Anda di halaman 1dari 52

PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.

Soetomo-2010

I. PEMERIKSAAN FUNGSI LUHUR


Meliputi : Aphasia, Alexia, Apraksia, Agraphia, Akalkulia, Disorientasi kiri-
kanan, Finger agnosia. Syarat pemeriksaan : GCS penderita 4-5-6.
1. Aphasia
Aphasia : gangguan berbahasa, tanpa ada paralisis organ (mulut,
faring)
Memeriksa 6 modalitas bahasa, yaitu : bicara spontan, pemahaman,
pengulangan, penamaan, membaca & menulis. Ada 6 macam aphasia:
i. Aphasia motorik (Broca)
Bicara spontan tak lancar, pemahaman baik, modalitas bahasa lain
terganggu. Kata2 : monophasia, neologisme
Lesi : regio Posterior Inferior Frontal (PIF)  gyrus frontalis
inferior/area Broca’s kiri.
ii. Aphasia sensorik (Wernicke)
Bicara spontan lancar, pemahaman sangat terganggu, modalitas
bahasa lain terganggu. kata-kata : neologisme,agrammatism,
Lesi : regio Posterior Superior Temporal (PST) meliputi area
assosiasi auditory, gyrus angularis & supramarginalis ischemia
divisi inferior MCA
iii. Aphasia konduksi (leitungsaphasie)
Pengulangan sangat terganggu, bicara lancar , modalitas bahasa
lain normal
Lesi : gyrus supramarginalis & fasciculus arcuatus kiri (jaras white
matter penghubung wernicke’s & Broca’s) occlusi emboli cabang
terminal MCA
Dibedakan : (1) Bila lebih ke frontal, kemampuan bicara kurang
lancar (2) Bila lebih ke posterior, kemampuan bicara lancar.

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 1


PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

iv. Aphasia transcortical


Pengulangan baik namun kata-katanya tidak dapat dimengerti
(neologisme,echolalia), modalitas bahasa lainnya terganggu.
Lesi : daerah perisylvii yg disconnected dr bagian otak lain (infark
watershed)
Dibedakan : (1) transkortikalis motorik TCM (2) transkortikalis
sensorikTCS (3) Mixed transcortical  MTC
v. Aphasia anomik (amnestik, nominal)
Penamaan jelek, modalitas bahasa lainnya baik. Kesulitan dalam
menemukan kata, mungkin mrp sisa gejala dari salah satu jenis
aphasia yang sudah membaik.
Lesi : lower temporal lobe
vi. Aphasia global
Semua modalitas bahasa terganggu.
Lesi : daerah sylvian dan sekitarnya hemisphere kiri dgn luas lesi
3,9 cm s/d 5,8 cm occlusi carotis interna/proximal MCA
(hemiplegic +)

Fluency Pemahaman Repetition Naming Reading Writing

Broca’s - + - - - -

Wernicke’s + - - - - -

Conduction + + - +/- + +

Global - - - - - -

Anomik + + + - + -

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 2


PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

Transkortikal - - + - - -
mixed

Transkortikal - + + - - -
motorik

Transkortikal + - + - - -
sensorik

Verbal apraxia - + - - - +

2. Alexia
Penderita tidak bisa membaca, walaupun penderita tidak buta
huruf.Dibedakan :(1) alexia dgn agraphia paling sering pd Gerstman’s
syndrome (2) alexia tanpa agraphia pure alexia, lesi lobus occipital
meluas ke splenium (ggx commisura)
Lesi : area asosiasi visual (area 18 & 19) atau gyrus angularis.
3. Apraxia
Ialah ketidakmampuan penderita melaksanakan gerakan sesuai yang
diperintahkan (bertujuan), namun bila gerakan spontan tidak mengalami
gangguan.
Syarat : tidak ada gangguan motorik, sensorik & cerebellum.
Ada: (1) Lesi di hemisphere dominan apraxia ideomotorik (disconeksi
antara visual/language center dgn area motorik) & apraxia ideasional
(damage left posterior temporoparietal junction or generalized cognitive
impairment).
(2) Lesi di hemisphere non dominan dressing apraxia & apraxia
konstruksional (karena gangguan visuospasial).

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 3


PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

Cara : penderita diminta mengambil air di gelas, meminum lalu


meletakkan di meja.Apraxia ideomotorpenderita tdk bisa
melakukan,bisa substitusi dgn tangan untuk menunjukkan caranya.Apraxia
ideasional penderita bisa melakukan, tapi tdk sesuai urutan. Untuk
dressing apraxia, penderita kesulitan untuk berpakaian, pada aprakxia
konstruksional, penderita kesulitan menyusun balok-balok, bisa gambar
lingkaran, tapi kubus tidak.
4. Agraphia
Hilangnya kemampuan untuk menulis bukan karena kelemahan atau
deficit neurologic pada tangan.Tipe: (1) Aphasic (2) Constructional (3)
Apractic unable properly use writing hand (ex:kana & kanji).
Penderita diminta menulis spontan kalimat, paragraf (hindari overlearned
things/hapalan nama, alamat)
Lesi : Exner’s writing center (gyrus frontalis media hemisfer dominan,
anterior motorik primer tangan).
5. Acalculia
Penderita tidak dapat melakukan perhitungan aritmatika sederhana,
seperti penambahan, pengurangan. Dimana sebelumnya penderita dapat
melakukannya dengan mudah.
Cara : substracting serial 7s from 100, simple aritmatik 2 digit (14 +
17…) hindari overlearned items (2+2,hitung 1 s/d 20  tes
remote/long term memori)
Lesi : lobus parietalis dominan, trtm gyrus angularis.
6. Right-Left Disorientation
Cara : minta penderita mengangkat tangan kanan/kiri, atau minta
penderita menyentuh bagian tubuh pada satu sisi (misal telinga kanan
dengan jempol tangan kiri)

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 4


PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

7. Finger agnosia
Agnosia : hilangnya kemapuan mengenali atau mempersepsikan
rangsangan sensorik yg telah diterima, walaupun kognisi, kesadaran
normal.Macam : tactile agnosia, visual agnosia, auditory agnosia,
autotopagnosia, visuospatial agnosia, finger agnosia. Finger agnnosia 
penderita tidak mampu mengenal, menamai & memilih baik jari-jarinya
sendiri, maupun jari-jari pemeriksa. Biasanya jari 2,3 & 4.
Cara : penderita diminta menunjuk jari yg kita sebut, menggerakkan jari
pasien yang kita minta

GERSTMANN’S SYNDROME  agraphia, acalculia, finger agnosia, right-


left disorientation.
Lesi : gyrus angularis hemisfer dominan.

II. PEMERIKSAAN SARAF OTAK


1. Nervus Olfactorius (I)
Nervus ini mrp akson tdk bermielin, 20 buah di tiap sisi,lalu menembus
area cribriformis dari tulang ethmoid ,kemudian akan sinaps di bulbus
olfactorius.
Jaras : nn olfactory bulbus olfactory tractus olfactory  Striae
olfactory medial (SOM) & lateral (SOL)SOM berakhir di area
paraolfactory, gyrus subcallosal,gyrus cingulata inferior (hemisfer bag
medial).SOL berakhir di uncus, gyrus hippocampal anterior, cortex
piriformis, cortex entorhinal, nucleus amygdaloid proyeksi ke nucleus
hypothalamus anterior, mammilary bodies, tuber cinereum & nucleus
habenular nucleus anterior thalamus, nucleus interpeduncular, nucleus
tegmental dorsal, striatum, gyrus cinguli.
Mrp saraf sensorik, dgn fungsi membau/penghidu
Diagnosis Fisik Neurologi halaman 5
PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

Syarat :
a. jalan nafas bebas, atrofi (-), GCS 4-5-6
b. Bahan yg digunakan dikenal penderita, tidak iritatif (mis:amoniak)
 dpt merangsang n.V, menimbulkan sekresi kelenjar  hidung
buntu ggx pemeriksaan
c. Bahan tdk menimbulkan sensasi isis (mis:mentol) bisa salah
persepsi
d. Bahan : tembakau, kopi, vanili, teh, jeruk, sabun, tembakau
Cara : periksa masing-masing hidung terpisah, dgn mata tertutup. Hidung
yg tdk diperiksa, ditutup. Yg dicurigai abN, periksa dulu.
Anosmia : (1) Conductive (2) Sensorineural/neurogenic
Foster Kennedy’s syndrome : anosmia unilateral, optic atropy ipsilateral,
papiledema kontralateral tumor orbitofrontal (mis:meningioma
olfactory).

2. Nervus Opticus (II)


Jaras : impuls dari reseptor perifer, red, cone  lapisan
bipolar(inner) lapisan sel ganglion nervus opticus (optic disk)
chiasma opticum [fiber temporal ipsilateral (45 %), fiber nasal
contralateral(55 %)]  tractus opticus  Corpus Geniculate Lateralis
tractus geniculo calcarina (optic radiation) cortex calcarina lobus
occipitalis (primary visual cortex).
a. Pemeriksaan Tajam Penglihatan (Visual acuity)
Menggunakan Snellen Eye chart (6 meter) untuk penglihatan jauh
(distant vision) & Rosenbaum pocked eye chart untuk penglihatan
dekat (near vision). Bila tdk bisa dgn Snellen, bisa digunakan jari-
jari tangan (N= 1/60 m), lalu lambaian tangan (N=1/300), lalu
cahaya lampu (N =1/~). Dgn cahaya lampu tdk bisa  buta total.

