A. UMUM
Metode pelaksanaan ini dibuat untuk memudahkan personil pelaksana
proyek dalam mengelola sumber daya yang ada (sumber daya manusia, waktu,
material, dan uang). Secara umum, pelaksanaan pekerjaan dimulai dengan
pekerjaan persiapan, diantaranya pembuatan kantor direksi, kantor dan gudang
kontraktor, barak kerja yang dilengkapi dengan perlengkapan standar. Setelah
pekerjaan persiapan dilaksanakan, maka mobilisasi tenaga dan peralatan yang
dapat dilaksanakan segera dilakukan dan selanjutnya dilaksanakan pekerjaan fisik
yang dapat dikerjakan sesuai dengan sumber daya yang sudah tersedia. Semua
pekerjaan yang dilaksanakan selalu didahului dengan pengukuran bersama,
persetujuan gambar kerja dan berdasar ijin pelaksanaan pekerjaan yang diketahui
oleh pihak yang terkait (pihak kontraktor, direksi dan pihak lain yang mewakili
pihak direksi). Selama proses penerimaan bahan untuk pelaksanaan pekerjaan,
proses pelaksanaan maupun terhadap hasil pekerjaan yang telah dilakukan selalu
melalui tahapan pemeriksaan yang berupa inspeksi (pengecekan visual,
pengecekan elevasi, dsb) atau test (misalnya pengecekan mutu beton, kepadatan
tanah, dll). Semua bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini, seperti yang
ditentukan dalam dokumen kontrak harus melalui proses persetujuan dari pihak
direksi atau pihak lain yang mewakili pihak direksi, dengan cara pihak kontraktor
menyerahkan contoh bahan, menyerahkan brosur bahan yang akan dipakai,
tergantung dari jenis bahan yang akan dimintakan persetujuannya. Pada tahap
akhir perlaksanaan diadakan kembali pengecekan hasil perkerjaan yang telah
diselesaikan sebelum diserahkan ke pihak direksi. Jumlah waktu pelaksanaan
pekerjaan ini yaitu 210 (Dua Ratus Sepuluh) hari kalender, dengan lingkup
perkerjaan sebagai berikut :
A. PEKERJAAN STANDAR
I. PEKERJAAN PERSIAPAN
II. PEKERJAAN STRUKTUR
III. PEKERJAAN ARSITEKUR
IV. PEKERJAAN PLUMBING
V. PEKERJAAN ELEKTRIKAL ARUS KUAT
1) Administrasi
Setelah SPPBJ diterbitkan, Kontraktor mengajukan Jaminan
Pelakasanaan sesuai yang dipersyaratkan dalam Dokumen Lelang
(5% dari nilai penawaran terkoreksi).
Penandatanganan Kontrak dilakukan setelah Kontraktor
menyerahkan Jaminan Pelaksanaan.
3
Pengajuan Uang Muka diajukan oleh Kontraktor setelah
penandatanganan surat perjanjian kerja (SPK) sesuai dengan yang
dipersyaratkan pada Dokumen Lelang.
Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah Penandatanganan
surat perintah kerja (SPK), pihak Kontraktor harus sudah memulai
melaksanakan pembangunan fisik secara nyata di lapangan. Apabila
setelah 1 (satu) minggu Kontraktor / Pemborong yang ditetapkan
belum melaksanakan pembangunan fisik secara nyata di lapangan,
maka akan diberlakukan ketentuan yang telah dibuat oleh Panitia /
Owner.
5) PEKERJAAN PENDAHULUAN
Pekerjaan Pendahuluan meliputi :
Pekerjaan Pembersihan dan Perataan Lahan
Pekerjaan pembersihan dan perataan lahan dilaksanakan
sebelum item pekerjaan lainnya seperti pemasangan
bouwplank dll. Dalam pembersihan dan perataan lahan dari
gangguan baik itu gundukan pohon-poho, akar pohon, semak
belukar dan ssemak belukar yang tersisa menggunakan alat.
Pekerjaan Pembersihan.
Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus melaksanakan
Pekerjaan Pembersihan pada Lokasi Pekerjaan dari segala
macam sampah, kotoran dan rumput serta semak belukar,
sisa bekas bongkaran yang diakibatkan oleh pekerjaan
sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk memudahkan
pelaksanaan pekerjaan selanjutnya.
6
Pada saat selesainya Pekerjaan, semua sisa bahan bangunan
dan bahan-bahan tak terpakai, sampah, perlengkapan,
peralatan dan mesin-mesin harus disingkirkan, seluruh
permukaan terekspos yang nampak harus dibersihkan dan
proyek ditinggal dalam kondisi siap pakai dan diterima oleh
Direksi Teknis.
Kontraktor harus melakukan pembersihan secara teratur untuk
menjamin bahwa tempat kerja, struktur, kantor sementara,
tempat hunian dipelihara bebas dari akumulasi sisa bahan
bangunan, sampah dan kotoran lainnya yang diakibatkan oleh
operasi-operasi di tempat kerja dan memelihara tempat kerja
dalam kondisi rapi dan bersih setiap saat.
8
gudang bahan yang dapat dikunci untuk menyimpan barang-
barang, yang mana tempatnya/lokasinya akan ditentukan oleh
Konsultan Pengawas / Personalia Proyek.
- Direksi Keet dan Kantor Kontraktor yang dibuat oleh
Kontraktor, setelah selesai pelaksanaan pembangunan/
pekerjaan tersebut akan ditentukan pemanfaatannya oleh
Proyek, namun apabila dianggap perlu Direksi dapat
memerintahkan kepada Kontraktor / Pemborong untuk segera
membongkarnya dan membersihkannya, dan bahan-bahan
bekasnya diserahkan kepada Proyek.
Air Kerja
Untuk pelaksanaan kegiatan pekerjaan Kontraktor harus
menyediakan air kerja yang bersih dan memenuhi
persyaratan–persyaratan teknis PUBI-1982, tidak berbau,
tidak mengandung kotoran, Lumpur, atau bahan organis
lainnya. Air dapat diperoleh langsung dilapangan atau bila
tidak memungkinkan dapat didatangkan dari luar proyek.
Kontraktor harus menyediakan bak penampungan air yang
dapat mencukupi kebutuhan proyek.
Direksi Teknis berhak menolak air kerja yang tidak memenuhi
persyaratan diatas.
Mobilisasi Peralatan
Mobilisasi peralatan adalah mendatangkan peralatan –
peralatan yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan
pekerjaan yang telah disetujui oleh Direksi Teknis.
Mobilisasi dan pemasangan peralatan yang didasarkan atas
peralatan yang diajukan dalan dokumen penawaran serta alat
penunjang lainnya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
pekerjaan.
9
Untuk kebutuhan perlatan kerja dibagi berdasarkan kelompok
kerja pada tiap – tiap bangunan.
Penyiapan K3
Kami akan melaksanakan Program Rencana Pra K3K atau
Sistem Pengendalian Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3L) agar terciptalah
pekerjaan- pekerjaan yang berkualitas tinggi berdasarkan
mutu pekerjaan sesuai dengan Spesifikasi Teknis dan
gambar kerja, sehingga tidak ada keluhan dari Pemilik
Pekerjaan.
Rencana K3 Kontrak yang dibuat juga akan terus dipantau
untuk meminimalisir kecelakaan kerja dan ke semua
pekerjaan yang dilakukan keselamatan kerja akan
diutamakan.
Contoh Rambu-Rambu K3
6) PEKERJAAN TANAH
1 PEMBENTUKAN PERMUKAAN TANAH (GRADING)
Pelaksanaan :
a. Tanah halaman Asrama Haji Palu dibentuk sesuai rencana tapak
antara lain jalan, parkir, terrace pintu masuk, sehingga diperoleh
ketinggian-ketinggian permukaan seperti yang ditentukan dalam
gambar pelaksanaan. Pekerjaan tanah (grading) dan
pengerukan/pengurugan (cut and fill) harus dilakukan dengan
peralatan-peralatan yang memadai dan dilaksanakan menurut
ketentuan-ketentuan teknis yang berlaku.
b. Bahan-bahan tanah untuk pengurugan bisa berasal dari hasil
galian atau didatangkan dari luar proyek, dengan syarat harus
10
bebas dari kotoran, batu-batu besar, dan tumbuh- tumbuhan.
