Pengertian Perencanaan Dan Perancangan PDF
Pengertian Perencanaan Dan Perancangan PDF
1. Makna Perencanaan
Makna perencanaan dan perancangan merupakan dasar atau landasan
pema-haman pembangunan wilayah dan terapannya. Bahasan ini secara rinci
mencakup pengertian dan unsur-unsur perencanaan, makna perencanaan bagi
masa depan, serta faktor-faktor dan persyaratan rencana.
Titik tolak berpikir perencanaan kedua, adalah suatu pemikiran yang lebih
di-tekankan semata-mata kepada sasaran dan tujuan yang akan dicapai masa
mendatang. Oleh karenanya, di dalam dasar pemikiran perencanaan yang kedua
ini faktor penentu yang sangat penting adalah suatu ideal target yang ingin dicapai
pada masa mendatang. Target ini hanya didasarkan kepada keadaan pada masa
kini, serta proyeksi untuk meningkatkan kepada keadaan sekarang ke keadaan
yang lebih baik, dan sedikit sekali, atau bahkan tidak memperhatikan
kecenderungan apa yang terjadi pada masa lampau (Gambar A.3).
Gambar A5. Kemungkinan Target Tidak Tercapai Pada Waktu Yang Ditentukan
Berdasailcan strategi baru tersebut kemudian ditentukan apakah target
yang direncanakan untuk tahun T2 masih rdevan dengan kebutuhan untuk
diteruskan ke target yang lebih tinggi atau lebih rendah.
1) tuang dalam arti luas yang akan menghasilkan suatu susunan tata guna
lahan yang sesuai dengan kegiatan masyarakat yang akan
dikembangkan;
2) kebutuhan ruang secara khusus yang diwujudkan dalam bentuk bangunan
bangunan umum, bangunan perumahan, pertamanan, bangunan pabrik,
bangunan kegiatan kebudayaan, pendidikan, kesehatan, terminal, dan
lainnya;
3) kebutuhan jaringan jalan dan utih'tas umum seperti: air minum, drainase,
pembuangan, telkom dan lain-lain.
Di dalam lingkup yang lebih khusus perwujudan perencanaan fisik ini dapat
diartikan pula sebagai suatu perencanaan tata ruang (spatial planning). Secara
dia-gramatis hubungan antara aspek nonfisik dengan perencanaan fisik dapat
digambar-kan sebagai berikut (Gambar A7.). Sebagai contoh, dikemukakan
beberapa proyek pembangunan fisik yang merupakan perwujudan nyata dari
pembangunan segi-segj nonfisik, yaitu pembangunan sosial, sosial budaya, dan
ekonomi.
Tujuan
Analisis A Perencanaan B
Saling Wilayah Fungsional Wilayah
Ketergantungan Wilayah Nodal Perencanaan
Kriteria (1) Wilayah Terpolarisasi
Kesamaan Wilayah Seragam Daerah Program
(2) Wilayah Formal Proyek
Wilayah Homogin
Wilayah mintakat
3) Rencana wilayah yang berasal dari tujuan-tujuan awal atau titik-titik mula
tertentu. Dalam perencanaan regional untuk wilayah fungsional dan wilayah
pemusatan, dapat diperhatikan berbagai jenis komponen wilayah. 'Rencana
wilayah yang ber-orientasi perkotaan ataupun desa kota', rencana tersebut
terpusat pada salah satu atau lebih dari kota-kota penting dalam wilayah
tersebut. Dalam hal ini peencana-an fisik kota didasarkan pada penilaian
pembangunan yang akan berlangsung dalam wilayah yang dilayani oleh kota
tersebut Rencana tersebut adapat berhasfl jika terdukung oleh suatu rencana
wilayah yang menyeluruh, meliputi pembangunan non perkotaan. 'Rencana
wilayah yang berorientasi perdesaan', terpusat pada sektor pertanian dan
kawasan-kawasan tersebut dapat menetapkan pembangunan yang hams
dflakukan dalam pusat-pusat perkotaan, tetapi tidak dapat di-rinci secara tehti
dan tuntas sampai pada program-program tindakan. 'Rencana wilayah yang
berorientasi pada perdesaan dan perkotaan', menyusun dan menyi-apkan
program-program tindakan secara rinci untuk keduanya.
