Anda di halaman 1dari 14

MODUL PERKULIAHAN

Mesin Arus
Searah dan
Transformator
Rangkaian Pengganti Trafo

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

10
Fakultas Teknik Teknik Elektro MK14034 Yos Nofendri,S.T, M.Sc

Abstract Kompetensi
Materi dalam pertemuan ke-10 ini  Mahasiswa memahami model dari
menjelaskan tentang rangkaian trafo real
pengganti trafo real dan perhitungan  Mahasiswa megetahui metode
dalam sistem perunit. pengukuran parameter trafo
 Mahasiswa mampu melakukan
analisa trafo dengan bantuan
rangkaian pengganti dalam sistem
perunit

‘13 Mesin Arus Searah dan Transformator Pusat Bahan Ajar dan eLearning
1 Yos Nofendri,S.T,M.Sc http://www.mercubuana.ac.id
Rugi-rugi Daya Pada Trafo Real
Pendahuluan

Sebagaiman telah dibahas pada modul sebelumnya, trafo yang real dalam pemakaian sehari-hari
tersusun dari material yang tidak ideal berupa belitan penghantar dan inti belitan. Itulah sebabnya
pada trafo real akan terjadi rugi-rugi yang mengakibatkan efisiensi trafo menjadi tidak 100%. Rugi-
rugi daya yang terjadi pada trafo meliputi beberapa bentuk yaitu:

1. Rugi tembaga (𝐼 2 𝑅). Merupakan rugi-rugi resistif pada belitan primer dan belitan sekunder

2. Rugi arus eddy. Merupakan rugi resistif pada inti trafo yang proporsional terhadap kuadrat
tegangan yang diterapkan pada trafo.

3. Rugi histeresis. Merupakan rugi yang muncul karena reorientasi domain-domain magnet
pada inti trafo.

4. Rugi fluks bocor. Merupakan induktansi diri yang timbul karena fluks bocor dari belitan
primer maupun dari belitan sekunder

Untuk mendapatkan suatu rangkaian pengganti trafo yang akurat, semua ketidakidealan yang
terjadi pada trafo harus diperhitungkan terutama ketidakidealan yang dominan mempengaruhi
operasi suatu trafo.

Rugi Tembaga

Rugi tembaga merupakan suatu rugi resistif. Rugi ini muncul karena penghantar yang membentuk
belitan primer dan belitan sekunder memiliki resistansi sesuai dengan sifat resistif suatu material.
Apabila ada arus yang mengalir pada belitan maka resistansi belitan akan menyerap daya yang
besarnya 𝐼 2 𝑅. Rugi tembaga pada belitan primer dimodelkan dengan suatu resistansi 𝑅𝑝 dan pad
belitan sekunder dengan resistansi 𝑅𝑠 .

Rugi Fluks Bocor

Fluks bocor pada belitan primer, 𝜙𝐿𝑃 menimbulkan drop tegangan, sesuai dengan hukum induksi
Faraday, yaitu

𝑑𝜙𝐿𝑃
𝑒𝐿𝑃 (𝑡) = 𝑁𝑃
𝑑𝑡

‘13 Mesin Arus Searah dan Transformator Pusat Bahan Ajar dan eLearning
2 Yos Nofendri,S.T,M.Sc http://www.mercubuana.ac.id
Demikian pula, fluks bocor pada belitan sekunder, 𝜙𝐿𝑆 menimbulkan drop tegangan yaitu

𝑑𝜙𝐿𝑆
𝑒𝐿𝑆 (𝑡) = 𝑁𝑆
𝑑𝑡

Karenaa sebagian besar fluks bocor melalui udara, dan karena udara memiliki reluktansi yang
tetap yang jauh lebih besar daripada reluktansi inti trafo maka fluks bocor belitan primer, 𝜙𝐿𝑃 ,
berbandung lurus dengan arus belitan primer, 𝑖𝑝 . Jadi,

𝜙𝐿𝑃 = (𝒫𝑁𝑃 )𝑖𝑝

dan

𝜙𝐿𝑆 = (𝒫𝑁𝑆 )𝑖𝑠

Dimana 𝒫 = permeansi lintasan fluks.

