Anda di halaman 1dari 17

Catatan Penugasan Mahasiswa Individu Pertemuan 1,2

Disusun untuk memenuhi salah satu Tugas MK Metodologi Penelitian


Pembimbing :

Disusun oleh :
Syifa Rizki Amalia
P17320319091

Tingkat 3B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

BANDUNG PRODI KEPERAWATAN BOGOR

2020/2021
1.1. Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Keperawatan

Keperawatan merupakan suatu profesi yang difokuskan pada perawatan individu,


keluarga, dan komunitas dalam mencapai, memelihara, dan menyembuhkan kesehatan yang
optimal dan berfungsi. Definisi modern mengenai keperawatan didefinisikan sebagai ilmu
pengetahuan dan suatu seni yang memfokuskan pada mempromosikan kualitas hidup yang
didefinisikan oleh orang atau keluarga, melalui seluruh pengalaman hidupnya dari kelahiran
sampai asuhan pada kematian.

Sejarah keperawatan di dunia diawali pada zaman purbakala (Primitive Culture) sampai
pada munculnya Florence Nightingale sebagai pelopor keperawatan yang berasal dari Inggris.
Perkembangan keperawatan sangat dipengaruhi oleh perkembangan struktur dan kemajuan
peradaban manusia.

Perkembangan keperawatan diawali pada:

1. Zaman Purbakala (Primitive Culture)

Manusia diciptakan memiliki naluri untuk merawat diri sendiri (tercermin pada seorang
ibu). Harapan pada awal perkembangan keperawatan adalah perawat harus memiliki naluri
keibuan (Mother Instinc). Dari masa Mother Instic kemudian bergeser ke zaman dimana
orang masih percaya pada sesuatu tentang adanya kekuatan mistis yang dapat mempengaruhi
kehidupan manusia. Kepercayaan ini dikenal dengan nama Animisme. Mereka meyakini
bahwa sakitnya seseorang disebabkan karena kekuatan alam atau pengaruh gaib seperti batu-
batu, pohon-pohon besar dan gunung-gunung tinggi.

Kemudian dilanjutkan dengan kepercayaan pada dewa-dewa dimana pada masa itu mereka
menganggap bahwa penyakit disebabkan karena kemarahan dewa, sehingga kuil-kuil
didirikan sebagai tempat pemujaan dan orang yang sakit meminta kesembuhan di kuil
tersebut. Setelah itu perkembangan keperawatan terus berubah dengan adanya Diakones &
Philantrop, yaitu suatu kelompok wanita tua dan janda yang membantu pendeta dalam
merawat orang sakit, sejak itu mulai berkembanglah ilmu keperawatan.

2. Zaman Keagamaan
Perkembangan keperawatan mulai bergeser kearah spiritual dimana seseorang yang sakit
dapat disebabkan karena adanya dosa atau kutukan Tuhan. Pusat perawatan adalah tempat-
tempat ibadah sehingga pada waktu itu pemimpin agama disebut sebagai tabib yang
mengobati pasien. Perawat dianggap sebagai budak dan yang hanya membantu dan bekerja
atas perintah pemimpin agama.

3. Zaman Masehi
Keperawatan dimulai pada saat perkembangan agama Nasrani, dimana pada saat itu
banyak terbentuk Diakones yaitu suatu organisasi wanita yang bertujuan untuk mengunjungi
orang sakit sedangkan laki-laki diberi tugas dalam memberikan perawatan untuk mengubur
bagi yang meninggal.
Pada zaman pemerintahan Lord-Constantine, ia mendirikan Xenodhoecim atau hospes
yaitu tempat penampungan orang-orang sakit yang membutuhkan pertolongan. Pada zaman
ini berdirilah Rumah Sakit di Roma yaitu Monastic Hospital.

4. Pertahanan abad IV Masehi

Pada abad ini keperawatan berkembang di Asia Barat Daya yaitu Timur Tengah, seiring
dengan perkembangan agama Islam. Pengaruh agama Islam terhadap perkembangan
keperawatan tidak lepas dari keberhasilan Nabi Muhammad SAW menyebarkan agama
Islam.

Abad VII Masehi, di Jazirah Arab berkembang pesat ilmu pengetahuan seperti Ilmu Pasti,
Kimia, Hygiene dan obat-obatan. Pada masa ini mulai muncul prinsip-prinsip dasar
keperawatan kesehatan seperti pentingnya kebersihan diri, kebersihan makanan dan
lingkungan. Tokoh keperawatan yang terkenal dari Arab adalah Rufaidah.

5. Permulaan abad XVI

Pada masa ini, struktur dan orientasi masyarakat berubah dari agama menjadi kekuasaan,
yaitu perang, eksplorasi kekayaan dan semangat kolonial. Gereja dan tempat-tempat ibadah
ditutup, padahal tempat ini digunakan oleh orde-orde agama untuk merawat orang sakit.
Dengan adanya perubahan ini, sebagai dampak negatifnya bagi keperawatan adalah
berkurangnya tenaga perawat. Untuk memenuhi kurangnya perawat, bekas wanita tuna susila
yang sudah bertobat bekerja sebagai perawat. Dampak positif pada masa ini, dengan adanya
perang salib, untuk menolong korban perang dibutuhkan banyak tenaga sukarela sebagai
perawat, mereka terdiri dari orde-orde agama, wanita-wanita yang mengikuti suami
berperang dan tentara (pria) yang bertugas rangkap sebagai perawat.