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 6


PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

Kelainan : blindness
b. Pemeriksaan Lapangan Pandang (Visual Field)
Paling sederhana: tes konfrontasi. Nilai N untuk penglihatan superior
60°, penglihatan inferior 75°, penglihatan temporal 100°,
penglihatan nasal 60°.
Cara : Penderita duduk dalam posisi berhadapan dgn pemeriksa pada
jarak ± 1 meter, masing-masing mata diperiksa bergantian. Mata yg
tdk diperiksa ditutup oleh tangan penderita. Saat pemeriksaan, mata
penderita difiksasi dgn menyuruh melihat ke arah hidung pemeriksa,
baru pemeriksa memeriksa secara cermat masing-masing kuadran
dgn menggunakan ujung tangan/ballpoint.
Bila dgn tes konfrontasi ada kelainan,selanjutnya dilakukan
pemeriksaan Perimetri Goldman.
c. Pemeriksaan warna
Menggunakan tes Ishihara atau benang wool berwarna (mis:px
disuruh mengambil benang wool merah pd kumpulan benang wool
berwarna).
Kelainan : color blindness
d. Pemeriksaan funduskopi
Pada pemeriksaan ini dapat ditentukan secara kasar adanya: (1)
myopia, hipermetropia atau emetropia (2) kondisi retina (3) papil
nerve optikus.
Cara : Mata yg tidak diperiksa ditutup dgn tangan px, kemudian ia
diminta melihat jauh ke depan. Untuk melihat mata kanan px dg
menggunakan mata kanan pemeriksa,serta berdiri di sisi kanan,
begitu sebaliknya. Tangan kiri pemeriksa melakukan fiksasi dahi,
opthalmoskop dipegang dgn tangan kanan, kemudian dilakukkan
penyinaran 15° dr nasal.

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 7


PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

3.Nervus Oculomotorius, Troklearis & Abducens (III, IV &


VI)
N. Oculomotorius : nucleus oculomotorius – somatic motor (GSE)) &
nucleus Edinger Westphal---parasimpathetic (GVE). Asal :
mesencephalon, sejajar colliculus superior
Jaras GSE: nucleus oculomotorius  fossa interpeduncularis  berjalan
antara arteri cerebri posterior & arteri cerebellaris superior sinus
cavernosus  fissure orbitalis superior divisi superior n.III (m.levator
palpebra sup., m.rectus sup.) & divisi inferior (m. rectus medial,m.rectus
inf., m.oblique inf., pupil)
Jaras GVE :nucleus Edinger Westphal preganglion  jalur idem atas
fissure orbitalis superior, sinaps di ganglion ciliaris postganglion
m.sphincter pupil & m. ciliaris.
N. Troclear : nucleus troclearis –somatic motor (GSE). Asal
:mesencephalon, sejajar colliculus inferior
Jaras GSE : nucleus troclearis menuju velum medulllary ant.
tectum keluar di dorsal mesencephalon  memutar ke depan
sinus cavernosus fissura orbitalis superior m.oblique superior.
N.Abducens : nucleus abducens – somatic motor (GSE). Asal :pons
Jaras GSE : nucleus abducens pontomedullary junction cicterna
prepontine sinus cavernosus fissure orbitalis superior m.rectus
lateralis.
Macam-macam pemeriksaan :
a. Pemeriksaan kedudukan bola mata saat diam
Dilihat apakah bola mata terletak di tengah, bergeser ke lateral dsb.

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 8


PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

b. Pemeriksaan gerakan bola mata


Diperiksa masing2 mata scr bergantian. Gerakan ke lateral untuk
m.rectus lateralis (n.VI), gerakan ke nasal inferior untuk m.obligus
superior (n.IV), gerakan ke medial untul m.rectus medialis (n.III),
gerakan ke nasal superior untuk m.obligus inferior (n.III), gerakan ke
lateral atas untuk m. rectus superior (n.III) serta gerakan ke lateral
bawah untuk m. rectus inferior (n.III).

c. Pemeriksaan celah mata (lid margin)


1. Reflex cahaya kornea (Kornea light reflex) Klo kita arahkan
sinar ke retina, ada bayangan putih2, di tengah, tdk akan
tertutup lid margin. Klo tertutup : ptosis
2. Lid margin scr N (2-3 mm) menutupi limbus kornea. Kita cek
langsung dgn membuka lid margin & lihat jaraknya. Klo limbus
terlihat : ptosis.
d. Pemeriksaan pupil
i. Bentuk, lebar & perbedaan lebar

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 9


PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

Bilamana ada pupil anisokor, kita bisa membedakan anisokornya


karena Horner’s atau kelainan n III (parasimpatis). Bila dikenai
cahaya pada pupil tsb, pada Horner’s miosisnya bertambah,
sedangkan bila kondisi dibuat gelap pada kx n. III maka pupil yg
berdilatasi makin lebar.
ii. Reflex cahaya langsung & konsensuil
Jaras : afferent n.II & efferent n III  sinar masuk, jaras
ikut nervus opticus tapi sebelum sinaps di corpus geniculatum
lateral, serabut dari pupil area pretectal midbrain (colliculus
superior)  nucleus Edinger-Westphal ikut jaras
n.oculomotorius  ganglion ciliaris sphincter pupil.
Pada saat melakukan pemeriksaan reflex cahaya langsung, mata
yg tidak diperiksa harus ditutup. Mata yg diperiksa dilakukan
penyinaran dgn senter dari arah lateral ke medial.
Reflex langsung pd mata yg disinari jaras yg ipsilateral
Reflex konsensuil pd mata yg lain jaras yg decussatio lewat
commisura posterior
iii. Reflex akomodasi & konvergensi
Px kita minta melihat jauh ke arah jari tangan pemeriksa,
kmd jari pemeriksa mendadak didekatkan ke hidung px & px
diminta mengikuti gerakan jari pemeriksa. Kita lakukan
pengamatan pada kedua mata apakah saling mendekat ke medial
(konvergensi positif) & kita lihat juga apakah tjd pengecilan
pada pupil (miosis), menunjukkan reaksi akomodasi positif.
Reflex akomodasi meliputi jaras dari cortex visual di lobus
occipital ke pretectum..

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 10


PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

4. Nervus Trigeminus (V)


Mpy 3 nucleus, yaitu :
i. Nucleus motorik – brachiomotor (SVE). Asal : pons
Jaras : nucleus bersama jaras n.V3  muscle of mastication
(m.masseter, m. temporalis., m. pterygoideus medial, m. pterygoideus
lateral)
ii. Nucleus principalis sensorik n. V – somatic afferent (GSA). Asal :
pons.
Fx : discriminative touch
iii. Nucleus mesencephalic n. V –somatic afferent (GSA) Asal
:mesencephalon
Fx : proprioceptive impuls
iv. Nucleus descenden tractus spinalis
Fx : nyeri & suhu. Jaras dari nucleus inilah yg memberi distribusi
segmental pada wajah.

Jaras nervus trigeminus : Dari masing2 nucleus ganglion semilunar


Gasseri bercabang menjadi 3 yaitu:(1) V1—ophthalmic (2) V2 –
maxillaries (3) V3 – mandibularis
Jaras V1 : ganglion semilunar Gasseri sinus cavernosus fissura
orbitalis superior n. frontalis, n. lacrimalis & n. nasociliaris.
Jaras V2 : ganglion semilunar Gasseri sinus cavernosus
foramen rotundum  fossa pterygopalatina (n.pterygopalatina) 
n.zygomatic & n.superior alveolar n. anterior alveolar & n.middle
alveolar menuju canalis infraorbital n. anterior alveolar lewat
foramen infraorbital n.infraorbital.
Jaras V3 : ganglion semilunar Gasseri foramen ovale  cab
anterior (n.buccalis)

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 11


PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

Cab posterior ( n.lingualis, n. auriculotemporal, n. inferior alveolar)

Pemeriksaan nervus Trigeminus, meliputi :


a. Sensorik (utama)
Ada 2 yaitu : (1) Distribusi perifer n V1, V2 & V3. (2) Distribusi
segmental (onion shape). Kelainan yg mengenai segmental biasanya
Siringobulbi & terdapat disosiasi sensibilitas (nyeri, suhu & raba).

b. Motorik
i. Merapatkan gigi  kita raba m.masseter & m.temporalis &
bandingkan kiri-kanan
ii. Membuka mulut (m.pterygoideus externus) parese : rahang
akan deviasi ke sisi otot yg lesi (patokan:gigi seri)
iii. Px menggerakkan rahang dari sisi ke sisi melawan tahanan
parese n.V satu sisi, px dapat menggerakkan rahang ke sisi
yg parese tapi tdk bisa ke sisi sehat.
iv. Menonjolkan rahang & menariknya deviasi ke sisi yg parese
v. Menggigit tongue spatel kayu dgn gigi geraham (m.masseter
&m.temporalis) membandingkan kedalaman bekas gigitan
kiri/kanan.