Maka

𝑑[(𝒫𝑁𝑃 )𝑖𝑝 ] 𝑑𝑖𝑝


𝑒𝐿𝑃 (𝑡) = 𝑁𝑃 = 𝑁𝑝2 𝒫
𝑑𝑡 𝑑𝑡

𝑑[(𝒫𝑁𝑆 )𝑖𝑠 ] 𝑑𝑖𝑠


𝑒𝐿𝑆 (𝑡) = 𝑁𝑆 = 𝑁𝑠2 𝒫
𝑑𝑡 𝑑𝑡

𝑁𝑝2 𝒫 = 𝐿𝑝 dan 𝑁𝑠2 𝒫 = 𝐿𝑠 (induktansi diri belitan primer dan sekunder)

Maka

𝑑𝑖𝑃 𝑑𝑖𝑠
𝑒𝐿𝑃 (𝑡) = 𝐿𝑃 dan 𝑒𝐿𝑆 (𝑡) = 𝐿𝑆
𝑑𝑡 𝑑𝑡

Persamaan di atas merupakan suatu persamaan tegangan induktif. Karena itu fluks bocor
dimodelkan dengan 𝐿𝑃 dan 𝐿𝑆 .

Eksitasi Inti

Arus magnetisasi 𝑖𝑚 adalah arus yang proporsional dengan tegangan yang diterapkan pada inti
trafo (pada daerah tidak jenuh) dan tertinggal fasanya 900 dari tegangan yang diterapkan. Dengan
demikian pengaruh arus magnetisasi dapat dimodelkan dengan sebuah rektansi 𝑋𝑚 yang parelel
dengan tegangan yang diterapkan pada ini trafo.

Sedangkan arus rugi inti yang terbentuk dari rugi histeresis dan rugi arus eddy, 𝑖ℎ+𝑒 proporsional
terhadap tegangan yang diterapkan pada inti trafo dan sefasa dengan tegangan. Karena itu arus
‘13 Mesin Arus Searah dan Transformator Pusat Bahan Ajar dan eLearning
3 Yos Nofendri,S.T,M.Sc http://www.mercubuana.ac.id
rugi inti 𝑖ℎ+𝑒 dapat dimodelkan dengan sebuah resistansi 𝑅𝑐 yang paralel dengan tegangan yang
diterapkan pada ini trafo.

Pemodelan dari seluruh rugi dan ketidak-idealan di atas menghasilkan rangkaian pengganti trafo
real seperti diberikan pada gambar 10.1 di bawah ini.

Gambar 10. 1 Rangkaian penggganti trafo real lengkap

Namun demikian untuk menganalisa rangkaian dengan keberadaan trafo perlu mengkonversi atau
memindahkan keseluruhan rangkaian ganti trafo di atas ke salah satu tingkat tegangan yaitu ke
sisi primer atau ke sisi sekunder. Gambar 10.2 merupakan rangkaian pengganti trafo dibawa ke
sisi primer dan gambar 10.3 adalah rangkaian pengganti trafo di bawa ke sisi sekunder.

Gambar 10. 2 Rangkaian pengganti trafo dibawa ke sisi primer

‘13 Mesin Arus Searah dan Transformator Pusat Bahan Ajar dan eLearning
4 Yos Nofendri,S.T,M.Sc http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 10. 3 Rangkaian
Rangkaian Penggantipengganti
Trafotrafo dibawa ke sisi sekunder
Pendekatan

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa untuk memudahkan analisa trafo maka
rangkaian pengganti trafo di sisi sekunder dibawa/dipindahkan ke sisi primer atau sebaliknya.
Namun, keberadaan rangkaian cabang (eksitasi) membuat analisa rangkaian trafo jadi lebih
kompleks. Mengingat rangkaian cabang dialiri arus yang jauh lebih kecil daripada arus beban,
maka rangkaian cabang dapat digeser ke sebelah kiri rangkaian pengganti baik di bawa ke sisi
primer (Gambar 10.4.a) maupun dibawa ke sisi sekunder (Gambar 10.4.b). Dengan demikian
impedansi primer dapat dijumlahkan dengan impedansi sekunder membentuk impedansi ekivalen
trafo, karena kedua impedansi terhubung seri. Hal yang sama kita lakukan dengan reaktansi
primer dan reaktansi sekunder yang dijumlahkan membentuk reaktansi ekivalen trafo.