Pengurugan harus dilaksanakan lapis demi lapis, tiap lapis tidak
lebih dari 20 cm, dan dipadatkan dengan menggunakan stamper
dan timbris
c. Tanah yang berhumus atau yang masih terdapat tumbuh-
tumbuhan diatasnya harus dibuang dahulu permukaan
bagian atasnya (top soil) sedalam 20 cm, khususnya pada
daerah bangunan sampai dengan 3 m disekelilingnya.
d. Tanah bekas galian dan leveling harus dikeluarkan dari
lingkungan tapak lokasi pembangunan
2. GALIAN TANAH
a. Pekerjaan ini meliputi galian tanah untuk pembentukan muka
tanah, saluran-saluran air dan lain-lain seperti ditunjukkan dalam
gambar kerja. Penggalian harus dikerjakan sesuai dengan
ukuran yang tercantum dalam gambar baik kedalaman, kemiringan
maupun panjang dan lebarnya. Khusus galian tanah untuk
basement mengacu kepada persyaratan perencanaan struktur.
b. Lubang pondasi dan lubang galian lainnya harus diusahakan
selalu dalam keadaan kering (bebas air), untuk itu harus
disediakan pompa-pompa air yang siap pakai dengan daya dan
jumlah yang bisa menjamin kelancaran pekerjaan.
3. URUGAN TANAH
a. Pekerjaan ini meliputi pengurugan kembali bekas galian untuk
pasangan pondasi dan peninggian halaman. Urugan harus
dilakukan selapis demi selapis dengan ketebalan tidak lebih dari 20
cm untuk setiap lapisan dan ditimbris sampai padat.
b. Pengurugan kembali tidak boleh dilaksanakan sebelum pondasi,
instalasi/pipa-pipa dan lain-lain yang bakal tertutup tanah diperiksa
oleh Konsultan MK.
4. URUGAN PASIR
a. Urugan pasir dilaksanakan untuk di bawah paving block atau
bahan perkerasan jalan, saluran-saluran, bak-bak kontrol dan
dibawah pasangan lantai bangunan.
b. Urugan tersebut harus dipadatkan dengan stamper dan disiram
dengan air. Ukuran dari ketinggian urugan pasir yang tercantum
dalam gambar adalah ukuran jadi (sesudah dalam keadaan padat).
12
bebas dari papan acuan atau lantai kerja dengan memasang
selimut beton sesuai dengan ketentuan PBI 1971.
- Prinsip dan sistem hubungan pembesian pada pertemuan
antara:
i. Rib dengan rib, baik rib konstruksi, rib settlement maupun rib
pembagi
ii. Rib dengan kolom
iii. Rib dengan plat penutup
iv. Seluruh jepitan harus bersifat sempurna : karenanya,
harus selalu ada panjang penyaluran pada hubungan
pertemuan tersebut.
e. Pekerjaan Pengecoran Beton Untuk Rib
Untuk melaksanakan pekerjaan beton bertulang, berlaku peraturan
sebagai berikut :
- Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI 1971 N2)
- Peraturan umum untuk pemeriksaan Bahan Bangunan (N13)
- Gambar konstruksi
- Pelaksanaan harus sesuai dengan gambar konstruksi
- Apabila ternyata ada yang tidak sesuai antara gambar potongan
dan gambar detail, maka Pemborong / Pengawas berkewajiban
untuk segera berkonsultasi dengan pihak Konsultan
Perencana.
Bahan – bahan untuk adukan beton :
1. Semen
Semen yang digunakan harus terdiri dari satu jenis merk
dari mutu yang lebih baik dan atas persetujuan Pengawas,
antara lain setara TIGA RODA, KUJANG kualitas baru,
PADANG dan GRESIK.
Semen yang telah mengeras sebagian / seluruhnya, tidak
diperkenankan untuk dipergunakan.
Tempat penyimpanan semen harus diusahakan
sedemikian rupa, sehingga semen bebas dari kelembaban.
13
laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi batas biaya
Pemborong.
4. Pengerjaan beton
Mutu beton yang digunakan adalah : Untuk Rib : K 225 ,
Untuk Plat : K 225, dengan ketentutan lain mengikuti PBI 1971
Cara pengadukan harus menggunakan beton molen, yang
paling sedikit ada 2 (dua)
buah yang baik serta ada di lapangan / Site.
Mutu beton tersebut harus dibuktikan oleh Pemborong dengan
mengambil benda – benda uji berupa kubus beton atau
silinder beton, yang pembuatannya harus disaksikan oleh
Pengawas. Jumlah benda uji dibuat sesuai dengan ketentuan
dalam PBI 1971.
Pengecoran beton harus dan hanya dapat dilaksanakan atas
persetujuan Pengawas.
Pengecoran harus dilaksanakan sebaik mungkin,
dengan menggunakan alat
Penggetar (Vibrator) yang minimal harus tersedia 3 (tiga)
buah di lapangan. Hal ini menjamin beton cukup padat
serta menghindarkan terjadinya cacat pada beton,seperti
keropos dan sarang – sarang koral, yang dapat
memperlemah konstruksi beton.
Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan
pada hari berikutnya, maka tempat penghentian pengecoran
yang diperkenankan hendak dikonsultasikan
dengan Konsultan Perencana, sebelum pelaksanaan
pengecoran awal dimulai.
Beton setelah dicor, selama dalam masa pengecoran harus
selalu dibasahi selama 2 (dua) minggu.
Disarankan lebih diutamakan menggunakan Beton Ready Mix.
14
6. Pemadatan disekeliling tepi luar pondasi selebar minimum 2,00
m harus dilakukan lapis demi lapis, namun tidak perlu dites
7. Bila peil tanah asli rendah sekali dibawah rib konstruksi maka
sebelum pekerjaan pengecoran rib konstruksi, berbaikan tanah
harus dilaksanakan terlebih dahulu. Tanah diurug dahulu dilapis
demi lapis dan dipadatkan dengan baik. Tebal tiap lapis tidak
boleh lebih dari 20 cm sampai dengan peil yang dikehendaki.
Bahan-Bahan
a. S e m e n
i. Untuk pekerjaan struktur bawah, termasuk diantaranya plat
15
basement, plat ground floor, dinding penahan tanah dan
semua struktur beton yang berhubungan langsung dengan
tanah, semen yang digunakan adalah Semen Portland Tipe IV,
atau tipe lainnya yang tahan terhadap sulfat dengan disertai hasil
pengujian laboratorium. Semen harus disimpan sedemikian rupa
untuk mencegah terjanyi kerusakan.
ii. Untuk pekerjaan struktur atas, yaitu struktur yang tidak
berhubungan secara langsung dengan tanah semen yang
digunakan adalah Semen Portland Tipe I dan merupakan hasil
produksi dalam negeri satu merk. Semen harus disimpan
sedemikian rupa hengga mencegah terjadinya kerusakan
bahan atau pengotoran oleh bahan lain. Penyimpanan semen
harus dilakukan di dalam gudang tertutup,
sedemikian rupa sehingga semen terhindar dari basah atau
kemungkinan lembab, terjamin tidak tercampur dengan bahan
lain. Urutan penggunaan semen harus sesuai dengan urutan
kedatangan semen tersebut di lokasi pekerjan.
b. Agregat Kasar
Agregat untuk beton harus memenuhi seluruh ketentuan berikut ini :
i. Agregat beton harus memenuhi ketentuan dan persyaratan
dari SII 0052-80 tentang "Mutu dan Cara Uji Agregat Beton".
Bila tidak tercakup di dalam SII 0052-80, maka agregat
tersebut harus memenuhi ketentuan ASTM C23 "Specification
for Concrete Aggregates".
ii. Atas persetujuan Manajemen Konstruksi, agregat yang
tidak memenuhi persyaratan butir a., dapat digunakan asal
disertai bukti bahwa berdasarkan pengujian khusus dan atau
pemakaian nyata, agregat tersebut dapat menghasilkan beton
yang kekuatan, keawetan, dan ketahanannya memenuhi syarat.
iii. Di dalam segala hal, ukuran besar butir nominal maksimum
agregat kasar harus tidak melebihi syarat - syarat berikut :
- seperlima jarak terkecil antara bidang samping dari cetakan
beton.
