Anda di halaman 1dari 39

MATA KULIAH

STRUKTUR KAYU
KODE SI 64238 ( 2 sks )
SEMESTER IV

UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK - JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL

PALU 2004
HAND-OUT
Nama Mata Kuliah : STRUKTUR KAYU
Nomor Kode / Sks : SI 64238 ( 2 sks )
MK. Pendukung : Basic Science, Teknologi Bahan Konstruksi,
Statika, Mekanika Bahan & Analisa Struktur 1.

Deskripsi Singkat : Mata kuliah ini membahas mengenai prinsip dasar


perhitungan kekuatan, kemampuan, perilaku dan
kriteria desain elemen struktur kayu, dengan
penekanan pada elemen struktur: tarik, tekan &
lentur; sambungan-sambungan dan latihan
aplikatif struktur bangunan sederhana.
Tujuan Instr. Umum : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa dapat
mengetahui prinsip dasar perhitungan dan metode
analisis; serta mampu memahami kriteria desain
dan pelaksanaan struktur bangunan sipil yang
terbuat dari konstruksi kayu.

Pokok Bahasan : 1. Karakteristik, Klasifikasi dan Prinsip Dasar


Kekuatan Kayu (review).
2. Perencanaan elemen struktur tarik, tekan & lentur.
3. Perencanaan Sambungan-sambungan
4. Perencanaan penampang tersusun & komposit.
5. Kriteria desain dan pelaksanaan konstruksi kayu.
 Tugas Mandiri (Perencanaan Rangka Atap).

KEPUSTAKAAN :
1. -----------, Standar-standar, Tata Cara, Peraturan Konstruksi Kayu, Departemen PU. *)
2. Breyer, Design of Wood Structure, Mc Graw Hill, New York, 1988.
3. Desch V.E., Timber I’ts Structure & Properties, The Mac Millan Press, London, 1977.
4. Frick H., Ilmu Bangunan Konstruksi Kayu, Yayasan Kanisius, Semarang, 1982.
5. Gurfinkel, Wood Engineering, Kendal-Hunt Publishing, 1981.
6. Karlsen, GG., Wooden Structures, MIR Publisher, 1967.
7. Yap F., Konstruksi Kayu, Bina Cipta, Bandung, 1984.
8. Yanto, Pengetahuan Sifat-sifat Kayu, Yayasan Kanisius, 1979.

STRUKTUR KAYU Handouts - i


Standar-standar, Tata Cara, Peraturan
Konstruksi Kayu Indonesia
( oleh : Departemen Pekerjaan Umum )

 PKKI’ 1961,
Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia.

 SNI 1727-1989-F (SKBI 1.3.53.1987),


Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung.

 SNI 03-2449-1991 & SNI 03-2450-1991, ( 2 buku ).


Spesifikasi Kuda-kuda Kayu Balok Paku Type 15/6 & Type 30/6

 SNI 03-2452-1991,
Spesifikasi Rumah Tumbuh Rangka Beratap (RTRB) Kayu.

 SKBI 3.6.53.1987,
Panduan Pengawetan Kayu dengan Cara Pemulasan Pencelupan dan
Perendaman.

 SK SNI M-25-1991-03, ( M-25 s/d M-29), ( 5 buku ).


Metode Pengujian Kayu di Laboratorium (Kuat Tarik, Kuat Geser, Kuat
Tekan, Kuat Lentur dan Modulus Elastisitas Lentur).

 SK SNI M-03-1993-03, ( M-03 s/d M-06), (4 buku),


Metode Pengujian Kayu Konstruksi Berukuran Struktural : Modulus
Elastisitas Lentur, Modulus Elastisitas Tekan & Kuat Tekan Sejajar Serat,
Modulus Geser dan Kuat Lentur Kayu).

STRUKTUR KAYU Handouts - ii


POKOK BAHASAN I
KARAKTERISTIK, KLASSIFIKASI
DAN PRINSIP DASAR KEKUATAN KAYU

1. Sifat & Karakteristik Kayu (Review: Teknologi Bahan).


a. Sifat-sifat Phisis :

 Serat Kayu
Serat Kasar dan Serat Halus
Serat Lurus dan Serat Berombak
Serat Terbuka dan Serat Tertutup

Radial

Tangensial
Longitudinal

Gambar 1.1
 Susut Kayu
Arah Longitudinal (Memanjang / searah serat)
Arah Radial (Jari-jari/tegak lurus serat Lingk. tahunan)
Arah Tangensial (menjinggung lingkaran tahunan)

 Kadar Lengas Kayu


Kayu Kering Oven, Kayu Kering Udara,
Kayu Basah, Kayu Jenuh Air.

STRUKTUR KAYU Handouts I - 1


b. Sifat-sifat Mekanis

 Sifat Orthotropis
Sifat kayu yang tidak saling tergantung pada arah:
Longitudinal (Aksial), Radial & Tangensial
( L, R & T)

 Sifat Elastisitas

Modulus Elastisitas:

( EL , E R & ET )

Modulus Kekokohan / Geser:

( GLR, GLT & GRT)

Bilangan Poisson:
( LR,  LT,  RL,  RT,  TL,  TR)

2. Klassifikasi Kayu sbgi Bahan Bangunan

 Kelas Kekuatan  Tabel 1.1.

 Kelas Keawetan  Tabel 1.2.

 Kelas Pemakaian  Tabel 1.3.

 Mutu Kayu  Tabel 1.4.

STRUKTUR KAYU Handouts I - 2


Tabel 1.1. Penggolongan Kayu berdasarkan Kelas Kekuatan

Kokoh lentur
Kelas Berat Jenis Kokoh tekan
mutlak
Kuat Kering Udara mutlak (kg/cm2)
(kg/cm2)
I  0,90  1100  650
II 0,90 - 0,60 1100 - 725 650 - 425

III 0,60 - 0,40 725 - 500 425 - 300

IV 0,40 - 0,30 500 - 360 300 - 215

V  0,30  360  215

Tabel 1.2. Penggolongan Kayu berdasarkan Kelas Keawetan

Uraian / KELAS KEAWETAN


Nomor I II III IV V
8 5 3 Sangat Sangat
a
KONDISI KONSTRUKSI

tahun tahun tahun pendek pendek


20 15 10 Beberapa Sangat
b tahun tahun tahun tahun pendek
Tak Tak Sangat Beberapa
c terbatas terbatas lama tahun
pendek

Tak Tak Tak Minimum Maksimum


d terbatas terbatas terbatas 20 tahun 20 tahun
Agak Sangat Sangat
e tidak Jarang
Cepat cepat cepat
Hampir Tak Sangat
f tidak tidak
tidak seberapa Cepat

*)
Kondisi Konstruksi:
a. Selalu berhubungan dengan tanah lembab.
b. Hanya terbuka terhadap angin dan iklim, tetapi air tidak masuk di dalamnya.
c. Di bawah atap, tidak berhubungan dengan tanah lembab dan
dilindungi terhadap kelengasan.
d. Seperti c. tetapi dipelihara dengan baik, seperti: dicat.
e. Serangan rayap.
f. Serangan oleh kumbang, bubuk kayu.