Lebih jauh bahkan rangkaian cabang dapat diabaikan/dihapuskan sama sekali dari rangkaian
pengganti (Gambar 10.4.c dan gambar 10.4.d).

Penentuan ParameterRangkaian Pengganti Trafo


Parameter rangkaian pengganti trafo dapat ditentukan melalui 2 macam pengukuran:

1. Open Circuit Test (OCT)

2. Short Circuit Test (SCT)

‘13 Mesin Arus Searah dan Transformator Pusat Bahan Ajar dan eLearning
5 Yos Nofendri,S.T,M.Sc http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 10. 4 Rangkaian pengganti yang disederhanakan

Open Circui Test (OCT)

Rangkaian open cicrcuit test diperlihatkan pada gambar 10.5. Belitan sekunder dibiarkan hubung
terbuka (open ciruit). Belitan primer dihubungkan dengan tegangan nominal saluran.

Maka sesuai dengan rangkaian pengganti trafo pada gambar 10.3, seluruh arus masukan akan
mengalir ke rangkaian eksitasi cabang. Besar 𝑅𝑃 dan 𝑋𝑃 terlalu kecil untuk menyebabkan drop
tegangan yang signifikan dibanding 𝑅𝑐 dan 𝑋𝑚 . Akibatnya keseluruhan tegangan masukan akan
jatuh di rangkaian eksitasi cabang. Dengan demikian melalui open circuit test ini diperoleh
parameter eksitasi cabang yaitu 𝑅𝑐 dan 𝑋𝑚 .

Hubungkan voltmeter, ampermeter, dan wattmeter sesuai gambar 5, lalu ukur tegangan masuk
(𝑉𝑜𝑐 ), arus masuk (𝐼𝑜𝑐 ), dan daya masuk (𝑃𝑜𝑐 ). Faktor daya dapat dihitung dari hasil pengukuran
ini.

‘13 Mesin Arus Searah dan Transformator Pusat Bahan Ajar dan eLearning
6 Yos Nofendri,S.T,M.Sc http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 10. 5 Rangkaian open circuit test

Besaran dan sudut fasa rangkaian cabang dapat dihitung sebagai berikut:

1
𝐺𝑐 = (admitansi) dan
𝑅𝑐

1
𝐵𝑚 = (suseptansi)
𝑋𝑚

Admitansi paralel:

1 1 1 1
𝑌𝑒 = + = −𝑗
𝑅𝑐 𝑗𝑋𝑚 𝑅𝑐 𝑋𝑚

Besar admitansi paralel (dilihat dari sisi primer):

𝐼𝑜𝑐
|𝑌𝑒 | =
𝑉𝑜𝑐

Sudut faktor daya:

𝑃𝑜𝑐
𝜃 = 𝑐𝑜𝑠 −1
𝑉𝑜𝑐 𝐼𝑜𝑐

Faktor daya trafo lagging, maka

𝐼𝑜𝑐 ∠ − 𝜃
𝑌𝑒 =
𝑉𝑜𝑐

‘13 Mesin Arus Searah dan Transformator Pusat Bahan Ajar dan eLearning
7 Yos Nofendri,S.T,M.Sc http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 10. 6 Rangkaian short circuit test

Short Circui Test (SCT)

Short circuit test digunakan untuk memperoleh resistansi dan reaktansi ekivalen belitan trafo.
Rangkaian pengukuran SCT ditujukkan pada gambar 10.6.