- sepertiga dari tebal pelat.
- 3/4 jarak bersih minimum antar batang tulangan, atau
berkas batang
- tulangan.
Penyimpangan dari batasan-batasan ini diijinkan jika menurut
penilaian Tenaga Ahli, kemudahan pekerjaan, dan metoda
konsolidasi beton adalah sedemikian hingga dijamin tidak akan
terjadi sarang kerikil atau rongga.
c. A i r
Air yang digunakan untuk campuran beton harus memenuhi
ketentuan-ketentuan berikut ini:
i. Jika mutunya meragukan harus dianalisis secara kimia dan
dievaluasi mutunya menurut tujuan pemakaiannya.
ii. Harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak dan benda
terapung lainnya, yang dapat dilihat secara visual.
16
iii. Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2
gram/liter.
iv. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat
merusak beton (asam-asam, zat organik, dan sebagainya) lebih
dari 15 gram/liter. Kandungan clorida (Cl) tidak lebih dari 500
ppm dan senyawa sulfat (sebagai SO3) tidak lebih dari 100 ppm.
v. Jika dibandingkan dengan kuat tekan adukan yang
menggunakan air suling, maka penurunan kekuatan adukan
beton dengan air yang digunakan tidak lebih dari 10 %.
d. Baja Tulangan
Baja tulangan yang digunakan harus memenuhi ketentuan-
ketentuan berikut ini.
i. Tidak boleh mengandung serpih-serpih, lipatan-lipatan,
retak-retak, gelombang-gelombang, cerna-cerna yang dalam,
atau berlapis-lapis.
ii. Hanya diperkenankan berkarat ringan pada permukaan saja .
iii. Untuk tulangan utama (tarik/tekan lentur) harus digunakan
baja tulangan deform (BJTD 40), dengan jarak antara dua sirip
melintang tidak boleh lebih dari 70 % diameter nominalnya, dan
tinggi siripnya tidak boleh kurang dari 5 % diameter nominalnya.
iv. Tulangan dengan Ø <13 mm dipakai BJTP 24 (polos), dan
untuk tulangan dengan Ø > 13 mm memakai BJTD 40 (deform)
bentuk ulir.
v. Kualitas dan diameter nominal dari baja tulangan yang
digunakan harus dibuktikan dengan sertifikat pengujian
laboratorium, yang pada prinsipnya menyatakan nilai kuat -
leleh dan berat per meter panjang dari baja tulangan dimaksud.
e. Toleransi berat batang contoh yang diijinkan di dalam pasal ini
sebagai berikut :
DIAMETER TOLERANSI
TULANGAN BERAT
< 10 ±7
10 mm < <16 mm ±6
16 mm < < 28 mm ±5
> 28 ±4
f. Pembesian
2. Percobaan dan Pemeriksaan (Test and Inspections) Setiap
pengiriman harus berasal dari pemilihan yang disetujui dan
harus disertai surat keterangan Percobaan dari pabrik.
Setiap jumlah pengiriman 20 ton baja-tulangam harus diadakan
pengujian periodik minimal 4 contoh yang terdiri dari 3 benda uji
untuk uji tarik, dan 1 benda uji untuk uji lengkung untuk setiap
diameter batang baja tulangan. Pengambilan contoh baja
tulangan akan ditentukan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
Semua pengujian tersehatan di atas meliputi uji tarik dan
lengkung, harus dilakukan di laboratorium lembaga Uji
Konstruksi atau laboratorium lainya direkomendasi oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi dan minimal sesuai dengan
SII-0136-84 salah satu standard uji yang dapat dipakai adalah
17
ASTM A-615. Semua biaya pengetesan tersebut ditanggung oleh
Kontrak
Segala macam kotoran, karat, cat, minyak atau bahan-bahan
lain yang merugikan terhadap kekuatan rekatan harus
dibersihkan.
Tulangan harus ditempatkan dan dipasang cermat dan tepat dan
diikat dengan kawat.dari baja. lunak. Sambungan mekanis harus
ditest. dengan percobaan tarik.
Sebelum pengecoran beton, lakukan pemeriksaan dan
persetujuan dari pembesian, termasuk jumlah, ukuran, jarak,
selimut, lokasi dari sambungan dan panjang penjangkaran dari
penulangan baja oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
3. Bahan-bahan / Produk a. Tulangan
Tulangan yang digunakan berulir mutu BJTD-39 (400 Mpa),
sesuai dengan SII 0136-84 dan tulangan polos mutu BJTP-
24, sesuai dengan SII 0136-84 seperti dinyatakan pada
gambar-gambar struktur.Tulangan polos dengan diameter
lebih kecil 13 mm harus baja lunak dengan tegangan leleh
2400 kg/cm2.Tulangan ulir dengan diameter lebih besar atau
sama dengan 13 mm harus baja tegangan tarik tinggi,
batang berulir dengan tegangan leleh fy = 400 Mpa
Tulangan Anyaman (Wire mesh)
Tulangan anyaman, mutu U-50, mengikuti SII 0784-83.
Penunjang/Dudukan Tulangan (Bar Support)
Dudukan tulangan haruslah tahu beton yang dilengkapi
dengan kawat pengikat yang ditanan atau batang kursi
tinggi sendiri (Individual High Chairs).
Bolstern, kursi spacers, dan perlengkapan-perlengkapan lain
untuk mengatur jarak.
i. Gunakan besi dudukan tulangan menurut rekomendasi
CRSI, kecuali diperlihatkan lain pada gambar
ii. Jangan memakai kayu, bata atau bahan-bahan
lain yang ridak direkomendasi.
iii. Untuk pelat di atas tanah, pakai penunjang dengan
lapisan pasir atau horizontal rumers dimana bahan
dasar tidak akan langsung menunjang batang kursi
(chairs legs). Atau pakai lantai kerja yang rata.
iv. Untuk beton ekspose, dimana batang-batang penunjang
langsung berhubungan/mengenai cetakan, sediakan
penunjang dengan jenis hot-dip-galvanized atau
penunjang yang dilindungi plastik.
v. Kawat PengikatDibuat dari baja lunak dan tidak disepuh
seng.
BAHAN – BAHAN
a. Batu Bata.
Batu bata merah (dari tanah liat) yang dipakai adalah produksi
dalam negeri eks daerah setempat dari kualitas yang baik dengan
ukuran 5 x 10,5 x 22 cm yang dibakar dengan baik, warna merah
merata, keras dan tidak mudah patah, bersudut runcing dan rata,
tanpa cacat atau mengandung kotoran. Meskipun ukuran bata
yang bisa diperoleh di suatu daerah mungkin tidak sama dengan
ukuran tersebut diatas, harus diusahakan supaya ukuran bata yang
akan dipakai tidak terlalu menyimpang. Kualitas bata harus sesuai
dengan pasal 81 dari A.V. 1941. Kontraktor harus menunjukkan
contoh terlebih dahulu kepada Konsultan MK. Konsultan MK berhak
menolak bata dan menyuruh bongkar pasangan bata yang tidak
memenuhi syarat. Bahan-bahan yang ditolak harus segera diangkut
keluar dari tempat pekerjaan.
Bata merah yang digunakan harus mempunyai kuat tekan minimal
25 kg/cm2, sesuai ketentuan SNI 15-2094-2000. Produk Lokal atau
yang Setara
b. Adukan dan Plesteran.
Adukan terdiri dari semen, pasir dan air dipakai untuk pemasangan
dinding batu bata. Komposisi adukan adalah 1 pc : 5 pasir untuk
dinding biasa, 1 Pc : 3 pasir untuk tasram.
Semen PC yang dipakai adalah produk dalam negeri yang terbaik
(Indocement, Semen Padang, Tiga Roda atau produk daerah
setempat yang mempunyai kualitas standar konstruksi).
Adukan harus dibuat dalam alat tempat mencampur, diatas
permukaan yang keras, bukan langsung diatas tanah. Bekas adukan
yang sudah mulai mengeras tidak boleh digunakan kembali.
Adukan dan plesteran untuk pasangan batu bata harus
memenuhi ketentuan Spesifikasi Teknis.
c. Bata Ringan
Batu bata ringan yang dipakai adalah produksi Leibel, Hebel atau
Jaya Celcon ukuran tebal 10 cm, 8,8 buah per m2.
