Soetomo-2010
Broca’s - + - - - -
Wernicke’s + - - - - -
Conduction + + - +/- + +
Global - - - - - -
Anomik + + + - + -
Transkortikal - - + - - -
mixed
Transkortikal - + + - - -
motorik
Transkortikal + - + - - -
sensorik
Verbal apraxia - + - - - +
2. Alexia
Penderita tidak bisa membaca, walaupun penderita tidak buta
huruf.Dibedakan :(1) alexia dgn agraphia paling sering pd Gerstman’s
syndrome (2) alexia tanpa agraphia pure alexia, lesi lobus occipital
meluas ke splenium (ggx commisura)
Lesi : area asosiasi visual (area 18 & 19) atau gyrus angularis.
3. Apraxia
Ialah ketidakmampuan penderita melaksanakan gerakan sesuai yang
diperintahkan (bertujuan), namun bila gerakan spontan tidak mengalami
gangguan.
Syarat : tidak ada gangguan motorik, sensorik & cerebellum.
Ada: (1) Lesi di hemisphere dominan apraxia ideomotorik (disconeksi
antara visual/language center dgn area motorik) & apraxia ideasional
(damage left posterior temporoparietal junction or generalized cognitive
impairment).
(2) Lesi di hemisphere non dominan dressing apraxia & apraxia
konstruksional (karena gangguan visuospasial).
7. Finger agnosia
Agnosia : hilangnya kemapuan mengenali atau mempersepsikan
rangsangan sensorik yg telah diterima, walaupun kognisi, kesadaran
normal.Macam : tactile agnosia, visual agnosia, auditory agnosia,
autotopagnosia, visuospatial agnosia, finger agnosia. Finger agnnosia
penderita tidak mampu mengenal, menamai & memilih baik jari-jarinya
sendiri, maupun jari-jari pemeriksa. Biasanya jari 2,3 & 4.
Cara : penderita diminta menunjuk jari yg kita sebut, menggerakkan jari
pasien yang kita minta
Syarat :
a. jalan nafas bebas, atrofi (-), GCS 4-5-6
b. Bahan yg digunakan dikenal penderita, tidak iritatif (mis:amoniak)
dpt merangsang n.V, menimbulkan sekresi kelenjar hidung
buntu ggx pemeriksaan
c. Bahan tdk menimbulkan sensasi isis (mis:mentol) bisa salah
persepsi
d. Bahan : tembakau, kopi, vanili, teh, jeruk, sabun, tembakau
Cara : periksa masing-masing hidung terpisah, dgn mata tertutup. Hidung
yg tdk diperiksa, ditutup. Yg dicurigai abN, periksa dulu.
Anosmia : (1) Conductive (2) Sensorineural/neurogenic
Foster Kennedy’s syndrome : anosmia unilateral, optic atropy ipsilateral,
papiledema kontralateral tumor orbitofrontal (mis:meningioma
olfactory).
Kelainan : blindness
b. Pemeriksaan Lapangan Pandang (Visual Field)
Paling sederhana: tes konfrontasi. Nilai N untuk penglihatan superior
60°, penglihatan inferior 75°, penglihatan temporal 100°,
penglihatan nasal 60°.
Cara : Penderita duduk dalam posisi berhadapan dgn pemeriksa pada
jarak ± 1 meter, masing-masing mata diperiksa bergantian. Mata yg
tdk diperiksa ditutup oleh tangan penderita. Saat pemeriksaan, mata
penderita difiksasi dgn menyuruh melihat ke arah hidung pemeriksa,
baru pemeriksa memeriksa secara cermat masing-masing kuadran
dgn menggunakan ujung tangan/ballpoint.
Bila dgn tes konfrontasi ada kelainan,selanjutnya dilakukan
pemeriksaan Perimetri Goldman.
c. Pemeriksaan warna
Menggunakan tes Ishihara atau benang wool berwarna (mis:px
disuruh mengambil benang wool merah pd kumpulan benang wool
berwarna).
Kelainan : color blindness
d. Pemeriksaan funduskopi
Pada pemeriksaan ini dapat ditentukan secara kasar adanya: (1)
myopia, hipermetropia atau emetropia (2) kondisi retina (3) papil
nerve optikus.