4) Rencana wikyah yang berasal dari tingkat-tingkat elaborasi atau ketelitian
kerja tertentu. Rencana wilayah dapat disusun dan disiapkaii sesuai dengan
tingkat-tingkat rincian tertentu, terutama jika perencanaan regional baru
diperkenalkan dalam suatu Negara
- Rencana berupa bagan dapat berupa suatu telaah yang teliti dari rencana
wilayah permulaan. Rencana tersebut harus membuat bagan mengenai
program-program tindakan utama dan proyek-proyek yang potensial, dan
menguraikan struktur wilayah tersebut pada akhir periode perencanaan yang
bersangkutan, apabila tujuan-tujuan telah tercapai. Rencana semacam ini
dapat disusun oleh suatu kelompok yang terdiri dari 5 -10 orang ahli dalam
waktu 3-6 bulan.
Dua persyaratan utama pada semua jenis rencana wilayah di atas adalah
harus komprehensif dan terpadu. Rencana komprehensif mencakup rencana
ekonomi dan sosial, sedangkan rencana terpadu haras sesuai dengan kerangka
dasar rencana lain yang diberikan oleh pemerintah. Artinya, sesudah rencana
disesuaikan secara menyeluruh, maka tujuan-tujuan rencana wilayah dan
tujuan-tujuan rencana nasional dan sektoral bersesuaian satu sama lain, dan
rencana-rencana lokal sesuai dengan kerangka dasar rencana regional.
Perencanaan wilayah dilaksanakan secara bertahap; pada hakekatnya
berlangsung apabila anggaran-anggaran tahunan pada tingkat nasional, regional,
dan lokal sudah ditetapkan, agar dipadukan menjadi suatu kerangka dasar umum
yang berasal dari perencanaan jangka panjang terpadu dan komprehensif.
Kerangka dasar ini harus disesuaikan secara teratur sebagai suatu konsekuensi
logis dari perencanaan bertahap.
Tugas:
1) Baca buku Konsepsi Wilayah dan Prinsip Pewilayahan, Pengarang Hadi
Sabari Yunus, 1991.
2) Susun makalah ringkas dari bagian The Place of Regional Planning in the
Process of Planned Development, hal 6 — 29, pada buku Framework for
Regional Planning in Developing Countries, by J. M. Van Staveren and D. B.
W. M. Van Dusseldorp, 1993
6. Wawasan Tata Ruang dan Perencanaan Pengembangan
Tata Ruang mempunyai kaitan pengertian dengan kata spatial dalam bahasa
Inggris. Tata Ruang diartikan sebagai segala sesuatu yang mempunyai kaitan
dengan keruangan – spasial
Amos Rapoport menekankan pengertian spatial ini atau Tata Ruang sebagai hal
yang berkaitan dengan perencanaan dan perancangan ruang, wawasan Tata
Ruang terkak dengan suatu penataan segala sesuatu yang berada di dalam ruang
sebagai wadah penyelenggaraan kehidupan.
Larry Wetzling, lebih jauh memberikan arti Tata Ruang sebagai sesuatu yang
berups hasil perencanaan fisik. la menekankan bahwa di dalam Tata Ruang
terdapat suatu distribusi atau pengagihan dari tindakan manusia dan kegiatannya
untuk mencapai tujuan sebagaimana yang dirumuskan sebelumnya. Tata Ruang
dalam hal ini menunri Westzling merupakan penjabaran dari suatu produk
perencanaan fisik ruang apakah im ruang terbatas maupun ruang tak terbatas.
Di Indonesia wawasan tentang Tata Ruang ini sudah sejak lama dikembangkan.
Dari berbagai forum dapat dikemukakan beberapa wawasan dan pengertian
umumnya mengatakan bahwa Tata Ruang merupakan penataan pada suatu
lokasi untuk menempatkan benda benda, kegiatan yang di dalamnya dapat
berubah dan berkembangJadi dalam hal ini Tata Ruang dapat diartikan sebagai
penataan bagiaia bagian ruang yang disediakan untuk digunakan sebagai tempat
benda benda, kegiatan dan perubahan. Kalau yang di tata itu penggunaan ruang
bumi , maka hasilnya dapai dikatakan sebagai suatu tata guna bumi. Kalau yang
ditata itu penggunaan ruang yang berisi air maka hasilnya dikatakan sebagai tata
guna ar dan kalau yang ditata itu ruang angkasa maka hasilnya dikatakan sebagai
tata guna angkasa. Kalau yang ditata ira merupakan gabungan dari bumi, air dan
angkasa maka maka tata guna ruangnya disebut sebagai Tata Ruang atau Spatial
Planning.
Pandangan lain adalah dari bidang penataan dan pemanfaatan lahan, yang
menekankan bahwa penataan ruang (Spatial Planning) baru bisa nyata kalau telah
ada tanah yang diperuntukan untuk penggunaan tertentu serta dikuasai oleh calon
pengguna tanah in: misalnya untuk suatu proyek pembangunan tertentu. Jadi
dalam hal ini ruang mempunyai arti sebagai tanah di permukaan bumi. Dengan
anggapan tanah sebagai genus dan tanah sebagai species maka yang bisa ditata
adalah tanah dan bukan ruang.
Pada Undang Undang No.24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, Tata Ruang
diartikan sebagai suatu wujud struktural pemanfaatan ruang suatu wilayah baik
direncanakan ataupun tidak direncanakan (terjadi secara alami). Penataan Ruang
(Spatian Planning) adalah perencanaan , pemanfatan dan pengendalian ruang.
Sedangkan Rencana Tata Ruang (Spatial Plan) disrtikan sebagai basil
perencanaan Tata Ruang, berupa arahan kebijaksanaan dan memperuntukan
(alokasi, pengagihan) pemanfaatan ruang yang secara struktural menggambarkan
ikatan fungsi lokasi yang terpadu bagi berbagai kegiatan kehidupan. Sektor sektor
lainnya seperti pertambangan, kehutanan , perkebunan, perhubungan, pertanian
dan lain lain juga mempunyai wawasan Tata Ruang yang spesifik sesuai dengan
ruang lingkup sektor yang akan ditata dalam pemanfaatan ruang untuk
kepentingan tertentu tersebut.
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa ruang dalam arti segala
sesuatu yang berkaitan dengan wawasan ruang di bumi(jagad raya) adalah
semua bagian bumi yang dimulai dari titik pusat bumi, yang mengandung berbagai
sumber daya alam kebumian termasuk potensi bencana alam, mineral air dll
sampai ke bagian permukaan bumi dengan berbagai potensi dan keterbatasan
(limitasi) nya sampai ke bagian di atas permukaan bumi yaitu angkasasampai ke
batas atmosfer bumi dengan berbagai potensi dan permasalahannya.
Tata Ruang atau Spatial adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang
pada berbagai hirarki (jenjang) wilayah (nasional, wilayah, lokal).
Penataan Ruang atau Spatial Planning adalah proses perencanaan ,
pemanfaatan dan pengendalian pelaksanaan rencana Tata Ruang yang
berencana, terarah, terpadu dan berkesinambungan dalam memenuhi kebutuhan
pemanfaatan ruang uang meningkat dan berkembang terus dari masa ke masa.
Rencana Tata Ruang (Spatial Plan) adalah produk perencanaan penataan ruang
yang merupakan arahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang secara terpadu untuk
berbagai kebutuhan.
