BAB I
PENDAHULUAN
tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal (Depkes RI, 1992).
Pusat Kesehatan Masyarakat, Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Khusus dan
misi untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat, juga sebagai tempat pendidikan dan pelatihan tenaga
kesehatan serta tempat penelitian dan pengembangan kesehatan. Salah satu bentuk
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
2
penggunaan obat yang rasional, efektif, aman, dan terjangkau oleh pasien dengan
keterampilan di bidang farmasi dan diberi wewenang serta tanggung jawab untuk
kemampuan bekerja sama dengan profesi kesehatan lainnya di rumah sakit, maka
bekerja sama dengan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Jakarta,
Rumah Sakit yang dapat mengabdikan diri sebagai Apoteker yang profesional.
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
3
1.2 Tujuan
Fatmawati ini adalah untuk mendidik calon Apoteker mampu mengelola Farmasi
Rumah Sakit sesuai dengan etik dan ketentuan yang berlaku di dalam sistem
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
4
BAB II
gabungan alat ilmiah khusus dan rumit, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan
personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik
modern, yang semuanya terikat bersama-sama dalam maksud yang sama, untuk
yang dimaksudkan dengan Rumah Sakit Umum adalah Rumah Sakit yang
yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat
melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
5
serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan
1. Berdasarkan Kepemilikan
Rumah Sakit ini bersifat non profit. Rumah Sakit Umum Pemerintah dapat
peralatan.
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
6
1) Rumah Sakit Umum kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai
subspesialistik luas.
dasar.
4) Rumah Sakit Umum kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai
Rumah Sakit Umum Swasta adalah Rumah Sakit yang dimiliki dan
lain dan dapat juga bekerja sama dengan Institusi Pendidikan. Rumah
bersifat umum.
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
7
yang dapat dirawat dalam periode waktu relatif pendek, misalnya Rumah
harus berobat secara tetap dan dalam jangka waktu yang panjang, misalnya
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
8
Terdiri atas rumah sakit pendidikan dan rumah sakit nonpendidikan. Rumah
residensi dalam medik, bedah, pediatrik, dan bidang spesialis lain di bawah
pengawasan staf medik rumah sakit. Rumah sakit yang tidak memiliki
program pelatihan residensi dan tidak ada afiliasi rumah sakit dengan
Terdiri atas rumah sakit yang telah diakreditasi dan rumah sakit yang belum
diakreditasi. Rumah sakit yang telah diakreditasi adalah rumah sakit yang
telah diakui secara formal oleh suatu badan sertifikasi yang diakui, yang
(Siregar, 2004)
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
9
komite medik, satuan pengawas, dan berbagai bagian dari instalasi. Tergantung
pada besarnya rumah sakit, dapat terdiri atas satu sampai empat wakil direktur.
Wakil direktur pada umumnya terdiri atas wakil direktur pelayanan medik, wakil
medik. SMF terdiri atas dokter umum, dokter gigi, dan dokter spesialis dari semua
disiplin yang ada di suatu rumah sakit. Komite medik adalah wadah nonstruktural
hubungan komunikasi antara staf medis dengan staf farmasi, sehingga nggotanya
terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasi-spesialisasi yang ada di rumah sakit
dan apoteker wakil dari Farmasi Rumah Sakit, serta tenaga kesehatan lainnya
serta evaluasinya.
Keanggotaan Panitia Farmasi dan Terapi terdiri dari 8-15 orang. Semua anggota
tersebut mempunyai hak suara yang sama. Di rumah sakit umum besar
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
10
(misalnya kelas A dan B) perlu diadakannya suatu struktur organisasi PFT yang
terdiri atas keanggotaan inti yang mempunyai hak suara, sebagai suatu tim
pengarah dan pengambilan keputusan. Anggota inti ini dibantu oleh berbagai
subpanitia yang dipimpin oleh salah seorang anggota inti. Anggota dalam
apoteker spesialis farmasi klinik, dan berbagai ahli sesuai dengan keahlian yang
penyakit sasaran obat, dibeberapa rumah sakit subpanitia didasarkan pada SMF
(Staf Medik Fungsional) yang ada. Panitia Farmasi Terapi dapat juga membentuk
juga subpanitia khusus jika perlu. Dalam subpanitia khusus ini, sering kali
Panitia Farmasi dan Terapi untuk digunakan di Rumah Sakit dan dapat direvisi
1. Halaman Judul
3. Daftar isi
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
11
6. Lampiran
1. Membuat kesepakatan antara staf medis dari berbagai disiplin ilmu dengan
2. Staf medik harus dapat menyesuaikan sistem yang berlaku dengan kebutuhan
tiap-tiap institusi.
3. Staf medik harus menerima kebijakan dan prosedur yang ditulis oleh PFT untuk
5. Membatasi jumlah produk obat yang secara rutin harus tersedia di Instalasi
Farmasi.
sama untuk disalurkan kepada dokter sesuai produk asli yang diminta.
b. Dokter yang mempunyai obat pilihan terhadap obat paten tertentu harus
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
12
dari sediaan kimia, biologi dan sediaan farmasi yang digunakan oleh
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu departemen atau unit
atau bagian di suatu rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu
undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional, tempat atau fasilitas
kefarmasian, yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri (Siregar,
2004).
Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2004 dan evaluasinya mengacu pada
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
13
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
14
langsung), produksi sediaan farmasi (Produksi steril dan non steril), serta
bentuk, dan pengemasan kembali sediaan farmasi steril dan nonsteril untuk
kefarmasian.
kebutuhan
untuk pasien rawat inap (sentralisasi dan atau desentalisai dengan sistem
dose, dan sistem kombinasi oleh satelit farmasi), pasien rawat jalan
jam kerja (Apotik rumah sakit/satelit farmasi yang dibuka 24 jam dan
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
15
c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alkes.
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
16
3. Manajer garis depan terdiri atas personel pengawas yang secara langsung
(Siregar, 2004)
dengan luas bangunan 57.457,50 m2 dan luas tanah 13 hektar. Bermula dari gagasan
Ibu Fatmawati Soekarno yang pada saat itu sebagai Ibu Negara Republik Indonesia,
bermaksud mendirikan Rumah Sakit TBC anak-anak untuk perawatan serta tindakan
TBC dengan nama Rumah Sakit Ibu Soekarno mulai dilaksanakan. Peletakan batu
1 April 1961 fungsi rumah sakit berubah menjadi Rumah Sakit Umum.
April 1961 dan selanjutnya ditetapkan sebagai Hari Jadi Rumah Sakit Umum
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
17
Pada tanggal 20 Mei 1967, RSU Ibu Soekarno diganti nama menjadi
RSUP Fatmawati dan ditetapkan sebagai Pusat Rujukan Wilayah Jakarta Selatan.
Umum Kelas B yang dipergunakan sebagai tempat pendidikan calon dokter dan
(Anonim, 2008).
Pada tahun 1992, status RSUP Fatmawati ditetapkan sebagai Rumah Sakit
Unit Swadana bersyarat, kemudian tahun 1994, status itu meningkat menjadi
Rumah Sakit Unit Swadana Tanpa Syarat, yang berarti RSUP Fatmawati diberi
31 Maret 1997 diciptakan Hymne RSUP Fatmawati (Padma Puspita) oleh Guruh
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 117 tahun 2000, tentang Pendirian
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
18
Perusahaan Jawatan Rumah Sakit Fatmawati Jakarta, sehingga tata organisasi dan
Badan Usaha Milik Negara yang diberi tugas dan wewenang untuk
2008).
RSUP Fatmawati berubah status menjadi Badan Layanan Umum (BLU) RSUP
berdasarkan adanya fungsi sebagai tempat pendidikan tenaga medis oleh Fakultas
Kedokteran yaitu Rumah Sakit Umum Pendidikan dan Rumah Sakit Umum Non
1. Direktur Utama
4. Direktur Keuangan
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
19
(Anonim, 2008)
membawahi sejumlah wakil kepala instalasi. Kepala dan wakil kepala instalasi ini
berada di bawah Direktur Medik dan Keperawatan. Kepala instalasi dibantu oleh
bagian sekretariat dan didampingi oleh empat orang wakil kepala instalasi, yang
1. Wakil Kepala I
a. Gudang Farmasi
b. Produksi Farmasi
2. Wakil Kepala II
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
20
4. Wakil kepala IV
Sub Instalasi Farmasi yang ditinjau dalam pelatihan Praktek Kerja Profesi
administrasi. Tata usaha IFRS merupakan suatu unit kerja di lingkungan IFRS
Bagian Tata usaha melakukan 5 tugas utama dari tata usaha IFRS, yaitu :
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
21
5) Laporan Kegiatan
3) Arsip laporan-laporan
4) Arsip resep
d. Menyimpan resep dari depo farmasi rawat jalan dan rawat inap
dengan tenaga pelaksana sebanyak 8 orang, yang terdiri dari asisten apoteker 4
Depo farmasi rawat jalan melayani pasien poliklinik yang terdiri dari:
Syaraf, Penyakit Jiwa, THT, Mata, Kulit dan Kelamin, Gigi dan Mulut, Jantung,
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
22
rawat jalan. Depo farmasi rawat jalan juga memberikan pelayanan konseling obat
untuk pasien dengan penyakit jantung, epilepsi, diabetes dan HIV-AIDS. Alur
Pelayanan Obat dan Tata Laksana Konseling Obat di Depo Farmasi Rawat Jalan
setiap hari pada pagi hari ataupun jika barang persediaan di depo farmasi rawat
disusun berdasarkan bentuk sediaan, alfabetis, First In First Out (FIFO) dan First
Expire First Out (FEFO). Stock opname dilakukan setiap tiga bulan (RSUP
Fatmawati, 2004).
