Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Para istri yang hidup di tiga zaman (sahabat, tabi’in dan atba’
tabi’in) mempunyai tradisi tersendiri. Jika para suami mereka akan keluar
mencari rezeki, mereka berpesan “, takutlah kepada Allah terhadap kami, dan
janganlah memberi makan kami dari barang haram. Sesungguhnya kami
masih bisa sabar terhadap kelaparan, akan tetapi kami tidak tahan terhadap
siksa neraka”. (Al Ghazali dalam Al Ihya Ulumiddin, di akhir Bab Nikah).
Ibnu Sirin, seorang tabi’in senior, jika melepas kepergian seseorang
dia mengatakan, “Takutlah kepada Allah, dan carilah rezeki halal yang telah
ditetapkan kepadamu. Jika engkau mengambilnya dari sesuatu yang haram,
maka itu tidak akan menambah jumlah rezeki yang telah ditetapkan Allah
kepadamu”.
Dari Aisyah ra berkata, Abu Bakar As Shiddiq ra mempunyai
seorang hambasahaya yang memberikan kepadanya sebagian pendapatan
wajibnya. Lalu, Abu Bakar biasa makan dari hasil kharaj tadi. Pada suatu hari
hambasahaya itu datang padanya dengan membawa sesuatu, kemudian Abu
Bakar juga memakannya. Selanjutnya dia berkata pada Abu Bakar: “Tahukah
tuan, hasil dari manakah ini?” Abu Bakar bertanya: “Memang dari mana?” Ia
menjawab: “Dahulu pada jaman jahiliyah saya pernah meramal seseorang,
padahal saya sendiri sebenarnya tidak tahu masalah peramalan, melainkan
saya hanyalah menipunya belaka. Tadi ia menemui saya lalu sebagai tanda
terima kasih, dia memberikan pada saya sesuatu yang Anda makan itu.” Abu
Bakar lalu memasukkan tangannya ke dalam kerongkongannya, lalu
memuntahkan segala sesuatu yang ada dalam perutnya (HR. Bukhari)
Dari kisah diatas muncul pertanyaan, “Halal atau haram-kah
makanan yang dimakan oleh Abu Bakar tersebut?” Pada dasarnya ilmu
perdukunan adalah haram hukumnya. Bisnis perdukunan termasuk hasilnya-
pun juga haram hukumnya. Lantas apakah makanan yang dimakan Abu Bakar

1
tersebut haram, padahal bisnis perdukunan yang dilakukan hamba sahaya itu
terjadi dahulu kala (jaman jahiliyah). Mungkin saja orang tersebut
memberikan makanan kepada hamba sahaya itu lantaran sudah lama tidak
bertemu (bukan disebabkan karena peristiwa perdukunan yang dilakukan di
waktu lalu). Sehingga kejadian tersebut tidak bisa dipastikan halal dan
haramnya karena tidak dijelaskan dari mana asal mulanya makanan tersebut
didapatkan (Syubhat). Sehingga Abu Bakar memuntahkan semua makanan di
kerongkongannya, lantaran beliau takut jangan-jangan makanan yang
dimakan adalah barang yang haram.
Pelajaran yang dapat diambil dari kisah ini adalah untuk bisa
mengetahui halal dan haramnya sesuatu hal/perkara, maka yang harus
dilakukan adalah dengan cara bertanya langsung kepada yang bersangkutan.
Simak beberapa kisah sehari-hari berikut :

a) Di meja kerja kantor terdapat beberapa potong kue. Tanpa


bertanya, kemudian seseorang langsung saja mengambil memakan beberapa
bagian dari kue tersebut. Dimana mungkin saja kue tersebut adalah milik
orang lain atau ada seseorang yang sengaja meletakkan kue tersebut di meja
agar dimakan oleh rekan-rekan kerjanya. Halal atau haram kue yang
dimakan tersebut?
b) Seseorang membeli bubur ayam langganan-nya yang sering lewat
didepan rumah-nya. Karena sering membeli bubur ayam langganan-nya ini,
orang tersebut sudah sangat kenal bahkan sangat akrab dengan penjual
bubur ayam itu. Ketika penjual bubur ayam sedang sibuk melayani
menyiapan racikan bubur ayam, ternyata orang tersebut mengambil
beberapa krupuk di gerobak bubur ayam dan memakan-nya sambil ngobrol
dengan penjual bubur ayam (karena dirasakan sudah sangat akrab dengan
penjual bubur ayam). Apakah krupuk yang dimakan tersebut halal atau
haram?

