Mesin Arus
Searah dan
Transformator
Rangkaian Pengganti Trafo
10
Fakultas Teknik Teknik Elektro MK14034 Yos Nofendri,S.T, M.Sc
Abstract Kompetensi
Materi dalam pertemuan ke-10 ini Mahasiswa memahami model dari
menjelaskan tentang rangkaian trafo real
pengganti trafo real dan perhitungan Mahasiswa megetahui metode
dalam sistem perunit. pengukuran parameter trafo
Mahasiswa mampu melakukan
analisa trafo dengan bantuan
rangkaian pengganti dalam sistem
perunit
‘13 Mesin Arus Searah dan Transformator Pusat Bahan Ajar dan eLearning
1 Yos Nofendri,S.T,M.Sc http://www.mercubuana.ac.id
Rugi-rugi Daya Pada Trafo Real
Pendahuluan
Sebagaiman telah dibahas pada modul sebelumnya, trafo yang real dalam pemakaian sehari-hari
tersusun dari material yang tidak ideal berupa belitan penghantar dan inti belitan. Itulah sebabnya
pada trafo real akan terjadi rugi-rugi yang mengakibatkan efisiensi trafo menjadi tidak 100%. Rugi-
rugi daya yang terjadi pada trafo meliputi beberapa bentuk yaitu:
1. Rugi tembaga (𝐼 2 𝑅). Merupakan rugi-rugi resistif pada belitan primer dan belitan sekunder
2. Rugi arus eddy. Merupakan rugi resistif pada inti trafo yang proporsional terhadap kuadrat
tegangan yang diterapkan pada trafo.
3. Rugi histeresis. Merupakan rugi yang muncul karena reorientasi domain-domain magnet
pada inti trafo.
4. Rugi fluks bocor. Merupakan induktansi diri yang timbul karena fluks bocor dari belitan
primer maupun dari belitan sekunder
Untuk mendapatkan suatu rangkaian pengganti trafo yang akurat, semua ketidakidealan yang
terjadi pada trafo harus diperhitungkan terutama ketidakidealan yang dominan mempengaruhi
operasi suatu trafo.
Rugi Tembaga
Rugi tembaga merupakan suatu rugi resistif. Rugi ini muncul karena penghantar yang membentuk
belitan primer dan belitan sekunder memiliki resistansi sesuai dengan sifat resistif suatu material.
Apabila ada arus yang mengalir pada belitan maka resistansi belitan akan menyerap daya yang
besarnya 𝐼 2 𝑅. Rugi tembaga pada belitan primer dimodelkan dengan suatu resistansi 𝑅𝑝 dan pad
belitan sekunder dengan resistansi 𝑅𝑠 .
Fluks bocor pada belitan primer, 𝜙𝐿𝑃 menimbulkan drop tegangan, sesuai dengan hukum induksi
Faraday, yaitu
𝑑𝜙𝐿𝑃
𝑒𝐿𝑃 (𝑡) = 𝑁𝑃
𝑑𝑡
‘13 Mesin Arus Searah dan Transformator Pusat Bahan Ajar dan eLearning
2 Yos Nofendri,S.T,M.Sc http://www.mercubuana.ac.id
Demikian pula, fluks bocor pada belitan sekunder, 𝜙𝐿𝑆 menimbulkan drop tegangan yaitu
𝑑𝜙𝐿𝑆
𝑒𝐿𝑆 (𝑡) = 𝑁𝑆
𝑑𝑡
Karenaa sebagian besar fluks bocor melalui udara, dan karena udara memiliki reluktansi yang
tetap yang jauh lebih besar daripada reluktansi inti trafo maka fluks bocor belitan primer, 𝜙𝐿𝑃 ,
berbandung lurus dengan arus belitan primer, 𝑖𝑝 . Jadi,
dan
Maka
Maka
𝑑𝑖𝑃 𝑑𝑖𝑠
𝑒𝐿𝑃 (𝑡) = 𝐿𝑃 dan 𝑒𝐿𝑆 (𝑡) = 𝐿𝑆
𝑑𝑡 𝑑𝑡
Persamaan di atas merupakan suatu persamaan tegangan induktif. Karena itu fluks bocor
dimodelkan dengan 𝐿𝑃 dan 𝐿𝑆 .