"penataan ruang yang berazaskan pada (a) pemanfaatan ruang bagi semua
kepentingan secara terpadu, berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras,
seimbang, dan berkelanjutan; dan (b) keterbukaan, persamaan, keadilan, dan
perlindungan hukum".
2) Pemanfaatan Ruang
Arti pemanfaatan ruang adalah rangkaian program kegiatan pembangunan
yang memanfaatkan ruang menurat jangka waktu yang ditetapkan di dalam tata
ruang. Pembiayaan program pemanfaatan ruang merupakan mobilisasi, prioritas,
dan alokasi pendanaan yang diperlukan untuk pelaksanaan pembangunan.
Dalam pelak-sanaannya, pemanfaatan ruang dilakukan dengan cara:
- penyusunan program beserta pembiayaan pembangunannya;
- pemanfaatan ruang didasarkan atas rencana tata ruang.
Penyelengaraan pemanfaatan ruang dilakukan secara bertahap melalui
penyiapan program kegiatan pembangunan yang berkaitan dengan pemanfaatan
ruang yang akan dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat baik secara
sendiri-sendiri maupun secara bersama sesuai dengan rencana tata ruang yang
telah ditetapkan. Disamping itu diselenggarakan melalui tahapan pembangunan
dengan memperhatikan sumber dan mobilisasi dana serta alokasi pembiayaan
program pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang. Proses dan
prosedur pelaksanaan tata ruang akan dilakukan secara hirarkis di tingkat
nasional, propinsi, kabupaten ataupun kota, secara umum melupri hal-hal berikut.
- Prioritas wilayah, program dan pembiayaan pembangunan.
- Kebijakasanaan pola pengelolaan tata guna lahan, tata gunan air, tata guna
udara, tata guna sumberdaya alam lainnya, sesuai dengan azas penataan
ruang, untuk tingkat nasional dan daerah propinsi berupa kebijaksanaan,
sedangkan untuk dae-rah kabupaten maupun kota berupa penguasaan,
penggunaan dan pengendalian ter-hadap tanah, air, dan udara, serta
sumberdaya lainnya.
- Kemampuan aparat pelaksana.
- Partisipasi pemerintah, swasta, dan masyarakat.
- Jangka waktu lima tahun.
3) Pengendalian Ruang
Agar pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang maka
dilakukan pengendalian dengan melalui kegiatan pengawasan dan penertiban
pemanfaatan ruang. Pengawasan tersebut merupakan usaha untuk menjaga
kesesuaian pemanfaatan ruang dengan fungsi ruang yang ditetapkan dalam
rencana tata ruang. Penertiban merupakan usaha untuk mengambil tindakan agar
pemanfaatan ruang yang direnca-nakan dapat terwujud. Kegiatan pengawasan
tersebut dilakukan dalam bentuk:
- Pelaporan, berupa kegiatan memberi informasi secara objektif mengenai
pemanfaatan ruang baik yang sesuai maupun yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang.
- Pemantauan (monitoring), yang merupakan kegiatan mengamati,
mengawasi, dan memeriksa dengan cermat perubahan kualitas tata ruang
dan lingkungan yang tidak sesuai dengan tata ruang.
- Peninjauan kembali (evaluasi), yang merupakan usaha untuk menilai
kemajuan kegiatan pemanfaatan ruang dalam mencapai tujuan rencana tata
ruang.
- Rencana Tata Ruang wilayah Nasional yang merupakan strategi dan arahan
kebi-jaksanaan pemanfaatan ruang wilayah negara. Berdasarkan UU
Penataan Ruang berjangka waktu 25 tahun dan ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.
- Rencana Tata Ruang wilayah Propinsi yang merupakan penjabaran strategi
dan arahan kebijaksanaan ruang wilayah nasional ke dalam strategi dan
struktur pemanfaatan ruang wilayah Propinsi. Jangka waktu rencana ini
adalah 15 tahun dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda) Propinsi.