STRUKTUR KAYU Handouts I - 3


Tabel 1.3. Penggolongan Kayu berdasarkan Kelas Pemakaian

Ditetapkan dari
Kelas
Kelas Kelas Keterangan
Pemakaian
Keawetan Kekuatan
I I I Konstruksi berat, selalu terkena penga-
ruh-pengaruh buruk, seperti: terus me-
I II nerus berada dalam tanah, atau ter-
II
II II kena panas matahari, hujan dan angin.
Konstruksi berat yang terlindung
III III III berada di bawah atap dan tidak
berhubungan dengan tanah basah.
Konstruksi ringan yang terlindung
IV IV IV berada di bawah atap.
Konstruksi yang bersifat tidak
V V V permanen.

Tabel 1.4. Penggolongan Kayu berdasarkan Mutu

Uraian Mutu A Mutu B

a. Kadar
Harus kering udara Kadar lengas  30%
lengas

Besarnya mata kayu  1/6 Besarnya mata kayu  1/4


b. Mata kayu
lebar balok atau  3,5 cm lebar balok atau  5 cm

c. Kandungan Kandungan wanvlak (kayu Kandungan wanvlak (kayu


wanvlak gubal),  1/10 tinggi balok. gubal),  1/10 tinggi balok.

d. Kemiringan Kemiringan arah serat, Kemiringan arah serat,


arah serat tg   1/10 tg   1/7

Retak-retak arah radial  1/4


Retak-retak arah radial  1/3
tebal kayu dan terhdp ling-
e. Retak-retak tebal kayu dan terhdp ling-
karan tumbuh  1/5 tebal
karan tumbuh  1/4 tebal kayu
kayu

STRUKTUR KAYU Handouts I - 4


3. Modulus Elastisitas dan Tegangan Izin Kayu

Tabel 1.5. Modulus Elastisitas (PKKI’1961)

MODULUS ELASTISITAS KELAS KUAT


(kg/cm2) I II III IV JATI
Modulus Elastisitas,
sejajar serat, E 125.000 100.000 80.000 60.000 100.000

Tabel 1.6. Tegangan Ijin Kayu (PKKI’1961)


Kayu Mutu A

TEGANGAN KELAS KUAT


(kg/cm2) I II III IV Jati

Tegangan Lentur Ijin lt 150 100 75 50 130

Tegangan Tekan Ijin,


sejajar serat tk// 130 85 60 45 110

Tegangan Tarik Ijin,


sejajar serat tr// 130 85 60 45 110

Tegangan Tekan Ijin,


tegak lurus serat tk┴ 40 25 15 10 30

Tegangan Geser Ijin,


sejajar serat // 20 12 8 5 15

Tegangan Tekan Ijin,


tegak lurus serat tkα tk tk/  tk/ tk  sin
Faktor Reduksi :
 Tegangan-tegangan ijin pada tabel 1.6. di atas, berlaku untuk kayu mutu
“A”, konstruksi terlindung & menerima pembebanan tetap.
 Kayu mutu “B” berlaku faktor reduksi 0,75.
 Konstruksi yang selalu terendam dalam air atau konstruksi tidak terlindung
dan kadar lengas selalu tinggi, berlaku faktor 2/3.

STRUKTUR KAYU Handouts I - 5


 Untuk konstruksi yang tidak terlindung tetapi kayu dapat mengering
dengan cepat, berlaku faktor 5/6.
 Untuk konstruksi yang memikul beban tetap dan beban tidak tetap atau
beban angin, berlaku faktor 5/4.

STRUKTUR KAYU Handouts I - 6


Korelasi Berat Jenis vs Tegangan Ijin Kayu : (PKKI’1961)

 Tegangan-tegangan ijin merupakan fungsi dari berat jenis kayu (g) kering
udara (kadar lengas . 12 - 15%), diberikan korelasi sbb. :
 lt = 170 g ; tk┴ = 40 g
 tk// = tr// = 150 g ; // = 20 g

 Jika suatu jenis kayu masuk dalam beberapa kategori klas kuat, maka
tegangan-tegangan izin dapat ditentukan berdasarkan berat jenis kayu
kering udara ( kadar lengas . 15% ).

4. Standar dan Peraturan Konstruksi Kayu

Standar atau Peraturan atau Pedoman yang mengatur perencanaan dan


pelaksanaan konstruksi kayu diterbitkan oleh Departemen Pekerjaan Umum
Republik Indonesia.
Standar atau peraturan konstruksi kayu yang berlaku di Indonesia adalah
Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1961 (PKKI’61) dan beberapa
standar spesifikasi struktur khusus dan metode-metode pengujian bahan
(lihat literatur).
Peraturan atau Standar tersebut di atas diberlakukan sebagai peraturan standar
resmi di Indonesia, sehingga harus diikuti karena berkekuatan hukum dalam
pengendalian perencanaan dan pelaksanaan bangunan konstruksi kayu.
Peraturan standar lainnya dapat digunakan sebagai acuan pembanding dan
atau bila sesuatu masalah tidak terdapat di dalam peraturan resmi yang berlaku.

5. Prinsip Dasar Analisis Kekuatan


Proses analisis dan perencanaan umumnya dimulai dengan memenuhi
persyaratan terhadap batang lentur, tarik dan tekan serta sistim
sambungan-sambungan, hingga kesemuanya memenuhi syarat-syarat atau
ketentuan kekuatan.

Pendekatan metode perencanaan kekuatan struktur kayu, umumnya masih


mengacu pada Teori Elastisitas.
Teori elastisitas didasarkan pada anggapan bahwa sifat dan perilaku bahan
kayu disamakan dengan bahan homogen (serba sama) seperti bahan baja.
Dimana tegangan dan regangan pada penampang balok (bahan homogen)
terlentur terdistribusi linier yaitu nilai nol dari garis netral ke nilai maksimum
pada serat tepi terluar.