Eksitasi Inti
Arus magnetisasi 𝑖𝑚 adalah arus yang proporsional dengan tegangan yang diterapkan pada inti
trafo (pada daerah tidak jenuh) dan tertinggal fasanya 900 dari tegangan yang diterapkan. Dengan
demikian pengaruh arus magnetisasi dapat dimodelkan dengan sebuah rektansi 𝑋𝑚 yang parelel
dengan tegangan yang diterapkan pada ini trafo.
Sedangkan arus rugi inti yang terbentuk dari rugi histeresis dan rugi arus eddy, 𝑖ℎ+𝑒 proporsional
terhadap tegangan yang diterapkan pada inti trafo dan sefasa dengan tegangan. Karena itu arus
‘13 Mesin Arus Searah dan Transformator Pusat Bahan Ajar dan eLearning
3 Yos Nofendri,S.T,M.Sc http://www.mercubuana.ac.id
rugi inti 𝑖ℎ+𝑒 dapat dimodelkan dengan sebuah resistansi 𝑅𝑐 yang paralel dengan tegangan yang
diterapkan pada ini trafo.
Pemodelan dari seluruh rugi dan ketidak-idealan di atas menghasilkan rangkaian pengganti trafo
real seperti diberikan pada gambar 10.1 di bawah ini.
Namun demikian untuk menganalisa rangkaian dengan keberadaan trafo perlu mengkonversi atau
memindahkan keseluruhan rangkaian ganti trafo di atas ke salah satu tingkat tegangan yaitu ke
sisi primer atau ke sisi sekunder. Gambar 10.2 merupakan rangkaian pengganti trafo dibawa ke
sisi primer dan gambar 10.3 adalah rangkaian pengganti trafo di bawa ke sisi sekunder.
‘13 Mesin Arus Searah dan Transformator Pusat Bahan Ajar dan eLearning
4 Yos Nofendri,S.T,M.Sc http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 10. 3 Rangkaian
Rangkaian Penggantipengganti
Trafotrafo dibawa ke sisi sekunder
Pendekatan
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa untuk memudahkan analisa trafo maka
rangkaian pengganti trafo di sisi sekunder dibawa/dipindahkan ke sisi primer atau sebaliknya.
Namun, keberadaan rangkaian cabang (eksitasi) membuat analisa rangkaian trafo jadi lebih
kompleks. Mengingat rangkaian cabang dialiri arus yang jauh lebih kecil daripada arus beban,
maka rangkaian cabang dapat digeser ke sebelah kiri rangkaian pengganti baik di bawa ke sisi
primer (Gambar 10.4.a) maupun dibawa ke sisi sekunder (Gambar 10.4.b). Dengan demikian
impedansi primer dapat dijumlahkan dengan impedansi sekunder membentuk impedansi ekivalen
trafo, karena kedua impedansi terhubung seri. Hal yang sama kita lakukan dengan reaktansi
primer dan reaktansi sekunder yang dijumlahkan membentuk reaktansi ekivalen trafo.
Lebih jauh bahkan rangkaian cabang dapat diabaikan/dihapuskan sama sekali dari rangkaian
pengganti (Gambar 10.4.c dan gambar 10.4.d).
‘13 Mesin Arus Searah dan Transformator Pusat Bahan Ajar dan eLearning
5 Yos Nofendri,S.T,M.Sc http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 10. 4 Rangkaian pengganti yang disederhanakan
Rangkaian open cicrcuit test diperlihatkan pada gambar 10.5. Belitan sekunder dibiarkan hubung
terbuka (open ciruit). Belitan primer dihubungkan dengan tegangan nominal saluran.
