Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Energi listrik merupakan enrgi yang paling banyak dimanfaatkan
oleh manusia karena mudah dikonversikan ke dalam bentuk energi lain.
Seiring berkembangnya IPTEK dan semakin banyaknya jumlah penduduk
maka kebutuhan energi listrik juga semakin bertambah. Tetapi, energi listrik
juga ternyata memiliki bahaya listrik yang dapat menimbulkan berbagai
macam kerugian bagi manusia maupun lingkungan.
PT PLN (Persero) merupakan satu - satunya perusahaan yang
mengatur penyaluran energi listrik di Indonesia. Sehingga dalam pemenuhan
kebutuhan listrik di Indonesia dibutuhkan keandalan dari setiap instalasinya.
Salah satu cara untuk meningkatkan keandalan penyediaan energi listrik ini
adalah dengan cara melaksanakan pemeliharaan pada setiap unit di instalasi
PT PLN.
PT PLN dalam melaksanakan tugasnya juga mementingkan faktor
keamanan agar tercipta suasana yang Aman, Andal dan Akrab bagi manusia
dan lingkungan sekitarnya.
Melihat adanya bahaya yang dapat ditimbulkan oleh energi listrik
ini, maka PT PLN (Persero) juga mementingkan segi keamanan pada setiap
unitnya. Hal ini dikarenakan untuk menghasilkan zero accident dan safety
condition bagi karyawan PLN, masyarakat sekitar maupun lingkungan. Salah
satu cara untuk menghasilkan kondisi tersebut maka PT PLN (Persero) selalu
berusaha melaksanakan prosedur K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
pada setiap pekerjaannya.

B. Tujuan
1. Mengetahui profil perusahaan PT. PLN (Persero) khususnya Unit
Surakarta

1
2

2. Mengetahui pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan


Kerja di PT. PLN Surakarta.
3. Mengetahui faktor dan potensi bahaya yang ada di PT. PLN dan
pekerjaan yang berhubungan dengan kelistrikan.
4. Mengetahui keselamatan kerja listrik pada Pekerjaan Dalam Keadaan
Bertegangan (PDKB).

C. Manfaat
1. Bagi Praktikan
a. Dapat mengetahui profil perusahaan PT. PLN (Persero) khususnya
Unit Surakarta.
b. Dapat mengetahui pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di PT. PLN Surakarta.
c. Dapat mengetahui faktor dan potensi bahaya yang ada di PT. PLN
dan pekerjaan yang berhubungan dengan kelistrikan.
d. Dapat mengetahui keselamatan kerja listrik pada Pekerjaan Dalam
Keadaan Bertegangan (PDKB).
2. Bagi Program Studi Diploma 4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
a. Menjalin hubungan yang baik dengan PT. PLN (Persero) Unit
Surakarta.
b. Menambah kepustakaan dan referensi dari Program Studi Diploma 4
Keselamatan Kesehatan Kerja, khususnya mata kuliah Keselamatan
Kerja IV.
3

BAB II
HASIL

A. Pelaksanaan
Kegiatan kunjungan mata kuliah keselamatan kerja IV yang
dilakukan oleh mahasiswa semester V Program Studi Diploma 4 Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran UNS dilaksanakan pada :
Hari : Senin
Tanggal : 11 November 2013
Waktu : 08.00 – 13.00 WIB
Tempat : PT. PLN (Persero) Surakarta, Jl. Brigadir Jenderal Slamet
Riyadi No. 468 Surakarta