Depo Farmasi Pusat berada di bawah tanggung jawab Wakil Kepala II.
Sumber daya manusia terdiri dari 5 orang, yang terdiri dari 3 orang asisten
apoteker, dan 2 orang petugas administrasi. Pasien yang dilayani di depo farmasi
Pusat adalah pasien pembayaran tunai, fasilitas tidak mampu DKI dan luar DKI,
dan pasien askes, Depo Farmasi Pusat memberikan pelayanan obat pada pasien
a. Ruang Rawat Inap Mawar, terdiri dari : Ruang A (Ruang Orthopedi) dan
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
23
Sistem pelayanan di depo farmasi Pusat adalah sistem unit dose yaitu
sistem pemberian obat kepada pasien secara unit dosis untuk sekali pakai dalam
jangka waktu 24 jam dan menyediakan stock obat di dalam lemari emergensi.
Lemari emergensi digunakan untuk memenuhi kebutuhan obat dan alat kesehatan
di luar jam kerja depo farmasi pusat. Alur distribusi obat secara Unit Dosis di
Fatmawati, 2004).
Tiap pasien memiliki map yang berisi formulir instruksi obat, formulir
terapi obat dan formulir pemberian obat insidentil. Formulir instruksi obat
diletakkan pada salinan resep Unit dosis, yang tercantum nama pasien, nama obat,
tanggal mulai pemberian dan penghentian penggunaan obat, aturan pakai rute,
untuk sediaan oral, injeksi atau rektal, kamar, dosis, jam pemberian dan paraf
memberikan obat kepada pasien. Dalam formulir ini tercantum nama pasien,
tanggal dirawat di rumah sakit, ruang atau bagian, nama obat, tanggal pemberian
serta kolom untuk paraf perawat setelah menyerahkan obat kepada pasien.
Formulir pemberian obat insidentil adalah formulir untuk mencatat obat atau alat
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
24
kesehatan yang diambil dari lemari emergensi yang digunakan oleh pasien. Dalam
formulir ini tercantum nama, alamat, umur pasien, tanggal lahir, nomor rekam
medis (medical record), diagnosa, nama dan jumlah obat yang digunakan per hari
menggunakan prinsip First Expired date First Out (FEFO) serta First In First Out
(FIFO). Stock opname dilakukan setiap tiga bulan (RSUP Fatmawati, 2004).
unit dosis dan dimasukkan ke dalam klip plastik. Tiap klip plastik untuk satu kali
minum. Obat disiapkan untuk penggunaan selama 24 jam. Petugas depo farmasi
pusat menyerahkan obat kepada perawat dan dicatat pada buku serah terima obat,
Alur pelayanan obat di depo farmasi pusat di RSUP Fatmawati dapat dilihat pada
pasien tersebut pulang ke rumahnya. Alur tata laksana konseling obat untuk
pasien rawat inap di RSUP Fatmawati dapat dilihat pada Lampiran 8 (RSUP
Fatmawati, 2004).
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
25
tenaga pelaksana sebanyak 12 orang yang terdiri dari 6 orang asisten apoteker,
4 orang administrator dan 2 orang juru resep. Depo Farmasi ini melayani resep
pasien Askes wajib, Askes sukarela, dan pasien tidak mampu luar DKI (RSUP
Fatmawati, 2004).
setiap pagi hari ataupun jika barang persediaan di depo farmasi Askes kosong.
Fatmawati, 2004).
alfabetis. Pengeluaran barang menggunakan prinsip First Expired date First Out
(FEFO) serta First In First Out (FIFO). Stock opname dilakukan setiap tiga bulan.
Alur pelayanan obat di depo farmasi askes RSUP Fatmawati dapat dilihat pada
5. Produksi Farmasi
a. Produksi Steril
Rumah sakit Fatmwati meliputi Total Parenteral Nutrition (TPN), Admixture IV,
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
26
dan rekonstitusi obat kanker (sitostatika). Alur masuk ke ruang produksi steril
dapat dilihat pada lampiran 10. Pasien yang dilayani di produksi steril meliputi:
Obat kanker dan formulir permintaan obat kanker datang satu hari sebelum
sitostatika ini adalah melarutkan obat kanker ke dalam cairan infus atau
pelarutnya. Satu macam obat kanker dicampur dalam satu infus. Setelah obat jadi
kemudian obat diantar dan diserahkan ke ruangan. Alur pelayanan obat sitostatika
dapat dilihat pada lampiran 11. Sedangkan alur penanganan limbah padat, cair,
dan gas, serta alur penanganan limbah sitostatika, masing-masing dapat dilihat
non steril, Pengenceran sediaan, dan Pengemasan kembali. Semua sediaan dibuat
farmasi non steril diperoleh dari gudang farmasi. Pengambilan bahan baku
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
27
barang, yang telah disetujui oleh Wakil Kepala I dan Kepala Instalasi Farmasi.
Produksi non steril mendistribusikan obatnya ke gudang farmasi dan depo farmasi
terdiri dari satu orang Asisten Apoteker dan satu orang juru resep merangkap
Depo Farmasi ini melayani resep pasien pegawai RSUP Fatmawati yaitu anak /
istri / suami pegawai, orang tua / mertua pegawai dan pasien tidak mampu DKI
Sumber barang berasal dari gudang farmasi serta dari produksi farmasi.
menggunakan prinsip First Expired date First Out (FEFO) serta First In First Out
(FIFO). Stock opname dilakukan setiap tiga bulan. Alur pelayanan obat di depo
Fatmawati, 2004).
Depo Farmasi IBS berada di bawah pengawasan wakil kepala II. Sumber
daya manusia terdiri dari satu orang asisten apoteker dan dibantu oleh satu orang
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
28
Depo farmasi IBS adalah depo farmasi yang khusus melayani permintaan
perbekalan farmasi bagi pasien yang akan dioperasi di RSUP Fatmawati (terletak
di dalam Instalasi Bedah Sentral), di mana ada tiga jenis operasi yang
dilaksanakan oleh RSUP Fatmawati, yaitu operasi elektif yang merupakan operasi
terencana untuk pasien rawat inap; operasi One Day Care (ODC) yang merupakan
harinya. Penyimpanan obat dan alat kesehatan berdasarkan bentuk sediaan dan
disusun berdasarkan abjad. Stock opname dilakukan setiap tiga bulan (RSUP
Fatmawati, 2004).
operasi elektif, dan 9 paket untuk operasi One Day Care. Sedangkan untuk
operasi cito, disiapkan 15 paket, dan khusus untuk hari Jumat disiapkan 30 paket.
Selanjutnya semua paket operasi cito ini dikirim ke kamar operasi cito di Instalasi
Bedah Sentral (IBS) setiap siang hari dan akan diambil kembali setiap pagi
keesokan harinya. Di kamar operasi cito, disediakan lemari emergensi yang berisi
obat dan alkes yang dapat langsung digunakan oleh pasien pada keadaan darurat.
lemari emergensi, dan selalu diisi kembali serta akan dibuat perincian harga bagi
pasien yang telah menggunakan obat atau alkes dari lemari emergensi. Petugas
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
29
depo farmasi IBS bertugas membuat perincian biaya penggunaan obat dan alkes
pasien selama operasi elektif, ODC dan cito. Selanjutnya, perincian ini akan
dikirim ke depo farmasi rawat inap dimana pasien tersebut dirawat, atau dikirim
ke tata usaha IBS untuk pasien ODC. Alur pelayanan di depo farmasi bedah
8. Gudang Farmasi
Wakil Kepala I. Gudang farmasi mempunyai 8 orang karyawan yang terdiri dari
3 orang asisten apoteker, 2 orang juru resep dan 3 orang petugas administrasi.
Rumah Sakit, persediaan yang masih ada, pola penyakit, obat generik, obat Askes
dan anggaran yang tersedia, juga berdasarkan pada Formularium Rumah Sakit
yang disusun oleh Panitia Farmasi dan Terapi (PFT). Anggaran pembelian barang
dapat berasal dari pendapatan rumah sakit dan Daftar Isian Penggunaan Barang
dengan rencana yang telah dibuat. Pembelian dilakukan secara langsung pada
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
30
b. Tim Penerimaan
Barang yang dipesan diterima dan diperiksa untuk memastikan bahwa barang
yang diantar sesuai dengan yang dipesan. Beberapa hal yang diperiksa adalah:
jumlah barang, tanggal kadaluwarsa minimal 2 tahun (jika ada) dan keadaan
Farmasi.
menggunakan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First
a. Gudang penyimpanan obat, alat kesehatan habis pakai, pembalut, bahan baku,
tim penerima barang untuk penyerahan barang. Setelah barang diterima maka
barang disimpan di gudang farmasi dan petugas gudang mencatat barang yang
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
31
semua depo farmasi dilakukan dengan cara mengisi Formulir Permintaan Barang
dan dilakukan setiap hari dengan jadwal yang berbeda-beda antar depo farmasi.
minggu dan untuk rawat jalan setiap bulan, dimana permintaannya menggunakan
Pelayanan Informasi Obat adalah kegiatan dari individu yang dilatih secara
khusus (farmasi klinis) untuk memberikan informasi dan konsultasi yang akurat,
tidak bias dan faktual bagi dokter, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
32
Rumah Sakit.
b. Pendidikan
c. Penelitian
obat di ruangan.
b. Menjawab pertanyaan
c. Menindaklanjuti jawaban
d. Pelaporan
Alur pelayanan informasi obat dapat dilihat pada lampiran 17 (Anonim B, 2004).
