Anda di halaman 1dari 83

Sejarah perkembangan keperawatan dan konsep keperawatan

A.PERKEMBANGAN KEPERAWATAN
Perkembangan keperawatan diawali pada:
1.Zaman Purbakala (Primitive Culture)

Manusia diciptakan memiliki naluri untuk merawat diri sendiri (tercermin pada seorang ibu).
Harapan pada awal perkembangan keperawatan adalah perawat harus memiliki naluri keibuan
(Mother Instinc). Dari masa Mother Instic kemudian bergeser ke zaman dimana orang masih
percaya pada sesuatu tentang adanya kekuatan mistic yang dapat mempengaruhi kehidupan
manusia. Kepercayaan ini dikenal dengan nama Animisme. Mereka meyakini bahwa sakitnya
seseorang disebabkan karena kekuatan alam/pengaruh gaib seperti batu-batu, pohon-pohon besar
dan gunung-gunung tinggi.

Kemudian dilanjutkan dengan kepercayaan pada dewa-dewa dimana pada masa itu mereka
menganggap bahwa penyakit disebabkan karena kemarahan dewa, sehingga kuil-kuil didirikan
sebagai tempat pemujaan dan orang yang sakit meminta kesembuhan di kuil tersebut. Setelah itu
perkembangan keperawatan terus berubah dengan adanya Diakones & Philantrop, yaitu suatu
kelompok wanita tua dan janda yang membantu pendeta dalam merawat orang sakit, sejak itu
mulai berkembanglah ilmu keperawatan.

2.Zaman Keagamaan

Perkembangan keperawatan mulai bergeser kearah spiritual dimana seseorang yang sakit dapat
disebabkan karena adanya dosa/kutukan Tuhan. Pusat perawatan adalah tempat-tempat ibadah
sehingga pada waktu itu pemimpin agama disebut sebagai tabib yang mengobati pasien. Perawat
dianggap sebagai budak dan yang hanya membantu dan bekerja atas perintah pemimpin agama.

3.Zaman Masehi

Keperawatan dimulai pada saat perkembangan agama Nasrani, dimana pada saat itu banyak
terbentuk Diakones yaitu suatu organisasi wanita yang bertujuan untuk mengunjungiorang sakit
sedangkan laki-laki diberi tugas dalam memberikan perawatan untuk mengubur bagi yang
meninggal.

Pada zaman pemerintahan Lord-Constantine, ia mendirikan Xenodhoecim atau hospes yaitu


tempat penampungan orang-orang sakit yang membutuhkan pertolongan. Pada zaman ini
berdirilah Rumah Sakit di Roma yaitu Monastic Hospital.

4.Pertengahan abad VI Masehi

Pada abad ini keperawatan berkembang di Asia Barat Daya yaitu Timur Tengah, seiring dengan
perkembangan agama Islam. Pengaruh agama Islam terhadap perkembangan keperawatan tidak
lepas dari keberhasilan Nabi Muhammad SAW menyebarkan agama Islam.

Abad VII Masehi, di Jazirah Arab berkembang pesat ilmu pengetahuan seperti Ilmu Pasti, Kimia,
Hygiene dan obat-obatan. Pada masa ini mulai muncul prinsip-prinsip dasar keperawatan
kesehatan seperti pentingnya kebersihan diri, kebersihan makanan dan lingkungan. Tokoh
keperawatan yang terkenal dari Arab adalah Rufaidah.

5.Permulaan abad XVI

Pada masa ini, struktur dan orientasi masyarakat berubah dari agama menjadi kekuasaan, yaitu
perang, eksplorasi kekayaan dan semangat kolonial. Gereja dan tempat-tempat ibadah ditutup,
padahal tempat ini digunakan oleh orde-orde agama untuk merawat orang sakit. Dengan adanya
perubahan ini, sebagai dampak negatifnya bagi keperawatan adalah berkurangnya tenaga
perawat. Untuk memenuhi kurangnya perawat, bekas wanita tuna susila yang sudah bertobat
bekerja sebagai perawat. Dampak positif pada masa ini, dengan adanya perang salib, untuk
menolong korban perang dibutuhkan banyak tenaga sukarela sebagai perawat, mereka terdiri dari
orde-orde agama, wanita-wanita yang mengikuti suami berperang dan tentara (pria) yang
bertugas rangkap sebagai perawat.

B.SEJARAH DAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN DI


INDONESIA
Sejarah dan perkembangan keperawatan di Indonesia dimulai pada masa penjajahan Belanda
sampai pada masa kemerdekaan.

1.Masa Penjajahan Belanda

Perkembangam keperawatan di Indonesia dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi yaitu pada
saat penjajahan kolonial Belanda, Inggris dan Jepang. Pada masa pemerintahan kolonial Belanda,
perawat berasal dari penduduk pribumi yang disebut Velpeger dengan dibantu Zieken Oppaser
sebagai penjaga orang sakit.

Pada 1799 didirikan rumah sakit Binen Hospital di Jakarta untuk memelihara kesehatan staf dan
tentara Belanda. Usaha pemerintah kolonial Belanda pada masa ini adalah membentuk Dinas
Kesehatan Tentara dan Dinas Kesehatan Rakyat. Daendels mendirikan rumah sakit di Jakarta,
Surabaya dan Semarang, tetapi tidak diikuti perkembangan profesi keperawatan, karena
tujuannya hanya untuk kepentingan tentara Belanda.

2.Masa Penjajahan Inggris (1812 – 1816)

Gurbernur Jenderal Inggris ketika VOC berkuasa yaitu Raffles sangat memperhatikan kesehatan
rakyat. Berangkat dari semboyannya yaitu kesehatan adalah milik manusia, ia melakukan
berbagai upaya untuk memperbaiki derajat kesehatan penduduk pribumi antara lain, pencacaran
umum, cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa, kesehatan para tahanan.

Setelah pemerintahan kolonial kembali ke tangan Belanda, kesehatan penduduk lebih maju. Pada
1819 didirikan RS. Stadverband di Glodok Jakarta dan pada 1919 dipindahkan ke Salemba yaitu
RS. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Pada 1816 – 1942 berdiri rumah sakit – rumah sakit hampir
bersamaan yaitu RS. PGI Cikini Jakarta, RS. ST Carollus Jakarta, RS. ST. Boromeus di
Bandung, RS Elizabeth di Semarang. Bersamaan dengan itu berdiri pula sekolah-sekolah
perawat.

3.Zaman Penjajahan Jepang (1942 – 1945)


Pada masa ini perkembangan keperawatan mengalami kemunduran, dan dunia keperawatan di
Indonesia mengalami zaman kegelapan. Tugas keperawatan dilakukan oleh orang-orang tidak
terdidik, pimpinan rumah sakit diambil alih oleh Jepang, akhirnya terjadi kekurangan obat
sehingga timbul wabah.

4.Zaman Kemerdekaan

Pada 1949 mulai adanya pembangunan dibidang kesehatan yaitu rumah sakit dan balai
pengobatan. Pada 1952 didirikan Sekolah Guru Perawat dan sekolah perawat setimgkat SMP.
Pendidikan keperawatan profesional mulai didirikan 1962 yaitu Akper milik Departemen
Kesehatan di Jakarta untuk menghasilkan perawat profesional pemula. Pendirian Fakultas Ilmu
Keperawatan (FIK) mulai bermunculan, pada 1985 didirikan PSIK ( Program Studi Ilmu
Keperawatan ) yang merupakan momentum kebangkitan keperawatan di Indonesia. Pada 1995
PSIK FK UI berubah status menjadi FIK UI. Kemudian muncul PSIK-PSIK baru seperti di
Undip, UGM, UNHAS dan lain-lain.

B.KONSEP KEPERAWATAN
A.Pengertian Keperawatan

Keperawatan adalah suatu pendekatan untuk memecahkan masalah yang menamampukan


perawat untuk mengatur dan memberikan asuhan keperawatan.

Proses perawat mengandung elemen berfikir kritis yang memungkinkan perawat


membuat penilaian dan melakukan tindakan berdasarkan nalar. Proses adalah serangkaian tahap
atau komponen yang mengarah pada pencapaian tujuan.

B.Sejarah

Proses keperawatan merupakan suatu metode yang diterapkan dalam kepraktekan


keperawatan. la juga merupakan sebuah konsep dengan pendekatan problem solving yang
memerlukan ilmu, teknik, dan keterampilan profesional untuk memenuhi kebutuhan klien.

Proses keperawatan pertama kali dijelaskan oleh hall pada tahun 1955. Selanjutnya
proses ini mengalami perkembangan sebagai berikut:

 Tahun 1960 keperawatan diperkenalkan secara internal dalam keperawatan


 . Weiedenbach (1967) mengenalkan proses keperawatan dalam 3 tahap: observasi,
bantuan
 pertolongan dan validasi
 Yura dan wals (1967) menjabarkan proses keperawatan menjadi 4 tahap pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi Bloch (1974)roy(1975)mundinger dan
jauron(1975)dan aspinal (1976)menambah tahap diagnosa sehingga proses keperawatan
menjadi 5 tahap: pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Proses ini dari analisis piker : discover(menemukan), delve(mempejari atau menganalisis),


decide (memutuskan), do(mengerjakan ), dan discriminate(identik dengan evaluasi).

C.Tujuan proses keperawatan


Tujuan dari penerapan proses keperawatan pada tatanan pelayanan kesehatan, yaitu:

• Untuk mempraktekan suatu metode pemecahan masalah dalam praktek keperawatan.

• Sebagai standart untuk praktek keperawatan

• Untuk memperoleh suatu metode yang baku, sistematis, rasional, serta ilmiah dalam
memberikan asuhan keperawatan yang dapat digunakan dalam segala situasi sepanjang
kehidupan.

• Untuk memperoleh hasil asuhan keperawatan yang bermutu

D.Karakteristik Proses Keperawatan

Karakteristik proses keperawatan terdiri atas 6 bagian yaitu :

1) Tujuan: memiki tujuan yang jelas, untuk meningkatkan kualitas asuahan keperawatan


pada klein Sistematik : memngunakan pendekatan yang terorganisir dalam mencapai
tujuan. Sehingga dapat meningkatkan pelayanan pada pasien serta menghindari
kesalahan.
2) Dinamika : proses keperawatan dilakuakan secara berkesinambungan. serta ditujukan
mengatasi perubahan respon klein yang diidentikan melalui hubungan antar perawat dan
klein.
3) Interaktif : proses keperawatan mempunyai hubungan timbal balik anatra perawat, klein,
keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.
4) Fleksibel yang terdiri dari :
• Dapat diadopsi dalam praktek keperawatan dalam situasi apapun,
• Tahapannya dapat dilakuakan berurutan sesuai dengan persetujuan kedua belah pihak.
5) Teoritis : setiap langakah keperawatan berdasrkan konsep ilmu keperawatan. Berdasarkan
karakteristik teoritis ini, maka asuhan keperawatan pada klein hendaknya menekan pada
3 aspek penting yaitu :
• Humanistic : memandang dan meperlakukan klein sebagai manusia.
• Holistic : intervensi keperawatan harus memenuhi kebutuhan dasar manusia secara utuh
yakni biopsio-sosio-spiritual.
• Care : asuahan keperawatan yang diberikan hendaknya berdasarkan standart praktek
keperawatan dan kode etik keperawatan.

E.Komponen dalam proses keperawatan

a. Pengkajian tujuan untuk menggumpulkan data, memperjelas dan mengkomunikatif data


tentang klien sehingga terbentuk dasar data dengan tahap :
1. Mengumpulkan Kesehatan pasien
2. Melakukan pemeriksaan fisik
3. Memvalidasi data
4. Mengelompokan data
5. Mencatat data
b. Diagnosa keperawatan tujuan untuk mengindentifikasikan kebutuhan perawatan Kesehatan
dengan tahap:
1. Menganalisis dan menginterpretasikan data
2. Mengidentifikasikan masalah pasien
3. Mendokumentasiakan diagnose keperawatan
c. Perencanaan untuk identifikasi tujuan pasien, menentukan proritas asuhan dengan tahap:
1. Mengidentifikasikan tujuan pasien
2. Menetapkan hasil yang diperkirakan
3. Memilih Tindakan keperawatan
4. Mendelegasiakan Tindakan
5. Menulis rencana askep
6. Mengusulkan
d. Implementasi untuk melengkapi Tindakan keperawatan yang diperlukan untuk meyelesaikan
asuhan keperawatan dengan tahap:
1. Mengkaji Kembali klien
2. Menelaah dan memodifikasikan
3. Melakukan Tindakan keperawatan
e. Evaluasi untuk menentukan seberapa jauh tujuan asuhan yang telah dicapai dengan tahap:
1. Membandingkan respon klien dengan kriteria
2. Menganalisisi asahan untuk hasil dan konklusi
3. Memodifikasi rencana asuhan

Konsep sehat sakit

 Definisi sehat

Difinisi sehat : Keadaan utuh secara fisik, jasmani,mental,dan sosial dan bukan hanya
suatu keadaan yang bebas dari penyakit cacat dan kelemahan.( who 1974). Keadaan
sejahtra dari badan, jiwa,dan sosial yang memungkinkan orang hidup produktive secara
sosial dan ekonomis. ( UU No 23 /92 ttg Kesehatan)

Kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis

(UU Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan)

• Difinisi sehat :

• Suatu keadaan kesehimbangan yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh yang dapat
mengadakan penyusuian sehigga tubuh dapat mengatasi gangguan dari luar.(Pepkin,s.)
• Suatu kondisi sehimbang antara status kesehatan biologis, psikologis, sosial dan spiritual
yang memungkinkan orang tersebut hidup secara mandiri dan produktive. (Zaidiali
1999)

• Sehat mental : suatu kondisi memungkinkan berkembangnya fisik, intelektual, emosional,


yang optimal dari seseorang dan perkembangan ini berjalan selaras dengan keadaan
orang lain. (UU no 3/1961).

• Sehat sosial : prikehidupan dalam masyarakat dimana prikehidupan ini harus sedemikian
rupa sehingga setiap warga negara mempunyaicukup kemampuan untuk memelihara
memajukan kehidupan sendiri dan keluarganya dalam masyarakat yang
memungkinkannya bekerja, beristirahat serta menikmati hiburan pada waktunya.

• Sehat fisik : Suatu keadaan bentuk fisik dan faalnya tidak mengalami gangguan sehingga
memungkinkan berkembangnya mental dan sosial untuk dapat melaksanakan kegiatan
sehari – hari dengan optimal.

Konsep sakit
• Sakit : Suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga
menimbulkan gangguan dalam aktivitas sehari baik fisik, mental, maupun social

• ( perkin,s)

• Sakit : Keadaan tubuh yang melemah

• ( Webster,s New Coligial Act)

• Sakit : Gangguan fungsi atau adaftasi dari prose biologi dan psikologi dari seseorang.

• ( Klienman)

• Sakit : suatu keadaan yang menganggu kesehimbangan status kesehatan biologis, psikologis
sosial dan spiritual yang menakibatkan gangguan fungsi tubuh.

• ( zaidi ali 1998).


– Kesakitan : Apa yang dirasakan saat dia pergi kedokter, sedangkan penyakit
adalah hasil yang di dapat sepulang dia dari dokter ( Dx).( Helman 1990).

– Reaksi personal, interpersonal, kultural atau perasaan kurang nyaman akibat dari
adanya penyakit. ( Salan 1988).

– Perassan yang tidak nyaman seseorang yang mendorongnya untuk memriksan


kesehatan, mencari pengobatan dan perawatan. ( Zaidi ali 1998).

B. SAKIT DAN PENYAKIT

a. Penyakit adalah keadaan yang bersifat OBJEKTIF.

b. Sakit adalah suatu keadaan yang bersifat SUBJEKTIF

C. MODEL SEHAT SAKIT

1.Model Rentang Sehat-Sakit ( Neuman )

Menurut Neuman (1990) : “Sehat dalam suatu rentang merupakan tingkat


kesejaharaan klien pada waktu tertentu, yang terdapat dalam rentang dan kondosi
sejahtera yang optimal, dengan energi yang paling maksimum, sampai kondisi
kematiaan yang menandakan abisnya energi total”.

2. Model Kesehjeraan Tinggkat Tinggi (Dunn)

a) Model yang dikembangkan oleh Dunn (1977) ini berorientasi pada cara
memaksimalkan potensi sehat pada individu melalui perubahan perilaku.
b) Invervensi keperawatan yaitu membantu klien mengubah perilaku tertentu yang
mengandung resiko tinggi terhadap kesehatan.
c) Berhasil pada perawatan lansia, kep. Keluarga, komunitas.

3. Model Agen-Pejamu-Lingkungan (Leavell at all)

Sehat dan sakit individua tau kelompok ditentukan oleh hubungan dinamis antara
Agen, Pejamu, dan Lingkungan.

PRILAKU SEHAT & SAKIT DI MASYARAKAT DAN PENNGARUH


EKOSISTEM

• Prilaku Kesehatan
• Ada Dua Aspek utama;

1. Aspek Fisik

2. Aspek Non Fisik

Aspek Fisik misalnya sarana kesehatan dan pengobat penyakit.

Aspek non Fisik menyangkut perilaku kesehatan.

Faktor Prilaku ini mempunyai pengaruh besar

terhadap status kesehatan individu dan masyarakat

• Perilaku manusia terwujud dalam bentuk :


Pengetahuan, sikap dan tindakan.Dengan Kata lain prilaku merupakan respon/reaksi
seorang indivudu terhadap stimulusyang berasal dalam dirinya.

Respon ini bersifat Pasif (Tanpa Tindakan:

Berpikir, Berpendapat, Bersikap) maupun Aktif (melakukan Tindakan)

 Persepsi Masyarakat tentang sehat – sakit

 Pandangan orang tentang kriteria tubuh sehat atau sakit, tidak selalu bersifat
obyektif

 Persepsi masyarakat tentang sehat/sakit dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa


lalu & unsur sosial-budaya.

 Petugas kesehatan berusaha menerapkan kriteria medis yang obyektif berdasarkan


simptom untuk mendiagnosis kondisi fisik individu

Perilaku Kesehatan

 Misalnya BLOOM membedakan antara Prilaku Kognitif ( Yang Menyangkut


Kesadaran atau Pengetahuan).

 Afektif (Emosi) dan

 Psikomotor (tindakan/Gerakan)

 Ki Hajar Dewantoro menyebutkan sebagai

 cipta (Peri Akal)

 Karsa (Peri Rasa)


 Ahli-ahli umum mengunakan istilah pengetahuan, sikap dan tindakan, disingkat
KAP (Knowledge, Attitude, Practice)

 Sikap dirumuskan secara umum (secara positif atau negatif)

 Sikap mengandung penilaian emosional/afektif (senang, benci, sedih)

 Komponen kognitif (pengetahuan tentang obyek itu)

 Aspek Konatif (Kecendrungan Bertindak)

 Sikap selain bersifat positif dan negatif sikap memiliki kedalaman yang berbeda-
beda ( sangat benci, agak benci dsb) sikap itu tidak sama dengan prilaku. Prilaku
tidak selalu mencerminkan sikap seseorang.

 Sikap seseorang bisa berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang


obyek tsbt, melalui persuasi srt tkn dr klmpk sos

 Prubahan Prilaku dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor dari dalam maupun dari
luar individu.

 Dalam pembentukan dan perubahan perilaku ialah; Persepsi, Motivasi dan Emosi.

 Persepsi Adalah pengamatan yang merupakan kombinasi penglihatan,


pendengaran, penciuman serta pengalaman masa lalu.

 Motivasi Adalah dorongan bertindak untuk memuaskan suatu kebutuhan.


Dorongan itu di wujudkan dengan tindakan.

 Emosi ini berkaitan dengan kepribadian individu

DEFINISI PENYAKIT, SAKIT & SEHAT

 Penyakit (disease)  gangguan fungsi fisiologis dari suatu organisme


sebagai akibat dari infeksi atau tekanan dari lingkungan
 Sakit (illness)  penilaian individu terhadap pengalaman menderita suatu
penyakit

 Keadaan utuh secara fisik, jasmani, mental, dan sosial dan bukan hanya
suatu keadaan yang bebas dari penyakit cacat dan kelemahan. ( who 1974)

 Sehat  WHO (1981) “a state of complete physical, mental and social


wellbeing”

 keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. (
UU No 36 /2009 ttg Kesehatan)

 Sehat mental : suatu kondisi memungkinkan berkembangnya fisik, intelektual,


emosional, yang optimal dari seseorang dan perkembangan ini berjalan selaras
dengan keadaan orang lain. (UU no 3/1961).

 Sehat sosial : prikehidupan dalam masyarakat dimana prikehidupan ini harus


sedemikian rupa sehingga setiap warga negara mempunyai cukup kemampuan
untuk memelihara memajukan kehidupan sendiri dan keluarganya dalam
masyarakat yang memungkinkannya bekerja, beristirahat serta menikmati
hiburan pada waktunya.

 Sehat fisik : Suatu keadaan bentuk fisik dan faalnya tidak mengalami gangguan
sehingga memungkinkan berkembangnya mental dan sosial untuk dapat
melaksanakan kegiatan sehari – hari dengan optimal.