c. Reflex/sensorik GCS :456


i. Reflex masseter/jaw reflex/mandibular reflex
Pemeriksa meletakkan jempol/telunjuk di tengah dagu px,
memegang mulut yg terbuka dgn rahang relax, lalu memukul
jempol dgn hammer respon: menutup rahang dgn cepat.
Metode lain dgn memukul dagu langsung atau dgn meletakkan

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 12


PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

tongue spatel di atas lidah/di bawah incicivus, lalu memukul


ujungnya.
Pd ox N : reflex minimal/tdk ada.
Aferent : sensorik n.V – efferent : motorik n.V – reflex center
: pons
Jaw reflex + lesi tractus corticobulbar di atas nucleus
motorik (ALS atau pseudobulbar palsy)
ii. Reflex kornea
Tujuan : fungsi N. V1 (opthalmicus)
Cara : menyentuh cornea bagian atas baik scr langsung atau
menggunakan kapas/tissue. Rangsangan dilakukan dari samping
atau bawah, agar px tidak tahu. Dilakukan bukan pd sclera.
Respon normal : berkedip ipsilateral (langsung) & contralateral
(consensual)
Aferent : sensorik n.V1 – efferent : n. VII (fascialis) – reflex
center : pons
Lesi unilateral n.V reflex langsung & consensual negative.
Lesi unilateral n.VII reflex langsung negative & consensual
positive

iii. Head retraction reflex


Mencondongkan kepala sedikit ke depan, kmd melakukan
pengetukan pd bibir atas dibawah hidung. Jika reflex positif
responnya dgn cepat kepala scr involunter ke belakang.
Pd ox N : reflex negative
Aferent : n.V – efferent : n V – reflex center : cervical atas
spinal cord
Reflex +  lesi bilateral supracervical traktus corticospinalis

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 13


PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

iv. Nasal, sneeze or sternutatory reflex


Tujuan : fungsi n.V1 (n.nasociliaris), crosscheck hasil reflec
kornea
Cara : Menyentuh mukosa hidung dgn kapas, tissue
Respon : hidung berkerut, mata menutup, kadang bersin
Aferent : n.nasociliaris – efferent : n.V,n.VII,n.IX,n.X – reflex
center :brainstem

5.Nervus Fascialis (VII)


Nucleus nervus fascialis meliputi:
i. Nucleus fascialis – Brachiomotor (SVE). Asal : pons
ii. Nucleus tractus solitarius bagian rostral (nucleus gustatory) – taste
(SVA). Asal :pons
iii. Nucleus salivatory superior – parasimphatic (GVE). Asal : pons
Jaras dari solitaries & salivatory ini bergabung nervus intermedius
Jaras : nucleus facialis motorik  melingkari nucleus abducens keluar
lateral via ponto medullary junction bersama n.VIII & n.intermedius
(sensorik &autonomic) akan lewat cerebello pontine angle masuk
meatus auditory internal  memisah dgn n.VIII ganglion geniculatum
cabang n.petrosus superficialis mayor (GVE u/ lacrimalis ikut cabang
ini)  canalis facialis/fallopian aqueduct cabang n.stapedius
cabang n. chorda tymphani (GVE u/saliva & SVA : rasa ikut cabang
ini  foramen stylomastoid (bawah kelenjar parotis) cabang untuk
otot ekspresi wajah, otot platysma.
Pemeriksaan meliputi :
a. Motorik (Face)
Diam : Bandingkan apa ada asimetri pd lipatan dahi, sudut mata,
nasolabial & sudut mulut

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 14


PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

Bergerak :
i. M.Frontalis : gerakan mengangkat alis
ii. M. corrugators supersili : gerakan mengerutkan dahi
iii. M. nasalis : gerakan melebarkan cuping hidung diikuti gerakan
kompresi transversal hidung
iv. M. orbicularis oculi : gerakan menutup mata
v. M. orbicularis oris : gerakan mendekatkan & menekankan
kedua bibir
vi. M.zygomaticus : gerakan tersenyum
vii. M. Risorius : gerakan meringis
viii. M.Buccinator : gerakan meniup
ix. M.mentalis : gerakan menarik ujung dagu ke atas
x. M.Platysma : menarik bibir bawah & sudut mulut ke bawah,
atau dgn menurunkan/menaikkan rahang bawah disertai
mengkerutkan kulit lehermengejan
Lesi Facialis central paresis otot hanya di lower face, krn upper
face (bilateral inervasi  ipsilateral & kontralateral)
Lesi Facialis perifer  paresis otot wajah baik upper atau lower
(lesi ipsilateral) pd sisi yg lumpuh

b. Sensorik daerah telinga luar


Bercampur dgn inervasi n.IX/X & auricularis magnus

c. Sensorik khusus
i. Lakrimasi (Tear)  Schirmer’s test
Tujuan : fx n. petrosus superficialis mayor (parasimpatis --
nucleus salivatory sup).

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 15


PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

Cara : Menggunakan lakmus warna merah ukuran 5 x 50 mm.


Salah satu ujung kertas dilipat & diselipkan pd conjunctival sac di
cantus medial kiri & kanan, kmd dibiarkan selama 5 menit dgn
mata terpejam. Pd kondisi N : lakmus berubah menjadi biru,
sepanjang 20-30 mm. Jika perembesan < 20 mm atau tidak ada
sama sekali produksi air mata <<.

ii. Reflex stapedius (Hear) Stetoscope loundness balance test


Tujuan : fx n. stapedius
Cara : Memasangkan stetoskop pada telinga px, kmd dilakukan
pengetukan lembut diafragma stetoskop atau dgn menggetarkan
garpu tala 256 Hz di dekat stetoskop.
AbN : hiperakusis (suara lebih keras/nyeri)

iii. Pengecapan 2/3 anterior lidah (Taste)


Tujuan : fx n.chorda tymphani
Cara : Menggunakan cairan Bornstein 4 % glukosa (manis), 1 %
asam sitrat (asam), 2,5 % sodium klorida (asin), 0,075 % quini
HCl (pahit). Px diminta menjulurkan lidah, kmd lidah dikeringkan
dulu. Dgn menggunakan lidi kapas/cotton applicator, bahan tsb
disentuhkan pada 2/3 depan lidah. Rasa manis pd ujung lidah,
asin & asam pd pinggir lidah, rasa pahit di belakang lidah. Px
menunjukkan kertas yg bertuliskan manis, asam, asin, pahit tentang
apa yg dirasakan. Tiap kali selesai pemeriksaan, px berkumur dulu
dgn air hangat kuku, lidah dikeringkan lagi, baru dilanjutkan
pemeriksaan dgn bahan lain.

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 16


PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

6. Nervus Stato-Acusticus/Vestibulocochlearis (VIII)


Mpy 2 nucleus
i. Nucleus cochlear ventral & dorsal – hearing (SSA). Asal
pontomedullary junction
Jaras perifer : nuclei pontomedullary junction cerebellopontine
angle meatus auditory internal  ganglion spiralis (Corti).
Jaras central :
(a) nucleus cochlear dorsal (High frek) striae acoustic dorsal
peduncle cerebellar inferior  menyebrang ventral dekat nucleus
olivary sup lemniscus lateral kontralateral.
(b) nucleus cochlear ventral (low frek) striae acoustic ventral &
intermediate. Striae acoustic intermediate peduncle cerebellar
inferior menyebrang ventral lemniscus lateral kontralateral. Jaras
intermediate & dorsal ini nucleus Colliculus inferior corpus
geniculatum medialtractus geniculotemporal (auditory radiation) 
gyrus transverse anterior lobus temporalis/gyrus Heschl (Broadman’s
41 & 42)
(c) Striae acoustic ventral sebagian menyebrang & sinaps ke
trapezoid body kontralateral  lemniscus lateral kontralateral,
sebagian sinaps di trapezoid body ipsilateral lemniscus lateral
ipsilateral  nucleus Colliculus inferior Medial geniculate body
tractus geniculotemporal (auditory radiation)  gyrus transverse
anterior lobus temporalis/gyrus Heschl (Broadman’s 41 & 42)

ii. Nuclei vestibular ada 4, yaitu: inferior (Roller’s), lateral (Deiters),


medial (Schwalbe’s) & superior (Bechterew) – balance & equilibrium
(SSA). Asal : pontomedullary junction

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 17


PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

Jaras perifer : hair cell (ampula, utricle, sacula)  ganglion Scarpa’s


n.vestibular bergabung dgn n.cochlearis meatus auditory
internal cerebellopontine angle pontomedullary junction nuclei
vestibularis.