2
Kedua kisah diatas termasuk syubhat karena tidak jelas antara halal atau
haram-nya. Untuk mengetahui halal dan haramnya, maka yang harus dilakukan
adalah menanyakan langsung siapa pemilik kue tersebut (kisah 1) dan apakah
diperbolehkan mengambil krupuk dari si penjual bubur ayam tadi dengan
langsung bertanya ke pembeli bubur ayam tadi (kisah 2). Tapi jika tidak diketahui
halal dan haramnya maka hal tersebut adalah syubhat dan hendaknya kita hindari ,
jangan sampai apa-apa yang kita makan menjadi haram karena tingkah kita
sendiri.
Bahwasannya makanan haram adalah tidak selalu sesuatu yang telah
ditentukan wujudnya, tetapi juga bagaimana cara memperolehnya. Untuk itu lah
kami membahas makalah mengenai Cara menghindari Makanan Haram ini adalah
selain memenuhi tugas kuliah Pendidikan Agama Islam IV, tetapi juga untuk
memahami bagaimana cara menghindari makanan haram itu sendiri, juga untuk
mengetahui seperti apakah makanan haram itu.

b. Tujuan
Adapun tujuan kami dalam pembuatan makalah yang membahas
mengenai Cara menghindari Makanan Haram ini adalah untuk memenuhi
tugas kelompok mata kuliah Pendidikan Agama Islam IV.
Diharapkan makalah ini nantinya dapat digunakan sebagaimana
mestinya, serta dapat bermanfaat untuk sebagai bahan panduan dan referensi
dalam pembuatan makalah dikemudian harinya.

c. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang timbul setelah membaca latar
belakang dari makalah yang membahas mengenai Cara Menghindari
Makanan haram ini adalah sebagai berikut:
a. Apa saja makanan yang diharamkan?
b. Apa dampak makanan haram?
c. Bagaimana cara menghindari makanan haram itu?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. MAKANAN HARAM

Haram artinya larangan (dilarang oleh agama). Jadi, makanan yang


haram adalah makanan yang dilarang oleh syara’ untuk dimakan. Setiap yang
dilarang oleh syara’ pasti ada bahayanya dan meninggalkannya pasti ada
faedahnya dan mendapat pahala.
Termasuk di antara keluasan dan kemudahan dalam syari'at Islam,
Allah -Subhanahu wa Ta'ala-menghalalkan semua makanan yang
mengandung maslahat dan manfaat, baik yang kembalinya kepada
ruhmaupun jasad, baik kepada individu maupun masyarakat. Demikian pula
sebaliknya Allah mengharamkansemua makanan yang memudhorotkan atau
yang mudhorotnya lebih besar daripada manfaatnya. Hal initidak lain untuk
menjaga kesucian dan kebaikan hati, akal, ruh, dan jasad, yang mana baik
atau buruknyakeempat perkara ini sangat ditentukan -setelah hidayah dari
Allah- dengan makanan yang masuk ke dalamtubuh manusia yang kemudian
akan berubah menjadi darah dan daging sebagai unsur penyusun hati
danjasadnya. Karenanya Nabi -Shallallahu 'alaihi wasallam- pernah bersabda:
“Daging mana saja yang tumbuh dari sesuatu yang haram maka neraka
lebih pantas untuknya”.

Makanan yang haram dalam Islam ada dua jenis:


a) Ada yang diharamkan karena dzatnya. Maksudnya asal dari
makanan tersebut memang sudah haram, hal ini terbagi menjadi
dua, yaitu :
- makanan yang haram dengan sendirinya.
1. Darah hewan
2. Makanan yang sudah busuk (basi)
3. Makanan yang mengandung racun

4
4. Makanan yangmenjijikkan (kotor) dan yang
membahayakan
- Makanan yang haram karena dicampur dengan barang haram.
1. Makanan yang digoreng dengan minyak babi maupun
dagingnya
2. Makanan busuk yang diolah lagi
3. Makanan dari hewan halal, tetapi cara menyembelihnya
tidak secara Islam
4. Buah-buahan halal diolah menjadi makanan maupun
minuman yang haram juga membahayakan kesehatan
Makanan yang disebut diatas diharamkan oleh Allah kepada kita agar kita
selamat dari berbagai penyakit. Berdasarkan firman Allah :
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging
hewan) yang disembelih atas nama selain Allah.” (QS.Al-Maidah:3)
b) Ada yang diharamkan karena suatu sebab yang tidak berhubungan
dengan dzatnya. Maksudnya asal makanannya adalah halal, akan
tetapi dia menjadi haram karena adanya sebab yang tidak berkaitan
dengan makanan tersebut. Yaitu diharamkan karena cara
memperoleh makanan tersebut.
Misalnya:
- makanan dari hasil mencuri
- Upah perzinahan
- Sesajen perdukunan
- Makanan yang disuguhkan dalam acara-acara yang bid'ah
- Bekerja dengan cara menyuap, mengorupsi, mencuri,
merekayasa, dan sebagainya untuk memperkaya diri sendiri
maupun kelompok tertentu.
- Bekerja dengan cara menipu.
- Berusaha dengan cara membungakan uang riba.
- Bekerja dengan cara subhat yaitu dengan cara kurang jujur
(menyamarkan antara kebohongan dan kebenaran).