- Rencana Tata Ruang wilayah Kabupaten/Kota, yang merupakan penjabaran
dari Rencana Tata Ruang wilayah Propinsi ke dalam strategi pelaksanaan
pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten/Kota, Jangka waktu rencana ini
adalah 10 tahun dan ditetapkan dengan Perda Kabupaten/Kota.
Tingkat kedalaman dari setiap jenis rencana tata ruang di atas adalah
sebagai berikut:
- Tingkat kedalaman Rencana Tata Ruang wilayah Nasional adalah setara
dengan tingkat ketelitian peta skala minimal 1 :1.000.000.
- Tingkat kedalaman Rencana Tata Ruang wilayah Propinsi adalah setara
dengan tingkat ketelitian peta skala minimal 1 : 250.000.
- Tingkat kedalaman Rencana Tata Ruang wilayah Kabupaten adalah setara
dengan tingkat ketelitian peta skala minimal 1 : 100.000 dan peta wilayah
kotamadya setara dengan skala minimal 1: 50.000.
- Tingkat kedalaman RUTRK adalah setara dengan tingkat ketelitian peta skala
minimal 1 : 10.000.
- Tingkat kedalaman RDTRK adalah setara dengan tingkat ketelitian peta skala
minimal 1:5.000.
- Tingkat kedalaman RTRK ditetapkan dengan ketelitian peta skala minimal 1:
2.000 atau 1:1.000.
- Berupa Undang-Undang:
(1) Undang-Undang Nomor: 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Po-kok Agraria;
(2) Undang-Undang Nomor: 5 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Kehutanan;
(3) Undang-Undang Nomor: 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan
Pokok Pertambangan;
(4) Undang-Undang Nomor: 3 Tahun 1972 tentang Transmigrasi;
(5) Undang-Undang Nomor: 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Pemerintahan di Daerah;
(6) Undang-Undang Nomor: 11 Tahun 1974 tentang Pengairan;
(7) Undang-Undang Nomor: 13 Tahun 1980 tentang Jalan;
(8) Undang-Undang Nomor: 4 Tahun 1982 tentang Dasar Pokok-Pokok
Ling-kungan Hidup;
(9) Undang-Undang Nomor: 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian;
(10) Undang-Undang Nomor: 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati;
(11) Undang-Undang Nomor: 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan;
(12) Undang-Undang Nomor: 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan
Permukiman;
(13) Undang-Undang Nomor: 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.
- Dampak Lingkungan:
(1) Peraturan Pemerintah Nomor: 14 Tahun 1987 tentang Penyerahan Sebagian
Urusan Pemerintahan di Bidang Pekerjaan Umum Kepada Daerah (LNRI No.
25 Tahunl987, TLN No. 3352);
(2) Peraturan Pemerintah Nomor: 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegjatan
Instansi Vertikal di Daerah;
Selain itu telah dikeluarkan beberapa Keputusan Presiden dan Keputusan
Menteri Dalam Negeri yang menyangkut penataan ruang:
(1) Keputusan Presiden No. 57 Tahun 1989 tentang Tim Koordinasi Pengelolaan
Tata Ruang Nasional;
(2) Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung;
(3) Keputusan Presiden No. 33 Tahun 1991 tentang Penggunaan Tanah Bagi
Kawasan Industri;
(4) Keputusan Presiden No. 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum;
(5) Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 7 Tahun 1986 tentang Penetapan Batas
Wi-layah Kota di Seluruh Indonesia;
(6) Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 1987 tentang Penyerahan
Prasa-rana Lingkungan, Utilitas Umum dan Fasih'tas Sosial Perumahan
Kepada Peme-rintahDaerah;
(7) Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 2 Tahun 1987 tentang Pedoman
Penyu-sunan Rencana Kota;
(8) Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 34 Tahun 1986 tentang Pelaksanaan
Per-mendagri No. 7 Tahun 1986 tentang Penetapan Batas Wilayah Kota di
Seluruh Indonesia.