Sejarah dan Perkembangan Keperawatan di Indonesia

Sejarah dan perkembangan keperawatan di Indonesia dimulai pada masa penjajahan Belanda
sampai pada masa kemerdekaan.

1. Masa Penjajahan Belanda

Perkembangam keperawatan di Indonesia dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi yaitu pada
saat penjajahan kolonial Belanda, Inggris dan Jepang. Pada masa pemerintahan kolonial
Belanda, perawat berasal dari penduduk pribumi yang disebut Velpeger dengan dibantu
Zieken Oppaser sebagai penjaga orang sakit.

Pada 1799 didirikan rumah sakit Binen Hospital di Jakarta untuk memelihara kesehatan staf
dan tentara Belanda. Usaha pemerintah kolonial Belanda pada masa ini adalah membentuk
Dinas Kesehatan Tentara dan Dinas Kesehatan Rakyat. Daendels mendirikan rumah sakit di
Jakarta, Surabaya dan Semarang, tetapi tidak diikuti perkembangan profesi keperawatan,
karena tujuannya hanya untuk kepentingan tentara Belanda.

2. Masa Penjajahan Inggris (1812 – 1816)


Gurbernur Jenderal Inggris ketika VOC berkuasa yaitu Raffles sangat memperhatikan
kesehatan rakyat. Berangkat dari semboyannya yaitu kesehatan adalah milik manusia, ia
melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki derajat kesehatan penduduk pribumi antara
lain, pencacaran umum, cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa, kesehatan para
tahanan.

Setelah pemerintahan kolonial kembali ke tangan Belanda, kesehatan penduduk lebih maju.
Pada 1819 didirikan RS. Stadverband di Glodok Jakarta dan pada 1919 dipindahkan ke
Salemba yaitu RS. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Pada 1816 – 1942 berdiri rumah sakit –
rumah sakit hampir bersamaan yaitu RS. PGI Cikini Jakarta, RS. ST Carollus Jakarta, RS.
ST. Boromeus di Bandung, RS Elizabeth di Semarang. Bersamaan dengan itu berdiri pula
sekolah-sekolah perawat.

3. Zaman Penjajahan Jepang (1942 – 1945)

Pada masa ini perkembangan keperawatan mengalami kemunduran, dan dunia keperawatan
di Indonesia mengalami zaman kegelapan. Tugas keperawatan dilakukan oleh orang-orang
tidak terdidik, pimpinan rumah sakit diambil alih oleh Jepang, akhirnya terjadi kekurangan
obat sehingga timbul wabah.

4. Zaman Kemerdekaan

Pada 1949 mulai adanya pembangunan dibidang kesehatan yaitu rumah sakit dan balai
pengobatan. Pada 1952 didirikan Sekolah Guru Perawat dan sekolah perawat setimgkat SMP.
Pendidikan keperawatan profesional mulai didirikan 1962 yaitu Akper milik Departemen
Kesehatan di Jakarta untuk menghasilkan perawat profesional pemula. Pendirian Fakultas
Ilmu Keperawatan (FIK) mulai bermunculan, pada 1985 didirikan PSIK ( Program Studi
Ilmu Keperawatan ) yang merupakan momentum kebangkitan keperawatan di Indonesia.
Pada 1995 PSIK FK UI berubah status menjadi FIK UI. Kemudian muncul PSIK-PSIK baru
seperti di Undip, UGM, UNHAS dan lain-lain.