PERILAKU SAKIT

 Perilaku sakit  segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu yang
sedang sakit agar memperoleh kesembuhan

 Perilaku sehat  tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan


meningkatkan kesehatannya, mis: pencegahan penyakit, personal hygiene,
penjagaan kebugaran & mengkonsumsi makanan bergizi
 Penilaian medis bukan merupakan satu-satunya kriteria yang menentukan tingkat
kesehatan seseorang.

 Penilaian individu terhadap status kesehatan merupakan salah satu faktor yang
menentukan perilakunya, yaitu perilaku sakit jika mereka merasa sakit & perilaku
sehat jika mereka menganggap sehat

Perbedaan kemampuan fungsional terdiri dari 3 aspek (Bush)

 Kemampuan menggerakkan tubuh

 Mobilitas

 Kemampuan menjalankan kegiatan-kegiatan utamanya

Teori Respons Bertahan (Coping Response Theory)

Mechanic  teori tentang perilaku sakit

 Perilaku sakit adalah reaksi optimal dari invidu jika dia terkena suatu penyakit. Reaksi
sangat ditentukan oleh sistem sosialnya

 Perilaku sakit erat hubungannya dengan konsep diri, penghayatan situasi yang
dihadapi, pengaruh petugas kesehatan, & pengaruh birokrasi

 2 faktor utama yang menentukan perilaku sakit:

 Persepsi atau definisi individu tentang suatu situasi/penyakit


 Kemampuan individu untuk melawan serangan penyakit Etiologi Perilaku Sakit

 Dikenalinya gejala-gejala/tanda-tanda yang menyimpang dari keadaan biasa

 Banyak gejala serius dan diperkirakan menimbulkan bahaya

 Dampak gejala terhadap hubungan dengan keluarga, hubungan kerja & kegiatan sosial
yang lain
 Frekuensi dari gejala & tanda-tanda yang tampak dan persistensinya

 Kemungkinan si individu untuk diserang penyakit tersebut

 Informasi, pengetahuan & asumsi budaya tentang penyakit

 Perbedaan interpretasi terhadap gejala yang dikenalnya

 Adanya kebutuhan untuk bertindak/berperilaku mengatasi gejala sakit

 Tersedianya sarana kesehatan, kemudahan mencapai sarana, tersedianya beaya &


kemampuan mengatasi stigma dan jarak sosial (rasa malu, takut, dsb)

Kategorisasi faktor pencetus perilaku sakit

 Faktor persepsi yang dipengaruhi oleh orientasi medis & sosio-budaya

 Faktor intensitas gejala (menghilang & terus menetap)

 Faktor motivasi individu untuk mengatasi gejala yang ada

 Faktor sosial psikologis yang mempengaruhi respons sakit

Batasan analisis kondisi tubuh

 Batasan sakit menurut orang lain

Orang-orang disekitar individu yang sakit mengenali gejala sakit pada diri individu
dan mengatakan bahwa dia sakit dan perlu mendapat pengobatan. Biasanya terjadi
pada anak-anak & dewasa yang menolak bahwa dirinya sakit

 Batasan sakit menurut diri sendiri

Individu itu sendiri mengenali gejala penyakitnya dan menentukan apakah dia akan
mencari pengobatan atau tidak. Analisa orang lain bisa bertentangan dengan analisa
individu.
 Shopping  proses mencari alternatif sumber pengobatan untuk menemukan
seseorang yang dapat memberikan diagnosa & pengobatan sesuai dengan harapan
si sakit

 Fragmentation  proses pengobatan oleh beberapa fasilitas kesehatan pada lokasi


yang sama

 Proscrastination  proses penundaan pencarian pengobatan meskipun gejala


penyakitnya sudah dirasakan

 Self medication  pengobatan sendiri dengan menggunakan berbagai ramuan atau


obat-obatan yang dinilai tepat

 Discontinuity  penghentian proses pengobatan

Reaksi individu terhadap gejala sakit (Schuman)

 Tahap pengenalan gejala

 Tahap asumsi peranan sakit

 Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan

 Tahap ketergantungan si sakit

 Tahap penyembuhan atau rehabilitasi

Hak & Kewajiban si sakit

 HAK

- Dibebaskannya dari tanggung jawab sosial & pekerjaan sehari-hari. Pemenuhan hak
ini tergantung dari tingkat/persepsi keparahan penyakitnya
- Hak untuk menuntut bantuan atau perawatan dari orang lain

 KEWAJIBAN

Kewajiban untuk mencapai kesembuhan. Kewajiban ini dapat dipenuhi sendiri atau
dengan pertolongan orang lain (petugas kesehatan)
Keperawatan sebagai suatu profesi

A. Definisi Profesi
1. Definisi
Profesi adalah pekerjaan atau bidang pekerjaan yang menuntut pendidikan keahlian
intelektual tingkat tinggi dan tanggung jawab etis yang mandiri dalam prakteknya.

Pengertian Profesi dari Good’s Dictionary of Education mendefinisikan profesi sebagai


“suatu pekerjaan yang meminta persiapan spesialisasi yang relatif lama di Perguruan Tinggi
dan dikuasai oleh suatu kode etik yang khusus”, Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
profesi diartikan sebagai “bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (seperti
ketrampilan, kejuruan dan sebagainya) tertentu.” Dalam pengertian ini, dapat dipertegas
bahwa profesi merupakan pekerjaan yang harus dikerjakan dengan bermodal keahlian,
ketrampilan dan spesialisasi tertentu. Jika selama ini profesi hanya dimaknai sekedar
“pekerjaan”, sementara substansi dibalik makna itu tidak terpaut dengan persyaratan, maka
profesi tidak bisa dipakai di dalam semua pekerjaan.

Dalam pandangan Vollmer -seorang ahli sosiologi- melihat makna profesi dari tinjauan
sosiologis. Ia mengemukakan bahwa profesi menunjuk kepada suatu kelompok pekerjaan
dari jenis yang ideal, yang sebenarnya tidak ada dalam kenyataan, tetapi menyeiakan suatu
model status pekerjaan yang bisa diperoleh bila pekerjaan itu telah mencapai profesionalisasi
dengan penuh.

2. Penjelasan
Secara termenologis, definisi profesi banyak diungkap secara berbeda-beda, tetapi
untuk melengkapi definisi tersebut, berikut ini tulisan Muchtar Luthfi, yang dikutip dan
disempurnakan Ahmad Tafsir, bahwa seseorang disebut profesi bila ia memenuhi 10
kreteria.
Adapun kreteria itu antara lain:
1. Profesi harus memiliki keahlian khusus. Keahlian itu tidak dimiliki oleh profesi lain.
Artinya, profesi itu mesti ditandai oleh adanya suatu keahlian yang khusus untuk
profesi itu. Keahlian itu diperoleh dengan mempelajarinya secara khusus; dan
profesi itu bukan diwarisi.
2. Profesi dipilih karena panggilan hidup dan dijalani sepenuh waktu. Profesi dipilih
karena dirasakan sebagai kewajiban; sepenuh waktu maksudnya bukan part-time.
Sebagai panggilan hidup, maksudnya profesi itu dipilih karena dirasakan itulah
panggilan hidupnya, artinya itulah lapangan pengabdiannya.
3. Profesi memiliki teori-teori yang baku secara universal. Artinya, profesi ini dijalani
menurut aturan yang jelas, dikenal umum, teorinya terbuka. Secara universal
pegangannya diakui.
4. Profesi adalah untuk masyarakat, bukan untuk dirinya sendiri. Profesi merupakan alat
dalam mengabdikan diri kepada masyarakat bukan untuk kepentingan diri sendiri,
seperti untuk mengumpulkan uang atau mengejar kedudukan. Jadi profesi
merupakan panggilan hidup.
5. Profesi harus dilengkapi kecakapan diagnostik dan kompetensi aplikatif. Kecakapan
dan kompetensi ini diperlukan untuk meyakinkan peran profesi itu terhadap
kliennya.
6. Pemegang profesi memiliki otonomi dalam menjalankan tugas profesinya. Otonomi
ini hanya dapat dan boleh diuji oleh rekan-rekan seprofesinya. Tidak boleh semua
orang bicara dalam semua bidang. Profesi hendaknya mempunyai kode etik, ini
disebut kode etik profesi. Gunanya ialah untuk dijadikan sebagai pedoman dalam
melaksanakan tugas profesi. Kode etik ini tidak akan bermanfaat bila tidak diakui
oleh pemegang profesi dan juga masyarakat.
7. Profesi harus mempunyai klien yang jelas yaitu orang yang dilayani.
8. Profesi memerlukan organisasi untuk keperluan meningkatkan kualitas profesi itu.
9. Mengenali hubungan profesinya dengan bidang-bidang lain. Sebenarnya tidak ada
aspek kehidupan yang hanya ditangani oleh satu profesi. Hal ini mendorong
seseorang memiliki spesialisasi.
B. Karakteristik Profesi
Karakteristik suatu profesi, seperti yang dirumuskan oleh Abraham Flexner (1915)
adalah Aktivitas intelektual, Berdasarkan ilmu dan belajar, Untuk tujuan praktik dan
pelayanan, Dapat diajarkan, Terorganisasi secara internal, Altruistik. Sedangkan disebutkan
oleh Greenwood, E (1957) lima karakteristik suatu profesi, yaitu: Teori yang spesifik
(systematic theory), Otoritas (authority), Wibawa/martabat (prestige), Kode etik (code
ofethics), Budaya profesional (professional culture).
Menurut Edgar Schein (1974), karakteristik profesi adalah:
1. Para profesional terkait dengan pekerjaan seumur hidup dan menjadi sumber penghasilan
utama.
2. Profesional mempunyai motivasi kuat atau panggilan sebagai landasan bagi pemilihan
karier profesionalnya dan mempunyai komitmen seumur hidup yang mantap terhadap
kariernya.
3. Profesional memiliki kelompok ilmu pengetahuan dan keterampilan khusus yang
diperolehnya melalui pendidikan dan latihan yang lama.
4. Profesional mengambil keputusan demi kliennya berdasarkan aplikasi prinsip-prinsip dan
teori-teori.
5. Profesional berorientasi pada pelayanan, menggunakan keahlian demi kebutuhan khusus
klien
6. Pelayanan yang diberikan kepada klien didasarkan pada kebutuhan objektif klien.
7. Profesional lebih mengetahui apa yang baik untuk klien daripada klien sendiri.
Profesional mempunyai otonomi dalam mempertimbangkan tindakannya.
8. Profesional membentuk perkumpulan profesi yang menetapkan kriteria penerimaan,
standar pendidikan, perizinan atau ujian masuk formal, jalur karier dalam profesi, dan
batasan peraturan untuk profesi.
9. Profesional mempunyai kekuatan dan status dalam bidang keahliannya dan pengetahuan
mereka dianggap khusus.
10. Profesional dalam menyediakan pelayanan, biasanya tidak diperbolehkan mengadakan
advertensi atau mencari klien.
Karateristik profesi secara umum:
- Keterampilan yang berdasarkan pada pengetahuan teoritis
Professional dapat diasumsikan mempunyai pengetahuan teoritis yang ekstensif dan
memiliki keterampilan yang berdasarkan pada pengetahuan tersebut dan bisa diterapkan
dalam praktik
- Asosiasi professional
Profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi oleh para anggotanya, yang
dimaksudkan untuk meningkatkan status para anggotanya. Organisasi tersebut biasanya
memiliki persyaratan khusus untuk menjadi anggotanya.
- Pendidikan yang ekstensif
Profesi yang prestisius biasanya memerlukan pendidikan yang lama dalam jenjang
pendidikan tinggi
- Ujian kompetensi
Sebelum memasuki organisasi professional, biasanya ada persyaratan untuk lulus dari
suatu tes yang menguji terutama pengetahuan teoritis.
- Pelatihan institusional
Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan istitusional dimana
calon profesional mendapatkan pengalaman praktis sebelum menjadi anggota penuh
organisasi. Peningkatan keterampilan melalui pengembangan profesional juga
dipersyaratkan.
- Lisensi
Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga hanya mereka yang
memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.
- Otonomi kerja
Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan teoretis mereka agar
terhindar adanya intervensi dari luar.
- Kode etik
Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya dan prosedur
pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan. Menurut UU NO. 8 (POKOK-POKOK
KEPEGAWAIAN), Kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan
dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan Kode etik :
- Untuk menjunjung tinggi martabat profesi
- Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
- Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
- Untuk meningkatkan mutu profesi.
- Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
- Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
- Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
- Menentukan baku standarnya sendiri
- Mengatur Diri
Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya sendiri tanpa campur tangan
pemerintah. Profesional diatur oleh mereka yang lebih senior, praktisi yang dihormati,
atau mereka yang berkualifikasi paling tinggi
- Layanan publik dan altruisme
Diperolehnya penghasilan dari kerja profesinya dapat dipertahankan selama berkaitan
dengan kebutuhan publik, seperti layanan dokter berkontribusi terhadap kesehatan
masyarakat
- Status dan imbalan yang tinggi
Profesi yang paling sukses akan meraih status yang tinggi, prestise, dan imbalan yang
layak bagi para anggotanya. Hal tersebut bisa dianggap sebagai pengakuan terhadap
layanan yang mereka berikan bagi masyarakat.
Ciri-ciri Profesi :
Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi, yaitu :
1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini dimiliki berkat
pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.
2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap pelaku
profesimendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus
meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.
4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu berkaitan
dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan berupa keselamatan,
keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untuk menjalankan suatu profesi
harus terlebih dahulu ada izin khusus.
5. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.
Nilai Moral Profesi (Frans Magnis Suseno, 1975) :
> Berani berbuat memenuhi tuntutan progesi
> Menyadar kewajiban yang harus depenuhi selama menjalankan profesi
> Idealisme sebagai perwujudan makna organisasi profesi
Prinsip Etika Profesi :
- Tanggung jawab
> Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya
> Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat pada
umumnya.
- Keadilan.
Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya.
- Otonomi.
Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan di beri kebebasan dalam
menjalankan profesinya
C. Kode Etik Profesi
Kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam
melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari.Kode etik profesi sebetulnya tidak
merupakan hal yang baru. n Penasehat HUKUM Indonesia, Kode Etik Jurnalistik Indonesia,
Kode Etik Advokasi Indonesia dan lain-lain.
Ada sekitar tiga puluh organisasi kemasyarakatan yang
Kode etik profesi sebetulnya tidak merupakan hal yang baru. Sudah lama diusahakan
untuk mengatur tingkah laku moral suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui
ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan akan dipegang teguh oleh seluruh kelompok
itu. Salah satu contoh tertua adalah ; SUMPAH HIPOKRATES, yang dipandang sebagai
kode etik pertama untuk profesi dokter.Hipokrates adalah doktren Yunani kuno yang
digelari : BAPAK ILMU KEDOKTERAN.
Profesi adalah suatu Moral Community (Masyarakat Moral) yang memiliki citacita dan
nilai-nilai bersama. Kode etik profesi dapat menjadi penyeimbang segi-segi negative dari
suatu profesi, sehingga kode etik ibarat kompas yang menunjukkan arah moral bagi suatu
profesi dan sekaligus juga menjamin mutu moral profesi itu dimata masyarakat.
Kode etik bisa dilihat sebagai produk dari etika terapan, seban dihasilkan berkat
penerapan pemikiran etis atas suatu wilayah tertentu, yaitu profesi. Tetapi setelah kode etik
ada, pemikiran etis tidak berhenti. Kode etik tidak menggantikan pemikiran etis, tapi
sebaliknya selalu didampingi refleksi etis. Supaya kode etik dapat berfungsi dengan
semestinya, salah satu syarat mutlak adalah bahwa kode etik itu dibuat oleh profesi sendiri.
Kode etik tidak akan efektif kalau di drop begitu saja dari atas yaitu instansi pemerintah atau
instansi-instansi lain; karena tidak akan dijiwai oleh citacita dan nilai-nilai yang hidup dalam
kalangan profesi itu sendiri. Instansi dari luar bisa menganjurkan membuat kode etik dan
barang kali dapat juga membantu dalam merumuskan, tetapi pembuatan kode etik itu sendiri
harus dilakukan oleh profesi yang bersangkutan. Supaya dapat berfungsi dengan baik, kode
etik itu sendiri harus menjadi hasil Self Regulation (pengaturan diri) dari profesi.
Pada umumnya kode etik akan mengandung sanksi-sanksi yang dikenakan pada
pelanggar kode etik
SANKSI PELANGGARAN KODE ETIK :
a. Sanksi moral
b. Sanksi dikeluarkan dari organisasi
Kasus-kasus pelanggaran kode etik akan ditindak dan dinilai oleh suatu dewan
kehormatan atau komisi yang dibentuk khusus untuk itu. Karena tujuannya adalah mencegah
terjadinya perilaku yang tidak etis, seringkali kode etik juga berisikan ketentuan-ketentuan
profesional, seperti kewajiban melapor jika ketahuan teman sejawat melanggar kode etik.
Kode etik profesi merupakan lanjutan dari norma-norma yang lebih umum yang telah
dibahas dan dirumuskan dalam etika profesi.
Dengan demikian kode etik profesi adalah sistem norma atau aturan yang ditulis secara
jelas dan tegas serta terperinci tentang apa yang baik dan tidak baik, apa yang benar dan apa
yang salah dan perbuatan apa yang dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh seorang
profesional
Tujuan Kode Etik Keperawatan :
1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
4. Untuk meningkatkan mutu profesi.
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
6. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
8. Menentukan baku standarnya sendiri.
Adapun fungsi dari kode etik profesi adalah :
1. Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas yang
digariskan
2. Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan.
3. Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan etika dalam
keanggotaan profesi. Etika profesi sangatlah dibutuhkan dalam berbagai Bidang.
Kode etik yang ada dalam masyarakat Indonesia cukup banyak dan bervariasi.
Umumnya pemilik kode etik adalah organisasi kemasyarakatan yang bersifat nasional,
misalnya Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), kode etik Ikatan Penasehat HUKUM
Indonesia, Kode Etik Jurnalistik Indonesia, Kode Etik Advokasi Indonesia dan lain-lain.
Ada sekitar tiga puluh organisasi kemasyarakatan yang telah memiliki kode etik.
D. Kode Etik Menurut PPNI
Kode etik adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai pedoman
perilaku dan menjadi kerangka kerja untuk membuat keputusan. Aturan yang berlaku untuk
seorang perawat Indonesia dalam melaksanakan tugas/fungsi perawat adalah kode etik
perawat nasional Indonesia, dimana seorang perawat selalu berpegang teguh terhadap kode
etik sehingga kejadian pelanggaran etik dapat dihindarkan. Kode etik keperawatan di
Indonesia telah disusun oleh Dewan Pinpinan Pusat Persatuan Perawat Nasioanl Indonesia
(DPP PPNI) melalui munas PPNI di Jakarta pada tangal 29 November 1989.
Keputusan Munas VI PPNI Nomor: 09/MUNAS VI/PPNI/2000. Sebagai profesi yang
turut mengusahakan tercapainya kesejahteraan fisik, material dan mental spiritual umtuk
makhluk insani dalam wilayah Republik Indonesia, maka kehidupan profesi keperawatan di
Indonesia akan pelayanan keperawatan. Warga negara di indonesia menyadari bahwa
kebutuhan akan keperawatan bersifat universal bagi klien (individu,keluarga, kelompok dan
masyarakat), sehingga pelayanan yang di berikan oleh perawat selalu berdasarkan pada cita-
cita yang luhur, niat yang murni untuk keselamatan dan kesejahteraan umat tampa
membedakan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin dan agama yang di
anut serta kedudukan sosial.
Dalam melaksanakan tugas professional yang berdaya guna dan berhasil guna, para
perawat mampu dan ikhlas memberikan pelayanan yang bermutu dengan memelihara dan
meningkatkan integritas pribadi yang luhur dengan ilmu dan ketrampilan yang memenuhi
standart serta dengan kesadaran bahwa pelayanan yang diberikan merupakan bagian dari
upaya kesehatan seecara menyeluruh.
Dengan bimbingan Tuhan Yang Maha Esa, dalam melaksanakan tugas pengabdian
untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa dan tanah air, PPNI menyadari bahwa perawat
Indonesia yang berjiwa Pancasila dan berlandaskan UUD 1945 merasa terpanggil untuk
menunaikan kewajiban dalam bidang keperawatan dengan penuh tanggung jawab,
berpedoman kepada dasar seperti tertera dibawah ini:
a. Perawat dan Klien
1) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan
martabat manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan
kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, dan
agama yang dianut serta kedudukan social.
2) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara
suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan
kelangsungan hidup beragama dari klien.
3) Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang
membutuhkanasuhan keperawatan.
4) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan
tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh berwenang
sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
b. perawat dan praktek
1) Perawat memelihara dan meningkatkan kompetisi dibidang keperawatan
melalui belajar terus menerus
2) Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai
kejujuran professional yang menerapkan pengetahuan serta keterampilan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
3) Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat dan
mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan
konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain
4) Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan
selalu menunjukkan perilaku professional
c. Perawat dan Masyarakat
1) Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai
dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan
masyarakat
d. Perawat dan Teman Sejawat
1) Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat maupun
dengan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara keserasian suasana
lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh
2) Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan secara tidak kompeten,tidak etis dan illegal.
e. Perawat dan Profesi
1) Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan
pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan
pendidikan keperawatan
2) Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi
keperawatan
3) Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan
memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan
yang bermutu tinggi.
E. Konsep Profesi Keperawatan
- Wilensky (1964) Profesi berasal dari profession yang berarti suatu pekerjaan yang
membutuhkan dukungan badan ilmu (body of knowledge) sebagai dasar untuk
pengembangan yang sistematis guna menghadapi banyak tantangan baru, memerlukan
pendidikan dan pelatihan yang cukup lama, serta memiliki kode etik dengan fokus utama
pada pelayanan (altruism). 
- Schein E.H (1962) Profesi merupakan suatu kumpulan atau set pekerjaan yang
membangun suatu set norma tertentu dan berasal dari perannya yang khusus di masyarakat
- Hughes Profesi merupakan suatu keahlian dalam mengetahui segala sesuatu dengan lebih
baik dibanding orang lain (klien).

