Anda di halaman 1dari 14

NOTULENSI ART PROJECT

BLOCK OF MEDICAL ETHICS


“CADAVER ? APAKAH MASIH RELEVAN DI MASA ALTERNATIF ?”

KELOMPOK 8
Nur Asri Ainun Basyirah AS (G1A017020)
Yusrina Nika Amalia (G1A017021)
Zakiy Pandu Pangestu (G1A017046)
Adelia Puji Suryaningtiyas (G1A017058)
Alfrina Amaliah Ali (G1A017059)
Dimo Hary Anggara (G1A017080)
Qurrota A’yun Fadhilah (G1A017092)
Putri Nur’afni Sa’adah (G1A017093)
Muhammad Iqbal Baihaqi (G1A017102)
Listyaning Astika Sari (G1A017114)

Tutor:
dr. Massita Dwi Y, Sp. KFR
Job desk :
 Presentasi
1. Muhammad Iqbal Baihaqi
2. Listyaning Astika Sari
 Film
- Aktor :
1. Zakiy Pandu Pangestu sebagai Gelandangan
2. Adelia Puji Suryaningtiyas sebagai Dokter
3. Putri Nur’afni Saadah sebagai Dokter
- Editor :
Dimo Hary Anggara
- Kameramen :
Yusrina Nika Amalia
- Pembantu Umum :
Alfrina Amaliah Ali
- Narasumber
1. Dokter Spesialis Forensik dan Medikolegal
2. Dosen Anatomi
3. Asisten Dosen Anatomi
4. Masyarakat
 Poster
Putri Nur’afni Sa’adah
 Humas :
1. Nur Asri Ainun Basyirah AS
2. Qurrota A’yun Fadhilah
3. Muhammad Iqbal Baihaqi
 Notulensi
1. Adelia Puji Suryaningtiyas
2. Qurrota A’yun Fadhilah
Deskripsi Art Project :
Pada tugas Art Project blok 5.1 kali ini kami ingin mengangkat tema etik
cadaver dengan judul “ Cadaver ? Apakah Masih Relevan di Masa Alternatif ?”.
Kendala etis dalam kaitannya dengan cadaver tidak terlintas dalam pikiran para
profesional medis dikarenakan mungkin aneh untuk mencurahkan perhatian pada
nilai yang dianggap berasal dari mayat atau masalah etika seputar mayat (Shaikh,
2015). Oleh karena itu dalam tugas Art Project kami tertarik dengan masalah ini.
Media Art Project yang kami gunakan berupa video singkat dan poster.
Menurut kami media ini cukup baik untuk menarik atensi dari pihak yang
berkecimpungan dengan kesehatan dan masyarakat.

A. Poster:
Poster dalam bentuk karikatur yang kami tampilkan menggambarkan
seorang jasad manusia yang dijadikan sebuah kadaver yang ditarik dari kedua
sisi yaitu sisi ‘ilmu’ dan ‘otonomi’ seseorang yang menunjukkan adanya
permasalahan etik. Dari sisi ‘ilmu’ menunjukkan bahwa penggunaan kadaver
merupakan media yang paling sering digunakan dalam pembelajaran anatomi.
Dan saat ini terutama di Indonesia antara praktikum anatomi dan kadaver
adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan. Dari sisi ‘otonomi’ kami
mempertanyakan jika pemilik tubuh tersebut masih hidup, apakah jika sudah
meninggal ia setuju untuk menjadi kadaver yang akan melewati berbagai proses
diseksi maupun pengawetan dengan cara perawatan jenazah yang berbeda dari
jasad lain pada umumnya ? Karena otonomi merupakan hak yang harus dimiliki
setiap individu dimana memiliki kebebasan untuk bertindak ataupun tidak
bertindak atas dirinya dan bertanggung jawab atas tindakannya tersebut..

