Anda di halaman 1dari 47

METODE PELAKSANAAN

PEKERJAAN : Revitalisasi Gedung Asrama Haji Transit Palu

LOKASI : Kota Palu

TAHUN ANGGARAN : 2017

A. UMUM
Metode pelaksanaan ini dibuat untuk memudahkan personil pelaksana
proyek dalam mengelola sumber daya yang ada (sumber daya manusia, waktu,
material, dan uang). Secara umum, pelaksanaan pekerjaan dimulai dengan
pekerjaan persiapan, diantaranya pembuatan kantor direksi, kantor dan gudang
kontraktor, barak kerja yang dilengkapi dengan perlengkapan standar. Setelah
pekerjaan persiapan dilaksanakan, maka mobilisasi tenaga dan peralatan yang
dapat dilaksanakan segera dilakukan dan selanjutnya dilaksanakan pekerjaan fisik
yang dapat dikerjakan sesuai dengan sumber daya yang sudah tersedia. Semua
pekerjaan yang dilaksanakan selalu didahului dengan pengukuran bersama,
persetujuan gambar kerja dan berdasar ijin pelaksanaan pekerjaan yang diketahui
oleh pihak yang terkait (pihak kontraktor, direksi dan pihak lain yang mewakili
pihak direksi). Selama proses penerimaan bahan untuk pelaksanaan pekerjaan,
proses pelaksanaan maupun terhadap hasil pekerjaan yang telah dilakukan selalu
melalui tahapan pemeriksaan yang berupa inspeksi (pengecekan visual,
pengecekan elevasi, dsb) atau test (misalnya pengecekan mutu beton, kepadatan
tanah, dll). Semua bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini, seperti yang
ditentukan dalam dokumen kontrak harus melalui proses persetujuan dari pihak
direksi atau pihak lain yang mewakili pihak direksi, dengan cara pihak kontraktor
menyerahkan contoh bahan, menyerahkan brosur bahan yang akan dipakai,
tergantung dari jenis bahan yang akan dimintakan persetujuannya. Pada tahap
akhir perlaksanaan diadakan kembali pengecekan hasil perkerjaan yang telah
diselesaikan sebelum diserahkan ke pihak direksi. Jumlah waktu pelaksanaan
pekerjaan ini yaitu 210 (Dua Ratus Sepuluh) hari kalender, dengan lingkup
perkerjaan sebagai berikut :
A. PEKERJAAN STANDAR
I. PEKERJAAN PERSIAPAN
II. PEKERJAAN STRUKTUR
III. PEKERJAAN ARSITEKUR
IV. PEKERJAAN PLUMBING
V. PEKERJAAN ELEKTRIKAL ARUS KUAT

B. PEKERJAAN NON STANDAR


I. PEKERJAAN STRUKTUR
II. PEKERJAAN ARSITEKTUR
III. PEKERJAAN PLUMBING
IV. PEKERJAAN MEKANIKAL
V. PEKERJAAN ELEKTRIKAL ARUS KUAT
VI. PEKERJAAN ELEKTRIKAL ARUS LEMAH (ELEKTRONIK)
1
Sebelum memulai perkerjaan fisik proyek, kepada Instansi setempat diberitahukan
secara resmi bahwa kontraktor akan memulai pekerjaannya dengan memberikan
informasi sarana dan prasarana yang akan dipakai dan diperkirakan berhubungan
dengan kepentingan umum. Selanjutnya di area proyek dipasang ulang informasi
proyek atau papan nama disamping logo perusahaan kontraktor. Sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, kontraktor akan melaporkan kepada PT. Jamsostek
setempat tentang rencana pemakaian tenaga kerja pada proyek ini, kemudian
kontraktor menyampaikan hasilnya kepada pihak direksi.

B. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


Dengan berusaha seoptimal mungkin untuk menjaga keselamatan dan
kesehatan kerja diharapkan produktivitas tenaga kerja dapat lebih meningkat dan
diharapkan tingkat penyelesaian proyek dapat lebih cepat dari yang ditentukan
schedule. Untuk keselamatan kerja, setiap pekerja dilengkapi dengan helm
pengaman, sarung tangan, sepatu kerja, safety belt sesuai dengan kebutuhan dari
masing-masing pekerjaan. Pada bagian mesin dan alat yang mudah atau rawan
terhadap kecelakaan kerja, akan dibuat pengaman/pagar yang diperlukan. Untuk
kesehatan kerja dibuat tempat-tempat sampah agar tidak berserakan dan bila
sudah penuh dibuang keluar area proyek. Potongan kayu dan besi sisa
ditempatkan tersusun rapi, agar tidak menganggu kelancaran perkerjaan.
Penyediaan obat-obatan P3K bagi pekerja yang terluka atau mendapat
kecelakaan kerja di proyek disediakan obat-obatan yang ditempatkan secara
khusus dan selalu ditambah bila ada obat yang kurang. Apabila keadaan pekerja
yang mendapat kecelakaan tersebut memerlukan perawatan yang lebih, maka
segera dibawa ke rumah sakit yang terdekat, adapun Pra Rencana Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja Kontrak (PRA - RK3K) akan kami lampirkan pada Metode
Pelaksnaan Pekerjaan.

C. PENEMPATAN MATERIAL DILOKASI (Material On Site)


Penempatan bahan-bahan untuk keperluan pekerjaan diatur sedemikian
rupa sehingga mudah diambil dan tidak menganggu kelancaran pekerjaan.
Khusus untuk bahan yang mudah terbakar, mudah patah, mudah rusak akibat
udara terbuka misalnya semen akan dibuatkan tempat khusus yaitu sebuah
gudang yang tertutup dan dibawahnya diberi bantalan kayu agar tidak tercemar
oleh uap tanah. Besi Beton diletakkan di atas balok kayu agar tidak mengenai
langsung dengan tanah dan dikelompokkan sesuai dengan ukurannya kemudian
selalu ditutup terpal atau lembaran plastic. Bahan kayu ditempatkan pada daerah
terlindung atau ditutup dengan lembaran plastik agar tidak terjadi perubahan
bentuk akibat panas matahari atau lapuk akibat air hujan.

D. PENGENDALIAN MUTU PEKERJAAN


Secara internal, maka selalu diadakan pekerjaan inspeksi dan test, bak
pada awal pekerjaan, pada saat proses pekerjaan maupun pada akhir pekerjaan.
Proses pengendalian mutu pekerjaan ini dimulai dengan pembuatan rencana mutu
(untuk membantu personil pelaksana proyek agar mengetahui persyaratan mutu
yang ditetapkan sesuai dengan pelaksanaan inspeksi dan test terhadap
2
bahan/material maupun produk atau hasil kerja sampai ke saat serah terima
kedua. Pada awal pelaksanaan proyek, seluruh penerimaan syarat (Accepted
Criteria) yang terdapat dalam dokumen kontrak dituangkan dalam suatu catatan
mutu penerimaan syarat. Selanjutnya catatan mutu penerimaan syarat ini dipakai
sebagai dasar dalam melaksanakan inspeksi dan test terhadap bahan/material
maupun terhadap produk atau hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan (kekuatan
beton, kepadatan tanah, elevasi pagar, dll). Secara internal bahan/material
maupun produk atau hasil kerja yang tidak sesuai dengan penerimaan syarat
tersebut akan ditolak oleh personil pelaksana pengedali mutu kami. Langkah-
langkah yang dilaksanakan dalam pembelian suatu bahan/material agar terjamin
sesuai dengan dokumen kontrak adalah sebagai berikut:
 Mencatat penerimaan syarat dari seluruh bahan yang ada pada dokumen
kontrak dalam suatu mutu penerimaan syarat.
 Meminta ijin kepada pihak direksi atau yang mewakilinya sebelum membuat
order pembelian bahan tersebut. Prosedur permintaan ijin ini dapat dengan
jalan mengirimkan contoh barang/material, brosur bahan/material ataupun
mengirimkan hasil tes dari bahan/material tersebut.
 Setelah bahan/material tersebut diijinkan oleh pemberi kerja atau yang
mewakilinya untuk digunakan dalam proyek ini, maka personil pengadaan
bahan/material baru dapat membuat order pembelian untuk barang/material
tersebut. Setelah order material/bahan mulai masuk, seluruh bahan/material
yang masuk tersebut selalu melewati proses inspkesi atau test. Setiap terjadi
kesalahan prosedur, hasil pekerjaan bermutu jelek, atau apapun yang
dianggap tidak sesuai dengan spesifikasi, maka pihak kami selalu akan
menindak lanjuti dengan penyelidikan, sehingga dapat diketahui penyebab
kesalahan/kegagalan konstruksi untuk selanjutnya dicarikan jalan keluarnya
bersama dengan pihak direksi.
 Berdasarkan hasil pengamatan Kontraktor terhadap lokasi pelaksanaan pekerjaan
Revitalisasi Gedung Asrama Haji Transit Palu dimana ada hari tertentu pekerjaan
tidak bisa dilaksanakan, hal ini dikarenakan bertepatan dengan Aktivitas kegiatan
dilingkungan Asrama Haji dimungkinkan untuk tidak melaksanakan pekerjaan.
Sehingga perlu dirapatkan kembali bersama direksi teknis serta pihak Dinas terkait
untuk mendapatkan solusi untuk kelancaran Pelaksanaan Pekerjaan apabila
Perusahaan kami ditunjuk sebagai Pemenang.

METODE PELAKSANAAN yang akan diterapkan dalam pelaksanaan pekerjaan


Revitalisasi Gedung Asrama Haji Transit Palu diatas akan kami uraikan sesuai
dengan standar pelaksanaan konstruksi baik dari segi Persiapan, Arsitektur, Sipil,
Mekanikal Elektrikal Dan Sanitasi/ Plumbing serta peraturan peraturan lain yang
berlaku dibawah ini :

1) Administrasi
 Setelah SPPBJ diterbitkan, Kontraktor mengajukan Jaminan
Pelakasanaan sesuai yang dipersyaratkan dalam Dokumen Lelang
(5% dari nilai penawaran terkoreksi).
 Penandatanganan Kontrak dilakukan setelah Kontraktor
menyerahkan Jaminan Pelaksanaan.

3
 Pengajuan Uang Muka diajukan oleh Kontraktor setelah
penandatanganan surat perjanjian kerja (SPK) sesuai dengan yang
dipersyaratkan pada Dokumen Lelang.
 Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah Penandatanganan
surat perintah kerja (SPK), pihak Kontraktor harus sudah memulai
melaksanakan pembangunan fisik secara nyata di lapangan. Apabila
setelah 1 (satu) minggu Kontraktor / Pemborong yang ditetapkan
belum melaksanakan pembangunan fisik secara nyata di lapangan,
maka akan diberlakukan ketentuan yang telah dibuat oleh Panitia /
Owner.

2) Pengusulan Tenaga Untuk kelancaran pekerjaan Kontraktor harus


menyediakan pelaksana yang dianggap memadai sebagai penanggung
jawab penuh dan dengan wewenang penuh dilapangan. Pelaksana harus
memenuhi kualifikasi minimal sebagai Tenaga Ahli yang berpengalaman
dalam Pembangunan gedung yang ditunjukkan dalam Curriculum Vitae
yang bersangkutan. Kontraktor harus mengajukan Curriculum Vitae Site
Manager yang bersangkutan untuk memperoleh persetujuan tertulis dari
Direksi. Direksi Proyek/Konsultan Pengawas berhak untuk
menolak/meminta agar personil Site Manager dan Personil Kontraktor
lainnya diganti jika ternyata dianggap tidak memenuhi kualifikasi atau tidak
bisa bekerja sama membentuk team work demi suksesnya proyek ini.

3) Kontraktor harus menyediakan semua peralatan yang nyata-nyata


diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan. Direksi berhak meminta kepada
Kontraktor untuk mengadakan peralatan pembantu pekerjaan yang
dianggap perlu untuk menjamin mutu dan ketepatan pekerjaan. Semua
biaya mobilisasi dan sewa pakai peralatan dianggap telah diperhitungkan
dalam penawaran Kontraktor. Sebagai gambaran, peralatan minimal yang
harus digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah:
1. Truck Mixer
2. Mobil Crane
3. Bor Pile Mobil
4. Excavator
5. Pick Up Truck
6. Vibrator Roller
7. Welding Machine/Mesin Las
8. Bar Cutter
9. Bar Bender
10. Generator Set
11. Compressor
12. Water Pump
13. Theodolite
14. Water Pass
15. Scafollding

 Alat-alat pertukangan sederhana wajib dimiliki oleh setiap tukang Dan


alat-alat lainnya yang diperlukan Jenis, jumlah, kondisi dan disesuaikan
dengan jenis pekerjaan yang akan dilaksankan.
 Penggunaan Alat Kerja serta Alat Bantu dalam menunjang pelaksanaan
4
pekerjaan dibagi berdasarkan Kelompok kerja tiap–tiap unit Bangunan
yang akan dikerjakan.
4) Persyaratan Khusus
 Standar-standar yang berlaku
Semua pekerjaan dalam kontrak ini harus dilaksanakan dengan
mengikuti dan memenuhi persyaratan-persyaratan teknis yang
tertera dalam Persyaratan Normalisasi Indonesia (NI), Standardisasi
Nasional Indonesaia (SNI) dan peraturan-peraturan setempat lainnya
yang berlaku atas jenis-jenis pekerjaan yang bersangkutan yaitu :
1. PUBI-1982 : Peraturan Bahan Bangunan di
Indonesia.
2. NI-3 PMI PUBB 1970 : Peraturan Umum Bahan Bangunan di
Indonesia.
3. NI-8 : Peraturan Semen Portland Indonesia.
4. NI-10 : Bata Merah Sebagai Bahan Bangunan.
5. PPI-1979 : Pedoman Plumbing Indonesia.
6. PUIL-1977 : Peraturan Umum Instalasi Listrik.
7. PPBI-1984 : Peraturan Perencanaan Bangunan Baja
di Indonesia.
8. SII : Standar Industri Indonesia.
9. SK SNI T-15-1991-03 : Peraturan Beton Bertulang Indonesia.
( PBI-1991 )
10. AVWI : Peraturan Umum Instalasi Air.
Serta :
 Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1981.
 Peraturan Perburuhan di Indonesia dan Peraturan Tentang
Keselamatan Tenaga Kerja yang dikeluarkan oleh Departemen
Tenaga Kerja Republik Indonesia.
 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/KPTS/1985
tentang
penanggulangan bahaya kebakaran.
Jika tidak terdapat di dalam Peraturan / Standar / Normalisasi
tersebut di atas, maka berlaku Peraturan / Standar / Normalisasi
Internasional ataupun dari negara asal produsen bahan / material /
komponen yang bersangkutan.
Selain ketentuan-ketentuan yang tersebut, berlaku pula dalam
ketentuan ini:
 Dokumen Lelang yang sudah disahkan oleh Pemberi Tugas
(Gambar Kerja, RKS, BQ, BA, Aanwijzing dan Surat Perjanjian /
Kontrak).
 Shop Drawing yang dibuat oleh Kontraktor / Pemborong dan
sudah disetujui / disahkan oleh Pemberi Tugas dan Konsultan
Pengawas.
 Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor yang diwakili
oleh Site Manager harus memberikan rencana tertulis mengenai
Metode Pelaksanaan. Metode pelaksanaan harus dipresentasikan
dihadapan Direksi, Konsultan Perencana dan konsultan pengawas.
Hasil dari presentasi metode pelaksanaan setelah disetujui bersama
oleh Direksi, Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas merupakan
5
keputusan yang mengikat didalam pelaksanaan pekerjaan ini.

5) PEKERJAAN PENDAHULUAN
Pekerjaan Pendahuluan meliputi :
 Pekerjaan Pembersihan dan Perataan Lahan
 Pekerjaan pembersihan dan perataan lahan dilaksanakan
sebelum item pekerjaan lainnya seperti pemasangan
bouwplank dll. Dalam pembersihan dan perataan lahan dari
gangguan baik itu gundukan pohon-poho, akar pohon, semak
belukar dan ssemak belukar yang tersisa menggunakan alat.

 Pekerjaan Pengukuran dan Pemasangan Bowplank


 Sebelum memulai pekerjaan, akan dilakukan pekerjaan
pengukuran untuk memastikan lokasi yang tepat untuk
penempatan komponen-komponen pekerjaan tertentu seperti
ditunjukan dalam gambar. Pengukuran meliputi
pengukuran/penentuan koordinat dan elevasi. Koordinat dan
elefavasi titik yang diperlukan, ditentukan berdasarkan titik
rujukan (Bench Mark) seperti ditunjukan dalam gambar atau
ditetapkan oleh Direksi teknis. Dibawah pengamatan
konsultan pengawas, kami akan membuat titik Duga, titik duga
tersebut dijaga kedudukannya serta tidak terganggu selama
pekerjaan berlangsung dan tidak akan dibongkar tanpa seizin
dari konsultan pengawas, kami akan menambahkan titik duga
jika diperlukan oleh direksi/konsultan pengawas, selama
pelaksanaan pekerjaan, surveyor/juru ukur akan selalu stand
by di lokasi pekerjaan lengkap dengan peralatannya. Semua
pekerjaan yang akan dimulai harus diukur/bidik ulang sebelum
diizinkan secara tertulis oleh direksi untuk dilaksanakan.
Bouwplank dibuat dan dipasang sedemikian rupa sehingga
mempunyai elevasi (rujukan) tertentu yang letaknya jauh dari
kegiatan pelaksanaan yang dapat mengganggu, merusak dan
merubah elevasinya. Konstruksi maupun dimensi bench mark
akan ditentukan kemudian oleh Direksi.

 Pembuatan Papan Proyek


 Kontraktor wajib membuat papan nama proyek dengan
isi/tulisan sesuai format yang telah ditentukan, papan nama
proyek harus dipasang pada lokasi yang mudah terlihat oleh
masyarakat sesuai dengan Spesifikasi Teknis.

 Pekerjaan Pembersihan.
 Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus melaksanakan
Pekerjaan Pembersihan pada Lokasi Pekerjaan dari segala
macam sampah, kotoran dan rumput serta semak belukar,
sisa bekas bongkaran yang diakibatkan oleh pekerjaan
sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk memudahkan
pelaksanaan pekerjaan selanjutnya.
6
 Pada saat selesainya Pekerjaan, semua sisa bahan bangunan
dan bahan-bahan tak terpakai, sampah, perlengkapan,
peralatan dan mesin-mesin harus disingkirkan, seluruh
permukaan terekspos yang nampak harus dibersihkan dan
proyek ditinggal dalam kondisi siap pakai dan diterima oleh
Direksi Teknis.
 Kontraktor harus melakukan pembersihan secara teratur untuk
menjamin bahwa tempat kerja, struktur, kantor sementara,
tempat hunian dipelihara bebas dari akumulasi sisa bahan
bangunan, sampah dan kotoran lainnya yang diakibatkan oleh
operasi-operasi di tempat kerja dan memelihara tempat kerja
dalam kondisi rapi dan bersih setiap saat.

 Pengukuran Kembali Kondisi Existing.


 Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan
melakukan pengukuran kembali kondisi “existing” terhadap
posisi rencana bangunan yang telah dilaksanakan pada Tahap
sebelumnya. Hasil pengukuran harus diserahkan kepada
Direksi / Konsultan Pengawas dan Dinas Terkait selaku
pemilik Proyek.
 Ketidak-cocokan yang terjadi antara Gambar Kerja dan
Volume pekerjaan berdasarkan item yang sebenarnya di
lapangan, harus segera dilaporkan kepada Konsultan
Pengawas dan Dinas Terkait selaku pemilik Proyek.
 Pengukuran sudut siku-siku dengan prisma atau benang
secara azas segitiga phytagoras hanya diperkenankan untuk
bagian-bagian kecil yang telah disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
 Sebagai keharusan dari Kontraktor dan tanpa biaya
tambahan, Kontraktor menyediakan khusus untuk digunakan
oleh Konsultan Pengawas segala peralatan, instrumen,
personil dan tenaga survey dan lain-lain. material yang
mungkin dibutuhkan dalam memeriksa pemasangan/
pematokan (setting out) atau untuk pekerjaan-pekerjaan lain
yang terkait.
 Personil dan peralatan survey harus meliputi dan tidak hanya
terbatas pada :
a. Personil
- 1 orang Surveyor
- 1 orang Asisten surveyor
b. Peralatan pengukuran (survey) :
- 1 Wild ROS Theodolite (360 derajat)
- 1 Wild T0 Theodolite (360 derajat)
- 1 Wild NAK levels
- 1 pita meteran baja dengan panjang 50 m
- 1 steel measuring rod (4 m)
- 5 target poles dengan tripod
- Patok-patok survey dan macam-macam alat yang
diperlukan dalam survey.
7
Semua peralatan pengukuran harus disediakan lengkap
termasuk tripod dan lain-lain. Atas tanggungan biaya sendiri,
Kontraktor harus mengadakan survey dan pengukuran
tambahan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan.
Kontraktor harus bertanggung jawab atas ketepatan
pengukuran dan survey yang dikerjakan oleh karyawannya.
Setiap tanda yang dibuat oleh Konsultan Pengawas ataupun
oleh Kontraktor harus dijaga baik-baik. Bila terganggu atau
rusak, harus segera diperbaiki oleh Kontraktor atas
tanggungan biaya sendiri. Setiap jenis pekerjaan dari bagian
apapun, tidak boleh dikerjakan sebelum persiapannya (setting
out) disetujui oleh Konsultan Pengawas.
 Bila Konsultan Pengawas perlu mengadakan perubahan /
revisi, Kontraktor / Pemborong harus mengajukan lagi salinan
cross section untuk persetujuan tersebut di atas.
 Cross section dari Kontraktor / Pemborong harus digambar di
atas kertas agar memungkinkan direproduksi. Bila cross
section ini akhirnya disetujui, maka Kontraktor /Pemborong
harus menyerahkan gambar asli dan 3 (tiga) lembar hasil
reproduksinya kepada Pemimpin Proyek. Gambar cross
section harus memakai judul dan ukuran sesuai dengan yang
ditentukan oleh Konsultan Pengawas.

 Pengujian Kubus Beton


Dalam pengujian kubus beton perlu diambil beberapa sampel
sebagai pembuktian bahwa beton yang digunakan memenuhi
persyratan kuat tekan beton yaitu dengan komposisi sampel kubus
dengan umur 3 hari, sampel kubus umur 14 hari, serta kubus dengan
umur 28 hari, atau sampel kubus dengan umur 7 hari, kubus umur 14
hari, serta kubus umur 28 hari, untuk tiap item pengecoran beton
yang akan diuji dilab nantinya.

 Direksi Keet, Los Kerja dan Gudang Bahan.


 Direksi Keet ( Los Pengawas )
- Kontraktor / Pemborong harus menyediakan Direksi Keet (Los
Pengawas) untuk keperluan Pengawas Lapangan dan
Personalia Proyek dengan bahan semi permanen seluas 9 m2
( Ruang Konsultan Pengawas dan Ruang Rapat ), lantai
diplester, dinding tripleks / papan / asbes, diperlengkapi
dengan kursi, meja, serta alat-alat kantor yang diperlukan.
Dalam hal ini Kontraktor / Pemborong dapat memanfaatkan
sementara ruangan/lokasi pada area bangunan yang
belum/tidak dibongkar yang akan ditentukan oleh Konsultan
Pengawas.

 Kantor Kontraktor, Los Kerja Dan Gudang Bahan.


- Kontraktor atas biaya sendiri berkewajiban membuat kantor
Pemborong di lapangan, los kerja untuk para pekerja dan

8
gudang bahan yang dapat dikunci untuk menyimpan barang-
barang, yang mana tempatnya/lokasinya akan ditentukan oleh
Konsultan Pengawas / Personalia Proyek.
- Direksi Keet dan Kantor Kontraktor yang dibuat oleh
Kontraktor, setelah selesai pelaksanaan pembangunan/
pekerjaan tersebut akan ditentukan pemanfaatannya oleh
Proyek, namun apabila dianggap perlu Direksi dapat
memerintahkan kepada Kontraktor / Pemborong untuk segera
membongkarnya dan membersihkannya, dan bahan-bahan
bekasnya diserahkan kepada Proyek.

 Tempat Penimbunan Material (material on site) dan Peralatan


 Pekerjaan ini berupa penyediaan tempat sementara guna
keperluan penimbunan bahan - bahan bangunan dan
penyimpanan alat – alat untuk keperluan proyek. Lokasi untuk
keperluan ini harus dipilih sedemikian rupa sehingga aman
dari pengaruh alam dan manusia serta harus mudah
pencapaiannya dan tidak mengganggu aktifitas lainnya.
 Pelaksanaan pekerjaan sebagai berikut:
- Lokasi tempat penimbunan (material on site) ditempatkan
berdasarkan unit – unit bangunan sehingga mudah
pencapaiannya berdasarkan setiap kelompok kerja yang
ditempatkan pada masing – masing bangunan dan akan
ditentukan oleh Direksi Teknis.
- Lokasi harus bebas dari banjir serta faktor lainnya yang
mengganggu penempatan material.
- Setelah selesai pelaksanaan pekerjaan, lokasi harus
dibersihkan kembali.

 Air Kerja
 Untuk pelaksanaan kegiatan pekerjaan Kontraktor harus
menyediakan air kerja yang bersih dan memenuhi
persyaratan–persyaratan teknis PUBI-1982, tidak berbau,
tidak mengandung kotoran, Lumpur, atau bahan organis
lainnya. Air dapat diperoleh langsung dilapangan atau bila
tidak memungkinkan dapat didatangkan dari luar proyek.
 Kontraktor harus menyediakan bak penampungan air yang
dapat mencukupi kebutuhan proyek.
 Direksi Teknis berhak menolak air kerja yang tidak memenuhi
persyaratan diatas.

 Mobilisasi Peralatan
 Mobilisasi peralatan adalah mendatangkan peralatan –
peralatan yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan
pekerjaan yang telah disetujui oleh Direksi Teknis.
 Mobilisasi dan pemasangan peralatan yang didasarkan atas
peralatan yang diajukan dalan dokumen penawaran serta alat
penunjang lainnya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
pekerjaan.
9
 Untuk kebutuhan perlatan kerja dibagi berdasarkan kelompok
kerja pada tiap – tiap bangunan.
 Penyiapan K3
 Kami akan melaksanakan Program Rencana Pra K3K atau
Sistem Pengendalian Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3L) agar terciptalah
pekerjaan- pekerjaan yang berkualitas tinggi berdasarkan
mutu pekerjaan sesuai dengan Spesifikasi Teknis dan
gambar kerja, sehingga tidak ada keluhan dari Pemilik
Pekerjaan.
 Rencana K3 Kontrak yang dibuat juga akan terus dipantau
untuk meminimalisir kecelakaan kerja dan ke semua
pekerjaan yang dilakukan keselamatan kerja akan
diutamakan.

Contoh Rambu-Rambu K3

6) PEKERJAAN TANAH
1 PEMBENTUKAN PERMUKAAN TANAH (GRADING)
Pelaksanaan :
a. Tanah halaman Asrama Haji Palu dibentuk sesuai rencana tapak
antara lain jalan, parkir, terrace pintu masuk, sehingga diperoleh
ketinggian-ketinggian permukaan seperti yang ditentukan dalam
gambar pelaksanaan. Pekerjaan tanah (grading) dan
pengerukan/pengurugan (cut and fill) harus dilakukan dengan
peralatan-peralatan yang memadai dan dilaksanakan menurut
ketentuan-ketentuan teknis yang berlaku.
b. Bahan-bahan tanah untuk pengurugan bisa berasal dari hasil
galian atau didatangkan dari luar proyek, dengan syarat harus
10
bebas dari kotoran, batu-batu besar, dan tumbuh- tumbuhan.
Pengurugan harus dilaksanakan lapis demi lapis, tiap lapis tidak
lebih dari 20 cm, dan dipadatkan dengan menggunakan stamper
dan timbris
c. Tanah yang berhumus atau yang masih terdapat tumbuh-
tumbuhan diatasnya harus dibuang dahulu permukaan
bagian atasnya (top soil) sedalam 20 cm, khususnya pada
daerah bangunan sampai dengan 3 m disekelilingnya.
d. Tanah bekas galian dan leveling harus dikeluarkan dari
lingkungan tapak lokasi pembangunan

2. GALIAN TANAH
a. Pekerjaan ini meliputi galian tanah untuk pembentukan muka
tanah, saluran-saluran air dan lain-lain seperti ditunjukkan dalam
gambar kerja. Penggalian harus dikerjakan sesuai dengan
ukuran yang tercantum dalam gambar baik kedalaman, kemiringan
maupun panjang dan lebarnya. Khusus galian tanah untuk
basement mengacu kepada persyaratan perencanaan struktur.
b. Lubang pondasi dan lubang galian lainnya harus diusahakan
selalu dalam keadaan kering (bebas air), untuk itu harus
disediakan pompa-pompa air yang siap pakai dengan daya dan
jumlah yang bisa menjamin kelancaran pekerjaan.

3. URUGAN TANAH
a. Pekerjaan ini meliputi pengurugan kembali bekas galian untuk
pasangan pondasi dan peninggian halaman. Urugan harus
dilakukan selapis demi selapis dengan ketebalan tidak lebih dari 20
cm untuk setiap lapisan dan ditimbris sampai padat.
b. Pengurugan kembali tidak boleh dilaksanakan sebelum pondasi,
instalasi/pipa-pipa dan lain-lain yang bakal tertutup tanah diperiksa
oleh Konsultan MK.

4. URUGAN PASIR
a. Urugan pasir dilaksanakan untuk di bawah paving block atau
bahan perkerasan jalan, saluran-saluran, bak-bak kontrol dan
dibawah pasangan lantai bangunan.
b. Urugan tersebut harus dipadatkan dengan stamper dan disiram
dengan air. Ukuran dari ketinggian urugan pasir yang tercantum
dalam gambar adalah ukuran jadi (sesudah dalam keadaan padat).

7) PEKERJAAN STRUKTUR (NON STANDAR)


1. PONDASI KSLL (KONSTRUKSI SARANG LABA-LABA)
Lingkup Pekerjaan Pondasi Meliputi :
a. Pekerjaan Galian Tanah
- Pekerjaan galian tanah untuk lobang pondasi hendaknya
dilaksanakan setelah papan patok (bouwplank) dengan
penandaan sumbu dan ketinggian selesai dikerjakan serta
setelah disetujui oleh Pengawas.
- Galian tanah tahap I : seluruh luasan untuk kebutuhan KSLL
11
digali sampai kedalam peil dasar rib konstruksi.
- Galian tanah tahap II : dilaksanakan setelah galian tahap I untuk
pekerjaan rib settlement (rib anti penurunan) sepanjang jalur rib
settlement digali selebar yang dibutuhkan sampai dengan
kedalam peil dasar tib settlement sehingga menjamin
keleluasaan pemasang pembesian dan acuan serta keamanan
pekerja.
- Untuk daerah yang muka air tanahnya cukup tinggi,
hendaknya galian tanah tahap II tidak dilaksanakan sekaligus
melainkan diatur setahap demi setahap, agar tidak menyulitkan
pemompaan

b. Pekerjaan Lantai Kerja Untuk Rib


- Dibawah rib konstruksi maupun rib settlement harus dibuat lantai
kerja. Untuk mencapai efisiensi yang tinggi, maka bentuk,
ukuran dan mutunya agar dibuat sedemikian rupa, sehingga
bisa berfungsi ganda :
- Sebagai lantai kerja dan
- Sebagai penahan acuan rib, sehingga ketebalan rib bisa
dijamin terlaksananya sesuai yang ditentukan.
c. Pekerjaan Acuan Untuk Rib
- Bahan untuk acuan bisa berupa kayu, multipleks, atau
baja, asalkan memenuhi persyaratan / ketentuan dalam PUBI
1970 dan PBI 1971.
- Konstruksi acuan harus sedemikian rupa, sehingga baik
ukuran, bentuk maupun posisi rib – rib tidak berubah selama
pengecoran berlangsung.
- Acuan harus dibersihkan dari segala kotoran, sehingga
memenuhi persyaratan pengecoran seperti yang diatur dalam
PBI 1971.
- Acuan bisa dibuka 36 jam setelah pengecoran beton.
- Untuk mencapai efisiensi yang tinggi maka hendaknya acuan
desain sedemikian rupa, sehingga bisa dipasang dan dibongkar
dengan mudah tanpa menimbulkan kerusakan.
- Terlampir saran gambar disain acuan yang berdasarkan
pengalaman selama ini, cukup efektif dan ekonomis.

d. Pekerjaan Pembesian Untuk Rib


- Besi beton yang digunakan adalah U 24
- Besi beton harus bersih dari lapisan minyak / lemak dan bebas
dari cacat – cacat seperti serpih dan lain sebagainya, serta
berpenampang bulat dan memenuhi persyaratan yang
ditentukan di dalam PBI 1971.
- Pemasangan besi beton harus sesuai dengan gambar
konstruksi.
- Besi beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin besi
tersebut tidak berubah tempat selama pengecoran dan harus

12
bebas dari papan acuan atau lantai kerja dengan memasang
selimut beton sesuai dengan ketentuan PBI 1971.
- Prinsip dan sistem hubungan pembesian pada pertemuan
antara:
i. Rib dengan rib, baik rib konstruksi, rib settlement maupun rib
pembagi
ii. Rib dengan kolom
iii. Rib dengan plat penutup
iv. Seluruh jepitan harus bersifat sempurna : karenanya,
harus selalu ada panjang penyaluran pada hubungan
pertemuan tersebut.
e. Pekerjaan Pengecoran Beton Untuk Rib
Untuk melaksanakan pekerjaan beton bertulang, berlaku peraturan
sebagai berikut :
- Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI 1971 N2)
- Peraturan umum untuk pemeriksaan Bahan Bangunan (N13)
- Gambar konstruksi
- Pelaksanaan harus sesuai dengan gambar konstruksi
- Apabila ternyata ada yang tidak sesuai antara gambar potongan
dan gambar detail, maka Pemborong / Pengawas berkewajiban
untuk segera berkonsultasi dengan pihak Konsultan
Perencana.
Bahan – bahan untuk adukan beton :
1. Semen
 Semen yang digunakan harus terdiri dari satu jenis merk
dari mutu yang lebih baik dan atas persetujuan Pengawas,
antara lain setara TIGA RODA, KUJANG kualitas baru,
PADANG dan GRESIK.
 Semen yang telah mengeras sebagian / seluruhnya, tidak
diperkenankan untuk dipergunakan.
 Tempat penyimpanan semen harus diusahakan
sedemikian rupa, sehingga semen bebas dari kelembaban.

2. Pasir dan koral


 Pasir beton harus terdiri dari pasir dengan butir – butir
yang bersih dan bebas dari bahan – bahan organis, lumpur
dan lain sebagainya, serta memenuhi komposisi butir dan
kekerasan seperti yang tercantum di dalam PBI 1971.
 Koral yang digunakan harus bersih dan bermutu baik serta
mempunyai gradasi serta kekerasan sesuai dengan
persyaratan yang dicantumkan dalam PBI 1971.
 Untuk pengecoran rib harap dipergunakan koral /
steeslang ukuran ½, sedangkan untuk pengecoran plat
biasa digunakan koral / steeslang ukuran 1/3.
3. Air
 Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak
mengandung minyak, asam, garam alkalis serta bahan –
bahan organis / bahan lain yang dapat merusak beton.
 Apabila dipandang perlu, Pengawas dapat meminta kepada
Pemborong supaya air yang dipakai diperiksa di

13
laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi batas biaya
Pemborong.
4. Pengerjaan beton
 Mutu beton yang digunakan adalah : Untuk Rib : K 225 ,
Untuk Plat : K 225, dengan ketentutan lain mengikuti PBI 1971
 Cara pengadukan harus menggunakan beton molen, yang
paling sedikit ada 2 (dua)
 buah yang baik serta ada di lapangan / Site.
 Mutu beton tersebut harus dibuktikan oleh Pemborong dengan
mengambil benda – benda uji berupa kubus beton atau
silinder beton, yang pembuatannya harus disaksikan oleh
Pengawas. Jumlah benda uji dibuat sesuai dengan ketentuan
dalam PBI 1971.
 Pengecoran beton harus dan hanya dapat dilaksanakan atas
persetujuan Pengawas.
 Pengecoran harus dilaksanakan sebaik mungkin,
dengan menggunakan alat
 Penggetar (Vibrator) yang minimal harus tersedia 3 (tiga)
buah di lapangan. Hal ini menjamin beton cukup padat
serta menghindarkan terjadinya cacat pada beton,seperti
keropos dan sarang – sarang koral, yang dapat
memperlemah konstruksi beton.
 Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan
pada hari berikutnya, maka tempat penghentian pengecoran
yang diperkenankan hendak dikonsultasikan
 dengan Konsultan Perencana, sebelum pelaksanaan
pengecoran awal dimulai.
 Beton setelah dicor, selama dalam masa pengecoran harus
selalu dibasahi selama 2 (dua) minggu.
 Disarankan lebih diutamakan menggunakan Beton Ready Mix.

f. Pekerjaan Urugan Tanah Dan Pemadatan


1. Untuk pengurugan kembali lubang galian pondasi dapat
digunakan tanah bekas galian /tanah yang didatangkan dari luar,
yang tidak mengandung bahan – bahan organis.
2. Urugan tanah dipadatkan lapis demi lapis dengan tamping
rammer atau alat – alat yang disetujui oleh Pengawas dan setiap
lapisan tidak boleh lebih tebal dari 20 cm.
3. Pemadatan baru boleh dilakukan setelah beton rib berumur
minimal 3 (tiga) hari.
4. Pelaksanaan pemadatan tanah ini mempunyai pengarus yang
cukup besar terhadap kemampuan KSLL, maka diminta
perhatian / konstruksi yang tinggi dari pihak Pemborong maupun
Pengawas di dalam pelaksanaan pemadatan ini.
5. Untuk pekerjaan pemadatan tanah, tidak diperlukan tes
kepadatan. Pekerjaan sudah bisa dilanjutkan dengan lapis
berikut apabila akibat dari pemadatan dengan tamping rammer
sudah tidak menunjukkan pemadatan lagi.

14
6. Pemadatan disekeliling tepi luar pondasi selebar minimum 2,00
m harus dilakukan lapis demi lapis, namun tidak perlu dites
7. Bila peil tanah asli rendah sekali dibawah rib konstruksi maka
sebelum pekerjaan pengecoran rib konstruksi, berbaikan tanah
harus dilaksanakan terlebih dahulu. Tanah diurug dahulu dilapis
demi lapis dan dipadatkan dengan baik. Tebal tiap lapis tidak
boleh lebih dari 20 cm sampai dengan peil yang dikehendaki.

g. PEKERJAAN URUGAN PASIR DAN PEMADATAN


 Untuk pengurugan lubah hasil galian pondasi (rib – rib)
dibolehkan dipergunakan pasir urug yang dipadatkan.
 Pemadatan dilakukan dengan tamping rammer, lapis demi lapis,
tiap – tiap lapis tidak boleh lebih dari 20 cm.
 Untuk urugan pasir lapis bawah dituntut kepadatan minimal 90
% dari kepadatan optimal (standard proctor tes).
 Keadaan tertenu bila diperlukan tes kepadatan, disarankan
agar Pemborong bekerja sama dengan Laboratorium Mekanika
Tanah yang bisa dipertanggung jawabkan.
 Pada saat melakukan pengurugan tanah dan pasir, mengingat
umur beton yang masih muda, maka harus dijaga perbedaan
tinggi urugan antara petak yang bersebelahan tidak lebih dari 20
cm.

h. PEKERJAAN LANTAI KERJA UNTUK PLAT PENUTUP


 Setelah kepadatan pengurugan pasir dites dan melampaui
batas persyaratan yang ditentukan, maka sebelum pekerjaan
pembesian plat penutup dilaksanakan, seluruh luasan diberi
lapisan lantai kerja dengan campuran 1 PC : 3 PS : 5 KR atau
campuran 1 PC : 6 PS setebal 3 cm.

2. PEKERJAAN KHUSUS STRUKTUR ATAS


Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan yang diatur di dalam persyaratan teknis ini meliputi
seluruh pekerjaan beton/struktur beton yang sesuai dengan gambar
rencana :
1) Pekerjaan beton/struktur beton yang sesuai dengan gambar
rencana, termasuk di dalamnya pengadaan bahan, upah,
pengujian dan peralatan-bantu yang berhubungan dengan pekerjaan
tersebut.
2) Pengadaan, detail, fabrikasi dan pemasangan semua penulangan
(reinforcement) dan bagian-bagian dari pekerjaan lain yang tertanam
di dalam beton.
3) Perancangan, pelaksanaan dan pembongkaran acuan beton,
penyelesaian dan perawatan beton, dan semua jenis pekerjaan lain
yang menunjang pekerjaan beton.

Bahan-Bahan
a. S e m e n
i. Untuk pekerjaan struktur bawah, termasuk diantaranya plat
15
basement, plat ground floor, dinding penahan tanah dan
semua struktur beton yang berhubungan langsung dengan
tanah, semen yang digunakan adalah Semen Portland Tipe IV,
atau tipe lainnya yang tahan terhadap sulfat dengan disertai hasil
pengujian laboratorium. Semen harus disimpan sedemikian rupa
untuk mencegah terjanyi kerusakan.
ii. Untuk pekerjaan struktur atas, yaitu struktur yang tidak
berhubungan secara langsung dengan tanah semen yang
digunakan adalah Semen Portland Tipe I dan merupakan hasil
produksi dalam negeri satu merk. Semen harus disimpan
sedemikian rupa hengga mencegah terjadinya kerusakan
bahan atau pengotoran oleh bahan lain. Penyimpanan semen
harus dilakukan di dalam gudang tertutup,
sedemikian rupa sehingga semen terhindar dari basah atau
kemungkinan lembab, terjamin tidak tercampur dengan bahan
lain. Urutan penggunaan semen harus sesuai dengan urutan
kedatangan semen tersebut di lokasi pekerjan.
b. Agregat Kasar
Agregat untuk beton harus memenuhi seluruh ketentuan berikut ini :
i. Agregat beton harus memenuhi ketentuan dan persyaratan
dari SII 0052-80 tentang "Mutu dan Cara Uji Agregat Beton".
Bila tidak tercakup di dalam SII 0052-80, maka agregat
tersebut harus memenuhi ketentuan ASTM C23 "Specification
for Concrete Aggregates".
ii. Atas persetujuan Manajemen Konstruksi, agregat yang
tidak memenuhi persyaratan butir a., dapat digunakan asal
disertai bukti bahwa berdasarkan pengujian khusus dan atau
pemakaian nyata, agregat tersebut dapat menghasilkan beton
yang kekuatan, keawetan, dan ketahanannya memenuhi syarat.
iii. Di dalam segala hal, ukuran besar butir nominal maksimum
agregat kasar harus tidak melebihi syarat - syarat berikut :
- seperlima jarak terkecil antara bidang samping dari cetakan
beton.
- sepertiga dari tebal pelat.
- 3/4 jarak bersih minimum antar batang tulangan, atau
berkas batang
- tulangan.
Penyimpangan dari batasan-batasan ini diijinkan jika menurut
penilaian Tenaga Ahli, kemudahan pekerjaan, dan metoda
konsolidasi beton adalah sedemikian hingga dijamin tidak akan
terjadi sarang kerikil atau rongga.
c. A i r
Air yang digunakan untuk campuran beton harus memenuhi
ketentuan-ketentuan berikut ini:
i. Jika mutunya meragukan harus dianalisis secara kimia dan
dievaluasi mutunya menurut tujuan pemakaiannya.
ii. Harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak dan benda
terapung lainnya, yang dapat dilihat secara visual.

16
iii. Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2
gram/liter.
iv. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat
merusak beton (asam-asam, zat organik, dan sebagainya) lebih
dari 15 gram/liter. Kandungan clorida (Cl) tidak lebih dari 500
ppm dan senyawa sulfat (sebagai SO3) tidak lebih dari 100 ppm.
v. Jika dibandingkan dengan kuat tekan adukan yang
menggunakan air suling, maka penurunan kekuatan adukan
beton dengan air yang digunakan tidak lebih dari 10 %.
d. Baja Tulangan
Baja tulangan yang digunakan harus memenuhi ketentuan-
ketentuan berikut ini.
i. Tidak boleh mengandung serpih-serpih, lipatan-lipatan,
retak-retak, gelombang-gelombang, cerna-cerna yang dalam,
atau berlapis-lapis.
ii. Hanya diperkenankan berkarat ringan pada permukaan saja .
iii. Untuk tulangan utama (tarik/tekan lentur) harus digunakan
baja tulangan deform (BJTD 40), dengan jarak antara dua sirip
melintang tidak boleh lebih dari 70 % diameter nominalnya, dan
tinggi siripnya tidak boleh kurang dari 5 % diameter nominalnya.
iv. Tulangan dengan Ø <13 mm dipakai BJTP 24 (polos), dan
untuk tulangan dengan Ø > 13 mm memakai BJTD 40 (deform)
bentuk ulir.
v. Kualitas dan diameter nominal dari baja tulangan yang
digunakan harus dibuktikan dengan sertifikat pengujian
laboratorium, yang pada prinsipnya menyatakan nilai kuat -
leleh dan berat per meter panjang dari baja tulangan dimaksud.
e. Toleransi berat batang contoh yang diijinkan di dalam pasal ini
sebagai berikut :

DIAMETER TOLERANSI
TULANGAN BERAT
 < 10 ±7
10 mm <  <16 mm ±6
16 mm <  < 28 mm ±5
 > 28 ±4
f. Pembesian
2. Percobaan dan Pemeriksaan (Test and Inspections) Setiap
pengiriman harus berasal dari pemilihan yang disetujui dan
harus disertai surat keterangan Percobaan dari pabrik.
Setiap jumlah pengiriman 20 ton baja-tulangam harus diadakan
pengujian periodik minimal 4 contoh yang terdiri dari 3 benda uji
untuk uji tarik, dan 1 benda uji untuk uji lengkung untuk setiap
diameter batang baja tulangan. Pengambilan contoh baja
tulangan akan ditentukan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
Semua pengujian tersehatan di atas meliputi uji tarik dan
lengkung, harus dilakukan di laboratorium lembaga Uji
Konstruksi atau laboratorium lainya direkomendasi oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi dan minimal sesuai dengan
SII-0136-84 salah satu standard uji yang dapat dipakai adalah
17
ASTM A-615. Semua biaya pengetesan tersebut ditanggung oleh
Kontrak
Segala macam kotoran, karat, cat, minyak atau bahan-bahan
lain yang merugikan terhadap kekuatan rekatan harus
dibersihkan.
Tulangan harus ditempatkan dan dipasang cermat dan tepat dan
diikat dengan kawat.dari baja. lunak. Sambungan mekanis harus
ditest. dengan percobaan tarik.
Sebelum pengecoran beton, lakukan pemeriksaan dan
persetujuan dari pembesian, termasuk jumlah, ukuran, jarak,
selimut, lokasi dari sambungan dan panjang penjangkaran dari
penulangan baja oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
3. Bahan-bahan / Produk a. Tulangan
 Tulangan yang digunakan berulir mutu BJTD-39 (400 Mpa),
sesuai dengan SII 0136-84 dan tulangan polos mutu BJTP-
24, sesuai dengan SII 0136-84 seperti dinyatakan pada
gambar-gambar struktur.Tulangan polos dengan diameter
lebih kecil 13 mm harus baja lunak dengan tegangan leleh
2400 kg/cm2.Tulangan ulir dengan diameter lebih besar atau
sama dengan 13 mm harus baja tegangan tarik tinggi,
batang berulir dengan tegangan leleh fy = 400 Mpa
 Tulangan Anyaman (Wire mesh)
Tulangan anyaman, mutu U-50, mengikuti SII 0784-83.
 Penunjang/Dudukan Tulangan (Bar Support)
Dudukan tulangan haruslah tahu beton yang dilengkapi
dengan kawat pengikat yang ditanan atau batang kursi
tinggi sendiri (Individual High Chairs).
 Bolstern, kursi spacers, dan perlengkapan-perlengkapan lain
untuk mengatur jarak.
i. Gunakan besi dudukan tulangan menurut rekomendasi
CRSI, kecuali diperlihatkan lain pada gambar
ii. Jangan memakai kayu, bata atau bahan-bahan
lain yang ridak direkomendasi.
iii. Untuk pelat di atas tanah, pakai penunjang dengan
lapisan pasir atau horizontal rumers dimana bahan
dasar tidak akan langsung menunjang batang kursi
(chairs legs). Atau pakai lantai kerja yang rata.
iv. Untuk beton ekspose, dimana batang-batang penunjang
langsung berhubungan/mengenai cetakan, sediakan
penunjang dengan jenis hot-dip-galvanized atau
penunjang yang dilindungi plastik.
v. Kawat PengikatDibuat dari baja lunak dan tidak disepuh
seng.

3. PEKERJAAN KEDAP AIR / WATERPROOFING


LINGKUP PEKERJAAN
Meliputi penyediaan bahan dan pemasangan waterproofing pada
permukaan plat beton , tempat daerah basah (toilet) dan tanki
penampungan air atau sesuai dengan gambar kerja.
BAHAN
18
a. Standar Mutu Bahan
Berdasarkan : ASTM 828, ASTME, TAPP 1803 DAN 407.
b. Untuk pelat atap dan daerah basah lainnya seperti toilet dan
sebagainya menggunakan lembaran dari Produk Awazseal,
Sintaproof, Isobond, Bituthene 2000 atau sejenisnya yang setara.
c. Jenis bahan membrane yang digunakan harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
i. Tebal bahan minimum 1,50 mm, karakteristik fisik, kimiawi
dan kepadatan yang merata dan konstan.
ii. Kedap air dan uap, termasuk bagian-bagian yang akan disusun
overlapping nanti. Memiliki ketahanan yang baik terhadap
gesekan dan tekanan.
iii. Susunan polimer tidak berubah akibat perubahan cuaca.
d. Bahan harus didatangkan ke tempat pekerjaan dalam keadaan
tertutup (belum dibuka) dan masih tersegel dan berlabel sesuai
pabriknya.
e. Bahan harus disimpan di tempat yang terlindung, tertutup, tidak
lembab, kering dan bersih.
f. Kontraktor bertanggungjawab atas kerusakan bahan-bahan
yang disimpannya baik sebelum atau selama pelaksanaan.
g. Bahan yang digunakan adalah DELTATROCH 3000 atau Setara
yang di Produksi dalam negeri.
h. Pengujian
i. Bila diperlukan Kontraktor wajib mengadakan test bahan
sebelum dipasang, pada laboratorium yang ditunjuk
Manajemen Konstruksi. Dan sebelum dimulai pemasangannya
Kontraktor harus menunjukkan sertifikat keaslian barang
dan supplier disertai data-data teknis komposisi unsur material
pembentuknya.
ii. Sewaktu penyerahan hasil pekerjaan, kontraktor wajib
memberikan jaminan atas produk yang digunakan terhadap
kemungkinan bocor, pecah dan cacat lainnya, selama 10
(sepuluh) tahun termasuk mengganti dan memperbaiki segala
jenis kerusakan yang terjadi. Jaminan yang diminta adalah
jaminan dari pihak pabrik untuk mutu material, serta jaminan
dari pihak pemasang (applicator) untuk mutu pelaksanaan
pemasangannya.
iii. Kontraktor diwajibkan melakukan percobaan/pengujian dengan
melakukan penyemprotan langsung dengan air serta
menggenanginya di atas permukaan yang diberi
lapisan/additive kedap air.

4. PEKERJAAN PASANGAN DINDING BATA DAN PELESTERAN


LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, peralatan, alat – alat
bantu yang dibutuhkan, bahan dan semua pasangan batu bata pada
tempat – tempat seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja atau
disyaratkan dalam Spesifikasi Teknis ini.
Pekerjaan ini terdiri tetapi tidak terbatas pada hal – hal berikut :
 Pasangan batu bata dan bata ringan
19
 Adukan
 Pengaplikasian bahan penutup celah antara dinding dengan kolom
bangunan, dinding dengan bukaan dinding dan dinding dengan
peralatan.
 Dinding partisi
Sesuai dengan petunjuk Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis.

BAHAN – BAHAN
a. Batu Bata.
Batu bata merah (dari tanah liat) yang dipakai adalah produksi
dalam negeri eks daerah setempat dari kualitas yang baik dengan
ukuran 5 x 10,5 x 22 cm yang dibakar dengan baik, warna merah
merata, keras dan tidak mudah patah, bersudut runcing dan rata,
tanpa cacat atau mengandung kotoran. Meskipun ukuran bata
yang bisa diperoleh di suatu daerah mungkin tidak sama dengan
ukuran tersebut diatas, harus diusahakan supaya ukuran bata yang
akan dipakai tidak terlalu menyimpang. Kualitas bata harus sesuai
dengan pasal 81 dari A.V. 1941. Kontraktor harus menunjukkan
contoh terlebih dahulu kepada Konsultan MK. Konsultan MK berhak
menolak bata dan menyuruh bongkar pasangan bata yang tidak
memenuhi syarat. Bahan-bahan yang ditolak harus segera diangkut
keluar dari tempat pekerjaan.
Bata merah yang digunakan harus mempunyai kuat tekan minimal
25 kg/cm2, sesuai ketentuan SNI 15-2094-2000. Produk Lokal atau
yang Setara
b. Adukan dan Plesteran.
Adukan terdiri dari semen, pasir dan air dipakai untuk pemasangan
dinding batu bata. Komposisi adukan adalah 1 pc : 5 pasir untuk
dinding biasa, 1 Pc : 3 pasir untuk tasram.
Semen PC yang dipakai adalah produk dalam negeri yang terbaik
(Indocement, Semen Padang, Tiga Roda atau produk daerah
setempat yang mempunyai kualitas standar konstruksi).
Adukan harus dibuat dalam alat tempat mencampur, diatas
permukaan yang keras, bukan langsung diatas tanah. Bekas adukan
yang sudah mulai mengeras tidak boleh digunakan kembali.
Adukan dan plesteran untuk pasangan batu bata harus
memenuhi ketentuan Spesifikasi Teknis.
c. Bata Ringan
Batu bata ringan yang dipakai adalah produksi Leibel, Hebel atau
Jaya Celcon ukuran tebal 10 cm, 8,8 buah per m2.
Kontraktor harus menunjukkan contoh terlebih dahulu kepada
Konsultan MK. Konsultan MK berhak menolak bata ringan yang
tidak memenuhi syarat. Bahan-bahan yang ditolak harus segera
diangkut keluar dari tempat pekerjaan.
d. Mortar/Plester
Adukan terdiri dari bahan Dry-Mix dan air dipakai untuk pemasangan
dinding batu bata ringan. Komposisi adukan sesuai dengan yang
disyaratkan oleh Fabrikan.

20
Bahan Dry-Mix yang dipakai adalah produk LEMKRA, Cipta Mortar
atau setara.

PELAKSANAAN PEKERJAAN
Dinding harus dipasang (uitzet dengan peralatan yang memadai) dan
didirikan menurut masing-masing ukuran ketebalan dan ketinggian yang
disyaratkan seperti yang ditunjukkan dalam gambar.
a. Pasangan dinding bata.
Bata yang akan dipasang harus direndam dalam air terlebih dahulu
sampai jenuh.
Tidak diperkenankan memasang batu bata :
 Menggunakan Air bersih untuk keperluan sehari-hari seperti
minum, mandi/buang air dan kebutuhan lain para pekerja. Kualitas
air yang disediakan untuk keperluan tersebut harus cukup
terjamin.
 Batu Bata yang ukurannya kurang dari setengahnya
 Batu Bata lebih dari 1 (satu) meter tingginya setiap hari di satu
bagian pemasangan
 Pada waktu hujan di tempat yang tidak terlindung atap
 Setiap luas pasangan dinding bata mencapai 12 m2 harus
dipasang beton praktis (kolom, dan ring balk)
Bata dipasang tegak lurus dan berada pada garis-garis yang
seharusnya dengan bentang benang yang sipat datar. Kayu
penolong harus cukup kuat dan benar-benar dipasang tegak lurus.
Dinding yang menempel pada kolom beton harus diberi angker besi
setiap jarak 40 cm. Permukaan beton harus dibuat kasar.
Pemasangan bata diatas kusen harus dibuat balok lantai 12/12 atau
dilengkapi dengan pasangan rollaag. Pemasangan harus dijaga
kerapihannya, baik dalam arah vertikal maupun horizontal. Sela-sela
disekitar kusen- kusen harus diisi dengan aduk
b. PEKERJAAN ADUKAN DAN PLESTERAN
 Perbandingan Campuran Adukan dan / atau Plesteran.
Campuran 1 semen dan 3 pasir digunakan untuk adukan kedap
air, adukan kedap air
150 mm di bawah permukaan tanah sampai 500 mm di atas
lantai, tergambar atau tidak tergambar dalam Gambar Kerja,
plesteran permukaan beton yang terlihat dan tempat – tempat lain
seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
Campuran 1 semen dan 5 pasir untuk semua pekerjaan adukan
dan plesteran selain tersebut di atas.
Bahan tambahan untuk menambah daya lekat dan
meningkatkan kekedapan terhadap air harus digunakan dalam
jumlah yang sesuai dengan petunjuk penggunaan dari pabrik
pembuat.
 Pencampuran.
Umum.
Semua bahan kecuali air harus dicampur dalam kotak pencampur
atau alat pencampur yang disetujui sampai diperoleh campuran
yang merata, untuk kemudian ditambahkan sejumlah air dan
pencampuran dilanjutkan kembali.
21
Adukan harus dibuat dalam jumlah tertentu dan waktu
pencampuran minimal 1 sampai 2 menit sebelum pengaplikasian.
Adukan yang tidak digunakan dalam jangka waktu 45 menit
setelah pencampuran tidak diijinkan digunakan.
Adukan Khusus.
Adukan khusus untuk pasangan batu bata ringan harus dicampur
sesuai petunjuk dan rekomendasi dari pabrik pembuatnya.
 Persiapan dan Pembersihan Permukaan.
Semua permukaan yang akan menerima adukan dan / atau
plesteran harus bersih, bebas dari serpihan karbon lepas dan
bahan lainnya yang mengganggu.
Pekerjaan plesteran hanya diperkenankan setelah selesainya
pemasangan instalasi listrik dan air dan seluruh bagian yang
akan menerima plesteran telah terlindung di bawah atap.
Permukaan yang akan diplester harus telah berusia tidak kurang
dari dua minggu. Bidang permukaan tersebut harus disiram air
terlebih dahulu dengan air hingga jenuh dan siar telah dikerok
sedalam 10 mm dan dibersihkan.
 Pemasangan.
Plesteran Batu Bata.
- Pekerjaan plesteran dapat dimulai setelah pekerjaan
persiapan dan pembersihan selesai.
- Untuk memperoleh permukaan yang rapi dan sempurna,
bidang plesteran dibagi – bagi dengan kepala plesteran yang
dipasangi kelos – kelos sementara dari bambu.
- Kepala plesteran dibuat pada setiap jarak 100 cm,
dipasang tegak dengan menggunakan kepingan kayu lapis
tebal 6 mm untuk patokan kerataan bidang.
- Setelah kepala plesteran diperiksa kesikuannya dan
kerataannya, permukaan dinding baru dapat ditutup dengan
plesteran sampai rata dan tidak kepingan – kepingan kayu
yang tertinggal dalam plesteran.
- Seluruh permukaan plesteran harus rata dan rapi, kecuali
bila pasangan akan dilapis dengan bahan lain.
- Sisa – sisa pekerjaan yang telah selesai harus segera
dibersihkan.
- Tali air (naad) selebar 4 mm digunakan pada bagian-
bagian pertemuan dengan bukaan dinding atau bagian lain
yang ditentukan dalam Gambar Kerja, dibuat dengan
menggunakan profil kayu khusus untuk itu yang telah diserut
rata, rapi dan siku. Tidak diperkenankan membuat tali air
dengan menggunakan baja tulangan.

Plesteran Permukaan Beton.


- Permukaan beton yang akan diberi plesteran harus
dikasarkan, dibersihkan dari bagian – bagian yang lepas dan
dibasahi air, kemudian diplester.

22
- Permukaan beton harus bersih dari bahan – bahan cat,
minyak, lemak, lumur dan sebagainya sebelum pekerjaan
plesteran dimulai.
- Permukaan beton harus dibersihkan menggunakan kawat
baja. Setelah plesteran selesai dan mulai mengeras,
permukaan plesteran dirawat dengan penyiraman air.
- Plesteran yang tidak sempurna, misalnya bergelombang,
retak – retak, tidak tegak lurus dan sebagainya harus
diperbaiki.

Ketebalan Adukan dan Plesteran.


- Tebal adukan dan / atau plesteran 10 – 25 mm, kecuali
bila dinyatakan lain dalam Gambar Kerja atau sesuai
petunjuk Konsultan MK.

Pengacian.
Pengacian dilakukan setelah plesteran disiram air sampai jenuh
sehingga plesteran menjadi rata, halus, tidak ada bag yang
bergelombang, tidak ada bag yang retak dan setelah plesteran
berumur 8 (delapan) hari atau sudah kering betul. Selama 7
(tujuh) hari setelah pengacian selesai dilakukan, Kontraktor harus
selalu menyiram bagian permukaan yang diaci dengan air
sampai jenuh, sekurang – kurangnya dua kali setiap harinya.

Contoh Gambar Pelaksanaan Pasangan Batu Bata

Contoh Gambar Pelaksanaan Pekerjaan Plesteran

5. PEKERJAAN PENUTUP LANTAI


Bagian ini mencakup semua pekerjaan penutup lantai dalam bangunan
dan teras-teras termasuk plin dan tangga, seperti yang tercantum
dalam gambar dan RKS, meliputi penyediaan bahan, tenaga dan
peralatan untuk pekerjaan ini.
23
a. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini mencakup penyediaan bahan dan pemasangan ubin
keramik pada tempat- tempat sesuai petunjuk Gambar Kerja serta
Spesifikasi Teknis ini.
b. BAHAN – BAHAN
Ubin harus dari kualitas yang baik dan dari merek yang
dikenal yang memenuhi ketentuan SNI.
Ubin yang tidak rata permukaan dan warnanya, sisinya tidak lurus,
sudut-sudutnya tidak siku, retak atau cacat lainnya, tidak boleh
dipasang.

Ubin Keramik Berglasur


 Ubin keramik berglasur merek Roman, Monalisa Tile, Davinci
terdiri dari beberapa jenis seperti tersebut untuk lantai KM/WC.
 Ubin keramik berglasur tipe non-slip untuk tempat-tempat lain
seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
 Ubin keramik berglasur digunakan untuk plin pada
tempat-tempat seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.

Adukan.
Adukan terdiri dari campuran semen dan pasir yang diberi bahan
tambahan penguat dalam jumlah penggunaan sesuai petunjuk dari
pabri pembuat.
Bahan-bahan adukan dan bahan-bahan tambahan harus
memenuhi ketentuan Spesifikasi Teknis.
Adukan perekat khusus untuk memasang ubin, jika ditunjukkan
dalam Gambar Kerja atau sesuai petunjuk Konsultan MK, harus
memenuhi ketentuan AS 2356, ANSI 118.1, 118.4 dan BS 5385,
seperti Lemkra FK 101 dan Lemkra FK 103 (khusus daerah basah),
AM 30 Mortarflex, ASA Fixall atau yang setara.
Adukan Pengisian Celah
Adukan pengisi celah harus merupakan produk campuran semen
siap pakai, yang diberi warna dari pabrik pembuat, seperti Lekra
FS Nat Flexible, AM 50 Coloured Ceramic Grout, ASA Coloured
Grout.

c. PELAKSANAAN PEKERJAAN
Persiapan
Pekerjaan pemasangan ubin baru boleh dilakukan setelah pekerjaan
lainnya benar-benar selesai.
Pemasangan ubin harus menunggu sampai semua pekerjaan
pemipaan air bersih/air kotor atau pekerjaan lainnya yang terletak
dibelakang atau dibawah pasangan ubin ini telah diselesaikan
terlebih dahulu.
Pemasangan.
Adukan untuk pasangan ubin pada lantai, dan bagian lain yang
harus kedap air harus terdiri dari campuran 1 semen, 3 pasir dan
sejumlah bahan tambahan, kecuali bila ditentukan lain dalam
Gambar Kerja.

24
Tebal adukan untuk semua pasangan tidak kurang dari 25mm,
kecuali bila ditentukan lain dalam Gambar Kerja.
Adukan untuk pasangan ubin pada lantai harus ditempatkan diatas
lapisan pasir dengan ketebalan sesuai Gambar Kerja.
Ubin harus kokoh menempel pada alasnya dan tidak boleh
berongga. Harus dilakukan pemeriksaan untuk menjaga agar bidang
ubin yamg terpasang tetap lurus dan rat. Ubin yang salah letaknya,
cacat atau pecah harus dibongkar dan diganti.Ubin mulai dipasang
dari salah satu sisi agar pola simetri yang dikehendaki dapat
terbentuk dengan baik.
Sambungan atau celah-celah antar ubin harus lurus, rat dan
seragam, saling tegak lurus. Lebar celah tidak boleh lebih dari
1,6mm, kecuali bila ditentukan lain.
Adukan harus rapi, tidak keluar dari celah sambungan.
Pemotongan ubin harus dikerjakan dengan keahlian dan dilakukan
hanya pada satu sisi, bila tidak terhindarkan.
Pada pemasangan khusus seperti pada sudut-sudut pertemuan,
pengakhiran dan bentuk-bentuk yang lainnya harus dikerjakan
serapi dan sesempuna mungkin.
Siar antar ubin dicor dengan semen pengisi/grout yang berwarna
sama dengan warna keramiknya dan disetujui Konsultan MK.
Pengecoran dilakukan sedemikian rupa sehingga mengisi penuh
garis-garis siar. Setelah semen mengisi cukup mengeras, bekas-
bekas pengecoran segera dibersihkan dengan kain lunak yang baru
dan bersih.
Setiap pemasangan ubin keramik seluas 8m2 harus diberi celah
mulai yang terdiri dari penutup celah yang ditumpu dengan batang
penyangga berupa polystyrene atau polyethylene. Lebar celah mulai
harus sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja atau sesuai pengarahan
dari Konsultan MK. Bahan berikut cara pemasangan penutup celah
dan penyangganya harus sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis.

Contoh Gambar Pemasangan Granit/ Keramik

6. PEKERJAAN PENUTUP ATAP


a. ATAP DAK BETON
LINGKUP PEKERJAAN
Uraian :
Pekerjaan Atap meliputi semua pekerjaan pembuatan Atap Plat
Beton, pada lokasi yang ditunjuk pada Gambar kerja atau petunjuk
Direksi Pekerjaan.
RKS mengenai Atap Plat Beton ada pada bagian Pekerjaan Struktur
b. Atap Plat Beton :
 Semua bidang atap yang telah dicor dibersihkan dengan air
compressor, segala kotoran lepas harus dibersihkan terlebih
25
dahulu. Apabila ada atap beton yang rusak atau cacat harus
diperbaiki terlebih dahulu hingga tidak bocor. Cek elevasi
kemiringan arah drainage dan pit collection air hujan berfungsi
baik serta tidak bocor
 Tambahkan screed campuran 1 Pc : 3 Ps untuk tebal tidak lebih
5 cm, dan cor beton kedap air untuk lapisan screed lebih dari 5
cm. dengan membuat lereng menuju pitcollection terdekat
 Setelah screed kering pasang water proofing sesuai petunjuk
pabrik dan ketentuan speslfikasi pada Divisi VI section 6.1. Baik
dlsebutkan dalam gambar atau tidak setlap sambungan atap
beton harus diperkuat dengan alat-alat penyambung sesuai
dengan kebutuhan seperti Joint sea/ant
 Untuk bidang atap beton yang dapat di akses, di atas
lapisan water proofing difinishing dengan plesteran kedap
campuran IPc : 2Ps setebal minimal 3cm dengan tulangan susut
berupa kawat ayam, untuk bidang luas d'perlukan construction
joint yang kemudian dicor dengan lapisan bitumen sehagai
sealant. Selama pekerjaan berlangsung, semua bahan pelapis
atap betor, harus dilindungi dari benturan- benturan benda keras.
Kerusakan atau cacat-cacat harus dlganti oleh Kontraktor
dengan bfaya sendiri
 Setelah pemasangan selesai, permukaan ubin harus benar-
benar bersih, tidak ada yang cacat, bila dianggap perlu
permukaan ubin harus diberi perlindungan misalnya dengan
sabun anti karat atau cara lain yang diperbolehkan, tanpa
merusak permukaan ubin.

7. PEKERJAAN SANITAIR
a. LINGKUP PEKERJAAN
Bagian ini mencakup semua pekerjaan sanitair dan yang
berhubungan seperti ditunjukkan dalam gambar, meliputi
penyediaan bahan, tenaga dan alat yang diperlukan.
b. BAHAN – BAHAN
Water Closet dan Wastafel.
Barang-barang yang akan dipakai adalah sebagai berikut :

 Water Closet Duduk


Bahan porselen, produk dalam negeri (TOTO type CW
702J/SW784JP), lengkap dengan stop kran dan peralatan lain
(warna standard).
 Wastafel
- Wastafel Meja Bahan porselen, produk dalam negeri
(TOTO tipe L 521 V1A, L 830 V3), lengkap dengan keran,
siphon dan perlengkapan lainnya (warna standard).
- Wastafel Gantung Bahan porselen, produk dalam negeri
(setara TOTO tipe L 237 V1B), lengkap dengan keran, siphon
dan perlengkapan lainnya (warna standard).
- Wastafel pedestal Toto type LW 236J/ LW 239FJ.
 Sink dapur (TOTO)
- Urinoir setara TOTO Type Moeslem U57M
26
- Sekat Urinoir Toto type A 100
- Dirty Utility / Slope Sink TOTO SK 33
Semua wastafel dan Sanitary yang lainnya sudah lengkap
dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya yang diperlukan.
 Keran, Floor Drain, Dll
- Keran air (TOTO type T-23B13V7N dan T30ARQ13N untuk
Pantry)
- Floor Drain (TOTO type square flange TX 1B)
- Towel Ring (TOTO Tipe TX 702AES )
- Paper Holder (TOTO type A850)
- Shower Spray (TOTO type TB 19 CS V9N5)
- Shop Holder (TOTO type TS 125R)
Barang-barang yang akan dipasang harus benar-benar
mulus dan tidak cacat sedikitpun. Kontraktor harus mengajukan
contoh-contoh untuk disetujui oleh Pengawas bersama dengan
Konsultan Perencana.

c. PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pemasangan semua peralatan/perlengkapan saniter harus
dilakukan oleh ahli pemasangan barang sanitair yang
berpengalaman. Pengerjaan harus dilakukan dengan hati-hati dan
sangat rapi.
 Semua sambungan harus kedap air dan udara. Bahan
penutup sambungan tidak diijinkan. Cat, vernis, dempul dan
lainnya tidak diijinkan dipasang pada bidang-bidang pertemuan
sambungan sampai semua sambungan dipasang kuat dan diuji.
Semua saluran ekspos ke perlengkapan sanitasi harus
diselesaikan sedemikian rupa sehingga tampak bersih dan rapih
dan sesuai ketentuan Gambar Kerja dan petunjuk pemasangan
dari pabrik pembuat.
 Pemipaan dari perlengkapan sanitasi ke pipa distribusi utama
harus dilaksanakan sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis.
 Bak cuci tangan tipe dinding ahrus dipasang sedemikian rupa
sehingga puncak bagian luar alat-alat tersebut berada 800mm di
atas lantai, kecuali bila ditunjukkan lain dalam Gambar Kerja.
 Bak cuci tangan tipe pemasangan di meja harus dipasang pada
ketinggian sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja.
 Bak cuci dari bahan stainless steel harus dipasang sedemikian
rupa pada meja/kabinter seperti ditunjukkan dalam Gambar
Kerja.
 Urinoir harus dipasang sedemikian rupa sehingga puncak tepi
bagian depan alat ini berada 530mm diatas lantai untuk orang
dewasa dan 330mm untuk anak-anak, atau sesuai petunjuk
dalam Gambar Kerja.
 Sistem penumpu dan penopang harus sesuai dengan
rekomendasi dari pabrik pembuat perlengkaan sanitasi atau
sesuai persetujuan PengawasanLapangan.

27
8. PEKERJAAN LANGIT-LANGIT GYPSUM BOARD
LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini mencakup penyediaan bahan, tenaga kerja, peralatan
bantu dan pemasangan papan gipsum dan aksesori pada tempat-
tempat seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja dan Spesifikasi
Teknis ini.
BAHAN – BAHAN
a. Pemasangan Gipsum.
 Papan Gypsum.
- Papan gipsum harus dari produk yang memiliki teknologi
yang sesuai untuk daerah tropis dan memliki ketebalan
minimal 9 mm untuk plafond dan 12 mm untuk dinding dan
ukuran modul sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja, dari
produk Knauff atau setara
- Papan gipsum harus dari tipe standar yang memenuhi
ketentuan AS 2588, BS 1230 atau ASTM C 36.
 Semen Penyambung.
Semen penyambung papan gipsum harus sesuai dengan
rekomendasi dari pabrik pembuat papan gipsum.
 Rangka.
Rangka untuk pemasangan dan penumpu papan gipsum harus
dibuat dari bahan baja ringan lapis seng dan alumunium dalam
bentuk dan ukuran yang dibuat khusus untuk pemasangan
papan gipsum, seperti buatan Jof Metal, Buman, Jayabord .
 Alat Pengencang.
Alat pengencang berupa sekrup dengan tipe sesuai jenis
pemasangan harus sesuai rekomendasi dari pabrik pembuat
papan gipsum yang memenuhi ketentuan AS2589.
 Perlengkapan Lainnya.
Perlengkapan lainnya untuk pemasangan papan gipsum,
antara lain seperti tersebut berikut, harus sesuai rekomendasi
dari pabrik pembuat papan gipsum :
- Perekat
- Pita kertas berperforasi,
- Cat dasar khusus untuk permukaan papan gipsum.
- Dan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan agar papan
gipsum terpasang dengan baik.
PELAKSANAAN PEKERJAAN
- Sebelum papan gipsum dipasang, Kontraktor harus
memeriksa kesesuaian tinggi/kerataan permukaan, pembagian
bidang, ukuran dan konstruksi pemasangan terhadap ketentuan
Gambar Kerja, serta lurus dan waterpas pada tempat yang sama.
Pemasangan papan gipsum dan kelengkapannya harus
sesuai dengan petunjuk pemasangan dari pabrik pembuatnya.
- Jenis/bentuk tepi papan gipsum harus dipilih berdasarkan jenis
pemasangan seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
Pemasangan.
- Rangka papan gipsum untuk pemasangan di langit-langit,
partis atau tempat-tempat lainnya, yang terdiri dari bahan baja
28
yang sesuai dari standar pabrik pembuatnya yang dibuat khusus
untuk pemasangan papan gipsum seperti disebutkan dalam
Spesifikasi Teknis ini.
- Papan gipsum dipasang kerangkanya dengan sekrup atau
dengan alat pengencangan yang direkomendasikan, dengan
diameter dan panjang yang sesuai.
- Sambungan antara papan gipsum harus menggunakan pita
penyambung dan perekat serta dikerjakan sesuai petunjuk
pelaksanaan dari pabrik pembuat papan gipsum

9. PEKERJAAN PLUMBING
PELAKSANAAN PEKERJAAN
1) Sumur Deep Well yang diinginkan berkapasitas minimal 200
liter/menit dengan head minimum 80 m, daya sekitar 5 KW, dimana
mutu air yang dihasilkan tidak berwarna dan tidak berbau.
2) Konstruksi Sumur Deepwell harus mempergunakan pipa jambang
berdiameter tidak kurang dari 15 cm sampai dengan kedalaman
80 meter dan pipa naik berdiameter tidak kurang dari 100 mm
sampai dengan kedalaman 200 meter  10% pipa naik dan pipa
jambang adalah baja galvanis kelas menengah (GIP Medium
Class) dengan sambungan ulir kasar.
3) Pipa saringan ditempatkan pada pipa naik dan berdiameter sama
dengan pipa naik tersebut yang ditempatkan minimal pada 2 (dua)
lapisan sumber air, dimana ketinggian dari pipa saringan tersebut
pada setiap sumber air tidak kurang dari 3 meter.
4) Pipa saringan yang dipergunakan harus terbuat dari bahan pipa baja
anti karat yang berlubang yang dapat menyaring partikel.
5) Pemasangan pipa jambang, pipa naik dan pipa penyalur air dari
sumur dan pompa harus dipasang secara vertikal. Toleransi
kemiringan hanya diberikan bila tidak lebih dari batas 1,5 cm.
6) Disekeliling pipa naik pada sekitar bagian pipa saringan, harus
ditempatkan kerikil halus yang berdiameter kira kira 2 - 3 cm, secara
padat dan merata sampai setebal 5 cm atau lebih.
7) Disekeliling pipa jambang dan pipa naik, kecuali disekitar pipa
saringan harus ditempatkan pasir beton secara padat dan merata
dimana ketebalan lapisan pasir tersebut adalah 5 cm atau lebih.

PEKERJAAN AIR BERSIH, AIR KOTOR & AIR PANAS


 Sistem Pengadaan Air Bersih yang merupakan lingkup pekerjaan
secara garis besar adalah sebagai berikut :
- Mendapatkan penyambungan sumber air dari PDAM dan ijin
pembuatan Sumur Deep Well.
- Pembuatan Sumur Deep Well termasuk pompanya,
pengaturan operasi dan pemipaannya sampai ke Tangki Air
Bawah Tanah (Ground Water Tank, GWT).
- Pengadaan dan pemasangan semua peralatan pada Tangki Air
Bawah Tanah.
- Pengadaan dan pemasangan sistem instalasi raw water
lengkap dengan
- filtrasinya. Pengadaan dan pemasangan sistem instalasi booster
29
pump lengkap.
-
 Sistem Distribusi Air Bersih
Yang merupakan lingkup pekerjaan ini adalah suatu sistem
penyaluran air berasal dari tangki air bawah tanah (GWT) ke tangki
atap (roof tank) dengan bantuan pompa beserta semua
kelengkapannya dan selanjutnya didistribusikan ke titik-titik
pemakaian baik dengan pompa booster atau secara gravitasi
seperti terlihat dalam gambar rencana.
b. Sistem Air Panas
Yang merupakan lingkup pekerjaan ini adalah pengadaan dan
pemasangan suatu sistem air panas Heat-Pump beserta semua
kelengkapannya dan selanjutnya didistribusikan ke titik-titik
pemakaian seperti terlihat dalam gambar rencana.
c. Sistem Pembuangan Air Kotor
Yang merupakan lingkup pekerjaan ini adalah suatu sistem
penyaluran air kotor yang berasal dari closet dan urinal ke tempat
penampungan air kotor (Sewage Treatment Plant,STP) dan
selanjutnya dipompakan ke saluran Air Kotor existing diluar
bangunan .
d. Sistem Pembuangan Air Bekas
Yang merupakan lingkup pekerjaan ini adalah suatu sistem
penyaluran air bekas yang berasal dari peralatan-peralatan sanitasi
kecuali closet dan urinal ke Sewage Treatment Plant dan
selanjutnya dipompakan ke saluran air kotor existing di luar
bangunan.
e. Sistem Pembuangan Udara Dalam Pipa (Venting)
Yang merupakan lingkup pekerjaan ini adalah suatu penyaluran
udara dan atau gas yang berasal dari dalam pipa pembuangan
air bekas, air kotor dan tempat penampungan air kotor ke udara
bebas.
f. Sistem Pembuangan Air Hujan
Yang merupakan lingkup pekerjaan ini adalah suatu sistem
penyaluran air hujan yang berasal dari atap bangunan dan teras ke
saluran pembuangan air hujan existing.

10. PEKERJAAN ELEKTRIKAL ARUS KUAT


BAHAN-BAHAN
a. Rak dan Tangga Kabel
 Pemborong wajib mempergunakan rak kabel untuk kabel yang
ditempatkan dalam pipa pelindung kabel ataupun tidak bila
dipasangkan secara mendatar dan atau tegak jalur kabel lebih
dari enam jalur.
 Rak kabel harus terbuat dari bahan besi yang diproses dengan
Hot Dip Galvanized, ukuran dari bahan besi harus sedemikian

30
rupa sehingga dapat menampung beban dari kabel yang
ditempatkan pada rak kabel yang bersangkutan
 Konstruksi rak kabel yang dipergunakan harus
sedemikian rupa sehingga memungkinkan dibentuk dalam
arah lengkung sesuai dengan keperluan di lapanga
 Rak kabel harus dilengkapi dengan penggantung yang di buat
dari bahan besi siku 40x40x4 mm dibagian bawah, tiang
penggantung dari bahan besi beton berukuran diameter 10mm
dan kanal baja UNP 10 pada bagian atasnya. Pada tiap
persambungan penggantung ini harus diperlengkapi dengan mur
disetiap sisinya.
 Penggantung rak kabel harus di tempatkan pada setiap jarak
yang tidak lebih dari 150cm.
 Konstruksi akan menentukan konstruksi rak kabel.
 Pemborong wajib membuat dan mempergunakan tangga kabel
bagi semua kabel baik yang di tempatkan dalam pipa pelindung
maupun yang tidak, bila dipasangkan secara tegak dengan jalur
kabel yang lebih dari 6 jalur.
 Tangga kabel harus terbuat dari bahan besi yang diproses
dengan Hot Dip Galvanized, ukuran dari bahan besi harus
sedemikian rupa sehingga dapat menampung beban dari kabel
yang ditempatkan pada tangga kabel yang bersangkutan.
 Tangga kabel harus dipasangkan pada dudukan yang terbuat
dari bahan kanal baja UNP 10 pada setiap jarak tidak lebih dari
150 cm. Pemasangan tangga kabel ke dudukannya tersebut
dengan mempergunakan mur- baut berukuran sesuai dengan
bebannya.
 Apabila ternyata lebar tangga kabel yang harus dipergunakan
lebih dari 150cm, maka Manajemen Konstruksi akan
menentukan konstruksi dan bahan tangga kabel.
 Semua bagian baja pada rak kabel dan tangga kabel harus
yang tidak di galvanis harus di lapisi oleh bahan antikarat
berupa Zinchromate buatan ICI sebanyak 2 lapis sebelum
dipasang.

b. Penangkal Petir dan Grounding


 Bagian penerima petir yang dipergunakan adalah sistem
penangkal petir tiang tunggal yang memakai prinsip kerja
elektrostatic.
 Setiap bagian dari sistem penangkal petir ini tidak
diperkenankan mempunyai peralatan bantu yang dapat
mengurangi keandalan dari sistem secara keseluruhan.
 Bagian penerima petir harus dipasangkan pada puncak tiang
yang ditempatkan diatas bangunan, dimana ketinggian
keandalan keseluruhan harus sesuai dengan yang akan
ditunjukkan dalam gambar rencana.

31
 Pemborong wajib memeriksa kembali konstruksi pemasangan
tiang penangkal petir termasuk dudukkan untuk menjamin
pemasangan yang kokoh dan dapat menahan gangguan yang
mungkin akan terjadi.
 Bagian penghantar arus surya harus jenis coaxial sesuai
dengan yang diajurkan oleh pabrik pembuat bagian penerima
petir.
 Bagian pentanahan harus terdiri dari atas titik pentanahan
yang terbuat dari pipa baja galvanis berdiameter 1,5" atau lebih
sepanjang 12 meter atau lebih dan pada tujuan ujungnya
diberikan batang tembaga runcing berdiameter tidak kurang
dari 1,50” sepanjang 50cm.
 Bagian ujung dari titik pentanahan harus diberikan kotak
kontrol yang terbuat dari susunan batu bata yang diplester halus
dan dilengkapi penutup beton yang diberikan pegangan untuk
membukanya.
 Pada permukaan tanah dari titik pentanahan harus diberikan
kotak kontrol yang terbuat dari susunan batu bata yang diplester
halus dan dilengkapi penutup beton yang diberikan pegangan
untuk membukanya.
 Pesambungan antara penghantar arus surya dengan
penghantar titik pentanahan mempergunakan alat bantu
persambungan khusus sesuai dengan petunjuk manajemen
kontruksi.
 Persambungan antara penghantar arus surya dan bagian
penerima petir, harus dilakukan sesuai dengan petunjuk dari
pabrik pembuat peralatan.
 Ketentuan lain mengenai pekerjaan ini akan diberikan oleh
manajemen kontruksi selama periode pelaksanaan pekerjaan.

PELAKSANAAN PEKERJAAN
 Semua panel listrik yang sesuai untuk pemasangan pada
lantai ruang, harus diberikan dudukan dari bahan kanal baja UNP
10 dan diperkuat kelantai bangunan dengan mempergunakan
Dynabolt yang berukuran sesuai dan disetujui oleh Manajemen
Konstruksi.
 Pemborong wajib menyediakan dudukan bagi kabel yang masuk ke
dan atau keluar dari panel listrik sedemikian rupa sehingga kabel
tersebut tidak akan memberikan beban mekanis pada terminal
penyambungan kabel didalam panel.
 Semua panel listrik yang sesuai untuk pemasangan pada
dinding ruang, harus diberikan pemegang dari bahan baja UNP 10
dan diperkuat kedinding ruang dengan mempergunakan Dynabolt
yang berukuran yang sesuai dan disetujui oleh Manajemen
Konstruksi.
 Semua panel listrik yang akan ditempatkan didinding ruangan
harus dipasangkan pada ketinggian 120 cm dari permukaan lantai
ruang yang bersangkutan dan sama untuk semua panel.

32
 Semua peralatan bantu dalam pemasangan panel yang dibuat dari
bahan baja dan atau besi harus diberikan lapisan anti karat dengan
Zinchromate sebanyak 2 lapis.
 Pemborong wajib melengkapi pemasangan kabel yang keluar dari
atau masuk ke dalam panel dengan Cable Gland yang sesuai dan
disetujui oleh Manajemem Konstruksi.
 Kabel listrik yang akan ditanam, harus ditempatkan pada
kedalaman yang tidak kurang dari 80 cm dibawah permukaan tanah
setempat kecuali bagi kabel yang akan dipasang dibawah jalan,
dibawah lantai, melintas jaringan pipa dan selokan atau pekerjaan
lainnya.
 Pemasangan kabel tanam harus mempergunakan pasir di
bagian atas maupun dibagian bawah kabel dengan tebal lapisan
tidak kurang dari 15 cm pada setiap bagian dimana pada bagian atas
dari pasir ini diberikan bahan pelindung keras seperti yang
dipergunakan oleh PLN sebelum diurug kembali
 Untuk kabel listrik yang akan ditanam dan jalur kabel tersebut
melintas jalan dan atau lantai, maka kabel tersebut harus
ditempatkan pada kedalaman tidak kurang dari 150 cm dibawah
permukaan tanah/lantai setempat dan diberikan pelindung berupa
pipa baja galvanis berdiameter tidak kurang dari 2,5 kali diameter
luar kabel dan pada bagian luar pipa tersebut harus diberikan
lapisan Flinkote sebanyak 2 lapis.
 Dibagian atas dan dibagian bawah pipa yang dimaksud dalam
butir 10 tersebut diatas harus diberikan lapisan pasir seperti
yang dimaksudkan dalam butir 09 tersebut diatas.
 Untuk kabel listrik yang akan ditanam dan jalur kabel melintas
selokan dan atau jaringan pipa atau pekerjaan lainnya, maka
kabel harus ditempatkan pada kedalaman tidak kurang dari 60 cm
dibawah jaringan pekerjaan lainnya tersebut dan cara
pemasangannya adalah sama seperti diuraikan dalam butir 09
diatas.
 Pada penanaman kabel yang sejajar dengan jalan atau jaringan
pipa atau jaringan kabel yang mempunyai beda tegangan kerja,
maka kabel harus ditempatkan pada jarak tidak kurang dari 50cm
antara
 Kabel listrik yang akan dipasang menembus lantai, dinding, pondasi
bangunan dan yang sejenis harus mempergunakan Sleeve dari
bahan pipa PVC klas D berukuran 2,5 kali diameter luar kabel.
Khusus Sleeve yang dipasang pada pondasi dan dipergunakan
untuk jalur kabel dari luar ke dalam bangunan atau sebaliknya
lubang di dalam pipa diluar kabel harus di isi dengan adukan
semen 1:7 dibagian dekat tanah dan Flinkote di belakangnya.
 Kabel listrik yang ditempatkan pada saluran kabel baik yang
mendatar ataupun yang tegak, harus ditempatkan pada rak/tangga
kabel.
 Semua kabel listrik baik yang ditempatkan didalam pipa pelindung
kabel maupun yang tidak dan dipasang secara mendatar harus
ditempatkan pada rak kabel.
33
 Semua kabel listrik baik yang ditempatkan didalam pipa pelindung
kabel maupun yang tidak dan dipasang secara tegak harus
ditempatkan pada tangga kabel.
 Pengaturan kabel pada rak kabel dan tangga kabel harus
sedemikian rupa sehingga tidak terjadi persilangan satu dengan
yang lainnya.
 Pemborong wajib mempergunakan alat khusus dalam
pemasangan sepatu kabel pada kabel untuk setiap penyambungan.
Untuk sepatu kabel yang berukuran lebih besar atau sama dengan
50mm², Pemborong wajib memakai alat khusus dengan sistem
hidrolik.
 Pemasangan kabel dan pipa pelindung kabel di rak kabel, pada
tangga kabel, pada dinding ruangan dan pada plat lantai harus
mempergunakan klem kabel pada setiap jarak tidak lebih dari 75 cm.

 Lampu Penerangan.
 Pemasangan lampu penerangan harus disesuaikan dengan
rencana plafond dan arsitek dan disetujui oleh
Direksi/Pengawas Lapangan.
 Lampu tidak diperkenankan memberikan beban kepada
rangka plafond yang terbuat dari bahan aluminium.
 Kotak Kontak dan Saklar.
 Kotak kontak dan saklar yang akan dipakai adalah type
pemasangan masuk dan dipasang pada ketinggian 50 cm dari
level lantai, untuk kotak kontak biasa 150 cm dari level lantai,
dan untuk kotak kontak AC dipasang dengan ketinggian 275
cm dari lantai.
 Kotak kontak dan saklar yang dipasang pada tempat yang
lembab harus type water dicht (bila ada).

 KWH Meter.
Penempatan KWH meter baik dalam panel-panel utama maupun
yang terpasang dalam sub-sub panel harus diletakkan
sedemikian rupa sehingga mudah dilihat/dibaca dengan baik.
Koordinasi penempatan KWH meter ditentukan kemudian
dilapangan setelah disepakati barsama Arsitek
 Lampu Penerangan.
 Pemasangan lampu penerangan disesuaikan dengan rencana
plafond Arsitek dan disetujui Pengawas Lapangan.
 Lampu tidak diperkenankan memberi beban pada rangka plafond
yang terbuat dan bahan aluminium.
 Tiang lampu penerangan luar dipasang tegak lurus.
 Lampu penerangan luar dibuat dengan pondasi dan dipasang
kotak pengaman (fuse box ) pada ketinggian maximum 50 cm
dari tanah.

11. PEKERJAAN KUSEN, PINTU, JENDELA


LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini mencakup seluruh pekerjaan pembuatan dan
pemasangan kusen, daun pintu dan jendela dengan bahan-bahan dari
34
Aluminium, termasuk menyediakan bahan, tenaga dan peralatan untuk
pekerjaan ini,
BAHAN – BAHAN
1) Alumunium
 Alumunium untuk kusen pintu/jendela dan untuk daun
pintu/jendela adalah dari jenis alumunium alloy yang
memenuhi ketentuan SNI 07-0603-1989 dan ATSM B221 M,
dalam bentuk profil jadi yang dikerjakan di pabrik, dengan
lapisan clear anodized minimal 16 mikron yang diberi lapisan
warna akhir Powder Coating di pabrik dalam warna sesuai
Skema warna yang ditentukan kemudian.
 Tebal profil minimal 1,3 mm, seperti merek INDAL atau yang
setara dengan ukuran 4” x 1 ¾” dan bentuk sesuai Gambar
Kerja. Dimensi profil dapat berubah tergantung jenis profil yang
nanti disetujui.
 kecuali ditentukan lain, semua pintu dan jendela harus dilengkapi
dengan perlengkapan standar dari pabrik pembuatan.
 Alumunium Kusen & Jendela memakai Powder Coating warna
Putih
2) Alat Pengencang dan Aksesori.
 Alat pengencang harus terdiri dari sekrup baja anti karat
ISIA seri 300 dengan pemasangan kepala tertanam untuyk
mencegah reaaksi elektronik antara alat pengencang dsan
komponen yang dikencangkan.
 Angkur harus dari baja anti karat AISI seri 300 dengan tebal
minimal 2mm.
 Peanahan udara dari bahan vinyl.
 Bahan penutupp sekrup agar tidak terlihat yang memenuhi
ketentuan Spesifikasi Teknis.
3) Kaca dan Neoprene/Gasket.
 Kaca untuk pintu dan jendela alumunium harus memenuhi
ketentuan.
 Neoprene/Gasket untuk pelindung cuaca pada pemasangan
kaca pekerjaan alumunium harus memenuhi ketentuan.
 Nomor Produk : 9K-20216, 9K-20219
 Bahan : EPDM
 Sifat Material : Tahan terhadap perubahan cuaca
4) Perlengkapan pintu dan jendela
 Perlengkapan pintu dan jendela seperti kunci, engsel dan lainnya
sesuai ketentuan.
5) Sealant Dinding (Tembok)
 Bahan : Single komponen
 Type : Silicone Sealant
6) Screw
Nomor Produk : K-6612A, CP-4008, dan lain – lain
Bahan : Stainless Steel (SUS)
7) Joint Sealer
Sambungan antara profile horisontal dengan vertikal diberi sealer
yang berserat guna menutup celah sambungan profile tersebut,
sehingga mencegah kebocoran udara, air dan suara.
35
Nomor Produk : 9K-20284, 9K-20212
Bahan : Butyl Rubber
PELAKSANAAN PEKERJAAN
 Fabrikasi
Pekerjaan febrikasi atau pemasangan tidak boleh dilaksanakan
sebelum Gambar Detail Pelaksanaan yang diserahkan Kontraktor
disetujui Konsultan MK.
Semua komponen harus difebrikasi dan dirakit secara tepat sesuai
bentuk dan ukuran aktual dilokasi serta dipasang pada lokasi yang
telah ditentukan.
 Pemasangan
Bagian pertama yang terpasang harus disetujui Konsultan MK sebagai
acuan dan contoh untuk pemasangan berikutnya.
Kontraktor bertanggung jawab atas kualitas konstruksi komponen-
komponen. Bila suatu sambungan tidak digambarkan dalam Gambar
Kerja, swambungan-sambungan tersebut harus ditempatkan dan
dibuat sedemikian rupa sehingga sambungan-sambungan tersebut
dappat meneruskan beban dan menahan tekanan yang harus
diterimanya.
Semua komponen harus sesuai dengan pola yang ditentukan.
Bila di pasang langsung ke dinding atau beton, kusen atau bingkai
harus dilengkapi dengan angkur pada jarak setiap 500mm.
Semua bagian alumunium yang berhubungan dengan semen atau
adukan harus dilindungi dengan cat transparan atau lembaran plastik.
Semua bagian alumunium yang berhubungan dengan elemen baja
harus dilapisi dengan cat khusus yang direkomendasikan pabrik
pembuat, untuk mencegah kerusakan komposisi alumunium.
Berbagai perlengkapan bukan alumunium yang akan dipasang pada
bagian alumunium harus trdiri dari bahan yang tidak menimbulkan
reaksi elektronik, seperti baja anti karat, nilon, neoprene dan lainnya.
Semua pengencangan harus tidak terlihat, kecuali ditentukan lain.
Semua sambungan harus rata pemotongan dan pengeboran yang
dikerjakan sebelum pelaksanaan anokdisasi.
Pemasangan kaca pada profil alumunium harus dilengkapi dengan
Gasket atau sealant.
Kunci dan engsel harus dipasang sesuai ketentuan dalam Gambar
Kerja dan memenuhi ketentuan.
Penutup celah harus digunakan sesuai rekomendasi dari pabrik
pembuat dan memenuhi ketentuan.
Semua bahan kusen, daun pintu dan jendela aluminium, boleh
dibawa kelapangan/ halamanpekerjaan jikalau pekerjaan
konstruksi benar-benar mencapai tahap pemasangan kusen, pintu
dan jendela.
Pemasangan sambungan harus tepat tanpa celah sedikitpun. Semua
detail pertemuan daun pintu dan jendela harus runcing (adu manis)
halus dan rata, serta bersih dari goresan-goresan serta cacat-cacat
yang mempengaruhi permukaan.
Detail Pertemuan Kusen Pintu dan Jendela harus lurus dan rata
serta bersih dari goresan-goresan serta cacat yang mempengaruhi
permukaan.
36
Pemasangan harus sesuai dengan gambar rancangan pelaksanaan
dan brosur serta persyaratan teknis yang benar.
Setiap sambungan atau pertemuan dengan dinding atau benda yang
berlainan sifatnya harus diberi “sealant”.
Penyekrupan harus tidak terlihat dari luar dengan skrup kepala
tanam galvanized sedemikian rupa sehingga hair line dari tiap
sambungan harus kedap air.
Semua alumunium yang akan dikerjakan maupun selama
pengerjaan harus tetap dilindungi dengan “Lacquer Film”.