Cara : Mata yg tidak diperiksa ditutup dgn tangan px, kemudian ia
diminta melihat jauh ke depan. Untuk melihat mata kanan px dg
menggunakan mata kanan pemeriksa,serta berdiri di sisi kanan,
begitu sebaliknya. Tangan kiri pemeriksa melakukan fiksasi dahi,
opthalmoskop dipegang dgn tangan kanan, kemudian dilakukkan
penyinaran 15° dr nasal.
b. Motorik
i. Merapatkan gigi kita raba m.masseter & m.temporalis &
bandingkan kiri-kanan
ii. Membuka mulut (m.pterygoideus externus) parese : rahang
akan deviasi ke sisi otot yg lesi (patokan:gigi seri)
iii. Px menggerakkan rahang dari sisi ke sisi melawan tahanan
parese n.V satu sisi, px dapat menggerakkan rahang ke sisi
yg parese tapi tdk bisa ke sisi sehat.
iv. Menonjolkan rahang & menariknya deviasi ke sisi yg parese
v. Menggigit tongue spatel kayu dgn gigi geraham (m.masseter
&m.temporalis) membandingkan kedalaman bekas gigitan
kiri/kanan.
Bergerak :
i. M.Frontalis : gerakan mengangkat alis
ii. M. corrugators supersili : gerakan mengerutkan dahi
iii. M. nasalis : gerakan melebarkan cuping hidung diikuti gerakan
kompresi transversal hidung
iv. M. orbicularis oculi : gerakan menutup mata
v. M. orbicularis oris : gerakan mendekatkan & menekankan
kedua bibir
vi. M.zygomaticus : gerakan tersenyum
vii. M. Risorius : gerakan meringis
viii. M.Buccinator : gerakan meniup
ix. M.mentalis : gerakan menarik ujung dagu ke atas
x. M.Platysma : menarik bibir bawah & sudut mulut ke bawah,
atau dgn menurunkan/menaikkan rahang bawah disertai
mengkerutkan kulit lehermengejan
Lesi Facialis central paresis otot hanya di lower face, krn upper
face (bilateral inervasi ipsilateral & kontralateral)
Lesi Facialis perifer paresis otot wajah baik upper atau lower
(lesi ipsilateral) pd sisi yg lumpuh
c. Sensorik khusus
i. Lakrimasi (Tear) Schirmer’s test
Tujuan : fx n. petrosus superficialis mayor (parasimpatis --
nucleus salivatory sup).
b. Reflex vestibulo-ocular
Secara normal, arah gerakan mata akan berlawanan dgn arah
gerakan kepala,namun mata tetap mpy visual fiksasi koneksi
nuclei vestibular & oculoomotor N.
i. Oculocephalic reflex (Doll’s eye test) pd px koma
ii. Head thrust px sadar
Dgn cepat kepala digerakkan, sementara mata px diminta
menatap hidung pemeriksa. Scr N, mata tetap bisa melihat
target,bila abN, gerak mata tertinggal dr kepala saccadic
iii. Dynamic Visual Acuity
Membandingkan visus sebelum & sesudah head movement.
Perbedaan lebih dari 3 baris Snellen’ chart ggx vestibular.
iii. Reflex
i. Reflex muntah/batuk
Menekan dinding belakang faring (aferen :n.IX -- eferen :n.X)
ii. Reflex oculo cardiac ( Aschner’s ocular phenomenon)
Menekan bola mata, responnya bradicardia, tapi pelambatan tdk
lebih 5-8/menit.Respon inconstant, unstandar, dipengaruhi
emosi. Aferen : n.V – eferen :n.X
iii. Reflex carotico-cardiac
Penekanan pd sinus caroticus/bifurkasi carotis. Pd ox normal,
tdk ada perubahan otonom.Pd px rentan (HT), bisa
memperlambat heart rate, turunnya tekanan darah, penurunan
CO, vasodilatasi perifer. Bisa sampai sinkop. Aferen :n.IX –
eferen:n.X
iv. Sensorik khusus : pengecapan 1/3 belakang lidah
v. Suara serak/parau murni n.X
vi. Menelan
vii. Detik jantung & bising usus
Percabangan :
i. Meningeal filamen from communicating branches with C1 & C2
ii. Descending m.omohyoid, join descending communication C2 & C3
ansa hypoglossi
iii. Thyrohyoid m.thyrohioid
iv. Muscular/lingual m.intrinsik & m.ekstrinsik lidah
Pemeriksaan :
a. Otot lidah diam
Bila ada parese kiri, lidah deviasi ke kanan (sisi sehat) pd lidah
yg parese, tonus menurun
b. Otot lidah bergerak
Px diminta menjulurkan lidah. Bila parese kiri, lidah deviasi ke kiri
pd lidah yg parese tdk ada kontraksi
Paresis central : tidak ada atrofi, fasikulasi. Bila paresis cortex kiri,
akan terjadi kelumpuhan pd n.XII sisi kanan, bila dijulurkan lidah deviasi
ke kanan.