B. Video Singkat
Sinopsis :
Tuan X merupakan gelandangan yang tidak memiliki identitas. Suatu
ketika Tn. X meninggal dan dibawa ke rumah sakit. Di rumah sakit dikarenakan
tidak memiliki identitas dan tidak ada keluarga yang mengambil, jenazah Tn. X
hanya diletakkan di kamar jenazah selama 1 bulan. Salah seorang dokter
berkonsultasi untuk mengambil tindakan apa terhadap jenazah Tn. X, dan
setelah didiskusikan kedua dokter tersebut setuju untuk menjadikan jenazah
tuan X sebagai cadaver di laboratorium anatomi suatu fakultas kedokteran
tertentu.
Dalam video ini kami membuat beberapa pertanyaan dan meminta
pendapat dari beberapa orang yang kami anggap kompeten di bidangnya
maupun pendapat dari masyarakat sekitar. Adapun berikut pandangan dari
beberapa aspek tersebut :
1. Bagaimana pendapat Anda mengenai penggunaan kadaver dalam
proses pembelajaran di Fakultas Kedokteran?
a. Menurut Dokter Spesialis Forensik dan Medikolegal
Jika dari segi filosofi pembelajaran hanya alternative penjaminan
mutu. Prinsipnya membantu pemahaman terkait struktur tubuh manusia.
Sehingga diperlukan tubuh manusia yg representative. Menurut dr. Z
kadaver sudah tidak representative karena sudah banyak formalin dan
banyak jaringan yang rusak, sehingga penggunaan kadaver dalam media
pembelajaran perlu diganti.

b. Menurut Dosen anatomi


Penggunaan kadaver menjadi salah satu modalitas yang sangat
berharga dan sangat penting dalam proses pembelajaran di Fakultas
Kedokteran.
1) Sangat berharga karena:
- Merupakan bagian dari manusia, meskipun telah terpisah dari
jiwanya
- Baik didapatkan (istilah yang disarankan: diadopsi) sebagai
“unclaimed body” (tentu saja setelah melalui prosedur hukum
yang berlaku), maupun sebagai donor (di Indonesia sepertinya
belum ada), tubuh tersebut terus memberikan manfaat, ilmu
pengetahuan, meskipun Individu/person-nya telah meninggal.
Dengan demikian individu tersebut telah memberikan “highest
level of charity”
- Meskipun biaya pengadaan dikeluarkan saat mengadopsi lebih
kecil/murah daripada membeli sediaan
prosected/plastinasi/elektronik, tetapi banyak hal yang
berkontribusi/perlu dipertimbangkan dalam penghitungan
biaya memiliki kadaver:
o Bagi perawatan cadaver itu sendiri agar kondisinya tetap baik

o Apabila tidak menggunakan formalin, perlu freezer jenazah,


genset, pengatur kestabilan aliran listrik, dan lain-lain.
o Apabila menggunakan formalin, perlu rancang bangunam
gedung dan sarana prasarana untuk mengalirkan uap
formalin, menampung air-formalin setelah pembasuhan,
menetralisir formalin sebelum dikebumikan, dan lain-lain.
o Pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana untuk:
proses penyiapan/pengadaan (dalam pemulasara jenazah,
proses pengawetan proses proseksi untuk praktikum dan
proses diseksi), penggunaan (untuk praktikum pasif maupun
aktif maupun penelitian dan penggunaan yang lain, misal
riset dan latihan bagi dokter bedah) dan pasca/antar
penggunaan, penyimpanan bahan berbahaya dan beracun.
- Jadi, apabila ingin yang ideal, konsekuensinya mahal, baik
untuk pengadaan dan pemeliharaan kadaver, membuat
lingkungan kerja yang aman (menekan/memperkecil risiko)
dan nyaman, juga memberikan kompensasi terhadap risiko bagi
laboran, dosen, mahasiswa. Tapi perlu diperhatikan, apakah
benar totalnya menjadi lebih mahal atau tidak dibandingkan
biaya pengadaan dan pemeliharaan alternatif lain, seperti
sediaan proseksi atau plastinasi atau elektronik (seperti
anatomage /anatomy education table), perlu penghitungan
yang teliti, rinci dan komprehensif.
2) Sangat penting karena apabila dapat dimanfaatkan dengan baik
(baik melalui proseksi maupun kegiatan diseksi), mampu
membekali mahasiswa untuk mencapai kompetensinya sebagai
dokter (umum maupun spesialis) yang berhadapan dengan
manusia yang mempunyai tubuh/jasmani selain rohani.
c. Menurut Asisten Dosen Anatomi
Penggunaan cadaver sebagai salah satu media pembelajaran
nyata untuk mahasiswa kedokteran dalam mempelajari anatomi tubuh
manusia.
d. Menurut Masyarakat
Cadaver penting dikarenakan mahasiswa kedokteran
membutuhkan sesuatu yang nyata dan real untuk memudahkan
praktikumnya. Dan hanya cadaver yang digunakan untuk media
pembelajaran.