1.2 . Metode Penyelesaian masalah secara ilmiah

Sebelum membahas mengenai langkah-langkah metode ilmiah, maka perlu diperjelas


bahwa metode ilmiah berbeda dengan penelitian ilmiah. Metode ilmiah adalah suatu cara
dan proses berpikir secara sistematis dan terkontrol untuk menyelesaikan dan memecahkan
masalah. Dalam berpikir dengan metode ilmiah seseorang diharuskan untuk berpikir kritis,
analitis, objektif, logis dan konseptual agar bisa memperoleh penyelesaian masalah yang
tepat.
Semua penelitian ilmiah wajib dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah. Akan
tetapi, tidak semua metode ilmiah bisa dikatakan sebagai penelitian ilmiah. Perlu pengujian
untuk menarik kesimpulan bahwa suatu penelitian termasuk dalam penelitian ilmiah yang
benar karena telah menggunakan metode ilmiah yang tepat.
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki kemampuan  berfikir paling
cerdas dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya. Dengan kecerdasan tersebut manusia
selalu berkeinginan untuk tahu dan tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah
diketahuinya. Dengan demikian manusia akan selalu mengembangkan rasa
keinginantahuan tersebut melalui pengetahuannya. Sifat keingintahuan manusia dapat
berkembang melalui tahapan sistematis yang telah ditentukan, yaitu melalui  metode
ilmiah.
Metode ilmiah mengarah pada pola berfikir logis, analitis (menggunakan analisis),
dan empiris (sesuai dengan kenyataan). Adanya sifat empiris inilah yang menyebabkan
kebenaran itu bersifat objektif, artinya  kebenaran melekat pada objek, siapa pun yang
memandang objek itu pasti sama. Langkah yang ditempuh oleh para ahli biologi dalam
memecahkan suatu masalah adalah langkah yang sesuai dengan metode ilmiah. Secara
garis besar langkah tersebut terdiri atas: Perumusan masalah, penyusunan kerangka berfikir
atau landasan teori, perumusan hipotesis, pengujian hipotesis, dan pengambilan
kesimpulan.
Dalam metode ilmiah, para ilmuwan mempunyai tahapan-tahapan tertentu yang
disebut metode  ilmiah. Metode ilmiah merupakan suatu cara yang sistematis yang
memecahakan masalah. Metode ilmiah digunakan oleh para ahli dalam melakukan
penelitian dan bereksperimen untuk menghasilkan penemuan-penemuan baru.  Langkah-
langkah dalam metode ilmiah adalah sebagai berikut. 
⦁ Menemukan dan merumuskan masalah. 
⦁ Mengumpulkan informasi (data-data). 
⦁ Menyusun hipotesis atau dugaan sementara. 
⦁ Melakukan percobaan untuk menguji kebenaran hipotesis . 
⦁ Mengolah hasil percobaan (analisis data).
⦁ Membuat kesimpulan. 
⦁ Mengomunikasi hasil penelitian kepada khalayak. 

1. Menemukan dan Merumuskan Masalah 


Langkah awal dalam melakukan penelitian atau eksperimen adalah menemukan
masalah. Agar dapat menemukan masalah yang menarik untuk diteliti, seseorang harus
peka terhadap keadaan dan kejadian di sekitar. Masalah yang sudah ditemukan
dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya, ringkas, jelas, dan bermakna. Dalam
merumuskan masalah perlu diperhatikan hubungan antara variabel bebas yang dipilih
dengan variabel terikatnya. Untuk perumusan masalah, perhatikan beberapa pertanyaan
berikut.
⦁ Adakah pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dari objek penelitian? 
⦁ Bagaimana pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dari objek penelitian? 

2. Mengumpulkan Informasi (data–data pendukung)


Setelah menemukan masalah, kegiatan selanjutnya adalah mengumpulkan informasi
yang berhubungan dengan objek penelitian. Informasi dan data–data pendukung dapat
ditemukan melalui studi kepustakaan, observasi (pengamatan langsung) terhadap objek
yang akan diteliti, serta mewawancari para ahli.  Studi kepustakaan dapat dilakukan
dengan membaca buku referensi, jurnal, laporan hasil penelitian orang lain, majalah
ilmiah, koran, dan internet dari pengamatan langsung terhadap objek yang akan diteliti
akan diperoleh informasi fakta yang sebenarnya.  Bila informasi dan data-data
pendukung sudah dirasakan cukup, selanjutnya dijadikan sebagai landasan teori atau
kerangka berpikir. 

3. Menyusun Hipotesis (Dugaan Sementara) 


Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap suatu masalah. Hipotesis disusun
berdasarkan landasan teori atau kerangka  berpikir yang sudah disusun. Hipotesis ini
akan diuji kebenarannya melalui percobaan atau eksperimen. Hipotesis dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu  hipotesis nol (hipotesis statistik) dan hipotesis
kerja (hipotesis alternatif). 
a. Hipotesis nol (H0), adalah dugaan sementara yang menyatakan bahwa tidak ada
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. 
Contoh : Sebagian orang  percaya bahwa  jika seorang ibu hamil mengonsumsi
makanan berwarna kuning (tomat, pepaya, wortel, kunyit) akan melahirkan anak
berkulit kuning langsat. Apakah hal tersebut benar ? 
⦁ Perumusan masalah: Adakah pengaruh warna makanan yang dikonsumsi ibu terhadap
ekspresi warna (pigmen) kulit bayi yang dilahirkan? 
⦁ Landasan teori: Warna kulit seseorang ditentukan oleh faktor genetika (gen) yang
diperoleh dari kedua orang tuanya. Pada umumnya, karakter seseorang dikendalikan
sepasang gen, namun ekspresi warna kulit dipengaruhi oleh banyak gen (poligen).
Lingkungan juga dapat mempengaruhi eksperi warna kulit seeorang, misalnya paparan
cahaya matahari. Cahaya matahari akan meningkatkan presos pigmentasi sehingga
warna kulit menjadi lebih gelap. Jadi, berdasarkn teori, ekspresi warna kulit tidak
dipengaruhi oleh warna makanan yang dikonsumsi. 
⦁ Rumusan hipotesis nol (Ho):  Tidak ada pengaruh warna makanan terhadap ekspresi
warna (pigmen) kulit. 
b. Hipotesis kerja (H1), adalah dugaan sementara yang menyatakan bahwa ada
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. 
Contoh :  sebuah pohon mangga memiliki beberapa cabang. Salah sau cabang
meghasilkan buah yang sangat banyak, sedangkan cabang lain hanya menghasilkan
sedikit buah. Kulit batang dari cabang yang menghasilkan banyak buah ternyata
memiliki luka akibat dipasang tali ayunan anak-anak. 
⦁ Perumusan masalah: apakah melukai kuit cabang tanaman dapat mempengaruhi
terbentuknya buah pada tanaman mangga ?
⦁ Landasan teori : tumbuhan membuat makanannya sendiri melalui proses fotosintesis
yang terjadi di daun. Zat makanan tersebut digunakan untuk menunjang kehidupan,
antara lain tumbuh, berbunga, dan berubah. Zat makanan hasil fotosintesis diedarkan
ke seluruh bagian tubuh tanaman melalui pembuluh floem. Bila kulit pohon terluka dan
terjadi kerusakan jaringan floem, maka penyaluran zat makanan terhenti sehingga akan
terjadi penumpukan zat makanan di atas bagian yang terluka. Penumpukan zat
makanan akan memacu pembentukan bunga dan terjadinya buah. 
⦁ Hipotesis kerja (H1)  : melukai kulit batang tanaman dapat mempengaruhi
terbentuknya buah pada tanaman mangga. 
4. Melakukan Percobaan (eksperimen) untuk Menguji Kebenaran
Hipotesis 
a. Tahap persiapan percobaan 
Percobaan (eksperimen) dilakukan untuk membuktikan kebenaran hipotesis. Sebelum
percobaan dilakukan, Anda perlu merancang model percobaan terlebih dahulu.  Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam merancang percobaan, antara lain menentukan alat dan
bahan, penjabaran variabel, menentukan waktu percobaan, dan uji coba model
percobaan. 
1) Menentukan alat dan bahan. Dalam menentukan alat dan bahan, Anda perlu
mempertimbangkan biaya dan dimana alat dan bahan dapat diperoleh. Disarankan agar
menggunakan alat dan bahan yang mudah diperoleh untuk mengantisipasi jika alat
tersebut rusak atau bahan yang digunakan habis. 
2) Menyusun cara kerja. Cara kerja harus disusun dengan jelas dan  terperinci sehingga
mudah dimengerti dan dilaksanakan. 
3) Penjabaran variabel. Variabel bebas, variabel terikat, dan variabel kontrol dikaji
untuk ditentukan penjabarannya.. 
4) Menentukan waktu percobaan. Perlu ditetapkan kapan percobaan akan dimulai,
berapa lama pemberian perlakuan, dan kapan percobaan akan selesai. 
5) Uji coba model percobaan. Setelah model percobaan selesai dirancang, selanjutnya
diuji coba  terlebih dahulu. Hal ini sangat penting untuk menghindari kegagalan pada
percobaan yang sebenarnya. 

b. Tahap perlakuan percobaan 


Dalam percobaan terdapat dua kelompok, yaitu kelompok yang tidak diberikan
perlakuan (kelompok kontrol) dan kelompok yang diberi perlakuan (eksperimen).
Pengamatan dan pencatatan data hasil percobaan diusahakan seteliti mungkin agar
diperoleh data kualitatif maupun kuantitatif yang akurat. Percobaan sebaiknya
dilakukan beberapa kali pengulangan untuk mendapatkan data yang sahih
(kebenarannya dapat dipercaya). Data hasil percobaan final adalah rata-rata dari hasil
pengulangan percobaan. Contonya, jika dalam percobaan digunakan sampel berjumlah
5 individu, maka dilakukan pengulangan sebanyak 5 kali; sedangkan digunakan sampel
berjumlah 10 individu, maka dilakukan pengulangan sebanyak 10 kali. 
5. Mengelola Hasil Percobaan (analisis Data) 
Setelah selesai melakukan percobaan, data yang diperoleh diolah atau dianalisis.
Analisis data kuantitatif  memerlukan perhitungan statistik. Mengingat perhitungan
statistik agak sulit untuk tingkat  SMA, maka data kuantitatif yang didapat cukup
dibuat rata–ratanya, diubah dalam bentuk  presentase, dan dibuat grafik. Pengerjaan
dengan menggunakan komputer akan lebih mudah dan hasilnya pun akan lebih rapi.
Hasil analisis data kualitatif dan data kuantitatif kemudian digunakan untuk menjawab
hipotesis yang pernah  diajukan, dan sebagai dasar untuk menarik kesimpulan.
6. Membuat Kesimpulan 
Kesimpulan merupakan jawaban yang sebenarnya dari hipotesis yang pernah diajukan.
Ada dua kemungkinan, yaitu hipotesis ditolak  atau hipotesis diterima. Hipotesis
diterima apabila sesuai dengan hasil  percobaan. Namun, bila hipotesis tidak sesuai
dengan hasil percobaan, maka hipotesis ditolak.
7. Mengomunikasikan Hasil penelitian Kepada khalayak 
Hasil penelitian ilmiah dapat dikomunikasikan  atau dipublikasikan kepada orang lain
dalam bentuk laporan tertulis atau melalui forum diskusi dan seminar. Teknik dan
prosedur penulisan laporan penelitian dalam bentuk makalah  mengandung unsur-
unsur berkut ini. 
a. Judul, berupa kalimat yang singkat dan padat, tetapi dapat menggambarkan isi
makalah. 
b. Asbstrak, berisi uraian singkat makalah melalui dari nama penulis, judul makalah,
latar belakang permasalahan, tujuan penelitian, teknik pengambilan data dan
pengolahan data, serta hasil penelitian. 
c. Prakata, berisi ungkapan rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Esa dan ucapan
terima kasih kepada pihak yang telah membantu  penyelesaian penelitian. 
d. Daftar isi, memuat subjudul pada setiap bab dan subbab. 
e. Pendahuluan, berisi latar belakang penulisan, identifikasi masalah, batasan masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, dan kegunaan penelitian. 
f. Kerangka teori dan pengajuan hipotesis, berisi kajian landasan teori dan hipotesis. 
g. Metodologi  penelitian, menguraikan tujuan  penelitian, tempat dan waktu
penelitian,  alat, bahan, sampel, dan metode penelitian. 
h. Pembahasan, berisi pengolahan data–data dan hasil penelitian. 
i. Kesimpulan dan saran, berisi kesimpulan dari penelitian dan saran yang
berhubungan dengan pemanfaatan hasil penelitian. 
j. Daftar pustaka, memuat sumber-sumber teori yang digunakan, misalnya buku
referensi, media cetak, muapun media elektronik. 
k. Lampiran, berisi tabel, foto, data, dan informasi pendukung.  