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
33
BAB III
dilaksanakan selama 1 bulan. Kegiatan ini berlangsung dari tanggal 3 Maret 2008
- 3 April 2008. Kegiatan PKPA di RSUP Fatmawati ini dilaksanakan setiap hari
di RSUP. Fatmawati ini dimulai pada tanggal 3 Maret 2008. Pada hari tersebut
dilakukan kegiatan berupa perkenalan ke setiap depo farmasi yang ada di RSUP
Farmasi yaitu :
menjelaskan tentang profil RSUP Fatmawati secara umum, serta tata tertib
Fatmawati.
b. Bapak Trio (Staf Urusan Non Perawat & Dokter) menjelaskan tentang
33
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
34
c. Ibu Dra. Debby Daniel, Apt. M. Epid (Wakil Kepala Instalasi Farmasi I)
Fatmawati.
Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati yang terdiri dari Tata Usaha Instalasi Farmasi
Depo Farmasi Rawat Jalan, Depo Farmasi Pusat, Depo Farmasi Askes, Produksi
Farmasi Steril dan Non Steril, Depo Farmasi Pegawai, Depo Farmasi Instalasi
mendapatkan penjelasan dari Ibu Suli Setiawati (Penyelia Tata Usaha Instalasi
melihat secara langsung kerja atau kegiatan yang dilakukan di depo tersebut,
tersebut oleh Drs. Burhani Husin, Apt., MM. (Wakil Kepala Instalasi Farmasi IV).
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
35
dan sumber daya manusia yang ada di depo tersebut serta laporan-laporan yang
dibuat oleh depo tersebut. Kegiatan lain yang dilakukan di depo tersebut yakni
ikut terlibat langsung melakukan kegiatan yang dilakukan di depo tersebut antara
Standar Operasional Prosedur (SOP) di depo tersebut, sumber daya manusia yang
ada di depo tersebut, serta laporan-laporan yang dibuat oleh depo tersebut.
Kegiatan lain yang dilakukan di depo tersebut yakni ikut terlibat langsung dalam
kegiatan yang dilakukan di IRNA Mawar yang melayani pasien ortophedi yaitu
membuat obat dalam kemasan unit dose. Serta terlibat langsung dalam kegiatan
yang dilakukan di IRNA Melati yaitu pelayanan yang berupa pemaketan obat
untuk Pasien rehabilitasi medik. Di depo tersebut juga terlibat langsung dalam
tindakan tersebut obat diserahkan oleh petugas depo farmasi ke perawat yang
bertugas dan dilakukan pemeriksaan kembali barang atau obat yang diterima.
secara langsung kerja di depo tersebut, mendapatkan penjelasan dari Ibu Erni
(SOP) depo tersebut, kegiatan yang dilakukan di depo tersebut, sumber daya
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
36
manusia yang ada di depo tersebut, laporan-laporan yang dibuat oleh depo
Non Steril yaitu melihat secara langsung kegiatan yang dilakukan di bagian
tersebut, mendapatkan penjelasan dari Bapak Hari Puji Wiyono (Penyelia Bagian
Produksi Farmasi Steril dan Non Steril) tentang Standar Operasional Prosedur
(SOP). Kegiatan lain yang dilakukan di bagian tersebut yakni melakukan kegiatan
mendapat penjelasan dari Ibu Rahayu (Penyelia Depo Farmasi Pegawai) tentang
Sentral yakni mendapatkan penjelasan dari Ibu Rusda Azis (Penyelia Depo
sumber daya manusia yang ada di depo tersebut serta laporan-laporan yang dibuat
oleh depo tersebut. Kegiatan lainnya mengenal paket-paket obat dan alat
kesehatan untuk operasi Elektif, operasi One Day Care (ODC) dan operasi Cito.
yang dilakukan oleh bagian tersebut, sumber daya manusia yang ada di bagian
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
37
S.Si., Apt. (Penyelia PIO) tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) PIO
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
38
BAB IV
PEMBAHASAN
Sakit yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistik dan
Umum (BLU), tetapi masih menyediakan fasilitas untuk merawat pasien yang
berpenghasilan rendah.
pelayanan obat atas resep dokter dan pelayanan informasi obat serta kegiatan lain
Farmasi, dibantu oleh Empat orang Wakil Kepala. Wakil Kepala I bertanggung
Farmasi, Pelayanan Informasi Obat dan Depo Farmasi Pegawai. Wakil Kepala II
Farmasi Instalasi Rawat Darurat, dan Depo Farmasi Instalasi Bedah Sentral.
38
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
39
Wakil Kepala III bertanggung jawab atas kelancaran pelayanan dan keuangan
Depo Farmasi Teratai yang melayani Instalasi Rawat Inap A dan Instalasi Rawat
penting dan efektif terutama untuk pasien rawat inap, dimana pasien atau perawat
akan lebih cepat untuk mendapatkan obat karena letaknya yang berdekatan
dan distribusi barang farmasi di RSUP Fatmawati menganut sistem satu pintu
yaitu semua barang farmasi diterima dan dikeluarkan hanya oleh Instalasi
Farmasi, sehingga kebutuhan dan pemakaian barang dapat dipantau dengan baik
Untuk pasien rawat jalan, askes dan pegawai, obat akan diberikan dengan
sistem resep individu, dimana obat yang diberi sesuai dengan yang tertulis pada
resep atas nama pasien tersebut. Keuntungan sistem ini adalah semua resep dikaji
Depo Farmasi rawat inap adalah depo instalasi Farmasi yang terdekat
dengan pasien rawat inap dan frekuensi komunikasi antara staf instalasi Farmasi
dengan tenaga kesehatan lain terutama dokter dan perawat sangat tinggi. Oleh
karena itu sangatlah penting apabila setiap depo Farmasi ada seorang Apoteker
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
40
kepada pasien di ruang rawat inap. Untuk pasien rawat inap, obat akan diberikan
dengan sistem unit dosis dimana obat dikemas dalam kemasan per satu kali pakai
dan hal ini sangat menguntungkan bagi pasien, karena pasien hanya membayar
obat yang mereka gunakan saja. Sistem ini juga dapat memperkecil risiko
langsung dari apoteker atau asisten apoteker pada saat sebelum dan sesudah
penyiapan obat, serta oleh perawat ketika menyerahkan obat kepada pasien.
Namun, pada kenyataannya, peran apoteker belum optimal, karena proses mulai
dari penerimaan resep hingga penyerahan obat ke ruangan lebih banyak dilakukan
masih belum dapat dilakukan, yang mengakibatkan kegiatan farmasi klinik pun
Terpadu) yang mengatur jadwal pelayanan kemoterapi pasien, karena apabila obat
tersebut telah selesai diracik dan dicampur maka stabilitas obat tersebut hanya
akan bertahan selama 48 jam sehingga hal ini berpengaruh terhadap khasiat dan
daya kerja obat tersebut. Untuk pasien rawat jalan, pasien atau keluarganya
digunakan. Sedangkan untuk pasien rawat inap, resep dan obatnya dibawa oleh
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
41
Setelah selesai diproduksi, petugas produksi farmasi akan membawa obat tersebut
obat kanker dilakukan dalam ruangan tersendiri yang telah dilengkapi dengan alat
Laminar Air Flow (LAF) vertikal yang khusus untuk tujuan pencampuran obat
kanker. Sedangkan pada produksi non steril kegiatan yang sering dilakukan adalah
pemeriksaan dari tim penerimaan Rumah Sakit. Untuk perbekalan kesehatan yang
adalah perbekalan kesehatan yang dibutuhkan dapat cepat tersedia dan dapat
Kerugian sistem ini adalah persediaan obat dan alkes di ruangan banyak,
barang untuk masing-masing depo farmasi, dan setiap depo farmasi mengamprah
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
42
lama. Untuk memperlancar kegiatan PIO dapat dilakukan melalui telepon, fax,
leaflet, dan kegiatan konseling secara langsung pada saat pasien membeli obat di
ruangan yang telah disediakan. Pasien yang diberikan konseling terutama untuk
kegiatan konseling belum secara rutin dilaksanakan. Untuk pasien rawat inap
pasien tersebut pulang ke rumahnya atas informasi dari perawat. Hal ini dilakukan
agar pasien dan keluarga pasien dapat lebih mengerti lagi tentang penggunaan
Sakit yang bertujuan untuk penggunaan obat secara rasional, pengelolaan obat di
Rumah Sakit yang dilakukan secara transparan dan Rumah Sakit memperoleh
pemasukan yang sesuai dari hasil pengelolaan obat di Rumah Sakit. Selain itu
juga untuk membangun hubungan kerja sama yang baik antara dokter dan
apoteker, dimana salah satu tugas dari Panitia Farmasi dan Terapi Rumah Sakit
formularium Rumah Sakit berdasarkan atas kesepakatan dalam rapat dari masing-
masing utusan tiap SMF untuk mengajukan jenis obat yang ditulis di resep,
sehingga obat yang digunakan adalah betul-betul obat yang ada di formularium.
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
43
BAB V
5.1 Kesimpulan
a. Tata Usaha
e. Produksi Farmasi
h. Gudang Farmasi
43
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
44
5.2 Saran
konseling.
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
45
DAFTAR PUSTAKA
45
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUP Fatmawati Jakarta
Komite Komite Ko- Komite Direktur Medik Direktur Umum, Direktur Satuan
Mutu & Etika & mite Kepera Pengawasan
dan Keperawatan SDM dan Pendidikan Keuangan
Penge Hukum Medik - watan
m Intern
-bangan
Bid. Bid. Bid. Fas. Bagian Bagian Bagian Bagian Bagian Bagian
Pelayanan Keperawatan Medik & SDM Umum Diklit Perencanaan Perbenda- Akuntansi
Medik Keperawatan dan haraan
Anggaran dan
Mobilisasi
Dana
Sie Sie Sie Subag Subag Subag Subag Subag Subag
Ren- Ren- Renbang Renbang Admi- Renbang Penyu Perben- Akuntansi
bang bang Fas SDM nistras Diklit - daharaan Keuangan
Yandik Kepera- Yandik i sunan
watan
Subag Subag Subag Subag Subag Subag
Sie Sie ADM & Rumah Monev Evaluasi Mobilisasi Akuntansi
Sie Monev Monev Monev Tangg Diklit dan Dana Manajemen
Monev Kepera- Fas a Pelapo- dan
Yandik watan Yandik ran Verifikasi
Staf Medik
Fungsional Instalasi Instalasi Instalasi
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
Lampiran 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP. Fatmawati Jakarta
Direktur Utama
Dr. H. Kemas M. Akib Aman, Sp. R, MARS
PJ Gudang Farmasi PJ Depo Pusat PJ Depo IRNA Teratai A PJ Depo Rawat Jalan
Heni Sujarwastuti Tati Maryati Leni Andawinta Mike Rosalina
PJ Depo Pegawai
Rahayu
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
48
Kepada yth,
Kepala Instalasi Farmasi/Perlengkapan
RSUP Fatmawati
Di Jakarta
Dengan Hormat,
Bersama ini kami mohon agar dapat diberikan penambahan jatah seperti
tersebut di bawah ini untuk Ruangan / Poliklinik ………………………..
No Nama Barang Jatah lama Jatah Baru Alasan
(Satuan) (Satuan)
KASUS
Nama Penggunaan/Pasien/
No
Barang Jenis Rata2 Pasien/Bulan Kasus setiap bulan
Mengetahui:
Kepala Bidang Kepala Unit/Instalasi
Pelayanan Medis/Penunjangan Medis
( ) ( )
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
49
Jakarta..............................
( ) ( )
( ) ( )
( )
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
50
Resep Diserahkan
Apoteker/Asisten Apoteker
- Kontrol Resep
- Diberi Harga
Kasir
- Menerima Uang
- Resep Diberi Nomor
- Pasien Diberi Karcis No. Resep
Stempel H E T I P
(Harga, Etiket, Timbang, Isi,
Penyerahan)
Asisten Apoteker
- Memberi Etiket Pada Kemasan
- Obat Diracik/Disiapkan Data
- Dimasukkan Ke Dalam Kemasan
- Dikontrol Kembali
- Obat Siap Diserahkan
Pasien
- Menerima Obat
- Mengembalikan Karcis No. Resep
- Menerima Informasi Obat dan Konseling
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
51
Dokter (Ruangan)
- Resep
< 11 jam - Map
- Kereta Obat
- Resep
< 11 jam - Map
- Kereta Obat
Pasien
Obat Di Luar Jam Kerja
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
52
Dokter
1.1
1.2
4 7
Perawat Pasien ITURP
2 3 5 6
Keterangan:
1.1 : Dokter melakukan visit ke pasien
1.2 : Dokter menuliskan resep ke pasien dan resep diserahkan kepada perawat
2 : Perawat menyerahkan resep yang ada di map obat kepada petugas depo
farmasi untuk disiapkan
3 : Depo farmasi menyiapkan perpasien perhari : sore, malam, pagi, dan siang
yang diserahkan oleh perawat
4 : Perawat memberikan obat kepada pasien sesuai instruksi dokter
5 : Jika pasien akan pulang, satu hari sebelumnya perawat petugas administrasi
diruangan akan memberitahukan hsl ini kepada petugas depo farmasi
6 : Petugas depo farmasi akan merinci berapa biaya pengobatan selama pasien
dirawat dengan menginformasikan kepada pasien
7 : Sebelum pulang pasien melakukan pembayaran biaya pengobatan kekasir RS
(TU Rawat Inap) berdasarkan kuitansi penagihan yang dibuat oleh depo
farmasi.
Alur administrasi
Alur obat
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
53
Lampiran 8. Alur dan Tata Laksana Konseling Obat untuk Pasien Rawat
Inap RSUP Fatmawati
Perawat
(Ruangan)
Pasien
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
54
Penerimaan resep
Sortir
Penulisan etiket
Pengambilan/pengisian/peracikan obat
Penulisan etiket
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
55
Pintu masuk
Ruang 0
Ruang I
- Melepas sandal
- Memakai baju steril
- Mematikan lampu UV ruang II
Ruang II
TPN Sitostatika
Ruang IV
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
56
Pasien Pasien
Obat
Sitostatika + YLKI
Formulir
Permintaan Obat
Obat Kanker Sitostatika +
Formulir
Produksi Farmasi Permintaan
Obat Kanker
Produksi Farmasi
Pasien
Produksi Farmasi
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
57
Lampiran 12. Alur Penanganan Limbah Padat, Limbah Cair dan Limbah
Gas
1. Limbah Padat
Limbah Padat
Basah Kering
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
58
Sitostatika
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
59
Copy R/
Cap TAP
Obat Tidak
Tersedia
Pasien Pegawai
RSUP Fatmawati Apotek R/
Pegawai diperiksa
Pasien Tidak
Mampu DKI
Obat Obat
Racikan Jadi
Etiket dan
Label
Pengemasan
Penyerahan Obat +
Informasi Penggunaan
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
60
- Mengantar Membuat TU
paket operasi
15 buah (setiap Perincian IBS
Mengembalikan hari) dan (paket (untuk
paket operasi 30 buah operasi ODC)
(hari jumat)
+ diluar
paket
operasi
Cito
Depo Farmasi
Rawat Inap
ITURP
(Instalasi Tata
Usaha Rawat
Pasien)
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
61
Ruangan/Poliklinik/Instalasi
Gudang Farmasi TU
Barang Dikirim
Ruangan/Poliklinik/Instalasi
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
62
Tanggapan Penelusuran
Umpan Balik - Positif Sistematik
- Negatif - Literatur Umum
- Literatur Sekunder
- Literatur Primer
Keterangan:
Alur Pertanyaan
Alur Jawaban
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
63
9. Obat ini dipergunakan (diletakkan) di bawah lidah dan dihisap sampai habis
(Coklat)
10. Obat ini harus dilarutkan dahulu dalam segelas air putih dan diminum (Putih)
12. Jangan berhenti minum obat ini secara tiba-tiba, kecuali atas petunjuk dokter
(Orange)
14. Obat ini diminum setengah jam sebelum makan (Orange Muda)
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
Tugas Khusus
Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit
Di RSUP Fatmawati Jakarta
PELAYANAN INFORMASI
UNTUK OBAT-OBAT YANG DIMETABOLISME DI GINJAL
Oleh:
ROMI ACHMADI, S. Farm.
NIM 073202082
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun Oleh:
Romi Achmadi, S. Farm.
NIM 073202082
Tugas Khusus Ini Disusun untuk Melengkapi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Apoteker Pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan
Diketahui oleh:
Pembimbing,
ii
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
Tugas khusus ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
kasih kepada Dra. Setianti Haryani, Apt. selaku pembimbing PKP di RSUP Fatmawati
Jakarta yang telah memberikan banyak pengarahan selama penyusunan tugas khusus
1. Dra. Maria Lesilolo, M. Pharm., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi RSUP
Fatmawati Jakarta yang telah memberikan kesempatan, saran dan fasilitas selama
2. Seluruh staf dan karyawan di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati yang telah
Dengan segala kerendahan hati, penyusun menyadari bahwa tugas khusus ini
mempunyai banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan
demi penyempurnaan tulisan ini. Akhir kata, penyusun berharap tugas khusus ini dapat
Penyusun
iii
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
DAFTAR ISI
JUDUL ................................................................................................................ i
iv
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
BAB I
PENDAHULUAN
Penyediaan layanan informasi obat yang objektif merupakan salah satu fungsi
farmasis (apoteker) di rumah sakit. Akses kepada informasi obat yang relevan secara
klinik, mutakhir, spesifik khas pada pengguna, independen, objektif, dan unbiased
adalah dasar untuk penggunaan obat yang tepat. Dokter penulis resep, farmasis,
disebarkan industri farmasi melalui perwakilan perusahaan farmasi. Dalam banyak hal,
sulit memperoleh yang sama sekali objektif dari produsen obat. Untuk itu, pelayanan
informasi obat perlu dilaksanakan dan dikembangkan bagi tersedianya akses kepada
informasi obat yang relevan demi tercapainya penggunaan obat yang efektif dan aman.