F. Kode Etik Menurut ANA


Kode etik keperawatan menurut American Nurses Association (ANA), terdapat 11 butir,
diantaranya :
a) Perawat memberikan pelayanan dengan penuh hormat bagi martabat kemanusiaan dan
keunikan klien yang tidak dibatasi oleh pertimbangan status sosial atau ekonomi, atribut
personal atau corak masalah kesehatannya.
b) Perawat melindungi hak klien akan privasi dengan memegang teguh informasi yang
bersifat rahasia.
c) Perawat melindungi klien dan publik bila kesehatan dan keselamatannya terancam oleh
praktek seseorang yang tidak berkompoten, tidak etis atau illegal.
d) Perawat memikul tanggung jawab atas pertimbangan dan tindakan perawatan yang
dijalankan masing-masing individu
e) Perawat memelihara kompetensi keperawatan.
f) Perawat melaksanakan pertimbangan yang beralasan dan menggunakan kompetensi dan
kualifikasi individu sebagai kriteria dalam mengusahakan konsultasi, menerima
tanggung jawab dan melimpahkan kegiatan keperawatan kepada orang lain.
g) Perawat turut serta beraktivitas dalam membantu pengembangan pengetahuan profesi.
h) Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melaksanakan dan meningkatkan
standar keperawatan.
i) Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk membentuk dan membina kondisi
kerja yang mendukung pelayanan keperawatan yang berkualitas.
j) Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melindungi publik terhadap
informasi dan gambaran yang salah serta mempertahankan integritas perawat.
k)Perawat bekerja sama dengan anggota profesi kesehatan atau warga masyarakat lainnya dalam
meningkatkan upaya-upaya masyarakat dan nasional untuk memenuhi kebutuhan public

organisasi profesi keperawatan

“Organisasi Profesi”.
Pengertian Organisasi Profesi, berdasarkan website yang telah ditelusuri salah satunya
website “bkulpenprofil” yang dipublish pada jumat, 18 Oktober 2013. Membahas tentang
pengertian dari Organisasi Profesi itu sendiri dan menurut para ahli, bahwa definisi dari
Organisasi Profesi itu sendiri adalah organisasi yang anggotanya adalah para praktisi yang
menetapkan diri mereka sebagai profesi dan bergabung bersama untuk melaksanakan fungsi-
fungsi sosial yang tidak dapat mereka laksanakan dalam kapasitas mereka sebagai individu

Ciri-ciri dari Organisasi Profesi dapat dilihat dari definisi Organisasi Profesi itu sendiri.
ciri-ciri organisasi Profesi yaitu pertama, umumnya untuk satu profesi hanya terdapat satu
organisasi profesi yang para anggotanya berasal dari satu profesi, dalam arti telah menyelesaikan
pendidikan dengan dasar ilmu yang sama. Kedua, misi utama organisasi profesi adalah untuk
merumuskan kode etik dan kompetensi profesi serta memperjuangkan otonomi profesi. Dan
ketiga, kegiatan pokok organisasi profesi adalah menetapkan serta merumuskan standar
pelayanan profesi, standar pendidikan dan pelatihan profesi serta menetapkan kebijakan profesi.

Peran dan Fungsi Organisasi Profesi. Peran Organisasi itu sendiri yakni Sebagai pembina,
pengembang, dan pengawas terhadap mutu pendidikan keperawatan. Sebagai pembina,
pengembang, dan pengawas terhadap pelayanan keperawatan. Sebagai pembina serta
pengembang ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan. Sebagai pembina, pengembang, dan
pengawas kehidupan profesi. Dan untuk fungsi Organisasi Profesi yaitu pada Bidang
kependidikan keperawatan adalah menetapkan standar pendidikan, pada bidang kepelayanan
keperawatan adalah menetapkan standar profesi keperawatan, pada bidang IPTEK adalah
merencanakan, melaksanakan dan mengawasi riset keperawatan. Dan pada bidang kehidupan
profesi adalah membina,mengawasi organisasi profesi

Manfaat Organisasi Profesi, manfaat dari Organisasi Profesi yang telah kami baca
menurut Menurut Breckon (1989) mencakup 4 hal yaitu : Mengembangkan dan mememajukan
profesi, menertibkan dan memperluas ruang gerak profesi, menghimpun dan menyatukan
pendapat warga profesi dan memberikan kesempatan pada semua anggota untuk berkarya dan
berperan aktif dalam mengembangkan dan memajukan profesi.
Organisasi Keperawatan di Indonesia. Berdasarkan website yang telah kami baca, yaitu
website “cpd-nakes” kami dapat menarik kesimpulan bahwa Organisasi keperawatan tingkat
nasional merupakan wadah bagi perawat di Indonesia dan disebut PPNI yang didirikan pada
tanggal 17 maret 1974 dan merupakan gabungan dari berbagai organisasi keperawatan saat itu.
Setiap orang yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan yang sah dapat mendaftarkan
diri sebagai anggota PPNI dan semua siswa/mahasiswa keperawatan yang sedang belajar dapat
disebut calon anggota

Tujuan dari PPNI yakni, Membina dan mengembangkan organisasi profesi keperawatan
antara lain : persatuan dan kesatuan, kerjasama dengan pihak lain, dan pembinaan manajemen
organisasi. Membina, mengembangkan, dan mengawasi mutu pendidikan keperawatan dan
pelayanan keperawatan di Indonesia. Membina dan mengembangkan IPTEK keperawatan di
Indonesia. Membina dan mengupayakan kesejahteraan anggota.

PPNI berkomitmen untuk memberikan perlindungan bagi masyarakat dan profesi


keperawatan dengan menyusun RUU keperawatan yang saat ini terus diperjuangkan untuk
disyahkan menjadi undang-undang. Dalam usianya yang tergolong usia produktif, PPNI telah
tumbuh untuk menjadi organisasi yang mandiri. PPNI saat ini berproses pada kematangan
organisasi dan mempersiapkan anggotanya dalam berperan nyata pada masyarakat dengan
memperkecil kesenjangan dalam pelayanan kesehatan, mempermudah masyarakat dalam
mendapatkan akses pelayanan kesehatan, serta mendapatkan kesamaan pelayanan yang
berkualitas (closing the gap; increasing acces and equity). dan selanjutnya PPNI bersama
anggotanya akan besama mengkawal profesi keperawatan Indonesia pada arah yang benar,
sehingga profesi keperawatan dapat mandiri dan bermartabat dan bersaing secara Nasional dan
International.

Peran dan fungsi perawat

PERAN PERAWAT
Definisi :

Peran Perawat ialah tingkah laku yg diharapkan oleh orang lain pada seseorang sesuai dengan
kedudukan dalam system, di mana bisa dipengaruhi oleh kondisi sosial baik dari profesi perawat
ataupun dari luar profesi keperawatan yg bersifat konstan.

Peran perawat menurut Konsorsium Ilmu Kesehatan tahun 1989

◾Pemberi asuhan keperawatan

memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yg dibutuhkan melalui pemberian pelayanan


keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan, dari yg sederhana s/d kompleks

◾Advokat pasien / klien menginterprestasikan berbagai info dari pemberi pelayanan atau
informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yg
diberikan pada pasien- mempertahankan & melindungi hak-hak pasien.

◾Pendidik / Edukator

membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan
tindakan yg diberikan, maka terjadi perubahan perilaku dari klien sesudah dilakukan pendidikan
kesehatan

◾Koordinator

mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan


sehingga pemberian pelayanan kesehatan bisa terarah serta tepat dengan kebutuhan klien

◾Kolaborator

Peran ini dilakukan lantaran perawat bekerja melalui tim kesehatan yg terdiri dari dokter,
fisioterapis, ahli gizi & lain-lain berusaha mengidentifikasi pelayanan keperawatan yg diperlukan
termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya

◾Konsultan
tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yg sesuai untuk diberikan. Peran
ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi mengenai tujuan pelayanan keperawatan
yg diberikan

◾Peneliti

mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yg sistematis & terarah sesuai dengan metode
pemberian pelayanan keperawatan

FUNGSI PERAWAT

Definisi :

Fungsi yaitu sebuah pekerjaan yg dilakukan sesuai dengan perannya. Fungsi tersebut akan
berubah disesuaikan dengan kondisi yg ada.

Fungsi Perawat :

◾Fungsi Independen

Dalam fungsi ini, tindakan perawat tak memerlukan perintah dokter.

Tindakan perawat bersifat mandiri, berdasarkan pada ilmu keperawatan.

Perawat bertanggung jawab terhadap akibat yg timbul dari tindakan yg diambil

Contoh : melakukan pengkajian

◾Fungsi Dependen

Perawat membantu dokter memberikan pelayanan pengobatan & tindakan khusus yg menjadi
wewenang dokter & seharusnya dilakukan dokter, seperti pemasangan infus, pemberian obat, &
melaksanakan suntikan.

Oleh sebab itu, setiap kegagalan tindakan medis menjadi tanggung jawab dokter
◾Fungsi Interdependen

Tindakan perawat berdasar pada kerja sama dengan tim perawatan atau tim kesehatan.

Contoh : untuk menangani ibu hamil yg menderita diabetes, perawat bersama tenaga gizi
berkolaborasi membuat rencana buat menentukan kebutuhan makanan yg diperlukan bagi ibu &
perkembangan janin.

TUGAS PERAWAT

Tugas perawat dalam menjalankan perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat
dilaksanakan tepat tahapan dalam proses keperawatan. Pekerjaan perawat ini disepakati dalam
Lokakarya tahun 1983 yg berdasarkan fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
ialah sebagai berikut :

Definisi :

Peran Perawat ialah tingkah laku yg diharapkan oleh orang lain pada seseorang sesuai paperwrite
dengan kedudukan dalam system, di mana bisa dipengaruhi oleh kondisi sosial baik dari profesi
perawat ataupun dari luar profesi keperawatan yg bersifat konstan.

Peran perawat menurut Konsorsium Ilmu Kesehatan tahun 1989

◾Pemberi asuhan keperawatan

memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yg dibutuhkan melalui pemberian pelayanan


keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan, dari yg sederhana s/d kompleks

◾Advokat pasien / klien menginterprestasikan berbagai info dari pemberi pelayanan atau
informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yg
diberikan pada pasien- mempertahankan & melindungi hak-hak pasien.

◾Pendidik / Edukator
membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan
tindakan yg diberikan, maka terjadi perubahan perilaku dari klien sesudah dilakukan pendidikan
kesehatan

◾Koordinator

mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan


sehingga pemberian pelayanan kesehatan bisa terarah serta tepat dengan kebutuhan klien

◾Kolaborator

Peran ini dilakukan lantaran perawat bekerja melalui tim kesehatan yg terdiri dari dokter,
fisioterapis, ahli gizi & lain-lain berusaha mengidentifikasi pelayanan keperawatan yg diperlukan
termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya

◾Konsultan

tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yg sesuai untuk diberikan. Peran
ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi mengenai tujuan pelayanan keperawatan
yg diberikan

◾Peneliti

mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yg sistematis & terarah sesuai dengan metode
pemberian pelayanan keperawatan

FUNGSI PERAWAT

Definisi :

Fungsi yaitu sebuah pekerjaan yg dilakukan sesuai dengan perannya. Fungsi tersebut akan
berubah disesuaikan dengan kondisi yg ada.

Fungsi Perawat :
◾Fungsi Independen

Dalam fungsi ini, tindakan perawat tak memerlukan perintah dokter.

Tindakan perawat bersifat mandiri, berdasarkan pada ilmu keperawatan.

Perawat bertanggung jawab terhadap akibat yg timbul dari tindakan yg diambil

Contoh : melakukan pengkajian

◾Fungsi Dependen

Perawat membantu dokter memberikan pelayanan pengobatan & tindakan khusus yg menjadi
wewenang dokter & seharusnya dilakukan dokter, seperti pemasangan infus, pemberian obat, &
melaksanakan suntikan.

Oleh sebab itu, setiap kegagalan tindakan medis menjadi tanggung jawab dokter

◾Fungsi Interdependen

Tindakan perawat berdasar pada kerja sama dengan tim perawatan atau tim kesehatan.

Contoh : untuk menangani ibu hamil yg menderita diabetes, perawat bersama tenaga gizi
berkolaborasi membuat rencana buat menentukan kebutuhan makanan yg diperlukan bagi ibu &
perkembangan janin.

TUGAS DAN KEWENANGAN PERAWAT

Tugas dan wewenang perawat (Peraturan Menteri Kesehatan No 26/2019).


Dalam menyelenggarakan praktik keperawatan perawat bertugas
1. Pemberi Asuhan Keperawatan
2. Penyuluh dan konselor bagi klien
3. Pengelola pelayanan keperawatan
4. Peneliti keperawatan
5. Pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang
6. Pelaksana tugas dalam keadaan keterbatas tertentu.

Pemberi asuhan keperawatan


Dalam menjalankan tugasnya sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat memiliki
kewenangan

1. melakukan pengkajian keperawatan secara holistik


2. menetapkan diagnosis keperawatan
3. merencanakan tindakan keperwatan
4. melaksanakan tindakan keperawatan
5. mengevaluasi hasil tindakan keperawatan
6. melakukan rujukan
7. memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai dengan kompetensinya
8. memberikan konsultasi keperawatan dan berkolaborasi dengan dokter
9. melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling
10. melakukan penatalaksanaan pemberian obat kepada klien sesuai dengan resep tenaga
medis atau obat bebas dan obat bebas terbatas.

Dalam peraturan ini dijelaskan bahwa, kewenangan no 1-8 bisa dilakukan oleh perawat profesi
(Ners & Ners Spesialis), sementara untuk perawat vokasi memiliki kewenangan pada no 1, 4, 5,
7, dan 9 (kecuali konseling).

Penyuluh dan konselor keperawatan


Perawat berwenang

1. melakukan pengkajian keperawatan secara holistik pada individu, keluarga dan


masyarakat
2. melakukan pemberdayaan masyarakat
3. melaksanakan advokasi dalam perwatan kesehatan masyarakat
4. menjalin kemitraan dalam perwatan kesehatan masyarakat
5. melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling

Perawat profesi memiliki wewenang dari no 1-5, sementara perawat vokasi hanya memiliki
kewenangan pada no 1 (terbatas pada tingkat individu), no 4, dan no 5 (kecuali konseling).

Pengelola pelayanan keperawatan


Wewenang ini dikhususkan hanya pada perawat profesi

1. melakukan pengkajian dan menetapkan permasalahan


2. merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pelayanan keperawatan
3. mengelola kasus.

Peneliti keperawatan
Perawat memiliki wewenang:

1. melakukan penelitian sesuai dengan standar dan etika


2. menggunakan sumber daya pada fasilitas pelayanan kesehatan atas izin pimpinan
3. menggunakan pasien sebagai subjek penelitian sesuai dengan etika profesi dan ketentuan
peraturan perundang-undangan

Kewenangan diatas hanya dapat dilakukan oleh perawat profesi, sementara perawat vokasi
memiliki wewenang membantu peneliti keperawatan sebagai anggota tim penelitian.

Pelimpahan wewenang
Perawat memiliki kewenangan

1. pelimpahan wewenang untuk melakukan tindakan medis dari dokter dan evaluasi
pelaksanaannya
2. dalam rangka pelaksanaan program pemerintah
Pelaksana tugas dalam keadaan keterbatas tertentu
Penugasan pemerintah yang dilaksanakn pada keadaan tidak adanya tenaga medis dan atau
tenaga kefarmasian di suatu wilayah tempat perawat bertugas dengan memperhatikan
kompetensi perawat dan telah mengikuti orientasi/pelatihan.

Dalam keadaan keterbatasan tertentu perawat memiliki kewenangan

1. melakukan pengobatan untuk penyakit umum dalm hal tidak terdapat tenaga medis
2. merujuk klien sesuai dengan ketentuan pada sistem rujukan
3. melakukan pelayanan kefarmasian secara terbatas dalam hal tidak terdapat tenaga
kefarmasian.

TANGGUNG JAWAB DAN TANGGUNG GUGAT PERAWAT DALAM PELAYANAN


KESEHATAN

TANGGUNG JAWAB

 Segala sesuatu yang menjadi beban seseorang baikfisik maupun mental.


 Tuntutan bagi seseorang (pribadi) atau suatu badan(lembaga) dari individu, kelompok
dan masyarakatatau lembaga (badan)

UU RI nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan

CONTINUE

Seseorang dapat dikatakan perawat profesional jika memiliki:

 Tanggung jawab
 Tanggung gugat
TANGGUNG JAWAB PERAWAT DALAM UPAYA PELAYANAN KESEHATAN

1. Tanggung jawab terhadap pasien dan kilen


2. Tanggung jawab terhadap dirinya sendiri
3. Tangung jawab terhadap profesi
4. Tanggung jawab terhadap masyarakat
5. Tangung jawab terhadap bangsa dan tanah air

TANGGUNG JAWAB TERHADAP PASIEN DAN KLIEN

 Memenuhi kebutuhan pelayanan keperawatan kepada pasien dan klien dengan penuh rasa
tanggung jawabsesuai kebutuhannya
 Melindungi pasien terhadap hal-hal yang dapat membahayakan dan merugikan dirinya
denganmengutamakan keselamatan pasien dan klien
 Membantu pasien dan klien untuk dapat menolong dirinya sendiri dalam memnuhi
kebutuhan hidup sehari-hari serta memelihara kesehatannya.
 Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinyasehubungan tugas yang dipercayakan
kepadanya.

TANGGUNG JAWAB TERHADAP DIRINYA SENDIRI

 Melindungi dirinya dari kemungkinan penularan penyakit


 Melindungi dirinya dari gangguan yangdatang dari lingkungan kerjanya
 Menghindari konflik dengan orang lain dalam melaksanakan tugasnya melalui metode
pemecahan masalah.

TANGGUNG JAWAB TERHADAP PROFESI

 Mengadakan kerjasama antara anggota tim kesehatan dalam melaksanakan tugasnya


 Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan
 Meningkatkan pengetahuan tentang ilmu keperawatan sesuai dengan perkembangan
IPTEK 
 Menjunjung tinggi nama baik profesi dengan menunjukkan perilaku dan kepribadian
yang tinggi
 Membina dan memelihara mutu organisasi profesi keperawatan sebagai sarana
pengabdiannya

TANGGUNG JAWAB TERHADAP MASYARAKAT

 Mengupayakan kesejahteraan dan kesehatan masyakat.


 SDM, sarana dan prasarana dan budaya yang ada di masyarakat

TANGGUNG JAWAB TERHADAP BANGSA DAN TANAH AIR


 Perawat senantisasa mematuhi peraturan
yang berlaku serta berperan aktif mengembangkan pekerjaan kepada pemerintah dalam ra
ngka meningkatkan pelayanan kesehatan dan khususnya perawatan
 Memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai budaya dan kelangsungan hidup
beragama dari pasien, individu, keluarga dan masyarakat.