1.3 . Peran Penelitian dalam upaya mengembangkan profesi keperawatan

A. Perkembangan Penelitian Keperawatan


Perawat merupakan tenaga profesional kesehatan yang paling dekat dengan
pasien. Tugasnya adalah memberikan pelayanan prima dan terbaru untuk pasien
dalam bentuk asuhan keperawatan. Posisinya sebagai rekan dokter dalam
memberikan pelayanan pada pasien membutuhkan peningkatan ketrampilan dan
pengetahuan. Ia juga dituntut untuk bisa memberikan inovasi dalam pelayanan tanpa
mengabaikan dan membahayakan kebutuhan pelayanan kesehatan. Tentu penelitian
keperawatan menjadi perlu, ketika trial and eror menjadi pilihan untuk mendapatkan
bentuk asuhan keperawatan yang lebih maksimal dan tepat. Adanya penelitian
keperawatan memungkinkan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul
saat perawat melakukan praktik. Selain itu juga dapat memberikan data berupa
catatan efektif pemberian asuhan keperawatan terhadap pasien. Hal-hal yang terukur
dan terbukti manjur dalam pelaksanaan penelitian keperawatan menjadi modal
kepercayaan diri perawat dalam melakukan asuhan keperawatan. Sejarah penelitian
keperawatan menurut Polit and Beck (2012) bermulasaat Florence Nightingale pada
1859-1969, menekankan pentingnya observasi yang hati-hati dalam perawatan
pasien dalam buku klasiknya Notes on Nursing. Ia memulai penelitian dari sisi
kesehatan fisik dan emosional seseorang. Analisanya yang terkenal hingga kini
adalah faktor yang mempengaruhi angka kematian tentara dalam Perang Crimean.
Sejak itulah bibit-bibit penelitian mulai merangkak berkembang.
Penelitian keperawatan muncul sejalan dengan perkembangan keperawatan
sebagai ilmu. Pada tahun 1923 sebuah laporan tentang pentingnya peningkatan
kapasitas tenaga keperawatan muncul. Laporan yang ditulis Goldmark memunculkan
sebuah usulan pokok untuk memberikan pendidikan formal kepada para perawat,
pelatihan- pelatihan lanjut, dan penguatan materi keperawatan. Dua puluh lima tahun
kemudian sebuah penelitian muncul dalam Laporan Brown. Ia menanggapi dari
sebuah perkembangan pendidikan perawat yang dibangun berdasarkan pemikiran
Goldmark. Brown melakukan penelitian tentang isu pendidikan dan pelayanan
keperawatan.Penelitiannya berkembang pada suatu sistem untuk klasifikasi dan
akreditasi sekolah-sekolah perawat. Ia menantang penyelenggara pendidikan dan
peserta pendidikan keperawatan untuk bisa mengembangkan mekanisme pelaporan
hasil-hasil penelitian dan membentuk perwakilan yang mendukung dan membimbing
usaha penelitian keperawatan. Perkembangan penelitian saat ini berkembang menjadi
seni dan ilmu keperawatan. Pada praktik keperwatan tidak bisa hanya dengan
mengandalkan ilmu keperwatan. Para perawat harus memiliki seni dalam merawat
individu yang mengalami gangguan kesehatan. Menurut Oxford American
Dictionary, 1980, Keperawatan sebagai suatu seni berarti ketrampilan praktik
diperoleh melalui pengalaman atau pengawatan (Brockopp, 2000). Jika diperhatikan
keperawatan sebagai sebuah seni sudah dimulai dalam pemikiran Florence
Nightingale. Ia menegaskan bahwa perawat tidak boleh coba-coba dalam
memberikan asuhan namun harus berdasarkan observasi menyeluruh terhadap gejala
dan kondisi pasien. Sebagai sebuah disiplin ilmu, keperawatan tidak boleh lepas dari
koridor praktik ilmiah. Keperawatan harus bisa mengakui perbedaan pengetahuan
keperawatan dan kemampuan perawat untuk mendiagnosa serta merawat masalah-
masalah kesehatan. Hal tersebut menjadi dasar bahwa perawat dapat disebut sebagai
sebuah ilmu. Keperawatan sebagai seni dan ilmu bisa saja keduanya saling
mempengaruhi dalam tatalaksana asuhan. Namun dalam setiap tindakan perawat
harus berdasarkan penelitian sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Perawat harus
dapat membedakan antara seni dan ilmu. Seni muncul karena pengalaman seorang
perawat dalam melakukan asuhan. Ilmu dapat digali dan dibentuk melalui berbagai
metode. Pelibatan intuisi, pendekatan pemecahan masalah, menggunakan alasan
logis, pengalaman dan penyelidikan ilmiah merupakan cara yang dapat digunakan
untuk menggali ilmu baru dalam praktik keperawatan. Penyelidikan ilmiah
merupakan cara untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dan menjabarkan teori-teori
yang sudah ada untuk menyelesaikan masalah dalam praktik keperawatan.

Contoh perbedaan keperawatan sebagai seni dan keilmuan


Keperawatan sebagai seni
Inti dan esensi keperawatan adalah interaksi interpersonal. Kemampuan dalam
memberikan asuhan keperawatan (caring) dipengaruhi oleh kemampuan
mengekspresikan diri karena keperawatan bukan hanya suatu teknik tetapi proses
yang berhubungan dengan jiwa, pikiran dan imajinasi. Ekspresi merupakan elemen
dari seni (art). Seni atau kemampuan ekspresi diri merupakan hal penting dalam
mengembangkan kemampuan seseorang sebagai sesuatu yang unik. Intuisi
keperawatan harus diidentifikasi dan didukung sebagai seni dalam keperawatan.

Keperawatan sebagai ilmu


Ilmu keperawatan merupakan suatu disiplin ilmu yang memiliki body of knowledge
yang akan selalu berkembang. Proses perkembangan ilmu keperawatan salah satunya
melalui riset keperawatan. Keperawatan sebagai ilmu memiliki objek formal dan
material yaitu memiliki cara pandang pada respon manusia terhadap masalah
kesehatan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dengan bahasan yang disusun secara
sistematis dan menggunakan metode ilmiah.
Metode-metode yang dapat digunakan untuk melakukan penyelidikan ilmiah
dibedakan menjadi dua yaitu metode kuantitatif dan kualitatif. Sesuai dengan
perkembangannya, penyelidikan ilmiah dalam keperawatan selalu menekankan daya
observasi objektif oleh peneliti dengan panca indera dan mengeneralisir hasil
pengamatan terhadap populasi. Cara tradisional ini disebut dengan penelitian
kuantitatif. Perawat bekerja untuk manusia dan juga bersinggungan dengan
lingkungan, kesehatan serta keperawatan itu sendiri yang memerlukan pengalaman
khusus. Pengalaman- pengalaman khusus yang berarti dan mampu diigunakan untuk
kemajuan keilmuan keperawatan ini dapat digali menggunakan metode kualitatif.
Penyelidikan ilmiah dengan metode kualitatif ini menekankan subjektivitas dan arti
pengalaman individu.
Era sekarang tuntutan terhadap perawat adalah mampu melakukan
penyelidikan ilmiah dalam proses asuhan keperawatan. Perawat sebagai tenaga
profesional rekanan dokter dalam tatalaksana masalah kesehatan harus mampu
melakukan observasi ilmiah terhadap tingkah laku, kejadian-kejadian, dan atau
benda-benda secara sistematis.Penelitian keperawatan adalah proses pemeriksaan,
dan penjelasan secara sistematis terhadap hasil observasi permasalahan sehingga
memberikan harapan yang bisa dilakukan untuk sebuah perkembangan ilmu
keperawatan.
Perawat sebagai peneliti wajib mengetahui batasan-batasan kajian
keperawatan. Peneliti harus dapat memberikan batasan-batasan agar parameter-
parameter dapat dibentuk dari perkembangan konsep dan keilmuan keperawatan.
Berbagai model dan teori yang berkembang dalam dunia keperawatan menunjukkan
bahwa batasan-batasan kajian keperawatan mencakup manusia, lingkungan,
kesehatan, dan keperawatan.
Penelitian tidak akan bermanfaat atau pun berkembang jika tidak
dipublikasikan. Rata-rata para ilmuwan dan praktisi memanfaatkan jurnal sebagai
sarana memublikasikan hasil penelitian. Jurnal dianggap lebih ringkas dan mudah
dipahami oleh orang awam maupun peneliti pemula. Jurnal-jurnal keperawatan yang
baik dapat ditemukan dalam suatu wadah yang disebut Oncology Nursing Forum
atau American Journal of Material Child Nursing. Manfaat memublikasikan hasil
penelitian adalah membantu perkembangandan pemakaian pengetahuan dalam area
praktik keperawatan.
Perawat sebagai peneliti wajib mengetahui batasan-batasan kajian
keperawatan. Peneliti harus dapat memberikan batasan-batasan agar parameter-
parameter dapat dibentuk dari perkembangan konsep dan keilmuan keperawatan.
Berbagai model dan teori yang berkembang dalam dunia keperawatan menunjukkan
bahwa batasan-batasan kajian keperawatan mencakup manusia, lingkungan,
kesehatan, dan keperawatan.
Penelitian tidak akan bermanfaat atau pun berkembang jika tidak
dipublikasikan. Rata-rata para ilmuwan dan praktisi memanfaatkan jurnal sebagai
sarana memublikasikan hasil penelitian. Jurnal dianggap lebih ringkas dan mudah
dipahami oleh orang awam maupun peneliti pemula. Jurnal-jurnal keperawatan yang
baik dapat ditemukan dalam suatu wadah yang disebut Oncology Nursing Forum
atau American Journal of Material Child Nursing. Manfaat memublikasikan hasil
penelitian adalah membantu perkembangandan pemakaian pengetahuan dalam area
praktik keperawatan.