Maka sesuai dengan rangkaian pengganti trafo pada gambar 10.3, seluruh arus masukan akan
mengalir ke rangkaian eksitasi cabang. Besar 𝑅𝑃 dan 𝑋𝑃 terlalu kecil untuk menyebabkan drop
tegangan yang signifikan dibanding 𝑅𝑐 dan 𝑋𝑚 . Akibatnya keseluruhan tegangan masukan akan
jatuh di rangkaian eksitasi cabang. Dengan demikian melalui open circuit test ini diperoleh
parameter eksitasi cabang yaitu 𝑅𝑐 dan 𝑋𝑚 .
Hubungkan voltmeter, ampermeter, dan wattmeter sesuai gambar 5, lalu ukur tegangan masuk
(𝑉𝑜𝑐 ), arus masuk (𝐼𝑜𝑐 ), dan daya masuk (𝑃𝑜𝑐 ). Faktor daya dapat dihitung dari hasil pengukuran
ini.
‘13 Mesin Arus Searah dan Transformator Pusat Bahan Ajar dan eLearning
6 Yos Nofendri,S.T,M.Sc http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 10. 5 Rangkaian open circuit test
Besaran dan sudut fasa rangkaian cabang dapat dihitung sebagai berikut:
1
𝐺𝑐 = (admitansi) dan
𝑅𝑐
1
𝐵𝑚 = (suseptansi)
𝑋𝑚
Admitansi paralel:
1 1 1 1
𝑌𝑒 = + = −𝑗
𝑅𝑐 𝑗𝑋𝑚 𝑅𝑐 𝑋𝑚
𝐼𝑜𝑐
|𝑌𝑒 | =
𝑉𝑜𝑐
𝑃𝑜𝑐
𝜃 = 𝑐𝑜𝑠 −1
𝑉𝑜𝑐 𝐼𝑜𝑐
𝐼𝑜𝑐 ∠ − 𝜃
𝑌𝑒 =
𝑉𝑜𝑐
‘13 Mesin Arus Searah dan Transformator Pusat Bahan Ajar dan eLearning
7 Yos Nofendri,S.T,M.Sc http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 10. 6 Rangkaian short circuit test
Short circuit test digunakan untuk memperoleh resistansi dan reaktansi ekivalen belitan trafo.
Rangkaian pengukuran SCT ditujukkan pada gambar 10.6.
Karena tegangan masuk sangat rendah selama SCT maka arus yang mengalir ke rangkaian
cabant eksitasi sangat kecil dan dapat diabaikan. Dengan demikian keseluruhan drop tegangan
jatuh di bagian seri rangkaian.
𝑉𝑠𝑐
|𝑍𝑠𝑒 | =
𝐼𝑠𝑐
𝑃𝑠𝑐
𝜃 = 𝑐𝑜𝑠 −1
𝑉𝑠𝑐 𝐼𝑠𝑐
Maka
𝑉𝑠𝑐
𝑍𝑠𝑒 =
𝐼𝑠𝑐 ∠ − 𝜃
‘13 Mesin Arus Searah dan Transformator Pusat Bahan Ajar dan eLearning
8 Yos Nofendri,S.T,M.Sc http://www.mercubuana.ac.id
Atau
= (𝑅𝑝 + 𝑎2 𝑅𝑠 ) + 𝑗(𝑋𝑝 + 𝑎2 𝑋𝑠 )
Contoh Soal-1
Rangkaian pengganti suatu trafo hendak ditentukan. Rating pengenal trso adalah: 20 kVA,
8000/240 V, 60 Hz. OCT dan SCT yang dilakukan di sisi primer trafo menghasilkan data
pengukuran sebagai berikut:
Hitunglah impedansi pendekatan dari trafo di atas dilihat dari sisi primer lalu gambarkan rangkaian
penggantinya.
