PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Para istri yang hidup di tiga zaman (sahabat, tabi’in dan atba’
tabi’in) mempunyai tradisi tersendiri. Jika para suami mereka akan keluar
mencari rezeki, mereka berpesan “, takutlah kepada Allah terhadap kami, dan
janganlah memberi makan kami dari barang haram. Sesungguhnya kami
masih bisa sabar terhadap kelaparan, akan tetapi kami tidak tahan terhadap
siksa neraka”. (Al Ghazali dalam Al Ihya Ulumiddin, di akhir Bab Nikah).
Ibnu Sirin, seorang tabi’in senior, jika melepas kepergian seseorang
dia mengatakan, “Takutlah kepada Allah, dan carilah rezeki halal yang telah
ditetapkan kepadamu. Jika engkau mengambilnya dari sesuatu yang haram,
maka itu tidak akan menambah jumlah rezeki yang telah ditetapkan Allah
kepadamu”.
Dari Aisyah ra berkata, Abu Bakar As Shiddiq ra mempunyai
seorang hambasahaya yang memberikan kepadanya sebagian pendapatan
wajibnya. Lalu, Abu Bakar biasa makan dari hasil kharaj tadi. Pada suatu hari
hambasahaya itu datang padanya dengan membawa sesuatu, kemudian Abu
Bakar juga memakannya. Selanjutnya dia berkata pada Abu Bakar: “Tahukah
tuan, hasil dari manakah ini?” Abu Bakar bertanya: “Memang dari mana?” Ia
menjawab: “Dahulu pada jaman jahiliyah saya pernah meramal seseorang,
padahal saya sendiri sebenarnya tidak tahu masalah peramalan, melainkan
saya hanyalah menipunya belaka. Tadi ia menemui saya lalu sebagai tanda
terima kasih, dia memberikan pada saya sesuatu yang Anda makan itu.” Abu
Bakar lalu memasukkan tangannya ke dalam kerongkongannya, lalu
memuntahkan segala sesuatu yang ada dalam perutnya (HR. Bukhari)
Dari kisah diatas muncul pertanyaan, “Halal atau haram-kah
makanan yang dimakan oleh Abu Bakar tersebut?” Pada dasarnya ilmu
perdukunan adalah haram hukumnya. Bisnis perdukunan termasuk hasilnya-
pun juga haram hukumnya. Lantas apakah makanan yang dimakan Abu Bakar
1
tersebut haram, padahal bisnis perdukunan yang dilakukan hamba sahaya itu
terjadi dahulu kala (jaman jahiliyah). Mungkin saja orang tersebut
memberikan makanan kepada hamba sahaya itu lantaran sudah lama tidak
bertemu (bukan disebabkan karena peristiwa perdukunan yang dilakukan di
waktu lalu). Sehingga kejadian tersebut tidak bisa dipastikan halal dan
haramnya karena tidak dijelaskan dari mana asal mulanya makanan tersebut
didapatkan (Syubhat). Sehingga Abu Bakar memuntahkan semua makanan di
kerongkongannya, lantaran beliau takut jangan-jangan makanan yang
dimakan adalah barang yang haram.
Pelajaran yang dapat diambil dari kisah ini adalah untuk bisa
mengetahui halal dan haramnya sesuatu hal/perkara, maka yang harus
dilakukan adalah dengan cara bertanya langsung kepada yang bersangkutan.
Simak beberapa kisah sehari-hari berikut :
2
Kedua kisah diatas termasuk syubhat karena tidak jelas antara halal atau
haram-nya. Untuk mengetahui halal dan haramnya, maka yang harus dilakukan
adalah menanyakan langsung siapa pemilik kue tersebut (kisah 1) dan apakah
diperbolehkan mengambil krupuk dari si penjual bubur ayam tadi dengan
langsung bertanya ke pembeli bubur ayam tadi (kisah 2). Tapi jika tidak diketahui
halal dan haramnya maka hal tersebut adalah syubhat dan hendaknya kita hindari ,
jangan sampai apa-apa yang kita makan menjadi haram karena tingkah kita
sendiri.