2. Menurut Anda di zaman sekarang saat terdapat media alternatif lain


apakah penggunaan kadaver masih relevan?
a. Menurut Dokter Spesialis Forensik dan Medikolegal
Sudah tidak relevan, perlu diganti. Penggunaan kadaver masih
perlu kadaver namun tidak perlu dilakukan pembedahan seperti itu.
Kadaver hanya perlu dilihat seperti di museum-museum anatomi saja.
Apabila memang belum ada yang mirip seperti cadaver, menggunakan
kadaver tetapi hanya sebagai display saja. Penggunaan model
pembelajaran seperti plastisin dan media tiga dimensi baik digunakan
asalkan harga normal. Sebenarnya untuk kompetensi dokter umum
hanya diperlukan proyeksi saja dan mahasiswa harus punya imajinasi
sendiri. Intinya “Apabila cadaver dapat diganti, kenapa tidak ?”.
b. Menurut Dosen Anatomi
Relevan dalam hal apa? Apabila dikaitkan dengan kontribusi
dalam pencapaian kompetensi seorang dokter tentu saja relevan, seperti
dijelaskan di atas. Terkait cost and benefit, memang perlu dihitung lebih
mendetail, seperti dijelaskan di atas. Kesulitannya memang banyak hal
sulit atau bahkan tidak dapat diubah/disetarakan secara nominal/rupiah.
Terkait kesulitan dalam mendapatkan atau mengadopsi, mungkin antar
institusi berbeda kondisi/kesulitannya/availability-nya.
c. Menurut Asisten Dosen Anatomi
Menurut saya masih revelan, karena dalam praktiknya mahasiswa
butuh untuk melihat, mengidentifikasi, dan merasakan langsung wujud
manusia dalam bentuk cadaver.
d. Menurut Masyarakat