Jawaban:
𝑃𝑜𝑐 400𝑊
𝑃𝐹 = cos 𝜃 = = = 0,234 lagging
𝑉𝑜𝑐 𝐼𝑜𝑐 (8000 𝑉)(0,214 𝐴)
𝐼𝑜𝑐 ∠ − 𝜃 0,214 𝐴
𝑌𝑒 = = ∠ − 𝑐𝑜𝑠 −1 0,234
𝑉𝑜𝑐 8000 𝑉
= 0,0000268∠ − 76,50 ℧
= 0,0000063 − 𝑗0,0000261
1 1
= −𝑗
𝑅𝑐 𝑋𝑚
‘13 Mesin Arus Searah dan Transformator Pusat Bahan Ajar dan eLearning
9 Yos Nofendri,S.T,M.Sc http://www.mercubuana.ac.id
1
𝑅𝑐 = = 159 𝑘𝛺
0,0000063
1
𝑋𝑚 = = 38,4 𝑘𝛺
0,000026
𝑃𝑠𝑐 240𝑊
𝑃𝐹 = cos 𝜃 = = = 0,196 lagging
𝑉𝑠𝑐 𝐼𝑠𝑐 (489𝑉)(2,5 𝐴)
𝑉𝑠𝑐 429 𝑉
𝑍𝑠𝑒 = = ∠𝑐𝑜𝑠 −1 0,196
𝐼𝑠𝑐 ∠ − 𝜃 2,5 𝐴
‘13 Mesin Arus Searah dan Transformator Pusat Bahan Ajar dan eLearning
10 Yos Nofendri,S.T,M.Sc http://www.mercubuana.ac.id
Sistem Satuan (Per-Unit System - PU)
Analisa trafo (sistem yang melibatkan trafo) mengharuskan berpindah-pindah dari satu level
tegangan ke level tegangan lainnya mengikuti rasio tegangan/belitan. Tentu ini tidak praktis,
terutama bila trafo yang terlibat dalam perhitungan berjumlah cukup banyak.
Perhitungan dengan sistem satuan (PU) dapat menghilangkan kerepotan ini. Bila perhitungan
dilakukan dalam sistem perunit maka transformasi impedansi tidak diperlukan lagi.
Di samping itu ada keuntungan lain yang diperoleh dengan perhitungan pada sistem perunit yang
sangat penting terutama untuk mesin listrik dan trafo. Kapasitas mesin listrik dan trafo yang
terdapat pada jaringan bervariasi sehingga impedansi dalamnyapun sangat bervariasi. Sebagai
akibatnya, suatu reaktansi sebesar 0,1 Ω akan terasa sangat besar untuk ssebuah trafo namun
sangat rendah untuk trafo yang lain. Kesemuanya itu tergantung kepada kapasitas daya dan
tegangan masing-masing trafo. Namun, dalam perhitungan perunit, variasi impedansi mesin listrik
dan trafo tidak akan terlalu besar. Ini akan memudahkan pengecekan pada waktu penyelesaian
masalah.
Pada sistem perunit tegangan, arus, daya, dan impedansi tidak dinyatakan dalam besaran SI (volt,
amper, watt, ohm). Sebagai gantinya besaran-besaran itu dinyatakan sebagai perbandingan atas
suatu nilai basis tertentu yang besarnya ditentukan secara bebas, namun biasanya dipilih dari
pengenal mesin atau jaringan.
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑈 =
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠
Untuk itu sebagai langkah awal adalah memilih 2 besaran basis, biasanya tegangan dan daya.
Karena trafo tidak memberi efek terhadap daya, maka nilai basis daya 𝑆𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 (𝑃𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 ) sama di sisi
primer dan di sisi sekunder, sedangkan nilai basis tegangan 𝑉𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 mengikuti rasio trafo karena
tegangan berubah bila melewati trafo sesuai dengan rasio belitannya.
Jika 𝑆𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 (𝑃𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 ) dan 𝑉𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 telah ditentukan, besaran basis lainnya dapat dihitung dengan
mudah.