Kebutuhan sumber-sumber literasi sangat tinggi dalam melakukan penelitian.
American Nursing Asociation (ANA) salah satu himpuann perawat se-Amerika telah
memelopori mendirikan pusat penelitian untuk meningkatkan dan mengarahkan
penelitian. ANA mendirikan pusat penelitian secara komprehensif dan mudah
dihubungi pada tahun 1983 dengan nama Center for Nursing Research. Tugasnya
memelopori program riset yang mendukung penetapan kebijakan riset dan
mengamankan serta pendanaan proyek-proyek penelitian.
Perawat di Indonesia memiliki suatu organisasi nasional bernama Persatuan
Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Lembaga ini berdiri sejak 17 Maret 1974 dan
berkomitmen memberikan perlindungan bagi masyarakat dan profesi keperawatan.
PPNI juga berkomitmen mempersiapkan anggotanya dalam berperan nyata pada
masyarakat dengan memperkecil kesenjangan dalam pelayanan kesehatan,
mempermudah masyarakat dalam mendapatkan akses pelayanan kesehatan, serta
mendapat kesamaan kualitas pelayanan.
Penelitian keperawatan terus berkembang sebagai seni dan ilmu. Perawat
harus sadar bahwa kondisi ini sangat memungkinkan kajian keperawatan selalu
berhubungan dan menjadi irisan disiplin ilmu lain. Perawat juga harus lebih teliti
dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi. Pengetahuan tengang ilmu yang
berkaitan dengan pelayanan kesehatan dan segala hal yang bisa mempengaruhinya
juga harus diperhatikan. Penyelidikan kritis pun harus dilakukan demi menegakkan
sebuah permasalahan agar bisa menentukan proses penyelesaiannya, lama
penyelesaian, dan menemukan formula baru untuk bisa digunakan dalam ilmu
keperawatan sebagai bentuk pengembangan ilmu.
Penemuan sebuah masalah harus dicatat secara detil dari sebuah
kemungkinan penyebab dari hasil observasi di lapangan. Sebuah kerjsama dengan
orang sekitar tidak bisa dihindarkan. Cara komunikasi mempengaruhi suksesnya
observasi. Lantas perawat harus mampu memprediksi hal-hal alternatif untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi. Uraian ini menjelaskan, ilmu keperawatan
tidak mungkin berdiri sendiri. Pelibatan ilmu komunikasi, sosiologi, dan kecakapan
dalam melakukan observasi, dan memutuskan secara segera dan tepat untuk
menyelesaikan masalah adalah serumpun kemampuan demi suksesnya pemecahan
masalah. Proses penyelesaian masalah di atas melalui pemeriksaan dan analisa
tentang fakta-fakta dapat disebut dengan proses penelitian. Tujuan penelitian adalah
menemukan dan memvalidasi pengetahuan.
Kontribusi ilmu pengetahuan dalam penelitian keperawatan antara lain ilmu
biologi dan fisika. Ilmu tersebut memberikan pengaruh dan warna penting untuk
mengembangkan penelitian keperawatan. Ilmu eksakta inilah yang memberi warna
dalam penggunaan metode pemecahan masalah secara tradisional yaitu kuantitatif.
Namun seiring perkembangan jaman maka pelibatan displin ilmu memberikan
kontribusi dalam penggunaan metode kualitatif dalam penelitian keperawatan. Data
yang diinginkan tidak terbatas bada sebuah kesimpulan yang menyeluruh namun
lebih pada sebuah pengalaman yang unik dalam kegiatan asuhan keperawatan.
Hubungan antara manusia, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan tidak
bisa secara terus menerus hanya disajikan pada data yang menyeluruh. Demi
peningkatan pelayanan dan inovasi setra pengembangan ilmu keperawatan butuh
pengalaman yang unik.Pengalaman-pengalaman unik tersebut akhirnya membuat
pengetahuan keperawatan menjadi unik. Selama melakukan penelitian perawat akan
menemui sebuah kondisi ganda yang disebut dengan paradoks penelitian
keperawatan. Peneliti harus mampu menjawab suatu masalah melalui penelitian
namun dituntut untuk bisa memberikan pertanyaan lanjutan. Pertanyaan lanjutan
inilah yang kemudian menjadi dasar penelitian selanjutnya untuk perkembangan
ilmu keperawatan.
Kegiatan penelitian tidak hanya sekedar menyelesaikan suatu masalah namun
bagaimana seorang peneliti mampu mendeskripsikan sebuah maksud dan tujuan
diadakan penelitian. Perawat harus mampu mengidentifikasi dan memahami
pengetahuan yang relevan dengan pasien dan pengalaman kesehatannya, hal inilah
yang disebut maksud penelitian. Perawat melakukan kegiatan untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan keperawatan yang unik guna meningkatkan
asuhan keperawatan yang diterima pasien-pasiennya merupakan tujuan dari
penelitian.

