maksimum 300 mg/hari.

d. Penggunaan Obat

Paling baik diberikan pada saat perut kosong, 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan.

Namun untuk kenyamanan gastrointestinal dapat diberikan bersama makanan.

e. Kontraindikasi

Penyakit hati yang diinduksi obat, hipersensitif.

f. Perhatian Khusus

Pasien dengan riwayat alkoholik psikotik, hamil atau laktasi, porfiria, gangguan fungsi

hati dan ginjal, epilepsi

g. Reaksi Obat Merugikan

Neuritis perifer, neuritis optik, nekrosis hepatotoksis, insomnia, kedutan pada otot,

kejang, distres epigastrium, episode psikotik, reaksi hipersensitivitas, agranulositosis,

hepatitis, pelagra, hiperglikemia, ginekomastia.

h. Interaksi Obat

Asam p-aminosalisilat dapat meningkatkan kadar dalam jaringan. Rifampisin

meningkatkan kerusakan hati, disulfiram dapat meningkatkan toksisitas, piridoksin

36
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
mengurangi efek INH, INH meningkatkan efek fenitoin, menghambat metabolisme

pirimidon, dan mengurangi tolerasi alkohol.

i. Anjuran Selama Penggunaan

Seluruh obat yang diresepkan harus digunakan seluruhnya sesuai aturan dosis

untuk memperkecil resiko resistensi. Konsultasikan bila pasien mempunyai riwayat

penyakit (khususnya gagal hati dan ginjal) atau mengalami reaksi yang tidak diinginkan

selama penggunaan obat ini.

Sangat penting untuk memperhatikan jadwal penggunaan obat ini. Bila pasien

terlupa, segera ambil dosis tersebut setelah pasien ingat. Namun bila dosis yang terlupa

tersebut berdekatan dengan jadwal penggunaan selanjutnya maka gunakan dosis pada

jadwal selanjutnya saja.

j. Penyimpanan

Simpan obat dalam wadah tertutup pada suhu kamar. Hindarkan dari panas dan cahaya

langsung serta jauhkan dari jangkauan anak-anak.

k. Produk

INH Ciba, INHA 400, dll.

Kaptopril

a. Indikasi

Hipertensi dan gagal jantung kongestif.

37
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
b. Bentuk Sediaan

Tablet 12,5 mg dan 25 mg.

c. Dosis

Hipertensi: 12,5-25 mg 2-3 tab/hari, GJK: 6,25-12,5 mg 2-3 tab/hari maksimal 400

mg/hari. Anak: 0,3 mg/kg BB/hari.

d. Penggunaan Obat

Diberikan pada saat perut kosong 1 jam sebelum atau 2 jam setelah makan.

e. Kontraindikasi

Hipersensitif terhadap ACE Inhibitor, gagal ginjal, stenosis aorta, hamil atau berpotensi

hamil, dan laktasi.

f. Perhatian Khusus

Penderita penyakit kolagen vaskuler, gangguan ginjal. Hentikan penggunaan bila terjadi

gejala angiodema. Lakukan pemeriksaan hitung leukosit dan protein urin secara

periodik. Pasien hamil dan anak.

g. Reaksi Obat Merugikan

Proteinuria, peningkatan ureum dan kreatinin darah, idiosinkrasi, ruam kulit (terutama

pruritus), netropenia, anemia, trombositipenia, hipotensi, batuk kering, gangguan

gastrointestinal, dan takikardia.

38
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
h. Interaksi Obat

Efek hipotensi ditingkatkan oleh diuretik dan antihipertesi lain, namun diturunkan oleh

indometasin dan salisilat. Berinteraksi dengan imunosupresan, suplemen K, probenesid,

AINS, dan minoksidil.

i. Anjuran Selama Penggunaan

Ukur secara berkala tekanan darah pasien. Hentikan kebiasaan merokok dan

jauhi pemicu stres, lakukan olahraga aerobik teratur serta hindari makanan yang kaya

sodium untuk mendukung menstabilkan tekanan darah. Beritahukan kepada dokter bila

pasien hamil atau menggunakan obat-obatan lain yang dapat berinteraksi dengan

kaptopril.