Saat ini, telah banyak penemuan informasi baru mengenai kerja obat dan
yang melakukan metabolisme terhadap obat, hormon, dan xenobiotic. Tidak seperti
liver, fungsi metabolisme pada ginjal baru mendapat perhatian sekitar dua puluh tahun
belakangan ini (Lohr, 1998). Selanjutnya para ilmuan juga mulai memahami beberapa
merupakan salah satu tugas farmasis dalam pelayanan informasi obat. Pemahaman yang
1
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
penggunaan obat yang baik akan membantu pasien dalam meminimalisir berbagai efek
Pada tugas khusus ini, diuraikan beberapa zat aktif yang diketahui mengalami
metabolisme di ginjal dan persen eliminasi (yaitu persentase jumlah molekul obat yang
dieliminasi melalui metabolisme ginjal) obat tersebut, serta beberapa uraian informasi
tentang obat yang dimetabolisme di ginjal berdasarkan daftar penjualan obat pada
Februari 2008 di Depo Farmasi Griya Husada RSUP Fatmawati Jakarta. Penyusunan
tugas khusus ini sendiri merupakan salah satu usaha konkrit bagi tersedianya informasi
1.2 Tujuan
2
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas kesehatan di Indonesia termasuk rumah
sakit. Rumah sakit yang merupakan salah satu sarana kesehatan, merupakan rujukan
usaha penyembuhan dan pemulihan pasien, maka semua tenaga kesehatan yang terlibat
upaya kesehatan. Sebagai salah satu tenaga kesehatan, farmasis bertanggung jawab
memberi pelayanan kefarmasian di rumah sakit. Tanggung jawab ini mencakup banyak
aspek yang terkait dengan obat dan penggunaannya. Mulai dari pengadaan, peracikan,
pelayanan informasi obat adalah kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh apoteker
3
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter,
apoteker, perawat, profesi kesehatan lain dan pasien. Hal ini bertujuan untuk:
pasif
5. Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap
lainnya
Peranan apoteker dalam pelayanan informasi obat bukanlah hal yang baru. Apoteker,
secara tradisional adalah sumber utama informasi obat bagi dokter, perawat, penderita,
dan profesional kesehatan lainnya. Ketika jumlah jenis obat dan produknya masih
sedikit dan pada umumnya mempunyai potensi yang relatif rendah, jumlah yang
4
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
menanyakan keterangan juga kecil dan biasanya dapat dijawab dengan mengacu pada
Dewasa ini, terjadi dua hal yang menimbulkan kebutuhan mengubah pola
tradisional ini. Pertama, jumlah jenis obat dan sediaannya telah sangat besar. Obat yang
lebih baru pada umumnya lebih berkhasiat keras, selektif, dan formulasinya juga
semakin rumit. Kedua, pustaka berkaitan dengan obat telah begitu banyak, dan sumber
pustaka ini sangat beragam, termasuk farmasi, kedokteran, farmakologi, dan biokimia.
Berbagai pustaka tersebut mencakup informasi yang banyak tentang obat baru,
kerjanya, penggunaan klinik, efek yang tak dikehendaki, interaksi dengan obat-obat,
dan kemanjuran komparatif. Semua informasi ini harus dievaluasi untuk memastikan
penggunaan obat yang aman dan efektif, dan hal ini telah memberi beban berat bagi
dokter penulis resep dan dokter berpaling ke apoteker untuk meminta informasi obat.
Dalam banyak hal, pustaka sederhana (seperti farmakope dan buku teks) tidak
mencukupi untuk melayani jawaban yang memadai. Oleh karena itu, rumah sakit
cenderung mengadakan suatu unit baru dalam IFRS, sebagai sumber informasi yang
apoteker spesialis informasi obat, komputer, dan peralatan, yang dapat memberi
Menurut Prof. Dr. Charles J.P. Siregar, apoteker rumah sakit yang memberi
5
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
2. Pengetahuannya tentang fasilitas perpustakaan di dalam dan di luar rumah sakit,
mendapat manfaat penuh dari semua sumber demikian yang tersedia baginya
5. Terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam pelayanan pasien dengan
9. Memberi kontribusi pada pustaka obat melalui partisipasi yang tepat seperti
studi obat klinik dan praklinik, surveilan pengalaman obat klinik dalam rumah
(Siregar, 2003)
2.2 Pelayanan Farmasi Klinik Dalam Konsultasi dan Pelayanan Informasi Obat
Untuk pemilihan, penggunaan, penetapan obat serta regimen obat yang tepat dan
akurat untuk dokter, apoteker, perawat, dan penderita. Dalam banyak hal, adalah sulit
informasi yang formal dikembangkan apoteker rumah sakit sebagai sumber informasi
6
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
tentang berbagai aspek obat yang tidak bias bagi profesional kesehatan berkisar dari
informasi yang bersifat teoritis kimiawi dan farmakologi sampai ke masalah praktis
seperti ROM dan harga. Informasi obat adalah selalu merupakan bagian dari pelayanan
farmasi. Oleh karena itu, IFRS adalah sentra pelayanan informasi obat di rumah sakit.
Kegiatan yang menjadi sasaran informasi obat di rumah sakit, yang wajib dilayani
Panitia Farmasi dan Terapi, Panitia Evaluasi Penggunaan Obat, Panitia Program
4. Informasi untuk materi edukasi obat bagi penderita dan profesional kesehatan
7. Penyediaan informasi obat bagi staf medis, yang bertujuan sebagai berikut:
(Siregar, 2003)
cairan dan elektrolit, sintesis, metabolisme dan sekresi hormon, serta ekskresi sisa
metabolisme. Ginjal mempunyai peran besar dalam proses ekskresi obat, hormon, dan
7
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
xenobiotic. Berbagai mekanisme seperti transport obat dalam tubula proximal pada jalur
sekretori telah lama dipelajari ilmuan. Begitu juga dengan transport reabsorpsi zat
organik seperti asam amino dan choline. Telah lama diketahui bahwa konsep-konsep
tersebut dihubungkan dengan kondisi pH pada difusi balik pasif nonionik. Berbeda
maupun exogenous merupakan suatu studi dan pengetahuan baru yang tidak mendapat
pada penelitian-penelitian dimana organ liver digunakan sebagai bahan uji coba. Namun
akhir-akhir ini, telah ditemukan bahwa ginjal juga ternyata aktif dalam metabolisme
sejumlah obat, hormon, dan xenobiotic. Dalam beberapa kasus tertentu proses
biotransformasi pada ginjal diketahui lebih besar daripada di hati seperti mekanisme
glycination asam benzoat. Bowsher (1983) telah menemukan bahwa pada mamalia,
metabolisme telah bermunculan sejak lebih dari 20 tahun lalu. Dimulai dari proses
utama bagi disposisi obat. Dan yang terkini, informasi tentang produk metabolik yang
dihasilkan di ginjal yang ternyata berpeluang memiliki efek toksik. Para ilmuwan telah
mulai memahami bahwa pola aliran darah pada ginjal, asiditas urin, dan mekanisme
medulary dan papilary ginjal, yang terkadang, endapan pada tempat tersebut membawa
8
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
Dalam pelaksanaan layanan informasi obat masa kini, merupakan hak pasien
pengguna obat untuk memahami resiko nefrotoksisitas yang mungkin ditimbulkan oleh
tanggung jawab farmasis sebagai tenaga kesehatan yang faham tentang obat. Untuk itu,
sistem pelayanan informasi obat harus menjadi salah satu prioritas yang penting untuk
dilaksanakan dan dikembangkan demi terlaksananya terapi obat yang efektif dan aman.
9
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
BAB III
METODOLOGI
sampel yang merupakan obat dengan bahan aktif yang dimetabolisme di ginjal,
a. Indikasi
b. Bentuk Sediaan
c. Dosis
d. Penggunaan Obat
e. Kontraindikasi
f. Perhatian Khusus
g. Reaksi Obat Merugikan
h. Interaksi Obat
i. Anjuran Selama Penggunaan
j. Penyimpanan
k. Produk
10
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
(lihat tabel 4.1) menunjukkan bahwa obat-obat tersebut mempunyai persen eliminasi
yang beragam pada jalur renal metabolisme. Berdasarkan pada data tersebut, dapat
difahami bahwa beberapa obat mengalami metabolisme baik di ginjal maupun di hati.
Di samping itu, dari keberagaman nilai persen eliminasi dapat dilihat bahwa obat-
obatan memiliki resiko nefrotoksisitas yang beragam. Semakin tinggi persen eliminasi
(pada jalur renal metabolisme) suatu obat, maka semakin tinggi pula resiko kerusakan
Berdasarkan data analisa penjualan Depo Farmasi Griya Husada bulan Februari
2008, diketahui dari 607 item obat terdapat 8,73% (53 item) obat-obat yang
pada penggunaannya.
11
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
4.1 Obat-Obat Yang Dimetabolisme Di Ginjal
12
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
(lanjutan)
No Nama Obat % eliminasi No Nama Obat % eliminasi
101 flurbiprofen < 15 151 piroxicam 10
102 furosemide 50 152 polymixin B 60-90
103 gallamine 85-100 153 prazosin < 10
104 glipizide 80 154 prednisone 34
105 guanfacine 24-37 155 prenalterol 60
106 hydralazine < 10 156 procainamide 50-70
107 imepenem 70 157 propylthiouracil < 10
108 indometacin 30 158 pyridogstigmine 80-90
109 indoramine < 10 159 pyrimidone 40
110 isoniazid 5-25 160 quine 20
111 lidocain 5 161 quinidine 15-40
112 lincomycin 5-15 162 ranitidine 80
113 mannitol 80 163 rifampin < 10
114 medroxalol 8 164 sotalol 60-75
115 mefenamic acid <6 165 spectinomycin 75
116 meperidine 5-7 166 sulfadiazine 66
117 meprobamate 10 167 sulfamethoxazole 20-30
118 methadone 25 168 sulfasalazine 10-20
119 methicillin 85-90 169 sulfinpyrazone 25-50
120 methimazole 7 170 sulfisoxazole 50-55
121 methyldopa 50-65 171 sulindac 7
122 methylorednisolone 10 172 temocillin 85
123 metoclopramide 10-22 173 terazosin 15
124 metocurine 45-60 174 terbutaline 50
125 metoprolol 5-10 175 tetracycline 60
126 mexiletine 30-55 176 thiamphenicole 60-90
127 mezlocillin 60-70 177 ticarcillin 85-90
128 milrinone 85 178 timolol 15
129 minoxidil 12 179 tinidozole 25
130 morphine 10 180 tocainide 40
131 moxalactam 60-80 181 tolfenamic acid <8
132 nacatigmin 67 182 tolmetin 25
133 N-acetylprocainamide 85 183 tranexamic acid 90
134 nadolol 60-75 184 triamtene 7
135 nafcillin 25 185 trimethoprim 50
136 nalbuphine <7 186 tubocurarine 40-60
137 norfloxacin 30 187 valproate 3-7
138 oxacillin 45 188 vancomycin 90-100
139 p-aminosalicylic acid 40-60 189 vidarabine 40-60
140 pancuronium 30-40 190 vigabatrine 50
141 penbutolol 4-6 191 zidovudine 19
142 penicillamine 3-25 192 zopiclone 4-5
143 penicillin 90-100
144 pentamidine 100
145 phencyclidine 9-10
146 phenobarbital 20
147 pindolol 36-39
148 piperacillin 53-73
149 pirenzepine 10
150 pirmenol 25
13
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
4.2 Informasi Obat
Acyclovir
a. Indikasi
Infeksi herpes simpleks pada kulit dan membran mukosa, termasuk herpes genitalis
inisial dan rekurens. Mencegah kambuhnya infeksi herpes simpleks rekurens pada
b. Bentuk Sediaan
c. Dosis
Dewasa, Herpes simpleks: 200 mg/4 jam atau 5 kali/hari tanpa dosis malam hari.