Kontraktor harus menunjukkan contoh terlebih dahulu kepada
Konsultan MK. Konsultan MK berhak menolak bata ringan yang
tidak memenuhi syarat. Bahan-bahan yang ditolak harus segera
diangkut keluar dari tempat pekerjaan.
d. Mortar/Plester
Adukan terdiri dari bahan Dry-Mix dan air dipakai untuk pemasangan
dinding batu bata ringan. Komposisi adukan sesuai dengan yang
disyaratkan oleh Fabrikan.
20
Bahan Dry-Mix yang dipakai adalah produk LEMKRA, Cipta Mortar
atau setara.
PELAKSANAAN PEKERJAAN
Dinding harus dipasang (uitzet dengan peralatan yang memadai) dan
didirikan menurut masing-masing ukuran ketebalan dan ketinggian yang
disyaratkan seperti yang ditunjukkan dalam gambar.
a. Pasangan dinding bata.
Bata yang akan dipasang harus direndam dalam air terlebih dahulu
sampai jenuh.
Tidak diperkenankan memasang batu bata :
Menggunakan Air bersih untuk keperluan sehari-hari seperti
minum, mandi/buang air dan kebutuhan lain para pekerja. Kualitas
air yang disediakan untuk keperluan tersebut harus cukup
terjamin.
Batu Bata yang ukurannya kurang dari setengahnya
Batu Bata lebih dari 1 (satu) meter tingginya setiap hari di satu
bagian pemasangan
Pada waktu hujan di tempat yang tidak terlindung atap
Setiap luas pasangan dinding bata mencapai 12 m2 harus
dipasang beton praktis (kolom, dan ring balk)
Bata dipasang tegak lurus dan berada pada garis-garis yang
seharusnya dengan bentang benang yang sipat datar. Kayu
penolong harus cukup kuat dan benar-benar dipasang tegak lurus.
Dinding yang menempel pada kolom beton harus diberi angker besi
setiap jarak 40 cm. Permukaan beton harus dibuat kasar.
Pemasangan bata diatas kusen harus dibuat balok lantai 12/12 atau
dilengkapi dengan pasangan rollaag. Pemasangan harus dijaga
kerapihannya, baik dalam arah vertikal maupun horizontal. Sela-sela
disekitar kusen- kusen harus diisi dengan aduk
b. PEKERJAAN ADUKAN DAN PLESTERAN
Perbandingan Campuran Adukan dan / atau Plesteran.
Campuran 1 semen dan 3 pasir digunakan untuk adukan kedap
air, adukan kedap air
150 mm di bawah permukaan tanah sampai 500 mm di atas
lantai, tergambar atau tidak tergambar dalam Gambar Kerja,
plesteran permukaan beton yang terlihat dan tempat – tempat lain
seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
Campuran 1 semen dan 5 pasir untuk semua pekerjaan adukan
dan plesteran selain tersebut di atas.
Bahan tambahan untuk menambah daya lekat dan
meningkatkan kekedapan terhadap air harus digunakan dalam
jumlah yang sesuai dengan petunjuk penggunaan dari pabrik
pembuat.
Pencampuran.
Umum.
Semua bahan kecuali air harus dicampur dalam kotak pencampur
atau alat pencampur yang disetujui sampai diperoleh campuran
yang merata, untuk kemudian ditambahkan sejumlah air dan
pencampuran dilanjutkan kembali.
21
Adukan harus dibuat dalam jumlah tertentu dan waktu
pencampuran minimal 1 sampai 2 menit sebelum pengaplikasian.
Adukan yang tidak digunakan dalam jangka waktu 45 menit
setelah pencampuran tidak diijinkan digunakan.
Adukan Khusus.
Adukan khusus untuk pasangan batu bata ringan harus dicampur
sesuai petunjuk dan rekomendasi dari pabrik pembuatnya.
Persiapan dan Pembersihan Permukaan.
Semua permukaan yang akan menerima adukan dan / atau
plesteran harus bersih, bebas dari serpihan karbon lepas dan
bahan lainnya yang mengganggu.
Pekerjaan plesteran hanya diperkenankan setelah selesainya
pemasangan instalasi listrik dan air dan seluruh bagian yang
akan menerima plesteran telah terlindung di bawah atap.
Permukaan yang akan diplester harus telah berusia tidak kurang
dari dua minggu. Bidang permukaan tersebut harus disiram air
terlebih dahulu dengan air hingga jenuh dan siar telah dikerok
sedalam 10 mm dan dibersihkan.
Pemasangan.
Plesteran Batu Bata.
- Pekerjaan plesteran dapat dimulai setelah pekerjaan
persiapan dan pembersihan selesai.
- Untuk memperoleh permukaan yang rapi dan sempurna,
bidang plesteran dibagi – bagi dengan kepala plesteran yang
dipasangi kelos – kelos sementara dari bambu.
- Kepala plesteran dibuat pada setiap jarak 100 cm,
dipasang tegak dengan menggunakan kepingan kayu lapis
tebal 6 mm untuk patokan kerataan bidang.
- Setelah kepala plesteran diperiksa kesikuannya dan
kerataannya, permukaan dinding baru dapat ditutup dengan
plesteran sampai rata dan tidak kepingan – kepingan kayu
yang tertinggal dalam plesteran.
- Seluruh permukaan plesteran harus rata dan rapi, kecuali
bila pasangan akan dilapis dengan bahan lain.
- Sisa – sisa pekerjaan yang telah selesai harus segera
dibersihkan.
- Tali air (naad) selebar 4 mm digunakan pada bagian-
bagian pertemuan dengan bukaan dinding atau bagian lain
yang ditentukan dalam Gambar Kerja, dibuat dengan
menggunakan profil kayu khusus untuk itu yang telah diserut
rata, rapi dan siku. Tidak diperkenankan membuat tali air
dengan menggunakan baja tulangan.
22
- Permukaan beton harus bersih dari bahan – bahan cat,
minyak, lemak, lumur dan sebagainya sebelum pekerjaan
plesteran dimulai.
- Permukaan beton harus dibersihkan menggunakan kawat
baja. Setelah plesteran selesai dan mulai mengeras,
permukaan plesteran dirawat dengan penyiraman air.
- Plesteran yang tidak sempurna, misalnya bergelombang,
retak – retak, tidak tegak lurus dan sebagainya harus
diperbaiki.
Pengacian.
Pengacian dilakukan setelah plesteran disiram air sampai jenuh
sehingga plesteran menjadi rata, halus, tidak ada bag yang
bergelombang, tidak ada bag yang retak dan setelah plesteran
berumur 8 (delapan) hari atau sudah kering betul. Selama 7
(tujuh) hari setelah pengacian selesai dilakukan, Kontraktor harus
selalu menyiram bagian permukaan yang diaci dengan air
sampai jenuh, sekurang – kurangnya dua kali setiap harinya.
Adukan.
Adukan terdiri dari campuran semen dan pasir yang diberi bahan
tambahan penguat dalam jumlah penggunaan sesuai petunjuk dari
pabri pembuat.
Bahan-bahan adukan dan bahan-bahan tambahan harus
memenuhi ketentuan Spesifikasi Teknis.
Adukan perekat khusus untuk memasang ubin, jika ditunjukkan
dalam Gambar Kerja atau sesuai petunjuk Konsultan MK, harus
memenuhi ketentuan AS 2356, ANSI 118.1, 118.4 dan BS 5385,
seperti Lemkra FK 101 dan Lemkra FK 103 (khusus daerah basah),
AM 30 Mortarflex, ASA Fixall atau yang setara.
Adukan Pengisian Celah
Adukan pengisi celah harus merupakan produk campuran semen
siap pakai, yang diberi warna dari pabrik pembuat, seperti Lekra
FS Nat Flexible, AM 50 Coloured Ceramic Grout, ASA Coloured
Grout.
c. PELAKSANAAN PEKERJAAN
Persiapan
Pekerjaan pemasangan ubin baru boleh dilakukan setelah pekerjaan
lainnya benar-benar selesai.
Pemasangan ubin harus menunggu sampai semua pekerjaan
pemipaan air bersih/air kotor atau pekerjaan lainnya yang terletak
dibelakang atau dibawah pasangan ubin ini telah diselesaikan
terlebih dahulu.
Pemasangan.
Adukan untuk pasangan ubin pada lantai, dan bagian lain yang
harus kedap air harus terdiri dari campuran 1 semen, 3 pasir dan
sejumlah bahan tambahan, kecuali bila ditentukan lain dalam
Gambar Kerja.
24
Tebal adukan untuk semua pasangan tidak kurang dari 25mm,
kecuali bila ditentukan lain dalam Gambar Kerja.
Adukan untuk pasangan ubin pada lantai harus ditempatkan diatas
lapisan pasir dengan ketebalan sesuai Gambar Kerja.
Ubin harus kokoh menempel pada alasnya dan tidak boleh
berongga. Harus dilakukan pemeriksaan untuk menjaga agar bidang
ubin yamg terpasang tetap lurus dan rat. Ubin yang salah letaknya,
cacat atau pecah harus dibongkar dan diganti.Ubin mulai dipasang
dari salah satu sisi agar pola simetri yang dikehendaki dapat
terbentuk dengan baik.
Sambungan atau celah-celah antar ubin harus lurus, rat dan
seragam, saling tegak lurus. Lebar celah tidak boleh lebih dari
1,6mm, kecuali bila ditentukan lain.
Adukan harus rapi, tidak keluar dari celah sambungan.
Pemotongan ubin harus dikerjakan dengan keahlian dan dilakukan
hanya pada satu sisi, bila tidak terhindarkan.
Pada pemasangan khusus seperti pada sudut-sudut pertemuan,
pengakhiran dan bentuk-bentuk yang lainnya harus dikerjakan
serapi dan sesempuna mungkin.
Siar antar ubin dicor dengan semen pengisi/grout yang berwarna
sama dengan warna keramiknya dan disetujui Konsultan MK.
Pengecoran dilakukan sedemikian rupa sehingga mengisi penuh
garis-garis siar. Setelah semen mengisi cukup mengeras, bekas-
bekas pengecoran segera dibersihkan dengan kain lunak yang baru
dan bersih.
Setiap pemasangan ubin keramik seluas 8m2 harus diberi celah
mulai yang terdiri dari penutup celah yang ditumpu dengan batang
penyangga berupa polystyrene atau polyethylene. Lebar celah mulai
harus sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja atau sesuai pengarahan
dari Konsultan MK. Bahan berikut cara pemasangan penutup celah
dan penyangganya harus sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis.
7. PEKERJAAN SANITAIR
a. LINGKUP PEKERJAAN
Bagian ini mencakup semua pekerjaan sanitair dan yang
berhubungan seperti ditunjukkan dalam gambar, meliputi
penyediaan bahan, tenaga dan alat yang diperlukan.
b. BAHAN – BAHAN
Water Closet dan Wastafel.
Barang-barang yang akan dipakai adalah sebagai berikut :
c. PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pemasangan semua peralatan/perlengkapan saniter harus
dilakukan oleh ahli pemasangan barang sanitair yang
berpengalaman. Pengerjaan harus dilakukan dengan hati-hati dan
sangat rapi.
Semua sambungan harus kedap air dan udara. Bahan
penutup sambungan tidak diijinkan. Cat, vernis, dempul dan
lainnya tidak diijinkan dipasang pada bidang-bidang pertemuan
sambungan sampai semua sambungan dipasang kuat dan diuji.
Semua saluran ekspos ke perlengkapan sanitasi harus
diselesaikan sedemikian rupa sehingga tampak bersih dan rapih
dan sesuai ketentuan Gambar Kerja dan petunjuk pemasangan
dari pabrik pembuat.
Pemipaan dari perlengkapan sanitasi ke pipa distribusi utama
harus dilaksanakan sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis.
Bak cuci tangan tipe dinding ahrus dipasang sedemikian rupa
sehingga puncak bagian luar alat-alat tersebut berada 800mm di
atas lantai, kecuali bila ditunjukkan lain dalam Gambar Kerja.
Bak cuci tangan tipe pemasangan di meja harus dipasang pada
ketinggian sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja.
Bak cuci dari bahan stainless steel harus dipasang sedemikian
rupa pada meja/kabinter seperti ditunjukkan dalam Gambar
Kerja.
Urinoir harus dipasang sedemikian rupa sehingga puncak tepi
bagian depan alat ini berada 530mm diatas lantai untuk orang
dewasa dan 330mm untuk anak-anak, atau sesuai petunjuk
dalam Gambar Kerja.
Sistem penumpu dan penopang harus sesuai dengan
rekomendasi dari pabrik pembuat perlengkaan sanitasi atau
sesuai persetujuan PengawasanLapangan.
27
8. PEKERJAAN LANGIT-LANGIT GYPSUM BOARD
LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini mencakup penyediaan bahan, tenaga kerja, peralatan
bantu dan pemasangan papan gipsum dan aksesori pada tempat-
tempat seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja dan Spesifikasi
Teknis ini.
BAHAN – BAHAN
a. Pemasangan Gipsum.
Papan Gypsum.
- Papan gipsum harus dari produk yang memiliki teknologi
yang sesuai untuk daerah tropis dan memliki ketebalan
minimal 9 mm untuk plafond dan 12 mm untuk dinding dan
ukuran modul sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja, dari
produk Knauff atau setara
- Papan gipsum harus dari tipe standar yang memenuhi
ketentuan AS 2588, BS 1230 atau ASTM C 36.
Semen Penyambung.
Semen penyambung papan gipsum harus sesuai dengan
rekomendasi dari pabrik pembuat papan gipsum.
Rangka.
Rangka untuk pemasangan dan penumpu papan gipsum harus
dibuat dari bahan baja ringan lapis seng dan alumunium dalam
bentuk dan ukuran yang dibuat khusus untuk pemasangan
papan gipsum, seperti buatan Jof Metal, Buman, Jayabord .
Alat Pengencang.
Alat pengencang berupa sekrup dengan tipe sesuai jenis
pemasangan harus sesuai rekomendasi dari pabrik pembuat
papan gipsum yang memenuhi ketentuan AS2589.
Perlengkapan Lainnya.
Perlengkapan lainnya untuk pemasangan papan gipsum,
antara lain seperti tersebut berikut, harus sesuai rekomendasi
dari pabrik pembuat papan gipsum :
- Perekat
- Pita kertas berperforasi,
- Cat dasar khusus untuk permukaan papan gipsum.
- Dan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan agar papan
gipsum terpasang dengan baik.
PELAKSANAAN PEKERJAAN
- Sebelum papan gipsum dipasang, Kontraktor harus
memeriksa kesesuaian tinggi/kerataan permukaan, pembagian
bidang, ukuran dan konstruksi pemasangan terhadap ketentuan
Gambar Kerja, serta lurus dan waterpas pada tempat yang sama.
Pemasangan papan gipsum dan kelengkapannya harus
sesuai dengan petunjuk pemasangan dari pabrik pembuatnya.
- Jenis/bentuk tepi papan gipsum harus dipilih berdasarkan jenis
pemasangan seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
Pemasangan.
- Rangka papan gipsum untuk pemasangan di langit-langit,
partis atau tempat-tempat lainnya, yang terdiri dari bahan baja
28
yang sesuai dari standar pabrik pembuatnya yang dibuat khusus
untuk pemasangan papan gipsum seperti disebutkan dalam
Spesifikasi Teknis ini.
- Papan gipsum dipasang kerangkanya dengan sekrup atau
dengan alat pengencangan yang direkomendasikan, dengan
diameter dan panjang yang sesuai.
- Sambungan antara papan gipsum harus menggunakan pita
penyambung dan perekat serta dikerjakan sesuai petunjuk
pelaksanaan dari pabrik pembuat papan gipsum
9. PEKERJAAN PLUMBING
PELAKSANAAN PEKERJAAN
1) Sumur Deep Well yang diinginkan berkapasitas minimal 200
liter/menit dengan head minimum 80 m, daya sekitar 5 KW, dimana
mutu air yang dihasilkan tidak berwarna dan tidak berbau.
2) Konstruksi Sumur Deepwell harus mempergunakan pipa jambang
berdiameter tidak kurang dari 15 cm sampai dengan kedalaman
80 meter dan pipa naik berdiameter tidak kurang dari 100 mm
sampai dengan kedalaman 200 meter 10% pipa naik dan pipa
jambang adalah baja galvanis kelas menengah (GIP Medium
Class) dengan sambungan ulir kasar.