STRUKTUR KAYU Handouts I - 7


Demikian pula untuk penampang balok yang menerima gaya normal
(tarik/tekan) diamsumsikan tegangan (yang terjadi akan menyebar merata
pada seluruh penampangnya.

Penampang Balok Terlentur

q t/m’
Gambar 1.2. Balok A-B
A B mene-rima beban merata q
 maks t/m’ mengakibatkan momen
lentur Mmaks di tengah
l bentang.
 Bagaimana kondisi tegangan
() - regangan () yang
Mmaks =
terjadi?

 Momen pikul penampang


(MR)?

Gambar 1.2. Balok Terlentur  Lendutan yang terjadi ()?

Berdasarkan Teori Elastisitas:


Penampang dari bahan homogen (mis. baja) atau bahan yang
dianggap homogen (mis. kayu), mengalami lenturan seperti
gambar berikut:
h = tinggi balok
a a b = lebar balok
ND
c = tinggi garis netral
c = ca  = regangan
Garis netral
h z MR  = tegangan
cb
ND = gaya tekan dalam
NT
b b b NT = gaya tarik dalam
z = lengan momen dalam
MR = momen pikul
Gambar 1.3.
Diagram Tegangan – Regangan
STRUKTUR KAYU Handouts I - 8
M.c M 
 Metode Rumus Lenturan :   ;  ; 
I W E

 Metode koppel momen dalam :


Gaya Koppel : N D = b . ca . ½  a
ND = NT
N T = b . cb . ½  b
b . ca . ½ a = b . cb . ½ b  ca = cb = c = ½h (homogen)
Jadi : a = b = 

Momen Pikul : MR = ND . z = NT . z  MR = b. ½h . ½  . 2/3 h

MR = 1/6 b h2  atau MR . c = 1
/12 b h3 
W Momen Tahanan I Momen Inersia

Syarat : MR  M ;  ytd   ; &    maks

Perhatikan gambar 1.2. di atas, lendutan maksimum (maks) akan terjadi


di tengah-tengah bentang, dengan persamaan:
5 1
 maks  q l4
384 EI (ingat MK. Statika & Mekanika Bahan)

(EI = faktor penampang  Elastistas & Momen Inersia)

Syarat :  maks(ytd)   izin (sesuai ketentuan struktur).

STRUKTUR KAYU Handouts I - 9


Batang akibat Gaya Normal
Gambar 1.4 memperlihat-kan
suatu struktur Rangka Batang
(Kuda-kuda).
2
Hasil perhitungan gaya batang
Btg tekan diperoleh bahwa batang 1
adalah batang tarik dan
1 batang 2 adalah batang
A B tekan.
Batang tarik
Bagaimana kemampuan
batang yg menerima Gaya
Gambar 1.4. Rangka Batang Normal (Tarik / Tekan)?

P P P P
A
A
l
l l l

a). Batang Tarik b). Batang Tekan

Gambar 1.5. Batang menerima Gaya Normal

Suatu batang dengan luas penampang (A) yang menerima gaya normal
(tarik / tekan) (P), diasumsikan bahwa tegangan (yang terjadi akan
menyebar merata pada seluruh penampangnya.

P
  (kg / cm 2 )
A
P 
A 
  ;
E
l   . l

Gambar 1.6.;
Tegangan akibat Gaya Normal

Prinsip tegangan-regangan batang tarik maupun batang tekan, pada dasarnya


sama, kecuali varibel struktur dimana batang harus diperhitungkan terhadap
timbulnya perlemahan-perlemahan akibat adanya sambungan-sambungan.
Khusus untuk batang tekan harus pula diperhitungan terhadap bahaya tekuk
yang identik dengan faktor kelangsingan batang.

STRUKTUR KAYU Handouts I - 10


Soal Latihan I Dasar batang Lentur, Tarik & Tekan
1. Suatu gelagar balok kayu “klas kuat I” dan “mutu B” ukuran 12 cm x
24 cm, diletakkan di atas dua tumpuan sederhana (sendi-rol) bentang (l) =
4,00 m, menerima beban terbagi rata (q) = 500 kg/m’ (pembebanan tetap
& konstruksi gelagar jembatan).
a. Hitung tegangan lentur yang terjadi.
b. Hitung kemampuan pikul balok kayu tersebut.
c. Hitung lendutan yang terjadi.

2. Suatu struktur kuda-kuda kayu “klas kuat II” dan “mutu A” menerima gaya
normal (tarik dan tekan), akibat kombinasi pembebanan tetap dan
pembebanan tidak tetap (sementara).
a. Ukuran batang tarik 6 cm x 12 cm, panjang batang (l) 2,00 m,
menerima gaya tarik (P) = 7,5 ton. Hitung tegangan dan perpanjangan
yang terjadi pada batang tarik tersebut. (perlemahan batang tidak
diperhitungkan).
b. Ukuran batang tekan 8 cm x 12 cm, panjang batang (l) 1,80 m,
menerima gaya tekan (P) = 8,0 ton. Hitung tegangan dan
perpendekan yang terjadi pada batang tekan tersebut. (perlemahan &
tekuk tidak diperhitungkan).

STRUKTUR KAYU Handouts I - 11


POKOK BAHASAN II

PERENCANAAN ELEMEN STRUKTUR


LENTUR, TARIK DAN TEKAN

1. Persyaratan Umum
Adapun persyaratan-persyaratan umum dari balok yang mengalami
lenturan, antara lain: Lihat Referensi & PKKI’1961

a. Perencanaan dan Perhitungan Konstruksi


1). Perhitungan konstruksi harus didasarkan atas pengetahuan mekanika
teknik (ilmu gaya) dan mekanika bahan.
2). Pembebanan yang diperhitungkan harus sesuai dengan ketentuan
dalam peraturan pembebanan, antara lain: PPI’1983, PMJJR’1982.
3). Memperhatikan persyaratan minimum penampang melintang dari
seluruh bagian konstruksi.
4). Tegangan-tegangan yang diperkenankan untuk setiap jenis kayu, alat
penyambung maupun kekuatan sambungan.
5). Lendutan (penurunan/peninggian) maksimum yang diperkenankan.

b. Ukuran Batang
1). Batang-batang kayu dalam konstruksi rangka batang harus
mempunyai ukuran lebar  4 cm, sedang luas penampang  32 cm2.
2). Apabila batang terdiri lebih dari satu bagian, maka syarat tersebut di
atas berlaku untuk seluruh tampang.
3). Untuk kontruksi dengan paku atau perekat , maka syarat tersebut di
atas tidak berlaku.

c. Perlemahan Batang
1). Pada batang-batang tarik atau bagian-bagian konstruksi yang dibebani
lentur, perlemahan-perlemahan akibat lubang-lubang untuk alat-alat
penyambung dan lain-lainnya, harus diperhitungkan.
2). Untuk batang-batang yang menahan tegangan tekan, perlemahan
akibat alat-alat penyambung tidak perlu diperhitungkan, kecuali jika
kenyataan menunjukkan lubang-lubang akibat alat sambung tidak
tertutup, maka tetap harus diperhitungkan sebagai perlemahan.
3). Prosentase perlemahan yang umum diambil, adalah: sambungan paku
(10–15)%; samb. bout, gigi (20-25)%; samb. pasak kayu 30%;
samb. plat kokot, pasak cincin 20% dan samb. perekat 0%.

STRUKTUR KAYU Handouts II - 1


2. Perencanaan Elemen Struktur Tarik
Perencanaan balok yang menerima gaya tarik (batang tarik), harus
berpedoman pada persyaratan umum di atas, dengan kriteria perhitungan
sebagai berikut:

a. Faktor Perlemahan
Perencanaan batang tarik harus diperhitungkan terhadap perlemahan
sesuai point 1.c. di atas, yaitu dengan memperhitungkan tambahan luasan
penampang dengan prosentase tertentu (seusai jenis sambungan) dari
yang diperlukan untuk penampang normal (tanpa perlemahan).
Jika luas penampang normal (luas penampang netto, Fn) dan luas
penampang termasuk lubang (luas penampang bruto, Fbr), maka:

Fn = Fbr ( 100% - prosentase perlemahan)

b. Tegangan-tegangan
Konsentrasi tegangan terjadi
tr avg pada penampang yg ber-
tr max
ubah/diskontinue (gbr 2.1).
 tr   tr
max
P P avg

h Persamaan yang diberikan oleh


E.P. Popov dalam Mechanic of
Materials:
Fn Fb b  tr  k.
P
 k .  tr
k>1
max Fb avg
k=1
k = stress concentration factor
Gambar 2.1. Diagram Tegangan

Berdasarkan diagram dan uraian di atas, maka sebagai pendekatan:


Fn   Fb  Fb  b x h
P
 tr //    tr //
Fn

Notasi :  = prosentase luas penampang efektif (100% - % perlemahan).


Fb = luas penampang bruto (cm2).
Fn = luas penampang netto (cm2).

STRUKTUR KAYU Handouts II - 2


Soal Latihan II Batang Tarik

1. Hitung kemampuan menerima


gaya tarik dari balok kayu uk. 6 x 12 cm2, apabila data tambahan
sebagai berikut:
a. Kayu klas II mutu B, peruntukan rangka atap dan ditentukan oleh
beban tetap dan beban angin, menggunakan alat sambung paku.
b. Kayu klas I mutu A, peruntukan gelagar rangka jembatan dan
ditentukan oleh pembebanan tetap, menggunakan alat sambung baut.

2. Suatu balok kayu (penampang


persegi empat) “klas kuat II” dan “mutu B” pada konstruksi rangka
atap (kuda-kuda), menerima gaya tarik sebesar 3,75 ton (akibat
pembebanan tetap).
a. Tentukan dimensi batang jika digunakan alat sambung paku ( 2b = h).
b. Tentukan dimensi batang jika digunakan alat sambung baut (2½b = h).

STRUKTUR KAYU Handouts II - 3


3. Perencanaan Elemen Struktur Tekan
Persyaratan khusus dari balok yang mengalami gaya tekan (batang
tekan), antara lain: Lihat Referensi & PKKI’1961

a. Panjang Tekuk ( lk )
Panjang tekuk (lk) harus diambil sebesar jarak antara dua titik yang
berurutan bebas dari tekukan, atau lk diambil sebagai berikut:

Pk Pk Pk Pk
sendi sendi bebas jepit

l l

sendi jepit jepit jepit

1
a). lk = l b). lk = 2 l c). lk = 2 l d). lk = ½ l
2

Gambar 2.2. Panjang Tekuk

b. Angka Kelangsingan (  )
Angka kelangsingan (), adalah perbandingan antara panjang tekuk ( lk)
dengan jari-jari kelembaman minimim (imin).
lk I min
  imin   Syarat :   150
imin Fb

c. Faktor Tekuk (  )
Faktor tekuk (), nilai yang harus difaktorkan/dikalikan terhadap gaya
yang bekerja (Pk), untuk menghindari bahaya tekuk.
Pk . 
 tk //    tk //
Fb
300
Rumus Tetmayer, untuk   100   
300  2 

STRUKTUR KAYU Handouts II - 4


3
Rumus Euler, untuk   100   
35000
V . 2

 250   
 V   
 100 

d. Momen Lemban (Momen Inersia)


1).Momen lemban minimum (Imin) adalah fungsi dari gaya tekuk, panjang
tekuk dan modulus elastis, sesuai rumus Euler, berikut:

2
n Pk lk
I min 
2 E

Pk = Gaya tekuk / tekan (kg)


E = Modulus Elastis (kg/cm2)
2).Batang Berganda momen lembam Idihitung sebagai berikut: 4
min = Momen lemban minimum (cm )

lk = Panjang tekuk (cm)


n = Angka Keamanan, (3,5 – 5,0)
biasanya diambil 3,50

Y Y
(a) (b)
h Gambar X2.3. Penampang Batang Berganda
X X h

Syarat bahwa
b a momen
b
lembam terhadap
b a sumbu bebas (sumbu Y pada
b a b a b
gambar 2.3.) harus dihitung sebagai berikut:
I = ¼ ( I t + 3 Ig )
It = 2 ( 1/12 b3 h ) + (b . h) . 2 (1/2a +1/2 b)2
Ig = 1/12 (2b)3 . h

I = Momen lemban yg diperhitungkan (cm4)


3).Masing-masing bagian yang membentuk Batang
It = Momen lemban Berganda,
teoritis (cm4)harus
mempunyai momen lembam:
Ig = Momen lemban geser (cm4)
(asumsi masing-masing bagian digeser
2 S = Gayahingga
tekan pada batang
berimpitan berganda
satu (ton)
sama lain).
10 . S . l y
I1   S
Jika a >=2bPkmaka perhit. It diambil a = 2b
n

STRUKTUR KAYU Handouts II - 5


ly = Panjang tekuk thdp sb. bebas bahan (m)
n = Jumlah bagian batang

Masing-masing bagian tersebut pada ujung-ujungnya dan juga pada


dua titik antara dengan jarak sepertiga panjang batang disyaratkan
diberi perangkai, gambar 2.4.
Jika dipakai baut, maka untuk h  18 cm kebutuhan baut 2 x 1
(2 buah), dan untuk h > 18 cm kebutuhan baut 2 x 2 (4 buah).

KLOS

(a) (b) 2 bout (c) 4 bout

Gambar 2.4. Perangkai Batang berganda


b a b h  18 cm h  18 cm
Jika dipakai paku sebagai ganti baut tersebut, maka harus dalam
jumlah yang cukup sesuai dengan keperluan dan dengan posisi
paku sesuai peraturan yang berlaku.

Soal Latihan III Batang Tekan


1. Hitung kemampuan menerima gaya tekan dari balok kayu uk. 6 x 15 cm 2,
panjang 2,25 m, kedua ujung adalah sendi-sendi dan data tambahan sbb.:

STRUKTUR KAYU Handouts II - 6


a. Kayu klas II mutu B, peruntukan rangka atap dan ditentukan oleh
beban tetap dan beban angin.
b. Kayu klas I mutu A, peruntukan gelagar rangka jembatan dan
ditentukan oleh pembebanan tetap.

2. Suatu balok kayu “klas kuat II” dan “mutu A” pada konstruksi
rangka atap (kuda-kuda), panjang batang 2,00 m, menerima gaya tekan
1,40 ton (akibat pembebanan tetap)..
a. Tentukan dimensi balok jika penampang bujur sangkar.
b. Tentukan dimensi balok jika penampang persegi empat  b  ½ h.

3. Suatu kolom bulat dengan tinggi 3,75 m, menyanggah beban seberat


12 ton (pembebanan tetap dan konstruksi terlindung), ujung atas terikat
kontruksi balok kayu dan ujung bawah terjepit penuh.
a. Tentukan diameter kolom jika digunakan kayu klas kuat I mutu A.
b. Tentukan diameter kolom jika digunakan kayu klas kuat II mutu A.

STRUKTUR KAYU Handouts II - 7


4. Perencanaan Elemen Struktur Lentur
Persyaratan khusus dari balok yang mengalami lenturan maupun yang
mengalami beban kombinasi, antara lain: Lihat Referensi & PKKI’1961

a. Jarak Bentang
1).Panjang perletakan dari sebuah balok di atas 2 tumpuan maksimum
1/20 jarak antara kedua perletakan. Dan sebagai jarak bentang harus
diambil jarak antara kedua titik tengah perletakan tersebut dan
setinggi-tingginya 1,05 x jarak antara ujung perletakan, (gambar 2.5.).
2).Apabila perletakan-perletakan itu berupa sendi/rol, maka sebagai jarak
bentang harus diambil jarak antara kedua titik sendi tersebut.
p
lt = panjang balok
ld = panjang antara kedua tepi
ld perletakan
l = panjang bentang, l
l = 1,05 ld
lt
p = panjang perletakan, p
= 0,05 ld
Gambar 2.5. Balok 2 tumpuan

3).Jika berupa balok atau papan menerus, maka jarak bentang masing-
masing lapangan harus diambil jarak antara titik-titik tengah
perletakan (gambar 2.6). Pada balok seperti ini masing-masing
lapangan dapat dianggap seperti terletak di atas dua tumpuan dan
tegangan lentur yang diperkenankan boleh dinaikkan 10%.

A B C D
ld1 ld2 ld3
pa pb pc pd
l1 l2 l3

Gambar 2.6. Balok Menerus

Anggapan Balok Menerus Anggapan Balok 2 Tumpuan


l1 = ld1 + 0,025 ld1 + 0,5 pb l1 = 1,05 ld1
l2 = ld2 + 0,5 pb + 0,5 pa l2 = 1,05 ld2
l3 = ld3 + 0,025 ld3 + 0,5 pc l3 = 1,05 ld3
STRUKTUR KAYU Handouts II - 8
4).Pada balok dengan sistem tunjang (skur), maka sebagai jarak bentang
harus diambil : l = ½ ( l1 + l2 ) (gambar 2.3.).

l2 l2

l l
l1 l1

Gambar 2.7. Balok dengan Sistem Tunjang

5).Apabila perletakan berupa pasangan batu, maka tekanan balok pada


perletakan tersebut dianggap merata, tetapi tegangan yang timbul
pada pasangan itu maksimum 4/5 x tegangan yang diperkenankan.

b. Lendutan

1).Untuk membatasi perubahan-perubahan bentuk pada suatu


konstruksi, maka sambungan-sambungan harus sedemikian baik
agar pergeseran dari masing-masing bagian kontruksi dapat
diminimalkan, terutama pada konstruksi yang mengalami getaran-
getaran seperti jembatan.

2).Dengan pertimbangan point 1)., maka lendutan akibat berat sendiri


dan muatan tetap, dibatasi sebagai berikut :

 Balok pada konstruksi terlindung,  maks  1/300 l.

 Balok pada konstruksi tidak terlindung,  maks  1/400 l.

 Balok pada konstr. kuda-kuda, gording & kasau,  maks  1/200 l.

 Konstruksi rangka batang yang tidak terlindung,  maks  1/700 l.

3). Di dalam perhitungan lendutan untuk jembatan, muatan-muatan


bergerak tidak perlu digandakan dengan koefisien kejut.

STRUKTUR KAYU Handouts II - 9


c. Tegangan Kombinasi Lentur dan Normal
1). Apabila suatu bagian konstruksi menerima tegangan lentur dan
tegangan tarik bersama-sama, maka harus dihitung sebagai berikut:
= tegangan
 ytj  S  1
M
  tr //
Fn Wn S = gaya tarik
 tr // Fn = Luas Penampang Netto
1 
 lt
M = Momen
Wn = momen tahanan netto

2). Apabila suatu bagian konstruksi menerima tegangan lentur dan


tegangan tekan bersama-sama, maka harus dihitung sebagai berikut:

 ytj  S.   2 M   tk // = tegangan


Fn Wn S = gaya tekan
 tk // Fn= Luas Penampang Netto
2 
 lt M = Momen
Wn= momen tahanan netto
 = faktor tekuk

d. Balok Terlentur Dua-arah (Biaxial Bending)


Balok yang diasumsikan atau mengalami lenturan dua arah (biaxial
bending), yaitu balok yang menerima gaya lentur dari dua sisi penampang
atau karena gaya lentur yang bekerja tidak tegak lurus terhadap salah
satu sisi penampang, seperti pada struktur gording.

1). Tegangan Lentur


 
Sb. Y  lt     lt  atau
Sb. X  lt x y

M M y 
Px  lt  x    lt
W x W 
  y 
Py
P 2). Lendutan

   
x
2
   y 2


  ijin

Gambar 2.8. Balok Biaxial

STRUKTUR KAYU Handouts II - 10


Soal Latihan IV Batang Lentur
1. Hitung kemampuan pikul menerima beban terbagi rata (q) dari balok kayu
klas kuat II dan mutu A, ukuran 8 x 12 cm 2 . tumpuan sendi-sendi.
a. Jika bentang 3,50 m konstruksi terlindung dan pembebanan tetap.
b. Jika bentang 3,00 m konstruksi tidak terlindung & pembebanan tetap.

2. Suatu struktur lantai dari kayu untuk Rumah Tinggal, dengan bentang
balok 3,00 m dan jarak spasi balok 1,00 m. Jika balok lantai dipakai
kayu klas kuat I bermutu A dan papan lantai dari kayu klas kuat II mutu
A, maka:
a. Rencanakan ukuran papan lantai tersebut (ambil lebar papan 20 cm).
b. Rencanakan ukuran balok lantai tersebut ( ambil b  ½ h ).

3. Suatu gording rangka atap dengan bentang 3,00 m dan jarak 0,85 m,
digunakan kayu klas II mutu A.
a. Tentukan dimensi gording tersebut, jika kemiringan bidang atap 30 o
dan digunakan atap seng.
b. Tentukan dimensi gording tersebut, jika kemiringan bidang atap 45 o
dan digunakan atap genteng.

Soal Latihan V Batang Lentur & Normal

1. Suatu batang kayu klas kuat I mutu A menerima kombinasi momen


lentur dan gaya tarik akibat pembebanan tetap, konstruksi terlindung,
perlemahan batang 15%.
a. Hitung dimensi jika batang menerima momen lentur 250 kg/m’ dan
gaya tarik 1500 kg.
b. Hitung dimensi jika batang menerima momen lentur 300 kg/m’ dan
gaya tarik 2000 kg.

2. Suatu batang kayu klas kuat I mutu A menerima kombinasi momen


lentur dan gaya tekan akibat pembebanan tetap, konstruksi terlindung,
perlemahan batang diabaikan dan faktor tekuk diabaikan.
a. Hitung dimensi jika batang menerima momen lentur 250 kg/m’ dan
gaya tekan 1500 kg.
b. Hitung dimensi jika batang menerima momen lentur 300 kg/m’ dan
gaya tekan 2000 kg.

STRUKTUR KAYU Handouts II - 11


PEYELESAIAN

SOAL-SOAL LATIHAN

POKOK BAHASAN II

PERENCANAAN ELEMEN STRUKTUR


LENTUR, TARIK DAN TEKAN

I. DASAR BATANG LENTUR, TARIK & TEKAN halaman – 01

II. BATANG TARIK halaman – 04

III. BATANG TEKAN halaman – 06

IV. BATANG LENTUR halaman – 12

V. BATANG LENTUR & NORMAL halaman – 18

STRUKTUR KAYU Handouts II - 12


POKOK BAHASAN III

PERENCANAAN SAMBUNGAN

1. Pengertian
Sambungan (connector) pada konstruksi kayu dilakukan pada titik-titik
simpul (buhul) yang dapat berupa pertemuan atau persilangan balok.
Demikian juga sambungan dibutuhkan pada perpanjangan balok lurus hingga
mencapai panjang balok yang dibutuhkan.
Jenis-jenis sambungan standar dibedakan atas bentuk sambungan atau
jenis alat sambung, yaitu: Sambungan Paku, Sambungan Bout, Sambungan
Gigi, Sambungan Pasak, dan Sambungan Perekat.
Ditinjau terhadap aspek efisiensi dan efektifitasnya setiap jenis
sambungan memiliki keunggulan masing-masing. Hal ini dimaksudkan
karena tidak semua jenis sambungan cocok diterapkan untuk konstruksi
tertentu.
Pemilihan alternatif penggunaaan terhadap jenis sambungan dan alat
sambung, harus disesuaikan dengan kondisi konstruksi (antara lain : faktor
bentuk, beban, jenis kayu, kemudahan pengerjaaan, kemudahan perolehan),
dengan mempertimbangkan aspek efisiensi dan efektifitas.
Pembahasan sambungan dalam materi ini tidak secara detail, oleh
karena itu didukung oleh literatur yang relevan termasuk brosur kemampuan
alat-alat sambung yang ada.

2. Sambungan Paku
Sambungan paku dimaksudkan sebagai sambungan pada konstruksi
kayu yang menggunakan paku sebagai alat sambung.
Keunggulan sambungan paku adalah cocok untuk konstruksi sederhana,
mudah dikerjakan, harga paku relatif murah dan mudah diperoleh dipasaran,
dan peyebaran beban pada penampang relative lebih merata.
Jenis penampang paku sebagai alat sambung, terdiri atas penampang
bulat (umum di pasaran), penampang segitiga, penampang persegi dan
penampang beralur lurus/spiral.
Persyaratan detail lengkap tentang sambungan paku dapat dilihat dalam
PKKI’1961, karena itu materi ini hanya menyajikan garis-garis besarnya saja.

STRUKTUR KAYU Handouts III - 1


a. Beban Izin Per Paku
Perhitungan kekuatan paku dapat berpedoman pada daftar kekuatan
paku Jerman DIN 1052, daftar Va. mengenai kokoh desak kayu dan
daftar Vb. mengenai diameter paku, lihat PKKI’1961.
Jika menyimpang dari daftar Va di atas maka dapat digunakan rumus-
rumus sebagai berikut:

1). Sambungan bertampang satu:


_ _
S  1
2
b d  kd  b ≤ 7d
_ _
S  3 12 d 2  kd  b > 7d melewati satu bidang geser

2). Sambungan bertampang dua:


_ _
S  b d  kd  b ≤ 7d
_ _
S  7 d2  kd  b > 7d melewati dua bidang geser

_
Dimana: = Gaya yang diijinkan tiap paku (kg)
S
b = Tebal kayu (cm)
d = Diameter paku (cm)
_
 kd = Kokoh desak kayu (kg/cm2)

b. Syarat-syarat Sambungan Paku


1). Kekuatan paku tidak dipengaruhi oleh besarnya sudut penyimpangan
antara gaya dan arah serat.
2). Untuk konstruksi yang selalu basah atau kadar lengas tinggi,
kekuatan paku direduksi menjadi ⅔.
3). Untuk konstruksi yang menerima beban sementara, kekuatan paku
difaktorkan 1¼.
4). Jika dalam satu baris lebih dari 10 paku maka kekuatan paku
direduksi 10% dan jika lebih dari 20 paku direduksi 20% dst.

STRUKTUR KAYU Handouts III - 2


5). Minimal paku pada suatu sambungan adalah 4 buah.
6). Jarak minimum paku :

a). Dalam arah gaya:

 12 d untuk tepi kayu


yang dibebani
12d
 5 d untuk tepi kayu 10d
yang tak dibebani 10d
 10 d jarak antara paku 10d
5d
dalam satu baris 12d

5d 5d 5d 5d 5d 5d

b). Dalam arah tegak lurus


5d
gaya: 5d
5d
 ≥ 5 cm untuk jarak 5d
sampai tepi kayu 5d

 5 d untuk jarak barisan 12d 10d 10d 10d 10d 10d 12d
paku ≥ 5 cm

7). Panjang Paku (lp )

Sambungan bertampang satu

1) b1 = b2 = b  lp ≥ 2½ b

lp 2) b1 ≥ b2 lp ≥ b1 + b2 + 3d
3) b1 ≤ 1½ b2 ≥ 2½ b2
1, 2)
4) b1 > 1½ b2  lp ≥ 2½ b2
3) ≥ b1 + b 2
4)
1) b1 = b2 < b3  lp ≥ 2½ b2
b1 b2 ≥ 2½ b1
lp

STRUKTUR KAYU Handouts III - 3


1)
2) b1 = b2 > b3  lp ≥ 2½ b3
2) ≥ b2 + b 3 + d

b1 b3 b2

Sambungan bertampang dua


1) b1 = b2 < b3  lp ≥ b1+b2+ b3+3d

2) b1 = b2 > b3  lp ≥ 2b3 + b1
lp 3) b3 < b1 ≤ b2  lp ≥ 2b3 + b1

4) b3 < b1 ≤ b2  lp ≥ 2b3 + b2
1)
2,3, 5) b1 < b3 ≤ b2  lp ≥ 2b1 + b3
4) 5)

Contoh-contoh
b1 Soal
b3 bSambungan
2
Paku (lampiran tersendiri)

3. Sambungan Bout
Sambungan bout dimaksudkan sebagai sambungan pada konstruksi
kayu yang menggunakan bout sebagai alat sambung.
Keunggulan sambungan bout adalah cocok untuk konstruksi sederhana
sampai sedang, relatif mudah dikerjakan, harga masih relatif terjangkau dan
mudah diperoleh dipasaran.
Jenis penampang bout adalah bulat dengan atau tanpa mur dan pelat
ikutan, oleh karena itu dikenal a). sambungan bout tanpa mur dan b).
sambungan bout dengan mur dan plat ikutan. Yang umum digunakan adalah
sambungan bout dengan mur dan pelat ikutan, karena lebih efektif.

STRUKTUR KAYU Handouts III - 4


Syarat-syarat Sambungan Bout

1). Alat penyambung bout harus terbuat dari baja BJ 37 (minimal).


2). Lubang harus secukupnya dengan kelonggaran ≤ 1,5 mm.
3). Diameter bout minimal 10 mm (⅜”). Tebal kayu yang ≥ 8 cm harus
menggunakan bout minimal diameter 12,7 mm (½”).
4). Bout harus disertai plat ikutan (ring) dengan tebal minimum 0,3 d dengan
ketentuan maksimum 5 mm, serta diameter luar 3 d (ideal).
5). Sambungan bout terdiri atas 3 golongan, yaitu golongan I untuk kayu klas
kuat I, gol. II u/ kayu klas kuat II dan gol. III u/ kayu klas kuat III.
Kekuatan sambungan bout yang optimal ditentukan oleh perbandingan
antara tebal kayu dengan diameter bout ( λb = b/d ), maka kekuatan ijin
maksimal sebagai berikut :

Tampang Satu  λb = 4,8 Tampang Dua  λb = 3,8


_
Golongan I

S  125 d b3  1  0,6 sin  


_
S  50 d b1  1  0,6 sin   _

_ S  250 d b1  1  0,6 sin  


S  240 d  1  0,35 sin  
2
_
S  480 d  1  0,35 sin  
2

STRUKTUR KAYU Handouts III - 5


Tampang Satu  λb = 5,4 Tampang Dua  λb = 4,3
_
Golongan II

_ S  100 d b3  1  0,6 sin  


S  40 d b1  1  0,6 sin   _
S  200 d b1  1  0,6 sin  
_
S  215 d  1  0,35 sin  
2
_
S  430 d  1  0,35 sin  
2

Tampang Satu  λb = 6,8 Tampang Dua  λb = 5,7


Golongan III

S 60 d b3  1  0,6 sin  
_
S  25 d b1  1  0,6 sin   _

_ S  120 d b1  1  0,6 sin  


S  170 d  1  0,35 sin  
2
_
S  340 d  1  0,35 sin  
2

_ _
Dari ketiga Golongan di atas diambil
S yang terkecil untuk 1 Bout, jadi kalau 4 buah bout, maka
S x4

6). Jika salah satu batangnya dari baja pada sambungan bertampang satu
atau pelat penyambungnya dari baja pada sambungan bertampang dua,
maka kekuatan bout (S) dinaikkan 25%.