Bila lupa mengkonsumsi obat, segera ambil dosis yang terlupa untuk satu hari

tersebut. Jangan mengkonsumsi dosis ganda.

j. Penyimpanan

Disimpan dalam wadah tertutup, pada suhu kamar. Jangan diletakkan pada tempat

lembab serta jauhi dari jangkauan anak-anak.

k. Produk

Acepress, Capoten, Captensin, Casipril, Farmoten, Forten, Lotensin, Tensicap, dll.

Metilprednisolon

a. Indikasi

Insufisiensi adrenal perifer dan sekunder, hiperplasia adrenal, rheumatoid arthritis,

arthritis kronik juvenilis, spondilitis ankilosa, pemfigus vulgaris, SLE, dermatomiositis

39
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
sistemik, karditis reumatik akut, rinitis alergi perenial, reaksi hipersensitivitas terhadap

obat, serum sickness, dermatitis kontak alergi, asma bronkial, uveitis anterior dan

posterior, neuritis optik, sarkoid paru, pneumonitis aspirasi, ITP (pada dewasa),

trombositopenia sekunder (pada dewasa), anemia hemolitik, eritoblastopenia, leukimia

dan limfoma (pada dewasa), leukimia kut (pada Anak), kolitis ulseratif, eksaserbasi akut

pada sklerosis multipel.

b. Bentuk Sediaan

Tablet 4 mg, 8 mg, dan 16 mg.

c. Dosis

Dewasa: 4-48 mg/hari tergantung jenis penyakit dan respon pasien lalu diturunkan

sampai dosis minimal efektif. Sklerosis multipel: 160 mg/hari selama 1 minggu diikuti

dengan 64 mg/2 hari selama 1 bulan. Anak, Insufisiensi adrenokortikal: 0,117

mg/kgBB/hari dalam 3 dosis terbagi, indikasi lain: 0,417-1,67 mg/kgBB/hari dalam 3-4

dosis terbagi.

d. Penggunaan Obat

Gunakan setelah makan

e. Kontraindikasi

Tuberkulosis, infeksi jamur sistemik, varisela, keratitis herpes simpleks, tukak peptik,

sindrom Chusing, psikosis akut, belum lama mendapat imunisasi, anak <6 tahun.

40
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
f. Perhatian Khusus

Penggunaan jangka lama dapat menyebabkan katarak subkapsular posterior, glaukoma

dengan kemungkinan terjadi kerusakan saraf mata, peningkatan infeksi mata sekunder

karena jamur dan virus. Hindari penghentian terapi secara mendadak. Hamil dan laktasi.

Riwayat hipertensi, ulkus gaster, diabetes melitus, osteoporosis, diverkulitis,

anastomosis inteatinal yang masih baru, gagal jantung kongestif, insufisiensi ginjal.

Dapat menyebabkan menghambat pertumbuhan bayi, anak dan remaja.

g. Reaksi Obat Merugikan

Hipertensi, retensi urin, retensi cairan tubuh, alkalosis hipokalemia, kehilangan K,

kelemahan otot, miopati steorid, osteoporosis, ulkus gaster, pankreatitis, distensi

abdomen, esofagitis ulseratif, peningkatan enzim hati, luka lambat sembuh, ptekiae,

ekimosis, eritema, sakit kepala, pseudotumor serebri, hambatan pertumbuhan anak, haid

tidak teratur, insufisiensi adrenal sekunder, peningkatan glukoneogenesis, dan

penurunan sensitivitas terhadap insulin. Sindrom Chusing.

h. Interaksi Obat

Menurunkan efektivitas fenitoin, fenobarbital, rifampisin, diuretik, anti kolinesterase,

hipoglikemik, salisilat. Juga berinteraksi dengan glikosida jantung dan antikoagulan

derivat kumarin.

i. Anjuran Selama Pengobatan

Informasikan ke dokter seluruh riwayat penyakit pasien, bila pasien hamil atau

laktasi, serta semua efek yang timbul setelah penggunaan obat. Jangan melakukan

41
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
vaksinasi atau imunisasi selama penggunaan obat ini. Konsumsi makanan rendah

sodium, rendah garam, kaya potassium, atau kaya protein.