5
Dan lain sebagainya. Satu hal yang sangat penting untuk diyakini oleh setiap
muslim adalah bahwa apa-apa yang Allah telah halalkan berupa makanan,
maka disitu ada kecukupan bagi mereka (manusia) untuk
tidak mengkonsumsi makanan yang haram.

1. Diharamkan memakan bangkai

Bangkai (al maitah) adalah setiap hewan yang matinya tidak wajar, tanpa
lewat penyembelihan yang syar’i. Contohnya adalah:

 Al munkhoniqoh: hewan yang mati dalam keadaan tercekik.


 Al mawquudzah: hewan yang mati karena dipukul dengan tongkat atau
selainnya.
 Al mutaroddiyah: hewan yang mati karena jatuh dari tempat yang tinggi.
 An nathiihah: hewan yang mati karena ditanduk.
 Hewan yang diterkam binatang buas.

Jika hewan-hewan di atas ini masih didapati dalam keadaan bernyawa, lalu
disembelih dengan cara yang syar’i, maka hewan tersebut menjadi halal
karena Allah Ta’ala berfirman,

‫إِ اَّل َما ذَ اك ْيت ُ ْم‬

“kecuali yang sempat kamu menyembelihnya”

Yang termasuk bangkai adalah segala sesuatu yang terpotong dari hewan
yang masih hidup. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ٌ‫ي َم ْيت َة‬


َ ‫ِي َحياةٌ فَ ِه‬
َ ‫َما قُ ِط َع ِم ْن ْالبَ ِهي َم ِة َوه‬

“Apa yang dipotong dari binatang dalam keadaan hidup, maka sesuatu
tersebut adalah bangkai.” (HR. Abu Daud no. 2858, At Tirmidzi no. 1480,
Ibnu Majah no. 3216, Ahmad 5/218. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa
hadits ini shahih. Lihat Shohihul Jaami’ no. 5652)

6
Namun ada dua bangkai yang dikecualikan keharamannya, artinya bangkai
tersebut halal yaitu bangkai ikan dan bangkai belalang. Hal ini berdasarkan
hadits Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

ِ ‫ان فَ ْال َكبِدُ َو‬


‫الط َحا ُل‬ ِ ‫َان فَ ْال ُحوتُ َو ْال َج َراد ُ َوأ َ اما الدا َم‬
ِ ‫ان فَأ َ اما ْال َم ْيتَت‬ ْ ‫أ ُ ِحلا‬
ِ ‫ت لَنَا َم ْيتَت‬
ِ ‫َان َودَ َم‬

“Kami dihalalkan dua bangkai dan darah. Adapun dua bangkai tersebut
adalah ikan dan belalang. Sedangkan dua darah tersebut adalah hati dan
limpa.” (HR. Ibnu Majah no. 3218. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa
hadits ini shahih)

a. hikmah pengharaman bangkai


menurut Syekh Muhammad Yusuf Qardawi, hikmah pelarangan atau
pengharaman bangkai bagi manusia adalah :
- naluri manusia yang sehat, pasti tidak akan makan bangkai dan
diapun akan menganggapnya kotor. Memakan bangkai adalah suatu
perbuatan yang rendah yang dapat menurunkan martabat manusia.
- Arti menyembelih, yang dapat mengeluarkan binatang dari
kedudukan seperti bangkai, bertujuan untuk merenggut nyawa
binatang, karena hendak memakannya.
- Binatang yang mati dengan sendirinya, umumnya mati karena sebab,
mungkin karena penyakit atau memakan tumbuhan yang beracun.
Semua ini bisa menimbulkan bahaya terhadap manusia, jika
memakan makanan tersebut.
- Allah mengharamkan bangkai terhadap umat manusia agar dengan
begitu member kesempatan kepada hewan lain untuk memakannya,
sebagai tanda kasih saying Allah kepada binatang yang lain.
b. Dua jenis bangkai yang boleh dimakan
Rasullullah bersabda :

7
Dihalalkan bagi kami dua macam bangkai dan darah, yaitu bangkai
ikan dan belalang hati dan limpa (HR Ahmad Ibnu Majjah dan Darul
Quthni)
Beliau juga bersabda :
Air laut itu suci airnya dan juga bangkainya (HR Malik)

Walaupun bangkai tersebut halal menurut syariat Islam, tetapi daging


ikan yang rusak tidak boleh dikonsumsi karena hal tersebut dapat
menimbulkan dampak yang buruk terhadap kesehatan. Sebab sebagai produk
yang kaya akan protein dan lemak, ikan mudah sekali mengalami kerusakan
setelah mati dan menjadi obyek yang disukai oleh para mikroorganisme yang
merugikan.
Perbedaan atau perbandingan antara ikan segar dan ikan yang rusak atau
tidak sehat :
- Ikan sehat
Bau ikan khas, lender tipis dan bening, insang merah terang, mata
jernih dan terang, kulit terang, daging padat dan keras, jika ditekan
dengan jari maka akan kembali dengan sendirinya seperti semula). Sisik
mengkilat dilapisi lender bening dan tidak mudah lepas, tenggelam dalam
air.
- Ikan rusak
Bau busuk, asam dan bau, terutama bagian insang, lender keruh
pada seluruh tubuh, khususnya insang coklat suram atau abu-abu, mata
suram dan berkerut atau pecah, kulit putih atau suram terutama dibagian
perut tidak tertutup lender, daging lembek dan kuning kemerahan
terutama punggung, dan isi perut sudah keluar, sisik sudah lepas dan
tidak tenggelam dalam air.