TANGGUNG GUGAT

 Konsekuensi apabila seseorang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam melaksanakan


tanggung jawab tidak sesuai dengan aturan dan perundang undangan yang telah
ditetapkan.
UU kesehatan nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan bab V pasal 32 tentang
penyembuhan dan pemulihan kesehatan

UU KESEHATAN NOMOR 23 TAHUN 1992 TENTANG KESEHATAN BAB V PASAL 32


 Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan diselenggarakan untuk mengembalikan
status kesehatan akibat penyakit.Mengembalikan fungsi badan akibat cacat atau
menghilangkan cacat
 Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan berdasarkan pengobatan dan
perawatan
 Pengobatan dan perawatan dapat dilakukan berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu
keperawatan yang dapat dipertanggung jawabkan
 Pelaksanaan pengobatan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu
keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatanyang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu.
 Pemerintah melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap pelaksanaan pengobatan dan perawatan berdasarkan cara lain yang dapat
dipertanggung jawabkan

PERWAN PERAWAT DALAM TANGGUNG JAWAB DAN TANGGUNG GUGAT


TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN

 Perawat bertanggung jawab dan tanggung gugat terhadap setiap tindakan


dan pengambilan keputusan keperawatan
 Perawat mempertahankan kompetensinya dalam melaksanakan pelayanan keperawatan
 Perawat melatih diri dalam menetapkan informasi danmenggunakan kompetensi
individunya serta kualifikasi sebagai kriteria untuk menerima konsultasi tanggung jawab
dan memberikan delegasi tindakan keperawatan kepada tenaga lain
 Perawat berpartisipasi aktif dalam upayan profesi untuk melaksanakan dan meningkatkan
standar profesi

KONFLIK TANGGUNG JAWAB

 Perawat berulang kali dihadapkan dengan konflik tanggung jawab. Disatu pihak, perawat
sebagai karyawan seringkali bertanggung jawab terhadap instansi kesehatan. Dilain
pihak, perawat sebagai seseorang yang profesional bertanggung jawab terhadap etika
profesional dari asosiasinya dan standar praktik keperawatan. Sebagai tambahan, perawat
bertanggung jawab kepada klien dan diajarkan untuk bereaksi terhadap kebutuhannya
dalam tata cara terapeutik.

Perkembangan profesional keperawatan

PERKEMBANGAN PROFESIONALISME KEPERAWATAN

A. Pengertian Propesinalisme Keperawatan


Perkembangan Profesionalisme Keperawatan Melihat catatan sejarah tentang awal mula keberadaan
perawat di Indonesia, yang diperkirakan baru bermula pada awal abad ke 19, dimana disebutkan adanya
perawat saat itu adalah dikarenakan adanya upaya tenaga medis untuk memberikan pelayanan kesehatan yang
lebih baik sehingga diperlukan tenaga yang dapat membantu atau tenaga pembantu. Tenaga tersebut dididik
menjadi seorang perawat melalui pendidikan magang yang berorientasi pada penyakit dan cara
pengobatannya. Sampai dengan perkembangan keperawatan di Indonesia pada tahun 1983 PPNI melakukan
Lokakarya Nasional Keperawatan di Jakarta, melalui lokakarya tersebut prawat bertekad dan bersepakat
menyatakan diri bahwa keperawatan adalah suatu bidang keprofesian.

Perkembangan profesionalisme keperawatan di Indonesia berjalan seiring dengan perkembangan


pendidikan keperawatan yang ada di Indonesia. Pengakuan perawat profesionalan pemula adalah bagi mereka
yang berlatar belakang pendidikan Diploma III keperawatan. Program ini menghasilkan perawat generalis
sebagai perawat professional pemula, dikembangkan dengan landasan keilmuan yang cukup dan landasan
professional yang kokoh. Perkembangan pendidikan keperawatan dalam rangka menuju tingkat
keprofesionalitasan tidak cukup sampai di tingkat diplima saja, di ilhami keinginan dari profesi keperawatan
untuk terus mengembangkan pendidikan maka berdirilah PSIK FK-UI (1985) dan kemudian disusul dengan
pendirian program paska sarjana FIK UI (1999)

Peningkatan kualitas organisasi profesi keperawatan dapat dilakukan melalui berbagai cara dan
pendekatan antara lain :
1. Mengembangkan system seleksi kepengurusan melalui pnetapan criteria dari berbagai
aspek kemampuan, pendidikan, wawasan, pandangan tentang visi dan misi organisasi, dedikasi serta
keseterdiaan waktu yang dimiliki untuk organisasi.
2. Memiliki serangkaian program yang kongkrit dan diterjemahkan melalui kegiatan organisasi dari
tingkat pusat sampai ke tingkat daerah. Prioritas utama adalah rogram pendidikan berkelanjutan bagi
para anggotanya.
3. Mengaktifkan fungsi collective bargaining, agar setiap anggota memperoleh penghargaan yang
sesuai dengan pendidikan dan kompensasi masing-masing.
4. Mengembangkan program latihan kepemimpinan, sehingga tenaga keperawatan dapat berbicara
banyak dan memiliki potensi untuk menduduki berbagai posisi di pemerintahan atau sector swasta.
5. Meningkatkan kegiatan bersama dengan organisasi profesi keperawatan di luar negeri, bukan anya
untuk pengurus pusat saja tetapi juga mengikut sertakan pengurus daerah yang berpotensi untuk
dikembangkan

PERAN PERAWAT DI MASA PANDEMIC-COVID 19

B. Peran Perawat Di Masa Pandemic Covid-19


Tenaga Keperawatan merupakan salah satu tenaga Kesehatan yang memegang peranan penting dalam
meningkatkan derajat kesehatan dan merupakan tulang punggung di fasilitas pelayanan karena jumlahnya
lebih banyak dibandingkan tenaga kesehatan lain. Perawat memiliki peran sebagai caregiver yang merupakan
peran utama dimana perawat akan terlibat aktif selama 24 jam dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien. Selain itu, perawat juga berperan sebagai edukator yang bertugas memberikan pendidikan
kesehatan kepada pasien yang menjalani isolasi, keluarga, dan masyarakat umum. Seluruh perawat pada masa
pandemi yang melakukan perawatan pada pasien Covid-19 maupun Non Covid 19 telah mengorbankan
kepentingan pribadi dan keluarga. Perawat telah mengorbankan keselamatan dan menghadapi ancaman
tertular virus yang bisa berakhir pada kematian. Sebagai bagian dari garda terdepan dalam menangani kasus
Covid-19, tidak sedikit yang mengalami kelelahan baik secara fisik dan juga secara mental. Tingginya beban
kerja dalam menangani kasus Covid-19 serta penggunaan alat pelindung diri (APD) level 3 sangat
berpengaruh terhadap menurunnya imunitas tubuh, sehingga risiko tertular virus semakin meningkat.

Perawat senantiasa berperan serta dalam peningkatkan ilmu pengetahuan dan penyesuaian tatalaksana
kebutuhan dasar pasien di masa pandemi. Perawat Indonesia berusaha dengan keras untuk meningkatkan
profesionalisme dalam memberikan pelayanan terbaik pada masyarakat, sehingga sudah semestinya
pemerintah dan masyarakat memberikan apresiasi tertinggi bagi perawat. Perjuangan petugas kesehatan
tidaklah bermakna tanpa didukung peran serta aktif masyarakat dalam mengatasi pandemi ini. Kepedulian
dan dukungan masyarakat sangat diperlukan dalam percepatan penanganan Covid-19 yaitu dengan selalu
mematuhi aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah dan edukasi yang dikeluarkan oleh organisasi profesi
tenaga kesehatan.

sasaran pelayanan keperawatan

A. Pengertian Sasaran Pelayanan Keperawatan


Menurut Potter dan Perry (2005) Pelayanan merupakan dasar utama pada metode dan
teknologi yang praktis, ilmiah dan dapat diterima oleh masyarakat. Pelayanan dilaksanakan pada
berbagai tempat pelayanan kesehatan seperti pusat keperawatan komunitas, organisasi
pemeliharaan kesehatan dan klinik yang berbasis di masyarakat.
Pelayanan menjadi integral dari sistem pelayanan kesehatan negara dan pengembangan sosial
ekonomi masyarakat. Menurut Virgina Henderson dalam Ratna Sitorus (2005) Keperawatan
adalah kegiatan membantu individu sehat atau sakit dalam melakukan upaya aktivitas untuk
membuat individu tersebut sehat atau sembuh dari sakit atau meninggal dengan tenang (jika
tidak dapat disembuhkan), atau membantu apayang seharusnya dilakukan apabila ia mempunyai
cukup kekuatan, keinginan atau pengetahuan.

Sedangkan ANA dalam Ratna Sitorus (2005) mendefinisikan keperawatan adalah suatu


diagnosis dan terapi tentang respons manusia terhadap masalah kesehatan yang aktual dan
potensial. Menurut MarthaE. Mengemukakan bahwa keperawatan adalah ilmu humanistis
tentang kepedulian dalam mempertahankan dan meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit,
dan caring terhadap rehabilitasi individu yang sakit atau cacat. Pelayanan keperawatan dilakukan
dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan
serta pemeliharaan kesehatan dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan utama untuk
memungkinkan setiap penduduk mencapai kemampuan hidup. Pelayanan keperawatan
diupayakan dengan berorientasi pada kebutuhan masyarakat dan penguasaan ilmu pengetahuan
serta teknologi
keperawatan, pelayanan keperawatan harus dilandasi
ilmu pengetahuan dengan menggunakanmetode ilmiah yaitu proses keperawatan.
Sasaran pelayanan keperawatan yaitu individu, keluarga dan masyarakat, baik yang sakit
maupun yang sehat.

A. Individu Sebagai Sasaran Pelayanan Keperawatan

Individu yang menjadi sasaran pelayanan keperawatan adalah individu yang dianggap,
sebagai mahluk bio-psiko-sosial-spiritual.

B. Individu Sebagai Mahluk Biologis

Biologis bersal dari bahasa yunani yang terdiri dari bios dan logos. Bios artinya hidu
Sehingga dapat diartikan individu adalah mahluk hidup yang tumbuh dan berkembang. Sebagi
mahluk hidup individu mempunyai ciri ciri sebagai berikut Terdiri dari susunan sel sel hidup
yang membentuk satu kesatuan yang utuh dan pertumbuhannya sangat di pengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu :

a.Faktor lingkungan meliputi faktor ideologi,politik,ekonomi,budaya dan agama


b. Faktor sosial meluputi sosialisasi keluarga, kawan sejawat ,pendidikan dll.
c. Faktor fisik meliputi geografis,iklim dan cuaca
d. Faktor fisiologis meliputi genetik,neurologis,kelenjar dll
e.Faktor psikodinamik meliputi pribadi, konsep diri, cita-cita dll
f.Spiritual meliputi pandangan,dorongan hidup,dan nilai hidup.

C. Individu Sebagai Mahluk Psikologis

Yang di maksud dengan Mahluk Psikologis yaitu, dari asal kata Psiko = psiche=jiwa roh,
sukma, semangat. Individu sebagai mahluk psiko mempunyai ciri - ciri sebagai berikut

a.Mempunyai struktur kepribadian yang terdiri dari id, ego, dan super ego
b.Mempunyai daya pikir dan kecerdasan
c. Mempunyai kebutuhan psikologis agar kepribadian dapat berkembang
d. Mempunyai pribadi yang unik karena tidak ada dua individu di dunia ini yang sama.

D. Individu Sebagai Makhluk Sosial


Di dalam pengertian Individu Sebagai Mahluk Sosial memiliki unsur jasmani dan rohani,
unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seorang individu adalah perpaduan antara faktor
genotype dan fenotipe. Faktor genotype adalah faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia
merupakan faktor keturunan dibawa individu sejak lahir. Kepribadian adalah keseluruhan
perilaku individu yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi biopsikofisikal (fisik dan
psikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap pada
tindakan dan perbuatan serta reaksi mental psikologisnya, jika mendapat rangsangan dari
lingkungan. Manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial karena beberapa alasan, yaitu:

1. Manusia tunduk pada norma sosial, aturan

2. Perilaku manusia mengharapkan penilaian dari orang lain

3. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain

4. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia lainnya

Manusia dikatakan sebagai mahluk sosial karena manusia tunduk pada aturan dan norma
sosial seperti :

- Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain.

- Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.

- Potensi manusia akan berkembang bila berada di tengah-tengah masyarakat.

Cooley memberi nama looking glass-self untuk melihat bahwa seseorang dipengaruhi
oleh orang lain. Cooley berpendapat bahwa looking glass-self terbentuk melalui 3 tahap. Pada
tahap pertama seseorang mempunyai persepsi mengenai pandangan orang lain terhadapnya. Pada
tahapan berikutnya seseorang mempunya persepsi mengenai penilaian orang lain terhadap
penampilannya. Pada tahap ketiga seseorang mempunyai perasaan terhadap apa yang
dirasakannya sebagai penilaian orang lain terhadapnya itu. Menurut George Herbert Mead, pada
tahap pertama, play stage, seorang anak kecil mulai belajar mengambil peranan orang-orang
yang berada di sekitarnya. Peranan orang dewasa lain dengan siapa ia sering berinteraksi. Game
stage, seorang anak tidak hanya telah mengetahui peranan yang harus dijalankannya, tetapi telah
pula mengetahui peranan yang harus dijalankan oleh orang lain dengan siapa ia berinteraksi.
Contoh dari Mead, ialah keadaan sebuah pertandingan: seseorang anak yang bermain dalam
suatu pertandingan tidak hanya mengetahui apa yang diharapakan orang lain darinya, tetapi juga
apa yang diharapkan dari orang lain yang ikut bermain. Pada tahap ketiga Sosialisasi, seseorang
dianggap telah mampu mengambil peranan-peranan yang dijalankan orang lain dalam
masyarakat mampu mengambil peranan generalized others.

Individu berasal dari kata in dan devided. Dalam bahasa Inggris in salah satunya
mengandung pengertian tidak, sedangkan devide artinya terbagi. Menurut pendapat Dr. A Lysen
individu berasal dari bahasa latin individum, yang artinya tak terbagi. Manusia lahir merupakan
mahkluk individual yang makna tidak terbagi atau tidak terpisah antara jiwa dan raga.

E. Individu sebagai mahluk spiritual


Individu sebagaia mahluk spiritual mempunyai ciri - ciri sebagai berikut :
a. Diciptakan tuhan dalam bentuk yang sempurna dibanding mahluk ciptaan lainnya.
b. Memiliki rohani/jiwa yang sempurna Individu sebagai mahluk spiritual.
c. Diciptakan tuhan dalam bentuk yang sempurna dibanding mahluk ciptaan lainnya.
d. Memiliki rohani/jiwa yang sempurna
e. Individu diciptakan sebagai khalifah di muka bumi.
f. Terdiri atas unsur bio-psiko-sosial yang utuh.
g. Individu diciptakan sebagai khalifah di muka bumi
h. Terdiri atas unsur bio-psiko-sosial yang utuh.

PERAWAT DALAM PENANGANAN COVID-19

C. Perawat Dalam Penanganan Covid-19


Dalam memberikan pelayanan kesehatan terutama dalam penanganan Covid-19 saat ini, perawat
memiliki beberapa peran yang sangat penting. Beberapa peran tersebut diantaranya sebagai caregiver yang
merupakan peran utama dimana perawat terlibat aktif selama 24 jam dalam memberikan asuhan keperawatan
di tatanan layanan klinis seperti di rumah sakit.
Selain itu, perawat juga mempunyai peran sebagai edukator yaitu berperan sebagai tim pendidik yang
memberikan edukasi kepada pasien, keluarga dan masyarakat.
Hampir semua perawat yang saat ini berkutat dan terlibat dalam penanganan pasien Covid-19 telah
mengorbankan apa yang menjadi kepentingan pribadi dan keluarganya.

Bahkan sebagai bagian dari garda terdepan dalam menangani kasus Covid-19, tidak sedikit yang
mengalami kelelahan baik secara fisik dan mental serta rentan tertular Covid-19. tenaga kesehatan dituntut
untuk memiliki kemampuan mengatur alur kerja dalam pelaksanaan penanganan COVID-19. Tenaga
kesehatan pada aspek ini juga berperan sebagai advokator bagi manajemen rumah sakit agar efektifitas dan
efisiensi dalam proses pelayanan dan penyembuhan pasien dapat berjalan dengan baik. Dalam aspek personal,
Seorang tenaga kesehatan dituntut untuk mampu beradaptasi dan mengelola emosi untuk menghindari
burnout dalam penanganan pasien COVID-19.

Sasaran pelayanan keperawatan


B. Pengertian Sasaran Pelayanan Keperawatan
Menurut Potter dan Perry (2005) Pelayanan merupakan dasar utama pada metode dan
teknologi yang praktis, ilmiah dan dapat diterima oleh masyarakat. Pelayanan dilaksanakan pada
berbagai tempat pelayanan kesehatan seperti pusat keperawatan komunitas, organisasi
pemeliharaan kesehatan dan klinik yang berbasis di masyarakat.
Pelayanan menjadi integral dari sistem pelayanan kesehatan negara dan pengembangan sosial
ekonomi masyarakat. Menurut Virgina Henderson dalam Ratna Sitorus (2005) Keperawatan
adalah kegiatan membantu individu sehat atau sakit dalam melakukan upaya aktivitas untuk
membuat individu tersebut sehat atau sembuh dari sakit atau meninggal dengan tenang (jika
tidak dapat disembuhkan), atau membantu apayang seharusnya dilakukan apabila ia mempunyai
cukup kekuatan, keinginan atau pengetahuan.

Sedangkan ANA dalam Ratna Sitorus (2005) mendefinisikan keperawatan adalah suatu


diagnosis dan terapi tentang respons manusia terhadap masalah kesehatan yang aktual dan
potensial. Menurut MarthaE. Mengemukakan bahwa keperawatan adalah ilmu humanistis
tentang kepedulian dalam mempertahankan dan meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit,
dan caring terhadap rehabilitasi individu yang sakit atau cacat. Pelayanan keperawatan dilakukan
dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan
serta pemeliharaan kesehatan dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan utama untuk
memungkinkan setiap penduduk mencapai kemampuan hidup. Pelayanan keperawatan
diupayakan dengan berorientasi pada kebutuhan masyarakat dan penguasaan ilmu pengetahuan
serta teknologi
keperawatan, pelayanan keperawatan harus dilandasi
ilmu pengetahuan dengan menggunakanmetode ilmiah yaitu proses keperawatan.

Sasaran pelayanan keperawatan yaitu individu, keluarga dan masyarakat, baik yang sakit
maupun yang sehat.

C. Individu Sebagai Sasaran Pelayanan Keperawatan

Individu yang menjadi sasaran pelayanan keperawatan adalah individu yang dianggap,
sebagai mahluk bio-psiko-sosial-spiritual.

D. Individu Sebagai Mahluk Biologis

Biologis bersal dari bahasa yunani yang terdiri dari bios dan logos. Bios artinya hidu
Sehingga dapat diartikan individu adalah mahluk hidup yang tumbuh dan berkembang. Sebagi
mahluk hidup individu mempunyai ciri ciri sebagai berikut Terdiri dari susunan sel sel hidup
yang membentuk satu kesatuan yang utuh dan pertumbuhannya sangat di pengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu :

a.Faktor lingkungan meliputi faktor ideologi,politik,ekonomi,budaya dan agama


b. Faktor sosial meluputi sosialisasi keluarga, kawan sejawat ,pendidikan dll.
c. Faktor fisik meliputi geografis,iklim dan cuaca
d. Faktor fisiologis meliputi genetik,neurologis,kelenjar dll
e.Faktor psikodinamik meliputi pribadi, konsep diri, cita-cita dll
f.Spiritual meliputi pandangan,dorongan hidup,dan nilai hidup.

C. Individu Sebagai Mahluk Psikologis

Yang di maksud dengan Mahluk Psikologis yaitu, dari asal kata Psiko = psiche=jiwa roh,
sukma, semangat. Individu sebagai mahluk psiko mempunyai ciri - ciri sebagai berikut
a.Mempunyai struktur kepribadian yang terdiri dari id, ego, dan super ego
b.Mempunyai daya pikir dan kecerdasan
c. Mempunyai kebutuhan psikologis agar kepribadian dapat berkembang
d. Mempunyai pribadi yang unik karena tidak ada dua individu di dunia ini yang sama.

F. Individu Sebagai Makhluk Sosial

Di dalam pengertian Individu Sebagai Mahluk Sosial memiliki unsur jasmani dan rohani,
unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seorang individu adalah perpaduan antara faktor
genotype dan fenotipe. Faktor genotype adalah faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia
merupakan faktor keturunan dibawa individu sejak lahir. Kepribadian adalah keseluruhan
perilaku individu yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi biopsikofisikal (fisik dan
psikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap pada
tindakan dan perbuatan serta reaksi mental psikologisnya, jika mendapat rangsangan dari
lingkungan. Manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial karena beberapa alasan, yaitu:

1. Manusia tunduk pada norma sosial, aturan

2. Perilaku manusia mengharapkan penilaian dari orang lain

3. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain

4. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia lainnya

Manusia dikatakan sebagai mahluk sosial karena manusia tunduk pada aturan dan norma
sosial seperti :

- Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain.

- Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.

- Potensi manusia akan berkembang bila berada di tengah-tengah masyarakat.

Cooley memberi nama looking glass-self untuk melihat bahwa seseorang dipengaruhi
oleh orang lain. Cooley berpendapat bahwa looking glass-self terbentuk melalui 3 tahap. Pada
tahap pertama seseorang mempunyai persepsi mengenai pandangan orang lain terhadapnya. Pada
tahapan berikutnya seseorang mempunya persepsi mengenai penilaian orang lain terhadap
penampilannya. Pada tahap ketiga seseorang mempunyai perasaan terhadap apa yang
dirasakannya sebagai penilaian orang lain terhadapnya itu. Menurut George Herbert Mead, pada
tahap pertama, play stage, seorang anak kecil mulai belajar mengambil peranan orang-orang
yang berada di sekitarnya. Peranan orang dewasa lain dengan siapa ia sering berinteraksi. Game
stage, seorang anak tidak hanya telah mengetahui peranan yang harus dijalankannya, tetapi telah
pula mengetahui peranan yang harus dijalankan oleh orang lain dengan siapa ia berinteraksi.