Bila pasien lupa mengkonsumsi obat. Untuk dosis 1 kali/hari, segera ambil dosis

yang terlupa begitu pasien mengingatnya. Namun bila tidak teringat sampai jadwal

dosis berikutnya, ambil obat untuk jadwal selanjutnya saja. Untuk dosis >1 kali/hari,

segera ambil dosis yang terlupa pada hari tersebut begitu pasien mengingatnya dengan

interval. Namun bila pasien teringat pada saat jadwal dosis selanjutnya maka boleh

dikonsumsi dua dosis sekaligus.

j. Penyimpanan

Simpan dalam wadah tertutup pada suhu kamar. Hindarkan dari panas dan sinar

langsung serta jauhkan dari jangkauan anak-anak.

k. Produk

Advantan, Methylprednisolone OGB Dexa, Lameson, Medrol, Meprilon, Methylon,

Stenirol, Tisolon 4, Yalone, Intidrol, Depo Medrol, Urbason, dll.

Piroxicam

a. Indikasi

Mengatasi rasa nyeri dan inflamasi, dan kekakuan pada rheumatoid arthritis dan osteo

arthritis. Gangguan muskuloskeletal akut pasca traumatik, termasuk tendinitis,

tenosinovitis, periarthritis, keseleo, tegang otot dan nyeri pungguang bawah. Gout akut,

spondilitis ankilosa, dismenore, nyeri pasca operasi dan trauma.

42
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
b. Bentuk Sediaan

Kapsul 10 mg dan 20 mg. Topikal Gel 0,5%

c. Dosis

RA, OA, spondilitis ankilosa: 10-20 mg/hari. Gangguan otot rangka akut: Awal 40

mg/hari pada 2 hari pertama, kemudian 20 mg sampai 2 minggu. Gout, dismenore: 40

mg/hari. Nyeri pasca operasi/trauma: 20 mg/hari.

d. Penggunaan obat

Diberikan segera setelah makan

e. Kontraindikasi

Hipersensitif terhadap aspirin, riwayat ulkus atau pendarahan gastrointestinal. Riwayat

serangan asma, rinitis, angiodema, urtikaria, polip nasal.

f. Perhatian Khusus

Penderita gangguan fungsi ginjal, kelainan kardiovaskuler, hamil dan usia lanjut.

g. Reaksi Obat Merugikan

Gangguan dan pendarahan gastrointestinal, ulkus peptik, sakit kepala, pusing,

penglihatan kabur, tinitus, ruam kulit, pruritus, dan edema.

h. Interaksi Obat

Bersama aspirin dan lithium dapat meningkatkan resiko nefrotoksisitas. Dengan

warfarin dapat menambah resiko pendarahan gastrointestinal.

43
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
i. Anjuran Selama Penggunaan

Dianjurkan untuk mengkonsumsi obat ini setelah makan. Beritahukan kepada

dokter bila pasien juga menggunakan obat antikoagulan dan lithium atau pernah

mengalami ulser dan gangguan fungsi ginjal. Tidak dianjurkan menggunakan aspirin

bersamaan dengan piroxicam.

Bila pasien lupa menggunakan obat, gunakan dosis yang terlupa segera setelah

pasien ingat. Namun bila dosis tersebut berdekatan jadwal penggunaan berikutnya maka

tinggalkan dan ikuti jadwal yang berikutnya saja. Jangan sampai menggunakan dosis

ganda.

j. Penyimpanan

Simpan obat dalam wadah tertutup dan pada suhu kamar. Hindarkan dari sinar matahari

langsung dan panas serta jauhkan dari jangkauan anak-anak.

k. Produk

Faxiden, Felcam, Feldene, Rexicam, Rosic, Roxidene, Sofden, Indene, Infiel, Scandene,

Pirodene, Rexil, dll.

Ranitidin

a. Indikasi

Tukak duodenal aktif, tukak lambung aktif non maligna, kondisi hiperseksekresi

patologis seperti sindroma Zollinger-Ellison.

44
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
b. Bentuk Sediaan

Tablet 150 mg dan 300 mg. Ampul 50 mg/2 ml dan 25 mg/1 ml.

c. Dosis

Tukak duodenum: 150 mg 2x/hari atau 300 mg 1x/hari. Tukak lambung aktif

nonmaligna: 150 mg 2x/hari. Refluks esofagitis: 150 mg 2x/hari. Terapi pemeliharaan

tukak peptik akut: 150 mg sebelum tidur. Hipersekresi patologis: 150 mg 3x/hari

ditingkatkan sesuai kebutuhan. IM: 50 mg/2ml per 6-8 jam. IV: 50 mg/2 ml per 6-8 jam

(dalam 0,9 NaCl). Pasien gangguan fungsi ginjal (Cl keatinin ≤50 ml/mnt): 150 mg/24

jam.

d. Penggunaan Obat

Bisa digunakan bersama atau tidak bersama makanan.

e. Kontraindikasi

Hipersensitivitas.

f. Perhatian Khusus

gangguan fungsi ginjal atau hati, wanita hamil atau menyusui, anak-anak, dan penderita

kanker lambung.

g. Reaksi Obat Merugikan

Sakit kepala, gangguan gastrointestinal, konstipasi, diare, ruam kulit, serta depresi dan

agitasi.

45
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
h. Interaksi Obat

menurunkan bersihan warfarin, prokainamid, N-asetilprokainamid. Meningkatkan

absorpsi midazolam namun menurunkan absorpsi kobalamin.

i. Anjuran Selama Penggunaan

Efektivitas obat akan menurun pada perokok, hentikan merokok selama

penggunaan dosis. Antasida dapat digunakan untuk mengurangi nyeri lambung dan bila

tidak hilang setelah dua minggu harap menghubungi dokter. Segera melapor ke dokter

bila terjadi pendarahan, vomiting atau nyeri di bagian perut.

Bila pasien lupa menggunakan obat, gunakan dosis yang terlupa segera setelah

pasien ingat. Namun bila dosis tersebut berdekatan jadwal penggunaan berikutnya maka

tinggalkan dan ikuti jadwal yang berikutnya saja. Jangan sampai menggunakan dosis

ganda.

j. Penyimpanan

Disimpan di tempat tertutup, pada temparatur kamar, hindari sinar matahari langsung

dan lembab. Serta jauhkan dari jangkauan anak-anak.

k. Produk

Acran, Aldin, Anitid, Chopintac, Conranin, Hexer, Radin, Rancus, Ranilex, Rantin,

Renatac, Zantac, Zantadin, Zantifar, Zumaran, dll.

46
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Beberapa obat mengalami metabolisme di ginjal dengan persen eliminasi yang

berbeda-beda. Semakin tinggi nilai persen eliminasinya maka semakin tinggi resiko

obat tersebut menyebabkan gangguan fungsi ginjal. Informasi mengenai obat dan

penggunaannya untuk obat-obat yang dimetabolisme di ginjal perlu disediakan sehingga

dapat diakses dengan mudah.

Berdasarkan data analisa penjualan Depo Farmasi Griya Husada bulan Februari

2008, dapat diketahui bahwa dari 607 item obat terdapat 8,73% diantaranya merupakan

obat-obat yang dimetabolisme di ginjal.

Informasi obat yang tersedia khususnya untuk obat-obat yang dimetabolisme di

ginjal dapat mengoptimalkan efek terapi obat tersebut dan meminimalisir reaksi obat

merugikan yang ditimbulkannya terutama resiko nefrotoksisitas.

5.2 Saran

Sentra pelayanan informasi obat RSUP Fatmawati hendaknya dilengkapi dengan

database mengenai informasi khusus tentang obat-obat yang dimetabolisme di ginjal

dan obat-obat nefrotoksik, yang mencakup tata laksana penggunaan terapi yang efektif

dan aman.

47
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Philip O. dkk. (2002). “Handbook of Clinical Drug Data”. Edisi Kesepuluh.

McGraw-Hill. New York.

Benefield, W.H, dkk. (1994). “Medication Teaching Manual: The Guide to Patient

Drug Information”. Edisi Keenam. American Society of Hospital Pharmacist.

Maryland.

Departemen Kesehatan RI. (2006). “Standar Pelayanan Farmasi Di Rumah Sakit”.

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen

Kesehatan RI. Jakarta.

Evaria. Suciati, Rince (ed). (2008). “MIMS Indonesia – Petunjuk Konsultasi” Edisi

Ketujuh. PT Infomaster. Jakarta.

Lohr, James W. dkk. (1998). “Renal Drug Metabolism”. The American Society for

Pharmacology and Experimental Therapeutics. New York.

Siregar, Charles J.P. (2003). “Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Terapan”. Penerbit

EGC. Jakarta.

Wahyuni, Anna, dkk. (2006).”Obat-Obat Penting Untuk Pelayanan Kefarmasian”.

Edisi Revisi. Bagian Farmasetika Fakultas Farmasi UGM. Yogyakarta.

48
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008

Anda mungkin juga menyukai