kali/hari, Herpes zoster/varicella: 800 mg/4 jam atau 5 kali/hari tanpa dosis malam hari.
Herpes simplex dengan gangguan fungsi ginjal berat (bersihan kreatinin <10 ml/mnt)
200 mg/12 jam, Bersihan kreatinin 10-25 ml/mnt: 800 mg/8 jam. Anak, Herpes simplex
pada usia <2 tahun: setengah dosis dewasa, varicella usia >6 tahun: 800 mg 4 kali/hari,
usia 2-6 tahun: 400 mg 4 kali/hari, usia <2 tahun: 200 mg atau 20 mg/kgBB 4 kali/hari,
d. Penggunaan Obat
Dapat diberikan bersama atau tidak bersama dengan makanan. Untuk kenyamanan
14
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
e. Kontraindikasi
Hipersensitivitas.
f. Perhatian Khusus
Penderita dengan gangguan fungsi ginjal dan lansia dengan kelainan bersihan kreatinin.
bilirubin dan enzim hati, peningkatan kadar urea dan kreatinin darah, penurunan indeks
h. Interaksi Obat
ginjal), hamil atau laktasi. Penggunaan obat untuk pencegahan tidak boleh dilaksanakan
tanpa berkonsultasi dengan dokter. Jaga area yang terinfeksi agar tetap bersih dan
kering. Jangan melakukan kontak seksual. Bagi perempuan yang sedang menstruasi,
Bila pasien lupa menggunakan obat. Untuk tablet, gunakan segera dosis yang
terlupa pada hari tersebut begitu pasien mengingatnnya dengan interval. Untuk topikal,
oleskan obat segera setelah pasein mengingatnya dan lanjutkan pengolesan obat tiap
15
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
j. Penyimpanan
Simpan dalam wadah tertutup pada suhu kamar dan kering. Hindarkan dari tempat yang
k. Produk
Alopurinol
a. Indikasi
Keadaan yang berhubungan dengan kelebihan kadar asam urat termasuk arthritis gout.
Pencegahan dan pengobatan batu ginjal pada penderita yang kadar asam urat dalam
b. Bentuk Sediaan
c. Dosis
Dewasa: 2-10 mg/kgBB/hari. Kasus ringan 100-200 mg/hari. Kasus berat maksimal 900
d. Penggunaan Obat.
16
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
e. Kontraindikasi
Serangan gout yang akut. Hipersensitif. Kelainan hati dan supresi sumsum tulang.
Hiperurisemia asimtomatis.
f. Perhatian Khusus
Ruam kulit (hentikan pemberian), gangguan fungsi ginjal dan hati. Hamil dan laktasi.
Ruam kulit, disfungsi hati dan ginjal, diare, mual, muntah, mengantuk, sakit kepala, rasa
h. Interaksi Obat
dengan gangguan fungsi ginjal). Efek alopurinol dikurangi oleh salisilat dan urikosurik.
karena dapat menimbulkan urin asam dan menyebabkan batu ginjal. Konsultasikan bila
17
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
Bila lupa mengkonsumsi obat, segera ambil dosis yang terlupa pada hari tersebut
dengan interval begitu pasien mengingatnya. Jangan gunakan dosis ganda. Bila pasien
j. Penyimpanan
Simpan dalam wadah tertutup pada suhu kamar. Hindarkan dari panas dan cahaya
k. Produk
Algut, Isoric, Zyloric, Xanturic, Alofar, Puricemia, Urica, Reucid, Hycemia, dll
Alprazolam
a. Indikasi
b. Bentuk Sediaan
Tablet 0.25 mg, 0.5 mg, 1 mg dan 2 mg. Larutan 0.1 mg/ml dan 1 mg/ml.
c. Dosis
Anxietas: 0,5-4,0 mg/hari dalam dosis terbagi. Depresi: 2,5-3,0 mg/hari. Panik: 2 mg
d. Penggunaan Obat
18
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
e. Kontraindikasi
Hipersensitivitas, nyeri parah yang tidak terkontrol, glaukoma sudut sempit, depresi
f. Perhatian khusus
timbul rash dan kadang-kadang dermatitis. Penurunan libido dan gangguan menstruasi.
Perubahan nafsu makan, perubahan berat badan, xerostomia. Dapat terjadi hipotensi,
h. Interaksi Obat
alprazolam dan menurunkan efikasinya. Beberapa obat yang dapat meningkatkan kadar
verapamil.
Selama penggunaan obat ini sebaiknya hindari konsumsi alkohol dan obat-obat
antidepresan yang lain. Hindari aktivitas membutuhkan koordinasi otot seperti menyetir
atau menjalankan mesin. Konsumsi obat ini menurut dosis yang dianjurkan karena bisa
19
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
menimbulkan ketergantungan. Hindari penghentian secara mendadak setelah
penggunaan jangka lama dan segera hubungi dokter bila terjadi efek merugikan yang
Bila pasien lupa menggunakan obat, gunakan dosis yang terlupa segera setelah
pasien ingat. Namun bila dosis tersebut berdekatan jadwal penggunaan berikutnya maka
tinggalkan dan ikuti jadwal yang berikutnya saja. Jangan sampai menggunakan dosis
ganda.
j. Penyimpanan
Disimpan dalam wadah tertutup dan jauh dari jangkauan anak-anak, pada suhu kamar,
k. Produk
Asam Mefenamat
a. Indikasi
Reumatik, nyeri punggung bawah, nyeri otot dan akibat trauma. Nyeri telinga, sakit
b. Bentuk Sediaan
c. Dosis
Dewasa dan anak >14 tahun dosis awal 500 mg, dilanjutkan 250 mg/6 jam.
20
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
d. Penggunaan Obat
e. Kontraindikasi
Kerusakan ginjal atau hati, tukak peptik atau tukak usus, inflammatory bowel disease.
f. Perhatian Khusus
Hamil dan laktasi, anak <14 tahun, gangguan fungsi ginjal dan hati, epilepsi, dan
dehidrasi.
h. Interaksi Obat
Sebaiknya obat ini digunakan hanya bila nyeri timbul. Jangan menyetir atau
perut terisi. Jangan gunakan aspirin bersama dengan obat ini. Hindari alkohol karena
dapat memperparah efek iritasi lambung dan segera hubungi dokter bila terjadi efek
21
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
Bila pasien lupa menggunakan obat, gunakan dosis yang terlupa segera setelah
pasien ingat. Namun bila dosis tersebut berdekatan jadwal penggunaan berikutnya maka
tinggalkan dan ikuti jadwal yang berikutnya saja. Jangan sampai menggunakan dosis
ganda.
j. Penyimpanan
k. Produk
Cefixime
a. Indikasi
Infeksi saluran kemih tanpa komplikasi, otitis media, faringitis, tonsilitis, bronkitis akut
dan eksaserbasi akut. Terapi demam tipoid pada anak dengan multiresisten terhadap
b. Bentuk Sediaan
Kapsul 50 mg, 100 mg. Tablet film coated 200 mg. Sirup kering 100 mg/5 ml.
c. Dosis
Dewasa dan anak ≥30 kg 50-100 mg 2 kali/hari. Untuk infeksi yang lebih berat atau
refrakter: sd 200 mg 2 kali/hari. Anak: 1,5-3,0 mg/kgBB 2 kali/hari, infeksi yang lebih
22
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
berat atau refrakter: 6 mg/kgBB 2 kali/hari. Gonorhoe tak terkomplikasi: 400 mg dalam
dosis tunggal.
d. Penggunaan Obat
e. Kontraindikasi
f. Perhatian Khusus
Hipersensitif terhadap penisilin, riwayat atopik, gangguan fungsi ginjal berat. Pasien
yang menggunakan makanan parenteral. Lansia, pasien dengan kelemahan fisik. Hamil,
K.peningkatan hasil tes fungsi hati, disfungsi ginjal, gangguan pernafasan, sakit kepala
atau pusing.
h. Interaksi Obat
23
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
i. Anjuran Selama Penggunaan
Seluruh obat yang diresepkan harus di konsumsi sampai habis meskipun pasien
telah merasa lebih baik untuk mengurangi resiko resistensi. Konsultasikan keadaan
Bila pasien lupa mengkonsumsi obat, segera ambil dosis tersebut begitu pasien
mengingatnya. Namun bila pasien mengingat pada jadwal selanjutnya, maka gunakan
j. Penyimpanan
Simpan dalam wadah tertutup pada suhu kamar. Hindarkan dari panas dan cahaya
k. Produk
Ciprofloxacin
a. Indikasi
Infeksi saluran nafas, telinga tengah, sinus, mata, ginjal, dan saluran kemih (termasuk
prostatitis), infeksi saluran kemih tanpa komplikasi (sistitis), infeksi organ kelamin
jaringan lunak, tulang dan sendi, septikemia, infeksi pada pasien dengan penurunan
b. Bentuk Sediaan
Tablet 250 mg, 500 mg, 750 mg. IV infus 200 mg/100 ml. Tablet SR 500 mg, 1000 mg.
24
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
c. Dosis
tunggal 250 mg po atau 100 mg iv. Kurangi bersihan bila kreatinin <20 ml/mnt. Tablet
SR, ISK tanpa komplikasi 500 mg 1 kali/hari selama 3 hari. ISK dengan komplikasi
atau pyelonefritis akut tanpa komplikasi 1000 mg 1 kali/hari selama 7-14 hari.
d. Penggunaan Obat
diberikan bersama dengan antasida, Fe, atau produk susu. Tablet SR jangan dikunyah.
e. Kontraindikasi
Riwayat hipersensitif dengan siprofloksasin atau gol quinolon lainnya. Anak, remaja,
f. Perhatian Khusus
reaksi lain. Efek pada darah dan parameter lab. Kolitis pseudomembran (sangat jarang).
25
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
h. Interaksi Obat
meningkatkan kadar teofilin plasma dan warfarin. Pemberian bersama AINS dapat
menggunakan obat lain, dan informasikan ke dokter bila mengalami efek samping
berkaitan dengan penggunaan obat ini. Minumlah air putih setidaknya 8 gelas per hari
untuk mengurangi reaksi obat yang tidak dikehendaki. Dan hindari konsumsi banyak
Sangat penting untuk memperhatikan jadwal penggunaan obat ini. Bila pasien
terlupa, segera ambil dosis tersebut setelah pasien ingat. Namun bila dosis yang terlupa
tersebut berdekatan dengan jadwal penggunaan selanjutnya maka gunakan dosis pada
j. Penyimpanan
Simpan obat dalam wadah tertutup pada suhu kamar. Hindarkan dari panas dan cahaya
k. Produk
26
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
Cefotiam
a. Indikasi
Infeksi oleh kuman yang peka terhadap sefotiam, Staphylococcus sp., Streptococcus sp.
infeksi ateroma, abses perianal. Mastitis, infeksi superfisial sekunder karena trauma atau
media, sinusitis. Septikemia, luka pasca operasi, infeksi luka bakar, osteomielitis,
b. Bentuk Sediaan
c. Dosis
Tablet 200-400 mg sampai 1200 mg/hari terbagi dalam 3 dosis. Vial 0,5-2 g/hari
d. Penggunaan Dosis
e. Kontraindikasi
27
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
f. Perhatian
Alergi terhadap penisillin, gangguan saluran gastrointestinal, hamil atau laktasi, anak,
defisiensi vitamin K
Syok, reaksi hipersensitif, pusing, sakit kepala, mati rasa, nyeri dada, malaise, edema
h. Interaksi Obat
Seluruh obat yang diresepkan harus digunakan seluruhnya sesuai aturan dosis
penyakit (khususnya gagal ginjal) atau mengalami reaksi yang tidak diinginkan selama
Sangat penting untuk memperhatikan jadwal penggunaan obat ini. Bila pasien
terlupa, segera ambil dosis tersebut setelah pasien ingat. Namun bila dosis yang terlupa
tersebut berdekatan dengan jadwal penggunaan selanjutnya maka gunakan dosis pada
28
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
j. Penyimpanan
Simpan obat dalam wadah tertutup pada suhu kamar. Hindarkan dari panas dan cahaya
k. Produk
Cefuroxim
a. Indikasi
Infeksi saluran nafas bawah, infeksi saluran kemih, infeksi jaringan lunak, tulang dan
profilaksis pada infeksi abdomen, pelvis, ortopedik, jantung, paru, operasi esofageal dan
vaskuler.
b. Bentuk Sediaan
c. Dosis
Dewasa: 750-2 g/8 jam selama 5-10 hari. Anak: 30-100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4
dosis.
d. Penggunaan Obat
29
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
e. Kontraindikasi
f. Perhatian Khusus
h. Interaksi Obat
Seluruh obat yang diresepkan harus digunakan seluruhnya sesuai aturan dosis
penyakit (khususnya gagal ginjal) atau mengalami reaksi yang tidak diinginkan selama
Sangat penting untuk memperhatikan jadwal penggunaan obat ini. Bila pasien
terlupa, segera ambil dosis tersebut setelah pasien ingat. Namun bila dosis yang terlupa
tersebut berdekatan dengan jadwal penggunaan selanjutnya maka gunakan dosis pada
30
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
j. Penyimpanan
Simpan obat dalam wadah tertutup pada suhu kamar. Hindarkan dari panas dan cahaya
k. Produk
Anbacim, Cefurox, Celocid Dexa Medica, Celocid Ferron, Cethixim, Kalcef, Kenacef,
Digoksin
a. Indikasi
b. Bentuk Sediaan
Tablet 0,25 mg
c. Dosis
Dewasa, Digitalisasi cepat (24-36 jam): 4-6 tab/hari, kemudian 1 tablet pada interval
waktu tertentu sampai kompensasi tercapai. Digitalisasi lambat (3-5 hari): 2-6 tab/hari
dalam dosis terbagi. Terapi penunjang: 1-3 tab/hari. Anak <10 tahun, Digitalisasi cepat:
mcg/kgBB/hari.
d. Penggunaan Obat
31
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
e. Kontraindikasi
Takikardia ventrikular dan fibrilasi ventrikular, blok AV komplit dan derajat dua. Henti
f. Perhatian Khusus
penglihatan). Gangguan frekuensi, konduksi, dan irama jantung. Reaksi alergi kulit
h. Interaksi Obat
Bersama Ca dosis tinggi, obat psikotropika termasuk litium dan simpatomimetik, dapat
digoksin dalam serum. Bersama kolestiramin, kolestipol, antasida dan neomisin, dapat
Pasien harus menggunakan pola makan yang rendah sodium. Konsultasikan bila
pasien mempunyai riwayat penyakit lain (terutama hati, ginjal, paru-paru, tiroid) atau
32
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
menggunakan obat-obat lain secara bersamaan dengan digoksin juga bila pasien hamil
atau menyusui.
Bila terlupa mengkonsumsi obat ini maka jangan ambil dosis tersebut. Konsumsi
seperti dosis reguler pada jadwal selanjutnya saja. Jangan ambil dosis ganda. Dan
konsultasikan ke dokter bila pasien lupa mengkonsumsi obat dua kali atau lebih.
j. Penyimpanan
Simpan obat dalam wadah tertutup dan jauh dari jangkauan anak-anak. Letakkan obat
k. Produk
Furosemida
a. Indikasi
Edema karena payah jantung, insufisiensi ginjal, kelainan paru, serebral dan gangguan
pembuluh darah perifer. Asietes hati. Edema pada kehamilan setelah trimester kedua,
b. Bentuk Sediaan
c. Dosis
33
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
d. Penggunaan Obat
Dapat diberikan bersama atau tidak bersama dengan makanan. Untuk kenyamanan pada
e. Kontraindikasi
f. Perhatian Khusus
Diabetes melitus, riawayat gout, gangguan fungsi hati dan ginjal, hiperurisemia, riwayat
h. Interaksi Obat
34
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
i. Anjuran Selama Penggunaan
potassium (pisang, jus jeruk, dll), suplemen potassium. Lakukan olah raga teratur.
Konsultasikan bila pasien mempunyai riwayat penyakit atau sedang mengkonsumsi obat
lain. Jangan berhenti menggunakan obat yang telah diresepkan walaupun pasien merasa
baikan tanpa berkonsultasi dengan dokter. Lakukan penimbangan berat badan selama
penggunaan dan bila pasien kehilangan berat badan yang cepat maka konsultasikan ke
dokter.
Bila pasien lupa mengkonsumsi obat, ambil dosis yang terlupa tersebut segera
j. Penyimpanan
Simpan obat ini dalam wadah tertutup pada temperatur kamar, hindari sinar matahari
langsung dan jauhkan dari jangkauan anak-anak. Untuk sediaan furosemid cair, simpan
k. Produk
Lasix, Uresix, Classic, Diurefo, Farsix, Impugan, Edemin, Cetasix, Farsiretic, dll.