3) Pipa saringan ditempatkan pada pipa naik dan berdiameter sama
dengan pipa naik tersebut yang ditempatkan minimal pada 2 (dua)
lapisan sumber air, dimana ketinggian dari pipa saringan tersebut
pada setiap sumber air tidak kurang dari 3 meter.
4) Pipa saringan yang dipergunakan harus terbuat dari bahan pipa baja
anti karat yang berlubang yang dapat menyaring partikel.
5) Pemasangan pipa jambang, pipa naik dan pipa penyalur air dari
sumur dan pompa harus dipasang secara vertikal. Toleransi
kemiringan hanya diberikan bila tidak lebih dari batas 1,5 cm.
6) Disekeliling pipa naik pada sekitar bagian pipa saringan, harus
ditempatkan kerikil halus yang berdiameter kira kira 2 - 3 cm, secara
padat dan merata sampai setebal 5 cm atau lebih.
7) Disekeliling pipa jambang dan pipa naik, kecuali disekitar pipa
saringan harus ditempatkan pasir beton secara padat dan merata
dimana ketebalan lapisan pasir tersebut adalah 5 cm atau lebih.
30
rupa sehingga dapat menampung beban dari kabel yang
ditempatkan pada rak kabel yang bersangkutan
Konstruksi rak kabel yang dipergunakan harus
sedemikian rupa sehingga memungkinkan dibentuk dalam
arah lengkung sesuai dengan keperluan di lapanga
Rak kabel harus dilengkapi dengan penggantung yang di buat
dari bahan besi siku 40x40x4 mm dibagian bawah, tiang
penggantung dari bahan besi beton berukuran diameter 10mm
dan kanal baja UNP 10 pada bagian atasnya. Pada tiap
persambungan penggantung ini harus diperlengkapi dengan mur
disetiap sisinya.
Penggantung rak kabel harus di tempatkan pada setiap jarak
yang tidak lebih dari 150cm.
Konstruksi akan menentukan konstruksi rak kabel.
Pemborong wajib membuat dan mempergunakan tangga kabel
bagi semua kabel baik yang di tempatkan dalam pipa pelindung
maupun yang tidak, bila dipasangkan secara tegak dengan jalur
kabel yang lebih dari 6 jalur.
Tangga kabel harus terbuat dari bahan besi yang diproses
dengan Hot Dip Galvanized, ukuran dari bahan besi harus
sedemikian rupa sehingga dapat menampung beban dari kabel
yang ditempatkan pada tangga kabel yang bersangkutan.
Tangga kabel harus dipasangkan pada dudukan yang terbuat
dari bahan kanal baja UNP 10 pada setiap jarak tidak lebih dari
150 cm. Pemasangan tangga kabel ke dudukannya tersebut
dengan mempergunakan mur- baut berukuran sesuai dengan
bebannya.
Apabila ternyata lebar tangga kabel yang harus dipergunakan
lebih dari 150cm, maka Manajemen Konstruksi akan
menentukan konstruksi dan bahan tangga kabel.
Semua bagian baja pada rak kabel dan tangga kabel harus
yang tidak di galvanis harus di lapisi oleh bahan antikarat
berupa Zinchromate buatan ICI sebanyak 2 lapis sebelum
dipasang.
31
Pemborong wajib memeriksa kembali konstruksi pemasangan
tiang penangkal petir termasuk dudukkan untuk menjamin
pemasangan yang kokoh dan dapat menahan gangguan yang
mungkin akan terjadi.
Bagian penghantar arus surya harus jenis coaxial sesuai
dengan yang diajurkan oleh pabrik pembuat bagian penerima
petir.
Bagian pentanahan harus terdiri dari atas titik pentanahan
yang terbuat dari pipa baja galvanis berdiameter 1,5" atau lebih
sepanjang 12 meter atau lebih dan pada tujuan ujungnya
diberikan batang tembaga runcing berdiameter tidak kurang
dari 1,50” sepanjang 50cm.
Bagian ujung dari titik pentanahan harus diberikan kotak
kontrol yang terbuat dari susunan batu bata yang diplester halus
dan dilengkapi penutup beton yang diberikan pegangan untuk
membukanya.
Pada permukaan tanah dari titik pentanahan harus diberikan
kotak kontrol yang terbuat dari susunan batu bata yang diplester
halus dan dilengkapi penutup beton yang diberikan pegangan
untuk membukanya.
Pesambungan antara penghantar arus surya dengan
penghantar titik pentanahan mempergunakan alat bantu
persambungan khusus sesuai dengan petunjuk manajemen
kontruksi.
Persambungan antara penghantar arus surya dan bagian
penerima petir, harus dilakukan sesuai dengan petunjuk dari
pabrik pembuat peralatan.
Ketentuan lain mengenai pekerjaan ini akan diberikan oleh
manajemen kontruksi selama periode pelaksanaan pekerjaan.
PELAKSANAAN PEKERJAAN
Semua panel listrik yang sesuai untuk pemasangan pada
lantai ruang, harus diberikan dudukan dari bahan kanal baja UNP
10 dan diperkuat kelantai bangunan dengan mempergunakan
Dynabolt yang berukuran sesuai dan disetujui oleh Manajemen
Konstruksi.
Pemborong wajib menyediakan dudukan bagi kabel yang masuk ke
dan atau keluar dari panel listrik sedemikian rupa sehingga kabel
tersebut tidak akan memberikan beban mekanis pada terminal
penyambungan kabel didalam panel.
Semua panel listrik yang sesuai untuk pemasangan pada
dinding ruang, harus diberikan pemegang dari bahan baja UNP 10
dan diperkuat kedinding ruang dengan mempergunakan Dynabolt
yang berukuran yang sesuai dan disetujui oleh Manajemen
Konstruksi.
Semua panel listrik yang akan ditempatkan didinding ruangan
harus dipasangkan pada ketinggian 120 cm dari permukaan lantai
ruang yang bersangkutan dan sama untuk semua panel.
32
Semua peralatan bantu dalam pemasangan panel yang dibuat dari
bahan baja dan atau besi harus diberikan lapisan anti karat dengan
Zinchromate sebanyak 2 lapis.
Pemborong wajib melengkapi pemasangan kabel yang keluar dari
atau masuk ke dalam panel dengan Cable Gland yang sesuai dan
disetujui oleh Manajemem Konstruksi.
Kabel listrik yang akan ditanam, harus ditempatkan pada
kedalaman yang tidak kurang dari 80 cm dibawah permukaan tanah
setempat kecuali bagi kabel yang akan dipasang dibawah jalan,
dibawah lantai, melintas jaringan pipa dan selokan atau pekerjaan
lainnya.
Pemasangan kabel tanam harus mempergunakan pasir di
bagian atas maupun dibagian bawah kabel dengan tebal lapisan
tidak kurang dari 15 cm pada setiap bagian dimana pada bagian atas
dari pasir ini diberikan bahan pelindung keras seperti yang
dipergunakan oleh PLN sebelum diurug kembali
Untuk kabel listrik yang akan ditanam dan jalur kabel tersebut
melintas jalan dan atau lantai, maka kabel tersebut harus
ditempatkan pada kedalaman tidak kurang dari 150 cm dibawah
permukaan tanah/lantai setempat dan diberikan pelindung berupa
pipa baja galvanis berdiameter tidak kurang dari 2,5 kali diameter
luar kabel dan pada bagian luar pipa tersebut harus diberikan
lapisan Flinkote sebanyak 2 lapis.
Dibagian atas dan dibagian bawah pipa yang dimaksud dalam
butir 10 tersebut diatas harus diberikan lapisan pasir seperti
yang dimaksudkan dalam butir 09 tersebut diatas.
Untuk kabel listrik yang akan ditanam dan jalur kabel melintas
selokan dan atau jaringan pipa atau pekerjaan lainnya, maka
kabel harus ditempatkan pada kedalaman tidak kurang dari 60 cm
dibawah jaringan pekerjaan lainnya tersebut dan cara
pemasangannya adalah sama seperti diuraikan dalam butir 09
diatas.