3. Bagaimana pendapat dokter mengenai penggunaan kadaver terkait


otonomi seseorang?
a. Menurut Dokter Spesialis Forensik dan Medikolegal
Kehormatan kepada tubuh manusia saja. Tentu saja ini bukan
otonomi lagi, kita sebagai dokter harus menghargai mantan manusia
tersebut. Tetapi tetap saja kalo ada keluarganya, kita menghargai
otonomi keluarga.
b. Menurut Dosen Anatomi
Apabila kadaver didapatkan dari donor, sepertinya aspek otonomi
tidak perlu dibahas, karena pendonor sudah menggunakan otonominya
untuk mendonorkan tubuhnya. Apabila kadaver didapatkan dari
“unclaimed body”, mungkin masalah timbul karena kegalauan terkait
ambiguitas antara ini (kadaver) adalah seseorang atau sesuatu (individu
vs material), sehingga menimbulkan kebingungan bagaimana harus
menyebutnya (he/she/it), bagaimana harus bersikap, termasuk apakah
he/she/it masih mempunyai otonomi untuk menjadi modalitas atau
sumber belajar, untuk didiseksi atau tidak, dan sebagainya.
Terkait hal ini saya berpegang bahwa kadaver pada akhirnya ada
di laboratorium kita sebagai wujud nyata dari sebuah “highest level of
charity” dari seseorang dan keluarganya. Dengan demikian, yang bisa
kita lakukan sebagai penghargaan terhadap keberadaannya adalah
melalui penghargaan everlasting gratitude dan reverence terhadapnya
sebagai guru dan sumber ilmu. Penghargaan ini diwujudkan melalui
berbagai bentuk etiket dan etika mulai saat pemulasaraan jenazah,
pengawetan, penyimpanan, pemeliharaan, pemanfaatan di ruang
praktikum atau diseksi hingga penguburan dan pasca penguburan
maupun senantiasa mendoakan yang terbaik bagi jiwa individu yang
pernah menyatu dengannya.
c. Menurut Asisten Dosen Anatomi
Menurut saya, hal tersebut tidak sepenuhnya melanggar otonomi
sebagai manusia. Kembali pada persyaratan cadaver itu sendiri dapat
dijadikan media pembelajaran, biasanya cadaver itu adalah jasad di
Rumah Sakit yang tidak memiliki keluarga atau tidak ada yang berkenan
mengambil. Dan prosesnya pun memerlukan proses yang panjang.
Tetapi ada juga beberapa kasus dimana seorang yang pada saat hidupnya
meminta untuk jasadnya digunakan sebagai media pembelajaran
mahasiswa kedokteran. Syarat otonomi adalah merdeka dan paham akan
konsekuensi. Menurut saya untuk kasus kedua itu kita menghargai
otonomi karena memang beliau yang meminta atas kesadaran penuh.
Apabila kasus pertama, selama setelah selesai mnjadi kadaver kita kubur
dengan semestinya tidak masalah.
d. Menurut Masyarakat
Karena kebanyakan dari orang-orang dari rumah sakit jiwa dan
tdak ada identitasnya jadi menurut saya boleh-boleh saja dan etis
digunakan untuk membantu pembelajaran.

4. Apa positif dan negatif penggunaan cadaver sebagai media


pembelajaran di kedokteran?
a. Menurut Dokter Spesialis Forensik dan Medikolegal
Banyak hal negatif yang ditimbulkan . seperti diketahui kadaver
diberi formalin yang merupakan zat karsinogenik yang membahayakan
mahasiswa sebagai praktikan. Meskipun telah menggunakan masker,
namun hal ini masih dapat memberikan dampak bagi setiap orang yang
terlibat di dalamnya.
Untuk dampak positif tidak ada, karena dari sisi agama Islam sendiri
terdapat larangan untuk menganiyaya jenazah. Tidak ada kata terpaksa
apapun terkait jenazah. Positifnya hanya membantu sedikit pemahaman
saja terhadap mahasiswa kedokteran.
b. Menurut Dosen Anatomi
Catatan: Penggunaan kadaver di sini dibatasi :
1) Sebagai peraga (sediaan prosected), yaitu mahasiswa praktikan
pasif, hanya mendengarkan penjelasan dosen/asisten
2) Sebagai modalitas praktikum aktif, yaitu mahasiswa
praktikan/asisten dosen secara aktif melakukan diseksi
Manfaat diseksi (atau minimal: Mahasiswa praktikan secara aktif
mempelajari sediaan proseksi untuk mengidentifikasi topografi struktur,
tidak hanya menonton/mendengarkan):
 Manfaat terkait apa yang ditemukan dalam proses diseksi :
1. Dapat mengetahui (lewat inspeksi dan palpasi) perbedaan
kondisi tubuh ante vs post mortem
2. Bisa jadi menemukan variasi Anatomis
a. Bisa berefleksi bahwa kondisi struktural tiap orang berbeda-
beda, meskipun dari luar tidak berbeda dari kebanyakan
orang/kondisi normal, sehingga mendapatkan
insight/pemahaman/pencerahan mengenai kesulitan yang
mungkin dijumpai apabila kelak memeriksa atau melakukan
prosedur operasi pada pasien hidup
b. Bisa mempelajari implikasinya , yaitu apabila dikaitkan
dengan temuan struktural/anatomis (termasuk: kinesiologi)
saat diseksi atau pun fisiologi / atau biodinamika (termasuk:
kinesiologi, biomekanika) saat yang bersangkutan masih
hidup (apabila ada datanya, misal pada kadaver dari donor)
3. Bisa jadi menemukan hal patologis
a. Bisa mempelajari implikasinya, yaitu apabila dikaitkan
dengan temuan struktural saat diseksi atau pun patofisiologi
tanda dan gejala saat yang bersangkutan masih hidup (apabila
ada datanya, misal pada kadaver dari donor)
b. Bisa berempati (melatih empati) terhadap yang bersangkutan
atau pasien yang mengalami sakit/kelainan serupa
c. Bisa berefleksi mengenai hidup, sakit dan mati.
4. Bisa mendapatkan gambaran /visualisasi 3D/topografi lebih
nyata (tangible), lebih riil/original/tidak artifisial: holotopi,
skeletopi, sintopi bisa berefleksi, mendapatkan
insight/pemahaman/pencerahan mengenai:
a. konsep struktural suatu organ, jaringan, sistem
b. hasil/ kondisi pemeriksaan anatomis permukaan
c. implikasi suatu prosedur klinis terhadap suatu organ dan
organ lain di sekitarnya (misal: dalam prosedur injeksi atau
prosedur invasif lain: mengapa harus di lokasi tertentu,
sampai di mana lokasi yang aman agar tidak mengenai saraf
dan pembuluh darah di daerah tersebut)
 Manfaat terkait proses diseksi
1. Melatih penerapan pendekatan belajar mendalam (deep
approach to learning) melalui kesabaran/kemauan kuat untuk
menemukan struktur yang dicari/memahami topografinya, serta
belajar berdasar pengalaman (experiential-based learning)
2. Melatih kerjasama, kepemimpinan, mempertahankan dinamika
kelompok yang baik, komunikasi efektif
3. Bisa mendapatkan insight/pemahaman/pencerahan mengenai:
- tekstur permukaan, kekakuan, kekuatan/kerapuhan,
elastisitas,
- sensasi melakukan diseksi tajam maupun tumpul, seberapa
kuat tekanan (meskipun tergantung kualitas dan jenis
pengawetannya), kehati-hatian agar tidak merusak struktur
yang lain dan apa akibatnya apabila terjadi kesalahan
teknis/tindakan.
Jadi kelebihan penggunaan kadaver/preparat lepas/terutama dalam
melakukan diseksi adalah di atas berkontribusi dalam:
- kemampuan seorang pembelajar dewasa dan kemampuan belajar
sepanjang hayat
- melatih clinical reasoning (kognitif + metakognitif/refleksi)
- melatih keterampilan (terutama terkait imu bedah)
- membekali dengan kesadaran/awareness mengenai nilai-nilai
bioetika bagi mahasiswa dalam proses pembelajarannya.
Kekurangan atau dampak negatif dari penggunaan kadaver adalah :
- Bisa terjadi konflik internal individu (apabila berpandangan bahwa
penggunaan kadaver/preparat lepas/tubuh manusia bertentangan
dengan nilai-niai keyakinan/kebudayaannya).
- Bisa terjadi konflik emosi yang berpangkal dari kegalauan: ambiguitas
antara ini (kadaver) adalah seseorang atau sesuatu (individu vs
material), sehingga menimbulkan kebingungan bagaimana harus
menyebutnya (he/she/it), bagaimana harus bersikap.
- Suasana praktikum yang tidak kondusif karena 1 kadaver diobservasi
oleh terlalu banyak mahasiswa, 1 kadaver digunakan dalam jangka
waktu sangat lama (sedangkan ada himbauan untuk mengebumikan
kembali setelah 3 tahun pengabdian). Ini bisa karena:
o Terkait keterbatasan jumlah kadaver/sediaan prosected
o Terkait keterbatasan jumlah dan atau kompetensi SDM laboran
o Terkait keterbatasan jumlah dan atau kompetensi pengajar
dosen/asisten
- Suasana laboratorium yang dipenuhi uap formalin bisa relatif diatasi
dengan rancang bangun dan sarana prasarana tertentu
- Membutuhkan biaya yang mahal. Lihat keterangan di atas.
- Praktikum aktif, apalagi diseksi membutuhkan waktu dan tenaga, baik
mahasiswa maupun pengajar. Ini seringkali berbenturan dengan
penjadwalan/kurikulum.
Jadi, masing-masing alternatif sumber belajar anatomi mempunyai
kelebihan dan kekurangannya, mempunyai kontribusinya masing-masing
dalam pencapaian kompetensi. Maka perlu kombinasi antara praktikum
aktif/diseksi/penggunaan kadaver/sediaan prosected dengan
modalitas/sumber belajar yang lain.
c. Menurut Asisten Dosen Anatomi
Dampak positif yaitu dapat meningkatkan empati mahasiswa, dapat
mengidentifikasi secara langsung pada tubuh manusia, dan dapat melatih
attitude mahasiswa. Dampak negatifnya adalah pengadaan kadaver yang
sulit serta perawatannya yang khusus.
d. Menurut Masyarakat
Dampak positifnya adalah kadaver dapat menjadi media yang real
untuk memudahkan praktikum namun untuk dampak negatifnya kurang
tau.

Dasar Hukum

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1981 Tentang


Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Tranplantasi Alat atau
Jaringan Tubuh Manusia Presiden Republik Indonesia pasal 2 huruf C
menyatakan bahwa bedah mayat klinis hanya boleh dilakukan dalam keadaan
“Tanpa persetujuan penderita atau keluarganya yang terdekat, apabila dalam
jangka waktu 2 x 24 (dua kali dua puluh empat) jam tidak ada keluarga terdekat
dari yang meninggal dunia datang ke rumah sakit.”
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1981 Tentang
Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Tranplantasi Alat atau
Jaringan Tubuh Manusia Presiden Republik Indonesia Pasal 5 yang
menyatakan bahwa untuk bedah mayat anatomis diperlukan mayat yang
diperoleh dari rumah sakit dengan memperhatikan syarat-syarat sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 huruf a dan c.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1981 Tentang
Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Tranplantasi Alat atau
Jaringan Tubuh Manusia Presiden Republik Indonesia pasal 6 yang menyatakan
Bedah mayat anatomis hanya dapat dilakukan dalam bangsal anatomi suatu
fakultas kedokteran.
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1981 Tentang
Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Tranplantasi Alat atau
Jaringan Tubuh Manusia Presiden Republik Indonesia Pasal 7 yang
menyatakan Bedah mayat anatomis dilakukan oleh mahasiswa fakultas
kedokteran dan sarjana kedokteran dibawah pimpinan dan tanggung jawab
langsung seorang ahli urai.
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1981 Tentang
Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Tranplantasi Alat atau
Jaringan Tubuh Manusia Presiden Republik Indonesia Pasal 8 Perawatan mayat
sebelum, selama, dan sesudah bedah mayat anatomis dilaksanakan sesuai
dengan masing-masing agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
dan diatur oleh Menteri Kesehatan.
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1981 Tentang
Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Tranplantasi Alat atau
Jaringan Tubuh Manusia Presiden Republik Indonesia pasal IX menyatakan
bahwa “Untuk kepentingan pendidikan, penyelidikan penyakit,dan
pengembangan ilmu kedokteran diadakan museum anatomis dan patologi yang
diatur oleh Menteri Kesehatan.”
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1981 Tentang
Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Tranplantasi Alat atau
Jaringan Tubuh Manusia Presiden Republik Indonesia pasal 17 “Dilarang
memperjual belikan alat dan atau jaringan tubuh manusia.”

Anda mungkin juga menyukai