Isoniazid
a. Indikasi
b. Bentuk Sediaan
35
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
c. Dosis
Dewasa: 4-5 mg/kgBB/hari dosis tunggal atau terbagi maksimal 300 mg/hari. Anak: 10-
d. Penggunaan Obat
Paling baik diberikan pada saat perut kosong, 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan.
e. Kontraindikasi
f. Perhatian Khusus
Pasien dengan riwayat alkoholik psikotik, hamil atau laktasi, porfiria, gangguan fungsi
Neuritis perifer, neuritis optik, nekrosis hepatotoksis, insomnia, kedutan pada otot,
h. Interaksi Obat
36
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
mengurangi efek INH, INH meningkatkan efek fenitoin, menghambat metabolisme
Seluruh obat yang diresepkan harus digunakan seluruhnya sesuai aturan dosis
penyakit (khususnya gagal hati dan ginjal) atau mengalami reaksi yang tidak diinginkan
Sangat penting untuk memperhatikan jadwal penggunaan obat ini. Bila pasien
terlupa, segera ambil dosis tersebut setelah pasien ingat. Namun bila dosis yang terlupa
tersebut berdekatan dengan jadwal penggunaan selanjutnya maka gunakan dosis pada
j. Penyimpanan
Simpan obat dalam wadah tertutup pada suhu kamar. Hindarkan dari panas dan cahaya
k. Produk
Kaptopril
a. Indikasi
37
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
b. Bentuk Sediaan
c. Dosis
Hipertensi: 12,5-25 mg 2-3 tab/hari, GJK: 6,25-12,5 mg 2-3 tab/hari maksimal 400
d. Penggunaan Obat
Diberikan pada saat perut kosong 1 jam sebelum atau 2 jam setelah makan.
e. Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap ACE Inhibitor, gagal ginjal, stenosis aorta, hamil atau berpotensi
f. Perhatian Khusus
Penderita penyakit kolagen vaskuler, gangguan ginjal. Hentikan penggunaan bila terjadi
gejala angiodema. Lakukan pemeriksaan hitung leukosit dan protein urin secara
Proteinuria, peningkatan ureum dan kreatinin darah, idiosinkrasi, ruam kulit (terutama
38
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
h. Interaksi Obat
Efek hipotensi ditingkatkan oleh diuretik dan antihipertesi lain, namun diturunkan oleh
Ukur secara berkala tekanan darah pasien. Hentikan kebiasaan merokok dan
jauhi pemicu stres, lakukan olahraga aerobik teratur serta hindari makanan yang kaya
sodium untuk mendukung menstabilkan tekanan darah. Beritahukan kepada dokter bila
pasien hamil atau menggunakan obat-obatan lain yang dapat berinteraksi dengan
kaptopril.
Bila lupa mengkonsumsi obat, segera ambil dosis yang terlupa untuk satu hari
j. Penyimpanan
Disimpan dalam wadah tertutup, pada suhu kamar. Jangan diletakkan pada tempat
k. Produk
Metilprednisolon
a. Indikasi
39
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
sistemik, karditis reumatik akut, rinitis alergi perenial, reaksi hipersensitivitas terhadap
obat, serum sickness, dermatitis kontak alergi, asma bronkial, uveitis anterior dan
posterior, neuritis optik, sarkoid paru, pneumonitis aspirasi, ITP (pada dewasa),
dan limfoma (pada dewasa), leukimia kut (pada Anak), kolitis ulseratif, eksaserbasi akut
b. Bentuk Sediaan
c. Dosis
Dewasa: 4-48 mg/hari tergantung jenis penyakit dan respon pasien lalu diturunkan
sampai dosis minimal efektif. Sklerosis multipel: 160 mg/hari selama 1 minggu diikuti
mg/kgBB/hari dalam 3 dosis terbagi, indikasi lain: 0,417-1,67 mg/kgBB/hari dalam 3-4
dosis terbagi.
d. Penggunaan Obat
e. Kontraindikasi
Tuberkulosis, infeksi jamur sistemik, varisela, keratitis herpes simpleks, tukak peptik,
sindrom Chusing, psikosis akut, belum lama mendapat imunisasi, anak <6 tahun.
40
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
f. Perhatian Khusus
dengan kemungkinan terjadi kerusakan saraf mata, peningkatan infeksi mata sekunder
karena jamur dan virus. Hindari penghentian terapi secara mendadak. Hamil dan laktasi.
anastomosis inteatinal yang masih baru, gagal jantung kongestif, insufisiensi ginjal.
abdomen, esofagitis ulseratif, peningkatan enzim hati, luka lambat sembuh, ptekiae,
ekimosis, eritema, sakit kepala, pseudotumor serebri, hambatan pertumbuhan anak, haid
h. Interaksi Obat
derivat kumarin.
Informasikan ke dokter seluruh riwayat penyakit pasien, bila pasien hamil atau
laktasi, serta semua efek yang timbul setelah penggunaan obat. Jangan melakukan
41
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
vaksinasi atau imunisasi selama penggunaan obat ini. Konsumsi makanan rendah
Bila pasien lupa mengkonsumsi obat. Untuk dosis 1 kali/hari, segera ambil dosis
yang terlupa begitu pasien mengingatnya. Namun bila tidak teringat sampai jadwal
dosis berikutnya, ambil obat untuk jadwal selanjutnya saja. Untuk dosis >1 kali/hari,
segera ambil dosis yang terlupa pada hari tersebut begitu pasien mengingatnya dengan
interval. Namun bila pasien teringat pada saat jadwal dosis selanjutnya maka boleh
j. Penyimpanan
Simpan dalam wadah tertutup pada suhu kamar. Hindarkan dari panas dan sinar
k. Produk
Piroxicam
a. Indikasi
Mengatasi rasa nyeri dan inflamasi, dan kekakuan pada rheumatoid arthritis dan osteo
tenosinovitis, periarthritis, keseleo, tegang otot dan nyeri pungguang bawah. Gout akut,
42
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
b. Bentuk Sediaan
c. Dosis
RA, OA, spondilitis ankilosa: 10-20 mg/hari. Gangguan otot rangka akut: Awal 40
d. Penggunaan obat
e. Kontraindikasi
f. Perhatian Khusus
Penderita gangguan fungsi ginjal, kelainan kardiovaskuler, hamil dan usia lanjut.
h. Interaksi Obat
43
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
i. Anjuran Selama Penggunaan
dokter bila pasien juga menggunakan obat antikoagulan dan lithium atau pernah
mengalami ulser dan gangguan fungsi ginjal. Tidak dianjurkan menggunakan aspirin
Bila pasien lupa menggunakan obat, gunakan dosis yang terlupa segera setelah
pasien ingat. Namun bila dosis tersebut berdekatan jadwal penggunaan berikutnya maka
tinggalkan dan ikuti jadwal yang berikutnya saja. Jangan sampai menggunakan dosis
ganda.
j. Penyimpanan
Simpan obat dalam wadah tertutup dan pada suhu kamar. Hindarkan dari sinar matahari
k. Produk
Faxiden, Felcam, Feldene, Rexicam, Rosic, Roxidene, Sofden, Indene, Infiel, Scandene,
Ranitidin
a. Indikasi
Tukak duodenal aktif, tukak lambung aktif non maligna, kondisi hiperseksekresi
44
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
b. Bentuk Sediaan
Tablet 150 mg dan 300 mg. Ampul 50 mg/2 ml dan 25 mg/1 ml.
c. Dosis
Tukak duodenum: 150 mg 2x/hari atau 300 mg 1x/hari. Tukak lambung aktif
tukak peptik akut: 150 mg sebelum tidur. Hipersekresi patologis: 150 mg 3x/hari
ditingkatkan sesuai kebutuhan. IM: 50 mg/2ml per 6-8 jam. IV: 50 mg/2 ml per 6-8 jam
(dalam 0,9 NaCl). Pasien gangguan fungsi ginjal (Cl keatinin ≤50 ml/mnt): 150 mg/24
jam.
d. Penggunaan Obat
e. Kontraindikasi
Hipersensitivitas.
f. Perhatian Khusus
gangguan fungsi ginjal atau hati, wanita hamil atau menyusui, anak-anak, dan penderita
kanker lambung.
Sakit kepala, gangguan gastrointestinal, konstipasi, diare, ruam kulit, serta depresi dan
agitasi.
45
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
h. Interaksi Obat
penggunaan dosis. Antasida dapat digunakan untuk mengurangi nyeri lambung dan bila
tidak hilang setelah dua minggu harap menghubungi dokter. Segera melapor ke dokter
Bila pasien lupa menggunakan obat, gunakan dosis yang terlupa segera setelah
pasien ingat. Namun bila dosis tersebut berdekatan jadwal penggunaan berikutnya maka
tinggalkan dan ikuti jadwal yang berikutnya saja. Jangan sampai menggunakan dosis
ganda.
j. Penyimpanan
Disimpan di tempat tertutup, pada temparatur kamar, hindari sinar matahari langsung
k. Produk
Acran, Aldin, Anitid, Chopintac, Conranin, Hexer, Radin, Rancus, Ranilex, Rantin,
46
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
BAB V
5.1 Kesimpulan
berbeda-beda. Semakin tinggi nilai persen eliminasinya maka semakin tinggi resiko
obat tersebut menyebabkan gangguan fungsi ginjal. Informasi mengenai obat dan
Berdasarkan data analisa penjualan Depo Farmasi Griya Husada bulan Februari
2008, dapat diketahui bahwa dari 607 item obat terdapat 8,73% diantaranya merupakan
ginjal dapat mengoptimalkan efek terapi obat tersebut dan meminimalisir reaksi obat
5.2 Saran
dan obat-obat nefrotoksik, yang mencakup tata laksana penggunaan terapi yang efektif
dan aman.
47
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Philip O. dkk. (2002). “Handbook of Clinical Drug Data”. Edisi Kesepuluh.
Benefield, W.H, dkk. (1994). “Medication Teaching Manual: The Guide to Patient
Maryland.
Evaria. Suciati, Rince (ed). (2008). “MIMS Indonesia – Petunjuk Konsultasi” Edisi
Lohr, James W. dkk. (1998). “Renal Drug Metabolism”. The American Society for
Siregar, Charles J.P. (2003). “Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Terapan”. Penerbit
EGC. Jakarta.
48
Romi Achmadi: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008.
USU e-Repository © 2008