 Terminal keluaran (sekunder) dihubung-singkat


 Sisi primer dihubungkan dengan sumber tegangan yang sangat rendah.
 Atur tegangan masukan hingga arus pada hubung singkat pada sisi sekunder sama
dengan nilai nominalnya (pastikan tegangan masukan berada pada nilai yang aman,
jangan membakar trafo)
 Ukur tegangan (𝑉𝑠𝑐 ), arus (𝐼𝑠𝑐 ), dan daya masuk (𝑃𝑠𝑐 )

Karena tegangan masuk sangat rendah selama SCT maka arus yang mengalir ke rangkaian
cabant eksitasi sangat kecil dan dapat diabaikan. Dengan demikian keseluruhan drop tegangan
jatuh di bagian seri rangkaian.

Besar impedansi seri dilihat dri sisi primer:

𝑉𝑠𝑐
|𝑍𝑠𝑒 | =
𝐼𝑠𝑐

sudut faktor daya:

𝑃𝑠𝑐
𝜃 = 𝑐𝑜𝑠 −1
𝑉𝑠𝑐 𝐼𝑠𝑐

Maka

𝑉𝑠𝑐
𝑍𝑠𝑒 =
𝐼𝑠𝑐 ∠ − 𝜃
‘13 Mesin Arus Searah dan Transformator Pusat Bahan Ajar dan eLearning
8 Yos Nofendri,S.T,M.Sc http://www.mercubuana.ac.id
Atau

𝑍𝑠𝑒 = 𝑅𝑒𝑞 + 𝑗𝑋𝑒𝑞

= (𝑅𝑝 + 𝑎2 𝑅𝑠 ) + 𝑗(𝑋𝑝 + 𝑎2 𝑋𝑠 )

Contoh Soal-1

Rangkaian pengganti suatu trafo hendak ditentukan. Rating pengenal trso adalah: 20 kVA,
8000/240 V, 60 Hz. OCT dan SCT yang dilakukan di sisi primer trafo menghasilkan data
pengukuran sebagai berikut:

Hitunglah impedansi pendekatan dari trafo di atas dilihat dari sisi primer lalu gambarkan rangkaian
penggantinya.

Jawaban:

Faktor daya pada OCT:

𝑃𝑜𝑐 400𝑊
𝑃𝐹 = cos 𝜃 = = = 0,234 lagging
𝑉𝑜𝑐 𝐼𝑜𝑐 (8000 𝑉)(0,214 𝐴)

Admitansi rangkaian cabang:

𝐼𝑜𝑐 ∠ − 𝜃 0,214 𝐴
𝑌𝑒 = = ∠ − 𝑐𝑜𝑠 −1 0,234
𝑉𝑜𝑐 8000 𝑉

= 0,0000268∠ − 76,50 ℧

= 0,0000063 − 𝑗0,0000261

1 1
= −𝑗
𝑅𝑐 𝑋𝑚

‘13 Mesin Arus Searah dan Transformator Pusat Bahan Ajar dan eLearning
9 Yos Nofendri,S.T,M.Sc http://www.mercubuana.ac.id
1
𝑅𝑐 = = 159 𝑘𝛺
0,0000063

1
𝑋𝑚 = = 38,4 𝑘𝛺
0,000026

Faktor daya pada SCT:

𝑃𝑠𝑐 240𝑊
𝑃𝐹 = cos 𝜃 = = = 0,196 lagging
𝑉𝑠𝑐 𝐼𝑠𝑐 (489𝑉)(2,5 𝐴)

Impedansi seri rangkaian pengganti:

𝑉𝑠𝑐 429 𝑉
𝑍𝑠𝑒 = = ∠𝑐𝑜𝑠 −1 0,196
𝐼𝑠𝑐 ∠ − 𝜃 2,5 𝐴

= 195,6∠ − 78,70 𝛺 = 38,4 + 𝑗192 𝛺

𝑅𝑒𝑞 = 38,4 𝛺 dan 𝑋𝑒𝑞 = 192 𝛺

Maka rangkaian pengganti pendekatan trafo di atas adalah sbb:

Gambar 10. 7 Rangkaian pengganti trafo pada contoh soal 1

‘13 Mesin Arus Searah dan Transformator Pusat Bahan Ajar dan eLearning
10 Yos Nofendri,S.T,M.Sc http://www.mercubuana.ac.id
Sistem Satuan (Per-Unit System - PU)
Analisa trafo (sistem yang melibatkan trafo) mengharuskan berpindah-pindah dari satu level
tegangan ke level tegangan lainnya mengikuti rasio tegangan/belitan. Tentu ini tidak praktis,
terutama bila trafo yang terlibat dalam perhitungan berjumlah cukup banyak.

