Tata Cara Pemetaan Dan Penyelidikan Geologi Teknik
Tata Cara Pemetaan Dan Penyelidikan Geologi Teknik
Oleh
Ediwan A. Syarief
1. PENDAHULUAN
Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu rangkaian upaya yang dilakukan terus
menerus untuk mencapai suatu tingkat kehidupan masyarakat yang sejahtera. Sejalan dengan
semakin pesatnya pembangunan dan dimulainya era perbaikan di segala bidang, baik industri,
perdagangan maupun pariwisata tentunya akan disertai dengan pembangunan infrastruktur
seperti jalan, jembatan, perkantoran dan sebagainya.
Data dan informasi geologi teknik tersebut dapat diperoleh dengan cara melakukan
pemetaan maupun penyelidikan geologi teknik.
Dengan tersedianya data geologi teknik pada suatu daerah yang akan dikembangkan,
diharapkan terjadinya kesalahan-kesalahan dalam pengembangan wilayah maupun
perencanaan konstruksi bangunan teknik dapat dihindarkan atau diperkecil.
Metoda yang digunakan dalam melakukan pemetaan dan penyelidikan geologi teknik
adalah metoda kualitatif dan kuantitatif. Metoda kualitatif yaitu melaksanakan pengamatan
lapangan, pengukuran struktur, diskripsi sifat fisik dan keteknikan tanah/batuan, kondisi
keairan, dan menginventarisasi kebencanaan geologi yang ada. Metoda kuantitatif yaitu
melakukan perhitungan dan analisis seperti daya dukung, kemantapan lereng,
kompresibilitas dan perosokan tanah.
o Perencanaan
o Pekerjaan Lapangan
o Pekerjaan Laboratorium
o Penyusunan laporan
4.1 Perencanaan
Kelancaran suatu kegiatan, sebagian besar ditentukan selama tahap perencanaan. Tahap
perncanaan ini perencanaan sebelum ke lapangan dan perencanan selama di lapangan.
Perncanaan ini meliputi hal-hal yang sangat mendasar sebelum tim berangkat ke lapangan,
yang menyangkut:
Dari hasil penyelidikan pendahuluan baru direncanakan kegiatan selanjutnya secara lebih
terarah, yaitu dengan membuat rencana lintasan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah keadaan bentuk lembah, pola aliran sungai,
sudut lereng, pola gawir dan bentuk-bentuk bukit. Morfologi atau bentang alam seperti
tampak pada saat sekarang ini merupakan hasil kerja dari sistem alam, yaitu proses-
prosesdalam bumi (geologi, volkanisme) dan proses-proses luar (air permukaan, gelombang,
longsoran, tanaman, binatang termasuk manusia).
Satuan tanah dan batuan memberikan informasi mengenai susunan atau urutan
stratigrafi dari tanah dan batuan secara vertikal maupun horisontal. Untuk itu perlu dilakukan
pemerian sifat fisik dan keteknikan tanah/batuan yang dapat diamati langsung di lapangan
secara megaskopis.
c. Struktur Geologi
Meliputi pemerian jurus dan kemiringan lapisan batuan, kekar, rekahan, sesar, lipatan dan
ketidak selarasan. Data ini sangat penting dalam pekerjaan pembangunan infrastruktur guna
menghindari atau memecahkan permasalahan yang dapat terjadi.
Intensitas kekar atau retakan, tingkat kehqncuran batuan yang diakibatkan oleh adanya sesar
terutama bila dijumpai sesar aktif maupun perselingan lapisan batuan yang miring adalah
merupakan zona lemah yang dapat menimbulkan permasalahan, misalnya longsoran.
d. Keairan
Pengamatan yang perlu dilakukan meliputi kedalaman muka air tanah bebas, sifat
korosifitas air tanah dan munculnya mata air atau rembesan yang dapat mempengaruhi
perencanaan konstruksi pondasi bangunan. Apabila dianggap perlu diambil contoh air
tanahnya untuk diuji di laboratorium, guna mengetahui tingkat korosivitasnya.
e. Bahaya Geologi
Meliputi pengamatan dan penilaian tentang ada tidaknya bahaya yang mungkin
dapat terjadi sebagai akibat dari faktor geologi. Identifikasi bahaya geologi sangat erat
kaitannya dengan pembangunan infrastruktur, karena dikhawatirkan akan menjadi kendala
atau hambatan selama pembangunan maupun pasca pembangunan, antara laian struktur sesar
aktif, gerakan tanah/batuan, banjir bandang, ambblesan tanah/batuan, bahaya kegunung
apian, erosi dan abrasi, kegempaan, Tsunami, dan lempung mengembang.
Mendapatkan gambaran keadaan bawah permukaan di daerah yang luas dalam waktu
yang pendek.
Memudahkan membuat intrepetasi penampang geologi
Memperkecil jumlah titik-titik pengeboran, karena akan mempermudah korelasi
antara titik-titik pengeboran.
Membuat lebih effisien dan memperkecil biaya penyelidikan
Metoda geofisika yang telah dikembangkan untuk maksud keteknikan, antara lain: Metoda
seismik, geolistrik dan metoda electromagnetic subsurfaca profiling/Radar (Radio Detecting
and Ranging) Sounding.
o Metoda Seismik
Metoda ini umumnya dilakukan mulai dari studi pendahuluan hingga studi kelayakan. Pada
studi pendahuluan metoda ini dilakukan untuk mengetahui kondisi perlapisan tanah dan
batuan serta struktur geologi yang akan dibangun secara makro, sehingga dalam studi
kelakyakan akan dapat dilakukan dengan baik orientasi pekerjaan yang akan dilakukan,
seperti:
o Metoda Geolistrik
Dalam metoda ini arus listrik dialirkan di tanah melalui elektroda-elektroda dan perbedaan
potensial diukur diantara dua buah elektroda. Perbedaan dalam tahanan jenis kemudian dapat
diukur baik vertikal maupun lateral dengan menukar susunan elektroda.
Metoda ini memberikan data stratigrafi, cadangan kuari, kedalaman muka airtanah maupun
kedudukan lapisan pembawa air tanah, pola retakan dan indikasi bidang longsor.
Metoda ini merupakan cara yang paling cepat untuk membuat penempang bawah
permukaan. Metoda ini akan mendeteksi kondisi bawah permukaan dengan cara
memancarkan spectrum/gelombang electromagnetis ke formasi tanah/batuan yang kemudian
akan diterima oleh alat receiver yang diseret dibelakang alat pemancarnya (transmitter). Dari
hasil pengujian diperoleh profil intasan dan dapat langsung diinterpretasikan di lapngan.
Kenampakan yang dapat dengan mudah dideteksi, antara lain: Jenis dan perlapisan
tanah/batuan, adanya ruang kosong (lubang) di bawah tanah, sisa-sisa pondasi, ketebalan
lapisan aspal.
Pengujian lapangan terhadap sifat fisik dan mekanik tanah maupun batuan seperti
konsistensi, kepadatan dan plastisitas tanah, kekerasan dan kekompakan batuan dicatat pada
kolom diskripsi tanah dan batuan pada setiap penampang pengeboran inti (teknik) dan
pengeboran tangan.
Contoh tanah terganggu diambil tanpa adanya usaha yang dilakukan untuk melindungi
struktur asli dari tanah tersebut. Contoh tanah terganggu ini dapat dipakai untuk segala
penyelidikan yang tidak memerlukan contoh asli (undisturbe samples), seperti ukuran butir,
batas-batas atterberg, pemadatan, berat jenis dan sebagainya.
Untuk contoh batuan dapat berupa pengambilan batu setempat (hand spacement) pada
batuan utuh (intact rock) dan pengambilan batu yang terdapat bidang ketidak sinambungan
(discontinuity) pada massa batuan (rock mass) apabila banyak dijumpai retakan, rekahan
(heavy broken rocks).
Pekerjaan ini dimaksudkan untuk mengetahui ketebalan lapisan tanah, urutan jenis
lapisan tanah bawah permukaan dan konsistensi serta kepadatan relatif tanah. Kedalaman
maksimum 10 m atau dihentikan setelah mencapai lapisan bawah permukaan yang keras.
Pekerjaan pengeboran tangan dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan hasilnya disajikan pada
penampang bor/log pemboran tangan.
Dalam pekerjaan pemetaan untuk keperluan suatu proyek vital / strategis diharuskan
melakukan pekerjaan pengeboran teknik / inti. Pekerjaan ini dimaksudkan untuk mengetahui
ketebalan lapisan tanah dan batuan, urutan jenis lapisan batuan bawah permukaan dan
konsistensi serta kepadatan relatif tanah, kekerasan dan kepadatan batuan. Kedalaman
maksimum 60 m, pengujian N-SPT dan pengambilan contoh tidak terganggu (undisturbed
samples) setiap interval 1,5 hingga 2 meter.
Pengeboran teknik / inti akan dilakukan sesuai kebutuhan dan hasilnya disajikan pada
penampang bor atau log pengeboran teknik dan diusahakan dibuat korelasi penampang bor
untuk mengetahui kondisi bawah permukaan dapat diwujudkan dalam diagram pagar.