Contoh dari Mead, ialah keadaan sebuah pertandingan: seseorang anak yang bermain dalam
suatu pertandingan tidak hanya mengetahui apa yang diharapakan orang lain darinya, tetapi juga
apa yang diharapkan dari orang lain yang ikut bermain. Pada tahap ketiga Sosialisasi, seseorang
dianggap telah mampu mengambil peranan-peranan yang dijalankan orang lain dalam
masyarakat mampu mengambil peranan generalized others.

Individu berasal dari kata in dan devided. Dalam bahasa Inggris in salah satunya
mengandung pengertian tidak, sedangkan devide artinya terbagi. Menurut pendapat Dr. A Lysen
individu berasal dari bahasa latin individum, yang artinya tak terbagi. Manusia lahir merupakan
mahkluk individual yang makna tidak terbagi atau tidak terpisah antara jiwa dan raga.

G. Individu sebagai mahluk spiritual


Individu sebagaia mahluk spiritual mempunyai ciri - ciri sebagai berikut :
a. Diciptakan tuhan dalam bentuk yang sempurna dibanding mahluk ciptaan lainnya.
b. Memiliki rohani/jiwa yang sempurna Individu sebagai mahluk spiritual.
c. Diciptakan tuhan dalam bentuk yang sempurna dibanding mahluk ciptaan lainnya.
d. Memiliki rohani/jiwa yang sempurna
e. Individu diciptakan sebagai khalifah di muka bumi.
f. Terdiri atas unsur bio-psiko-sosial yang utuh.
g. Individu diciptakan sebagai khalifah di muka bumi
h. Terdiri atas unsur bio-psiko-sosial yang utuh.

Pelayanan keperawatan

A. Sistem Pelayanan Keperawatan


Pelayanan keperawatan adalah upaya untuk membantu individu baik yang sakit
maupun yang sehat, dari lahir hingga meninggal dalam bentuk pengetahuan, kemauan,
dan kemampuan yang dimiliki. Sehingga individu tersebut dapat melakukan kegiatan
sehari-hari secara mandiri dan optimal (Yulihastin, 2009).
Sistem untuk memberikan pelayanan harus menyertakan metode-metode dimana
pasien dan petugas kesehatan menjamin struktur, tujuan pelayanan yang memasukkan
seluruh elemen yang berpartisipasi dalam pelayanan tersebut dapat mengerti dan
bertanggungjawab.
Menurut penelitian McMahon (1999), maka rata-rata perawat pelaksana
menyatakan perasaan tidak berdaya dalam pelayanan. Secara empiris, asuhan
keperawatan yang tidak menyertakan metodemetode asuhan yang tepat akan
menghasilkan tingkat kepuasan yang rendah. Lebih jauh lagi dikatakan, penerapan
metode asuhan yang tidak tepat membuat mereka merasa (secara umum) tidak memiliki
tanggungjawab, terbatasnya otoritas dalam bekerja dan mereka bahkan menjalankan
praktik tanpa otonomi.

B. Upaya Kesehatan Secara Menyeluruh


Upaya kesehatan merupakan kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan,
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan
penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Mutu pelayanan kesehatan atau Quality Assurance in Healthcare merupakan salah
satu pendekatan atau upaya yang sangat penting serta mendasar dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada pasien. Tenaga kesehatan dituntut profesional dalam
memberikan pelayanan kesehatan baik sebagai perorangan ataupun kelompok harus
selalu berupaya memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik kepada semua pasien
(Satrianegara dan Saleha, 2009).
Pendekatan jaminan mutu pelayanan kesehatan merupakan salah satu perangkat
yang sangat berguna bagi mereka yang mengelola atau merencanakan pelayanan
kesehatan. Pendekatan itu juga merupakan bagian dari ketrampilan yang sangat
mendasar bagi setiap pemberi provider layanan kesehatan yang secara langsung
melayani pasien (Satrianegara dan Saleha, 2009).
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang
menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, menyebutkan
bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan
obat, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat
(Menkes, 2004).
C. Pendekatan Strategi Pembinaan Fungsi Puskesmas
Promosi kesehatan adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan dan
kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan. Mengingat
tujuan akhir promosi kesehatan bukan sekedar masyarakat mau hidup sehat (Will-ling-
gnes), tetapi juga mampu (ability) untuk hidup sehat, maka promosi kesehatan bukan
sekedar menyam-paikan pesanpesan, atau informasi-informasi keseha- tan agar
masyarakat mengetahui dan berperilaku hi- dup sehat, tetapi juga bagaimana masyarakat
mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan.
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah fasilitas pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan
tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.Sebelum memulai
promosi kesehatan di Puskesmas, perlu dilakukan pengenalan kondisi institusi kesehatan
untuk memperoleh data dan informasi tentang PHBS di Puskesmas tersebut, sebagai data
dasar (baseline data). Yang digunakan sebagai standar adalah persyaratan Puskesmas
yang Ber-PHBS (8 indikator proksi). Pengenalan kondisi Puskesmas ini dilakukan oleh
fasilitator dengan dukungan dari Kepala dan seluruh petugas Puskesmas. Pengenalan
kondisi Puskesmas dilakukan melalui pengamatan (observasi), penggunaan daftar
periksa (check list), wawancara, pemeriksaan lapangan atau pengkajian terhadap
dokumen-dokumen yang ada

D. Unsur Pelayanan Keseshatan Primer (PHC)


Primary Health Care ( PHC ) adalah pelayanan kesehatan pokok yang
berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat diterima
secara umum baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat melalui partisipasi
mereka sepenuhnya, serta dengan biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakat dan
negara untuk memelihara setiap tingkat perkembangan mereka dalam semangat untuk
hidup mandiri (self reliance) dan menentukan nasib sendiri (self determination).
Pelayanan Kesehatan Primer / PHC merupakan strategi yang dapat dipakai untuk
menjamin tingkat minimal dari pelayanan kesehatan untuk semua penduduk. PHC
menekankan pada perkembangan yang bisa diterima, terjangkau, pelayanan kesehatan
yang diberikan adalah essensial bisa diraih, dan mengutamakan pada peningkatan serta
kelestarian yang disertai percaya pada diri sendiri disertai partisipasi masyakarat dalam
menentukan sesuatu tentang kesehatan.
PHC menekankan pada perkembangan yang bisa diterima, terjangkau pelayanan
kesehatan yang diberikan adalah esensial bisa diraih, yang esensial dan mengutamakan
pada peningkatan serta kelestarian yang disertai percaya kepada diri sendiri disertai
partisipasi masyarakat dalam menentukan sesuatu tentang kesehatan.
1. Unsur utama dan prinsip phc
a. Unsur Utama PHC
Tiga unsur utama yang terkandung dalam PHC adalah sebagai berikut :
1) Mencakup upaya-upaya dasar kesehatan
2) Melibatkan peran serta masyarakat
3) Melibatkan kerjasama lintas sektoral

2. Prinsip phc
a. Pemerataan upaya kesehatan
b. Penekanan pada upaya preventif
c. Penggunaan teknologi tepat guna dalam upaya kesehatan
d. Peran serta masyarakat dalam semangat kemandirian

3. Program-program dan tujuan phc


a. Program-program phc
- Asuransi kesehatan
- Pos obat desa (POD)
- Tanaman obat keluarga (TOGA)
- Pos kesehatan
- Kemitraan dengan sector diluar kesehatan
- Peningkatan pemberdayaan masyarakat
- Upaya promotif dan preventif
- Pelayanan kesehatan dasar
- Tenaga kesehatan sukarela
- Kader kesehatan
- Kegiatan peningkatan pendapatan

4. Tujuan PHC
a. Tujuan umum
Mencoba menemukan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan yang
diselenggarakan sehingga akan dicapai tingkat kepuasaan pada masyarakat yang
menerima pelayanan.
b. Tujuan khusus
1) pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang dilayani
2) pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dialami
3) pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang dilayani
4) pelayanan harus secara maksimum menggunakan tenaga dan sumber-sumber daya
lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

5. Ciri-ciri dan fungsi phc


a. Ciri-ciri phc
- Pelayanan yang utama dan intim dengan masyarakat
- Pelayanan yang menyeluruh
- Pelayanan yang terorganisasi
- Pelayanan yang mementingkan kesehatan individu maupun masyarakat
- Pelayanan yang berkesinambungan
- Pelayanan yang progresif
- Pelayanan yang berorientasi kepada keluarga
- Pelayanan yang tidak berpandangan kepada salah satu aspek saja
b. Fungsi phc
PHC hendaknya memenuhi fungsi-fungsi sebagai berikut:
- Pemeliharaan kesehatan
- Pencegahan penyakit
- Diagnosis dan pengobatan
- Pelayanan tindak lanjut
- Pemberian sertifikat

E. Bentuk Pelayanan Keperawatan


Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan profesional sebagai
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan dituju kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat baik sehat
maupun sakit (UU Keperawatan no 38 tahun 2014).
Pelayanan keperawatan dalam pelayanan kesehatan merupakan bagian dari
pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan dasar dan rujukan sehingga meningkatkan
derajat kesehatan. Pada tingkat pelayanan dasar dilakukan di lingkup puskesmas dengan
pendekatan askep keluarga dan komunitas yang berorientasi pada tugas keluarga dalam
kesehatan, diantaranya mengenal masalah kesehatan secara dini, mengambil
keputusan,menanggulangi keadaan darurat, memberikan pelayanan dasar pada anggota
keluarga yang sakit serta memodifikasi lingkungan.
Pelayanan/ asuhan keperawatan yang bersifat spesialistik, baik keperawatan klinik
maupun keperawatan komunitas antara lain adalah keperawatan anak, keperawatan
maternitas, keperawatan medical bedah, keperawatan jiwa, keperawatan gawat darurat,
keperawatan keluarga, keperawatan gerontik, dan keperawatan komunitas.
Tingkat pelayanan keperawatan meliputi :
1) Perawatan primer
2) Perawatan sekunder
3) Perawatan tersier

F. Komponen Perawatan Dasar


Komponen perawatan dasar merupakan pola atau skema yang mencoba
mengorganisasikan atau menerangkan suatu proses. Paradigma juga disebut sebagai
tahap kedua perkembangan ilmu pengetahuan (Kuhn, 1962)
Dalam keperawatan ada empat komponen yang merupakan pola dasar dari teori-teori
keperawatan atau paradigma keperawatan:
a. Manusia
Keperawatan meyakini dan menekankan dalam setiap kegiatan pelayanan
keperawatannya bahwa manusia merupakan individu yang layak diperlakukan
secara terhormat, dihargai keunikannya berdasarkan individualitas, dalam
berbagai situasi, kondisi, dan sistem yang dapat mengancam kehormatan dan sifat
kemanusiaannya
b. Sehat dan Kesehatan
Definisi sehat & kesehatan telah berubah dari kondisi seseorang yang bebas
penyakit menjadi kondisi yang mampu mempertahankan individu untuk berfungsi
secara konsisten, stabil dan seimbang dalam menjalani kehidupan sehari-hari
melalui interaksi positif dengan lingkungan. Kesehatan dipandang juga sebagai
sebuah kisaran antara sehat dan sakit dimana individu memiliki suatu nilai yang
berharga tentang kesehatan dan bukan semata-mata suatu fenomena empiris
tentang kondisi seseorang
c. Masyarakat dan Lingkungan
Masyarakat dan lingkungan merupakan komponen dalam paradigma
keperawatan dimana setiap individu berinteraksi. Masyarakat dan lingkungan juga
dianggap sebagai sumber terjadinya keadaan sakit (tidak sehat) dan merupakan
faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan atau kondisi sakit seseorang
d. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah pelayanan yang diberikan kepada klien (individu
atau kelompok) yang sedang mengalami stress kesehatan - stress penyakit dimana
situasi kehidupan yang seimbang menjadi terganggu dan menghasilkan tekanan
(biologis, psikologis, dan sosial) serta ketidak-nyamanan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan yang merupakan bentuk
pelayanan profesional keperawatan, hendaknya perawat harus memperhatikan
seluruh aspek yang termasuk dam paradigma keperawatan, yaitu manusia sebagai
makhluk holistik dan unik dengan segala macam kebutuhannya, lingkungan
internal mapun eksternal yang didalamnya terdapat stressor-stressor yang akan
mempengaruhi kondisi sehat dan sakitnya manusia. Sehingga keperawatan harus
berperan untuk memingkatkan derajat kesehatan dan membantu manusia berada
dalam rentang kesehatan yang optimal.

G. Pelayanan Perawatan Kesehatan Keluarga


1. Pengertian perawatan keluarga
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat keperawatan kesehatan
masyarakat yang dipusatkan pada keluarga sebagai unit satu kesatuan yang
dirawat dengan sehat sebagai tujuan pelayanan dan perawatan sebagai
upaya mencegah penyakit. Keluarga adalah unit pelayanan kesehatan dan merupakan
kumpulan dua orang atau lebih yang ada dan tidak ada hubungan darah atau hubungan
secara hukum akan tetapi berperan sebagai keluarga atau siapapun yang di katakan klien
sebagai keluarganya (Friedman, 1999).
2. Fungsi Perawatan Keluarga
Fungsi perawatan kesehatan merupakan hal yang penting dalam
pengkajian keluarga. Keluarga memberikan perawatan kesehatan yang bersifat preventif
dan secara bersama-sama merawat anggota keluarga yang sakit.
keperawatan kesehatan yang diberikan pada keluargapun seharusnya diubah, penyuluhan
dan konseling untuk perawatan diri keluarga merupakan tujuan utama dari praktik
keperawatan keluarga perilaku keluarga berhubungan dengan sehat-sakit.
3. Tugas Pelaksanaan Perawatan Kesehatan Keluarga
Terdapat beberapa tugas dalam pelaksanaan perawatan kesehatan
keluarga yaitu (Setiadi, 200)
a .Mengenal masalah kesehatan keluarga
b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat.
c. Merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan
d. Modifikasi lingkungan fisik dan psikologis
e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di sekitar keluarga
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan fungsi perawatan
kesehatan keluarga :
a. Praktik gaya hidup, yaitu pola diet, tidur dan istirahat, kebiasaan
pengunaan obat, perawatan diri
b. Praktik lingkungan, yaitu praktik kebersihan diri dan keamanan
c. Praktik preventif berdasarkan medis, pemeriksaan umum dan lebih
spesifik, pemeriksaan penglihatan dan pendengaran, imunisasi.
d. Praktik kesehatan gigi

H. Pelayanan Perawatan Kesehatan Masyarakat


Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) merupakan salah satu
upaya puskesmas yang mendukung peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan
memadukan ilmu/ praktik keperawatan dengan kesehatan masyarakat lewat dukungan peran
serta aktif masyarakat mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyuluh
dan terpadu, ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk ikut
meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal sehingga mandiri dalam upaya
kesehatannya.
Fokus sasaran Perkesmas adalah keluarga rawan kesehatan dengan prioritasnya
adalah keluarga rentan terhadap masalah kesehatan (Gakin), keluarga risiko tinggi (anggota
keluarga bumil, balita, lansia, menderita penyakit).

Adapun bentuk kegiatan Perkesmas antara lain:6


1. Asuhan keperawatan pasien (prioritas) kontak Puskesmas yang berada di poliklinik
Puskesmas, Puskesmas pembantu (pustu), Puskesmas keliling (pusling), posyandu,
pos kes desa.
2. Kunjugan rumah oleh perawat (home visit/home care) terencana, bertujuan untuk
pembinaan keluarga rawan kesehatan.
3. Kunjungan perawat ke kelompok prioritas terencana (posyandu usila, posyandu
balita, panti asuhan dan lain-lain)

Adapun sasaran umum dan saran khusus yang dapat dirumuskan adalah sebagai
berikut :
1. Sasaran Umum :
Terwujudnya peningkatan kemampuan /keterampilan petugas Perkesmas melalui
pelaksanaan pelatihan petugas Perkesmas.
2. Sasaran Khusus :
Terwujudnya peningkatan kemampuan /keterampilan petugas Perawatan
Kesehatan Masyarakat (bidan dan perawat) melalui pelaksanaan pelatihan petugas
Perkesmas

Konsep caring
1. Pengertian Caring

 Caring merupakan sikap peduli, menghormati dan menghargai orang lain, artinya
memberi perhatian dan mempelajari kesukaan – kesukaan seseorang dan
bagaimana seseorang berfikir dan bertindak. Memberikan asuhan (Caring) secara
sederhana tidak hanya sebuah perasaan emosional atau tingkah laku sederhana,
karena caring merupakan kepedulian untuk mencapai perawatan yang lebih baik,
perilaku caring bertujuan dan berfungsi membangun struktur sosial, pandangan
hidup dan nilai kultur setiap orang yg berbeda pada satu tempat.
Perilaku caring dalam keperawatan adalah hal yang sangat mendasar.
 Caring adalah jantung dan jiwa keperawatan, caring adalah kekuatan, caring
adalah ciri-ciri istimewa dari keperawatan sebagai suatu profesi atau disiplin.
 Caring yang diharapkan dalam keperawatan adalah sebuah perilaku perawat yang
didasari dari beberapa aspek diantaranya:
 Humanistic altruistic (mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan) meliputi:
- menanamkan kepercayaan dan harapan
- mengembangkan kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain
- pengembangan bantuan dan hubungan saling percaya
- meningkatkan dan menerima ungkapan perasaan yang positif dan
negative
- sistematis dalam metode pemecahan masalah
- pengembangan pendidikan dan pengetahuan interpersonal
- meningkatkan dukungan
- perlindungan mental dan fisik
- sosial budaya dan lingkungan spiritual
- senang membantu kebutuhan manusia
- menghargai kekuatan eksistensial-phenomenogikal
2. Karakteristik Caring
 Karakteristik caring meliputi:
- Mendengar dengan perhatian
- Memberi rasa nyaman
- Berkata Jujur
- Memiliki kesabaran
- Bertanggung jawab
- Memberi informasi sehingga klien dapat mengambil keputusan
- Memberi sentuhan
- Memajukan sensitifitas
- Menunjukan rasa hormat pada klien
- Memanggil klien dengan Namanya
 Menurut Wolf & Barnum karakteristik caring antara lain:
- Pengetahuan
- Kesabaran
- Kejujuran
- Kepercayaan
- Kerendahan Hati
- Memberi harapan
- Keberanian
3. Tujuan Caring
Tujuan caring adalah membantu pelaksanaan rencana pengobatan/terapi dan
membantu klien beradaptasi dengan masalah kesehatan, mandiri memenuhi kebutuhan
dasarnya, mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan dan meningkatkan fungsi tubuh.

TEORI CARING

1. Menurut Jean Watson, caring adalah suatu pendekatan mengenai cara berpikir,


berperilaku dan berperasaan seseorang terhadap orang lain. Caring juga disebut
sebagai bentuk dasar dari praktik keperawatan yang mempunyai implikasi praktis
untuk mengubah pelaksanaan praktik keperawatan.
2. Menurut Swanson, caring adalah proses multifaset yang terus ada dalam dinamika
hubungan pasien-perawat. Hal ini sangat penting terutama dalam kasus di mana
pasien menghadapi penyakit yang mengancam nyawa seperti kanker, atau peristiwa
yang sangat traumatis seperti keguguran dan semacamnya.
PERBEDAAN CARING DAN CURING

Dalam caring lebih dititik-beratkan pada kebutuhan dan respon klien untuk


ditanggapi dengan pemberian perawatan. Berbeda dengan curing lebih memperhatikan
penyakit yang diderita serta penanggulangannya. Selain itu, curing dapat juga dilihat dari
intervensinya. Intervensi keperawatan (caring) yaitu membantu klien memenuhi masalah
klien baik fisik, psikologis, sosial, dan spiritual dengan tindakan keperawatan yang
meliputi intervensi keperawatan, observasi, pendidikan kesehatan, dan konseling.
Sedangkan intervensi kedokteran (curing) lebih ke melakukan tindakan pengobatan
dengan obat (drug) dan tindakan operatif. Dari sini dapat dipahami bahwa
caringmemperhatikan klien dari aspek fisik, psikologi, sosial, serta spiritualnya
sedangkan curing menekankan pada aspek kesehatan dan fisik kliennya. Satu hal lagi
yang dapat dipahami dari perbedaan caring dan curing yaitu dari aspek tujuan. Tujuan
dari perilaku caring, yaitu:
1. Membantu pelaksanaan rencana pengobatan atau terapi.
2. Membantu pasien/ klien beradaptasi dengan masalah kesehatan, mandiri
memenuhi kebutuhan dasarnya, mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan, dan
meningkatkan fungsi dari tubuh pasien.
Sedangkan tujuan dari kegiatan curing adalah menentukan dan menyingkirkan penyebab
penyakit atau mengubah problem penyakit dan penanganannya.