STRUKTUR KAYU Handouts III - 6


7). Jika bout dipakai pada konstruksi yang selalu terendam air, maka
kekuatan bout (S) direduksi menjadi 2/3 dan untuk konstruksi tidak
terlindung kekuatan bout (S) direduksi menjadi 5/6.
8). Untuk konstruksi yang disebabkan oleh muatan tidak tetap, maka
kekuatan bout (S) dinaikkan 25%.
9). Penempatan dan jarak minimum bout harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut :

a). Arah gaya sejajar dengan arah serat

2d 2d
3d 3d

2d 2d

7d 6d 6d 7d 3½d 6d 6d 3½d
≥ 10 cm

 Antara sb. bout dan ujung kayu muka yang dibebani 7d a/ ≥ 10 cm


 Antara sb. bout dan ujung kayu muka yang tak dibebani 3,5 d
 Antara sb. bout dengan sb. bout dalam arah gaya 6d
 Antara sb. bout dengan sb. bout dalam arah ┴ gaya 3d
 Antara sb. bout dengan tepi kayu 2d

b). Arah gaya tegak lurus dengan arah serat

5d 2d
5d 5d

2d 7d a/ 5d
≥ 10 cm
2d 3d 2d 2d 3d 2d

 Antara sb. bout dgn tepi kayu yang dibebani 5d


 Antara sb. bout dgn tepi kayu yang tak dibebani 2d
 Antara sb. bout dengan sb. bout dalam arah gaya 5d
 Antara sb. bout dengan sb. bout dalam arah ┴ gaya 3d
STRUKTUR KAYU Handouts III - 7
 Antara sb. bout dan ujung kayu muka yang dibebani 7d a/ ≥ 10 cm

c). Arah gaya membentuk sudut α

5 - 6d 5 - 6d
5 - 6d 5 - 6d
2d 2d
7d / ≥10 cm

2d 2d

3d 3d

 Antara sb. bout dgn tepi kayu yang dibebani 2d


 Antara sb. bout dgn tepi kayu yang tak dibebani 2d
 Antara sb. baris bout dengan sb. baris bout dalam arah gaya 3d
 Antara sb. bout dengan sb. bout dalam arah gaya (interpolasi) 5 d - 6 d
 Antara sb. bout dengan tepi kayu yang dibebani dalam arah gaya
(interpolasi) 5 d - 6 d
 Antara sb. bout dan ujung kayu muka yang dibebani 7d a/ ≥ 10 cm

Contoh-contoh Soal Sambungan Bout (lampiran tersendiri)

4. Sambungan Gigi
Syarat :
Sambungan gigi umumnya dipakai rangka jembatan dan kuda-kuda kayu,o
khususnya titik-titik buhul yang merupakan pertemuan antaraUntuk α ≤ tepi
batang 50
dengan batang diagonal D (tekan) atau pertemuan batang horizontal ¼h
tm ≤atau
vertikal dengan
S batang miring (tekan). Untuk α ≥ 60o
Keunggulan sambungan gigi adalah sangat efektif dan relevan ≤ 1/6 h
tm untuk
S antara batang tunggal pada titik
konstruksi sederhana
N khususnya pertemuan
buhul yang disebutkan di atas, mudah dikerjakan, penggunaan paku
Panjang atau
min.
bout hanya sebagai pelekap. kayu muka:
Variasi sambungan gigi dapat dijumpai dalam bentuk sambungan gigi
tunggal dan sambungan ½β
gigi rangkap, dimana sambungan gigi rangkap
digunakan jika sambungan gigi tunggal tidak memungkinkan dalam hal
½β 
pembebanan, dapat juga  N
dilakukan
D dengan alternatif lain.
tAlternatif
m lain ½
jika ukuran kayu relatife kecil maka sering dilakukan
pelebaran pada daerah sambungan, yang disebut sambungan gigihdengan

STRUKTUR KAYU Handouts III - 8


b
lm
pelebaran dan kadang dengan peninggian yang disebut sambungan gigi
dengan peninggian. Untuk tujuan ini digunakan alat-alat sambung yang
sesuai sebagai pelekap.
a. Sambungan Gigi Tunggal

Dari gambar di atas, maka dapat diuraikan persamaan-persamaan


sebagai berikut:

 Gaya S diurai menjadi gaya-gaya: N = S cos ½α dan

D = S sin ½α
tm
 Luas bidang tekan (gaya N): Am  b.
cos 12 

S cos 12  _
 o
tk 1
 
tm
  tk 1

 Tegangan yang terjadi: 2
2
b
cos 12 

S cos 2 12  _
atau:  o
tk 1
    tk 1

2
b tm 2

S cos 2 12 
 Tinggi gigi: tm  _
b  tk 12

 Panjang kayu muka, disyaratkan: lm  15 cm

STRUKTUR KAYU Handouts III - 9


Gaya geser
Tegangan geser yang terjadi  atau
Luas bidang geser

H
 //o 
b lm

H
lm 
Jadi panjang kayu muka ( lm ): _ atau
b  //

S cos 
lm  _
b  //

_
 tk
_
 Nilai-nilai dari: 1
 dan  // dapat dilihat dalam diagram PKKI.
2

Contoh-contoh Soal Sambungan Gigi Tunggal (lampiran tersendiri)

C. Sambungan Gigi Rangkap

D S
Syarat :
S1 S1
S2 tm2 - tm1 ≥ 1 cm
N
Lm1 ≥ 15 cm

½β
½β 

tm2 tm1 ½ 
h

lm1 b
lm2

STRUKTUR KAYU Handouts III - 10


Dari gambar di atas, maka dapat diuraikan persamaan-persamaan
sebagai berikut:

 Sebagai pendekatan awal: S1 ≈ S2 ≈ ½ S


tm2
 Luas bidang tekan ( gaya S2 ): Am 2  b.
cos 

S2 _
 o tk  
t
  tk 
 Tegangan yang terjadi: b m2
cos 

S 2 cos  _
atau:  o tk    tk 
b t m2

S 2 cos 
 Tinggi gigi-2 : tm2  _ dimana S2 = ½ S
b  tk 

S1 cos 2 12 
 Tinggi gigi-1 (pers. terdahulu) : tm1  _ dimana S1 = S – S2
b  tk 12

 Panjang kayu muka, disyaratkan: l m1  15 cm

Gaya geser H1
Tegangan geser yang terjadi  atau  //o 
Luas bidang geser b l m1
H1 S1 cos 
lm1  lm1 
Jadi panjang kayu muka: _ atau _
b  // b  //
H S cos 
lm 2  lm 2 
_ atau _
b  // b  //

Contoh-contoh Soal Sambungan Gigi Rangkap (lampiran tersendiri)

c. Sambungan Gigi dengan Pelebaran Balok

STRUKTUR KAYU Handouts III - 11


d. Sambungan Gigi dengan Peninggian Balok

5. Pengertian Pasak
Adapun persyaratan-persyaratan umum dari balok yang mengalami
lenturan, antara lain:

6. Alat-alat Sambung Modern

STRUKTUR KAYU Handouts III - 12


Adapun persyaratan-persyaratan umum dari balok yang mengalami
lenturan, antara lain:

STRUKTUR KAYU Handouts III - 13

Anda mungkin juga menyukai