Jaras central : Koneksi dari nucleus ke 4 area primer,yaitu:


a. Cerebellum
i. Direct (primary) vestibulocerebellar tractus langsung, tanpa
sinaps di nucleus nodulus ipsilateral, uvula & nucleus
fastigial.
ii. Indirect (secondary) vestibulocerebellar tractus dr nucleus
sup,inf,medial  flocculus bilateral serta area yg sama dgn direct.
Jaras cerebellum – nuclei vestibularis : fasciculus uncinate ( hook
bundle of Russel)
b. Spinal Cord
Nuclei lateral & medial turun ke bawah ipsilateral spinal cord
tractus vestibulospinal lateral & medial  regulasi tonus otot
& postur dgn meningkatkan tonus otot extensor.
Nuclei vestibular formatio reticularis bertemu dorsal eferen
n.vagus
c. Oculomotor system
Nuclei superior & medial FLM koneksi dgn nucleus III, IV, VI,
XI & upper cervical nerve  mengatur pergerakan mata, kepala
& leher sbg respon stimulasi canalis semisirkularis
d. Cortex
Nuclei vestibular ascending  nuclei ventrolateral & ventral
posterior thalamus  cortex somatosensory persepsi posisi
kepala & pergerakan.

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 18


PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

Thalamus bagian posterior gyrus temporalis superior fx


vestibule-ocular

Pemeriksaan untuk fungsi n.cochlearis/acusticus:


a. Tes Batas atas – bawah garpu tala
b. Tes suara bisik
c. Tes Rinne
Garpu tala (f=512 Hz) dibunyikan, lalu ditempelkan pada processus
mastoid. Setelah px memberi tanda bahwa bunyi hilang, lalu
secepatnya dipindah ke depan Meatus Acusticus Externa.
Rinne positif : AC > BC (ox N, tuli sensorineural)
Rinne negatif : BC > AC (tuli konduksi)
d. Tes Weber
Garpu tala dibunyikan, lalu diletakkan di midline kepala (dahi,
vertex), dibandingkan antara BC pada kedua telinga.
Normal : Suara sama di kedua telinga, lateralisasi –
Konduksi : Lateralisasi ke telinga sakit
Sensorineural : Lateralisasi ke telinga sehat
e. Tes Schwabach
Membandingkan AC px dgn AC pemeriksa (asumsi telinga pemeriksa
sehat) pd satu telinga. Garpu tala dibunyikan, letakkan depan MAE
px, lalu setelah tdk terdengar pindahkan ke depan MAE pemeriksa.
Bila pemeriksa masih mendengar (tuli konduksi), bila tidak
mendengar (N atau tuli sensorineural). Lakukan sebaliknya
f. Audiometri

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 19


PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

Pemeriksaan untuk fungsi n.vestibularis:


a. Reflex vestibulospinal
Past pointing : deviasi ekstremitas baik krn ggx cerebellum atau
vestibular.
i. Finger to nose test, with close eye
Past pointing + (ada gangguan vestibular), deviasi ke arah lesi, krn
tiadanya koreksi visual
ii. Romberg’s test
Membandingkan keseimbangan saat px berdiri dgn mata terbuka &
tertutup.Vestibulopaty (ggx proprioseptik), dgn mata tertutuup px
akan jatuh ke sisi lesi.
iii. Fukuda stepping test
Px dgn mata ditutup, ditempatkan diam di satu posisi selama 1
menit. Pd ox normal, akan terus melangkah pd arah yg sama. Pd
vestibulopaty, slowly pivot ke arah lesi.

b. Reflex vestibulo-ocular
Secara normal, arah gerakan mata akan berlawanan dgn arah
gerakan kepala,namun mata tetap mpy visual fiksasi koneksi
nuclei vestibular & oculoomotor N.
i. Oculocephalic reflex (Doll’s eye test) pd px koma
ii. Head thrust px sadar
Dgn cepat kepala digerakkan, sementara mata px diminta
menatap hidung pemeriksa. Scr N, mata tetap bisa melihat
target,bila abN, gerak mata tertinggal dr kepala saccadic
iii. Dynamic Visual Acuity
Membandingkan visus sebelum & sesudah head movement.
Perbedaan lebih dari 3 baris Snellen’ chart ggx vestibular.

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 20


PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

iv. Caloric test pd px koma (Pd ox normal lihat nystagmus)


Rangsangan dingin dgn suhu 30 C, sedang hangat suhu 42 C.
Respon thd suhu dingin timbul nistagmus (fase cepatnya) ke sisi
kontralateral rangsangan, bila dgn air hangat maka nistagmus
searah dgn rangsangan (COWS =Cold Opposite Warm Same side).
Bila secara bersamaan kedua telinga diberi rangsangan dingin,
akan timbul nistagmus kearah bawah, sedang bila diberi air
hangat secara bersamaan timbul nistagmus ke atas.
NOTE : Rangsangan suhu dingin dgn air es hanya digunakan u/
px koma. Bila (+), akan timbul gerakan mata ke sisi rangsangan
karena kornea tidak ada nistagmus, sedangkan bila diberi air
hangat, akan timbul gerakan mata ke sisi kontralateral
rangsangan.
c. Nystagmus
Ada nystagmus spontan & nystagmus positional (Hallpike maneuver)

7.Nervus Glosopharingeus – Vagus (IX & X)


Nucleus n.glosopharingeus meliputi :
a. Nucleus Ambiguus – Brachiomotor (SVE). Asal : medulla
b. Nucleus salivatory inferior – parasympathetic (GVE). Asal : pons
c. Nucleus tractus solitaries, caudal portio – Visceral afferent (GVA).
Asal : medulla
Nucleus n.vagus meliputi:
a. Dorsal motor nucleus of vagus – parasympathetic (GVE). Asal :
medulla
b. Nucleus tractus solitaries, caudal portio – GVA. Asal : medulla

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 21


PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

Pemeriksaan kedua nervus tsb meliputi :


i. Inspeksi orofaring dlm keadaan istirahat
Dilihat keadaan uvula & arkus faring simetris atau tidak

ii. Inspeksi orofaring saat berfonasi


Dilihat kedudukan uvula & arkus faring simetris/tidak, saat px
diminta mengucapkan ‘aaa’.
Parese n.IX Vernet Rideau Phenomenon (gerakan seperti tirai krn pd
saat mengucapkan ‘aaa’, dinding faring yg sehat terangkat sedang yg
lumpuh tertinggal.

iii. Reflex
i. Reflex muntah/batuk
Menekan dinding belakang faring (aferen :n.IX -- eferen :n.X)
ii. Reflex oculo cardiac ( Aschner’s ocular phenomenon)
Menekan bola mata, responnya bradicardia, tapi pelambatan tdk
lebih 5-8/menit.Respon inconstant, unstandar, dipengaruhi
emosi. Aferen : n.V – eferen :n.X
iii. Reflex carotico-cardiac
Penekanan pd sinus caroticus/bifurkasi carotis. Pd ox normal,
tdk ada perubahan otonom.Pd px rentan (HT), bisa
memperlambat heart rate, turunnya tekanan darah, penurunan
CO, vasodilatasi perifer. Bisa sampai sinkop. Aferen :n.IX –
eferen:n.X
iv. Sensorik khusus : pengecapan 1/3 belakang lidah
v. Suara serak/parau murni n.X
vi. Menelan
vii. Detik jantung & bising usus

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 22


PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

8. Nervus Acesorius (XI)


Nervus ini mengandung 2 bagian :
a. Ramus internus (cranial portion) – SVE – caudal nucleus ambiguous
& dorsal motor nucleus vagus foramen jugular bersatu dgn
spinal portion
b. Ramus eksternus (spinal portion) – SVE – SA nuclei di cornu
anterior C2 s/d C5/C6 keluar lateralnaik keatas foramen
magnum bersatu dg ramus internus foramen jugular
Pemeriksaan :
Kekuatan m.trapezius (px diminta mengangkat bahu & tangan pemeriksa
menahannya) & m. sternocleidomastoideus (px diminta memalingkan
kepala kearah kanan u/ memeriksa m.SCM kiri dgn tangan pemeriksa
menahannya, demikian sebaliknya)

9. Nervus Hipoglossus (XII)


Nucleus : hipoglossus – somatic eferen (GSE). Asal : medulla
Jaras : nucleus hipoglossus –> exit anterior antara pyramid & olive
foramen hipoglossus  turun lewat leher angulus mandibula
lidah (otot intrinsic &ekstrinsik)

Percabangan :
i. Meningeal filamen from communicating branches with C1 & C2
ii. Descending m.omohyoid, join descending communication C2 & C3
ansa hypoglossi
iii. Thyrohyoid m.thyrohioid
iv. Muscular/lingual m.intrinsik & m.ekstrinsik lidah

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 23


PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

Pemeriksaan :
a. Otot lidah diam
Bila ada parese kiri, lidah deviasi ke kanan (sisi sehat) pd lidah
yg parese, tonus menurun
b. Otot lidah bergerak
Px diminta menjulurkan lidah. Bila parese kiri, lidah deviasi ke kiri
pd lidah yg parese tdk ada kontraksi
Paresis central : tidak ada atrofi, fasikulasi. Bila paresis cortex kiri,
akan terjadi kelumpuhan pd n.XII sisi kanan, bila dijulurkan lidah deviasi
ke kanan.
Paresis perifer : terjadi atrofi, fasikulasi.

III. PEMERIKSAAN TANDA MENINGEAL


1. Kaku Kuduk (nuchal rigidity)
Px tidur telentang tanpa bantal (alas kepala harus disingkirkan), kepala
digerakkan ke samping kiri/kanan terlebih dulu, apakah ada tahanan. Bila
tahanan positif, mungkin terdapat proses di daerah cervical (mis:penyakit
sendi cervical, Parkinson), selanjutnya pemeriksaan kaku kuduk tidak dapat
dilakukan. Kontraindikasi : lesi/trauma cervical. Bila tahanan negative,
fleksikan leher sampai menyentuh dagu. Respon : nyeri
2. Brudzinski I (neck sign)
Bersamaan dgn pemeriksaan kaku kuduk, kita sekaligus melihat gerakan
flexi pada kedua kaki px.
3. Brudzinski II (resiprocal leg sign)
Px berbaring telentang. Tungkai yg akan dirangsang diflexikan pada sendi
lutut, kmd tungkai atas diflexikan pada sendi panggul. Jika timbul gerakan
reflektorik berupa flexi tungkai kontralateral pada sendi lutut & panggul
tes positif.

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 24


PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

4. Brudzinski III (cheek sign)


Penekanan pd kedua pipi tepat di bawah ossa zygomatikus, akan disusul
gerakan flexi reflektorik pada kedua siku & gerakan reflektorik sejenak dari
kedua lengan.
5. Brudzinski IV (symphysis sign)
Penekanan pada simphisis pubis akan disusul timbulnya gerakan flexi
reflektorik pd kedua tungkai pd sendi lutut & panggul.
6. Kernig’s sign
Pada posisi awal flexikan tungkai atas pada sudut 90° terhadap badan &
flexikan tungkai bawah 90° terhadap tungkai atas, baru setelah posisi ini
kita ekstensikan (gerakkan ke atas) tungkai bawah pada sendi lutut.Secara
normal, bisa dilakukan sampai 135°. Kernig positif kurang dari 135°, px
mengeluh nyeri atau ada tahanan atau terdapat flexi tungkai kontralateral.
Pd px tidak sadar, respon hanya berupa tahanan saja.

IV. TEST PROVOKASI N.ISCHIADICUS


Sebelum melakukan tes provokasi, kita pastikan nyeri tsb lumbosacral
radiculopathy (HNP, spondylosis) atau ggx sendi sacroiliaca. Cara : Patrick’s
sign & Contra Patrick’s sign.
Patrick’s sign (FABERE sign – flexion, abduction, external rotation,
extention) : Px dalam keadaan berbaring, maleolus eksterna/lateral tungkai
yg diperiksa diletakkan pada patella tungkai yg lain. Kmd dilakukan
penekanan lutut ke bawah. Positif  terasa nyeri di sendi sakroiliaka

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 25


PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

Contra Patrick’s sign : Flexi pd sendi lutut, kmd kerjakan endorotasi serta
adduksi, lalu tekan tungkai tsb sejenak pada lutut. Positif nyeri di sendi
sakroiliaka.
Hasil tes yg positif pd penyakit sendi provokasi pd n.ischiadicus tidak
valid penilaiannya.

Macam tes provokasi :


1. Laseque sign (Straight Leg Raising Test)
Tungkai px diangkat scr perlahan tanpa flexi di lutut, positif bila < 60
terasa sakit menjalar mulai dari pantat sampai ke ujung kaki.
Pd HNP satu sisi, Laseq positif pd satu sisi saja, sedang pd
meningeal’s positif pd kedua sisi

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 26


PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

2. Crossed Lasegue (Fajersztain’s sign)


Flexi pd sendi paha yg tdk sakit dgn lutut tetap ekstensi, positif bila
terasa nyeri pd sisi yg sakit
3. Reversed SLR (femoral stresch = Ely test)
Px posisi telungkup (pronasi), kmd flexikan lutut maksimal, positif bila
terasa nyeri pd punggung menjalar ke sisi yg sakit.

4. Sicard’s sign
Seperti Laseq, disertai dorsoflexi ibu jari kaki, positif bila terasa nyeri
sepanjang ischiadicus
5. Bragard’s sign
Seperti Laseq, disertai dorsoflexi kaki, positif bila terasa nyeri
sepanjang ischiadicus

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 27


PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

6. Minor’s sign
Px pd posisi duduk diminta berdiri. Pd saat berdiri, px memflexikan
tungkai yg sakit, sambil satu tangannya memegang pinggangnya yg
sakit.
7. Neri’s sign
Px berdiri lurus, bila diminta membungkuk ke depan, tungkai yg sakit
akan ditekuk.
8. Sciatic tension test
Seperti Laseq, setelah timbul nyeri dilakukan flexi pd sendi lutut kira2
20, kmd dilakukan lg flexi pd sendi paha shg timbul nyeri lagi.
Penekanan pd fossa poplitea pd saat ini akan menimbulkan nyeri yg
hebat pd daerah sepanjang perjalanan n.ischiadicus.
9. Chin chest maneuver
Flexi pasif pd leher shg dagu mengenai dada, akan tjd tarikan pd akar
saraf, trtm torakal bawah & lumbal atas terasa nyeri.
10. Viets & Naffziger test
Px dlm posisi tegak dilakukan penekanan pd vena jugularis dgn
tangan (Viets), tekanan dipertahankan sampai px mengeluh kepala
terasa berat/minimal 2 menit. Penekanan bisa dgn manset
sfigmomanometer sebesar 40 mmHg selama 10 menit (Naffziger). Akan
terasa nyeri radikular pd akar saraf yg sakit.
11. Valsava test
Pd saat px duduk, px diminta mengejan, positif bila terdapat nyeri
sepanjang n.ischiadicus

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 28


PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

12. Door bell sign


Perkusi dgn hammer pd daerah lumbal bawah akan menyebabkan nyeri
pd paha & tungkai ( biasanya di daerah betis).Tes ini diibaratkan
kalau kita menekan tombol bel, bunyi akan muncul di tempat yg
jauh.
13. Bonnet’s sign (piriformis sign)
Seperti Laseq, disertai adduksi & rotasi internal pd tungkai, akan nyeri
sepanjang n.ischiadicus

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 29


PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

14. Spurling’s sign


Modifikasi Laseq, dgn flexi paha sampai pd sudut mendekati nyeri,
kmd dilanjutkan flexi pd leher, akan timbul nyeri sepanjang
n.ischiadicus.

15. O’Connel’s test


Kedua paha diflexikan scr bersama-sama seperti Laseq sampai pd
sudut timbul nyeri. Kmd tungkai yg normal diturunkan ke tempat tidur,
terjadi eksaserbasi nyeri yg kadang disertai parestesia.
16. Kemp test
Px berdiri, diminta melakukan gerakan lateroflexi tulang punggung (dlm
ekstensi). Positif bila terasa nyeri radikular di sisi tubuh lateroflexi.
Pd px HNP, gerakan rotasi masih dpt dilakukan dgn baik.

V. PEMERIKSAAN MOTORIK
Meliputi :
1. Observasi
Kita lakukan observasi penderita adalah kelemahan pada saat berjalan
(misal droop foot yakni gaya berjalannya steppage, gait dll), membuka

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 30


PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

kancing baju, menaiki tempat tidur dsb, atau asimetri pada wajah, tubuh
dan ekstremitas.
2. Palpasi otot (atropi otot/hipertropi, nyeri,kontraktur dan konsistensi)
Konsistensi otot normal adalah kenyal. Pada kelumpuhan tipe LMN
konsistensinya lembek dan kendor sedangkan tipe UMN konsistensinya
kenyal dan lebih tegang. Pada distropi tampak hipertrofi, relief otot
menghilang dan konsistensinya empuk.
3. Perkusi(normal,miotonik,mioedema)
Normal tampak cekung 1-2 detik. Pada miotonik tampak cekung untuk
beberapa detik (biasanya pada tenar dan lidah) karena kontraksi
berlangsung lama. Sedangkan pada mioedem terjadi penimbunan sejenak
ini (dapat dijumpai pada orang sehat, mixedeme atau gizi buruk)
4. Tonus(hipotonia,hipertoni)
Pemeriksaan tonus otot dapat dilakukan pada otot manapun juga seperti
leher, tangan , dsb, yang sering dilakukan pemeriksaan tonus
biceps/triceps untuk ekstremitas atas, dan tonus kuadriceps /hamstring
untuk ekstremitas bawah. Cara memeriksa yang terpenting, penderita
harus relaks, untuk mendapatkan kondisi tersebut, dapat dikerjakan
dengan mengajak penderita berbincang-bincang sambil dilakukan
pemeriksaan tonus. Hasil pemeriksaan tonus berupa : normal, hipotoni,
dan hipertoni.

Pada hipotoni :
a. Saat palpasi
Kendor, anggota gerak dapat digoyang-goyangkan dengan mudah
dan tahanan otot tidak terasa. Pada tonus otot normal dapat
dirasakan adanya tahanan ringan. Penilaiannya dengan
membandingkan kanan/kiri
b. Secara aktif : otot yang hipotoni sukar mempertahankan sikap bebas
c. Refleks tendon menurun atau absen
Dapat dijumpai pada :

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 31


PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

a. Penyakit LMN : poliomyelitis anterior akuta, syringomieli,


polyneuritis, lesi saraf perifer, DMP
b. Kelainan serebellum
c. Chorea minor
d. Spinal shock dapat terjadi beberapa hari s/d 3 minggu, hal ini
karena neuron medulla spinalis terlepas dari pengaruh neuron
supraspinal, sehingga tidak berdaya dalam melakukan fungsinya,
seolah-olah kacau dan tidak dapat berbuat apa-apa karena
belum terbiasa berdiri sendiri.

Pada hipertoni dibedakan menjadi 2 :


- Spastic phenomena pisau lipat/clask knife dan lead pipe)
- Rigid (cogwell phenomen). Pada phenomena pisau lipat tahanan
dirasakan pada saat awal gerakan, sedangkan pada lead pipe
terdapat tahanan yang terus menerus sepanjang gerakan. Pada
rigiditas terdapat tahanan yang dapat dirasakan seperti roda gigi.
Spastik : manifestasi hilangnya pengaruh inhibisi terhadap γ
motorneuron, lebih sering terjadi pada otot ekstensor daripada flexor.
Tonus otot dapat meningkat fisiologis karena : ketegangan mental dan
suhu dingin. Otot badan mendapatkan inervasi kortikal secara bilateral,
sehingga peningkatan tonus tidak jelas.

5. Kekuatan otot
Periksa masing-masing otot, yang sering dikerjakan untuk ekstremitas
atas, antara lain :
m. deltoid (C5, C6) inervasi oleh n.axillaris
m. biceps brakii (C5, C6) inervasi oleh n.muskulokutaneus
m.triseps (C6,C7,C8) inervasi oleh n.radialis
m.brachioradialis (C5,C6) inervasi oleh n.radialis
m.pronator teres (C6,C7) inervasi oleh n.medianus
m.flexor karpi radialis (C6,C7) inervasi oleh n.medianus
m.flexor carpi ulnaris (C7,C8,Th 1) inervasi oleh n.ulnaris

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 32


PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

Sedangkan untuk ekstremitas bawah, antara lain :


m. iliopsoas L1,L2,L3 inervasi oleh n.femoralis
m.kuadriceps femoris terdiri dari m.rectus femoris, m.vastus medialis dan
m.vastus lateralis (L2L3L4) inervasi oleh n. femoralis
m.hamstring terdiri dari m.semimembraneus, m.semitendineus, dan
m.beseps femoris kaput brevis dan kaput longus L4, L5, S1, S2) inervasi
oleh n.iskiadikus
m.gluteus medius (L5S1) inervasi oleh n.gluteus inferior
m. gluteus maksimus (L5S1), inervasi oleh n.gluteus superior
m. tibialis anterior (L4S5) inervasi oleh n.peroneus profundus)
m.gastronecmius (L5S1) inervasi oleh n. tibialis posterior

Perhatikan untuk pemeriksaan m.gastronecmius posisi penderita lurus


dengan tungkai bawah posisi lurus, penderita diminta melakukan gerakan
plantar flexi seperti menginjak pegas dengan tangan pemeriksa
menahan pada bagian plantar kaki penderita. Bilamana pada posisi
tersebut tungkai bawah diflexikan pada sendi lutut maka yang akan
diperiksa bukan m.gastronecmius akan tetapi m.soleus (L5S1), inervasinya
oleh n.tibialis posterior juga.
Disamping otot ekstremitas bawah dan atas juga dapat diperiksa kekutan
otot tubuh, yang sering diperiksa adalah otot perut (Bevor’s sign +
kelemahan pada otot rectus abdominalis setinggi segmen thoracal IX)
Untuk penilaian kekuatan otot, sbb :
5 = dapat melawan tahanan kita
4 = dapat melawan tahanan ringan
3 = dapat melakukan gerakan melawan gaya gravitasi, tapi tidak dapat
melawan tahanan ringan
2 = dapat melakukan gerakan ke samping, tdk dapat melakukan gerakan
melawan gaya gravitasi
1 = bila hanya kontraksi saja(lebih jelas untuk memperlihatkan adanya
kontraksi, dengan memberikan rangsangan seperti cubitan pada otot yang
diperiksa)

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 33


PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

0 = tidak ada gerakan sama sekali (plegi)

6. Penilaian gerakan sekutu abnormal


Gerakan sekutu adalah gerakan involunter dan reflektorik yang selalu
timbul, pada setiap gerakan volunteer, dalam keadaan patologik, karena :
- Lesi pada traktus ekstrapiramidal : gerakan sekutu lenyap/hilang
- Lesi pada traktus pyramidal : gerakan sekutu justru timbul yang
pada orang sehat tidak ada
- Lesi pada serebellum : gerakan sekutu tidak hilang sehingga gerakan
volunter menjadi janggal

Berikut ini adalah pemeriksaan, gerakan sekutu abnormal (tes ini dapat
digunakan untuk mengetahui ada/tidaknya parese ringan)
a. Meremas tangan (gerakan sekutu pada jari-jari kontralateral yang bersifat
identik)
Bagian tangan penderita yang sehat disuruh meremas tangan pemeriksa,
maka akan tampak gerakan sekutu yaitu tangan penderita yang parese
ikut meremas.
b. Tanda ibu jari Wartenberg
bila tidak ada parese UMN, maka ibu jari akan ikut menekuk apabila
jari-jari tangan lainnya melakukan penarikan sekuat-kuatnya. Bilamana
ibu jari itu tidak ikut menekuk, melainkan tinggal pasif lurus saja, maka
tangan yang bersangkutan harus dianggap sudah memperlihatkan tanda
gangguan di susunan pyramidal kontralateralnya.
c. Aduksi lengan (tanda sterling)
Pasien disuruh mengaduksikan lengan yang sehat melawan tahanan yang
dilakukan oleh pemeriksa. Tanda sterling berupa ikut beraduksinya lengan
yang paretic pada waktu pasien melakukan perintah tersebut di atas.
d. Aduksi kaki (tanda tungkai Raimiste)
Tanda ini homolog dengan tanda sterling. Pasien diperiksa dalam posisi
berbaring dengan kedua tungkainya berabduksi. Kemudian pasien disuruh
mengaduksikan tungkai yang sehatnya melawan tahanan yang dilakukan

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 34


PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

oleh pemeriksa. Tanda Raimiste positif kalau tungkai lainnya ikut


beraduksi pada waktu pasien melaksanakan perintah tersebut di atas.
e. Tanda mengepal, dibandingkan kedua tangan (tanda radialis Strumpell)
Lengan yang sehat dapat mengepal tanpa dorsoleksi di sendi …….
Lengan. Tetapi dengan adanya lesi di susunan ektrapiramidal, tangan
pada otot kontralateral, dapat mengepal hanya dengan melakukan
dorsoflexi secara reflektorik. Tanda ini harus diungkapkan dengan
pemriksaan ke dua tangan secara simultan dan banding, sehingga
perbedaannya menonjol.
f. Tanda pronator Strumpell
Lengan yang sehat dapat melakukan flexi maksimal di sendi siku
sehingga tangan tiba di bahu dengan telapak tangan menghadap ke
bahu tidak dengan telapak tangannya tetapi dengan dorsum manusnya.
g. Dari posisi berdiri ke jongkok (respon flexi lengan)
Bila orang sehat melakukan gerakan untuk berjongkok maka kedua
tangannya bersikap lurus. Pasien dengan hemipoaresis UMN yang ringan
sekali akan memflexikan lengan yang paretiknya sewaktu ia melakukan
gerakan untuk berjongkok.
h. Dari posisi berdiri ke membungkuk(lengan ke depan atau kaki flexi)
Orang sehat yang disuruh membungkuk akan melaksanakan perintah itu
dengan gerakan sekutu pada lengan yang berupa flexi ringan di sendi
…. Tetapi pasien dengan hemiparesis UMN ringan, melakukan gerakan
yang diperintahkan itu dengan meluruskan lengan yang paretic atau
memfleksikan tungkai yang paretic atau memfleksikan tungkai yang
paretic di sendi siku
i. Dari posisi tidur suruh bangun(tanda flexi paha-badan babinski)
Orang sehat yang berbaring terlentang dengan kedua tangannya yang
ditempatkan di atas perutnya dapat mengangkat badannya untuk duduk
tanpa mengangkat tungkainya. Tetapi orang hemiparetik ringan melakukan
gerakan tersebut selalu dengan mengangkat tungkai yang paretic juga.

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 35


PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

j. Dari posisi tidur kaki menggantung disuruh bangun (tanda ekstensi


paha-badan)
Orang sehat yang duduk di tepi tempat tidur dengan kedua tungkainya
digantung, dapat merebahkan badannya di atas tempat tidur dengan ke
dua tungkainya tetap digantung. Tetapi orang hemiparetik UMN ringan
dapat melaksanakan gerakan tersebut hanya dengan mengangkat tungkai
yang paretiknya, sehingga tungkai yang paretic dan badan menjadi kurus.

VI. PEMERIKSAAN SENSORIK


Pemeriksaan ini sangat subyektif dan memerlukan kerjasama yang baik
dengan pasien, meliputi :
1. Eksteroseptif/protopatik (nyeri/suhu, raba halus/kasar)
Untuk nyeri :jarum bundel, cara memegangnya seperti memegang pensil.
Untuk panas digunakan dengan air dengan suhu 40-450 C, sedangkan
dingin dengan air dingin bersuhu 10-150C. Untuk raba halus dengan
ujung-ujung bebas kapas. Reseptor untuk panas adalah Ruffini
(berbentuk sisir), dingin adalah krause (berbentuk bunga mawar yang
kuncup), raba halus adalah Merkel, raba kasar adalah Meisner. Cara
memeriksa mulai dari daerah yang mengalami gangguan sensibilitas ke
daerah normal, dan sebaliknya, titik temu keduanya merupakan batas
kelainannya.

Nyeri dan Suhu


Reseptor nervus perifer sinaps di ganglion spinale akar dorsal (
Dorsal Root Ganglia) → traktus dorsolateralis Lissauer → naik 1-3
segmen MS → cornu posterior subtansia grisea MS →sinaps di
substansia gelatinosa  menyilang linea mediana ke columna lateralis
subt. alba MS → traktus spinothalamicus lateralis → traktus
thalamocorticalis VPL thalamus cortex 3,2,1

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 36


PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

2. Propioseptik
Untuk gerak dan posisi dapat dilakukan pemeriksaan pada jari-jari
tangan maupun kaki, dengan memegang sisi lateral jari pasien yang
diperiksa, kemudian digerakkan ke atas atau ke bawah. Yang penting
adalah tangan kita tidak menyentuh jari-jari pasien lainnya saat kita
memegang jari pasien pada sisi lateralnya. Sebelumnya pasien diberikan
contoh dan saat diperiksa mata pasien ditutup atau diberi penghalang
untuk meyakinkan bahwa penderita tidak melihat jari-jari yang diperiksa.
Untuk getar menggunakan garpu tala dengan frekuensi 128Hz, dengan
meletakkan garputala yang telah digetarkan pada anggota gerak penderita
(biasanaya pada maleolus medialis, bisa juga pada tempat-tempat lain).
Untuk pemeriksaan tekan, dilakukan dengan melakukan penekanan pada
betis, sternum dll. Reseptor untuk propioseptik adalah pacini.
Jaras :Badan sel pd ganglion spinale akar dorsal → naik ipsilateral fasc.
Gracillis (ekstremitas inferior) & fasc. Cuneatus (ekstremitas superior) →
sinaps di nucleus gracilis & nucleus cuneatus (med-obl posterior)
→menyilang fasciculus arcuatus ke med-obl ventral lemnicus medialis
→ trac thalamocorticalis VPL thalamus cortex 3,2,1

3. Enteroseptik (nyeri rujukan/referred pain)


Cara memeriksanya : pada daerah yang terasa nyeri, dilakukan
penekanan, gerakan aktif, pasif dan gerakan isometrik. Bilamana
penderita tidak merasakan nyeri ditempat yang dilakukan manipulasi
tersebut, maka nyeri rujukan (+).

4. Kombinasi
a. Stereognosis
Diberikan beberapa benda missal kubus, segitiga, bola, kemudian
ditanyakan kepada penderita bentuk benda yang ditanganinya.
b. Barognosis
Pada tangan penderita diminta untuk membandingkan berat, misalnya
karet dengan besi berat yang mana.

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 37


PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

c. Graphestesia
Dilakukan goresan pada tangan penderita, penderita diminta untuk
menyebutkan apa yang digoreskan misalnya angka 3,7 dsb. Apabila
pasien tidak dapat mengenal angka tersebut bias jadi mungkin
angka tersebut terlalu kecil atau goresan terlalu cepat, maka
ulangilah tes tersebut dengan menulis angka yang lebih besar atau
dengan goresan yang tepat.
d. Two point tactile discrimination
Dilakukan penusukan pada 2 tempat pada saat yang sama dengan
menggunakan alat Gordon Holmes atau dengan menggunakan 2
jarum bundle. Normalnya untuk stimulasi di lidah 1mm, ujung jari
tangan 2-7 mm, dorsum manus 20-30 mm, telapak tangan 8-12
mm, dada, lengan bawah, dan tungkai 40 mm, punggung, lengan
atas dan paha 70-75 mm dan jari kaki 3-8 mm.
e. Sensory extinction
Pada saat yang bersamaan, pada sisi tubuh yang sepadan, misalnya
betis kiri dan kanan kita berikan rangsangan dengan jarum bundle,
kemudian kita tanyakan pada pasien bagian mana yang dia rasakan.
Kalau pasien hanya merasakan satu sisi tubuh saja maka pada
pasien tersebut sensory extinction positif.
f. Loss of body image
Cara memeriksanya : kita tanyakan tangannya da berapa, kakinya
atau telinganya ada berapa dan seterusnya, pada pasien dengan loss
of body image akan menjawab satu sisi saja, jadi dia akan
menjawab ada satu saja bukan dua. Karena pada pasien tersebut
terdapat neglect/pengabaian, yaitu pengabaian terhadap salah satu
sisi tubuhnya, dia tidak merasa memiliki tubuh yang diabaikan.

VII. PEMERIKSAAN REFLEX FISIOLOGIS


Reflex Monosinaps : (patella, biceps, Achilles) 2 neuron, 1 sinaps

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 38


PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

Reseptor anulospiral ‘muscle spindel’ → serabut saraf sensorik → badan


sel ganglion spinale → neuron motorik alfa → motor end plate pd otot
rangka

Meliputi :
1. Refleks superficial (cutaneus)
Sifat : polisinaptik, respon lebih lama drpd reflex tendon. True negatif
lesi UMN, False negative : multipara, obesitas, post laparatomi
Refleks dinding perut : goresan dinding perut dengan jarum bundle dari
lateral ke medial (ke arah umbilicus). Respon yang kita lihat yakni
kontraksi rectus abdominis gerak umbilicus ke arah rangsang
Afferen dan eferen sama : n. intercostalis T 5-7 (epigastrik)
n. intercostalis T 7-9 (supraumbilical)
n. intercostalis T 9-11 (umbilical)
n. intercostalis T 11- L 1 (infraumbilical)
Refleks cremaster: goresan dengan jarum pada sisi medial paha dari atas
ke bawah atau dapat dilakukan pemijatan dengan tangan pada daerah
tersebut. Responnya positif bila terdapat kontraksi testis
(elevasi/terangkatnya testis) sisi ipsilateral. Negative hidrocel, orchitis
Aferen : n.ilioinguinalis
Eferen : n. genitofemoralis
Refleks gluteal: goresan jarum daerah gluteus, respon: gerakan reflektorik
/kontraksi m.gluteus.
Aferen n. lumbalis posterior (L4-S1)
Eferen n. gluteus inferior.
Reflex plantar : Menggores pd plantar kaki, respon : plantarflexi jempol
& jari kaki. Inervasi : n tibialis (L4-S2)
Reflex Anal Superficial /Anal Wink : menggores kulit atau membrane
mukosa perianal, respon : kontraksi sphincter externa. Inervasi : n
hemorrhoidal inferior (S2-S5). Negatifcauda equine & conus medullaris
syndrome

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 39


PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

Reflex Bulbocavernosus (BCR) : goresan pada glans penis/clitoris, respon


: kontraksi sphincter externa.Negatif  cauda equine, lower sacral roots
& conus medullaris

2. Refleks Deep Tendon/Periosteum


Pada penderita sadar GCS 4-5-6, suruh penderita dalam kondisi relaks.
Responnya :
0 → kalau tidak ada gerakan sendi dan kontraksi
1+ → kalau hanya terdapat kontraksi saja
2+ → bila selain kontraksi juga ada gerakan sendi
3+ → respon sama dengan +2 hanya lebih kuat kontraksinya dan ada
perluasan
4+ → sama dengan +3 ditambah dengan adanya klonus

a. Refleks biceps
Posisikan lengan sehingga sendi siku membentuk sudut > 90 0,
tempatkan 2 jari pemeriksa (jari 2 dan 3) pada tendo m.biceps
sebagai alas untuk mengetok dengan hammer reflex (karena tendo
musculus biceps tidak lansung melekat pada tulang). Kemudian
ketok dengan gentle dibandingkan kiri-kanan. Responsnya : gerakan
fleksi lengan bawah pada sendi siku.
Afferent/eferen : n. musculocutaneus (C5-6)

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 40


PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

b. Refleks triceps
Posisikan lengan seperti memeriksa BPR, sedikit pronasi, bedanya di
sini sudutnya 900 , ketoklah tendon m.triceps tanpa memakai alas
tangan (karena tendonnya langsung menempel pada tulang),
dibandingkan kiri-kanan. Responnya : gerakan ekstensi lengan bawah
pada sendi siku.
Aferen/eferen : n. radialis (C 6,7,8)

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 41


PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

c. Refleks periostoradialis
Posisiskan lengan setengah fleksi dan sedikit pronasi, kemudian
dilakukan ketokan pada procesus styloideus radii. Responnya : flexi
lengan bawah di sendi siku dan supinasi karena kontraksi m.
brachioradialis.
Afferent/efferent : n radialis (C5-6)

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 42


PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

d. Refleks periostoulnaris
Posisikan lengan setengah fleksi dan antara pronasi-supinasi,
dilakukan ketukan pada periosteum processus styloideus ulnae.
Responnya : pronasi tangan akibat kontraksi m.pronator quadratus.
Aferen/eferen : n.ulnaris (C8-T1)

e. Refleks patella
Dilakukan pemeriksaan kedua patella secara bersamaan, dengan
memposisikan kedua lutut dengan tangan kiri pemeriksa atau dengan
mengganjal menggunakan bantal, sedangkan tangan kanan pemeriksa
melakukan pengetukan dengan hammer reflex. Responnya : ekstensi
tungkai bawah karena kontraksi m.quadriceps femoris.
Aferen/eferens : n femoralis (L2-3-4)

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 43


PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

f. Refleks Achilles
Posisikan kaki penderita yang akan diperiksa di atas tulang kering
kontralateral, sambil melakukan dorsofleksi ringan pada jari-jari kaki
penderita yang ditahan dengan tangan kiri pemeriksa. Dilakukan
ketukan pada tendon Achilles. Responnya : plantarflexi kaki karena
kontraksi m.gastrocnemius.
Aferen/eferen : n.tibialis (L5-S1)

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 44


PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

g. Klonus lutut
Pegang os patella dan kita gerakkan kearah proksimal, kemudian
dilakukan secara cepat, responsnya berupa kontraksi reflektoris
m.quadriceps femoris selama stimulus berlangsung.

h. Klonus kaki
Posisikan tungkai bawah flexi dan dalam kondisi relax tangan kiri
pemeriksa memegang pada fosa poplitea, kemudian kita lakukan
gerakan dorsofleksi secara mendadak dengan tangan kanan
pemeriksa. Responsnya : kontraksi reflektoris otot betis selama
stimulus berlangsung.
Bagaimana cara membedakan true clonus dengan pseudoclonus?
Pada true klonus dapat dihentikan dengan fleksi plantar kaki atau
ibu jari sedangkan pada pseudoklonus tidak dapat. Disamping itu,
pada pseudoklonus, klonus yang muncul sulit dipertahankan dan
irregular.

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 45


PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

VIII. PEMERIKSAAN REFLEX PATOLOGIS


Pemeriksaan reflex patologis
1. Babinski
Penggoresan telapak kaki bagian lateral dari arah posterior ke anterior.
Responnya ekstensi (dorsofleksi) ibu jari kaki dan pengembangan
(fanning) jari-jari kaki.

2. Chaddock
Penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral, sekitar malleolus lateral
dari posterior ke anterior. Responnya seperti babinski.

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 46


PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

3. Oppenheim
Pengurutan crista anterior tibiae dari proksimal ke distal. Responnya
:seperti babinski.

4. Gordon
Penekanan pada betis secara keras, dengan posisi tungkai bawah
difleksikan pada sendi lutut. Responnya seperti babinski.

5. Scaeffer
Melakukan pemencetan pada tendon Achilles secara keras. Responnya
seperti babinski.

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 47


PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

6. Gonda
Penekanan flantarfleksi maksimal jari kaki ke empat. Responnya seperti
babinski.

7. Stransky
Penekukan ke lateral secara maksimal jari kaki ke 5. Responnya seperti
babinski.

8. Rossolimo
Pengerutan pada telapak kaki bagian atas. Responnya : fleksi jari-jari
kaki pada sendi interphalangealnya.

9. Mendel-Bechterew
Pengetukan dorsum pedis pada daerah os cuboideum (lurus dengan jari
kaki ke empat kearah proksimal di depan talus).

10. Hoffman
Goresan pada kuku jari tengah (jari III) pasien. Responnya fleksi ibu jari
tangan diikuti jari-jari lainnya

11. Tromner
Colekan pada kuku jari tengah (jari III) pasien. Responnya fleksi ibu jari
tangan diikuti jari-jari lainnya

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 48


PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

12. Leri
Posisikan tangan pasien dengan dengan sikap lengan diluruskan bagian
volar/ventral menghadap ke atas, kemudian dilakukan fleksi maksimal
tangan pada pergelangan tangan. Responnya normal kalau terjadi fleksi
di sendi siku.

13. Meyer
Fleksikan maksimal jari tengah pasien kea rah telapak tangan. Responnya
: normal kalau terjadi oposis

Juga terdapat beberapa reflex primitive/regresi antara lain :


- Sucking reflex
Sentuhan pada bibir, responnya : gerakan bibir, lidah, rahang seolah-olah
menyusu.
- Snout reflex

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 49


PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

Ketukan pada bibir atas, responnya : kontraksi otot-otot di sekitar bibir


di bawah hidung (menyungur)
- Grasp reflex
Penekanan/penempatan jari si pemeriksa pada telapak tangan pasien,
respon : tangan mengepal
- Palmomental reflex
Goresan ujung pena/ibu jari tangan pemeriksa terhadap kulit telapak
tangan bagian thenar pasien, responnya kontraksi otot mentalis dan
orbicularis oris ipsilateral

IX. PEMERIKSAAN CEREBELLUM


Syarat : Kesadaran harus baik, GCS 456
Tidak ada parese, jika ada parese maka hasil pemeriksaan menjadi tidak
valid. Pemeriksaan serebellum, meliputi :
1. Pemeriksaan Koordinasi
Asinergia/disenergia : menyuruh pasien menggambar lingkaran,
mengambil gelas dari meja untuk diminum, penderita tidak mampu
melakukannya. Semua tes dilakukan untuk mengevaluasi
asinergia/disinergia.
Diadokinesia : gerakan bolak-balik, bila tidak dapat melakukan disebut
disdiadokinesis
Metria : kemampuan untuk mengukur ketepatan gerakan, kalau tidak
dapat melakukan disebut disebut dismetria, sebagai contoh tes telunjuk
hidung.
Tes memelihara sikap
a. Rebound fenomen
b. Tes lengan lurus caranya ke dua lengan diluruskan setinggi bahu,
kemudian mata penderita dipejamkan, lengan yang satu diturunkan,
selanjutnya penderita disuruh mengembalikan lengan yang diturunkan
oleh pemeriksa ke posisi semula. Pada orang normal dapat
melakukan gerakan tersebut dengan baik, sedangkan pada penderita

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 50


PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

dengan kelainan serebellum tidak dapat melakukannya. Untuk


memelihara sikap orang sehat tersebut tidak perlu bantuan mata,
tapi pada lesi serebellum perlyu bantuan mata.
Bicara : disatria dan scanning speech
2. Keseimbangan
- Sikap duduk : dilihat dari trunkal ataxia, yaitu tubuh bergoyang-goyang
yang akhirnya jatuh ke sisi lesi pada saat penderita dalam posisi duduk.
- Sikap berdiri :
a. Wide base/broad base stance (berdiri dengan kaki melebar)
b. Modifikasi Romberg :jatuh ke sisi lesi
c. Dekomposisi sikap
Berdiri satu kaki
Dari duduk ke berdiri : pada orang normal dapat melakukan urut-
urutan gerakan dari duduk ke berdiri yaitu dengan membungkukkan
badannya baru berdiri, tapi pada penderita dengan kelainan
cerebellum langsung dari duduk ke berdiri sehingga mudah jatuh
Membungkuk jauh ke depan : orang normal dapat melakukannya
tanpa jatuh, pada penderita dengan lesi cerebellum akan jatuh.
- Berjalan/gait (penderita tidak dapat melakukan gerakan dengan baik dan
jatuh ke sisi les)i
a. Tandem walking : berjalan lurus ke depan dengan satu kaki
ditempatkan didepan jari-jari kaki lainnya
b. Berjalan memutari kursi atau meja
c. Berjalan maju atau mundur
d. Lari ditempat
3. Tonus
Pendular (dilakukan pengetukan patella dengan hammer reflex dengan
tangan kanan pada posisi lutut menggantung, sambil penderita
melakukan jendrasik maneuver pada kedua tangan, atau tangan penderita
disuruh meremas kuat tangan kiri pemeriksa, responnya berupa gerakan
seperti bandul lonceng atau pendular.

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 51


PPDS Ilmu Penyakit Saraf FK Unair-RSU dr.Soetomo-2010

4. Tremor
Terminal tremor yaitu timbul tremor justru saat akan mencapai atau
mendekati target. Misalnya menyuruh ujung jarinya didaratkan ke ujung
hidungnya, pada saat ujung jarinya mendekati ujung hidung timbul
tremor.

Diagnosis Fisik Neurologi halaman 52

Anda mungkin juga menyukai