Pada penanaman kabel yang sejajar dengan jalan atau jaringan
pipa atau jaringan kabel yang mempunyai beda tegangan kerja,
maka kabel harus ditempatkan pada jarak tidak kurang dari 50cm
antara
Kabel listrik yang akan dipasang menembus lantai, dinding, pondasi
bangunan dan yang sejenis harus mempergunakan Sleeve dari
bahan pipa PVC klas D berukuran 2,5 kali diameter luar kabel.
Khusus Sleeve yang dipasang pada pondasi dan dipergunakan
untuk jalur kabel dari luar ke dalam bangunan atau sebaliknya
lubang di dalam pipa diluar kabel harus di isi dengan adukan
semen 1:7 dibagian dekat tanah dan Flinkote di belakangnya.
Kabel listrik yang ditempatkan pada saluran kabel baik yang
mendatar ataupun yang tegak, harus ditempatkan pada rak/tangga
kabel.
Semua kabel listrik baik yang ditempatkan didalam pipa pelindung
kabel maupun yang tidak dan dipasang secara mendatar harus
ditempatkan pada rak kabel.
33
Semua kabel listrik baik yang ditempatkan didalam pipa pelindung
kabel maupun yang tidak dan dipasang secara tegak harus
ditempatkan pada tangga kabel.
Pengaturan kabel pada rak kabel dan tangga kabel harus
sedemikian rupa sehingga tidak terjadi persilangan satu dengan
yang lainnya.
Pemborong wajib mempergunakan alat khusus dalam
pemasangan sepatu kabel pada kabel untuk setiap penyambungan.
Untuk sepatu kabel yang berukuran lebih besar atau sama dengan
50mm², Pemborong wajib memakai alat khusus dengan sistem
hidrolik.
Pemasangan kabel dan pipa pelindung kabel di rak kabel, pada
tangga kabel, pada dinding ruangan dan pada plat lantai harus
mempergunakan klem kabel pada setiap jarak tidak lebih dari 75 cm.
Lampu Penerangan.
Pemasangan lampu penerangan harus disesuaikan dengan
rencana plafond dan arsitek dan disetujui oleh
Direksi/Pengawas Lapangan.
Lampu tidak diperkenankan memberikan beban kepada
rangka plafond yang terbuat dari bahan aluminium.
Kotak Kontak dan Saklar.
Kotak kontak dan saklar yang akan dipakai adalah type
pemasangan masuk dan dipasang pada ketinggian 50 cm dari
level lantai, untuk kotak kontak biasa 150 cm dari level lantai,
dan untuk kotak kontak AC dipasang dengan ketinggian 275
cm dari lantai.
Kotak kontak dan saklar yang dipasang pada tempat yang
lembab harus type water dicht (bila ada).
KWH Meter.
Penempatan KWH meter baik dalam panel-panel utama maupun
yang terpasang dalam sub-sub panel harus diletakkan
sedemikian rupa sehingga mudah dilihat/dibaca dengan baik.
Koordinasi penempatan KWH meter ditentukan kemudian
dilapangan setelah disepakati barsama Arsitek
Lampu Penerangan.
Pemasangan lampu penerangan disesuaikan dengan rencana
plafond Arsitek dan disetujui Pengawas Lapangan.
Lampu tidak diperkenankan memberi beban pada rangka plafond
yang terbuat dan bahan aluminium.
Tiang lampu penerangan luar dipasang tegak lurus.
Lampu penerangan luar dibuat dengan pondasi dan dipasang
kotak pengaman (fuse box ) pada ketinggian maximum 50 cm
dari tanah.
8) PINTU BESI
Daun pintu besi yang akan digunakan dengan ketentuan :
Tebal plat untuk frame adalah 2,3 mm
Tebal plat untuk daun pintu adalah 1,5 mm
Pengunci dan handle setara DETEX dengan engsel yang setara
Simonwerk
Built in alarm (alarm yang terdapat dalam hand grip) akan
berbunyi bila handle ditekan/dorong untuk membuka pintu .
Daun pintu tahan api (fire doors) minimal 120 menit produk BOSTINCO
tipe T-205-NS atau yang setara, dengan teknik pemasangan yang
sesuai brosur dan gambar rancangan pelaksanaan. Untuk pemasangan
fire doors tersebut dilengkapi :
Hinge (engsel) tipe K05-F/13
Handle , back plate & Kunci Cylinder tipe V series /V40
Engsel.
- Kecuali ditentukan lain, engsel untuk pintu kayu dan
alumunium tipe ayun dengan bukaan satu arah, harus dari tipe
kupu-kupu dengan Ball Bearing berukuran 102mm x 76mm x 3mm,
seperti tipe SELL 0007 buatan Cisa, Kend, Dekson..
- Kecuali ditentukan adanya penggunaan engsel kupu-kupu, engsel
untuk semua daun jendela harus dari tipe friction stay dari ukuran
yang sesuai dengan ukuran dan berat jendela. Produk Cisa, Kend,
Dekson. Engsel tipe kupu-kupu dengan Ball Bearing untuk jendela
harus berukuran 76mm x 64mm x 2mm, produk Cisa, Kend, Dekson
Hak Angin.
- Hak angin untuk jendela yang menggunakan engsel tipe kupu-kupu
produk Cisa, Kend, Dekson .
Pengunci Jendela.
- Pengunci jendela untuk jendela dengan engsel tipe friction stay
harus dari jenis spring knip produk Cisa, Kend, Dekson.
Grendel Tanam / Flush Bolt.
- Semua pintu ganda harus dilengkapi dengan grendel tanam produk
Cisa, Kend, Dekson.
Gembok.
- Gembok produk Cisa, Kend, Dekson dalam warna solid
brass untuk pintu-pintu pelayanan atau sesuai petunjuk dalan
Gambar Kerja
Penahan Pintu (Door Stop).
- Penahan pintu untuk mencegah benturan daun pintu
dengan dinding harus dari tipe pemasangan dilantai produk
Cisa, Kend, Dekson.
Pull Handle
- Pegangan pintu yang memakai floor hing atau semi frame
less menggunakan handle buka setara produk Cisa, Kend,
Dekson.
Warna/Lapisan.
- Semua alat penggantung dan pengunci harus berwarna matt
chrome/stainless steel hair line finish, kecuali bila ditentukan
lain.
PELAKSANAAN PEKERJAAN
38
Pemasangan semua alat penggantung dan pengunci harus sesuai
dengan persyaratan serta sesuai dengan petunjuk dari pabrik
pembuatnya.
Semua peralatan tersebut harus terpasang dengan kokoh dan
rapih pada tempatnya, untuk menjamin kekuatan serta
kesempurnaan fungsinya.
Setiap daun jendela dipasangkan ke kusen dengan menggunakan 2
(dua) buah engsel dan setiap daun jendela yang menggunakan
engsel tipe kupu-kupu harus dilengkapi dengan 1 (satu) buah hak
angin, sedangkan daun jendela dengan friction stay harus dilengkapi
dengan 1 (satu) buah alat pengunci yang memiliki pagangan.
Semua pintu dipasangkan ke kusen dengan menggunakan 3 (tiga)
buah engsel.
Semua pintu memakai kunci pintu lengkap dengan badan kunci,
silinder, hendel/pelat, kecuali untuk pintu KM/WC yang tanpa kunci
silinder.
Engsel bagian atas untuk pintu kaca menggunakan pin yang
bersatu dengan bingkai bawah pemegang pintu kaca.
Pemasangan Pintu.
Kunci pintu dipasang pada ketinggalan 1000mm dari lantai.
Pemasangan engsel atas berjarak maksimal 120mm dari tepi atas
daun pintu dan engsel bawah berjarak maksimal 250mm dari tepi
bawah daun pintu, sedang engsel tengah dipasang diantar kedua
engsel tersebut
Semua pintu memakai kunci tanam lengkap dengan pegangan
(hendel), pelat penutup muka dan pelat kunci.
Pada pintu yang terdiri dari dua daun pintu, salah satunya harus
dipasang slot tanam sebagaimana mestinya, kecuali bila ditentukan
lain dalam Gambar Kerja.
Pemasangan Jendela.
Daun jendela dengan engsel tipe kupu-kupu dipasangkan ke
kusen dengan menggunakan engsel dan dilengkapi hak angin, dengan
cara pemasangan sesuai petunjuk dari pabrik pembuatnya dalam
Gambar Kerja.