2. Haramnya darah

8
Sebagaimana diharamkan memakan bangkai, maka syariat Islam juga
mengharamkan darah, seperti tersebut dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat
173 dan Al-Maidah ayat 3

“ Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah dan


daging babi dan (daging) hewan yang disembelih dengan ( menyebut nama )
selain Allah. Tetapi barang siapa terpaksa ( memakannya ) bukan karena
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa
baginya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
(QS. Al-Baqarah”. 173)

. Diantara hikmah dari diharamkannya makan atau minum darah adalah


mensiratkan ajaran-ajaran pencegahan dan menjauhkan manusia dari sifat-
sifat yang disimbolkan dengan darah, yaitu sifat buas dan suka memangsa.
Oleh karena itu tuntutan Islam mengajarkan bahwa, jika membunuh harus
dengan alas an yang benar, jika menyembelih hewan harus dengan cara yang
baik, yakni dengan tidak menyiksa hewan yang ingin disembelih.

Hikmah di balik larangan Allah mengkonsumsi darah sudah muncul


selama 20 abad. Dengan alirannya darah membawa vitamin, hormon, oksigen
dan zat-zat seperti protein, gula dan lemak , semuanya adiserap selama proses
pencernaan ke sel, aliran darah diperlukan untuk mempertahankan kehidupan.
Di sisi lain, darah juga membawa berbagai racun dan produk limbah yang
perlu dikeluarkan dari tubuh. Salah satu tugas paling penting yang dilakukan
darah yaitu untuk mengangkut zat-zat seperti urea, asam urat, keratin dan
karbon dioksida yang perlu dikeluarkan dari tubuh.

Oleh karena itu, dalam jumlah yang signifikan darah yang dikonsumsi,
tingkat produk dalam tubuh yang harus dikeluarkan akan semakin
meningkat. Hal Itu akan meningkatkan kadar urea, zat berbahaya yang
diangkut ke ginjal untuk dikeluarkan dari tubuh. Selain itu, dapat merusak

9
fungsi otak dan bahkan mengakibatkan koma. Karena sifatnya selalu ada
senyawa berbahaya dalam darah, bahkan jika diambil dari hewan yang sehat
sekalipun. Dan jika diambil dari hewan yang sakit, berbagai parasit dan
kuman juga akan menular di dalamnya. Dalam hal itu, kuman dapat
berkembang biak dan menyebar ke seluruh tubuh. Jadi, akan menimbulkan
bahaya nyata. Jika seseorang mengkonsumsi darah, semua kuman dan produk
limbah di dalamnya dapat menyebar ke seluruh tubuh dan menyebabkan
penyakit seperti insufisiensi ginjal atau koma hati . Selain itu, sebagian besar
mikroba dibawa dalam darah dapat menyebabkan penyakit lain dengan
merusak lapisan lambung dan usus.

Terlebih lagi, darah bukanlah lingkungan yang steril, dengan kata lain
sangat ideal bagi kuman untuk tumbuh karena mikroba memiliki peluang
besar untuk memberi makan darah, itu merupakan lingkungan yang ideal bagi
mereka. Ketika dalam kesetimbangan dengan fungsi cairan lain dalam tubuh
dan sistem kekebalan tubuh, darah tidak mendukung mikro-organisme,
karena merupakan penyakit. Pada individu yang sehat, mikro-organisme ini
hidup dengan memanfaatkan satu sama lain di dalam tubuh. Ketika ada
bagian yang terganggu, maupun keseimbangan internal rusak, mereka dapat
berubah menjadi mikro-organisme yang menyebabkan penyakit .

Misalnya, ketika tingkat pH darah (asam dan alkali seimbang) tidak


seimbang karena gizi buruk atau bahan kimia berbahaya, mikroba tidak
berbahaya dapat membahayakan dan menyebabkan penyakit. Jika tubuh
sehat, tingkat pH darah akan menjadi sekitar 7,3. Bahkan variasi kecil dalam
tingkat yang dapat menyebabkan keseimbangan yang akan terganggu dan
menyebabkan mikro-organisme menjadi lebih berbahaya agar bisa
beradaptasi dengan lingkungan mereka. Darah yang steril dapat dibandingkan
dengan susu yang hampir basi bila ditinggalkan di luar ruangan. Mikroba
sudah ada dalam darah menunjukkan efek berbahaya dengan beradaptasi
dengan lingkungan baru mereka

10
Selain itu , darah tidak cocok digunakan sebagai produk makanan. Tingkat
protein dicerna seperti albumin, globulin dan fibrinogen rendah, hanya 8
gram dalam 100 ml. darah. Hal yang sama berlaku untuk lemak. Selain itu,
darah mengandung tingkat hemoglobin tinggi, protein kompleks yang sangat
sulit dicerna dan tidak dapat diterima ke perut. Ketika bekuan darah,
fibrinogen protein menimbulkan piring yang mengandung eritrosit (sel darah
merah) dengan berubah menjadi fibrin. Fibrin adalah salah satu protein yang
paling sulit untuk dicerna, sehingga membuat darah lebih sulit untuk dicerna.
Kesimpulan para ahli kesehatan sepakat bahwa darah tidak layak untuk
konsumsi manusia dalam bentuk apapun.

“ Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi dan (daging)


hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah , yang tercekik, yang
dipukul, yang jatuh, yang ditanduk dan yang diterkam binatang buas kecuali,
yang sempat kamu sembelih. Dan (diharamkan pula) yang disembelih untuk
berhala. Dan (diharamkan pula) mengundi nasib dengan azlam (anak
panah) (karena) itu suatu perbuatan fasik, pada hari ini orang-orang kafir
telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu
takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu. Pada hari ini telah aku
sempurnakan agamamu untukmu, dan telah aku cukupkan nikmatKu bagimu,
dan telah Aku ridhai islam sebagi agamamu. Tetapi barangsiapa terpaksa
karena lapar bukan karena ingin berbuat dosa, maka sungguh Allah Maha
Pengampun, Maha Penyayang”. (QS. Al-Ma’ida, 3)

3. Allah mengharamkan babi

Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 173 :


Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah,
daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain
Allah[108]. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya)

11
sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka
tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.

Allah juga berfirman,

ُ‫ير فَإِناه‬ ْ ‫طا ِع ٍم َي‬


ٍ ‫ط َع ُمهُ ِإ اَّل أ َ ْن َي ُكونَ َم ْيتَةً أ َ ْو دَ ًما َم ْسفُو ًحا أَ ْو لَحْ َم ِخ ْن ِز‬ َ ‫ي ُم َح ار ًما َعلَى‬
‫ي إِلَ ا‬ ِ ُ ‫قُ ْل ََّل أ َ ِجد ُ فِي َما أ‬
َ ‫وح‬
…‫س‬
ٌ ْ‫ِرج‬

“Katakanlah: “Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan


kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya,
kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging
babi – karena sesungguhnya semua itu kotor – atau binatang yang
disembelih atas nama selain Allah.” (QS. Al An’am: 145)

Shidiq Hasan Khon rahimahullah mengatakan, “Yang diharamkan dari


babi adalah seluruh bagian babi. Sedangkan di sini disebutkan dagingnya saja
karena biasanya yang dimakan adalah dagingnya.”

a. Hikma pengharaman babi


- Menurut Dr. Muhammad Yusuf Qardawi, bahwa naluri manusia yang
baik, sudah tentu tidak menyukainya karena makanan dari babi itu
kotor dan najis.
- Menurut Dr. Murad Wilfred Hofman, memakan daging babi yang
terjangkiti cacing babi tidak hanya berbahaya tetapi juga dapat
menyebabkan meningkatnya kandungan kolestrol dan memperlambat
proses penguraian protein di dalam tubuh, lalu menyebabkan terserang
penyakit kangker usus juga iritasi kulit, eksim dan rematik.
- Menurut Dr. Muhammad abdul Khoir, menyebutkan beberapa
penyakit yang disebabkan daging babi, yaitu mengandung benih-benih
cacing pita dan cacing trachenea lolipia, cacing akan berpindah pada
manusia.

12
Hingga kini generasi-generasi babi belum terbebaskan dari cacing-
cacing ini. Penyakit lainnya adalah kolera babi yaitu penyakit berbahaya
yang disebabkan oleh virus.

Kita akan menjadi yakin terhadap ajaran Allah yang telah


mengharamkan babi dan benar-benar jijik untuk mengkomsumsi daging
itu. Terutama bagi kita yang mengetahui perilaku dan sifat-sifat babi.

Menurut Syekh Fauzi Muhammad:


- Babi adalah hewan yang kerakusannya dalam makan tidak
tertandingi oleh hewan lain, dia memakan semua makanan yang ada
dihadapannya. Jika perutnya penuh atau makananya telah habis, ia
akan memuntahkan isi perutnya, lalu memakannya kembali untuk
memuaskan kerakusannya. Ia tidak akan berhenti atau bahkan
memakan muntahannya.
- Memakan apapun yang ada dihadapannya, termasuk kotoran baik
manusia, hewan maupun tumbuhan, bahkan memakan kotorannya
sendiri hingga tidak ada lagi yang bisa dimakan olehnya.
- Babi mengencingi kotorannya lalu memakannya jika berada
dihadapannya.
- Babi memakan sampah dan segala sesuatu yang busuk.
- Hewan mamalia satu-satunya yang memakan tanah, memakannya
dalam jumlah besar, dan dalam waktu lama jika dibiarkan.

B. DAMPAK MAKANAN HARAM


Tidak dipungkiri bahwa sebagian tabiat dan watak manusia dibentuk dari
makanan yang ia konsumsi. Makanan akan diolah menjadi darah, dan darah
akan membentuk daging, sedangkan daging yang tumbuh dari sesuatu yang

13
haram akan berbuah adzab. Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa salam
bersabda:

“Tidak akan masuk surga (yaitu) tubuh yang diberikan makan dari sesuatu
yang haram.” (HR. Abu Ya'la 1/29, Silsilah ash-Shohihah no. 2609)

Makanan yang haram menjadi sebab terpalingnya seseorang dari ketaaatan


menjalankan kewajiban agamanya. Makanan yang haram lagi jelek akan
menghalangi terkabulnya doa, sebagaimana dikisahkan Nabi Muhammad
shalallahu 'alaihi wa salam tentang seorang laki-laki yang sedang safar lalu
mengangkat kedua tangannya seraya terus berdoa, namun karena makanannya
dari yang haram, maka doanya tidak pernah dikabulkan oleh Alloh Ta'ala.
Berikut dampak makanan haram :

1) Dampak Langsung

- Tidak Diterima Amalan


Rasulullah saw bersabda, "Ketahuilah bahwa suapan haram jika
masuk ke dalam perut salah satu dari kalian, maka amalannya tidak
diterima selama 40 hari." (HR At-Thabrani).

- Tidak Terkabul Doa


Sa'ad bin Abi Waqash bertanya kepada Rasulullan saw, "Ya
Rasulullah, doakan saya kepada Allah agar doa saya terkabul."
Rasulullah menjawab, "Wahai Sa'ad, perbaikilan makananmu, maka
doamu akan terkabulkan." (HR At-Thabrani). Disebutkan juga dalam
hadis lain bahwa Rasulullah saw bersabda, "Seorang lelaki melakukan
perjalanan jauh, rambutnya kusut, mukanya berdebu, menengadahkan
kedua tangannya ke langit dan mengatakan, "Wahai Rabbku! Wahai
Rabbku!" Padahal makanannya haram dan mulutnya disuapkan dengan
yang haram, maka bagaimanakah akan diterima doa itu?" (HR Muslim).

14
- Mengikis Keimanan Pelakunya
Rasulullah saw bersabda, "Tidaklah peminum khamr, ketika ia
meminum khamr termasuk seorang mukmin." (HR Bukhari Muslim).

- Mencampakkan Pelakunya ke Neraka


Rasulullah saw bersabda, "Tidaklah tumbuh daging dari makanan
haram, kecuali neraka lebih utama untuknya." (HR At Tirmidzi).

- Mengeraskan Hati
Imam Ahmad ra pernah ditanya, apa yang harus dilakukan agar
hati mudah menerima kesabaran, maka beliau menjawab, "Dengan
memakan makanan halal." (Thabaqat Al Hanabilah : 1/219).
At Tustari, seorang mufassir juga mengatakan, "Barangsiapa ingin
disingkapkan tanda-tanda orang yang jujur (shiddiqun), hendaknya tidak
makan, kecuali yang halal dan mengamalkan sunnah," (Ar Risalah Al
Mustarsyidin : hal 216)
.
2) Dampak Tidak Langsung

- Haji dari Harta Haram Tertolak


Rasulullah saw bersabda, "Jika seorang keluar untuk melakukan
haji dengan nafaqah haram, kemudian ia mengendarai tunggangan dan
mengatakan, "Labbaik, Allahumma labbaik!" Maka yang berada di langit
menyeru, "Tidak labbaik dan kau tidak memperoleh kebahagiaan!
Bekalmu haram, kendaraanmu haram dan hajimu mendatangkan dosa
dan tidak diterima." (HR At Thabrani)

- Sedekahnya ditolak

15
Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa mengumpulkan harta
haram, kemudian menyedekahkannya, maka tidak ada pahala, dan dosa
untuknya." (HR Ibnu Huzaimah)

- Shalatnya tidak diterima


Dalam kitab Sya'bul Imam disebutkan, " Barangsiapa yang
membeli pakaian dengan harga sepuluh dirham di antaranya uang haram,
maka Allah tidak akan menerima shalatnya selama pakaian itu
dikenakan." (HR Ahmad)

- Silaturrahminya sia-sia
Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa mendapatkan harta dari
dosa, lalu ia dengannya bersilaturahim (menyambung persaudaraan) atau
bersedekah, atau membelanjakan (infaq) di jalan Allah, maka Allah
menghimpun seluruhnya itu, kemudian Dia melemparkannya ke dalam
neraka. Lalu Rasulullah saw bersabda, " Sebaik-baiknya agamamu adalah
al-wara' (berhati-hati)." (HR Abu Daud).

C. CARA MENGHINDARI MAKANAN HARAM


Ada suatu perbedaan antara produk-produk beralkohol dan produk-
produk yang berasal dari binatang yang diharamkan. Pada produk-produk
dari binatang itu banyak hal yang tidak detail dijelaskan asalnya, dan hal ini
menimbulkan keraguan. Hal ini terutama bagi mereka yang hidup dimana
terbukanya pengaruh-pengaruh internasional (lingkungan kosmopolit),
sehingga dari mana produk itu berasal tidaklah jelas. Dan bagi seorang
muslim perlu mempunyai sikap wara (hati-hati) agar tidak jatuh ke daerah
yang haram.
Seperti sabda Rasulullah SAW : "Yang halal sudah jelas dan yang
haram pun sudah jelas dan diantaranya ada beberapa perkara yang belum jelas
(syubhat), banyak orang yang tidak tahu : apakah ia masuk bagian yang halal

16
atau haram? Maka barangsiapa menjauhinya karena ingin membersihkan
agama dan kehormatannya maka ia selamat, dan barangsiapa mengerjakan
sedikitpun daripadanya hampir-hampir ia akan jatuh ke dalam haram,
sebagaimana orang yang menggembala kambing di sekitar daerah terlarang,
dia hampir-hampir akan jatuh kepadanya. “Ingatlah! Bahwa tiap-tiap raja
mempunyai daerah larangan, ingat pula bahwa larangan Allah itu adalah
semua yang diharamkan" (HR Bukhari, Muslim dan Tirmidzi)

Para istri yang hidup di tiga zaman (sahabat, tabi’in dan atba’ tabi’in)
mempunyai tradisi tersendiri. Jika para suami mereka akan keluar mencari
rezeki, mereka berpesan “, takutlah kepada Allah terhadap kami, dan
janganlah memberi makan kami dari barang haram. Sesungguhnya kami
masih bisa sabar terhadap kelaparan, akan tetapi kami tidak tahan terhadap
siksa neraka”. (Al Ghazali dalam Al Ihya Ulumiddin, di akhir Bab Nikah).
Ibnu Sirin, seorang tabi’in senior, jika melepas kepergian seseorang dia
mengatakan, “Takutlah kepada Allah, dan carilah rezeki halal yang telah
ditetapkan kepadamu. Jika engkau mengambilnya dari sesuatu yang haram,
maka itu tidak akan menambah jumlah rezeki yang telah ditetapkan Allah
kepadamu”.

- Pastikan tempat makan yang akan kita datangi dikelola seorang muslim.

- Hindari tempat makan yang menyajikan masakan yang diragukan


kehalalannya.
- Hindari juga tempat makan yang menyajikan masakan halal namun ada
juga masakan haram. Sebab, otomatis menggunakan peralatan masak
yang sama sehingga yang haram bisa tercampur dengan yang halal.
- Jika mau lebih berhati-hati, pastikan rumah makan yang didatangi sudah
mengantongi sertifikat halal dari MUI. Perhatikan ada tidaknya logo
Halal MUI yang berwarna hijau, atau logo halal Malaysia serta nomor
registernya di sertifikat tersebut.

17
- Jika hendak membeli suatu produk, perhatikan merk dagang dan
perusahaan pembuat pabrik) yang tercantum di kemasannya. Ada
beberapa perusahaan yang sudah mendapatkan sertifikat halal tapi pada
kemasannya tak tercantum logo halal. Ini biasanya terjadi pada produk
terbarunya.
- Jangan lupa perhatikan pula produk turunan hewan yang perlu
diwaspadai. Biasanya makanan yang mengandung bahan-bahan ini
menggunakan istilah-istilah tertentu.
- Jika mau sedikit repot, lebih baik membawa bekal makanan atau
minuman dari rumah yang dimasak sendiri oleh kita.
Selain itu juga untuk menghindari makanan haram berdasarkan cara
memperolehnya adalah sebagai berikut :
- Pertama, hendaknya kita berusaha menghilangkan penyebab yang
membuat kita memperoleh penghasilan yang haram, yaitu dengan cara
menumbuhkan rasa takut dan malu kepada Allah. Itu semua ditempuh
dengan mempelajari agama Islam serta mengenal Allah dalam rububiyah,
uluhiyah, dan asma' wa shifat-Nya. Dengan kata lain, hendaknya, kita
mengenal akidah tauhid yang benar, sehingga rasa takut dan malu kepada
Allah pun tumbuh. Selain itu, akan tumbuh pula keyakinan bahwa Allah
akan memberikan rezeki sesuai dengan yang Ia takdirkan.
- Kedua, menghilangkan ketamakan dan menumbuhkan sifat qana'ah
(bersyukur atas apa pun yang diberikan oleh Allah). Ini pun merupakan
buah dari pengetahuan kita terhadap akidah tauhid yang benar. Kita juga
mencoba memahamkan diri bahwa Allah ta'ala telah menetapkan rezeki
kita, sehingga kita tidak akan mati sebelum nikmat rezeki tersebut
sempurna.
- Ketiga, mengenal bahaya usaha yang haram dengan belajar hukum-
hukum Islam, belajar membedakan hal yang halal dan hal yang haram.
Dengan ini semua, kita akan mampu berupaya menghindar dari usaha

18
yang haram karena kita tahu bahwa rezeki kita telah diciptakan oleh
Allah, tinggal bagaimana kita mencarinya dengan baik.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Carilah nikmat dunia


dengan baik lagi cerdik." (H.R. Al-Bazaar, 9:169; dinilai sahih oleh Al-
Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 898)

Perhatikan pula sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berikut,


"Siapa saja hamba yang dagingnya tumbuh dari (makanan) haram maka
neraka lebih pantas baginya."

Jelasnya Islam mempersempit daerah haram dan memperlebar daerah


halal, akan tetapi dalam mengambil suatu keputusan harus yakin bahwa itu
masih dalam daerah yang diijinkan menurut syara. Di samping itu, Islam
memberikan perkenan untuk memakan yang haram dalam keadaan terpaksa
atau "darurah", walaupun demikian dalam syariat islam kalau sampai terjadi
keadaan darurat, ada hukumnya sendiri.
"Barangsiapa terpaksa dengan tidak sengaja dan tidak melampaui batas, maka
sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun dan Maha Pengasih" (QS Al
Anám 146).

Islam melarang sesuatu tentu karena ada sebab dan hikmahnya, dan
merupakan suatu cobaan bagi umatnya, apakah akan mengikuti atau
melanggarnya. Dibalik semua itu Allah tidak akan memberatkan suatu kaum
dengan larangan-larangan-Nya, seperti firman-Nya :
"Allah tidak menghendaki untuk memberikan kamu suatu beban yang berat,
tetapi ia berkehendak untuk membersihkan kamu dan menyempurnakan
ni`mat-Nya kepadamu supaya kamu bersyukur (QS Al maidah (5) :6)
BAB III
PENUTUP

19
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab dua yang membahas mengenai cara
menghindari makanan haram, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut
:
1. Haram artinya larangan (dilarang oleh agama). Jadi, makanan yang haram
adalah makanan yang dilarang oleh syara’ untuk dimakan. Setiap yang
dilarang oleh syara’ pasti ada bahayanya dan meninggalkannya pasti ada
faedahnya dan mendapat pahala.
2. Makanan haram itu terbagi menjadi dua, haram karena sudah ditetapkan
oleh Al-Qur’an dan Al-Hadist, dan haram karena cara memperolehnya.
4. Kita sebagai umat muslim harus pandai dan teliti dalam melakukan cara
untuk menghindari makanan haram, jika kita benar-benar tidak yakin
dengan makanan yang akan kita makan, apakah itu makanan haram atau
halal, maka sebaiknya jangan dimakan.
5. Senantiasa mendekatkan diri dengan Allah SWT untuk dapat dihindarkan
dari sifat-sifat tidak terpuji yang dapat menjerat kita untuk memperoleh
makanan yang diperoleh dengan jalan yang haram

B. Saran
Demikianlah hasil pembahasan dalam makalah mengenai Cara
menghindari Makanan Haram, diharapkan pembaca sekalian dapat
memaklumi apabilah masih terdapat kekurangan dalam pembuatan makalah
ini. Pembaca sekalian yang menjadikan makalah ini sebagai panduan dalam
membuat makalah selanjutnya, maka diharapkan dapat melengkapi referensi
yang berkaitan dengan bahasan Cara menghindari Makanan Haram ini. Kritik
dan saran dari pembacapun sangat kami harapkan, guna perbaikan dimasa
mendatang. Akhir kata kami ucapkan terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

 Ahmadi Salsabila.2011. Makanan Halal dan haram.blogspot.com.


Diakses : 19 Maret 2012

20
 Homeschooling group SD Khoiru Ummah. 2011. Bagaimana
Menghindari makanan haram.
 Khoiruummah.blogspot.com. Diakses : 19 Maret 2012.
 Majalah Ishlah. Edisi 57/tahun IV 1996, halaman 34-35. Halal dan
Haram dalam Pandangan Islam. 1980. Syekh Muhammad Yusuf
Qardlaawi. (terj).The Holy Koran Pub. House, Beirut, Lebanon.
 M. Rusli Amin, KH. MA., Waspadai makanan Haram disekitar kita, Al-
Mawadi Prima
 Nanik, S.Ag. Materi Pendidikan Agama Islam IV. Akademi Farmasi Al-
Fatah Bengkulu.
 http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/panduan-makanan-2-makanan-
yang-diharamkan-dalam-al-quran.html
 http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/03/04/m0d4h7-
inilah-sepuluh-alasan-mengapa-islam-mengharamkan-babi
 http://vutrav4.blogspot.com/2013/02/sebab-haramnya-darah.html

21

Anda mungkin juga menyukai