• Definisi
• Tujuan Pembuatan
Bivac Alam Bivac jenis ini dibuat dengan memanfaatkan sumberdaya alam di
sekitar. seperti menggunakan dedaunan sebagai atap, dinding ataupun alas.
memanfaatkan akar-akaran maupun kulit pohon sebagai tali pembuat bivac,
bentuk lain dari alam juga dapat digunakankan sebagai bivak seperti gua, lekukan
tebing atau batu yang cukup dalam, lubang - lubang dalam tanah dan sebagainya.
Apabila memilih gua, kita bisa memastikan tempat ini bukan persembunyian
satwa. Goa yang akan ditinggali juga tak boleh mengandung racun. Cara klasik
untuk mengetahui ada tidaknya racun adalah dengan memakai obor. Kalau obor
tetap menyala dalam gua tadi artinya tak ada racun atau gas berbahaya di
sekitarnya.
Kita juga bisa memanfaatkan tanah berlubang atau tanah yang rendah sebagai
tempat berlindung. Tanah yang berlubang ini biasanya bekas lubang perlindungan
untuk pertahanan, bekas penggalian tanah liat dan lainnya. Pastikan tempat -
tempat tersebut tidak langsung menghadap arah angin. Kalau terpaksa menghadap
angin bertiup kita bisa membuat dinding pembatas dari bahan - bahan alami.
Selain menahan angin, dinding ini bertugas untuk menahan angin untuk tidak
meniup api unggun yang dibuat di muka pintu masuk
Bivac Semi buatan Bivac jenis ini dibuat dengan menggunakan bahan-bahan
buatan industri yang digabungkan dengan bahan bahan alami. seperti
menggunakan ponco sebagai atap dan beberapa akar gantung sebagai tali.
menggunakan dedaunan sebagai atap dan menggunakan ponco sebagai dinding
atau pun menggunakan ponco sebagai atap dan dadaunan sebagai dinding juga
merupakan bivac semi buatan atau dapat di sebut sebagai Bivac semi alam.
Bivac Buatan Bivac jenis ini merupakan bivac yang di buat menggunakan bahan-
bahan buatan atau bahan industri, seperti membuat bivac menggunakan ponco
dengan memanfaatkan tali rafia sebagai bahan penunjangnya. bivac buatan dapat
didirikan menggunakan bahan lainnya seperti plastik, parasut deklit, kain, dll.
Pemilihan tempat
Dirikan bivak yang terlindung dari terpaan angin, jangan dirikan bivak di tempat
yang terbuka dari terpaan angin.
Dirikan bivak pada tempat yang kering dan rata, untuk daerah yang lembab,
buatlah para - para yang kokoh. Jangan dirikan bivak di lereng gunung atau
lembah.
Dirikan bivak di bawah kerindangan pohon yang tembus sinar matahari. Jangan
dirikan di bawah pohon yang rapuh dan lapuk.
Pada situasi bivak yang permanen, usahakan dirikan pada daerah yang dekat
dengan sumber air.
Jangan dirikan bivak terlalu dekat dengan dialiran sungai ataupun pada jalur lintas
binatang.
Jangan pernah lupa untuk membuat parit di sekitar bivak yang anda dirikan,
sehingga ketika hujan turun anda dapat tetap merasa nyaman.
• Syarat Pembuatan
• Perlakuan Tali
• Simpul Tali
• Penggunaan Traverse
Fire Fighting
• Kelas Kebakaran
Kelas Kebakaran Yang Ada Di Indonesia. Menurut menteri tenaga kerja dan
transmigrasi tertera jelas telah mengeluarkan peraturan nomor 04/MEN/1980
yang menjelaskan mengenai kelas kebakaran yang ada di Indonesia, dalam surat
tersebut menerangkan terdapat 4 kategori kelas kebakaran, yaitu:
Tabung pemadam api yang cocok untuk kelas kebakaran ini adalah tabung
pemadam api dengan media Dry chemical powder, tabung pemadam api media
foam, tabung pemadam api media Carbon dioxide (CO2), tabung pemadam api
media Gas Av 141b.
Tabung pemadam api yang cocok untuk kelas kebakaran ini adalah tabung
pemadam api dengan media Dry chemical powder, tabung pemadam api media
Carbon dioxide (CO2), tabung pemadam api media Gas Av 141b.
Tabung pemadam api yang cocok untuk kelas kebakaran ini adalah tabung
pemadam api dengan media Dry chemical powder khusus.
• Penanganan Kebakaran
APAR Jenis Air (Water) adalah Jenis APAR yang disikan oleh Air dengan
tekanan tinggi. APAR Jenis Air ini merupakan jenis APAR yang paling Ekonomis
dan cocok untuk memadamkan api yang dikarenakan oleh bahan-bahan padat
non-logam seperti Kertas, Kain, Karet, Plastik dan lain sebagainya (Kebakaran
Kelas A). Tetapi akan sangat berbahaya jika dipergunakan pada kebakaran yang
dikarenakan Instalasi Listrik yang bertegangan (Kebakaran Kelas C).
APAR Jenis Busa ini adalah Jenis APAR yang terdiri dari bahan kimia yang dapat
membentuk busa. Busa AFFF (Aqueous Film Forming Foam) yang disembur
keluar akan menutupi bahan yang terbakar sehingga Oksigen tidak dapat masuk
untuk proses kebakaran. APAR Jenis Busa AFFF ini efektif untuk memadamkan
api yang ditimbulkan oleh bahan-bahan padat non-logam seperti Kertas, Kain,
Karet dan lain sebagainya (Kebakaran Kelas A) serta kebakaran yang dikarenakan
oleh bahan-bahan cair yang mudah terbakar seperti Minyak, Alkohol, Solvent dan
lain sebagainya (Kebakaran Jenis B).
APAR Jenis Serbuk Kimia atau Dry Chemical Powder Fire Extinguisher terdiri
dari serbuk kering kimia yang merupakan kombinasi dari Mono-amonium dan
ammonium sulphate. Serbuk kering Kimia yang dikeluarkan akan menyelimuti
bahan yang terbakar sehingga memisahkan Oksigen yang merupakan unsur
penting terjadinya kebakaran. APAR Jenis Dry Chemical Powder ini merupakan
Alat pemadam api yang serbaguna karena efektif untuk memadamkan kebakaran
di hampir semua kelas kebakaran seperti Kelas A, B dan C.
APAR Jenis Dry Chemical Powder tidak disarankan untuk digunakan dalam
Industri karena akan mengotori dan merusak peralatan produksi di sekitarnya.
APAR Dry Chemical Powder umumnya digunakan pada mobil.
APAR Jenis Karbon Dioksida (CO2) adalah Jenis APAR yang menggunakan
bahan Karbon Dioksida (Carbon Dioxide / CO2) sebagai bahan pemadamnya.
APAR Karbon Dioksida sangat cocok untuk Kebakaran Kelas B (bahan cair yang
mudah terbakar) dan Kelas C (Instalasi Listrik yang bertegangan).
• Segitiga Api
TEORI API
Definisi Api adalah suatu reaksi kimia (oksidasi) cepat yang terbentuk dari 3
(tiga) unsur yaitu: panas, udara dan bahan bakar yang menimbulkan atau
menghasilkan panas dan cahaya.
SEGITIGA API / FIRE TRIANGLE
Segitiga api adalah elemen-elemen pendukung terjadinya kebakaran adalah panas,
bahan bakar dan oksigen. Namun dengan adanya ketiga elemen tersebut,
kebakaran belum terjadi dan hanya menghasilkan pijar.. Untuk berlangsungnya
suatu pembakaran, diperlukan komponen keempat, yaitu rantai reaksi kimia
(chemical chain reaction). Teori ini dikenal sebagai Piramida Api atau
Tetrahedron. Rantai reaksi kimia adalah peristiwa dimana ketiga elemen yang ada
saling bereaksi secara kimiawi, sehingga yang dihasilkan bukan hanya pijar tetapi
berupa nyala api atau peristiwa pembakaran
Tiga unsur Api.
1. Oksigen
Sumber oksigen adalah dari udara, dimana dibutuhkan paling sedikit sekitar 15% volume
oksigen dalam udara agar terjadi pembakaran. Udara normal di dalam atmosfir kita mengandung
21% volume oksigen. Ada beberapa bahan bakar yang mempunyai cukup banyak kandungan
oksigen yang dapat mendukung terjadinya pembakaran
2. Panas
Sumber panas diperlukan untuk mencapai suhu penyalaan sehingga dapat mendukung terjadinya
kebakaran. Sumber panas antara lain: panas matahari, permukaan yang panas, nyala terbuka,
gesekan, reaksi kimia eksotermis, energi listrik, percikan api listrik, api las / potong, gas yang
dikompresi
3. Bahan bakar
Bahan bakar adalah semua benda yang dapat mendukung terjadinya pembakaran. Ada tiga wujud
bahan bakar, yaitu padat, cair dan gas. Untuk benda padat dan cair dibutuhkan panas
pendahuluan untuk mengubah seluruh atau sebagian darinya, ke bentuk gas agar dapat
mendukung terjadinya pembakaran.
a) Benda Padat
Bahan bakar padat yang terbakar akan meninggalkan sisa berupa abu atau arang setelah selesai
terbakar. Contohnya: kayu, batu bara, plastik, gula, lemak, kertas, kulit dan lain-lainnya.
b) Benda Cair
Bahan bakar cair contohnya: bensin, cat, minyak tanah, pernis, turpentine, lacquer, alkohol, olive
oil, dan lainnya.
c) Benda Gas
Bahan bakar gas contohnya: gas alam, asetilen, propan, karbon monoksida, butan, dan lain-
lainnya.
Dalam proses kebakaran terjadi rantai reaksi kimia, dimana setelah terjadi proses difusi antara
oksigen dan uap bahan bakar, dilanjutkan dengan terjadinya penyalaan dan terus dipertahankan
sebagai suatu reaksi kimia berantai, sehingga terjadi kebakaran yang berkelanjutan.
Flammable Range: adalah batas antara maksimum dan minimum konsentrasi campuran uap
bahan bakar dan udara normal, yang dapat menyala/ meledak setiap saat bila diberi sumber
panas. Di luar batas ini tidak akan terjadi kebakaran.
a) LEL / LFL (Low Explosive Limit/ Low Flammable Limit): adalah batas minimum dari
konsentrasi campuran uap bahan bakar dan udara yang akan menyala atau meledak, bila diberi
sumber nyala yang cukup. Kondisi ini disebut terlalu miskin kandungan uap bahan bakarnya (too
lean).
b) UEL / UFL (Upper Explosive Limit/ Upper Flammable Limit): adalah batas maksimum dari
konsentrasi campuran uap bahan bakar dan udara, yang akan menyala atau meledak, bila diberi
sumber nyala yang cukup. Kondisi ini disebut terlalu kaya kandungan uap bahan bakarnya (too
rich).
• Perapian
• PPGD, MFR
Kita tidak dapat selalu mengandalkan layanan ambulan atau para medik segera
tiba dilokasi kejadian
Pelaporan berisi :
- Nama Pelapor
- Lokasi Kejadian
Prinsip Utama
Prinsip utama PPGD adalah menyelamatkan pasien dari kematian pada kondisi
gawat darurat. Kemudian filosofi dalam PPGD adalah ”Time Saving is Life
Saving”, dalam artian bahwa seluruh tindakan yang dilakukan pada saat kondisi
gawat darurat haruslah benar-benar efektif dan efisien, karena pada kondisi
tersebut pasien dapat kehilangan nyawa dalam hitungan menit saja (henti nafas 2-
3 menit dapat mengakibatkan kematian)
Langkah-langkah Dasar
Langkah-langkah dasar dalam PPGD dikenal dengan singkatan A-B-C-D (Airway
– Breathing – Circulation – Disability). Keempat poin-poin tersebut adalah poin-
poin yang harus sangat diperhatikan dalam penanggulangan pasien dalam kondisi
gawat Darurat.
P : Pain => cobalah beri rangsang nyeri pada pasien, yang paling mudah adalah
menekan bagian putih dari kuku tangan (di pangkal kuku, selain itu
dapat juga dengan menekan bagian tengah tulang dada (sternum)
dan juga areal di atas mata (supra orbital)
U : Unresponsive => setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien masih tidak
bereaksi maka pasien berada dalam keadaan
unresponsive
5. Call for Help, mintalah bantuan kepada masyarakat di sekitar untuk menelepon
ambulans dengan memberitahukan :
jumlah korban
Bebaskan korban dari pakaian di daerah dada (buka kancing baju bagian atas
korban)
posisikan diri di sebelah korban, usahakan posisi kaki yang mendekati kepala
sejajar dengan bahu pasien
9. tanda-tanda cedera pada bagian leher sangat berbahaya karena pada bagian ini
terdapat syaraf-syaraf yang mengatur fungsi vital manusia (pernapasan, denyut
jantung)
a. jika tidak ada tanda-tanda tersebut maka lakukanlah Head Tilt and Chin Lift
Chin Lift
dilakukan dengan cara menggunakan dua jari lalu mengangkat tulang dagu
(bagian dagu yang keras) ke atas. Ini disertai dengan melakukan Head Tilt yaitu
menahan kepala dan mempertahankan posisinya. Hal ini dilakukan untuk
membenaskan jalan napas korban.
b. jika ada tanda-tanda tersebut, maka beralihlah ke bagian atas pasien, jepit
kepala pasien dengan paha, usahakan agar kepalanya tidak bergerak-gerak lagi
(imobilisasi) dan lakukanlah Jaw Thrust
gerakan ini dilakukan untuk menghindari adanya cedera lebih lanjut pada tulang
belakang bagian leher korban
10. sambil melakukan a atau b diatas, lakukanlah pemeriksaan kondisi Airway
(jalan napas) dan Breathing (Pernapasan) korban.
Look : Lihat apakah ada gerakan dada (gerakan bernapas), apakah gerakan
tersebut simetris ?
Listen : Dengarkan apakah ada suara nafas normal, dan apakah ada suara nafas
tambahan yang abnormal (bisa timbul karena ada hambatan sebagian)
Gargling : suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada kebuntuan
yang disebabkan oleh cairan (contoh darah), maka lakukan cross-finger, lalu
lakukanlah finger-sweep (gunakan 2 jari yang telah dibalut dengan kain untuk
”menyapu” rongga mulut dari cairan-cairan)
Jika suara nafas tidak terdengar karena ada hambatan total pada jalannya nafas
maka dapat dilakukan :
Black Bow sebanyak 5 kali, yaitu dengan memukul menggunakan telapak
tangan daerah antara tulang scapula di punggung
Chest Thrust, dilakukan pada ibu hamil, bayi atau obesitas dengan cara
memposisikan diri seperti gambar lalu mendorong tangan kearah dalam atas.
Feel : Rasakan dengan pipi apakah ada hawa nafas dari korban.
12. jika ternyata pasien masih bernapas, maka hitunglah berapa frekuensi
pernapasan korban dalam 1 menit (normalnya 12-20 kali permenit)
13. jika frekuensi nafas normal, pantau terus kondisi korban dengan tetap
melakukan Look Listen and Feel.
15. jika korban mengalami henti nafas berikan nafas buatan (detail tentang nafas
buatan dibawah)
16. setelah diberikan nafas buatan maka lakukan pengecekan nadi carotis yang
terletak di leher, ceklah dengan 2 jari, letakkan jari di tonjolan di tengah
tenggorokan, lalu gerakanlah jari ke samping sampai terhambat oleh otot leher
(sternocleidomastoideus), rasakan denyut nadi carotis selama 10 detik.
17. jika tidak ada denyut nadi lakukanlah Pijat Jantung, diikuti dengan nafas
buatan, ulang sampai 6 kali siklus pijat jantung-napas buatan yang diakhiri
dengan pijat jantung
18. cek lagi nadi karotis selama 10 detik, jika teraba lakukan Look Listen and Feel
(kembali ke poin 11) lagi. Jika tidak teraba ulangi poin nomor 17.
Capilarry Refill Time > 2 detik (CRT dapat diperiksa dengan cara menekan
ujung kuku pasien dengan kuku pemeriksa selama 5 detik, lalu lepaskan, cek
berapa lama waktu yang dibutuhkan agar warna ujung kuku merah lagi)
21. jika korban shock, lakukan Shock Position pada pasienm yaitu dengan
mengangkat kaki korban setinggi 45 derajat dengan harapan sirkulasi darah akan
lebih banyak ke jantung.
22. pertahankan posisi shock sampai bantuan datang atau tanda-tanda shock
menghilang
23. jika ada pendarahan pada korban, cobalah menghentikan pendarahan dengan
menekan atau membebat luka (membebat jangan terlalu erat karena dapat
menyebabkan jaringan yang dibebat mati)
24. setelah kondisi pasien stabil, tetap monitor selalu kondisi korban dengan Look
Listen and Feel, karena korban sewaktu-waktu dapat memburuk secara tiba-tiba
Nafas Bantuan
Nafas Bantuan adalah nafas yang diberikan kepada pasien untuk menormalkan
frekuensi nafas pasien yang di bawah normal. Misal frekuensi napas : 6 kali per
menit, maka harus diberi nafas bantuan di sela setiap nafas spontan dia sehingga
total nafas permenitnya menjadi normal (12 kali).
Prosedurnya :
3. sambil tetap melakukan Chin lift, gunakan tangan yang digunakan untuk Head
Tilt untuk menutup hidung pasien (agar udara yang diberikan tidak keluar lewat
hidung)
hembuskanlah nafas satu kali (tanda jika nafas yang diberikan masuk adalah dada korban
mengembang) lepaskan penutup hidung dan jauhkan mulut sesaat untuk membiarkan korban
menghembuskan nafas keluar (ekspirasi) lakukan lagi pemberian nafas sesuai dengan
perhitungan agar nafas kembali normal
Nafas Buatan
Cara melakukan nafas buatan sama dengan nafas bantuan, bedanya nafas buatan diberikan pada
korban yang mengalami henti nafas. Diberikan 2 kali efektif (dada mengembang)
Pijat Jantung
Pijat Jantung adalah usaha untuk ”memaksa” jantung memompakan darah ke seluruh tubuh, pijat
jantung dilakukan pada korban dengan nadi karotis yang tidak teraba. Pijat jantung biasanya
dipasangkan dengan nafas buatan (seperti yang dijelaskan pada alogaritma diatas).
Prosedur Pijat Jantung :
push deep
push hard
push fast
maximum recoil (berikan waktu jantung relaksasi)
minimum interruption (pada saat melakukan prosedur ini penolong tidak boleh
diinterupsi)
Memindahkan Korban
Sebisa mungkin, jangan memindahkan korban yang terluka kecuali ada bahaya api, lalu-lintas,
asap beracun atau hal lain yang membahayakan korban maupun penolong. Sebaiknya berikan
pertolongan pertama di tempat korban berada sambil menunggu bantuan datang. Jika terpaksa
memindahkan korban, perhatikan hal-hal berikut:
1. Apabila korban dicurigai menderita cedera tulang belakang, jangan dipindahkan kecuali
memang benar-benar diperlukan.
2. Tangani korban dengan hati-hati untuk menghindari cedera lebih parah. Pegang korban
erat-erat tapi lembut. Perhatikan bagian kepala, leher dan tulang belakang terutama jika
korban pingsan.
3. Angkat korban secara perlahan-lahan tanpa merenggutnya.
CATATAN PENTING: Menyeret korban dapat dilakukan jika korban pingsan atau luka parah
dan tidak cukup orang yang menolong untuk memindahkan korban. Lihat bagian selanjutnya.
Tentang tandu, Jika tidak ada tandu yang tersedia, gunakan papan meja, pintu atau 2 batang
kayu yang kuat dengan selimut atau kain sarung. Gunakan tandu dengan bagian tengah yang
keras untuk membawa korban yang dicurigai menderita cedera di kepala atau tulang belakang.
Jika tidak ada tandu :
1. Jika kaki korban tidak terluka, membungkuk dan berjongkoklah di kaki korban; pegang
pergelangan kakinya dengan erat; seret korban perlahan-lahan menjauhi dari bahaya.
2. Jika kaki korban terluka, pegang siku atau pergelangan tangan korban dengan erat.
Membungkuk dan seret korban perlahan-lahan. Jangan menyeret korban dengan
memegang pakaiannya
CATATAN PENTING: Ketika Anda menyeret korban, usahakan tubuhkorban tetap rata dengan
tanah.
1. Berdirilah di samping korban; di sisi tubuh yang terluka. Namun, jika tangan atau bahu
yang terluka, berdirilah disisi tubuhyang lain
2. Rangkulkan tangan Anda ke belakang korban dan pegang pinggulnya . Rangkulkan
tangan korban ke pundak Anda dan sanggalah korban dengan bahu Anda. Pegang
tangannya.
3. Pindahkan korban perlahanlahan. Melangkah dengan kaki bagian dalam terlebih dahulu.
1. Menggunakan perban sebelum dibalut Perban bisa digunakan sebagai penutup pelindung
luka sebelum dibalut untuk mengendalikan, menyerap, menghentikan pendarahan,
mengurangi rasa perih, mencegah infeksi dan luka lebih lanjut. Usahakan untuk
menggunakan perban yang steril dan tidak lengket. Jika tidak ada, gunakan kain yang
menyerap, bersih dan tidak lengket, seperti kain katun (sarung, seprai dll) atau pembalut
wanita. Jangan menggunakan kain yang terbuat dari serat langsung pada luka, sebab
seratnya akan menempel.
2. Mengisi bantalan. Bantalan bisa dibuat dari beberapa lapis kain atau perban; diletakkan
diatas perban agar menekan, menambah daya serap cairan serta melindungi luka.
Bantalan dapat mencegah pembalut menyentuh luka jika ada benda atau tulang retak
yang menonjol diluka.
3. Pembalut pembungkus luka Luka perlu dibalut untuk mengendalikan pendarahan.
Mengencangkan perban dan bantalan, dapat mengurangi atau mencegah pembengkakan.
Menyangga kaki atau sendi dapat meredakan nyeri dan mencegah pergeseran pada kaki
atau sendi. Dalam keadaan darurat, bisa menggunakan kain, sarung bantal atau kain
bersih untuk membalut. Jangan membalut terlalu ketat. Pembengkakan, pucat atau biru
pada jari tangan dan kaki, juga rasa kaku, terjepit, nyeri dan nadi tidak lancar di bagian
bawah perban menandakan bahwa pembalut harus dilonggarkan.
4. Penggunaan belat atau bidai. Belat atau bidai digunakan untuk melindungi luka agar tidak
bertambah parah. Belat atau bidai juga digunakan sebagai penopang atau pencegah
bagian badan yang retak dari gerakan sembari menunggu bantuan medis datang.
5. Cara membuat penyangga. Penyangga digunakan jika tempurung lutut, lengan atas,
lengan bawah, pergelangan atau jari mengalami retak. Dalam keadaan darurat, Anda
dapat menggunakan payung yang dilipat, koran yang digulung atau bahan seperti tongkat
yang keras. Bahkan kaki yang tidak luka pun dapat digunakan sebagai penyangga .Ikat
erat kaki yang terluka dengan kaki yang tidak luka. Usahakan bagian yang terluka tidak
bergeser saat memasang penyangga. Penyangga harus cukup panjang sampai kedua
ujungnya menjangkau bagian yang retak. Periksa pengikat penyangga setiap 15 menit
untuk memastikan bahwa sirkulasi darah tidak terganggu.
Pendarahan
Pendarahan berat maupun ringan jika tidak segera dirawat bisa berakibat fatal. Bila pendarahan
terjadi, penting bagi penolong untuk menghentikannya secepat mungkin. Ada dua jenis
pendarahan; pendarahan luar (pendarahan dari luka) dan pendarahan dalam (pendarahan di
dalam tubuh). Pendarahan dalam lebih berbahaya dan lebih sulit untuk diketahui daripada
pendarahan luar. Oleh karena itu tanda-tanda berikut harus diperhatikan.
1. Baringkan korban dalam posisi pemulihan, kecuali bila ada luka di dada.
2. Periksa apakah luka berisi benda asing atau tulang yang menonjol. Jika ada, jangan
sentuh luka; gunakanlah bantalan pengikat. Untuk keterangan lebih lanjut lihat bagian
sebelumnya, “Merawat luka”.
3. Jika luka tidak disertai tulang yang menonjol, segera tekan bagian tubuh yang terluka.
Jika tidak ada pembalut yang steril, gunakan gumpalan kain atau baju bersih atau tangan
untuk mengontrol pendarahan sampai menemukan pembalut dan bantalan yang steril.
Jika korban dapat menekan sendiri, suruh korban menekan lukanya, untuk mengurangi
risiko infeksi silang.
4. Balut luka dengan erat.
5. Angkat bagian tubuh yang terluka, lebih tinggi dari posisi jantung korban.
6. Jika darah membasahi pembalut, lepaskanpembalut dan gantilah bantalan. Walaupun
pendarahan telah berhenti, jangan terburuburu melepaskan pembalut, bantalan atau
perban untuk menghindari terjadinya hal yang tak terduga.
7. Jangan memberi makanan atau minuman kepada korban yang mengalami pendarahan.
8. Periksa korban setiap saat kalau-kalau dia mengalami syok (shock).
9. SEGERA cari bantuan medis.
1. Pastikan kondisi tempat memberi pertolongan tidak akan membahayakan penolong dan
korban
2. minimalisasi kontak langsung dengan pasien, dalam memberikan nafas bantuan sedapat
mungkin digunakan sapu tangan atau kain lainnya untuk melindungi penolong dari
penyakit yang mungkin dapat ditularkan oleh korban
3. selalu perhatikan kesehatan diri penolong, sebab pemberian pertolongan pertama adalah
tindakan yang memakan energi. Jika dilakukan dengan kondisi tidak fit, justru akan
membahayakan penolong sendiri.
Penentuan target dengan metode ini akan membuat penyelesaian target menjadi sesuai dengan
lima aspek yang ada di dalam metode SMART. Apa sajakah itu?
1. Specific (Spesifik)
Target proyek anda haruslah spesifik dan jelas, agar tidak cepat kehilangan fokus dalam usaha
meraihnya. Seperti kata Jack Canfield, penulis Chicken Soup for The Soul, yang mengatakan
bahwa penentuan target yang tidak jelas akan membuahkan hasil yang tidak jelas. Pastikan target
anda menjawab pertanyaan 5W berikut ini:
2. Measurable (Terukur)
Usaha dalam mencapai target juga membutuhkan sesuatu yang terukur. Seberapa besar
perkembangan proyek anda yang ingin dicapai. Pencapaian yang terukur dapat membuat anda
menjadi lebih termotivasi untuk mencapai target yang diinginkan. Contoh target yang terukur
adalah anda ingin menyelesaikan setidaknya lima task per harinya dalam melaksanakan proyek.
Pastikan target yang anda inginkan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
Selain membutuhkan sesuatu yang dapat terukur, target yang dicapai tentunya harus realitis alias
bisa dicapai. Anda boleh menentukan target setinggi mungkin, namun pastikan anda tetap bisa
meraihnya. Supaya anda bisa menentukan target serealistis mungkin, setidaknya target anda bisa
menjawab pertanyaan-pertanyaan ini:
Pernahkah anda berpikir apakah anda sudah tepat untuk belajar kemampuan tertentu dalam
rangka penyelesaian proyek? Jika iya, kemungkinan anda sudah menerapkan aspek Relevant
dalam penentuan target anda. Anda perlu menentukan hal-hal yang relevan dengan target anda.
Hal-hal yang dipikirkan dalam mendukung target anda bisa dalam bentuk usaha, contohnya
pelatihan Manajemen Proyek dalam mendukung kemampuan anda dalam menjalani proyek.
Waktu juga merupakan hal yang patut diperhitungkan, misalkan apakah anda sudah mengikuti
pelatihan tersebut di waktu yang tepat atau tidak. Selain bentuk usaha dan waktu, pastikan anda
juga memikirkan relevansi target dengan pertanyaan ini. Apabila jawabannya iya, bisa dipastikan
bahwa target anda sudah relevan. Pertanyaan itu adalah:
Apakah anda (atau orang lain yang diminta) adalah orang yang tepat dalam
menyelesaikan target tersebut?
Apakah usaha yang anda lakukan dalam mencapai target dapat diaplikasikan pada
lingkungan sosial-ekonomi saat ini?
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, waktu adalah hal penting yang harus dipikirkan. Tanpa
adanya waktu, proyek tidak akan selesai. Oleh karena itu, Project Management menempatkan
waktu sebagai tiga kendala utama bersama lingkup (scope) dan anggaran (budget). Aspek ini
memperhatikan rentang waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan proyek. Selain
memperhatikan rentang waktu, anda juga harus memikirkan apa yang anda dapat lakukan dari
rentang waktu yang sudah ditentukan tersebut.
• Water Rescue
• Teknik Penyelamatan
a Buat posisi seaman mungkin di tepi air dan masukan salah satu kaki
2 Step in; dapat digunakan jika air jernih, kedalaman diketahui, dan tidak ada
yang membahayakan dalam air,
c Ketika telah masuk di air, pastikan lutu dan kaki menekuk/fleksi atau
menyentuh bokong
3 Compact jump; digunakan untuk mencapai kedalaman lebih dari satu meter
d Setelah di dalam air, pengereman dapat dilakukan dengan tangan atau kaki
4 Straddle entry; untuk masuk ke air yang dalam dari ketinggian yang rendah
dan dapat melihat korban, tidak digunakan pada ketinggian diatas satu meter atau
perairan dangkal
b Lakukan loncatan dengan satu kaki lurus dan lainya sedikit menekuk
e Setelah di air, tekan tangan kebawah dan kaki seperti gunting, jaga agar
kepala tetap diatas
5 Shallow dive; diguakan pada air jernih, keadaan dibawah air dapat dilihat dan
kedalamannya diketahui
1 Korban panik
Keadaan korban:
Penyelamatan:
b Tidak kooperatif
Keadaan korban:
Penyelamatan:
a Masih kooperatif
4 Korban terluka
Keadaan korban:
Penyelamatan:
5 Korban pasif
Keadaan korban:
a Posisi tengkurap,
c tidak kooperatif,
Prioritas:
Kontak dengan korban merupakan pilihan terakhir jika tidak ada alternative
lain
Pastikan kaki yang melangkah lebih dulu mendapati pijakan yang baik sebelum
kaki yang satunya menginjak
Pada sungai berarus deras dan dalam, sangat menolong jika pinggang membentuk
sudut 45o dengan arah arus
Jangan menyebrang dengan cara melompat dari satu batu ke batu yang lain karena
resiko tergelincir sangat besar
Ransel ditempatkan setinggi-tingginya di punggung
1. Perahu karet; perahu yang terbentuk dari tabung udara terbuat dari
karet. Dalm tabung terdapat sekat-sekatyang berbentuk sel,
sehingga bila ada bagian yang bocor bagian yang lain tidak ikut
bocor. Jenis ini dibagi menjadi dua tipe: LCR yang mempunyai
bentuk seperti tapak kuda dan river boat yang dapat digunkan pada
arus deras,
Cataraft; perahu yang terbuat dari lebih dari satu tabung karet berisi udara,
disatukan dengan frame kayu dan aluminium
Inflatable; perahu rakit yang dapat di pompa, dapat digunakan dengan tenaga
manusia atau dengan tenaga mesin, digunakan untuk perairan laut atau danau.
• Peralatan rescue
• Perahu; harus tahan dari benturan dan abrasi serta mudah dikendalikan
• Pompa; berfungsi untuk memasukan udara kedalam perahu
• Repair kit; terdiri dari lem, benag, nylon, jarum jahit, dan bahan penambal
• Tali penyelamat; berfungsi untuk menolong anggota tim yang terjatuh ke sungai
dan dapat berguna juga dalam linning saat scouting. Tali terbuat dari bahan nylon dengan
warna mencolok agar mudah terlihar, dam mempunyai daya apung tinggi
• Kamtung kedp air; kantong ini berfungsi untuk menyimpan kamera, obat-obatan,
makanan, dan benda-benda lain agar tidak basah,
• Carabiner; berguna untuk menghubungkan satu alat dengan alat lainya
• Dayung;berguna dalam manuver, mengatur gerakan perahu dan menambah serta
mengurangi keceparan perahu
• Helm
• Jaket/pelampung; untuk mengapungkan tubuh dan melindungi bagian tubuh
penting dari benturan keras
• P3K; obat-obatan dan perlengkapan perawatan harus disesuaikan dengan medan
• Peluit; sebagai alat komunikasi, dengan menggunakan kode
• Rescue sled inflatable rescue litter; untuk mengevakuasi korban
• Flotation collar; alat tambahan yang digunakan untuk evakuasi korban dengan
basket stretcher agar dapat mengapung
• Ring buoy; alat yang digunakan untuk penyelamatan korban tenggelam yang
penggunaannya dengan cara dilemparkan kearah korban
• Peralatan selam
• Sea view underwater viewer; alat untuk melihat keadaan bawah air
• Personal Flotation Device (PFD)
• Adalah jaket pelampung yang merupakan perlengkapan utama yang harus
digunakan oleh penolong di air. Ada dua tipe PFD, yaitu:
• Pelampung udara; memiliki daya apung tinggi namun tidak tahan benturan
• Pelampung padat; tahan benturan namun bila lama terendam air daya apungnya
berkurang.
• Kode penyelamatan
• Perbaikan Alat
• Alat alat utama untuk perbaikan alat pergerakan
• Vertical Rescue
Vertical Rescue sendiri adalah bagian dari operasi SAR yang dilibatkan pada saat
Evakuasi (pemindahan korban) pada Medan Khusu vertical/terjal baik basah
maupun kering. Jadi dapat disimpulkan bahwa Vertical Rescue adalah Teknik
Evakuasi (memindahkan ke lokasi yang lebih aman) obyek (baik barang maupun
manusi/korban) dari titik rendah ke titik yang lebih tinggi atau sebaliknya, pada
medan yang curam/vertical baik kering maupun basah. Aplikasi Vertical Rescue
selain digunakan dalam Rock Climbing dan Caving, juga digunakan oleh para
pekerja tambang, pekerja ketinggian, pemadam kebakaran dan pastinya digunakan
oleh kalangan Militer untuk kebutuhan-kebutuhan taktis
• Peralatan Rescue
• Teknik Evakuasi
Teknik Penjangkauan:
LEADING (Perintisan)
ABSEILING (Rapelling/Descending)
Teknik ini digunakan jika posisi obyek/korban berada dibawah posisi tim
evakuasi, misalnya jika obyek/korban berada di dalam jurang, lubang dll. Tim
Evakuasi akan menjangkaunya dengan cara descending atau ada yang
menyebutnya dengan rapelling.
Lowering adalah kebalikan dari Hauling. Teknik ini dilakukan dengan cara
menurunkan Obyek/Korban ke titik/tempat yang lebih rendah di bawahnya. sama
seperti Hauling, dalam teknik Lowering Obyek/korban dapat diturunkan dengan
atau tanpa menggunakan Stretcher (tandu).
ANCHORING
Tripod : Tiang berkaki tiga yang digunakan untuk mengangkat sistem dan juga digunakan untuk
melakukan evakuasi dari dalam lubang
Quick Release : Alat bantu untuk mempermudah proses melepas obyek/korban dari lintasan
dalam keadaan tebebani
Swivel : Alat yang digunakan untuk mengurangi putaran pada lintasan utama yang digunakan
terutama pada evakuasi dengan Helikopter.
Dead Man, Dead Boy, Ice Picket, Bollard : Anchoring yang digunakan pada media lunak
seperti pasir, tanah, lumpur, permukaan es/salju
Rotary Hammer Drill : Bor tangan yang menggunakan Battery untuk mempercepat proses
pemasangan Rock Bolt. alat ini juga bisa digunakan untuk membobol permukaan tembok/beton
Pulley : alat ini sama fungsinya dengan katrol, dan digunakan dalam Hauling System dan juga
digunakan dalam Suspension
Demikian gambaran secara garis besar dalam Vertical Rescue. Untuk mengetahui lebih jauh lagi
seperti apa Vertical Rescue dan sejauh mana materi yang harus dikuasai baik secara teori
maupun praktek di lapangan dalam Vertical Rescue