Paresis perifer : terjadi atrofi, fasikulasi.
Contra Patrick’s sign : Flexi pd sendi lutut, kmd kerjakan endorotasi serta
adduksi, lalu tekan tungkai tsb sejenak pada lutut. Positif nyeri di sendi
sakroiliaka.
Hasil tes yg positif pd penyakit sendi provokasi pd n.ischiadicus tidak
valid penilaiannya.
4. Sicard’s sign
Seperti Laseq, disertai dorsoflexi ibu jari kaki, positif bila terasa nyeri
sepanjang ischiadicus
5. Bragard’s sign
Seperti Laseq, disertai dorsoflexi kaki, positif bila terasa nyeri
sepanjang ischiadicus
6. Minor’s sign
Px pd posisi duduk diminta berdiri. Pd saat berdiri, px memflexikan
tungkai yg sakit, sambil satu tangannya memegang pinggangnya yg
sakit.
7. Neri’s sign
Px berdiri lurus, bila diminta membungkuk ke depan, tungkai yg sakit
akan ditekuk.
8. Sciatic tension test
Seperti Laseq, setelah timbul nyeri dilakukan flexi pd sendi lutut kira2
20, kmd dilakukan lg flexi pd sendi paha shg timbul nyeri lagi.
Penekanan pd fossa poplitea pd saat ini akan menimbulkan nyeri yg
hebat pd daerah sepanjang perjalanan n.ischiadicus.
9. Chin chest maneuver
Flexi pasif pd leher shg dagu mengenai dada, akan tjd tarikan pd akar
saraf, trtm torakal bawah & lumbal atas terasa nyeri.
10. Viets & Naffziger test
Px dlm posisi tegak dilakukan penekanan pd vena jugularis dgn
tangan (Viets), tekanan dipertahankan sampai px mengeluh kepala
terasa berat/minimal 2 menit. Penekanan bisa dgn manset
sfigmomanometer sebesar 40 mmHg selama 10 menit (Naffziger). Akan
terasa nyeri radikular pd akar saraf yg sakit.
11. Valsava test
Pd saat px duduk, px diminta mengejan, positif bila terdapat nyeri
sepanjang n.ischiadicus
V. PEMERIKSAAN MOTORIK
Meliputi :
1. Observasi
Kita lakukan observasi penderita adalah kelemahan pada saat berjalan
(misal droop foot yakni gaya berjalannya steppage, gait dll), membuka
kancing baju, menaiki tempat tidur dsb, atau asimetri pada wajah, tubuh
dan ekstremitas.
2. Palpasi otot (atropi otot/hipertropi, nyeri,kontraktur dan konsistensi)
Konsistensi otot normal adalah kenyal. Pada kelumpuhan tipe LMN
konsistensinya lembek dan kendor sedangkan tipe UMN konsistensinya
kenyal dan lebih tegang. Pada distropi tampak hipertrofi, relief otot
menghilang dan konsistensinya empuk.
3. Perkusi(normal,miotonik,mioedema)
Normal tampak cekung 1-2 detik. Pada miotonik tampak cekung untuk
beberapa detik (biasanya pada tenar dan lidah) karena kontraksi
berlangsung lama. Sedangkan pada mioedem terjadi penimbunan sejenak
ini (dapat dijumpai pada orang sehat, mixedeme atau gizi buruk)
4. Tonus(hipotonia,hipertoni)
Pemeriksaan tonus otot dapat dilakukan pada otot manapun juga seperti
leher, tangan , dsb, yang sering dilakukan pemeriksaan tonus
biceps/triceps untuk ekstremitas atas, dan tonus kuadriceps /hamstring
untuk ekstremitas bawah. Cara memeriksa yang terpenting, penderita
harus relaks, untuk mendapatkan kondisi tersebut, dapat dikerjakan
dengan mengajak penderita berbincang-bincang sambil dilakukan
pemeriksaan tonus. Hasil pemeriksaan tonus berupa : normal, hipotoni,
dan hipertoni.