Daun jendela tidak berengsel dipasangkan ke kusen dengan
menggunakan friction stay yang merangkap sebagai hak angin, dengan
cara pemasangan sesuai petunjuk dari pabrik pembuatnya.
Penempatan engsel harus sesuai dengan arah buakaan jendela yang
diinginkan seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja, dan setiap jendela
harus dilengkapi dengan sebuah pengunci.
40
Permukaan yang akan dicat harus bersih sebelum
dilakukan persiapan permukaan atau pelaksanaan pengecatan.
Minyak dan lemak harus dihilangkan dengan memakai kain bersih
dan zat pelarut/pembersih yang berkadar racun rendah dan
mempunyai titik nyala diatas 38oC.
Pekerjaan pembersihan dan pengecatan harus diatur sedemikian
rupa sehingga debu dan pecemar lain yang berasal dari proses
pembersihan tersebut tidak jauh diatas permukaan cat yang baru
dan basah.
Permukaan Pelesteran dan Beton.
Permukaan pelesteran umumnya hanya boleh dicat sesudah
sedikitnya selang waktu 4 (empat) minggu untuk mengering di
udara terbuka. Semua pekerjaan pelesteran atau semen yang
cacat harus dipotong dengan tepi-tepinya dan ditambal dengan
pelesteran baru hingga tepi-tepinya bersambung menjadi rata
dengan pelesteran sekelilingnya. Permukaan pelesteran yang
akan dicat harus dipersiapkan dengan menghilangkan bunga
garam kering, bubuk besi, kapur, debu, lumpur, lemak, minyak,
aspal, adukan yang berlebihan dan tetesan-tetesan adukan.
Sesaat sebelum pelapisan cat dasar dilakukan, permukaan
pelesteran dibasahi secara menyeluruh dan seragam dengan tidak
meninggalkan genangan air. Hal ini dapat dicapai dengan
menyemprotkan air dalam bentuk kabut dengan memberikan selang
waktu dari saat penyemprotan hingga air dapat diserap.
Permukaan Gipsum.
Permukaan gipsum harus kering, bebas dari debu, oli atau gemuk
dan permukaan yang cacat telah diperbaiki sebelum pengecatan
dimulai. Kemudian permukaan gipsum tersebut harus dilapisi dengan
cat dasar khusus untuk gipsum, untuk menutup permukaan yang
berpori, seperti ditentukan dalam Spesifikasi Teknis.
Setelah cat dasar ini mengering dilanjutkan dengan
pengecatan sesuai ketentuan Spesifikasi ini.
Permukaan Barang Besi /Baja.
a. Besi/Baja Baru.
Permukaan besi/baja yang terkena karat lepas dan benda-benda
asing lainnya harus dibersihkan secara mekanis dengan sikat
kawat atau penyemprtan pasir/sand blasting sesuai standar
Sa21/2.
Semua debu, kotoran, minyak, gemuk dan sebagainya harus
dibersihkan dengan zat pelarut yang sesuai dan kemudian dialp
dengan kain bersih.
Sesudah pembersihan selesai, pelpisan cat dasar pada semua
permukaan barang besi/baja dapat dilakukan sampai mencapai
ketebalan yang disyaratkan.
b. Besi/Baja Dilapis Dasar di Pabrik/Bengkel.
Bahan dasar yang diaplikasikan di pabrik/bengkel harus dari merek
yang sama dengan cat akhir yang akan diaplikasikan dilokasi proyek
dan memenuhi ketentuan. Barang besi/baja yang telah dilapis dasar
41
di pabrik/bengkel harus dilindungi terhadap karat, baik sebelum atau
sesudah pemasangan dengan cara segera merawat permukaan
karat yang terdeteksi.
Permukaan harus dibersihkan dengan zat pelarut untuk
menghilangkan debu, kotoran, minyak, gemuk.
Bagian-bagian yang tergores atau berkarat harus dibersihkan
dengan sikat kawat sampai bersih, sesuai standar St 2/SP-2, dan
kemudian dicat kembali (touch-up) dengan bahan cat yang sama
dengan yang telah disetujui, sampai mencapai ketebalan yang
disyaratkan.
c. Besi/Baja Lapis Seng/Galvani.
Permukaan besi/baja berlapis seng/galvani yang akan dilapisi cat
warna harus dikasarkan terlebih dahulu dengan bahan kimia khsus
yang diproduksi untuk maksud tersebut, atau disikat dengan sikat
kawat. Bersikan permukaan dari kotoran-kotoran, debu dan sisa-sisa
pengasaran, sebelum pengaplikasian cat dasar.
43
Mengadakan testing dan balancing serta perbaikan – perbaikan
yang diakibatkan oleh pekerjaan ini dan lain – lain.
4. METODE PELAKSANAAN
A. Dalam pelaksanaan proyek ini, pihak kontraktor harus
melihat bahwa pekerjaan ini dilakukan dengan tanpa
mengganggu peralatan /perangkat- perangkat yang ada di
gedung, untuk itu beberapa langkah perlu untuk dilakukan.
B. Langkah Pertama adalah pihak kontraktor harus membuat :
Perencanaan detail pelaksanaan dari sistem AC yang tertuang
di dalam RKS dan gambar perencanaan yang telah dibuat
oleh pihak konsultan serta sesuai dengan schedule
pelaksanaan yang telah ditetapkan.
44
Kontraktor harus mengecek dan mere-chek terhadap unit-unit
eguipment yang akan dipakai dan apabila terdapat keragu-
raguan harus segera menanyakan ke Konsultan
Perencana/PENGAWAS dan apabila terjadi kesalahan
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Langkah ke dua adalah mengadakan konsultasi dengan
pihak Konsultan PENGAWAS yang telah ditunjuk oleh pihak
pemberi tugas tentang detail desain, perencanaan detail
pelaksanaan kontruksi dari sistem AC. Jika Pemberi Tugas
belum setuju dengan perencanaan kontraktor, karena
dianggap tidak sesuai dengan RKS dan Desain yang
telah ditentukan konsultan, maka harus mengadakan
perubahan sesuai dengan permintan dan hasil diskusi dengan
pihak Pemberi Tugas. Pihak Pemberi Tugas berhak
memutuskan untuk merubah sedikit dari desain yang telah
ditentukan oleh konsultan seandainya terjadinya perubahan
bentuk dan ukuran fisik dari gedung, sehingga tidak
memungkinkan desain dari konsultan diterapkan.
Langkah ke tiga adalah seandainya pihak Pemberi Tugas
setuju dengan Perencana, Kontraktor berhak untuk melakukan
pekerjaannya dengan memasang terlebih dahulu peralatan-
peralatan yang telah disiapkan dan diperiksa bersama dengan
pihak Pemberi tugas / Konsultan PENGAWAS baik dari segi
spesifikasi peralatan, Bill Of Quantity.
Langkah ke empat adalah jika pihak kontraktor akan memasang
unit-unit AC seperti Outdoor Unit (OU), Indoor Unit (IU), ventilasi
mekanis dan assesorisnya, maka pihak kontraktor, Konsultan
PENGAWAS dan pemberi tugas harus mengadakan diskusi
tentang cara terbaik untuk pemasangan tersebut.
Langkah ke lima adalah kontraktor perlu memperhatikan bahwa
pemasangan peralatan harus berada pada ruang peralatan
utama dan assesoris lainnya serta sudah dihubungkan dengan
central kontrol panel, maka sistem AC siap untuk dihubungkan
dengan Catu Daya (PU-AC).
Langkah ke enam adalah jika pihak kontraktor telah memasang
semua unit peralatan utama, alat pembantu dan assesoris
lainnya serta sudah dihubungkan dengan central control
panel, maka sistem AC siap untuk dihubungkan dengan Catu
Daya (PU-AC).
Langkah ke tujuh adalah pihak kontraktor dan Konsultan
PENGAWAS disaksikan oleh Pemberi Tugas mengadakan
pengujian semua unit AC dan ventilasi mekanis bersama-sama.
Langkah ke Delapan adalah pihak kontraktor harus
membuat laporan tentang semua pekerjaan yang telah
dilakukan kepada pihak Konsultan PENGAWAS.
ANELA M.RAHMAN
Direktur Utama
47