Bahwasannya makanan haram adalah tidak selalu sesuatu yang telah
ditentukan wujudnya, tetapi juga bagaimana cara memperolehnya. Untuk itu lah
kami membahas makalah mengenai Cara menghindari Makanan Haram ini adalah
selain memenuhi tugas kuliah Pendidikan Agama Islam IV, tetapi juga untuk
memahami bagaimana cara menghindari makanan haram itu sendiri, juga untuk
mengetahui seperti apakah makanan haram itu.
b. Tujuan
Adapun tujuan kami dalam pembuatan makalah yang membahas
mengenai Cara menghindari Makanan Haram ini adalah untuk memenuhi
tugas kelompok mata kuliah Pendidikan Agama Islam IV.
Diharapkan makalah ini nantinya dapat digunakan sebagaimana
mestinya, serta dapat bermanfaat untuk sebagai bahan panduan dan referensi
dalam pembuatan makalah dikemudian harinya.
c. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang timbul setelah membaca latar
belakang dari makalah yang membahas mengenai Cara Menghindari
Makanan haram ini adalah sebagai berikut:
a. Apa saja makanan yang diharamkan?
b. Apa dampak makanan haram?
c. Bagaimana cara menghindari makanan haram itu?
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. MAKANAN HARAM
4
4. Makanan yangmenjijikkan (kotor) dan yang
membahayakan
- Makanan yang haram karena dicampur dengan barang haram.
1. Makanan yang digoreng dengan minyak babi maupun
dagingnya
2. Makanan busuk yang diolah lagi
3. Makanan dari hewan halal, tetapi cara menyembelihnya
tidak secara Islam
4. Buah-buahan halal diolah menjadi makanan maupun
minuman yang haram juga membahayakan kesehatan
Makanan yang disebut diatas diharamkan oleh Allah kepada kita agar kita
selamat dari berbagai penyakit. Berdasarkan firman Allah :
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging
hewan) yang disembelih atas nama selain Allah.” (QS.Al-Maidah:3)
b) Ada yang diharamkan karena suatu sebab yang tidak berhubungan
dengan dzatnya. Maksudnya asal makanannya adalah halal, akan
tetapi dia menjadi haram karena adanya sebab yang tidak berkaitan
dengan makanan tersebut. Yaitu diharamkan karena cara
memperoleh makanan tersebut.
Misalnya:
- makanan dari hasil mencuri
- Upah perzinahan
- Sesajen perdukunan
- Makanan yang disuguhkan dalam acara-acara yang bid'ah
- Bekerja dengan cara menyuap, mengorupsi, mencuri,
merekayasa, dan sebagainya untuk memperkaya diri sendiri
maupun kelompok tertentu.
- Bekerja dengan cara menipu.
- Berusaha dengan cara membungakan uang riba.
- Bekerja dengan cara subhat yaitu dengan cara kurang jujur
(menyamarkan antara kebohongan dan kebenaran).
5
Dan lain sebagainya. Satu hal yang sangat penting untuk diyakini oleh setiap
muslim adalah bahwa apa-apa yang Allah telah halalkan berupa makanan,
maka disitu ada kecukupan bagi mereka (manusia) untuk
tidak mengkonsumsi makanan yang haram.
Bangkai (al maitah) adalah setiap hewan yang matinya tidak wajar, tanpa
lewat penyembelihan yang syar’i. Contohnya adalah:
Jika hewan-hewan di atas ini masih didapati dalam keadaan bernyawa, lalu
disembelih dengan cara yang syar’i, maka hewan tersebut menjadi halal
karena Allah Ta’ala berfirman,
Yang termasuk bangkai adalah segala sesuatu yang terpotong dari hewan
yang masih hidup. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Apa yang dipotong dari binatang dalam keadaan hidup, maka sesuatu
tersebut adalah bangkai.” (HR. Abu Daud no. 2858, At Tirmidzi no. 1480,
Ibnu Majah no. 3216, Ahmad 5/218. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa
hadits ini shahih. Lihat Shohihul Jaami’ no. 5652)
6
Namun ada dua bangkai yang dikecualikan keharamannya, artinya bangkai
tersebut halal yaitu bangkai ikan dan bangkai belalang. Hal ini berdasarkan
hadits Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
“Kami dihalalkan dua bangkai dan darah. Adapun dua bangkai tersebut
adalah ikan dan belalang. Sedangkan dua darah tersebut adalah hati dan
limpa.” (HR. Ibnu Majah no. 3218. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa
hadits ini shahih)
7
Dihalalkan bagi kami dua macam bangkai dan darah, yaitu bangkai
ikan dan belalang hati dan limpa (HR Ahmad Ibnu Majjah dan Darul
Quthni)
Beliau juga bersabda :
Air laut itu suci airnya dan juga bangkainya (HR Malik)
2. Haramnya darah
8
Sebagaimana diharamkan memakan bangkai, maka syariat Islam juga
mengharamkan darah, seperti tersebut dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat
173 dan Al-Maidah ayat 3
Oleh karena itu, dalam jumlah yang signifikan darah yang dikonsumsi,
tingkat produk dalam tubuh yang harus dikeluarkan akan semakin
meningkat. Hal Itu akan meningkatkan kadar urea, zat berbahaya yang
diangkut ke ginjal untuk dikeluarkan dari tubuh. Selain itu, dapat merusak
9
fungsi otak dan bahkan mengakibatkan koma. Karena sifatnya selalu ada
senyawa berbahaya dalam darah, bahkan jika diambil dari hewan yang sehat
sekalipun. Dan jika diambil dari hewan yang sakit, berbagai parasit dan
kuman juga akan menular di dalamnya. Dalam hal itu, kuman dapat
berkembang biak dan menyebar ke seluruh tubuh. Jadi, akan menimbulkan
bahaya nyata. Jika seseorang mengkonsumsi darah, semua kuman dan produk
limbah di dalamnya dapat menyebar ke seluruh tubuh dan menyebabkan
penyakit seperti insufisiensi ginjal atau koma hati . Selain itu, sebagian besar
mikroba dibawa dalam darah dapat menyebabkan penyakit lain dengan
merusak lapisan lambung dan usus.
Terlebih lagi, darah bukanlah lingkungan yang steril, dengan kata lain
sangat ideal bagi kuman untuk tumbuh karena mikroba memiliki peluang
besar untuk memberi makan darah, itu merupakan lingkungan yang ideal bagi
mereka. Ketika dalam kesetimbangan dengan fungsi cairan lain dalam tubuh
dan sistem kekebalan tubuh, darah tidak mendukung mikro-organisme,
karena merupakan penyakit. Pada individu yang sehat, mikro-organisme ini
hidup dengan memanfaatkan satu sama lain di dalam tubuh. Ketika ada
bagian yang terganggu, maupun keseimbangan internal rusak, mereka dapat
berubah menjadi mikro-organisme yang menyebabkan penyakit .
10
Selain itu , darah tidak cocok digunakan sebagai produk makanan. Tingkat
protein dicerna seperti albumin, globulin dan fibrinogen rendah, hanya 8
gram dalam 100 ml. darah. Hal yang sama berlaku untuk lemak. Selain itu,
darah mengandung tingkat hemoglobin tinggi, protein kompleks yang sangat
sulit dicerna dan tidak dapat diterima ke perut. Ketika bekuan darah,
fibrinogen protein menimbulkan piring yang mengandung eritrosit (sel darah
merah) dengan berubah menjadi fibrin. Fibrin adalah salah satu protein yang
paling sulit untuk dicerna, sehingga membuat darah lebih sulit untuk dicerna.
Kesimpulan para ahli kesehatan sepakat bahwa darah tidak layak untuk
konsumsi manusia dalam bentuk apapun.
11
sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka
tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
12
Hingga kini generasi-generasi babi belum terbebaskan dari cacing-
cacing ini. Penyakit lainnya adalah kolera babi yaitu penyakit berbahaya
yang disebabkan oleh virus.
13
haram akan berbuah adzab. Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa salam
bersabda:
“Tidak akan masuk surga (yaitu) tubuh yang diberikan makan dari sesuatu
yang haram.” (HR. Abu Ya'la 1/29, Silsilah ash-Shohihah no. 2609)
1) Dampak Langsung
14
- Mengikis Keimanan Pelakunya
Rasulullah saw bersabda, "Tidaklah peminum khamr, ketika ia
meminum khamr termasuk seorang mukmin." (HR Bukhari Muslim).
