STRUKTUR KAYU
KODE SI 64238 ( 2 sks )
SEMESTER IV
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK - JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL
PALU 2004
HAND-OUT
Nama Mata Kuliah : STRUKTUR KAYU
Nomor Kode / Sks : SI 64238 ( 2 sks )
MK. Pendukung : Basic Science, Teknologi Bahan Konstruksi,
Statika, Mekanika Bahan & Analisa Struktur 1.
KEPUSTAKAAN :
1. -----------, Standar-standar, Tata Cara, Peraturan Konstruksi Kayu, Departemen PU. *)
2. Breyer, Design of Wood Structure, Mc Graw Hill, New York, 1988.
3. Desch V.E., Timber I’ts Structure & Properties, The Mac Millan Press, London, 1977.
4. Frick H., Ilmu Bangunan Konstruksi Kayu, Yayasan Kanisius, Semarang, 1982.
5. Gurfinkel, Wood Engineering, Kendal-Hunt Publishing, 1981.
6. Karlsen, GG., Wooden Structures, MIR Publisher, 1967.
7. Yap F., Konstruksi Kayu, Bina Cipta, Bandung, 1984.
8. Yanto, Pengetahuan Sifat-sifat Kayu, Yayasan Kanisius, 1979.
PKKI’ 1961,
Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia.
SNI 03-2452-1991,
Spesifikasi Rumah Tumbuh Rangka Beratap (RTRB) Kayu.
SKBI 3.6.53.1987,
Panduan Pengawetan Kayu dengan Cara Pemulasan Pencelupan dan
Perendaman.
Serat Kayu
Serat Kasar dan Serat Halus
Serat Lurus dan Serat Berombak
Serat Terbuka dan Serat Tertutup
Radial
Tangensial
Longitudinal
Gambar 1.1
Susut Kayu
Arah Longitudinal (Memanjang / searah serat)
Arah Radial (Jari-jari/tegak lurus serat Lingk. tahunan)
Arah Tangensial (menjinggung lingkaran tahunan)
Sifat Orthotropis
Sifat kayu yang tidak saling tergantung pada arah:
Longitudinal (Aksial), Radial & Tangensial
( L, R & T)
Sifat Elastisitas
Modulus Elastisitas:
( EL , E R & ET )
Bilangan Poisson:
( LR, LT, RL, RT, TL, TR)
Kokoh lentur
Kelas Berat Jenis Kokoh tekan
mutlak
Kuat Kering Udara mutlak (kg/cm2)
(kg/cm2)
I 0,90 1100 650
II 0,90 - 0,60 1100 - 725 650 - 425
*)
Kondisi Konstruksi:
a. Selalu berhubungan dengan tanah lembab.
b. Hanya terbuka terhadap angin dan iklim, tetapi air tidak masuk di dalamnya.
c. Di bawah atap, tidak berhubungan dengan tanah lembab dan
dilindungi terhadap kelengasan.
d. Seperti c. tetapi dipelihara dengan baik, seperti: dicat.
e. Serangan rayap.
f. Serangan oleh kumbang, bubuk kayu.
Ditetapkan dari
Kelas
Kelas Kelas Keterangan
Pemakaian
Keawetan Kekuatan
I I I Konstruksi berat, selalu terkena penga-
ruh-pengaruh buruk, seperti: terus me-
I II nerus berada dalam tanah, atau ter-
II
II II kena panas matahari, hujan dan angin.
Konstruksi berat yang terlindung
III III III berada di bawah atap dan tidak
berhubungan dengan tanah basah.
Konstruksi ringan yang terlindung
IV IV IV berada di bawah atap.