B. Peran Perawat sebagai Peneliti


Perawat sebagai seorang profesi merupakan ujung tombak perkembangan
ilmu keperawatan itu sendiri. Penelitian menjadi salah satu sarana untuk melakukan
pengembangan keilmuan keperawatan. Makaperawat harus menguasai beberapa hal
yang berkaitan dengan penelitian. Perawat harus mampu mempertanggungjawabkan
penelitiannya, mengetahui peran dalam penelitian, dan menentukan strategi
pelaksanaan tanggung jawab penelitian.
Tinggi harapan profesi perawat kepada para lulusan perawatuntuk
berpartisipasi dalam penelitian. Utamanya berpusat sebagai konsumer peneliti
dengan tanggungjawab untuk menyusun, melakukan replikasi, dan mengumpulkan
data. Lain hal dengan diploma perawat lebih pada peran mereka untuk menghargai
penelitian, melakukan pengumpulan data, dan mengidentifikasi secara aktif masalah
yang dibutuhkan dalam kajian oleh peneliti.
Masyarakat memiliki posisi sebagai pemberi tanggung jawab kepada perawat
saat melakukan penelitian. Tanggung jawab itu berupa asuhan keperawatan individu
yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Harapan sosial yang mutlak yaitu bahwa
penelitian yang dilakuakan untuk meningkatkan perawatan.Bekerja sama dengan
lintas profesi dalam melaksanakan penelitian dalam ilmu keperawatan mutlak terjadi.
Hal ini untuk menghasilkan penelitian yang benar-benar objektif dan dapat
memberikan hasil temuan yang ilmiah. Perawat sangat berkaitan erat dengan
manusia dan lingkungan sehingga ilmu psikologi dan kedokteran amatlah dekat
dalam kegiatan penelitian yang dilakukannya. Kerjasama dankolaborasi dalam
penelitian keperawatan ini membantu mencetuskan ilmu keperawatan dalam
berpartisipasi pada projek-projek antar disiplin ilmu dan penyelidikan keperawatan
yang independen.
Posisi perawat sebagai garda depan dalam pelayanan kesehatan memberikan
peluang yang luas untuk berpartisipasi dalamprojek penelitian klinis selain juga
sebagai staf dalaminstitusinya. Sebuah hal biasa bagi perawat dalam membantu para
ahli farmasi, dokter, atau tenaga profesi kesehatan lain untuk terlibat dalam
penyelidikan klisnis. Kadang-kadang perawat juga perlu terlibat dalam penelitian
disiplin lain untuk menegakkan persepsi penelitian. Berpartisipasi dalam sebuah
penelitian orang lain bukan suatu kewajiban namun bagi seorang perawat wajib
melakukan evalusai usulan projek untuk memastikan bahwa hak-hak pasien
dilindungi dan mempertimbangkan pentingnya kajian dalam menghasilkan
pengetahuan baru.
Perawat memiliki kebutuhan pengetahuan baru dalam bidangnya namun
keterlibatan perawat dalam penelitian tidak dapat dilakukan dengan paksaan.
Prasyarat melakukan penelitian untuk syarat bekerja juga tidak boleh dilakukan
berdasarkan keputusan American Nurses’ Associiation pada 1985. Keterlibatan
perawat dalam penelitian harusnya meliputi mata rantai/hubungan dengan komite
persetujuan penelitian yang membuat keputusan seperti halnya input dalam
keputusan mengenai jalannya kajian dan evaluasi. Keputusan ini pun harus
berdasarkan pertimbangan etika bagaimana perawat bisa mengkomunikasikan hasil
penelitian dengan tetap memberikan perlindungan pada pasiennya.
Pedoman penelitian sudah diatur oleh lembaga penelitian keperawatansecara
internasional. The National League for Nursing (NLN) dan Asosiasi Perawat
Amerika (ANA) keduanya bertanggung jawab terhadap perkembangan penelitian
dalam dunia keperawatan. NLN berdiri sejak 1972 memberikan peluang kepada para
perawat untuk menuntaskan pendidikan sarjana hingga melakukan proses penelitian.
NLN memiliki anggota tidak terbatas pada perawat namun juga profesi dan
pemerhati kesehatan masyarakat. ANA merupakan bentuk organisasi keperawatan
yang telah bekerja untuk menegakkan petunjuk guna membantu penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.ensikloblogia.com/2017/07/langkah-langkah-metode-ilmiah-untuk.html
https://www.banksoalbiologi.com/2019/07/langkah-langkah-metode-ilmiah-untuk.html?m=1

http://repository.akperykyjogja.ac.id/103/1/Buku%20Pengantar%20Riset%20Keperawatan
%20Lengkap.pdf

Anda mungkin juga menyukai