Anda di halaman 1dari 4

Letak dan Luas

Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) secara geografis terletak antara 6o54’23”
6o55’35” LS dan 106o48’27”-106o50’29” BT dan secara administratif terletak dalam wilayah
Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi. Sedangkan secara administratif kehutanan
termasuk dalam wilayah BKPH Gede Barat, KPH Sukabumi, Perum Perhutani Unit III Jawa
Barat dan Banten. Luas wilayah hutan 359 ha. HPGW terdiri dari tiga blok yaitu Blok Timur
(Cikatomas) seluas 120 ha, Blok Barat (Cimenyan) seluas 125 ha, dan Blok tengah
(Tangkalak) seluas 114 ha. Batas kawasan HPGW adalah :
 Utara : Desa Batununggul dan Desa Sekarwangi
 Timur : Desa Cicantayan dan Cijati
 Selatan : Desa Hegarmanah
 Barat : Desa Heg armanah

Kondisi Fisik

 Topografi

HPGW terletak pada ketinggian 460-726 m dpl. Gunung Walat merupakan sebagian dari
pegunungan yang berderet dari timur ke barat. Bagian selatan merupakan daerah yang
bergelombang mengikuti punggung-punggung bukit yang memanjang dan melandai daru
utara ke selatan. Topografi bervariasi dari landai sampai bergelombang terutama di bagian
selatan, sedangkan ke bagian utara mempunyai topografi yang semakin curam.

Landform berbentuk bukit atau gunung yang memanjang ke arah 280 NE. Sukabumi ke arah
utara terdapat landform :

1. Landform Volkanik (puncak Gunung Gede-Pangrango) yang sudah kontak dengan


sedimen.

2. landform bertabrakan dengan sedimen tersier dan volkanik (lereng curam merupakan
lereng kaki volkan gunung gede, yang atas kerucut volkanik, lereng tengah, lereng
bawah)

 Hidrologi

HPGW memiliki 7 sungai kecil yag terairi sepanjang tahun. Aliran air sungai ini mengalir ke
bagian selatan dan digunakan oleh masyarakat sekitar.

Pola pengaliran Lereng Gunung Gede adalah Paralel tetapi secara regional bentuknya radial
namun karena jumlahnya sedikit, maka disebut pengaliran paralel.
Kemudian terdapat pola pengaliran Dendrito-Paralel, mulai dari Lereng Pangrango dan
berumur sudah lebih tua dan berkembang. Detail pola aliran Gunung Walat ialah sungai-
sungai yang mengarah lereng ke Utara memiliki bentuk relatif pendek sedangkan yang
mengarah ke Selatan memiliki bentuk relatif panjang. Dapat disimpulkan bentuk gunung
tidak simetris karena panjang aliran ke Utara dan Selatan berbeda.

 Geologi

Prayitno (1965) dalam Marwitha (1997) menyatakan bahwa kandungan batu alam di Gunung
Walat terdiri dan batuan sedimen vulkanik berwarna hijau semu abu-abu, yang membentuk
tiga seri lapisan yang sangat tebal. Tebal tiap lapisan berkisar antara beberapa cm sampai ± 35
cm. Hasil pemetaan Musper (1939) dalam Prayitno (1965) dalam Marwitha (1997)
menunjukkan bahwa Gunung Walat terdiri dari lapisan-lapisan tufadasit yang pada horizon
tertentu diselingi dengan batu tufa andesit, yang merupakan bagian dan formasi ‘breksi tua’
yang berumur Miosin. Keadaan Gunung Walat merupakan pulau Miosin di tengah-tengah
formasi batuan vulkanik kwarter yag berasal dan Gunung Salak dan Gunung Gede.

Menurut Peta Geologi Lembar Bogor-Jawa (1974), Gunung Walat dan sekìtarnya dibangun
oleh batuan sedimen tersier bawah (oligosen) yang disebut Formasi Walat. Formasi Walat
terutama disusun oleh batu pasir kwarsa yang berlapisan silang, konglomerat kerakal kwarsa,
lempung karbon, lignit dan lapisan arang tipis. Makin ke atas ukuran butiran bertambah dan
tersingkap di Gunung Walat (dekat Cibadak) serta daerah sekitarnya. Pasir dari formasi ini
dapat digunakan untuk pembuatan gelas, dan diperkirakan tebalnya antara 1.000 sampai
1.373 meter (Musper, 1939 dalam Effendi, 1974 dalam Marwitha, 1997).