8) PINTU BESI
Daun pintu besi yang akan digunakan dengan ketentuan :
 Tebal plat untuk frame adalah 2,3 mm
 Tebal plat untuk daun pintu adalah 1,5 mm
 Pengunci dan handle setara DETEX dengan engsel yang setara
Simonwerk
 Built in alarm (alarm yang terdapat dalam hand grip) akan
berbunyi bila handle ditekan/dorong untuk membuka pintu .
Daun pintu tahan api (fire doors) minimal 120 menit produk BOSTINCO
tipe T-205-NS atau yang setara, dengan teknik pemasangan yang
sesuai brosur dan gambar rancangan pelaksanaan. Untuk pemasangan
fire doors tersebut dilengkapi :
 Hinge (engsel) tipe K05-F/13
 Handle , back plate & Kunci Cylinder tipe V series /V40

9) PEKERJAAN ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI


LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan dan pemasangan semua alat
penggantung dan pengunci pada semua daun pintu dan jendela sesuai
petunjuk dalam Gambar Kerja dan atau Spesifikasi Teknis.
BAHAN – BAHAN
Semua bahan/alat yang tertulis dibawah ini harus seluruhnya baru, kualitas
baik, buatan pabrik yang dikenal dan disetujui.
Semua bahan harus anti karat untuk semua tempat yang memiliki nilai
kelembapan lebih dari 70%.
Kecuali ditentukan lain, semua alat penggantung dan pengunci yang
didatangkan harus sesuai dengan tipe-tipe tersebut dibawah.
a. Alat Penggantung dan Pengunci.
Rangka Bagian Dalam.
Umum.
Kunci untuk semua pintu luar dan dalam (kecuali pintu kaca dan pintu
KM/WC) harus sama atau setara dengan merek Cisa, Kend atau
Dekson dengan sistem Master Key model U handle.
Semua kunci harus terdiri dari :
- Kunci tipe silinder yang terbuat dari bahan nikel stainless steel
atau kuningan dengan 2 kali putar, dengan 3 (tiga) buah anak kunci.
- Hendel/pegangan bentuk gagang atau kenop diatas plat yang
terbuat dari bahan nikel stainless steel hair line.
- Badan kunci tipe tanam (mortice lock) yang terbuat dari bahan
baja lapis seng dengan jenis dan ukuran yang disesuaikan dengan
jenis bahan daun pintu (besi, kayu atau alumunium), yang dilengkapi
37
dengan lidah siang (latch bolt), lidah malam (dead bolt), lubang
silinder, face plate, lubang untuk pegangan pintu dan dilengkapi
strike plate.
Kunci dan Pegangan Pintu KM/WC.
Kunci pintu KM/WC harus sesuai dengan merek Cisa, Kend, Dekson
terdiri dari :
- Selot pengunci diatas pelat dibagian sisi dalam pintu, dengan
indikator merah/biru di bagian sisi luar pintu.
- Hendel bentuk gagang di atas pelat.
- Bahan kunci yang dilengkapi lidah pengunci (latch bolt), lubang
untuk selot pengunci dan hendel, face plate dan strike plate.

Engsel.
- Kecuali ditentukan lain, engsel untuk pintu kayu dan
alumunium tipe ayun dengan bukaan satu arah, harus dari tipe
kupu-kupu dengan Ball Bearing berukuran 102mm x 76mm x 3mm,
seperti tipe SELL 0007 buatan Cisa, Kend, Dekson..
- Kecuali ditentukan adanya penggunaan engsel kupu-kupu, engsel
untuk semua daun jendela harus dari tipe friction stay dari ukuran
yang sesuai dengan ukuran dan berat jendela. Produk Cisa, Kend,
Dekson. Engsel tipe kupu-kupu dengan Ball Bearing untuk jendela
harus berukuran 76mm x 64mm x 2mm, produk Cisa, Kend, Dekson
Hak Angin.
- Hak angin untuk jendela yang menggunakan engsel tipe kupu-kupu
produk Cisa, Kend, Dekson .
Pengunci Jendela.
- Pengunci jendela untuk jendela dengan engsel tipe friction stay
harus dari jenis spring knip produk Cisa, Kend, Dekson.
Grendel Tanam / Flush Bolt.
- Semua pintu ganda harus dilengkapi dengan grendel tanam produk
Cisa, Kend, Dekson.
Gembok.
- Gembok produk Cisa, Kend, Dekson dalam warna solid
brass untuk pintu-pintu pelayanan atau sesuai petunjuk dalan
Gambar Kerja
Penahan Pintu (Door Stop).
- Penahan pintu untuk mencegah benturan daun pintu
dengan dinding harus dari tipe pemasangan dilantai produk
Cisa, Kend, Dekson.
Pull Handle
- Pegangan pintu yang memakai floor hing atau semi frame
less menggunakan handle buka setara produk Cisa, Kend,
Dekson.

Warna/Lapisan.
- Semua alat penggantung dan pengunci harus berwarna matt
chrome/stainless steel hair line finish, kecuali bila ditentukan
lain.
PELAKSANAAN PEKERJAAN
38
 Pemasangan semua alat penggantung dan pengunci harus sesuai
dengan persyaratan serta sesuai dengan petunjuk dari pabrik
pembuatnya.
 Semua peralatan tersebut harus terpasang dengan kokoh dan
rapih pada tempatnya, untuk menjamin kekuatan serta
kesempurnaan fungsinya.
 Setiap daun jendela dipasangkan ke kusen dengan menggunakan 2
(dua) buah engsel dan setiap daun jendela yang menggunakan
engsel tipe kupu-kupu harus dilengkapi dengan 1 (satu) buah hak
angin, sedangkan daun jendela dengan friction stay harus dilengkapi
dengan 1 (satu) buah alat pengunci yang memiliki pagangan.
 Semua pintu dipasangkan ke kusen dengan menggunakan 3 (tiga)
buah engsel.
 Semua pintu memakai kunci pintu lengkap dengan badan kunci,
silinder, hendel/pelat, kecuali untuk pintu KM/WC yang tanpa kunci
silinder.
 Engsel bagian atas untuk pintu kaca menggunakan pin yang
bersatu dengan bingkai bawah pemegang pintu kaca.
Pemasangan Pintu.
 Kunci pintu dipasang pada ketinggalan 1000mm dari lantai.
 Pemasangan engsel atas berjarak maksimal 120mm dari tepi atas
daun pintu dan engsel bawah berjarak maksimal 250mm dari tepi
bawah daun pintu, sedang engsel tengah dipasang diantar kedua
engsel tersebut
 Semua pintu memakai kunci tanam lengkap dengan pegangan
(hendel), pelat penutup muka dan pelat kunci.
 Pada pintu yang terdiri dari dua daun pintu, salah satunya harus
dipasang slot tanam sebagaimana mestinya, kecuali bila ditentukan
lain dalam Gambar Kerja.
Pemasangan Jendela.
Daun jendela dengan engsel tipe kupu-kupu dipasangkan ke
kusen dengan menggunakan engsel dan dilengkapi hak angin, dengan
cara pemasangan sesuai petunjuk dari pabrik pembuatnya dalam
Gambar Kerja.
Daun jendela tidak berengsel dipasangkan ke kusen dengan
menggunakan friction stay yang merangkap sebagai hak angin, dengan
cara pemasangan sesuai petunjuk dari pabrik pembuatnya.
Penempatan engsel harus sesuai dengan arah buakaan jendela yang
diinginkan seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja, dan setiap jendela
harus dilengkapi dengan sebuah pengunci.

12. PEKERJAAN PENGECATAN


a. LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan ini mencakup pengangkutan dan pengadaan semua
peralatan, tenaga kerja dan bahan-bahan yang berhubungan dengan
pekerjaan pengecatan selengkapnya, sesuai dengan Gambar Kerja dan
Spesifikasi Teknis ini.
Kecuali ditentukan lain, semua permukaan eksterior dan interior harus
dicat dengan standar pengecatan minimal 1 (satu) kali cat dasar dan 2
(dua) kali cat akhir.
39
b. BAHAN – BAHAN
 Umum.
Cat harus dalam kaleng/kemasan yang masih tertutup patri/segel,
dan masih jelas menunjukkan nama/merek dagang, nomor
formula atau Spesifikasi cat, nomor takaran pabrik, warna,
tanggal pembuatan pabrikpetunjuk dari pabrik dan nama pabrik
pembuat, yang semuanya harus masih absah pada saat
pemakaiannya. Semua bahan harus sesuai dengan Spesifikasi yang
disyaratkan pada daftar cat.
Cat dasar yang dipakai dalam pekerjaan ini harus berasal dari satu
pabrik/merek dagang dengan cat akhir yang akan digunakan.
Untuk menetapkan suatu standar kualitas, disyaratkan bahwa semua
cat yang dipakai harus berdasarkan/mengambil acuan pada cat-cat
hasil produksi Mowilex, Jotun, ICI .
Cat Epoxy digunakan untuk permukaan dinding sesuai gambar
rencana dan skedule finishing dengan ketebalan 600 mikron untuk
dinding dan 1000 mikron untuk lantai. Bahan yang digunakan adalah
produk Jotun, atau setara.
 Cat Dasar.
Cat dasar yang digunakan harus sesuai dengan daftar berikut atau
setara :
- Water-based sealer untuk permukaan pelesteran, beton,
papan gipsum dan panel kalsium silikat.
- Masonry sealer untuk permukaan pelesteran yang akan
menerima cat akhir berbahan dasar minyak.
- Wood primer sealer untuk permukaan kayu yang akan
menerima cat akhir berbahan dasar minyak.
- Solvent-based anti-corrosive zinc chomate untuk permukaan
besi/baja.
 Cat Akhir.
Cat akhir yang digunakan harus sesuai dengan daftar berikut, atau
yang setara :
- Emulsion untuk permukaan interior pelesteran, beton, papan
gipsum dan panel kalsium silikat.
- Emulsion khusus untuk permukaan eksterior pelesteran, beton,
papan gipsum dan panel kalsium silikat.
- High quality solvet-based high quality gloss finish untuk
permukaan interior pelesteran dengan cat dasar masonry sealer,
kayu dan besi/baja..
c. PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pembersihan, Persiapan dan Perawatan Awal Permukaan.
Umum.
 Semua peralatan gantung dan kunci serta perlengkapan lainnya,
permukaan polesan mesin, pelat, instalasi lampu dan benda-benda
sejenisnya yang berhubungan langsung dengan permukaan yang
akan dicat, harus dilepas, ditutupi atau dilindungi, sebelum persiapan
permukaan dan pengecatan dimulai.
 Pekerjaan harus dilakukan oleh orang-orang yang memang ahli
dalam bidang tersebut.

40
 Permukaan yang akan dicat harus bersih sebelum
dilakukan persiapan permukaan atau pelaksanaan pengecatan.
Minyak dan lemak harus dihilangkan dengan memakai kain bersih
dan zat pelarut/pembersih yang berkadar racun rendah dan
mempunyai titik nyala diatas 38oC.
 Pekerjaan pembersihan dan pengecatan harus diatur sedemikian
rupa sehingga debu dan pecemar lain yang berasal dari proses
pembersihan tersebut tidak jauh diatas permukaan cat yang baru
dan basah.
Permukaan Pelesteran dan Beton.
Permukaan pelesteran umumnya hanya boleh dicat sesudah
sedikitnya selang waktu 4 (empat) minggu untuk mengering di
udara terbuka. Semua pekerjaan pelesteran atau semen yang
cacat harus dipotong dengan tepi-tepinya dan ditambal dengan
pelesteran baru hingga tepi-tepinya bersambung menjadi rata
dengan pelesteran sekelilingnya. Permukaan pelesteran yang
akan dicat harus dipersiapkan dengan menghilangkan bunga
garam kering, bubuk besi, kapur, debu, lumpur, lemak, minyak,
aspal, adukan yang berlebihan dan tetesan-tetesan adukan.
Sesaat sebelum pelapisan cat dasar dilakukan, permukaan
pelesteran dibasahi secara menyeluruh dan seragam dengan tidak
meninggalkan genangan air. Hal ini dapat dicapai dengan
menyemprotkan air dalam bentuk kabut dengan memberikan selang
waktu dari saat penyemprotan hingga air dapat diserap.
Permukaan Gipsum.
Permukaan gipsum harus kering, bebas dari debu, oli atau gemuk
dan permukaan yang cacat telah diperbaiki sebelum pengecatan
dimulai. Kemudian permukaan gipsum tersebut harus dilapisi dengan
cat dasar khusus untuk gipsum, untuk menutup permukaan yang
berpori, seperti ditentukan dalam Spesifikasi Teknis.
Setelah cat dasar ini mengering dilanjutkan dengan
pengecatan sesuai ketentuan Spesifikasi ini.
Permukaan Barang Besi /Baja.
a. Besi/Baja Baru.
Permukaan besi/baja yang terkena karat lepas dan benda-benda
asing lainnya harus dibersihkan secara mekanis dengan sikat
kawat atau penyemprtan pasir/sand blasting sesuai standar
Sa21/2.
Semua debu, kotoran, minyak, gemuk dan sebagainya harus
dibersihkan dengan zat pelarut yang sesuai dan kemudian dialp
dengan kain bersih.
Sesudah pembersihan selesai, pelpisan cat dasar pada semua
permukaan barang besi/baja dapat dilakukan sampai mencapai
ketebalan yang disyaratkan.
b. Besi/Baja Dilapis Dasar di Pabrik/Bengkel.
Bahan dasar yang diaplikasikan di pabrik/bengkel harus dari merek
yang sama dengan cat akhir yang akan diaplikasikan dilokasi proyek
dan memenuhi ketentuan. Barang besi/baja yang telah dilapis dasar

41
di pabrik/bengkel harus dilindungi terhadap karat, baik sebelum atau
sesudah pemasangan dengan cara segera merawat permukaan
karat yang terdeteksi.
Permukaan harus dibersihkan dengan zat pelarut untuk
menghilangkan debu, kotoran, minyak, gemuk.
Bagian-bagian yang tergores atau berkarat harus dibersihkan
dengan sikat kawat sampai bersih, sesuai standar St 2/SP-2, dan
kemudian dicat kembali (touch-up) dengan bahan cat yang sama
dengan yang telah disetujui, sampai mencapai ketebalan yang
disyaratkan.
c. Besi/Baja Lapis Seng/Galvani.
Permukaan besi/baja berlapis seng/galvani yang akan dilapisi cat
warna harus dikasarkan terlebih dahulu dengan bahan kimia khsus
yang diproduksi untuk maksud tersebut, atau disikat dengan sikat
kawat. Bersikan permukaan dari kotoran-kotoran, debu dan sisa-sisa
pengasaran, sebelum pengaplikasian cat dasar.

13. PEKERJAAN ARUS LEMAH ELEKTRONIK (ELEKTRONIK)


Pekerjaan ini meliputi :
 Pekerjaan Fire alarm
 Pekerjaan Cctv
 Pekerjaan Data
 Pekerjaan Telekomunikasi
 Pekerjaan Matv
 Pekerjaan Tata Suara
LINGKUP PEKERJAAN
Secara garis besar, pekerjaan Sistem Telekomunikasi & Data Internet
dapat dibedakan atas beberapa bagian sebagai berikut.
 Peralatan utama terdiri dari sentral telepon tipe digital PABX dan
data internet, dimana bagian kontrol dan penyambungannya
dilengkapi dengan Microproccessor lengkap dengan 2 set Operator
Console.
 Outlet telepon & data internet.
 Kotak Hubung Utama (KUHT) dan Kotak Hubung tiap lantai dan
kotak PERUMTEL, seperti ditunjukkan dalam Gambar Rencana.
 Pengkabelan dari Operator Console ke Key Telepon, dari KHUT ke
setiap KHT, dari setiap KHT ke setiap Outlet Telepon dan pesawat
cabang.
 Sumber daya cadangan lengkap dengan peralatan pengisian
muatan yang bekerja secara otomatis.
 Pekerjaan sipil sehubungan dengan pekerjaan ini.
 Pengurusan semua jenis ijin yang diperlukan sesuai dengan
Peraturan Pemerintah yang berlaku.
 Pembuatan program operasi peralatan dan penomoran pesawat
cabang sesuaikan dengan kebutuhan.
BAHAN-BAHAN
a. Setiap bagian dari bahan dan peralatan yang akan dipakai
harus dapat dioperasikan secara normal pada temperatur keliling
tidak kurang dari 40 °C dan kelembaban relatif tidak kurang dari
42
80%.
b. Semua peralatan yang membutuhkan catu daya listrik, harus
dipilih yang sesuai dengan catu daya di Indonesia.
c. Semua peralatan yang membutuhkan catu daya listrik, harus
dipilih yang dapat bekerja secara normal dengan besaran faktor
daya tidak kurang dari 0,9 atau Pemborong wajib menambahkan
kapasitor.
d. Apabila ternyata peralatan yang diajukan Pemborong mempunyai
kapasitas yang lebih besar dari yang direncanakan, Pemborong
wajib menyesuaikan semua per- ubahan komponen yang
berhubungan dengan perubahan kapasitas.

14. PEKERJAAN MEKANIKAL


Pekerjaan ini meliputi :
 Pekerjaan Air Conditioning
 Pekerjaan Vntilasi
 Pekerjaan Hydrant & Fire Extinguisher
 Pekerjaan Transportasi dalam Gedung
1. LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan yang termasuk di dalam pekerjaan ini adalah
pembongkaran dan pemasangan kembali Split Air Conditioning serta
testing sampai berjalan dengan baik dari semua peralatan dan semua
kelengkapan lainnya seperti piping, instalasi listrik, control dan
sebagainya sesuai dengan persyaratan teknis berikut ini :
a. Pemasangan dan penyetelan seluruh peralatan air conditioning
seperti : Outdoor Unit, Indoor Unit, fan, thermostat, control, dan
lain – lain dengan syarat sebagai berikut:
 Cassete Air Conditioning lengkap dengan accesoriesnya.
 Split Air Conditioning lengkap dengan accessorisnya.
 Peralatan-peralatan control untuk system ini (High, Medium,
Low).
 Pengadaan dan pemasangan instalasi listrik dari
peralatan-peralatan (Outdoor Unit, Indoor Unit, fan) ke
panel peralatantersebut dengan jenis kabel NYY.
 Dudukan – dudukan mesin termasuk dumper – dumper dan
peredam suara di dalam ruangan – ruangan mesin sehingga
suara yang timbul di dalam ruangan – ruangan kerja masih
dalam batas – batas persyaratan yang tidak mengganggu.
 Testing dan balancing instalasi AC.
 Memberikan service dan maintenance selama masa
pemeliharaan khusus pada instalasi AC yang telah dibongkar.
 Mengadakan perbaikan – perbaikan dari semua kerusakan
yang diakibatkan oleh pekerjaan ini dan lain – lain
dalam masa pemeliharaan.
b. Sistem pengkondisian udara dengan ventilating fans untuk ruang –
ruang yang tidak dikondisikan dengan AC, yaitu :
 Untuk toilet pria dan wanita, ruang panel, ruang arsip, gudang
dan lain - lain.
 Dudukan – dudukan termasuk peredam suara.

43
 Mengadakan testing dan balancing serta perbaikan – perbaikan
yang diakibatkan oleh pekerjaan ini dan lain – lain.

c. Sarana – sarana penunjang lainnya yang berhubungan dengan


pekerjaan ini, yaitu :
 Kontraktor harus mengadakan semua peralatan/perlengkapan
kerja, seperti : generator, tool kit, alat – alat ukur, alat
– alat keselamatan kerja dan lain – lain sesuai dengan sifat
pekerjaannya. Pengadaan dan perawatan peralatan menjadi
tanggung jawab kontraktor.
 Kontraktor harus mempersiapkan pekerjaan – pekerjaan
sesuai dengan instruksi PENGAWAS Lapangan lengkap dengan
peralatan – peralatannya.
2. INSTALASI AIR CONDITIONING
Dalam melaksanakan pekerjaan ini kontraktor harus mengacu pada
standard- standard baik internasional maupun nasional yang
memungkinkan kenyamanan bagi penghuni dan peralatan-
peralatan/perangkat yang ada didalamnya maupun bagi para pekerja
yang melaksanakan pekerjaan ini sehingga dapat bekerja dengan baik.
3. Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan Pengkondisian
Udara Pada Bangunan Gedung
Tata Cara Perancangan Teknis Konservasi Energi Pada Bangunan
Gedung
Persyaratan Teknis Bangunan GedungASHRAE (American Society of
Heating Refrigeration and Air Conditioning Engineers)
 ASHVE (American Society for Heating and Ventilating Engineers)
 SMACNA (Sheet Metal and Air Conditioning Contractors
National Association)
 ASTM (American Society For Testing And Material)
 Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL), 2000
 National Fire Protection Association (NFPA)
 Hand Book of Air Conditioning System Design, Carrier Air
Conditioning Company
 Spesifikasi teknis, standart serta peraturan yang dikeluarkan oleh
pabrik pembuat peralatan
 Standart dan peraturan lain (Nasional dan Internasional) yang
diijinkan oleh instansi yang berwenang
 Peraturan-peraturan lain yang dikeluarkan oleh pemerintah yang
berwenang (Pemda setempat) dan telah diakui penggunaannya

4. METODE PELAKSANAAN
A. Dalam pelaksanaan proyek ini, pihak kontraktor harus
melihat bahwa pekerjaan ini dilakukan dengan tanpa
mengganggu peralatan /perangkat- perangkat yang ada di
gedung, untuk itu beberapa langkah perlu untuk dilakukan.
B. Langkah Pertama adalah pihak kontraktor harus membuat :
 Perencanaan detail pelaksanaan dari sistem AC yang tertuang
di dalam RKS dan gambar perencanaan yang telah dibuat
oleh pihak konsultan serta sesuai dengan schedule
pelaksanaan yang telah ditetapkan.
44
 Kontraktor harus mengecek dan mere-chek terhadap unit-unit
eguipment yang akan dipakai dan apabila terdapat keragu-
raguan harus segera menanyakan ke Konsultan
Perencana/PENGAWAS dan apabila terjadi kesalahan
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
 Langkah ke dua adalah mengadakan konsultasi dengan
pihak Konsultan PENGAWAS yang telah ditunjuk oleh pihak
pemberi tugas tentang detail desain, perencanaan detail
pelaksanaan kontruksi dari sistem AC. Jika Pemberi Tugas
belum setuju dengan perencanaan kontraktor, karena
dianggap tidak sesuai dengan RKS dan Desain yang
telah ditentukan konsultan, maka harus mengadakan
perubahan sesuai dengan permintan dan hasil diskusi dengan
pihak Pemberi Tugas. Pihak Pemberi Tugas berhak
memutuskan untuk merubah sedikit dari desain yang telah
ditentukan oleh konsultan seandainya terjadinya perubahan
bentuk dan ukuran fisik dari gedung, sehingga tidak
memungkinkan desain dari konsultan diterapkan.
 Langkah ke tiga adalah seandainya pihak Pemberi Tugas
setuju dengan Perencana, Kontraktor berhak untuk melakukan
pekerjaannya dengan memasang terlebih dahulu peralatan-
peralatan yang telah disiapkan dan diperiksa bersama dengan
pihak Pemberi tugas / Konsultan PENGAWAS baik dari segi
spesifikasi peralatan, Bill Of Quantity.
 Langkah ke empat adalah jika pihak kontraktor akan memasang
unit-unit AC seperti Outdoor Unit (OU), Indoor Unit (IU), ventilasi
mekanis dan assesorisnya, maka pihak kontraktor, Konsultan
PENGAWAS dan pemberi tugas harus mengadakan diskusi
tentang cara terbaik untuk pemasangan tersebut.
 Langkah ke lima adalah kontraktor perlu memperhatikan bahwa
pemasangan peralatan harus berada pada ruang peralatan
utama dan assesoris lainnya serta sudah dihubungkan dengan
central kontrol panel, maka sistem AC siap untuk dihubungkan
dengan Catu Daya (PU-AC).
 Langkah ke enam adalah jika pihak kontraktor telah memasang
semua unit peralatan utama, alat pembantu dan assesoris
lainnya serta sudah dihubungkan dengan central control
panel, maka sistem AC siap untuk dihubungkan dengan Catu
Daya (PU-AC).
 Langkah ke tujuh adalah pihak kontraktor dan Konsultan
PENGAWAS disaksikan oleh Pemberi Tugas mengadakan
pengujian semua unit AC dan ventilasi mekanis bersama-sama.
 Langkah ke Delapan adalah pihak kontraktor harus
membuat laporan tentang semua pekerjaan yang telah
dilakukan kepada pihak Konsultan PENGAWAS.

 Jika terdapat kesalahan/kekeliruan dalam memilih


unit/equipment maka kontraktor harus bersedia menggantinya
tanpa biaya tambahan.
45
5. KONDISI DARI PERENCANAAN DAN OPERASI
a. Perencanaan sistem air conditioning dan ventilasi harus
mengacupada data- data meteorologi setempat.
b. Kondisi Perencanaan :
 Temperatur Ruangan : 22°C ± 2°C.
 Kelembapan Nisbi : 55-60%
 Fungsi dari sistem tata udara dan ventilasi :
 Menjaga penghuni yang ada di dalamnya dari kondisi terburuk. b.
Menjaga kenyamanan bagi penghuninya.
 Menjaga ruangan dari asap rokok yang mengganggu.
 Menciptakan udara yang segar bagi penghuni yang ada di dalam
ruangan.
d. Uraian sistem AC yang akan dipasang.
 Sistem AC yang dikehendaki adalah Air Cooled Type, sistem
ini adalah Self Contained dimana Outdoor Unit (compressor,
condensor) dan Indoor Unit (Evaporator, Fan, kontrol-kontrol)
terpisah, Satu Outdoor Unit (OU) hanya dapat dihubungkan
dengan satu Indoor Unit (IU). Outdoor Unit ditempatkan di luar
ruangan (udara terbuka) dan Indoor Unit ditempatkan di dalam
ruangan.
 Pengoperasian AC secara keseluruhan harus dapat
dilakukan melalui central controller yang ditempatkan pada
ruangan tertentu seperti ditunjukkan pada gambar perencanaan.

 DOKUMENTASI DAN LAPORAN


 Pekerjaan Dokumentasi dilakukan selama masa pelaksanaan
pekerjaan sejak dimulainya pekerjaan dengan pendokumentasian
(foto 0% s/d 100%) dimana mencantumkan semua item pekerjaan
yang tercantum dalam Kontrak.
 Pelaksana lapangan setiap hari harus membuat , Laporan Harian
mengenai segala hal yang berhubungan dengan pelaksanaan
pekerjaan, baik bersifat teknis maupun administratif.
 Dalam pembuatan laporan tersebut, pihak Kontraktor harus
memberikan data-data yang diperlukan menurut data dan keadaan
sebenarnya.
 Laporan Mingguan dan Laporan Bulanan secara rutin dibuat oleh
Pengawas Lapangan dari Konsultan Pengawas.
 Laporan-laporan tersebut di atas setiap minggu dan bulannya
berdasarkan realisasi Progres kontraktor selama pekerjaan, harus
diserahkan kepada Pemimpin Proyek untuk bahan monitoring serta
menjadi acuan instansi terkait dalam proses Pencairan keuangan
dengan mengacu pada Progres tersebut.

 SERAH TERIMA PEKERJAAN (PHO)


 Setelah pekerjaan selesai sebelum diadakan penyerahan pekerjaan
kepada Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan, Kontraktor harus
membersihkan seluruh site dari segala macam kotoran, puing-puing
dan semua peralatan yang digunakan selama masa konstruksi.
Kotoran-kotoran tersebut harus dikeluarkan dari lokasi pekerjaan
46
sehingga bila hal ini belum diselesaikan secara tuntas, maka
pekerjaan tidak akan dianggap selesai 100 (seratus) %.
 Dalam masa pemeliharaan penyedia jasa wajib memantau hasil
kerjanya, dan menjaga (memelihara) agar tidak terjadi kerusakan-
kerusakan. Apabila terjadi kerusakan bangunan yang disebabkan
karena kualitas yang tidak sesuai spesifikasi teknik maka semua
biaya perbaikan ditanggung oleh kontraktor. Untuk pekerjaan yang
telah selesai 100% dan telah dilakukan serah terima pertama hasil
pekerjaan (Provisional Hand Over) dapat dibayarkan 100% dari nilai
kontrak penyedia barang/jasa menyerahkan jaminan pemeliharaan
sebesar 5% dari nilai kontrak.
 Jaminan pemeliharaan tersebut dikembalikan kepada penyedia
barang/jasa setelah masa pemeliharaan berakhir dan penyedia
barang/jasa telah menyelesaikan segala kewajibannya selama dalam
masa pemeliharaan serta telah dilakukan serah terima akhir
pekerjaan (Final Hand Over).

Palu, 10 Mei 2017


Penawar
PT. MANGGABAI ENERGI CAHAYA

ANELA M.RAHMAN
Direktur Utama

47

Anda mungkin juga menyukai