- Mengeraskan Hati
Imam Ahmad ra pernah ditanya, apa yang harus dilakukan agar
hati mudah menerima kesabaran, maka beliau menjawab, "Dengan
memakan makanan halal." (Thabaqat Al Hanabilah : 1/219).
At Tustari, seorang mufassir juga mengatakan, "Barangsiapa ingin
disingkapkan tanda-tanda orang yang jujur (shiddiqun), hendaknya tidak
makan, kecuali yang halal dan mengamalkan sunnah," (Ar Risalah Al
Mustarsyidin : hal 216)
.
2) Dampak Tidak Langsung
- Sedekahnya ditolak
15
Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa mengumpulkan harta
haram, kemudian menyedekahkannya, maka tidak ada pahala, dan dosa
untuknya." (HR Ibnu Huzaimah)
- Silaturrahminya sia-sia
Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa mendapatkan harta dari
dosa, lalu ia dengannya bersilaturahim (menyambung persaudaraan) atau
bersedekah, atau membelanjakan (infaq) di jalan Allah, maka Allah
menghimpun seluruhnya itu, kemudian Dia melemparkannya ke dalam
neraka. Lalu Rasulullah saw bersabda, " Sebaik-baiknya agamamu adalah
al-wara' (berhati-hati)." (HR Abu Daud).
16
atau haram? Maka barangsiapa menjauhinya karena ingin membersihkan
agama dan kehormatannya maka ia selamat, dan barangsiapa mengerjakan
sedikitpun daripadanya hampir-hampir ia akan jatuh ke dalam haram,
sebagaimana orang yang menggembala kambing di sekitar daerah terlarang,
dia hampir-hampir akan jatuh kepadanya. “Ingatlah! Bahwa tiap-tiap raja
mempunyai daerah larangan, ingat pula bahwa larangan Allah itu adalah
semua yang diharamkan" (HR Bukhari, Muslim dan Tirmidzi)
Para istri yang hidup di tiga zaman (sahabat, tabi’in dan atba’ tabi’in)
mempunyai tradisi tersendiri. Jika para suami mereka akan keluar mencari
rezeki, mereka berpesan “, takutlah kepada Allah terhadap kami, dan
janganlah memberi makan kami dari barang haram. Sesungguhnya kami
masih bisa sabar terhadap kelaparan, akan tetapi kami tidak tahan terhadap
siksa neraka”. (Al Ghazali dalam Al Ihya Ulumiddin, di akhir Bab Nikah).
Ibnu Sirin, seorang tabi’in senior, jika melepas kepergian seseorang dia
mengatakan, “Takutlah kepada Allah, dan carilah rezeki halal yang telah
ditetapkan kepadamu. Jika engkau mengambilnya dari sesuatu yang haram,
maka itu tidak akan menambah jumlah rezeki yang telah ditetapkan Allah
kepadamu”.
- Pastikan tempat makan yang akan kita datangi dikelola seorang muslim.
17
- Jika hendak membeli suatu produk, perhatikan merk dagang dan
perusahaan pembuat pabrik) yang tercantum di kemasannya. Ada
beberapa perusahaan yang sudah mendapatkan sertifikat halal tapi pada
kemasannya tak tercantum logo halal. Ini biasanya terjadi pada produk
terbarunya.
- Jangan lupa perhatikan pula produk turunan hewan yang perlu
diwaspadai. Biasanya makanan yang mengandung bahan-bahan ini
menggunakan istilah-istilah tertentu.
- Jika mau sedikit repot, lebih baik membawa bekal makanan atau
minuman dari rumah yang dimasak sendiri oleh kita.
Selain itu juga untuk menghindari makanan haram berdasarkan cara
memperolehnya adalah sebagai berikut :
- Pertama, hendaknya kita berusaha menghilangkan penyebab yang
membuat kita memperoleh penghasilan yang haram, yaitu dengan cara
menumbuhkan rasa takut dan malu kepada Allah. Itu semua ditempuh
dengan mempelajari agama Islam serta mengenal Allah dalam rububiyah,
uluhiyah, dan asma' wa shifat-Nya. Dengan kata lain, hendaknya, kita
mengenal akidah tauhid yang benar, sehingga rasa takut dan malu kepada
Allah pun tumbuh. Selain itu, akan tumbuh pula keyakinan bahwa Allah
akan memberikan rezeki sesuai dengan yang Ia takdirkan.
- Kedua, menghilangkan ketamakan dan menumbuhkan sifat qana'ah
(bersyukur atas apa pun yang diberikan oleh Allah). Ini pun merupakan
buah dari pengetahuan kita terhadap akidah tauhid yang benar. Kita juga
mencoba memahamkan diri bahwa Allah ta'ala telah menetapkan rezeki
kita, sehingga kita tidak akan mati sebelum nikmat rezeki tersebut
sempurna.
- Ketiga, mengenal bahaya usaha yang haram dengan belajar hukum-
hukum Islam, belajar membedakan hal yang halal dan hal yang haram.
Dengan ini semua, kita akan mampu berupaya menghindar dari usaha
18
yang haram karena kita tahu bahwa rezeki kita telah diciptakan oleh
Allah, tinggal bagaimana kita mencarinya dengan baik.
Islam melarang sesuatu tentu karena ada sebab dan hikmahnya, dan
merupakan suatu cobaan bagi umatnya, apakah akan mengikuti atau
melanggarnya. Dibalik semua itu Allah tidak akan memberatkan suatu kaum
dengan larangan-larangan-Nya, seperti firman-Nya :
"Allah tidak menghendaki untuk memberikan kamu suatu beban yang berat,
tetapi ia berkehendak untuk membersihkan kamu dan menyempurnakan
ni`mat-Nya kepadamu supaya kamu bersyukur (QS Al maidah (5) :6)
BAB III
PENUTUP
19
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab dua yang membahas mengenai cara
menghindari makanan haram, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut
:
1. Haram artinya larangan (dilarang oleh agama). Jadi, makanan yang haram
adalah makanan yang dilarang oleh syara’ untuk dimakan. Setiap yang
dilarang oleh syara’ pasti ada bahayanya dan meninggalkannya pasti ada
faedahnya dan mendapat pahala.
2. Makanan haram itu terbagi menjadi dua, haram karena sudah ditetapkan
oleh Al-Qur’an dan Al-Hadist, dan haram karena cara memperolehnya.
4. Kita sebagai umat muslim harus pandai dan teliti dalam melakukan cara
untuk menghindari makanan haram, jika kita benar-benar tidak yakin
dengan makanan yang akan kita makan, apakah itu makanan haram atau
halal, maka sebaiknya jangan dimakan.
5. Senantiasa mendekatkan diri dengan Allah SWT untuk dapat dihindarkan
dari sifat-sifat tidak terpuji yang dapat menjerat kita untuk memperoleh
makanan yang diperoleh dengan jalan yang haram
B. Saran
Demikianlah hasil pembahasan dalam makalah mengenai Cara
menghindari Makanan Haram, diharapkan pembaca sekalian dapat
memaklumi apabilah masih terdapat kekurangan dalam pembuatan makalah
ini. Pembaca sekalian yang menjadikan makalah ini sebagai panduan dalam
membuat makalah selanjutnya, maka diharapkan dapat melengkapi referensi
yang berkaitan dengan bahasan Cara menghindari Makanan Haram ini. Kritik
dan saran dari pembacapun sangat kami harapkan, guna perbaikan dimasa
mendatang. Akhir kata kami ucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
20
Homeschooling group SD Khoiru Ummah. 2011. Bagaimana
Menghindari makanan haram.
Khoiruummah.blogspot.com. Diakses : 19 Maret 2012.
Majalah Ishlah. Edisi 57/tahun IV 1996, halaman 34-35. Halal dan
Haram dalam Pandangan Islam. 1980. Syekh Muhammad Yusuf
Qardlaawi. (terj).The Holy Koran Pub. House, Beirut, Lebanon.
M. Rusli Amin, KH. MA., Waspadai makanan Haram disekitar kita, Al-
Mawadi Prima
Nanik, S.Ag. Materi Pendidikan Agama Islam IV. Akademi Farmasi Al-
Fatah Bengkulu.
http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/panduan-makanan-2-makanan-
yang-diharamkan-dalam-al-quran.html
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/03/04/m0d4h7-
inilah-sepuluh-alasan-mengapa-islam-mengharamkan-babi
http://vutrav4.blogspot.com/2013/02/sebab-haramnya-darah.html
21