Menurut Effendi et.al (1998) dalam Praptisih et.al 2009 secara stratigrafis, batuan tertua di
daerah Sukabumi adalah Formasi Walat yang disusun oleh batu pasir kuarsa berlapisan
silang, konglomerat kerakal kuarsa, batu lempung karbonan, dan lapisan tipis-tipis batubara;
ke atas ukuran butir bertambah kasar; tersingkap di Gunung Walat dan sekitarnya (Gambar 4
dan 5). Umur batuan ini diduga Oligosen Awal. Diatasnya secara selaras diendapkan Formasi
Batuasih yang terutama terdiri atas batu lempung napalan hijau dengan konkresi pirit.
Dibeberapa tempat mengandung banyak fosil foraminifera besar dan kecil yang diduga
berumur Oligosen Akhir. Tebal batuan ini mencapai 200 m, dan tersingkap baik di Kampung
Batuasih. Selanjutnya, diendapkan Formasi Rajamandala yang disusun oleh napal tufan,
lempung napalan, batupasir, dan lensa-lensa batu gamping mengandung fosil Globigerina
oligocaenica, Globigerina praebulloides, Orbulina, Lepidocyclina, dan Spiroclypeus yang
memberikan informasi kisaran umur Oligosen Akhir – Miosen Awal. Formasi ini menindih
secara tak selaras Formasi Batuasih dengan tebal sekitar 1.100 m. Anggota Batugamping
Formasi Rajamandala yang terdiri atas batu gamping terumbu koral dengan sejumlah fosil
Lithothamnium, Lepidocyclina sumatrensis, dan Lepidocyclina (Eulepidina) ephippiodes,
biasanya terdolomitkan. Diatasnya diendapkan Formasi Halang yang terdiri atas Anggota Tuf
berupa batu pasir tuf dasitan, tuf andesit, dan Anggota Breksi berupa breksi andesit/dasit
tufan, batu gamping, dan batu lempung napalan; setempat lapisan batu gamping mengandung
fosil Trillina howchini, Lepidocyclina brouweri, dan Globorotalia mayeri, yang memberikan
indikasi umur Miosen Awal. Anggota ini merupakan bagian paling bawah Formasi Jampang
yang menindih secara selaras Formasi Rajamandala. Selanjutnya, ke arah atas terdapat batuan
Gunung Api Tua yang terdiri atas: (1) Batuan Gunung Api Pangrango, endapan lebih tua,
lahar, dan lava serta basal andesit, dan (2) Breksi Gunung Api, breksi bersusunan andesit –
basal, setempat aglomerat, lapuk.

Salah satu lipatan antiklinnya sangat terkenal, yaitu antiklin Gunung Walat , yang telah
dikunjungi banyak geologist sejak zaman Belanda sebelum abad ke-20 (seperti tercatat dalam
buku klasik geologi Jawa – Geologische Beschrijving van Java en Madoera oleh Verbeek dan
Fennema, 1896) sampai sekarang,

Batupasir Gunung Walat adalah endapan pasir sungai-delta, berasal dari alur sungai yang
mengarah dari utara ke selatan dan menjadi delta di sekitar wilayah Cibadak ini, berumur
Eosen Akhir-Oligosen Awal (sekitar 40-30 juta tahun yang lalu) berdasarkan kandungan fosil-
fosil spora yang hidup saat itu. Batupasir ini juga berselingan dengan batulempung yang
mengandung karbon, juga dengan lapisan-lapisan batubara (lihat foto).

Endapan delta adalah endapan sangat kaya minyak dan gas di seluruh dunia, seperti juga di
lapangan-lapangan minyak/ gas di Kalimantan Timur hasil pengendapan Sungai Mahakam.
Maka batupasir kuarsa Gunung Walat yang kualitasnya baik sekali bisa sebagai reservoir
minyak/gas, dan lapisan lempung berkarbon serta batubaranya bisa sebagai batuan induk
penggenerasi minyak/gas. Dan, lipatan antiklin adalah perangkap minyak/gas yang terkenal
baik.

Batupasir kuarsa, lempung, batubara dan antiklin Gunung Walat adalah indikator-indikator
penting untuk terjadinya lapangan minyak/gas. Tetapi tentu saja di area Gunung Walat di
Cibadak ini tidak ada lapangannya. Singkapan-singkapan di permukaan ini hanyalah kunci
pembuka ke ruangan bawahpermukaan, di situlah tempat lapangan minyak/gas itu berada.

Anda mungkin juga menyukai