𝑃𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 , 𝑄𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 , 𝑆𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 = 𝑉𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 𝐼𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠
𝑆𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠
𝐼𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 =
𝑉𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠
‘13 Mesin Arus Searah dan Transformator Pusat Bahan Ajar dan eLearning
11 Yos Nofendri,S.T,M.Sc http://www.mercubuana.ac.id
𝑉𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠
𝑍𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 =
𝐼𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠
𝐼𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠
𝑌𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 =
𝑉𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠
(𝑉𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 )2
𝑍𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠
𝑆𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠
Contoh Soal-2
Suatu sistem tenaga listrik sederhana diperlihatkan pada gambar…sistem ini terdiri dari sebuah
generator 480 V yang terhubung kepada sebuah trafo ideal penaik tegangan dengan rasio 1:10,
sebuah saluran transmisi, sebuah trafo penurun tegangan dengan rasio tegangan 20:1 dan
sebuah beban. Impedansi saluran transmisi adalah 10 + 𝑗60 Ω dan impedansi beban 10∠300 Ω.
Basis untuk perhitungan perunit dipilih 480 V untuk tegangan dan 10 kVA untuk daya.
Hitunglah:
a. Tegangan basis, arus basis, impedansi basis, dan daya basis pada setiap titik dari sistem
tenaga
Jawaban:
𝑆𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−1 10.000 𝑉𝐴
𝐼𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−1 = = = 20,83 A
𝑉𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−1 480 𝑉
𝑉𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−1 480 𝑉
𝑍𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−1 = = = 23,04 Ω
𝐼𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−1 20,83 𝐴
Rasio belitan T1= 1/10 = 0,1, maka tegangan basis di sisi saluran tansmisi adalah
𝑉𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−1 480 𝑉
𝑉𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−2 = = = 4800 𝑉
𝑎1 0,1
‘13 Mesin Arus Searah dan Transformator Pusat Bahan Ajar dan eLearning
12 Yos Nofendri,S.T,M.Sc http://www.mercubuana.ac.id
𝑆𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−2 = 𝑆𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−1 = 10 𝑘𝑉𝐴
𝑆𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−2 10.000 𝑉𝐴
𝐼𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−2 = = = 2,083 𝐴
𝑉𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−2 4800 𝑉
𝑉𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−2 4800 𝑉
𝑍𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−2 = = = 2304 Ω
𝐼𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−2 2,083 𝐴
Rasio belitan T2= 20/1 = 20, maka tegangan basis di sisi beban adalah
𝑉𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−2 4800 𝑉
𝑉𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−3 = = = 240 𝑉
𝑎2 20
𝑆𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−3 10.000 𝑉𝐴
𝐼𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−3 = = = 41,67 𝐴
𝑉𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−3 240𝑉
𝑉𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−3 240 𝑉
𝑍𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−3 = = = 5,76 Ω
𝐼𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠−3 41,67 𝐴
Di sisi generator:
480∠00 𝑉
𝑉𝐺,𝑝𝑢 = = 1,0∠00
480 𝑉
20 + 𝑗60𝛺
𝑍𝑠𝑎𝑙, 𝑝𝑢 = = 0,0087 + 𝑗0,0260
2304 𝛺
10∠300 𝛺
𝑍𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛, 𝑝𝑢 = = 1,736∠300
5,76 𝛺
Rangkaian pengganti dari sistem ini dalam perunit ditunjukkan pada gambar 10.8.
‘13 Mesin Arus Searah dan Transformator Pusat Bahan Ajar dan eLearning
13 Yos Nofendri,S.T,M.Sc http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 10. 8 Rangkaian pengganti sistem tenaga soal-2 dalam perunit
2
𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛, 𝑝𝑢 = 𝐼𝑝𝑢 𝑅𝑝𝑢 = 0,5692 (1,503) = 0,487
2
𝑃𝑠𝑎𝑙, 𝑝𝑢 = 𝐼𝑝𝑢 𝑅𝑠𝑎𝑙, 𝑝𝑢 = 0,5692 (0,0087) = 0,00282
‘13 Mesin Arus Searah dan Transformator Pusat Bahan Ajar dan eLearning
14 Yos Nofendri,S.T,M.Sc http://www.mercubuana.ac.id