Pada hipotoni :
a. Saat palpasi
Kendor, anggota gerak dapat digoyang-goyangkan dengan mudah
dan tahanan otot tidak terasa. Pada tonus otot normal dapat
dirasakan adanya tahanan ringan. Penilaiannya dengan
membandingkan kanan/kiri
b. Secara aktif : otot yang hipotoni sukar mempertahankan sikap bebas
c. Refleks tendon menurun atau absen
Dapat dijumpai pada :
5. Kekuatan otot
Periksa masing-masing otot, yang sering dikerjakan untuk ekstremitas
atas, antara lain :
m. deltoid (C5, C6) inervasi oleh n.axillaris
m. biceps brakii (C5, C6) inervasi oleh n.muskulokutaneus
m.triseps (C6,C7,C8) inervasi oleh n.radialis
m.brachioradialis (C5,C6) inervasi oleh n.radialis
m.pronator teres (C6,C7) inervasi oleh n.medianus
m.flexor karpi radialis (C6,C7) inervasi oleh n.medianus
m.flexor carpi ulnaris (C7,C8,Th 1) inervasi oleh n.ulnaris
Berikut ini adalah pemeriksaan, gerakan sekutu abnormal (tes ini dapat
digunakan untuk mengetahui ada/tidaknya parese ringan)
a. Meremas tangan (gerakan sekutu pada jari-jari kontralateral yang bersifat
identik)
Bagian tangan penderita yang sehat disuruh meremas tangan pemeriksa,
maka akan tampak gerakan sekutu yaitu tangan penderita yang parese
ikut meremas.
b. Tanda ibu jari Wartenberg
bila tidak ada parese UMN, maka ibu jari akan ikut menekuk apabila
jari-jari tangan lainnya melakukan penarikan sekuat-kuatnya. Bilamana
ibu jari itu tidak ikut menekuk, melainkan tinggal pasif lurus saja, maka
tangan yang bersangkutan harus dianggap sudah memperlihatkan tanda
gangguan di susunan pyramidal kontralateralnya.
c. Aduksi lengan (tanda sterling)
Pasien disuruh mengaduksikan lengan yang sehat melawan tahanan yang
dilakukan oleh pemeriksa. Tanda sterling berupa ikut beraduksinya lengan
yang paretic pada waktu pasien melakukan perintah tersebut di atas.
d. Aduksi kaki (tanda tungkai Raimiste)
Tanda ini homolog dengan tanda sterling. Pasien diperiksa dalam posisi
berbaring dengan kedua tungkainya berabduksi. Kemudian pasien disuruh
mengaduksikan tungkai yang sehatnya melawan tahanan yang dilakukan
2. Propioseptik
Untuk gerak dan posisi dapat dilakukan pemeriksaan pada jari-jari
tangan maupun kaki, dengan memegang sisi lateral jari pasien yang
diperiksa, kemudian digerakkan ke atas atau ke bawah. Yang penting
adalah tangan kita tidak menyentuh jari-jari pasien lainnya saat kita
memegang jari pasien pada sisi lateralnya. Sebelumnya pasien diberikan
contoh dan saat diperiksa mata pasien ditutup atau diberi penghalang
untuk meyakinkan bahwa penderita tidak melihat jari-jari yang diperiksa.
Untuk getar menggunakan garpu tala dengan frekuensi 128Hz, dengan
meletakkan garputala yang telah digetarkan pada anggota gerak penderita
(biasanaya pada maleolus medialis, bisa juga pada tempat-tempat lain).
Untuk pemeriksaan tekan, dilakukan dengan melakukan penekanan pada
betis, sternum dll. Reseptor untuk propioseptik adalah pacini.
Jaras :Badan sel pd ganglion spinale akar dorsal → naik ipsilateral fasc.
Gracillis (ekstremitas inferior) & fasc. Cuneatus (ekstremitas superior) →
sinaps di nucleus gracilis & nucleus cuneatus (med-obl posterior)
→menyilang fasciculus arcuatus ke med-obl ventral lemnicus medialis
→ trac thalamocorticalis VPL thalamus cortex 3,2,1
4. Kombinasi
a. Stereognosis
Diberikan beberapa benda missal kubus, segitiga, bola, kemudian
ditanyakan kepada penderita bentuk benda yang ditanganinya.
b. Barognosis
Pada tangan penderita diminta untuk membandingkan berat, misalnya
karet dengan besi berat yang mana.