B. Deskripsi Perusahaan
Perusahaan Listrik Negara (disingkat PLN) adalah sebuah BUMN
yang mengurusi semua aspek kelistrikan yang ada di Indonesia. Direktur
Utamanya adalah Nur Pamudji, menggantikan Dahlan Iskan dirut sebelumnya
yg di lantik menjadi menteri BUMN. Ketenagalistrikan di Indonesia dimulai
pada akhir abad ke-19, ketika beberapa perusahaan Belanda mendirikan
pembangkitan tenaga listrik untuk keperluan sendiri. Pengusahaan tenaga
listrik untuk kepentingan umum dimulai sejak perusahaan swasta Belanda
NV. NIGM memperluas usahanya di bidang tenaga listrik, yang semula
hanya bergerak di bidang gas. Kemudian meluas dengan berdirinya
perusahaan swasta lainnya.
Untuk menjalankan tugasnya sebagai Perusahaan milik Negara, PT.
PLN Surakarta mempunyai motto yaitu “Bekerja, bekerja dan bekerja”.
Visi dan Misi PT. PLN (Persero)
Visi : Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang Bertumbuh kembang,
Unggul dan Terpercaya dengan bertumpu pada Potensi Insani.

3
4

Misi :
1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi
pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.
2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat.
3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan
ekonomi.
4. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
Dalam menjalankan visi dan misi tersebut PLN area Surakarta
membangun nilai-nilai : saling percaya antar anggota perusahaan, integritas,
peduli, dan pembelajaran. Pada bulan April 2013 PLN area Surakarta
mendapat sertifikasi emas dari Menteri Tenaga Kerja.
Unit-unit PLN
I. Kelompok Unit Wilayah
1. PLN Wilayah Aceh, berkedudukan di Banda Aceh
2. PLN Wilayah Sumatera Utara, berkedudukan di Medan
3. PLN Wilayah Sumatera Barat, berkedudukan di Padang
4. PLN Wilayah Riau dan Kepulauan Riau, berkedudukan di Pekanbaru
5. PLN Wilayah Sumatera Selatan, Jambi dan Bengkulu, berkedudukan
di Palembang
6. PLN Wilayah Bangka Belitung, berkedudukan di Pangkalpinang
7. PLN Wilayah Kalimantan Barat, berkedudukan di Pontianak
8. PLN Wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah,
berkedudukan di Banjar Baru
9. PLN Wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara
berkedudukan di Balikpapan
10. PLN Wilayah Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Gorontalo,
berkedudukan di Menado
11. PLN Wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi
Barat, berkedudukan di Makasar
5

12. PLN Wilayah Nusa Tenggara Barat, berkedudukan di Mataram


13. PLN Wilayah Nusa Tenggara Timur, berkedudukan di Kupang
14. PLN Wilayah Maluku dan Maluku Utara, berkedudukan di Ambon
15. PLN Wilayah Papua dan Papua Barat, berkedudukan di Jayapura
II. Kelompok Unit Distribusi
1. PLN Distribusi DKI Jakarta Raya dan Tangerang, berkedudukan di
Jakarta
2. PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten, berkedudukan di Bandung
3. PLN Distribusi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, berkedudukan di
Semarang
4. PLN Distribusi Jawa Timur, berkedudukan di Surabaya
5. PLN Distribusi Bali, berkedudukan di Denpasar
6. PLN Distribusi Lampung, berkedudukan di Bandar Lampung
III. Kelompok Unit Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban
1. PLN Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali, berkedudukan
di Depok
2. PLN Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Sumatera, berkedudukan
di Padang
IV. Kelompok Unit Pembangkitan
1. PLN Pembangkitan Sumatera Bagian Utara, berkedudukan di Medan
2. PLN Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan, berkedudukan di
Palembang
3. PLN Pembangkitan Jawa Bali, berkedudukan di Yogyakarta
4. PLN Pembangkitan Tanjung Jati B, berkedudukan di Jepara
5. PLN Pembangkitan Indramayu, berkedudukan di
6. PLN Pembangkitan Lontar, berkedudukan di Semarang
V. Kelompok Unit Induk Proyek
1. PLN Unit Induk Proyek Pembangkit Sumatera I, berkedudukan di
Palembang
2. PLN Unit Induk Proyek Pembangkit Sumatera II, berkedudukan di
Palembang
6