4.2.8 Pengujian SPT (Standar Penetration Test)
Dengan melihat pada nilai SPT akan dapat diperkirakan kondisi batas tanah dan
lapisan keras serta dapat dikorelasikan dengan sifat-sifat maupun variasi tanah yang diuji.
Hasil pengujian akan berguna dalam perencanaan letak dan jenis pondasi.
Alat sondir yang digunakan pada pelaksanaan pekerjaan lapangan ini adalah alat
sondir hidrolik atau mekanik (manual) dengan kapasitas maksimum 2,5 ton 5 ton maupun 10
ton yang dilengkapi dengan ujung penetrometer / sondir bikonus (friction sleeve).
Pembacaan dilakukan pada setiap penekanan pipa sedalam 20 cm, pekerjaan sondir
dihentikan apabila pembacaan pada manometer berturut-turut menunjukkan harga > 150
kg/cm2. Alat sondir terangkat apabila pembacaan manometer belum menunjukkan angka
maksimum, maka alat sondir perlu diberi pemberat yang diletakan pada baja kanal jangkar.
Hasil yang diperoleh adalah nilai sondir (qc) atau perlawanan penetrasi konus dan
jumlah hambatan pelekat (JHP). Grafikmyang dibuat adalah perlawanan penetrasi konus (qc)
pada tiap kedalaman dan jumlah hambatan pelekatsecara komulatif.
Namun demikian ada beberapa kelemahan atau kekurangan dalam uji sondir, yaitu:
Pengujian langsung di lapangan antara lain: pocket penetrometer test, uji geser baling,
permeabilitas. Sedangkan pada batu dapat dilakukan pengujian beban titik (point load test),
kekerasan batuan dengan (Schmidt Hammer Test) atau menggunakan palu geologi.
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan tanah, yaitu dengan cara
menekan atau menusukan alat penetrometer kedalam tanah, maka akan didapat
besaran kekuatan tanah dalam satuan kg/cm2.
b. Uji Geser Baling
Umunya alat ini digunakan pada perencanaan jalan raya dan konstruksi berupa
timbunan (embankment) dengan maksud dan tujuan sebagai berikut:
Untuk mengetahui ketebalan lapisan dangkal dari tanah lunak atau kedalaman sampai
batuan.
Untuk pengukuran (dengan cepat) sifat-sifat struktur jalan yang sudah ada (existing)
dengan konstruksi lapisan perkerasan jalan raya yang materialnya lepas (tak terikat)
Untuk menentukan daya dukung tanah dangkal secara cepat, pada perencanaan jalan,
baik jalan raya maupun jalan inspeksi (pada tanggul saluran irigasi).
Alat ini dapat mengukur sedalam 80 cm secara menerus atau maksimum 120 cm, dimana
batas-batas lapisan perkerasan yang mempunyai kekuatan berbeda sudah diidentifikasi dan
ketebalan lapisan telah diketahui.
4.3. Pekerjaan Laboratorium
b. Konsolidasi ASTM D
a. Supersoni waves
b. Triaxial Compressive Strenght ASTM. D.2664-67
c. Density, Poison’s Ratio, Modulus of elasticity ASTM 19 D.2845 – 69
d. Unconfined compressive strenght
Analisis dan evaluasi data dimaksudkan untuk mempelajari dan mencari hubungan
dari pengaruh faktor morfologi, geologi, struktur geologi, keairan, tata lahan dan aktivitas
manusia terhadap pengelompokkan geologi teknik serta pembuatan penilaian geologi teknik,
mencakup:
4. Penyusunan Laporan
Penulisan laporan yang baik dan lengkap merupakan bagian yang paling penting
dalam suatu pemetaan/penyelidikan geologi teknik. Pada dasarnya kegunaan suatu laporan
meliputi penguraian secara tepat apa-apa yang telah dipetakan/diselidiki dan memadukan
serta menerangkan hubungan geologi teknik dengan permasalahan yang ada. Keterangan
dan kesimpulan laporan harus didasarkan atas kenyataan yang ada di lapangan.
KATA PENGANTAR
RINGKASAN
Bab 1. PENDAHULUAN
berisi uraian mengenai latar belakang, maksud dan tujuan, lokasi daerah
pemetaan, pelaksanaan pemetaan, metoda pemetaan dan lingkup pekerjaan.
DAFTAR PUSTAKA
5. PENUTUP
o Data dan informasi geologi teknik sangat diperlukan dalam rencana penataan ruang
dan pengembangan wilayah suatu daerah.
o Data dan informasi geologi dapat diperoleh dengan melakukan
pemetaan/penyelidikan geologi teknik. Untuk itu diperlukan tatacara pemetaan
geologi teknik.
DAFTAR PUSTAKA