c. Graphestesia
Dilakukan goresan pada tangan penderita, penderita diminta untuk
menyebutkan apa yang digoreskan misalnya angka 3,7 dsb. Apabila
pasien tidak dapat mengenal angka tersebut bias jadi mungkin
angka tersebut terlalu kecil atau goresan terlalu cepat, maka
ulangilah tes tersebut dengan menulis angka yang lebih besar atau
dengan goresan yang tepat.
d. Two point tactile discrimination
Dilakukan penusukan pada 2 tempat pada saat yang sama dengan
menggunakan alat Gordon Holmes atau dengan menggunakan 2
jarum bundle. Normalnya untuk stimulasi di lidah 1mm, ujung jari
tangan 2-7 mm, dorsum manus 20-30 mm, telapak tangan 8-12
mm, dada, lengan bawah, dan tungkai 40 mm, punggung, lengan
atas dan paha 70-75 mm dan jari kaki 3-8 mm.
e. Sensory extinction
Pada saat yang bersamaan, pada sisi tubuh yang sepadan, misalnya
betis kiri dan kanan kita berikan rangsangan dengan jarum bundle,
kemudian kita tanyakan pada pasien bagian mana yang dia rasakan.
Kalau pasien hanya merasakan satu sisi tubuh saja maka pada
pasien tersebut sensory extinction positif.
f. Loss of body image
Cara memeriksanya : kita tanyakan tangannya da berapa, kakinya
atau telinganya ada berapa dan seterusnya, pada pasien dengan loss
of body image akan menjawab satu sisi saja, jadi dia akan
menjawab ada satu saja bukan dua. Karena pada pasien tersebut
terdapat neglect/pengabaian, yaitu pengabaian terhadap salah satu
sisi tubuhnya, dia tidak merasa memiliki tubuh yang diabaikan.
Meliputi :
1. Refleks superficial (cutaneus)
Sifat : polisinaptik, respon lebih lama drpd reflex tendon. True negatif
lesi UMN, False negative : multipara, obesitas, post laparatomi
Refleks dinding perut : goresan dinding perut dengan jarum bundle dari
lateral ke medial (ke arah umbilicus). Respon yang kita lihat yakni
kontraksi rectus abdominis gerak umbilicus ke arah rangsang
Afferen dan eferen sama : n. intercostalis T 5-7 (epigastrik)
n. intercostalis T 7-9 (supraumbilical)
n. intercostalis T 9-11 (umbilical)
n. intercostalis T 11- L 1 (infraumbilical)
Refleks cremaster: goresan dengan jarum pada sisi medial paha dari atas
ke bawah atau dapat dilakukan pemijatan dengan tangan pada daerah
tersebut. Responnya positif bila terdapat kontraksi testis
(elevasi/terangkatnya testis) sisi ipsilateral. Negative hidrocel, orchitis
Aferen : n.ilioinguinalis
Eferen : n. genitofemoralis
Refleks gluteal: goresan jarum daerah gluteus, respon: gerakan reflektorik
/kontraksi m.gluteus.
Aferen n. lumbalis posterior (L4-S1)
Eferen n. gluteus inferior.
Reflex plantar : Menggores pd plantar kaki, respon : plantarflexi jempol
& jari kaki. Inervasi : n tibialis (L4-S2)
Reflex Anal Superficial /Anal Wink : menggores kulit atau membrane
mukosa perianal, respon : kontraksi sphincter externa. Inervasi : n
hemorrhoidal inferior (S2-S5). Negatifcauda equine & conus medullaris
syndrome
a. Refleks biceps
Posisikan lengan sehingga sendi siku membentuk sudut > 90 0,
tempatkan 2 jari pemeriksa (jari 2 dan 3) pada tendo m.biceps
sebagai alas untuk mengetok dengan hammer reflex (karena tendo
musculus biceps tidak lansung melekat pada tulang). Kemudian
ketok dengan gentle dibandingkan kiri-kanan. Responsnya : gerakan
fleksi lengan bawah pada sendi siku.
Afferent/eferen : n. musculocutaneus (C5-6)
b. Refleks triceps
Posisikan lengan seperti memeriksa BPR, sedikit pronasi, bedanya di
sini sudutnya 900 , ketoklah tendon m.triceps tanpa memakai alas
tangan (karena tendonnya langsung menempel pada tulang),
dibandingkan kiri-kanan. Responnya : gerakan ekstensi lengan bawah
pada sendi siku.
Aferen/eferen : n. radialis (C 6,7,8)
c. Refleks periostoradialis
Posisiskan lengan setengah fleksi dan sedikit pronasi, kemudian
dilakukan ketokan pada procesus styloideus radii. Responnya : flexi
lengan bawah di sendi siku dan supinasi karena kontraksi m.
brachioradialis.
Afferent/efferent : n radialis (C5-6)
d. Refleks periostoulnaris
Posisikan lengan setengah fleksi dan antara pronasi-supinasi,
dilakukan ketukan pada periosteum processus styloideus ulnae.
Responnya : pronasi tangan akibat kontraksi m.pronator quadratus.
Aferen/eferen : n.ulnaris (C8-T1)
e. Refleks patella
Dilakukan pemeriksaan kedua patella secara bersamaan, dengan
memposisikan kedua lutut dengan tangan kiri pemeriksa atau dengan
mengganjal menggunakan bantal, sedangkan tangan kanan pemeriksa
melakukan pengetukan dengan hammer reflex. Responnya : ekstensi
tungkai bawah karena kontraksi m.quadriceps femoris.
Aferen/eferens : n femoralis (L2-3-4)
f. Refleks Achilles
Posisikan kaki penderita yang akan diperiksa di atas tulang kering
kontralateral, sambil melakukan dorsofleksi ringan pada jari-jari kaki
penderita yang ditahan dengan tangan kiri pemeriksa. Dilakukan
ketukan pada tendon Achilles. Responnya : plantarflexi kaki karena
kontraksi m.gastrocnemius.
Aferen/eferen : n.tibialis (L5-S1)
g. Klonus lutut
Pegang os patella dan kita gerakkan kearah proksimal, kemudian
dilakukan secara cepat, responsnya berupa kontraksi reflektoris
m.quadriceps femoris selama stimulus berlangsung.
h. Klonus kaki
Posisikan tungkai bawah flexi dan dalam kondisi relax tangan kiri
pemeriksa memegang pada fosa poplitea, kemudian kita lakukan
gerakan dorsofleksi secara mendadak dengan tangan kanan
pemeriksa. Responsnya : kontraksi reflektoris otot betis selama
stimulus berlangsung.
Bagaimana cara membedakan true clonus dengan pseudoclonus?
Pada true klonus dapat dihentikan dengan fleksi plantar kaki atau
ibu jari sedangkan pada pseudoklonus tidak dapat. Disamping itu,
pada pseudoklonus, klonus yang muncul sulit dipertahankan dan
irregular.
2. Chaddock
Penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral, sekitar malleolus lateral
dari posterior ke anterior. Responnya seperti babinski.
3. Oppenheim
Pengurutan crista anterior tibiae dari proksimal ke distal. Responnya
:seperti babinski.
4. Gordon
Penekanan pada betis secara keras, dengan posisi tungkai bawah
difleksikan pada sendi lutut. Responnya seperti babinski.
5. Scaeffer
Melakukan pemencetan pada tendon Achilles secara keras. Responnya
seperti babinski.
6. Gonda
Penekanan flantarfleksi maksimal jari kaki ke empat. Responnya seperti
babinski.
7. Stransky
Penekukan ke lateral secara maksimal jari kaki ke 5. Responnya seperti
babinski.
8. Rossolimo
Pengerutan pada telapak kaki bagian atas. Responnya : fleksi jari-jari
kaki pada sendi interphalangealnya.
9. Mendel-Bechterew
Pengetukan dorsum pedis pada daerah os cuboideum (lurus dengan jari
kaki ke empat kearah proksimal di depan talus).
10. Hoffman
Goresan pada kuku jari tengah (jari III) pasien. Responnya fleksi ibu jari
tangan diikuti jari-jari lainnya
11. Tromner
Colekan pada kuku jari tengah (jari III) pasien. Responnya fleksi ibu jari
tangan diikuti jari-jari lainnya
12. Leri
Posisikan tangan pasien dengan dengan sikap lengan diluruskan bagian
volar/ventral menghadap ke atas, kemudian dilakukan fleksi maksimal
tangan pada pergelangan tangan. Responnya normal kalau terjadi fleksi
di sendi siku.
13. Meyer
Fleksikan maksimal jari tengah pasien kea rah telapak tangan. Responnya
: normal kalau terjadi oposis
4. Tremor
Terminal tremor yaitu timbul tremor justru saat akan mencapai atau
mendekati target. Misalnya menyuruh ujung jarinya didaratkan ke ujung
hidungnya, pada saat ujung jarinya mendekati ujung hidung timbul
tremor.