3. PLN Unit Induk Proyek Jaringan Sumatera I, berkedudukan di


Medan
4. PLN Unit Induk Proyek Jaringan Sumatera II, berkedudukan di
Palembang
5. PLN Unit Induk Proyek Pembangkit Sulawesi, Maluku dan Papua,
berkedudukan di Makasar
6. PLN Unit Induk Proyek Jaringan Sulawesi, Maluku dan Papua,
berkedudukan di Makasar
7. PLN Unit Induk Proyek Pembangkit dan Jaringan Kalimantan,
berkedudukan di Balikpapan
8. PLN Unit Induk Proyek Jaringan Jawa Bali, berkedudukan di
Semarang
9. PLN Unit Induk Proyek Pembangkit Hidro Jawa Bali, berkedudukan
di Bandung
10. PLN Unit Induk Proyek Pembangkit Thermal Jawa Bali,
berkedudukan di Surabaya
11. PLN Unit Induk Proyek Pembangkit dan Jaringan Nusa Tenggara,
berkedudukan di Mataram
12. PLN Unit Induk Proyek Trans TET Interkoneksi Sumatera Jawa,
berkedudukan di Jakarta
VI. Kelompok Unit Pusat dan Jasa
1. PLN Pusat Pendidikan dan Pelatihan, berkedudukan di Jakarta
2. PLN Pusat Enjiniring Ketenagalistrikan, berkedudukan di Jakarta
3. PLN Pusat Pemeliharaan Ketenagalistrikan, berkedudukan di
Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung
4. PLN Pusat Penelitian dan Pengembangan, berkedudukan di Jakarta
5. PLN Jasa Manajemen Konstruksi, berkedudukan di Jakarta
6. PLN Jasa Sertifikasi, berkedudukan di Jakarta
VII. Anak Perusahaan PLN[sunting | sunting sumber]
1. PT Pelayanan Listrik Nasional Batam (PT PLN Batam),
berkedudukan di Batam, Kepulauan Riau
7

2. PT Pelayanan Listrik Nasional Tarakan (PT PLN Tarakan),


berkedudukan di Tarakan, Kalimantan Utara
3. PT Indonesia Power (PT IP), berkedudukan di Jakarta
4. PT Pembangkitan Jawa Bali (PT PJB), berkedudukan di Surabaya
5. PT Indonesia Comnets Plus (PT ICON+), berkedudukan di Jakarta
6. PT PLN Batubara, berkedudukan di Jakarta
7. PT PLN Geothermal (PT PLN-G), berkedudukan di Jakarta
8. PT Geo Dipa Energi, berkedudukan di Jakarta
9. PT Prima Layanan Nasional Enjiniring (PT PLN-E), berkedudukan di
Jakarta
10. PT Pelayaran Bahtera Adhiguna, berkedudukan di Jakarta
11. Majapahit Holding BV, berkedudukan di Amsterdam, Belanda
Ada 12 unit PLN yang ada di Jawa tengah yaitu Surakarta, Semarang,
Yogyakarta, Purwokerto, Tegal, Magelang, Kudus, Pekalongan, Cilacap,
Klaten, Unit layanan Salatiga dan Area Pembangkit Distribusi Jawa Tengah
dan Daerah Istimewa Yogyakarta. PT. PLN (Persero) Unit Surakarta terletak
di Jl. Brigadir Jenderal Slamet Riyadi No. 468 Surakarta. PLN area Surakarta
terdiri dari 11 Rayon yaitu Rayon Surakarta Kota, Rayon Manahan, Rayol
Grogol, Rayon Palur, Rayon Karanganyar, Rayon Kartasura, Rayon Sragen,
Rayon Sumberlawang, Rayon Sukoarjo, Rayon Wonogiri dan Rayon
Jatisrono.