Perhitungan dengan sistem satuan (PU) dapat menghilangkan kerepotan ini. Bila perhitungan
dilakukan dalam sistem perunit maka transformasi impedansi tidak diperlukan lagi.

Di samping itu ada keuntungan lain yang diperoleh dengan perhitungan pada sistem perunit yang
sangat penting terutama untuk mesin listrik dan trafo. Kapasitas mesin listrik dan trafo yang
terdapat pada jaringan bervariasi sehingga impedansi dalamnyapun sangat bervariasi. Sebagai
akibatnya, suatu reaktansi sebesar 0,1 Ω akan terasa sangat besar untuk ssebuah trafo namun
sangat rendah untuk trafo yang lain. Kesemuanya itu tergantung kepada kapasitas daya dan
tegangan masing-masing trafo. Namun, dalam perhitungan perunit, variasi impedansi mesin listrik
dan trafo tidak akan terlalu besar. Ini akan memudahkan pengecekan pada waktu penyelesaian
masalah.

Pada sistem perunit tegangan, arus, daya, dan impedansi tidak dinyatakan dalam besaran SI (volt,
amper, watt, ohm). Sebagai gantinya besaran-besaran itu dinyatakan sebagai perbandingan atas
suatu nilai basis tertentu yang besarnya ditentukan secara bebas, namun biasanya dipilih dari
pengenal mesin atau jaringan.

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑈 =
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠

Untuk itu sebagai langkah awal adalah memilih 2 besaran basis, biasanya tegangan dan daya.
Karena trafo tidak memberi efek terhadap daya, maka nilai basis daya 𝑆𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 (𝑃𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 ) sama di sisi
primer dan di sisi sekunder, sedangkan nilai basis tegangan 𝑉𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 mengikuti rasio trafo karena
tegangan berubah bila melewati trafo sesuai dengan rasio belitannya.

Jika 𝑆𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 (𝑃𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 ) dan 𝑉𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 telah ditentukan, besaran basis lainnya dapat dihitung dengan
mudah.
𝑃𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 , 𝑄𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 , 𝑆𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 = 𝑉𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 𝐼𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠

𝑆𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠
𝐼𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 =
𝑉𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠

‘13 Mesin Arus Searah dan Transformator Pusat Bahan Ajar dan eLearning
11 Yos Nofendri,S.T,M.Sc http://www.mercubuana.ac.id
𝑉𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠
𝑍𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 =
𝐼𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠

𝐼𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠
𝑌𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 =
𝑉𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠

(𝑉𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 )2
𝑍𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠
𝑆𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠

Contoh Soal-2

Suatu sistem tenaga listrik sederhana diperlihatkan pada gambar…sistem ini terdiri dari sebuah
generator 480 V yang terhubung kepada sebuah trafo ideal penaik tegangan dengan rasio 1:10,
sebuah saluran transmisi, sebuah trafo penurun tegangan dengan rasio tegangan 20:1 dan
sebuah beban. Impedansi saluran transmisi adalah 10 + 𝑗60 Ω dan impedansi beban 10∠300 Ω.
Basis untuk perhitungan perunit dipilih 480 V untuk tegangan dan 10 kVA untuk daya.