Menjadi perawat yang baik

MENJADI PERAWAT YANG BAIK

Perawat merupakan suatu profesi yang memberikan pelayanan kesehatan kepada


klien sesuai dengan standart yang berlaku.Perawat sebagai suatu profesi merupakan bagian
dari tim kesehatan yang bertanggungjawab membantu klien sebagai individu, keluarga, dan
masyarakat baik dalam kondisi sehat maupun sakit. Seiring perkembangan keperawatan,
keilmuan dalam praktik Keperawatan pun turut berkembang.
Berbagai penelitian berdasarkan fenomena yang ada di dunia pelayanan keperawatan
dilakukan.Asuhan keperawatan merupakan tulang punggung pelayanan yang terintegrasi
dalam pelayanan kesehatan. Dalam pemberian asuhan keperawatan yang ditujuakan untuk
pemenuhan kebutuhaan dasar klien guna tercapainya dan dipertahankannya kondisi sehat
yang optimal. Untuk mencapai tujuan itu, dibutuhkan suatu pendekatan dengan metode
ilmiah yang sistimatis sehingga dapat memecahkan masalah klien dalam keperawatan.

A. Sifat Terintegrasi Dalam Praktik Keperawatan


Seiring dengan perkembangan keperawatan, keilmuan dalam praktik keperawatan pun turut
berkembang. Berbagai penelitian berdasarkan fenomenal yang ada di dunia pelayanan
keperawatan dilakukan. Sebelum proses keperawatan ditemukan, perawat hanya meaksanakan
tugas dan pekerjaan berdasarkan instruksi dari dokter. Hal itu seolah menunjukkan bahwa
keperawatan bukanlah suatu profesi yang mandiri dan berdasarkan ilmu. Padahal hal itulah
yang yang merupakan ciri penting suatu profesi. Tugas yang dibebankan pada perawat
dilakukan sebagai rutinitas sehingga ada yang hanya mengerjakan satu prosedur yang sama
selama bertahun-tahun. Seiring perkembangan keperawatan, berbagai penemuaan dalam dunia
keperawatan pun diperkenalkan, salah satunya adalah proses keperawatan.

c. Nilai Moral Kompetensi


 Seorang perawat mengabdikan dirinya untuk menjaga dan merawat klien tanpa
membeda-bedakan mereka dari segi apapun. Setiap tindakan dan intervensi yang
tepat yang dilakukan oleh seorang perawat, akan sangat berharga bagi nyawa orang
lain. Seorang perawat juga mengembangkan fungsi dan peran yang sangat penting
dalam memberikan asuhan keperawatan secara holistik kepada klien. (Masruroh,
2014).
 Menurut Suhaemi (2004), perkembangan dunia kesehatan yang semakin pesat kian
membuka pengetahuan masyarakat mengenai dunia kesehatan dan keperawatan. .
Pengetahuan masyarakat yang semakin meningkat, berpengaruh terhadap
meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan, termasuk
pelayanan keperawatan. Oleh karena itu, citra seorang perawat kian menjadi sorotan
(Blais,2007).
 Masyarakat ternyata sangat mengharapkan perawat dapat bersikap baik, dalam arti
lembut, sabar, penyayang, ramah, sopan santun, menghormati saat memberikan
asuhan keperawatan (Blais,2007).
 Bagi profesi keperawatan penerapan nilai etika dan moral dalam memberikan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat sangat dibutuhkan untuk meningkatkan
profesionalitas perawat dalam memberikan asuhan kepada masyarakat, tanpa
memandang latarbelakangnya (Masruroh,2014).
 Menurut Martin (1993), etika didefinisikan sebagai “the discpline which can act as
the performance index or reference for our control system”. Dengan demikian, etika
akan memberikan semacam batasan maupun standar yang akan mengatur pergaulan
manusia di dalam kelompok sosialnya. Nilai merupakan keyakinan terhadap suatu
ide, tingkah laku, kebiasaan atau objek yang menyusun suatu standar yang dapat
mempengaruhi tingkah laku seseorang (Rokeach, 1973 dalam Potter & Perry, 2005).
Maka orang yang telah memiliki nilai tertentuakan dipilih, ditafsirkan, dibenarkan
dan diutamakan lebih tinggi dari yang lain (Potter & Perry, 2005).
 Ismani (2001), mengartikan nilai-nilai perawat secara umum yaitu sesuatu yang
berharga dan keyakinan yang dipegang oleh seorang perawat sesuai dengan tuntutan
hati nuraninya yang kemudian menjadi budaya dan melekat pada diri perawat.
Seperti yang dinyatakan oleh Horton, Tschudin, dan Forget (2007) nilai perawat
secara umum dipengaruhi oleh perbedaan budaya, globalisasi dan majunya teknologi
dan obat-obatan. Maka nilai yang dianut perawat tersebut berasal dari komponen
kognitif, selektif, afektif dan tindakannya (Uustal, 1992 dalam Potter & Perry, 2005).
Dimana seorang perawat dalam berpikir, memilih, merasa, dan bertindak berdasarkan
kepentingan nilai pribadinya.
 Potter dan Perry (2005), membagi nilai-nilai perawat menjadi nilai personal dan
perofesional. Nilai personal perawat adalah seperangkat keyakinan dan sikap-sikap
pribadi perawat tentang kebenaran, keindahan, dan penghargaan dari suatu
pemikiran, objek, dan perilaku yang berorientasi pada tindakan, pemberian arah serta
makna pada kehidupannya (Simon, 1973 dalam Ismani, 2001). . Nilai-nilai yang
ditanamkan kepada seorang perawat oleh lingkungannya itu membentuk cara
pandang dan sikap hidupnya. Sikap hidup itu tampak secara nyata dalam perilaku
sebagai kebiasaan. Kebiasaan dalam nilai-nilai itu menumbuhkan tabiat. Tabiat
memancarkan tindakan dan perbuatan melalui kemauan (Tarmizi, 2003).
 Menurut Suhaemi (2004), sebuah profesi terutama perawat hanya dapat memperoleh
kepercayaan dari masyarakat, bilamana dalam diri para elit profesional tersebut ada
kesadaran kuat untuk mengindahkan nilai etika profesi pada saat mereka ingin
memberikan jasa pelayanan keahlian profesi kepada masyarakat yang
memerlukannya. Sebagai contohnya adalah pada profesi hukum dikenal adanya
mafia peradilan, demikian juga pada profesi dokter dengan pendirian pelayanan
klinik super spesialis di daerah mewah, sehingga masyarakat miskin tidak mungkin
menjamahnya, dan perawat melakukan asuhan keperawatan dengan menargetkan
pasien yang mempunyai tingkat pengetahuan yang baik dan menolak pasien dengan
pengetahuan yang rendah (Jormsri,2005).
 para tenaga medis dan professional elit lainnya untuk lebih mengutamakan nilai dan
moral sebagai pegangan dalam memajukan profesi keperawatan agar pemenuhan
pelayanan kesehatan yang baik dapat tercapai dan tidak dipandang sebelah mata
(Brown,2005).

B. Dari Kompetensi ke Ekstensi


1. Pengertian Kompetensi
Kompetensi dapat didefinisikan sebagai suatu karakteristik dasar individu yang
memiliki hubungan kausal atau sebab akibat dengan kriteria yang dijadikan acuan,
efektif atau berpenampilan superior di tempat kerja pada situasi tertentu (Nursalam,
2008).
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI Indonesia, 2005) menguraikan
kompetensi sebagai kemampuan yang dimiliki seseorang untuk melakukan suatu
pekerjaan didasari oleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap sesuai dengan petunjuk
kerja yang di tetapkan serta dapat terobservasi.
2. Karakteristik Kompetensi
Ada 4 hal yang menjadi karakteristik kompetensi, yaitu :
a. Motif
Sesuatu yang secara konsisten dipikirkan atau diinginkan oleh seseorang
yang akan menyebabkan munculnya suatu tindakan.
b. Bawaan
Berupa karakteristik fisik atau kebiasaan seseorang dalam merespon
suatu situasi atau informasi tertentu.
c. Pengetahuan Akademik
Perawat harus memiliki informasi pada area yang spesifik. Pengetahuan
merupakan kompetensi yang kompleks.
d. Keahlian
Keahlian (skill) kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik dan mental.

3. Pengertian Kompetensi Keperawatan


Kompetensi seorang perawat adalah sesuatu yang terlihat secara menyeluruh
oleh seseorang perawat dalam memberikan pelayanan profesional kepada klien,
mencakup pengetahuan, ketrampilan, dan pertimbangan yang dipersyaratkan dalam
situasi praktik Kompetensi perawat merefleksikan atas kompetensi yang diharapkan
dimiliki oleh individu yang akan bekerja di bidang pelayanan keperawatan (PPNI
Indonesia, 2005).
Cakupan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh setiap perawat Indonesia
pada semua jenjang (PPNI Indonesia, 2005) :
a. Menerapkan prinsip etika dalam keperawatan
b. Melakukan komunikasi interpersonal dalam Asuhan
keperawatan
c. Mewujudkan dan memelihara lingkungan keperawatan yang
aman melalui jaminan kualitas dan manajemen risiko (patient
safety)
d. Melakukan tindakan-tindakan untuk mencegah cedera pada
Klien
e. Memfasilitasi kebutuhan oksigen
f. Memfasilitasi kebutuhan elektrolit dan cairan
g. Mengukur tanda-tanda vital
h. Menganalisis, menginterpertasikan dan mendokumentasikan
data secara akurat
i. Melakukan perawatan luka
j. Memberikan obat dengan aman dan benar
k. Mengelola pemberian darah dengan aman

Kompetensi dalam dunia keperawatan mencerminkan hal- hal sebagai berikut :


a. Pengetahuan, pemahaman, dan pengkajian.
b. Serangkaian keterampilan kognitif, teknik psikomotor, dan
interpersonal.
c. Kepribadian dan sikap serta perilaku.

4. Standar Kompetensi Perawat (SKP)


Standar adalah ukuran atau patokan yang dijadikan sebagai
acuan (PPNI, 2005). Kompetensi merupakan tingkat
penampilan/kinerja yang ditunjukkan dengan penerapan pengetahuan
ketrampilan dan pertimbangan yang efektif sehingga dengan
menguasai kompetensi tersebut, maka perawat akan mampu
melakukan hal- hal berikut ini :
a. Mengerjakan suatu tugas/ pekerjaan (task skills),
b. Mengorganisasikan agar pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan
(task management skills),
c. Memutuskan apa yang harus dilakukan bila terjadi sesuatu
yang berbeda dengan rencana semula (contigency management
skills).

Tujuan dari penyusunan standar kompetensi :


a. Lembaga pelatihan keperawatan
b. Dunia usaha/industri dan penggunaan tenaga kerja
c. Institusi penyelengara pengujian dan sertifikasi

5. Pengertian Ekstensi
Ekstensi adalah penanda yang menunjukkan suatu tindakan, biasanya
digunakan untuk menentukan tindakan apa saja yang boleh dilakukan dalam sebuah
operasi.

C. Kebijaksanaan Praktik
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, nomor
HK.02.02/MENKES/1484/I/2010 tentang Izin dan penyelenggaraan praktik perawat,
terdiri dari 6 Bab 17 pasal dan 2 lampiran.
Bab 1 mengenai Ketentuan umum,(2) perizinan ,(3) penyelenggaran
praktik, (4) pembinaan dan pengawasan, (5) ketentuan peralihan dan
(6) mengenai ketentuan penutup. Lampiran 1 berisi formulir
permohonan surat ijin praktik perawatan dan lampiran 2 Surat ijin
praktik Perawat.

2. Tujuan Kebijaksanaan
Mengatur perizinan dan penyelenggaraan praktik perawat, baik mandiri
maupun diluar praktik mandiri .

3. Sifat Kebijakan
Kebijakan ini bersifat proaktif karena memiliki suatu kemampuan prediktif
terhadap hal-hal yang kemungkinan dapat terjadi terkait dengan prakyik perawat
sehingga perlu di berlakukan suatu aturan agar hal tersebut tidak terjadi.

4. Karakteristik
 Bersifat Protektif
Kebijakan ini dibuat dalam rangka untuk melindungi perawat (pemberi
pelayanan keperawatan) dan penerima layanan keperawatan dalam hal ini
masyarakat.

5. Level kebijakan
Kebijakan ini pada level makro karena berlaku di seluruh wilayah Indonesia
dan ditetapkan oleh Mentri Kesehatan.

E. Good Nurses
1. Definisi Perawat
 Perawat adalah seseorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan
kewenangan untuk memberikan asuhan keperawatan pada orang lain
berdasarkan ilmu dan kiat yang dimilikinya dalam batas-batas kewenangan
yang dimilikinya. (PPNI, 1999; Chitty, 1997).
 Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam
maupun di luar negeri dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. (Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1239/MenKes/SK/XI/2001
tentang Registrasi dan Praktik Perawat pada pasal 1 ayat 1).
 Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan
yang memenuhi syarat serta berwenang di negeri bersangkutan untuk
memberikan pelayanan keperawatan yang bertanggung jawab untuk
meninkatkan kesehatan, pencegahan penyakit dan pelayanan penderita sakit.
(ICN (International Council of Nursing), 1965).
 Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan baik didalam maupun
diluar negeri sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (Permenkes,
2010).
 Perawat adalah seorang yang memiliki kemampuan dan kewenangan
melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang
diperoleh melalui pendidikan keperawatan. (UU Kesehatan No 23 tahun 1992).

2. Definisi Keperawatan.
 Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan professional yang
merupakan bagian integral dari layanan kesehatan berbasis ilmu dan kiat
keperawatan, yang berbentuk bio-psiko-sosio-spiritual komprehensif.
(Lokakarya keperawatan nasional, 1983).
 Keperawatan juga di artikan sebagai konsekuensi penting bagi individu yang
menerima pelayanan, profesi ini memenuhi kebutuhan yang tidak dapat
dipenuhi oleh seseorang, keluarga atau kelompok di komunitas. (Committe on
Education American Nurses Association).
 Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif
serta ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun
sehat secara berkualitas (Kozier, 1995).

3. Cara Bagaimana Menjadi Perawat Yang Baik


Berikut berbagai hal penting untuk menjadi perawat yang baik :
 Memiliki pendidikan yang sah, perawat adalah profesi yang didapatkan melalui
tahapan pendidikan yang berjenjang dan mempunyai legalitas yang diakui oleh
profesi lain sehingga jika ingin menjadi perawat yang baik harus mempunyai
pendidikan perawat yang sah yang diakui oleh Negara dan profesi lain.
 Mampu menjalankan hak dan kewajiban sebagai seorang perawat, sebelumnya
didahului dengan memahami hak dan kewajiban tersebut.
 Mempunyai standar kompetensi dan patuh pada kode etik profesi, Standar
komptensi akan dimiliki oleh sorang prawat dalam jenjang pendidikan formal
ataupun pelatihan-platihan di luar pendidikan formal yang sesuai dengan kode
etik profesi.
 Mampu memahami dan menjalankan peran,fungsi,dan tugas sebagai perawat,
jika dilaksanakan dan dipahami dengan baik akan menciptakan pelayanan
keperawatan yang komperhensif dan profesional.
 Mampu memberi kepuasan pada pasien, meliputi kecepatan & ketepatan dalam
pemberian pelayanan, senyum dan tulus, Kepuasan pasien merupakan tolak
ukur dari hasil kinerja perawat dalam melakukan pelayanan.
 Bersikaplah Komunikatif dengan pasien dan berdedikasi tinggi dalam merawat
pasien, Karena pelayanan utama perawat adalah seorang manusia maka
seorang perawat dituntut untuk memiliki keahlian berkomunikasi yang baik
dalam berintraksi dengan pasiennya.
 Terus mengupgrade dan belajar ilmu keperawatan terbaru sehingga
keterampilan sebagai perawat semakin baik, Karena keilmuan dan teknologi
dalam bidang keperawatan semakin maju menjadikan seorang perawat harus
mnggali dan mempelajari ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
berkembang dalam bidang keperawatan.

Di dalam literatur yang lain dikatakan bahwa ingin menjadi perawat yang baik harus
memiliki :

 Murah senyum
 Sabar
 Penampilan menarik dan sopan
 Sesuai dengan keahliannya / bekerja sesuai dengan SOP

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik perawat ideal atau baik menurut
subjek terdiri dari beberapa komponen, yaitu :

 Kognitif (pengetahuan)
 Emosi (psikologis)
 Psikomotor (skill)
 Fisik
 Spritualitas
 Kreatif dan inovatif
 Disiplin
 Ramah
 Sabar
 Baik

Kehadiran dan kepedulian

1. Kepedulian Yang Alami Dalam Konteks Etis.


Noddings menggunakan istilah etis untuk asuhan yang diberikan karenadidorong oleh
keinginan untuk menjadi pribadi yang peduli, bukan karena rasa peduli yang alami
Perawat initetap melakukannya juga karena ingin menjadi perawat yang
peduliKonsekuensinya,keinginan menjadi perawat yang peduli memunculkan inisiatif
untuk peduli padaorang lain, tetapi seorang perawat dikatakan perawat yang peduli
hanya ketika dia berusaha meningkatkan kesejahteraan orang lain, dan dengan demikian
iamemenuhi nilai moral keperawatan. Menginterprestasi kepedulian yang etis sebagai
kepedulian yang ditunjukankarena menghargai kepedulian, bukan hanya karena ingin
menjadi orang yang peduli, membuat kepedulia yang etis berkurang sifat egosentrisnya.
Sementara,asuhan yang diberikan karena menghargai nilain kepedulian, sehingga
munculkeinginan untuk menjdai pribadi yang peduli, dikatakan etis.
Peduli dan etika peduli merupakan karakter atau falsafah yang mendasar bagi manusia,
yang di dalamnya terkandung prinsip, nilai, dan sikap yang dapat mewujudkan
kehidupan yang baik dan tindakan yang benar. Peduli memberi jawaban terhadap
pertanyaaan mendasar What is to be human being? (Boff: 2008). Dengan kata lain,
peduli merupakan persyaratan mendasar dan penting untuk kelangsungan hidup dan
keberhasilan, serta kehidupan yang sehat (Barnes: 2012).Menaruh kepedulian
diwujudkan dalam usaha kita untuk memelihara, melanjutkan, dan memperbaiki bumi
yang kita tempati sehingga kita bisa hidup nyaman dan baik. Dalam konteks ini, dunia
mencakup pengertian jasmani, diri kita (jiwa) dan lingkungan kita yang kesemuanya
saling berkaitan. (Tronto: 1993)Peduli (care) berasal dari bahasa Latin, coera, yang
galibnya digunakan dalam konteks relasi cinta dan persahabatan. Care mengungkap
perilaku peduli, pengabdian, perhatian, dan kekhawatiran terhadap seseorang yang
dicintai atau suatu benda yang menjadi favorit seseorang. Kata care juga berasal dari
kata cogitare-cogitus yang berarti merenung, berpikir, menaruh perhatian, menunjukkan
minat, menegaskan sikap, mengabdi, dan perhatian.Jadi, care berarti pengabdian,
komitmen, kecerdasan, entusiasme, dan perlakuan baik (Boff: 2008). Dengan kata lain,
peduli mengandung dua sikap yang saling berkaitan, yaitu 1) sikap mengabdi, komitmen
dan menaruh perhatian kepada orang lain, dan 2) perhatian lantaran seseorang memiliki
rasa peduli untuk ambil bagian (berbagi) dan secara emosi merasa mempunyai hubungan
dengan orang lain (Boff: 2008).Berkepedulian menunjukkan perhatian, rasa bertanggung
jawab yang diwujudkan dengan tindakan nyata, yang bukan untuk menggapai
kepentingan dirinya. Jika kita mengklaim peduli terhadap kelaparan yang menimpa
masyarakat dunia, misalnya, lantas tidak melakukan upaya atau ambil bagian untuk
mengatasi masalah, kita tidak disebut orang-orang berpedulian terhadap kelaparan yang
menimpa masyarakat dunia (Tronto: 1993) alias ngomong doang.
Fungsi care
Ada tiga fungsi;
1. pertama, peduli juga dipahami sebagai cara untuk mengonseptualisasi hubungan
personal dan sosial. Hal ini mencakup relasi yang intens, akrab dan personal,
seperti peduli terhadap orang yang berusia lanjut, orang sakit, berkebutuhan
khusus (disabilitas), dan apresiasi terhadap akibat (hasil) dari 'gawe-gawe
kemasyarakatan' seperti memelopori program literasi. Peduli juga mencakup
persahabatan yang dilahirkan lantaran aktivitas politik atau pembuatan kebijakan,
kegiatan peduli lingkungan fisik yang dikerjakan secara pribadi dan atau
kelompok, rukun tetangga, dan lingkungan yang lebih luas, juga kesejahteraan
sosial (Barnes: 2012).
2. Kedua, peduli dalam pengertian mengevaluasi. Care mengandung sederet nilai
atau prinsip moral sebagai dasar atau cara untuk melihat sesuatu yang berkaitan
dengan kehidupan manusia, keberhasilan dan kelangsungan kehidupan, yakni
apakah care tampak dalam berbagai relasi dan konteks kehidupan seperti relasi
pribadi/individu, relasi kerja dan persahabatan, proses pembuatan keputusan
politik dan lainnya, yang mengondisikan kehidupan kita, baik secara individu,
kelompok maupun masyarakat. (Barnes: 2012 dan Slote: 2007)
3. Ketiga, care dalam praktik. Adalah kemampuan untuk mengenali dan
menerapkan care. Bukan hanya tahu tentang makna peduli (care about),
melainkan juga mengamalkan care dalam kehidupan (care for) dalam berbagai
konteks dan mengembangkannya dalam konteks yang beragam. (Barnes: 2012)

2 . Keinginan Moral Yang Selalu Bertentangan Dan Keterbatasan Waktu


Dalam praktik keperawatan, perawat mampu dan sering kali secara alami merawat
indi"idu pada keadaan yang memaksa mereka untuk menetapkan pilihanmoral sehubung
dengan keterbatasan waktu....Misalnya,
pada suatu akhir dinas seorang perawat menghadapi beberapa situasi yang melibatkan
kepedulian yangalami. Salah seorang pasien yang baru beberapa jam pascaoperasi perlu
di kateterisasi pasien yang lain mengalami nyeri hebat pascaoperasi tanpa ada program
pascaoperasi tertentu. pasien ketiga merasa cemas membayangkan kepulangannya ke
rumah karena tak seorangpun berada di rumah untuk membntunya keluar rumah sakit.
Perawat secara alami peduli pada masing-masing pasien ini, Perawat siap merawat setiap
pasien yang membutuhkan perawatannya. Akhirnya, bagi semua orang yangterpanggil
untuk peduli, keterbukaan dan kesediaan untuk terlibat adalahkewajiban moral yang
harus dipenuhi
Ada 8 prinsip etika keperawatan yang wajib diketahui oleh perawat dalam memberikan
layanan keperawatan kepada individu, kelompok/keluarga, dan masyarakat.
Otonomi (Autonomi)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa mampu memutuskan sesuatu dan
orang lain harus menghargainya. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan
individu yang menuntut pembedaan diri. Salah satu contoh yang tidak memperhatikan
otonomi adalah Memberitahukan klien bahwa keadaanya baik, padahal terdapat
gangguan atau penyimpangan

Beneficence (Berbuat Baik)


Prinsip ini menentut perawat untuk melakukan hal yang baik dengan begitu dapat
mencegah kesalahan atau kejahatan. Contoh perawat menasehati klien tentang program
latihan untuk memperbaiki kesehatan secara umum, tetapi perawat menasehati untuk
tidak dilakukan karena alasan risiko serangan jantung.

Justice (Keadilan)
Nilai ini direfleksikan dalam praktik profesional ketika perawat bekerja untuk terapi
yang benar sesuai hukum, standar praktik dan keyakinan yang benar untuk memperoleh
kualitas pelayanan kesehatan. Contoh ketika perawat dinas sendirian dan ketika itu ada
klien baru masuk serta ada juga klien rawat yang memerlukan bantuan perawat maka
perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor dalam faktor tersebut kemudian
bertindak sesuai dengan asas keadilan.

Non-maleficence (tidak merugikan)


Prinsi ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.
Contoh ketika ada klien yang menyatakan kepada dokter secara tertulis menolak
pemberian transfusi darah dan ketika itu penyakit perdarahan (melena) membuat
keadaan klien semakin memburuk dan dokter harus mengistruksikan pemberian transfusi
darah. akhirnya transfusi darah tidak diberikan karena prinsip beneficence walaupun
pada situasi ini juga terjadi penyalahgunaan prinsip nonmaleficince.

Veracity (Kejujuran)
Nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki oleh seluruh pemberi
layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setia klien untuk meyakinkan
agar klien mengerti. Informasi yang diberikan harus akurat, komprehensif, dan objektif.
Kebenaran merupakan dasar membina hubungan saling percaya. Klie memiliki otonomi
sehingga mereka berhak mendapatkan informasi yang ia ingin tahu. Contoh Ny. S masuk
rumah sakit dengan berbagai macam fraktur karena kecelakaan mobil, suaminya juga
ada dalam kecelakaan tersebut dan meninggal dunia. Ny. S selalu bertanya-tanya tentang
keadaan suaminya. Dokter ahli bedah berpesan kepada perawat untuk belum
memberitahukan kematian suaminya kepada klien perawat tidak mengetahui alasan
tersebut dari dokter dan kepala ruangan menyampaikan intruksi dokter harus diikuti.
Perawat dalam hal ini dihadapkan oleh konflik kejujuran.

Fidelity (Menepati janji)


Tanggung jawab besar seorang perawat adalah meningkatkan kesehatan, mencegah
penyakit, memulihkan kesehatan, dan meminimalkan penderitaan. Untuk mencapai itu
perawat harus memiliki komitmen menepati janji dan menghargai komitmennya kepada
orang lain.

Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien. Dokumentasi
tentang keadaan kesehatan klien hanya bisa dibaca guna keperluan pengobatan dan
peningkatan kesehatan klien. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan harus dihindari.

Accountability (Akuntabilitasi)
Akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional dapat dinilai
dalam situasi yang tidak jelas atau tanda tekecuali. Contoh perawat bertanggung jawab
pada diri sendiri, profesi, klien, sesame teman sejawat, karyawan, dan masyarakat. Jika
perawat salah memberi dosis obat kepada klien perawat dapat digugat oleh klien yang
menerima obat, dokter yang memberi tugas delegatif, dan masyarakat yang menuntut
kemampuan professional.
3. Kepedulian Dalam Praktik
Noddings membatasi interpretasinya paada kepedulian pada sisi subjektif pertemuan
dengan orang lain.Saya peduli pada orang lain ketika saya terserap kedalam situasi mereka
sehingga perhatian saya bergeser dari kesejahtraan dirisendiri menjadi kesejahtraan orang
lain.Pergeseran ini mendorong saya mengambil tindakan.Saya harus mengambil tindakan
demi memerangi mereka yang tidak bertoleransi,demi meredakan nyeri,memenuhi
kebutuhan dan mewujudkan impian”. Apabila etika dalam keperawatan berfokus pada
nilai moral keperawatan maka,ketika perawat bertindak untuk memenuhi nilai
tersebut,dapat dikatakan ia bermoral,baik ia bertindak karena kepedulian yang alami
ataupun karena keinginan untuk menjadi pribadi yang peduli.Kepedulian yang alami lebih
disukaiketimbang kepedulian yang etis karena kepedulian yang alami secara langsung
meningkatkan kesejahteraan mereka yang sakit dan dalam keadaan yanglemah,dan tidak
memerlukan fokus ulang dari untuk menjadi perawat yang peduli atau keinginan untuk
menghargai kepedulian itu sendiri menjadi kepedulian terhadap kesehjahteraan pasien.
Kepedulian yang etis tampaknya merupakantambahan bagi kepedulian yang alami,dalam
arti bahwa kepedulian yang etis diperlukan hanya bila kepeduliaan yang alami tidak
adekuat.*isi baiknya,perawatyang bermoral baik akan meningkatkan kesejahtraan pasien
sebagai tindakan kepedulian yang alami kapanpun memungkinkan,tetapi jika seorang
perawat tidak memiliki kepedulian yang alami, ia akan tetap menujukkan kepedulian
kerena kepedulian yang etis.
Maka penelitian ini sesuai dengan pendapat Menurut Crandall (1991) Bahwa aspek
kepedulian sosial itu antara lain Motivation (dorongan berjuang), Cognitive (pemahaman,
identifikasi), Emotion (empati, simpati), Behavior (kerjasama, kontribusi terhadap
kesejahteraan umum) berpengaruh pada diri setiap individu manusia

4. Refleksi Diri

Adalah suatu perilaku yang sangat dibutuhkan oleh seluruh masyarakat, termasuk yang
memiliki latar belakang kesehatan, dalam artian lebih jelas adalah dokter Dikarenakan,
refleksi diri adalah proses untuk menjadikan pengalaman-pengalaman yang telah
didapatkan, diubah menjadi sebuah pengetahuan (kemampuan cognitive), skill, dan
perilaku (attitude). Hal yang termasuk dalam cakupan refleksi diri adalah ketika seseorang
mengalami suatu masalah dalam hidupnya atau likaliku dalam hidup, maka ia
memikirkannya setelah menyelesaikan masalah itu.Tidak hanya berhenti dengan
memikirkan dengan kritis, tetapi juga ia menjadikan suatu penyelesaian atau bahkan
masalah yang telah ia hadapi tersebut dengan mengubahnya menjadi sebuah pengetahuan
dan wawasan untuk menghadapi rintangan hidup ke depannya Saat itulah refleksi diri
dibutuhkan Karena refleksi adalah bentuk pembelajaran dari pengalaman yang telah
dilalu .Kemudian, refleksi memerlukan analitis kritis dan konstruktif terhadap pengalaman
tersebut termasuk pembentukan hungan individu dengan situasi tersebut ataupun
membentuk struktur baru yang mendasari skema pengetahuan.
Manfaat Refleksi Diri
Ada beragam manfaat refleksi diri yang bisa Anda peroleh, antara lain:

1. Memahami kelebihan dan kekurangan diri


Melakukan refleksi diri bisa membantu Anda memahami kelebihan dan kekurangan yang
ada pada diri Anda dengan lebih baik.Hal ini kemudian dapat Anda manfaatkan untuk
mengembangkan kelebihan Anda menjadi sesuatu keterampilan yang konkret. Sementara
dengan mengetahui kekurangan, Anda bisa mengetahui batasan Anda dalam mengerjakan
sesuatu.

2. Menemukan pelajaran berharga


Refleksi diri juga dapat membantu Anda memperoleh perspektif baru dan hikmah dari hal-
hal yang telah Anda alami. Ini memungkinkan Anda untuk bersikap optimis akan masa
depan, karena Anda telah mengetahui bahwa hal terburuk di masa kini bisa jadi
bermanfaat untuk masa depan.

3. Menanggapi sesuatu dengan lebih bijak


Saat dihadapkan pada suatu keadaan atau masalah, kita kerap kali merespons keadaan
tersebut tanpa berpikir panjang. Padahal, hal ini dapat menyebabkan timbulnya perkataan
atau reaksi kurang baik yang mungkin akan kita sesali di kemudian hari.

Refleksi diri bisa membuat Anda lebih paham mengenai konsekuensi dari kata-kata dan
tindakan Anda. Dengan begitu, ke depannya Anda bisa mempertimbangkan tindakan
terbaik yang bisa Anda lakukan pada situasi-situasi tertentu.

Cara Menerapkan Refleksi Diri


Berikut adalah beberapa cara menerapkan refleksi diri di dalam kehidupan sehari-hari:

1. Siapkan pertanyaan-pertanyaan penting

Sebelum melakukan refleksi diri, Anda perlu menyiapkan beberapa pertanyaan penting
untuk Anda jawab sendiri. Beberapa contoh pertanyaan tersebut antara lain:Apa ketakutan
terbesar saya? Bagaimana ketakutan tersebut mempengaruhi kehidupan saya?Apa
penyesalan terbesar saya? Bagaimana cara saya bisa lepas dari penyesalan tersebut?
Adakah cara yang bisa membuat saya menjadi teman, rekan kerja, atau pasangan yang
lebih baik?Selain pertanyaan-pertanyaan di atas, Anda juga bisa menyiapkan berbagai
pertanyaan lainnya, misalnya pertanyaan yang mungkin ada di pikiran Anda selama ini,
tetapi belum mampu Anda jawab.
2. Pilih metode yang sesuai

Setelah menentukan pertanyaan untuk proses refleksi diri, pilihlah metode refleksi diri yang
nyaman untuk Anda lakukan.Berbagai metode refleksi diri yang bisa Anda pilih antara lain
bermeditasi, berjalan, berlari, atau menulis. Sambil melakukan metode yang Anda pilih,
jawablah pertanyaan-pertanyaan refleksi diri yang telah Anda siapkan sebelumnya.Ingat, saat
menjawab pertanyaan refleksi diri, Anda harus jujur kepada diri sendiri terkait apa yang
Anda pikirkan dan rasakan Jika pertanyaan tersebut sudah mampu Anda jawab, kemudian
cobalah pikirkan apakah ada hal-hal yang mungkin bisa Anda pelajari dari sana. Bila ada,
Anda bisa menerapkan pelajaran itu pada kehidupan sekarang.

3. Jadwalkan waktu refleksi diri


Menetapkan jadwal akan membantu Anda terbiasa untuk melakukan refleksi diri. Cobalah mulai
dalam waktu yang singkat terlebih dahulu, misalnya 10 menit, kemudian tambahkan rentang
waktunya perlahan-lahan. Dengan melakukannya secara teratur, Anda akan merasakan manfaat
refleksi diri dengan maksimal.Namun, ingat bahwa tujuan melakukan refleksi diri bukanlah
untuk menyalahkan diri sendiri atau menyesali hal yang telah terjadi dalam hidup. Sebaliknya,
refleksi diri dilakukan agar kita bisa belajar dan mampu membuat perubahan ke arah yang lebih
baik di masa mendatang.Bila selama ini Anda merasa memiliki banyak kesalahan atau banyak
menyesali hal yang terjadi di masa lalu, bisa jadi refleksi diri yang Anda lakukan tidak benar.
Hal ini tidak boleh dipelihara karena tidak baik untuk self-esteem dan kesehatan mental
Anda.Jika ini terjadi pada Anda, jangan sungkan untuk berkonsultasi kepada psikolog. Dengan
begitu, Anda bisa dibimbing untuk membentuk sudut pandang baru yang lebih baik terhadap hal-
hal yang tadinya negatif bagi Anda.

5. Panggilan Profesi

Penekanan yang diberikan Pallegrino pada nilai moral profesi ditunjukkan pada perawat
dan dokter walaupun dalam ilustrasinya tentang nilai moral,ia mengambil contoh dari
hubungan dokter dan pasien. Pallegrino menyatakan bahwa hubungan atara dokter dan
pasien bermula dari permintaan konkret yang disampaikan seseorang yang sakit dan
mencari pertolongan untuk mendapatkan perawatan.Dokter menerima permintaan tersebut
dengan bertindak dalam kerangka profesi yang memungkinkannya mengklaim membantu
pasiendan menggunakan pengetahuan dan keterampilan demi kesehjahteraan
pasienmerupakan hakikat sebuah profesi. Dengan demikian,suatu profesi memiliki
landasan moral yang memungkinkan seorang pfofesional mengklaim akan terwujudkan
kesejahteraan mereka yang meminta bantuan darinya. Dengan mengesampingkan
perbedaan antara asuhan keperawatan dan perawatan medis, hubungan kepedulian
memanggil perawat dan dokter kedalamhubungan hubungan bersama pasien yang
melibatkan belas kasihan,asuhanlangsung, pengetahuan dan keahlian,serta keterampilan
.Asuhan keperawatan berkenan dengan asuhan yang berkesinambungan dengan
jaringaninteraksi antara perawat dan pasien. Di Indonesia,belum terbiasanya Perawat
dipanggil dengan gelar profesinya. Baik oleh masyarakat, oleh sejawatnya, maupun dari
insan kesehatan, karena belum serangamnya julukan atau panggilan yang tepat untuk
profesi Perawat. Kecendrungan, Perawat dipanggil namanya saja atau kalau Perawat senior
akan dipanggil Pak atau Ibuk. Bahkan, didaerah tertentu Perawat dipanggil sebagai mantri
dan bruder (laki-laki) dan suster untuk Perawat perempuan.Padahal, Perawat merupakan
suatu profesi, pengakuan tersebut dikukuhkan saat Lokakarya Nasional di Jakarta Januari
1983 dan secara konstitusi diakui pula dengan lahirnya Undang-Undang Keperawatan
Nomor 38 Tahun 2014. Jadi tidak ada yang bisa membantah bahwa Perawat adalah
profesi. Pada Bab IV Undang-Undang Keperawatan Nomor 38 Tahun 2014 tentang STR
(Surat Tanda Registrasi) menjelaskan Perawat adalah profesi yakni memiliki ijazah
pendidikan tinggi Keperawatan. Memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat
Profesi.Memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji profesi. Membuat
pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.

Ciri-ciri profesi adalah memiliki latar belakang pendidikan dan keahlian yang unik dan
spesifik, serta memiliki sumpah profesi dan pengabdian pada masyarakat. Yang namanya
profesi wajib dihargai, sebagai contoh profesi dokter. Dokter akan dipanggil dokter
sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan, ada juga ahli agama misalnya, akan
dipanggil Ustad (islam) atau Pendeta ( kristen). Termasuk ahli hukum disebut pengacara.

Dalam Undang-Undang Keperawatan Nomor 38 Tahun 2014 Perawat terbagi dua,


diantaranya Perawat Vokasional dan Perawat Profesional. Hal ini menjadi dilema, yang
dimaksud Perawat Vokasional adalah Perawat tamatan Diploma 3 Keperawatan ( Akper)
dan yang dimaksud Perawat Profesional yaitu Sarjana Keperawatan + pendidikan profesi
Ners atau lanjut lagi spesialis di bidang Keperawatan. Bagi lulusan pendidikan profesi
Ners, mereka sepakat dipanggil sebagai Ners, hal itu diakui pula secara akademik oleh
universitas tempat penyelenggara pendidikan tinggi Keperawatan. Hal tersebut juga
diungkapkan oleh Ns.Yeni Ariani,M.Kep saat diskusi daring di Forum Perawat Peduli
Indonesia.

Ia menuliskan, "Mari biasakan dengan panggilan Ners. Saya salut dengan teman-teman
Ners di Makassar, baik senior dan junior selalu memanggil Ners." Dan, Ns.Yeni
Ariani,M.Kep menambahkan, " Karena semua teman saya di Makassar lulusan S1, yang
lulusan D3 Keperawatan nggak tau ya, apa dipanggil Ners juga di Makassar." Jelasnya.
Maknanya, belum ada kepastian keseragaman panggilan Ners untuk Perawat. Padahal
dalam grup diskusi tersebut, Makassar digadang-gadang sebagai daerah yang telah
memulai menerapkan selalu memanggil Ners pada sesama Perawat, tapi belum universal
( menyeluruh) baik lulusan D3 Keperawatan maupun Sarjana Keperawan Senada dengan
pendapat di atas diungkapkan oleh "urang awak" yang berasal dari Kabupaten Pesisir
Selatan, Sumbar, saat ini ia calon Doktoral ilmu Keperawatan dari Universitas Indonesia,
bergelar Ns.Budi Mulyadi, Sp.Kom.Ia menyatakan, "Tanggapan saya tentang panggilan
Ners. Benar harus dibiasakan. Bagi teman-teman yang telah lulus Ners. Karena gelar
profesi adalah panggilan. Saya senang dan bangga teman-teman di Sulawesi Selatan sudah
lama memulainya. Bagi teman teman perawat yg tidak lulus Ners tidak berhak di panggil
Ners."

6. Panggilan Konkert

Seperti hanya pellegrino, william Fames yakin bahwa kita terpanggil untuk bermoral
melalui interaksi kita dengan orang lain nurutnya,kita terpanggil untuk melakukan
tindakan moral ketika oranglain membuat tuntutan konkret kepada kita.Ia berpendapat
bahwa tanpa suatuklaim nyata yang dibuat oleh beberapa orang yang konkret,tidak
mungkin adakewajiban tetapi selalu ada kewajiban ketika ada suatu klaim (Famen).
Kualitas hubungan tersebut memberi visi baru ketika beverly tentang makna menjadi
perawat yang baik,sebuah visi yang menjanjikan inspirasi dan arahan untuk asuhan
keperawatan yang diberikannya dimasa mendatang interpretasi terhadap panggilan yang
kokret ini cocok untuk etika keperawatan. Terpanggil Oleh Penderitaan Sesama Manusia
Perawat memberikan asuhan kepada pasien yang mau tak mau harus menghadapi
kematiannya sendiri dengan cara tertentu, yang membuat mereka terbuka dengan
kebutuhan mereka untuk merasakan hubungan belas kasihandengan orang lain.Perawat
sering merespons pasien dengan membangunhubungan dengan pasien dalam kerangka
konfesional profesi. Ketika memperlakukan individu sebagai pasien dalam kerangka
professional ini, perawatsering kali terkejut menemukan diri mereka mengonfrontasi
kematian merekasendiri melalui kematia pasien .Dalam menghadapi kematian secara
mutual, perawat dan pasien sereng terpanggil untuk keluar dari tempurung
konfensionalistas mereka dan masuk kedalam kepedulian yang otenik dan berbelas kasihan
satu sama lain.

7. Terpanggil Oleh Belas Kasih

Suatu contoh kelasik asuhan keperawatan yang diberikankan karena keinginan untuk
membantu orang lain tertentu pada situasi yang konkret adalah kisah tentang orang
Samaria yang baik hati.Seorang cedekia hukum mendatangi seorang guru dan bertanya
tentang arti sesamamanusia dalam konteks akademi. Seorang ahli filsafat akan
mengharapkan sang guru memberidefinisi sesama manusia seelah menyampaikan contoh
yang luar biasa tentangmakna sesama manusia. Namun ternyata, pertanyaan siapakan
diantara ketiga orang ini, menurut padamu, adalah sesama manusia dari orang jatuh ke
tangan penyamun itu. Dengan pertanyaan ini, sang guru mencoba mengarahkan perhatian
cendekia tersebut dari sudut pandang akademik tentangsesama manusia menjadi hubungan
konkret tentang menjadi sesama yang baik.kepada sesama seperti yang diteladankan oleh
orang samariayang baik hati itu menunjukan suatu asuhan keperawatan. Orang samaria
itutanggap terhadap luka-luka yang diderita korban perampokan itu denganmengguyurkan
minyak dan anggur pada luka, membebatnya, merawatnya sepanjang sisa hari itu, lalu
mengupayakan perawatan orang tersebut sampai pulih.

8. Panggilan Kesejatian

Panggilan kepeduliaan yang tersirat dalam etikan kesejatiaan sering terabaikan karena,
seperti dijelaskan Taylor,para pendukung maupun pengkritik menempatkan kesejatiaan
dalam dalam relati"isme etika yangmembuat pilihan itu sendiri menjadi pusat perhatiaan.
Taylor menjelaskan bahwa pilihan tidak bermakna tanpa menentukan bahwa pilihan lebih
baik dari pada yanglain.Ia berpendapat bahwa kesejatiaan secara moral bermakna ketika
hal itumembuat seseorang berkomitmen untuk memilih mengejar kualitas terbaik dengan
potensi dan situasi yang ada didunia. Perawat yang telah melakukan praktik keperawatan
dalam jangka waktulama akan mengenali bahwa sebagian besar asuhan yang diberikan
sejak awal abad ini merupakan asuhan yang bergantung. Panggilan perawat untuk
menjalankan hal-hal yang teknis harus diletakkan dalam kerangka etika
kepedulian.Panggilan terbesar bagi seorang perawat adalah panggilan kepedulia.Panggilan
untuk peduli ini, tidak seperti panggilan kompetensi teknis, sebenarnya adalah
panggilanmoaral itu sendiri. Ini berati bahwa etika keperawatan terutam berkenandengan
seberapa jauh nilai keperawatan dipenuhi oleh setiap perawat dan profesi keperawatan.

Konsep dasar etika dan kode etik keperawatan


Apa yang anda ketahui tentang etika?  Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan
moral yang merupakan istilah dari bahasa latin, yaitu “Mos” yang berarti juga adat kebiasaan
atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari
tindakan yang buruk. Etika dan moral kurang lebih sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan
sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang
dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku. Kode etik
keperawatan mengatur hubungan antara perawat dan pasien, perawat terhadap petugas, perawat
terhadap sesama anggota tim kesehatan, perawat terhadap profesi dan perawat terhadap
pemerintah, bangsa dan tanah air.

1. Pengertian etika keperawatan


Etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana sepatutnya manusia hidup
didalam masyarakat menyangkut aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang menentukan tingkah
laku yang benar, yaitu : baik dan buruk, kewajiban dan tanggungjawab. Pandangan etika menurut
perawat : etika adalah suatu pedoman yang digunakan dalam pemecahan masalah/pengambilan
keputusan baik dalam area praktik, pendidikan, administrasi maupun penelitian. Etika
keperawatan adalah suatu ungkapan tentang bagaimana perawat WAJIB bertingkah laku : jujur
terhadap pasien, menghargai pasien, serta beradvokasi atas nama pasien. Dan Kode etik
keperawatan mengatur hubungan antara perawat dan pasien, perawat terhadap petugas, perawat
terhadap sesama anggota tim kesehatan, perawat terhadap profesi dan perawat terhadap
pemerintah, bangsa dan tanah air.

2. Tujuan etika keperawatan


a. Meningkatkan pengertian tentang hubungan antar profesi kesehatan lain dan mengerti tentang
peran dan fungsi anggota tim kesehatan tersebut.
b. Mengembangkan potensi pengambilan keputusan tentang baik dan buruk yang akan
dipertanggungjawabkan kepada tuhan.
c. Mengembangkan sifat pribadi dan sikap profesional
d. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang penting untuk dasar praktik
keperawatan profesional.
e. Memberi kesempatan menerapkan ilmu dan prinsip etika keperawatan dalam praktik dan
dalam situasi yang nyata.
f. Mampu menjaga mutu profesi perawat.
g. Melaksanakan profesi perawat dengan sebaik-baiknya.
h. Mempunyai wawasan kemanusiaan.

3. Kedudukan kode etik dalam keperawatan


Kode etik adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai pedoman perilaku dan
menjadi kerangka kerja untuk membuat keputusan. Aturan yang berlaku untuk seorang perawat
indonesia dalam melaksanakan tugas atau fungsi perawat adalah kode etik perawat nasional
indonesia, dimana seorang perawat selalu berpegang teguh terhadap kode etik sehingga kejadian
pelanggaran etik dapat dihindarkan.

4. Cakupan etika keperawatan


a. Etika dalam hal kemampuan penampilan kerja
Merupakan respon terhadap tuntutan profesi lain, yang mengharapkan bahwa sesuatu yang
dilakukan oleh tenaga keperawatan memenuhi standar pelayanan yang telah ditetapkan oleh
keperawatan sendiri.
b. Etika dalam hal perilaku kemanusiawi
Merupakan reaksi terhadap tekanan dari luar, yang biasanya adalah individu atau masyarakat
yang dilayani.

5. Prinsip dan fungsi etika keperawatan


a. Respect of the autonomy (azas menghormati otonomi pasien)
Menghargai otonomi berarti menghargai manusia sebagai seseorang yang mempunyai harga diri
dan martabat yang mampu menentukan sesuatu bagi dirinya. Seorang perawat harus menghargai
harkat dan martabat manusia sebagai individu yang dapat memutuskan hal yang terbaik bagi
dirinya.

b. Beneficence (azas manfaat)


Selalu mengupayakan setiap keputusan yang dibuat berdasarkan keinginan untuk melakukan
yang terbaik dan tidak merugikan klien. Kebaikan, memerlukan pencegahan dari kesalahan atau
kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang
lain.

c. Non maleficence (azas tidak merugikan)


1) Tindakan dan pengobatan harus berpedoman “primum non nocere” (yang paling utama adalah
jangan merugikan).
2) Tidak melukai atau tidak menimbulkan bahaya atau cidera bagi orang lain atau klien.
d. Honesty (azas kejujuran)
Dokter dan perawat hendaknya mengatakan secara jujur dan jelas apa yang akan dilakukan setra
akibat yang dapat terjadi. Dalam memberikan informasi harus disesuaikan dengan tingkat
pendidikan.
Contohnya : Ny. M seorang wanita lansia dengan usia 68 tahun, dirawat di RS dengan berbagai
macam fraktur karena kecelakaan mobil. Suaminya juga ada dalam kecelakaan tersebut masuk
kerumah sakit yang sama dan meninggal. Ny. M bertanya berkali-kali kepada perawat tentang
keadaan suaminya. Dokter ahli bedah berpesan kepada perawatnya untuk tidak mengatakan
kematian suami Ny. M kepada Ny. M perawat tidak diberi alasan apapun untuk petunjuk tersebut
dan mengatakan keprihatinannya kepada perawat kepala ruangan, yang mengatakan bahwa
instruksi dokter harus diikuti. Perawat dalam hal ini dihadapkan oleh konflik kejujuran.

e. Confidentiality (azas kerahasiaan)


Dokter dan perawat harus menghormati “privacy” dan kerahasiaan pasien, meskipun penderita
telah meninggal.

f. Fidelity (azas menepati janji)


Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang
lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia klien.
Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seorang untuk mempertahankan komitmen yang telah
dibuatnya. Kesetiaan menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan
bahwa tanggungjawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatah, mencegah
penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.
g. Justice (azas keadilan)
Prinsip moral adil adalah untuk semua individu. Tindakan yang dilakukan untuk semua orang
sama. Tanpa adanya perbedaan antara pasien yang satu dan lainnya.

Hak dan kewajiban

A. HAK DAN JENIS-JENISNYA


1. Pengertian Hak

Hak adalah tuntutan seseorang terhadap sesuatu yang merupakan kebutuhan pribadinya
sesuai dengan keadilan, morlaitas, dan legalitas.

2. Pengertian Kewajiban

Kewajiban adalah tanggung jawab seseorang untuk melakukan sesuatu yang memang
harus dilakukan agar dapar dipertanggung jawabkan sesuai dengan haknya.

3. Peranan Hak
1. Mengekspresikan perasaan dalam konflik
2. Pembenaran pada suatu tindakan
3. Menyelesaikan perselisihan
4. Jenis-Jenis Hak
1. Hak kebebasan
2. Hak kesejahteraan
3. Hak legislative

B. HAK LEGAL DAN MORAL


Hak legal adalah hak yang didasarkan atas hukum dalam salah satu bentuk. Hak-hak
legal berasal dari undang-undang, peraturan hukum atau dokumen legal lainya. Jika negara,
misalnya, mengeluarkan peraturan bahwa para veteran perang memperoleh tunjangan setiap
bulan, maka setiap veteran yang memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan, berhak
untuk mendapat tunjangan tersebut.
Hak moral adalah hak pencipta karya berhak cipta yang secara umum diakui di
yurisdiksi hukum sipil dan, pada tingkat yang lebih rendah, di beberapa yurisdiksi hukum
umum. Hak moral meliputi hak atribusi, hak untuk menerbitkan karya secara anonim atau
nama samaran, dan hak atas integritas karya.
Hak legal berfungsi dalam sistem hukum, maka hak moral berfungsi dalam sistem
moral. Hak moral didasarkan atas prinsip atau peraturan etis saja.

C. BEBERAPA JENIS HAK LAINNYA


1. Hak dan Kewajiban Pasien

Hak : Kekuasaan /kewanangan yang dimiliki oleh seseorang atau suatu badan hukum
untuk mendapatkan atau memutuskan untuk berbuat sesuatu.

 Kewajiban : Sesuatu yang harus diperbuat atau yang harus dilakukan oleh seseorang
atau suatu badan hukum.
 Pasien : Penerima jasa pelayanan kesehatan dirumah sakit baik dalam keadaan
sehat maupun sakit.
a. Hak Pasien :
1. Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang
berlaku dirumah sakit.
2. Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur.
3. Pasien berhak memperoleh pelayanan medis yang bermutu sesuai dengan standar
profesi kedokteran / kedokteran gigi dan tanpa diskriminasi.
4. Paien berhak memperoleh asuhan keperawatan dengan standar profesi
keperawatan.
5. Pasien berhak memilih dokter dan kelas keperawatan sesuai dengan
keinginnyadan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit.
6. Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat klinis
dan pendapat etisnya tanpa campur tangan dari pihak luar.
7. Pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah
sakit tersebut (second opinion) terhadap penyakit yang dideritanya,
sepengetahuan dokter yang merawat.
8. Pasien berhak atas “ privacy” dan kerahasian penyakita yang diderita termasuk
data-data medisnya.
9. Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi :

a. Penyakit yang diderita tindakan medic apa yang hendak dilakukan

b. Kemungkinan penyakit sebagai akibat tindakan tsb sebut tindakan untuk


mengatasinya

c. Alternative terapi lainnya


d. Prognosanya

e. Perkiraan biaya pengobatan

10. Pasien berhak menyetujui/memberikan izin atas tindakan yang akan dilakukan
oleh dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya.

11. Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan
mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri
sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang penyakinya.

12. Pasien berhak mendampingi keluarganya dalam keadaan kritis

13. Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai dengan keagamaan / kepercayaan yang
dianut selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya

14. Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan
dirumah sakit

15. Pasien berhak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan-perlakuan rumash
sakit terhadap dirinya

16. Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moril maupun spiritual

b. Kewajiban Pasien
1. Pasien dan keluarganya berkewajiaban untuk mentaati segala peraturan dan tata
tertib rumah sakit
2. Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter dan perawat dalam
pengobatannya
3. Pasien berkewajiban memberikan informasi dengan jujue dan
selengkapnyatentang penyakit yang diderita kepada dokter yang merawat
4. Pasien dan atau pennggungnya berkewajiban untuk melunasi semua imbalan atas
jasa pelayanan rumah sakit / dokter
5. Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban memenuhi hal-hal yang telah
disepakati/perjanjian yang telah dibuatnya
6. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
7. Memperhatikan sikap menghormati atau tenggang rasa
2. Hak Dan Kewajiban Perawat

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang merupakan salah satu dari praktik
keperawatn tentunya seorang perawat memiliki hak dan kewajiban. Dua hal dasar yang harus
dipenuhi, dimana ada keseimbanagn antara tuntutan profesi dengan apa yang semestinya yang
didapatkan dari pengemban tugas secara maksimal. Memperoleh perlindungan hukum dan
profesi sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi dan Standar Oprasional
Prosedur (SOP) merupakan salah satu hak perawat yang mempertahan kredibilitasnya dibidang
hukum serta menyakut aspek legas ats dasar peraturan perundang-undangan dari pusat maupun
daerah. Hal ini seperti dipaparkan pada materi sebelumnya sedang dipertimbangkan oleh
berbagai pihak, baik dari PPNI, Organisasi profesi kesehatan yang lain, lembaga legislative serta
elemen pemerintahan lain yang berkepentingan.

Selain mendapatkan perlindungan hukum secara legal, perawat berhak untuk


memperolehinformasi yang lengkap dan jujur dari klien dan atau keluarganya agar mencapai
tujuankeperawatan yang maksimal. Jadi kepada klien dan keluarga yang berada dalam
lingkupkeperawatan tidak hanya memberikan informasi kesehatan klien kepada salah satu
profesikesehatan lainnya saja, akan tetapi perawat berhak mengakses segala informasi
mengenaikesehatan klien, karena yang berhadapan langsung dengan klien tidak lain adalah
perawat itusendiri.Hak perawat yang lain yaitu melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi
dan otonomi profesi. 8ni dimaksudkan agar perawat dapat melaksanakan tugasnya hanya yang
sesuai denganilmu pengetahuan yang didapat berdasarkan jenjang pendidikan dimana profesi
lain tidak dapatmelakukan jenis kompetensi ini. Perawat berhak untuk dapat memperoleh
penghargaan sesuaidengan prestasi, dedikasi yang luar biasa dan atau bertugas di daerah
terpencil dan rawan.

a. Hak-Hak Perawat :

1. Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuaidengan profesinya.

2.Mengembangkan diri melalui kemampuan spesialisasi sesuai latar belakang.

3.Menolak keinginan klien/pasien yang bertentangan dengan peraturan perundangan serta


standar profesi dan kode etik profesi.

4. Mendapatkan informasi lengkap dari klien pasien yang tidak puas terhadap
pelayanannya.

5.Meningkatkan pengetahuan berdasarkan perkembangan IPTEK dalam bidang


keperawatan kebidanan kesehatan secara terus menerus.

6.Diperlakukan adil dan jujur oleh rumah sakit maupun klien pasien dan atau keluarganya.

7.Mendapatkan jaminan perlindungan terhadap risiko kerja yang berkaitandengan


tugasnya.

8.Diikutsertakan dalam penyusunan!penetapan kebijakan pelayanan kesehatan dirumah


sakit.

9.Diperhatikan privasinya dan berhak menuntut apabila nama baiknya dicemarkanoleh


klien/pasien dan atau keluarganya serta tenaga kesehatan lain.
10.Menolak pihak lain yang memberi anjuran permintaan tertulis untuk melakukan
tindakan yang bertentangan dengan perundang-undangan, standar profesi dan kode etik
profesi.

11. Mendapatkan perhargaan imbalan yang layak dari jasa profesinya sesuai peraturan
ketentuan yang berlaku di rumah sakit.

12. Memperoleh kesempatan mengembangkan karir sesuai dengan bidang profesinya.

b. Kewajiban Perawat

Dalam melaksanakan praktik keperawatan perawat berkewajiban untuk memberikan


pelayanan keperawatan sesuai dengan standar profesi, standar praktek keperawatan, kode
etik,dan SOP serta kebutuhan klien atau pasien dimana standar profesi, standar praktek dan kode
etiktersebut ditetapkan oleh organisasi profesi dan merupakan pedoman yang harus diikuti
olehsetiap tenaga keperawatan. Perawat yang melaksanakan tugasnya diwajibkan untuk
merujukklien dan atau pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan yang mempunyai keahlian
ataukemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemerikasaan atau
tindakan.Hal ini juga tergantung situasi, jika lingkungan kita juga tidak memungkinkan maka
kita sebagai perawat dapat menerangkan alasan yang tepat.

Perawat wajib untuk merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang klien dan atau
pasien, kecuali untuk kepentingan hukum. Hal ini menyangkut privasi klien yang beradadalam
asuhan keperawatan karena disis lain perawat juga wajib menghormati hak-hak klien danatau
pasien dan profesi lain sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.Perawat wajib
melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakinada orang lain
yang bertugas dan mampu melakukannya. Jika dalam konteks ini memang agakmembingungkan,
saya hanya bisa menjelaskan seperti ini, pelaksanaan gawat darurat yangsangat membutuhkan
pertolongan segera dapat dilaksanakan dengan baik yaitu di rumah sakityang tercipta kerja sama
antara perawat serta tenaga kesehatan lain yang berhubungan langsung,sedangkan untuk daerah
yang jauh dari pelayanan kesehatan modern tentunya perawatkebanyakan menggunakan seluruh
kemampuannya untuk melakukan tindakan pertolongan, demikeselamatan jiwa klien.

Kewajiban lain yang jarang diperhatikan dengan serius yaitu menambah ilmu pengetahuan
dan mengikuti perkembangan ilmu keperawatan dalam meningkatkan profesionalsme.Beberapa
faktor-faktor yang membuat kita malas mengembangkan ilmukeperawata banyak sekali.

Kewajiban Perawat Meliputi

1. Perawat wajib memiliki :

a. Surat ijin Perawat (SIP) ;sebagai bukti tertulis pemberian kewenangan untuk menjalankan
pekerjaan keperawatan diseluruh wilayah Indonesia.
b.Surat ijin Kerja (SIK);sebagai bukti tertulis yang diberikan kepada perawat untuk
melakukan praktek keperawatan di sarana kesehatan.

c. Surat Ijin Praktek Perawat (SIPP); sebagai bukti tertulis yang diberikan kepada perawat
untuk menjalankan praktek perawat perorangan kelompok.

2. Perawat wajib menghormati hak-hak pasien.


3. Perawat wajib merujuk kasus yang tidak dapat ditangani.
4. Perawat menyimpan rahasia pasien sesuai dengan peraturan perundang-nundangan yang
berlaku.
5. Perawat wajib memberikan informasi kepada pasien/keluarga yang sesuai batas-batas
kewenangan perawat
6. Meminta persetujuan setiap tindakan yang akan dilakukan oleh perawat sesuai dengan
kondisi pasien baik secara tertulis maupun secara lisan.
7. Mencatat semua tindakan keperawatan (dokumentasi asuhan keperawatan) secara akurat
sesuai peraturan dan SOP yang berlaku.
8. Mematuhi standar profesi dan kode etik perawat Indonesia dalam melaksanakan praktik
profesi keperawatan.
9. Meningkatkan pengetahuan berdasarkan perkembangan Iptek keperawatan dan kesehatan.
10. Melakukan pertolongan darurat yang mengancam jiwa pasien sesuai batas kewenangan dan
SOP.
11. Melaksanakan program pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
mentaati semua peraturan perundang-undangan.
12. Mengumpulkan angka kredit profesi dalam rangka memenuhi persyaratan untuk
memperoleh SIK ulang dan SIPP.Menjaga hubungan kerja yang baik antara sesama perawat
maupun dengan anggota tim kesehatan lain.

D. HUBUNGAN HAK DAN KEWAJIBAN


Hak dan kewajiban adalah kondisi yang sama dilihat dari sudut yang berbeda. Kewajiban
adalah tindakan untuk menuntun orang bertindak dengan cara yang dianggap dapat diterima
oleh masyarakat. Sementara hak adalah sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap orang, yang
telah ada sejak ia lahir, bahkan sebelum lahir.

Hak dan kewajiban merupakan dua istilah yang tak bisa terpisahkan. Hak dan kewajiban
terkait satu sama lain. Hak dan kewajiban adalah ibarat dua sisi dari koin yang sama.
Keduanya adalah kondisi yang sama dilihat dari sudut yang berbeda.

Hak adalah segala sesuatu yang harus di dapatkan oleh setiap orang yang telah ada sejak
lahir bahkan sebelum lahir. Sementara kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilaksanakan
seseorang. Orang yang menjalankan kewajibannya berhak mendapatkan haknya. Dengan
tidak adanya kewajiban, hak menjadi tidak signifikan dan kewajiban menjadi sia-sia jika
tidak ada hak.

Anda mungkin juga menyukai