C. Observasi
PLN area Surakarta terdiri dari 11 Rayon yaitu Rayon Surakarta
Kota, Rayon Manahan, Rayol Grogol, Rayon Palur, Rayon Karanganyar,
Rayon Kartasura, Rayon Sragen, Rayon Sumberlawang, Rayon Sukoarjo,
Rayon Wonogiri dan Rayon Jatisrono.
Untuk mewujudkan visi menjadi sebuah perusahaan listrik yang
berkelas dunia PLN area Surakarta menjalankan implementasi Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dimana didalamnya berisi
kebijakan, tujuan dan sasaran.
8

Kebijakan :
1. Memenuhi peraturan perundang-undangan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
2. Mengupayakan pencapaian kecelakaan nihil (zero accident)
3. Meningkatkan kompetensi Sumber Daya Manusia
4. Mengupayakan produk pelayanan yang handal dan aman
5. Memberikan fasilitas sumber daya yang dibutuhkan dalam
membangun, mengimplementasikan, memelihara, dan meningkatkan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Tujuan dan Sasaran :
1. Mencapai kecelakaan nihil (zero accident)
2. Memperbaiki system area kerja di wilayah Pelayanan dan
Jaringan (APJ) Surakarta.
3. Membenahi area kerja kantor
4. Mendapat bendera emas dari Departemen Tenaga Kerja
5. Meningkatkan kepedulian pegawai terhadap Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3)
6. Menerapkan budaya kepatuhan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3).
Perjalanan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) PLN area Surakarta adalah sebagai berikut :
Tahun 2011 :
PLN area Surakarta menerima surat penunjukan Set Up Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dari PLN pusat.
Tahun 2011 :
- Konsolidasi internal
- Persiapan Sumber Daya Manusia
- Initial review dan identifikasi
- Penyusunan workplan dan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Tahun 2012 :
- Penyusunan dokumen dan Standar Operasional Prosedur (SOP)
9

- Sosialisasi
- Implementasi
- Audit internal dan eksternal
Tahun 2013 :
- Menjaga konsistensi
- Menggandeng unit lain
- Revisi dokumen.
Dalam memenuhi permintaan masyarakat dalam hal listrik, tidak
jarang terjadi sebuah gangguan baik itu dari PLN sendiri atau diluar PLN.
Faktor tersebut yaitu :
1. Faktor internal PLN :
a. Padamnya pusat pembangkit
b. Peralatan rusak
c. Konstruksi tidak standar
2. Faktor eksternal PLN :
a. Faktor alam : Bencana alam (angin puting beliung, gempa bumi,
banjir, longsor) ; Hewan; pepohonan.
b. Faktor manusia
Pada saat kunjungan di PLN Surakarta, kami dapat melihat
langsung para pekerja yang sedang melakukan Pekerjaan Dalam Keadaan
Bertegangan (PDKB). Adapun Standar Operasional Prosedur (SOP) yang
harus dilakukan pekerja adalah sebagai berikut :
1. Cek Elemen Pelindung (EP)
2. Lepas Elemen Pelindung (EP)
3. Pasang cover untuk melindungi dari tegangan listrik yang mengalir
4. Mulai pekerjaan
Manajemen Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
Proyek
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
selanjutnya disebut Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari sistem
manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
10

perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan


sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,
pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja
dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja
guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
Tujuan dan sasaran Sistem Manajemen K3 adalah menciptakan
suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja
yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan
penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif.
Pelaksanaan kegiatan K3 di lapangan meliputi:
Kegiatan K3 di lapangan berupa pelaksanaan safety plan, melalui kerja
sama dengan instansi yang terkait K3, yaitu depnaker, polisi dan rumah
sakit.
Pengawasan pelaksanaan K3, meliputi kegiatan:
a. Safety patrol, yaitu suatu tim K3 yang terdiri dari 2 atau 3 orang
yang melaksanakan patroli untuk mencatat hal-hal yang tidak sesuai
ketentuan K3 dan yang memiliki resiko kecelakaan.
b. Safety supervisor; adalah petugas yang ditunjuk manajer proyek
untuk mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan
dilihat dari segi K3.
c. Safety meeting; yaitu rapat dalam proyek yang membahas hasil
laporan safety patrol maupun safety supervisor
11

BAB III
PEMBAHASAN

Pekerjaan dalam Keadaan Bertegangan


A. Tentang PDKB
Pekerjaan dalam keadaan bertegangan adalah jenis pekerjaan yang
dilakukan oleh petugas-petugas khusus yang melakukan pekerjaan
pemeliharaan pendistribusian tenaga listrik tanpa padam. Pekerjaan ini
dilakukan oleh Sumber daya manusia yang terlatih.
Secara nasional PDKB mulai diresmikan pada tanggal 10 November
1994 di Semarang berdasarkan surat keputusan DIREKTORAT JENDERAL
LISTRIK DAN PENGEMBANGAN ENERGI DEPARTEMEN
PERTAMBANGAN DAN ENERGI NO : 73 12/14/40/600.1/1993 yang
ditetapkan di Jakarta tertanggal 16 Agustus 1993.
Komitmen dari PDKB adalah :
1. Zero Accident
2. Mengikuti prosedur sesuai SOP ( Standard Operating Procedure )
3. Kerjasama team
4. Profesionalisme
Sasaran PDKB
Sasaran Umum
1. Terwujudnya pelaksanaan pemeliharaan preventif maupun pasang baru
dengan tetap menjaga kontinuitas pasokan.
2. Pembinaan profesionalisme pelayanan Sumber Daya Manusia PLN
Sasaran Khusus
1. Jaringan listrik, utamanya penyulang pelanggan potensial
2. Penyulang pelayanan pelanggan VVIP dan VIP
3. Penyulang yang apabila padam mengakibatkan hilangnya kesempatan
penjualan sangat besar

11
12

Dalam PDKB banyak hal yang dapat dilakukan. Hampir seluruh


pekerjaan dapat dilakukan oleh PDKB. Namun harus sesuai pada Prosedur
Standar operasi (SOP). PDKB terbagi atas 3 metode. Metode Berjarak,
Metode Sentuh langsung , dan Metode Potensial. Metode Berjarak adalah
sebuah metode dengan menggunakan jarak aman. Jarak yang diperbolehkan
adalah 60 cm dari konduktor (nilai maksimum), dan tidak dizinkan untuk
melanggar jarak tersebut.
B. Persyaratan dalam PDKB
PDKB bukan pekerjaan yang bisa dilakukan setiap orang. Ada hal-
hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan pekerjaan. Beberapa
persyaratan tersebut adalah :
1. Harus Ada Linemen
2. Harus Ada Groundmen
3. Harus Ada Pengawas K3, dan Pengawas Pekerjaan
4. Menandatangani SP2B (Surat Perintah melaksanakan Pekerjaan
Bertegangan) untuk Linesmen dan groundmen.
5. Menandatangani SP3B (Surat Perintah Pengawas Pekerjaan Bertegangan)
6. Alat pelindung diri ( APD ) dalam keadaan baik yang dicek oleh pengawas
K3 sebelum bekerja.
7. Peralatan diberi lapisan silikon untuk mencegah aliran air disaat pekerjaan
dalam keadaan hujan.
C. Metode Pada Pekerjaan PDKB
Ada beberapa metode yang digunakan dalam melakukan pekerjaan
PDKB, setiap metode memiliki beberapa keunggulan dan keuntungan pada
kondisi tertentu. Dibeberapa kesempatan, metode-metode ini digabungkan
untuk mempermudah dalam melakukan pekerjaan.
1. Metode Berjarak (Distance Method)
2. Metode Sentuh Langsung (Direct Contact Method)
3. Metode Rubber Gloves (Biasanya menggunakan Aerial lift device)
4. Metode Platform
13

Untuk pekerjaan PDKB di sistem tegangan 20KV, metode yang biasa


digunakan adalah :
1. Metode Berjarak (Distance Method)
2. Metode Rubber Gloves
3. Metode Platform (gabungan antara metode berjarak dan metode ruber
gloves)
D. Jenis Pekerjaan
Pekerjaan pemeliharaan, penggantian dan pemasangan dengan PDKB
pada jaringan listrik sistem 20kV dapat dilakukan antara lain :
1. Penggantian dan Pemeliharaan Isolator
2. Penggantian dan pemeliharaan knife switch
3. Penggantian dan pemeliharaan fuse switch
4. Pemeliharaan dan penggantian jumper dan sambungan jaringan
5. Penggantian lightning arrester
6. Pemotongan dahan atau pohon yang menyentuh jaringan
7. Pengukuran fasa
8. Perbaikan konduktor dan joint
9. Penggantian traves
10. Penggantian tiang
11. Pengaturan tiang
12. Penggantian struktur traves
13. Dll
Pekerjaan ini semua dapat dilakukan dengan metode apa saja dan
tergantung dari kondisi lapangan yang mendukung dalam melaksanakan
pekerjaan tersebut. Sehingga pada beberapa kesempatan, setiap metode
memiliki perbedaan pada waktu dan cara pelaksanaannya.
1. Metode Berjarak
Metode berjarak adalah metode yang paling populer dilakukan di
Indonesia, semua team PDKB di PLN bermula dengan melakukan
pekerjaan dengan metode ini. Metode ini adalah pekerjaan PDKB yang
dilakukan oleh petugas PDKB (electrician) dengan dilengkapi alat
14

pelindung diri, tangga yang dipasang pada tiang, alat pemanjat tiang, dan
menggunakan stick PDKB (hot stick) dengan jarak minimum dari
jaringan bertegangan adalah 72cm (dari : Work On Energined
Distribution Line).
Biasanya dalam 1 team PDKB untuk metode berjarak terdiri atas
6-7 orang, dilengkapi dengan kendaraan yang berisi peralatan hot stick,
tangga dan peralatan penunjang lainnya.
2. Metode Rubber Gloves (biasanya di PLN disebut Metode Sentuh
Langsung)
Metode Rubber Gloves atau biasanya di PLN sendiri disebut
sebagai Metode Sentuh Langsung adalah pekerjaan PDKB yang
dilakukan oleh petugas PDKB dengan dilengkapi alat pelindung diri dan
melakukan pekerjaan dengan kontak secara langsung dengan saluran
udara bertegangan. Dimana pada pelaksanaannya menggunakan mobil
aerial device dengan satu atau dua keranjang (bucket) dan dilengkapi alat
bantu dan /atau stick.
Untuk PDKB ditegangan menengah, menggunakan metode ini.
Diperlukan maksimum adalah 3 orang petugas PDKB dalam tiap regunya.
Metode ini sudah meninggalkan tangga untuk melakukan pemanjatan dan
mengurangi penggunaan stick-stick panjang dalam melaksanakan
pekerjaannya karena sudah dibantu oleh mobil aerial lift device.
E. Keuntungan dan Kekurangannya
Kedua Metode tersebut memiliki beberapa keuntungan dan kekurangan
diantaranya :
1. Metode Berjarak
Keuntungan :
a. Semua petugas PDKB pada awal mula melakukan pekerjaan di
PDKB sudah mengenal metode ini.
b. Dapat melakukan semua pekerjaan yang dekat dengan tiang,
walaupun lokasi sulit dicapai kendaraan (contoh : ditengah sawah dll)
15

Kekurangan :
a. Membutuhkan orang yang lebih banyak dalam melakukan pekerjaan
(1 regu minimal 6-7 orang)
b. Peralatan yang dibutuhkan sangat banyak, karena dalam suatu kondisi
pekerjaan dibutuhkan peralatan yang cukup banyak (contoh
penggunaan three phase boom).
c. Investasi jangka panjang akan lebih mahal dari pada metode rubber
gloves karena lebih banyak dalam penggantian peralatan hampir
setiap tahunnya.
d. Tidak bisa atau sulit sekali melakukan pekerjaan di tengah gawang
(atau diantara tiang ke tiang lainnya), contoh : perbaikan conductor.
2. Metode Rubber Gloves
Keuntungan :
a. Membutuhkan orang yang sedikit dalam melakukan pekerjaan (2-3
orang).
b. Peralatan jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan metode
berjarak.
c. Investasi jangka panjang jauh lebih menguntungkan bila
dibandingkan dengan metode berjarak.
d. Jauh lebih aman (low Risk), karena selain dilengkapi alat pengaman
diri, kendaraan aerial liftnya minimal sudah terisolasi hingga 46 kV
(untuk kelas C).
e. Mampu melakukan semua jenis pekerjaan baik itu yang dekat dengan
tiang ataupun yang jauh dari tiang (tengah gawang).
Kekurangan :
a. Pada posisi jalan yang sempit, kendaraan aerial lift cukup menggangu
pada saat melakukan pekerjaan
b. Untuk tiang atau objek yang agak menjorok kedalam atau yang jauh
dari jalan, agak sulit dalam melakukan pekerjaan ini
c. Tinggi jangkauan alat terbatas, tergantung dari tipe dan jenis aerial
lift-nya
16

F. Peralatan yang digunakan Oleh PDKB


Dalam PDKB digunakan peralatan-peralatan yang telah diuji dengan
tegangan 100KV per 30 cm. Jumlah peralatan yang ada sekitar 120 buah alat
berisolasi yang harus di uji tegangan setiap 3 bulan sekali, sehingga jika
terjadi kebocoran cepat diketahui. Secara umum peralatan yang dipakai antara
lain sebagai berikut:
1. Hook Pole
Hook pole adalah peralatan yang digunakan untuk pemasangan dan
pembongkaran peralatan yang akan dipasang di konduktor bertegangan.
2. Tie Pole
Tie pole adalah peralatan yang digunakan untk membuka dan memasang
tie wire pada konduktor sebagai pengikat di isolator.
3. By pass jumper
By pass jumper adalah peralatan yang digunakan untuk penyambungan,
biasanya digunakan pada pekerjaan jumper pada konstruksi Tegangan
Menengah.
4. Conductor cover
Conductor Cover adalah penutup konduktor yang dipakai agar jarak
linesmen dari konduktor dapat sedekat mungkin. Biasanya dalam
pekerjaan pemeliharaan PTS.
5. Tangga isolasi
Tangga Isolasi adalah tangga yang dipakai oleh linesmen agar tidak
menyentuh langsung dengan ground.
6. Tangga Alumunium
Tangga yang terbuat dari bahan alumunium yang digunakan sebagai
pondasi agar tidak meleset.
G. Penggantian Isolator Tumpu Phase Pinggir Dengan Metode Lutut
Dalam laporan ini, Penulis mencoba untuk menjelaskan salah satu
contoh jenis pekerjaan PDKB TM 20 kV yang biasa di kerjakan, yaitu
penggantian isolator tumpu untuk phase pinggir. Adapun metode yang
digunakan adalah metode Lutut.
17

Isolator phase pinggir sering mengalami gangguan, terlalu


kencangnya tarikkan konduktor sehingga membuat isolator bengkok, dan tak
jarang membuat retak dan akhirnya pecah. Yang akhirnya jika terjadi hujan
yang sangat lebat akan membuat tegangan menjadi trip.
Adapun urutan kerja dari pekerjaan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Memasang tangga alumunium
2. Memasang tangga isolasi.
3. Memasang tali pelayanan.
4. Memasang Insulating Flexible Cover pada cross arm.
5. Memasang Coductor Support pole 63 mm.
6. Memasang Lift Type Saddle
7. Memasang Pole Type Saddle.
8. Memasang rope block.
9. Memasang Pole Type sadle , Extention dan Pole Clamp 38mm
10. Memasang Conductor Support Pole 38mm
11. Memasang Conductor Cover
12. Memasang Pin Type Insulator Cover
13. Menjauhkan konduktor dari isolator yang akan diganti.
14. Menurunkan Isolator yang rusak dan menaikkan isolator yang baru yang
sebelumnya memasang Tie Wire pada Isolator yang baru.
15. Mendekatkan Konductor ke isolator dan mengikat konduktor.
16. Melepas Trianggulasi Lutut, dilanjutkan melepas Conductor Cover dan
Pin Type Insulator Cover.
17. Melepas peralatan persiapan dan Pekerjaan Selesai.
H. Potensi Bahaya
Potensi bahaya adalah suatu kondisi yang dapat mengakibatkan
kecelakaan. Dalam pelaksanaan PDKB ada beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh pelaksana antara lain :
1. Static shunt mempunyai kabel dengan panjang 1,8 m, hal ini berpotensi
mengakibatkan flash over apabila terjatuh.
18

2. Flash over akibat terjatuhnya tali bonding pakaian konduktif dengan


panjang 1,8 m.
3. Cacat pada stick
4. Flash over pada saat pekerjaan
Pelaksana (groundman), kendaraan dan peralatan kerja harus diluar
“fall area”. Yang dimaksud fall area adalah daerah dimana peralatan
kemungkinan jatuh.
19

BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
1. PLN Unit Surakarta berlokasi di Jl. Brigadir Jenderal Slamet Riyadi No.
468 Surakarta. PLN area Surakarta terdiri dari 11 Rayon yaitu Rayon
Surakarta Kota, Rayon Manahan, Rayol Grogol, Rayon Palur, Rayon
Karanganyar, Rayon Kartasura, Rayon Sragen, Rayon Sumberlawang,
Rayon Sukoarjo, Rayon Wonogiri dan Rayon Jatisrono.
2. PLN Unit Surakarta mulai menjalankan implementasi Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada tahun 2011, dimana didalamnya
berisi kebijakan, tujuan dan sasaran.
Tujuan dan Sasaran :
a. Mencapai kecelakaan nihil (zero accident)
b. Memperbaiki system area kerja di wilayah Pelayanan dan
Jaringan (APJ) Surakarta.
c. Membenahi area kerja kantor
d. Mendapat bendera emas dari Departemen Tenaga Kerja
e. Meningkatkan kepedulian pegawai terhadap Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3)
f. Menerapkan budaya kepatuhan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3).
3. Potensi bahaya yang ada pada pekerjaan PDKB :
a. Terjatuh akibat kelalaian atau tali yang tidak kuat
b. Tersengat arus listrik
c. Kejatuhan benda dari atas
d. Pingsan, karena cuaca panas
4. Beberapa persyaratan PDKB adalah :
a. Harus Ada Linemen
b. Harus Ada Groundmen

19
20

c. Harus Ada Pengawas K3, dan Pengawas Pekerjaan


d. Menandatangani SP2B (Surat Perintah melaksanakan Pekerjaan
Bertegangan) untuk Linesmen dan groundmen.
e. Menandatangani SP3B (Surat Perintah Pengawas Pekerjaan
Bertegangan)
f. Alat pelindung diri (APD) dalam keadaan baik yang dicek oleh
pengawas K3 sebelum bekerja.
g. Peralatan diberi lapisan silikon untuk mencegah aliran air disaat
pekerjaan dalam keadaan hujan.

B. Saran
1. Bagi mahasiswa harus lebih serius dalam melakukan kegiatan praktek
kunjungan lapangan agar dapat berjalan lancar dan diperoleh informasi
yang akurat.
2. Bagi program studi sebaiknya pemberangkatan kunjungan lebih tepat
waktu agar pelaksanaan kunjungan bisa sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan.
21

DAFTAR PUSTAKA

Imanudin. 2010. Pemeliharaan Dalam Keadaan Bertegangan.


Http://Imanudin84.Wordpress.Com/2010/01/16/Pemeliharaan-Dalam-
Keadaan-Bertegangan.html (26 November 2013)

PLN. 2010. PDKB ( Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan ).


http://plnkita.wordpress.com/2010/09/17/pdkb-pekerjaan-dalam-
keadaan-bertegangan.html (21 November 2013)

Setiawan, Firdaus. 2009. Sekilas Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan


20000 V.http://www.google.com/url?q=http://20kv.wordpress.com/2009/
06/09/sekilas-pekerjaan-dalam-keadaan-bertegangan-20000.html (21
November 2013)

Tim Penyusun. 2013. Buku Pedoman Praktikum Keselamatan Kerja IV Semester


V. Surakarta : Program D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja FK. UNS.

Anda mungkin juga menyukai