Hitunglah:

a. Tegangan basis, arus basis, impedansi basis, dan daya basis pada setiap titik dari sistem
tenaga

b. Konversi parameter sistem tenaga ke dalam sistem PU

c. Daya yang dikirimkan ke beban

d. Rugi daya pada saluran transmisi

Jawaban:

a. Pada sisi generator, 𝑆𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−1 = 10 kVA, 𝑉𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−1 = 480 𝑉 , maka:

𝑆𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−1 10.000 𝑉𝐴
𝐼𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−1 = = = 20,83 A
𝑉𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−1 480 𝑉

𝑉𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−1 480 𝑉
𝑍𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−1 = = = 23,04 Ω
𝐼𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−1 20,83 𝐴

Rasio belitan T1= 1/10 = 0,1, maka tegangan basis di sisi saluran tansmisi adalah

𝑉𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−1 480 𝑉
𝑉𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−2 = = = 4800 𝑉
𝑎1 0,1

Besaran basis lain:

‘13 Mesin Arus Searah dan Transformator Pusat Bahan Ajar dan eLearning
12 Yos Nofendri,S.T,M.Sc http://www.mercubuana.ac.id
𝑆𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−2 = 𝑆𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−1 = 10 𝑘𝑉𝐴

𝑆𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−2 10.000 𝑉𝐴
𝐼𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−2 = = = 2,083 𝐴
𝑉𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−2 4800 𝑉

𝑉𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−2 4800 𝑉
𝑍𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−2 = = = 2304 Ω
𝐼𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−2 2,083 𝐴

Rasio belitan T2= 20/1 = 20, maka tegangan basis di sisi beban adalah

𝑉𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−2 4800 𝑉
𝑉𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−3 = = = 240 𝑉
𝑎2 20

Besaran basis lain:

𝑆𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−3 = 𝑆𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−2 = 𝑆𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−1 = 10 𝑘𝑉𝐴

𝑆𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−3 10.000 𝑉𝐴
𝐼𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−3 = = = 41,67 𝐴
𝑉𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−3 240𝑉

𝑉𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−3 240 𝑉
𝑍𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−3 = = = 5,76 Ω
𝐼𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−3 41,67 𝐴

b. Untuk merubah ke PU setiap besaran harus dibagi dengan besaran basisnya.

Di sisi generator:

480∠00 𝑉
𝑉𝐺,𝑝𝑢 = = 1,0∠00
480 𝑉

Di sisi saluran transmisi:

20 + 𝑗60𝛺
𝑍𝑠𝑎𝑙, 𝑝𝑢 = = 0,0087 + 𝑗0,0260
2304 𝛺

Di sisi saluran beban:

10∠300 𝛺
𝑍𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛, 𝑝𝑢 = = 1,736∠300
5,76 𝛺

Rangkaian pengganti dari sistem ini dalam perunit ditunjukkan pada gambar 10.8.

‘13 Mesin Arus Searah dan Transformator Pusat Bahan Ajar dan eLearning
13 Yos Nofendri,S.T,M.Sc http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 10. 8 Rangkaian pengganti sistem tenaga soal-2 dalam perunit

c. Arus pu yang mengalir pada sistem tenaga ini adalah:

𝑉𝑝𝑢 𝑉𝑝𝑢 1,0∠00


𝐼𝑝𝑢 = = = = 0,569∠ − 30,60
𝑍𝑡𝑜𝑡, 𝑝𝑢 𝑍𝑠𝑎𝑙, 𝑝𝑢 + 𝑍𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛, 𝑝𝑢 0,0087 + 𝑗0,0260 + 1,736∠300

Maka daya beban perunit adalah

2
𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛, 𝑝𝑢 = 𝐼𝑝𝑢 𝑅𝑝𝑢 = 0,5692 (1,503) = 0,487

Daya beban sesungguhnya:

𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛, = 𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛, 𝑝𝑢 𝑆𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 = (0,487)(10.000 𝑉𝐴) = 4870 𝑊

d. Rugi saluran transmisi dalam pu:

2
𝑃𝑠𝑎𝑙, 𝑝𝑢 = 𝐼𝑝𝑢 𝑅𝑠𝑎𝑙, 𝑝𝑢 = 0,5692 (0,0087) = 0,00282

Rugi saluran transmisi sesungguhnya:

𝑃𝑠𝑎𝑙 = 𝑃𝑠𝑎𝑙, 𝑝𝑢 𝑆𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 = (0,00282)(10.000 𝑉𝐴) = 28,2 𝑊

‘13 Mesin Arus Searah dan Transformator Pusat Bahan Ajar dan eLearning
14 Yos Nofendri,S.T,M.Sc http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai