Anda di halaman 1dari 5

PENGGUNAAN KADAVER SUKARELA DALAM PENDIDIKAN KEDOKTERAN

MELALUI PROGRAM SILENT MENTOR

Djaja Surya Atmadja, Evi Untoro

ABSTRAK

Dalam pendidikan kedokteran, penggunaan hewan, kadaver atau pasien untuk pelatihan
medis merupakan hal yang umum dilakukan di seluruh dunia. Penggunaan tubuh manusia
lebih baik daripada hewan dan diterima secara luas. Penggunaan kadaver sebagai bahan
pembelajaran dalam prosedur medis dan operasi lebih dapat diterima karena lebih tidak
berbahaya dibandingkan dengan praktik langsung pada pasien. Kadaver biasanya orang yang
tidak dikenal. Karena sumber kadaver semakin menurun, saat ini fakultas kedokteran mencari
alternatif lain, seperti orang yang secara sukarela ingin menyumbangkan tubuhnya untuk
pendidikan kedokteran, disebut sebagai program Silent Mentor. Pada program ini, kandidat
donor (silent mentor) menuliskan surat wasiatnya ketika masih hidup, ia menandatangani
surat wasiatnya untuk menyumbangkan tubuhnya untuk ilmu anatomi, pelatihan dalam
intervensi medis dan operasi, penelitian, transplantasi organ atau bahkan sebagai preparat
museum. Program ini dikenalkan pertama kali di Hua Lien, Republik Tiongkok (Taiwan) dan
sekarang secara luas telah diterima di masyarakat.

Di Indonesia, silent mentor merupakan konsep baru. Fakultas kedokteran UI telah memulai
mengadopsi sistem ini dengan mengirimkan materi kuliah yang mempelajari program ini.
Seorang laki-laki Indonesia, sehat, berusia 60 tahun, muslim, merupakan kandidat SM
pertama di Indonesia. Dia telah menuliskan surat wasiatnya di depan kuasa hukumnya. Saat
ini telah ada sekitar 20 SM kandidat, yang mendeklarasikan keinginannya untuk bergabung
dalam program silent mentor, namun saat ini masih menunggu persiapan administratif untuk
legalitas prosedur. Di Indonesia, penerapan SMP membutuhkan beberapa modifikasi, karena
perbedaan budaya, agama, fasilitas, dan regulasi.

Kata Kunci: pendidikan kedokteran – mayat – donor sukarela


PENDAHULUAN

Dalam pendidikan kedokteran, mahasiswa perlu untuk memperdalam pengetahuan, ilmu, dan
pengalamannya dalam praktik kedokteran. Belajar anatomi dan ilmu operasi dapat dilakukan
dengan menggunakan beberapa bahan seperti hewan, kadaver, pasien atau simulasi komputer.
Pendidikan menggunakan hewan atau simulasi komputer merupakan hal yang mudah, namun
kondisinya tidaklah nyata. Mengasah keterampilan medis dengan praktik secara langsung
pada pasien membutuhkan pertimbangan etis. Karena alasan tersebut, penggunaan kadaver
pada pendidikan keterampilan medis merupakan hal yang paling umum.

Di Indonesia, peraturan pemerintah (PP) No 18/1981 memberikan hak untuk penggunaan


kadaver untuk otopsi anatomi, otopsi klinis, dan transplantasi organ. Peraturan ini mengatur
bahwa dokter perlu meminta informed consent (IC) dari pendonor (ketika masih hidup) atau
kelurganya. Kami dapat secara langsung menggunakan kadaver tanpa informed consent bila
dalam 2 hari keluarga tidak datang. Di Indonesia kami selalu menggunakan kadaver yang
tidak beridentitas, yang dikirimkan oleh polisi. Tanpa dimintai informed consent. Situasi ini
menyebabkan anonimitas kadaver, situasi dimana kami memperlakukan kadaver sebagai
suatu alat saja (bukan sebagai makhluk hidup).

Saat ini, Fakultas Kedokteran menghadapi kesulitan dalam mengajar mahasiswa kedokteran
karena kurangnya kadaver tanpa identitas. Dalam pendidikan kedokteran, pelatihan operasi
biasanya dilakukan secara langsung pada pasien. Baru-baru ini, kebutuhan pelatihan
menggunakan kadaver bertambah, karena pelatihan menggunakan kadaver secara etis lebih
diterima dan lebih aman dibandingkan dengan praktik langsung pada pasien. Kondisi ini
meningkatkan kebutuhan akan kadaver, baik kadaver tanpa identitas maupun donor sukarela.
Jawaban dari kondisi ini adalah program silent mentor.

PROGRAM SILENT MENTOR

Program Silent Mentor (SMP) merupakan program yang menyediakan bahan kadaver untuk
pembelajaran anatomi, intervensi medis dan operasi dengan menggunakan donor kadaver
sukarela. Program ini dimulai ketika Universitas Kedokteran Tzu Chi di Hua Lien, Taiwan,
kekurangan tubuh manusia untuk pembelajaran anatomi. Ketika Rektor Universitas
menanyakan saran kepada Master Cheng Yen, biarawati berusia 72 tahun, ia menanyakan
apakah tubuh donatur dapat disimpan ditempat yang terang, nyaman, dan bermartabat.
Rektor menyanggupinya, dan kemudian Master Chang Yen membuat pernyataan umum
mendorong muridnya untuk mendonorkan tubuhnya setelah meninggal. Ia berkata “semasa
kita hidup, tubuh kita berguna untuk kita. Setelah kita meninggal, tubuh kita dapat jauh lebih
berguna dengan mendidik dokter untuk menyelamatkan jiwa. Penderitaan terbesar dalam
hidup adalah penyakit. jika dokter dapat menyelamatkan lebih banyak jiwa dengan belajar
dari tubuh donatur kami, maka akan menjadi hal yang sangat berharga. Masyarakat
membutuhkanmu”. Pendapatnya dijawab oleh silent mentor pertama, Mrs. Lin. Sejak tahun
1995 hingga sekarang, lebih dari 27.000 orang telah menandatangani persetujuan untuk
menjadi silent mentor.

SMP akan mengajari dokter-dokter muda tentang anatomi dan keterampilan operasi, dengan
hormat, rasa terima kasih dan kasih sayang pada pendonor. SMP mengajari mahasiswa untuk
menjadi seorang dokter dengan hati yang penuh kasih sayang, pemikiran kreatif dan terampil.
Pada program ini, mahasiswa diharuskan mengenal SM sebagai manusia dengan
mengunjungi dan berkomunikasi secara personal dengan SM ketika mereka masih hidup.
Mahasiswa mempelajari identitas SM dan mengunjungi anggota keluarganya setelah SM
meninggal dan untuk melihat foto-foto SM dan mendengar cerita tentang kehidupan SM.
Mereka juga mendiskusikan dengan keluarga apa yang akan mereka lakukan terhadap
tubuhnya, dan membuat keluarganya mengerti dan merasa jadi bagian dari program.

Ketika SM meninggal, tubuhnya di kirim ke fakultas kedokteran dan dibekukan—30


centigrade selama 2 jam, sampai digunakan sebagai SMP. Pelatihan anatomi dan simulasi
operasi di rencanakan 3 kali dalam setahun, sekitar 8 SM akan digunakan dalam pelatihan
tersebut. Sehari sebelum pelatihan, tubuhnya di “cairkan” dan digunakan untuk 4 hari
pelatihan. Pada hari pertama, mahasiswa mempresentasikan tentang kehidupan masing-
masing SM kepada pengajar dan anggota keluarga. Kemudian kepala departemen bedah
mengatakan kepada para kerabat: “Para mahasiswa tepat di sebelah Anda. Mereka tahu
betapa sayangnya kalian akan kepergiannya. Mereka akan memperlakukannya dengan
hormat”. SMP dilakukan selama 4 hari berturut-turut, dengan topik pelatihan sebagai berikut:
hari 1: pelatihan untuk mahasiswa kedokteran (ekstirpasi tumor, vena section, pemasangan
WSD, dll) dan hari kedua sampai keempat: pelatihan bagi dokter bedah untuk berbagai jenis
tindakan operasi.

Sebelum pelatihan dimulai, mahasiswa memberikan hormat kepada SM. Pengawas


menjelaskan tentang rencana sebelum memegang skalpel. Kemudian pelatihan operasi
dimulai. Selama pelatihan, keluarga SM diperbolehkan untuk melihat apa yang dilakukan
mahasiswa. Pada akhir pelatihan, mahasiswa menjahit tubuhnya, memakaikan baju dan
meletakkan SM pada peti. Setelah pelatihan berakhir, sebagai persembahan rasa terima kasih
kepada SM, mahasiswa menyanyikan lagu yang ditulis oleh mereka dan membuat puisi untuk
menunjukkan rasa terima kasih mereka pada SM. Mereka juga menyalakan dupa untuk
menghormati mereka dan mengikuti para biarawati dan keluarganya membawa peti ke tempat
pembakaran mayat. Setelah kremasi, abu para SM diletakan di guci kaca yang dibuat oleh
pengrajin terkenal di situ, Mr. Heinrich Wang. Dan jika keluarga menyetujui, abu dapat
diletakkan di ruang besar di Universitas. Setiap November mahasiswa dapat mengikuti ritual
terima kasih pada SM.

SILENT MENTOR DI INDONESIA

Sejak tahun 2007, fakultas kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) mulai tertarik pada SMP
dan telah mengirimkan delegasi untuk mempelajari SMP di Universitas Tzu Chi, Hua Lien.
Dekan FKUI telah menandatangani Komite Silent mentor untuk mempersiapkan realisasi
SMP di FKUI. Komite telah mengajukan rencana untuk membangun pusat simulasi operasi,
dan menyusun SOP untuk SMP. Penulis (DSA) bersama rekan-rekannya dari komunitas
Budha, mempromosikan SMP ke kandidat donor dan sampai saat ini telah menerima 20
orang yang mengatakan bahwa mereka ingin menjadi SM. Komite juga menyiapkan analisis
etis dan medikolegal dan menanyakan fatwa dari 5 agama di Indonesia; Islam, Katolik,
Kristen, Budha dan Hindu terkait SMP. Penerapan SMP di Indonesia memiliki beberapa
hambatan, seperti: a. kurangnya jumlah pendonor, kesulitan dalam mendapatkan kandidat SM
yang sehat, khususnya di komunitas Muslim, b. faktor budaya dan agama, c. alasan personal
yang menyebabkan penolakan dari keluarga untuk memenuhi keinginannya, d. masalah
pemeliharaan: biaya yang tinggi, kebutuhan untuk memilih bahan kimia alternatif untuk
pemeliharaan atau memutuskan temperatur yang pas untuk pemeliharaan, dan e. masalah
geografis: ketika kematian terjadi di wilayan lain di Indonesia, dibutuhkan pemeliharaan
tambahan dan juga persiapan transportasi.

Saat ini SMP di FKUI telah memiliki kandidat pertama untuk SM, yaitu Mr. A, seorang
pengusaha Indonesia, Muslim, 60 tahun. Ia mendatangi FKUI meminta dukungan legal untuk
menjadi SM. Ia ingin menjadi SM karena ia ingin melakukan sesuatu yang baik untuk
kemanusiaan. Dia telah menandatangani surat wasiat didepan pengacara dengan menyatakan
bahwa setelah kematiannya, dia akan menyumbangkan tubuhnya ke FKUI untuk 2 tujuan,
untuk mempelajari anatomi, pelatihan operasi, penelitian, transplantasi organ atau bahkan
untuk preparasi museum. Dia juga menyatakan bahwa keluarganya tidak memiliki hak untuk
menolak surat wasiat.

Dalam penerapan SMP di Indonesia, analisis etika, agama, dan juga hukum harus
didiskusikan secara mendalam. Secara etis, SMP mengangkat beberapa pertanyaan mengenai
hal ini: a) siapa yang memiliki tubuh manusia, pribadi atau Tuhan. Jika orang tersebut
memiliki hak itu, maka dia berhak memberikan tubuh untuk SMP, b) apakah hak atas tubuh
diwariskan kepada keluarga terdekat. Jika mereka berhak, mereka memiliki hak untuk
menolak memenuhi keinginan pendonor, c) apakah keluarga terdekat memiliki hak untuk
menyumbangkan tubuh anggota keluarga tanpa kesediaan almarhum, d) apakah etis jika
kandidat SM memutuskan untuk menjadi SM tanpa menanyakan pendapat anggota
keluarganya, dan e) apa batas antara SMP komersial dan non komersial.

Masalah lain SMP di Indonesia adalah faktor agama, terutama Islam yang memiliki Hukum
Islam sendiri. Hukum Islam didasarkan pada tiga pilar: Al Qur’an, Sunnah dan Ijtihad oleh
mujtahid. SM merupakan konsep yang baru, maka dari itu belum ada peraturan baik dalam Al
Qur’an ataupun Sunnah. Maka hukum harus dicari melalui ijtihad oleh mujtahid. Di
Indonesia, Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan beberapa fatwa terkait
penggunaan mayat di bidang medis: a) penggunaan mayat untuk pendidikan kedokteran,
penelitian, pelatihan dan transplantasi organ diperbolehkan (MUBAH) dan b) sumbangan
kadaver untuk Museum tidak diperbolehkan (HARAM), karena semua Muslim harus
dimakamkan setelah meninggal dunia.

KESIMPULAN

Silent mentor merupakan konsep baru di mana orang secara sukarela menulis surat wasiat
untuk menyumbangkan tubuhnya untuk pendidikan kedokteran, penelitian, pelatihan,
transplantasi organ dan bahkan untuk persiapan museum. Ijtihad oleh Majelis Ulama
Indonesia (MUI) tentang isu silent mentor mengatakan bahwa: Penggunaan mayat untuk
pendidikan kedokteran, penelitian, pelatihan dan transplantasi organ diperbolehkan
(MUBAH), sementara itu sumbangan kadaver untuk Museum tidak diperbolehkan
(HARAM).

Anda mungkin juga menyukai