Konstruksi yang bersifat tidak
V V V permanen.
a. Kadar
Harus kering udara Kadar lengas 30%
lengas
Tegangan-tegangan ijin merupakan fungsi dari berat jenis kayu (g) kering
udara (kadar lengas . 12 - 15%), diberikan korelasi sbb. :
lt = 170 g ; tk┴ = 40 g
tk// = tr// = 150 g ; // = 20 g
Jika suatu jenis kayu masuk dalam beberapa kategori klas kuat, maka
tegangan-tegangan izin dapat ditentukan berdasarkan berat jenis kayu
kering udara ( kadar lengas . 15% ).
q t/m’
Gambar 1.2. Balok A-B
A B mene-rima beban merata q
maks t/m’ mengakibatkan momen
lentur Mmaks di tengah
l bentang.
Bagaimana kondisi tegangan
() - regangan () yang
Mmaks =
terjadi?
MR = 1/6 b h2 atau MR . c = 1
/12 b h3
W Momen Tahanan I Momen Inersia
P P P P
A
A
l
l l l
Suatu batang dengan luas penampang (A) yang menerima gaya normal
(tarik / tekan) (P), diasumsikan bahwa tegangan (yang terjadi akan
menyebar merata pada seluruh penampangnya.
P
(kg / cm 2 )
A
P
A
;
E
l . l
Gambar 1.6.;
Tegangan akibat Gaya Normal
2. Suatu struktur kuda-kuda kayu “klas kuat II” dan “mutu A” menerima gaya
normal (tarik dan tekan), akibat kombinasi pembebanan tetap dan
pembebanan tidak tetap (sementara).
a. Ukuran batang tarik 6 cm x 12 cm, panjang batang (l) 2,00 m,
menerima gaya tarik (P) = 7,5 ton. Hitung tegangan dan perpanjangan
yang terjadi pada batang tarik tersebut. (perlemahan batang tidak
diperhitungkan).
b. Ukuran batang tekan 8 cm x 12 cm, panjang batang (l) 1,80 m,
menerima gaya tekan (P) = 8,0 ton. Hitung tegangan dan
perpendekan yang terjadi pada batang tekan tersebut. (perlemahan &
tekuk tidak diperhitungkan).
1. Persyaratan Umum
Adapun persyaratan-persyaratan umum dari balok yang mengalami
lenturan, antara lain: Lihat Referensi & PKKI’1961
b. Ukuran Batang
1). Batang-batang kayu dalam konstruksi rangka batang harus
mempunyai ukuran lebar 4 cm, sedang luas penampang 32 cm2.
2). Apabila batang terdiri lebih dari satu bagian, maka syarat tersebut di
atas berlaku untuk seluruh tampang.
3). Untuk kontruksi dengan paku atau perekat , maka syarat tersebut di
atas tidak berlaku.
c. Perlemahan Batang
1). Pada batang-batang tarik atau bagian-bagian konstruksi yang dibebani
lentur, perlemahan-perlemahan akibat lubang-lubang untuk alat-alat
penyambung dan lain-lainnya, harus diperhitungkan.
2). Untuk batang-batang yang menahan tegangan tekan, perlemahan
akibat alat-alat penyambung tidak perlu diperhitungkan, kecuali jika
kenyataan menunjukkan lubang-lubang akibat alat sambung tidak
tertutup, maka tetap harus diperhitungkan sebagai perlemahan.
3). Prosentase perlemahan yang umum diambil, adalah: sambungan paku
(10–15)%; samb. bout, gigi (20-25)%; samb. pasak kayu 30%;
samb. plat kokot, pasak cincin 20% dan samb. perekat 0%.
a. Faktor Perlemahan
Perencanaan batang tarik harus diperhitungkan terhadap perlemahan
sesuai point 1.c. di atas, yaitu dengan memperhitungkan tambahan luasan
penampang dengan prosentase tertentu (seusai jenis sambungan) dari
yang diperlukan untuk penampang normal (tanpa perlemahan).
Jika luas penampang normal (luas penampang netto, Fn) dan luas
penampang termasuk lubang (luas penampang bruto, Fbr), maka:
b. Tegangan-tegangan
Konsentrasi tegangan terjadi
tr avg pada penampang yg ber-
tr max
ubah/diskontinue (gbr 2.1).
tr tr
max
P P avg
a. Panjang Tekuk ( lk )
Panjang tekuk (lk) harus diambil sebesar jarak antara dua titik yang
berurutan bebas dari tekukan, atau lk diambil sebagai berikut:
Pk Pk Pk Pk
sendi sendi bebas jepit
l l
1
a). lk = l b). lk = 2 l c). lk = 2 l d). lk = ½ l
2
b. Angka Kelangsingan ( )
Angka kelangsingan (), adalah perbandingan antara panjang tekuk ( lk)
dengan jari-jari kelembaman minimim (imin).
lk I min
imin Syarat : 150
imin Fb
c. Faktor Tekuk ( )
Faktor tekuk (), nilai yang harus difaktorkan/dikalikan terhadap gaya
yang bekerja (Pk), untuk menghindari bahaya tekuk.
Pk .
tk // tk //
Fb
300
Rumus Tetmayer, untuk 100
300 2
250
V
100
2
n Pk lk
I min
2 E
Y Y
(a) (b)
h Gambar X2.3. Penampang Batang Berganda
X X h
Syarat bahwa
b a momen
b
lembam terhadap
b a sumbu bebas (sumbu Y pada
b a b a b
gambar 2.3.) harus dihitung sebagai berikut:
I = ¼ ( I t + 3 Ig )
It = 2 ( 1/12 b3 h ) + (b . h) . 2 (1/2a +1/2 b)2
Ig = 1/12 (2b)3 . h
KLOS
2. Suatu balok kayu “klas kuat II” dan “mutu A” pada konstruksi
rangka atap (kuda-kuda), panjang batang 2,00 m, menerima gaya tekan
1,40 ton (akibat pembebanan tetap)..
a. Tentukan dimensi balok jika penampang bujur sangkar.
b. Tentukan dimensi balok jika penampang persegi empat b ½ h.
a. Jarak Bentang
1).Panjang perletakan dari sebuah balok di atas 2 tumpuan maksimum
1/20 jarak antara kedua perletakan. Dan sebagai jarak bentang harus
diambil jarak antara kedua titik tengah perletakan tersebut dan
setinggi-tingginya 1,05 x jarak antara ujung perletakan, (gambar 2.5.).
2).Apabila perletakan-perletakan itu berupa sendi/rol, maka sebagai jarak
bentang harus diambil jarak antara kedua titik sendi tersebut.
p
lt = panjang balok
ld = panjang antara kedua tepi
ld perletakan
l = panjang bentang, l
l = 1,05 ld
lt
p = panjang perletakan, p
= 0,05 ld
Gambar 2.5. Balok 2 tumpuan
3).Jika berupa balok atau papan menerus, maka jarak bentang masing-
masing lapangan harus diambil jarak antara titik-titik tengah
perletakan (gambar 2.6). Pada balok seperti ini masing-masing
lapangan dapat dianggap seperti terletak di atas dua tumpuan dan
tegangan lentur yang diperkenankan boleh dinaikkan 10%.
A B C D
ld1 ld2 ld3
pa pb pc pd
l1 l2 l3
l2 l2
l l
l1 l1
b. Lendutan
M M y
Px lt x lt
W x W
y
Py
P 2). Lendutan
x
2
y 2
ijin
2. Suatu struktur lantai dari kayu untuk Rumah Tinggal, dengan bentang
balok 3,00 m dan jarak spasi balok 1,00 m. Jika balok lantai dipakai
kayu klas kuat I bermutu A dan papan lantai dari kayu klas kuat II mutu
A, maka:
a. Rencanakan ukuran papan lantai tersebut (ambil lebar papan 20 cm).
b. Rencanakan ukuran balok lantai tersebut ( ambil b ½ h ).
3. Suatu gording rangka atap dengan bentang 3,00 m dan jarak 0,85 m,
digunakan kayu klas II mutu A.
a. Tentukan dimensi gording tersebut, jika kemiringan bidang atap 30 o
dan digunakan atap seng.
b. Tentukan dimensi gording tersebut, jika kemiringan bidang atap 45 o
dan digunakan atap genteng.
SOAL-SOAL LATIHAN
POKOK BAHASAN II
PERENCANAAN SAMBUNGAN
1. Pengertian
Sambungan (connector) pada konstruksi kayu dilakukan pada titik-titik
simpul (buhul) yang dapat berupa pertemuan atau persilangan balok.
Demikian juga sambungan dibutuhkan pada perpanjangan balok lurus hingga
mencapai panjang balok yang dibutuhkan.
Jenis-jenis sambungan standar dibedakan atas bentuk sambungan atau
jenis alat sambung, yaitu: Sambungan Paku, Sambungan Bout, Sambungan
Gigi, Sambungan Pasak, dan Sambungan Perekat.
Ditinjau terhadap aspek efisiensi dan efektifitasnya setiap jenis
sambungan memiliki keunggulan masing-masing. Hal ini dimaksudkan
karena tidak semua jenis sambungan cocok diterapkan untuk konstruksi
tertentu.
Pemilihan alternatif penggunaaan terhadap jenis sambungan dan alat
sambung, harus disesuaikan dengan kondisi konstruksi (antara lain : faktor
bentuk, beban, jenis kayu, kemudahan pengerjaaan, kemudahan perolehan),
dengan mempertimbangkan aspek efisiensi dan efektifitas.
Pembahasan sambungan dalam materi ini tidak secara detail, oleh
karena itu didukung oleh literatur yang relevan termasuk brosur kemampuan
alat-alat sambung yang ada.
2. Sambungan Paku
Sambungan paku dimaksudkan sebagai sambungan pada konstruksi
kayu yang menggunakan paku sebagai alat sambung.
Keunggulan sambungan paku adalah cocok untuk konstruksi sederhana,
mudah dikerjakan, harga paku relatif murah dan mudah diperoleh dipasaran,
dan peyebaran beban pada penampang relative lebih merata.
Jenis penampang paku sebagai alat sambung, terdiri atas penampang
bulat (umum di pasaran), penampang segitiga, penampang persegi dan
penampang beralur lurus/spiral.
Persyaratan detail lengkap tentang sambungan paku dapat dilihat dalam
PKKI’1961, karena itu materi ini hanya menyajikan garis-garis besarnya saja.
_
Dimana: = Gaya yang diijinkan tiap paku (kg)
S
b = Tebal kayu (cm)
d = Diameter paku (cm)
_
kd = Kokoh desak kayu (kg/cm2)
5d 5d 5d 5d 5d 5d
5 d untuk jarak barisan 12d 10d 10d 10d 10d 10d 12d
paku ≥ 5 cm
1) b1 = b2 = b lp ≥ 2½ b
lp 2) b1 ≥ b2 lp ≥ b1 + b2 + 3d
3) b1 ≤ 1½ b2 ≥ 2½ b2
1, 2)
4) b1 > 1½ b2 lp ≥ 2½ b2
3) ≥ b1 + b 2
4)
1) b1 = b2 < b3 lp ≥ 2½ b2
b1 b2 ≥ 2½ b1
lp
b1 b3 b2
2) b1 = b2 > b3 lp ≥ 2b3 + b1
lp 3) b3 < b1 ≤ b2 lp ≥ 2b3 + b1
4) b3 < b1 ≤ b2 lp ≥ 2b3 + b2
1)
2,3, 5) b1 < b3 ≤ b2 lp ≥ 2b1 + b3
4) 5)
Contoh-contoh
b1 Soal
b3 bSambungan
2
Paku (lampiran tersendiri)
3. Sambungan Bout
Sambungan bout dimaksudkan sebagai sambungan pada konstruksi
kayu yang menggunakan bout sebagai alat sambung.
Keunggulan sambungan bout adalah cocok untuk konstruksi sederhana
sampai sedang, relatif mudah dikerjakan, harga masih relatif terjangkau dan
mudah diperoleh dipasaran.
Jenis penampang bout adalah bulat dengan atau tanpa mur dan pelat
ikutan, oleh karena itu dikenal a). sambungan bout tanpa mur dan b).
sambungan bout dengan mur dan plat ikutan. Yang umum digunakan adalah
sambungan bout dengan mur dan pelat ikutan, karena lebih efektif.
S 60 d b3 1 0,6 sin
_
S 25 d b1 1 0,6 sin _
_ _
Dari ketiga Golongan di atas diambil
S yang terkecil untuk 1 Bout, jadi kalau 4 buah bout, maka
S x4
6). Jika salah satu batangnya dari baja pada sambungan bertampang satu
atau pelat penyambungnya dari baja pada sambungan bertampang dua,
maka kekuatan bout (S) dinaikkan 25%.
2d 2d
3d 3d
2d 2d
7d 6d 6d 7d 3½d 6d 6d 3½d
≥ 10 cm
5d 2d
5d 5d
2d 7d a/ 5d
≥ 10 cm
2d 3d 2d 2d 3d 2d
5 - 6d 5 - 6d
5 - 6d 5 - 6d
2d 2d
7d / ≥10 cm
2d 2d
3d 3d
4. Sambungan Gigi
Syarat :
Sambungan gigi umumnya dipakai rangka jembatan dan kuda-kuda kayu,o
khususnya titik-titik buhul yang merupakan pertemuan antaraUntuk α ≤ tepi
batang 50
dengan batang diagonal D (tekan) atau pertemuan batang horizontal ¼h
tm ≤atau
vertikal dengan
S batang miring (tekan). Untuk α ≥ 60o
Keunggulan sambungan gigi adalah sangat efektif dan relevan ≤ 1/6 h
tm untuk
S antara batang tunggal pada titik
konstruksi sederhana
N khususnya pertemuan
buhul yang disebutkan di atas, mudah dikerjakan, penggunaan paku
Panjang atau
min.
bout hanya sebagai pelekap. kayu muka:
Variasi sambungan gigi dapat dijumpai dalam bentuk sambungan gigi
tunggal dan sambungan ½β
gigi rangkap, dimana sambungan gigi rangkap
digunakan jika sambungan gigi tunggal tidak memungkinkan dalam hal
½β
pembebanan, dapat juga N
dilakukan
D dengan alternatif lain.
tAlternatif
m lain ½
jika ukuran kayu relatife kecil maka sering dilakukan
pelebaran pada daerah sambungan, yang disebut sambungan gigihdengan
D = S sin ½α
tm
Luas bidang tekan (gaya N): Am b.
cos 12
S cos 12 _
o
tk 1
tm
tk 1
Tegangan yang terjadi: 2
2
b
cos 12
S cos 2 12 _
atau: o
tk 1
tk 1
2
b tm 2
S cos 2 12
Tinggi gigi: tm _
b tk 12
H
//o
b lm
H
lm
Jadi panjang kayu muka ( lm ): _ atau
b //
S cos
lm _
b //
_
tk
_
Nilai-nilai dari: 1
dan // dapat dilihat dalam diagram PKKI.
2
D S
Syarat :
S1 S1
S2 tm2 - tm1 ≥ 1 cm
N
Lm1 ≥ 15 cm
½β
½β
tm2 tm1 ½
h
lm1 b
lm2
S2 _
o tk
t
tk
Tegangan yang terjadi: b m2
cos
S 2 cos _
atau: o tk tk
b t m2
S 2 cos
Tinggi gigi-2 : tm2 _ dimana S2 = ½ S
b tk
S1 cos 2 12
Tinggi gigi-1 (pers. terdahulu) : tm1 _ dimana S1 = S – S2
b tk 12
Gaya geser H1
Tegangan geser yang terjadi atau //o
Luas bidang geser b l m1
H1 S1 cos
lm1 lm1
Jadi panjang kayu muka: _ atau _
b // b //
H S cos
lm 2 lm 2
_ atau _
b // b //
5. Pengertian Pasak
Adapun persyaratan-persyaratan umum dari balok yang mengalami
lenturan, antara lain: