Anda di halaman 1dari 8

TONGGAK SEJARAH

PAROKI HATI KUDUS YESUS TANAH MAS SEMARANG

Geliat Desa Panggung di Era 1960-an

Kondisikawasan desa Panggung menjelang tahun 1960 masih amat sepi. Tanahnya
berlumpur, sehingga ketika hujan jalannya menjadi becek dan disana-sini banyak genangan air yang
menjadi sarang nyamuk. Belum ada kendaraan besar yang lewat, kecuali kereta api barang yang
kadang melintas dari stasiun Poncol, lewat tengah sawah (sekarang Pondok Indraprasta) lalu
menyusuri sungai kecil dan belok ke kanan (sekarang Taman Hasanudin) menuju jembatan Boom
Lama, kemudian berakhir di pelabuhan Semarang.
Waktu itu Pemerintah Kota Semarang menetapkan desa Panggung sebagai lokasi
penampungan warga korban gusuran dari tengah kota. Pada tahun 1961,hadirlahproyek Bohlam yang
membawa angin segar di sini. Jalan Hasanudin, sebuah jalan besar nan mulus, mulai dibangun
menghubungkan Jl. Imam Bonjol dengan lokasi proyek yang terletak di ujung paling utara.

Umat Katolik Panggung Angkatan Pertama (1966 – 1980)

Sekitar tahun 1966, seorang warga pendatang yang bernama Agustinus Suhardi (alm)
tergerak hatinya untuk mewartakan kabar keselamatan yang dibantu oleh Bp. S.I. Sutrisno, AS.,
seorang katekis dari Plombokan.Keduanya memberikan pelajaran agama bagi warga yang berminat
menjadi orang Katolik.
Upaya mereka mewartakan kabar keselamatan ditanggapi secara positif. Sebanyak 6 (enam)
keluarga, yang terdiri dari 23 orang, telah dibaptis di Gereja Katedral pada bulan Agustus 1968 oleh
Rm. Y.O.H. Padmoseputro, Pr. (alm). Mereka tercatat sebagai baptisan pertama di desa Panggung
Peres.Selanjutnya, bulan Maret 1969, Rm. G. Notobudyo, Pr. kembali membaptis 2 (dua) keluarga
yang terdiri atas 5 orang.
Menjelang tahun 1970, bersamaan dengan datangnya umat dari tempat lain ke desa ini,
jumlah umat katolik berkembang pesat. Kemudian, Romo Paroki Katedral menetapkan umat katolik
Panggung, yang semula masuk wilayah Banowati-Plombokan,menjadi wilayah tersendiri dengan
nama Wilayah Panggung Peres. Merekalah, sekitar 20 KK,menjadicikal bakal Gereja Hati Kudus Yesus
Tanah Mas.Pamong Wilayah pertama adalah Bp. St. Doni (alm).
Pada tahun 1973, dimulailah pembangunan kawasan Tanah Mas Real Estate dengan lokasi di
sebelah wilayah Panggung Peres. Perkembangannya cukup pesat, sebab banyak pendatang baru
tergiur untuk bermukim di sini, termasuk orang-orang yang beriman katolik. Pertumbuhan umat
katolik di kawasan Tanah Mas sangat pesat, sehingga jumlah umatnya melebihi jumlah umat wilayah
Panggung Peres. Situasi ini menjadikan pamong wilayah menyampaikan usulan kepada Romo Paroki
agar dibentuk wilayah-wilayah baru untuk kawasan Tanah Mas.Gayung pun bersambut. Dewan
Paroki Katedral masa bakti 1979-1982 mengubah nama wilayah Panggung Peres menjadi wilayah
Panggung Tanah Mas, membawahi 7 (tujuh) blok, masing-masing: Tambak Mas, Beton Mas,
Panggung Mas, Tanah Mas, Pasirkali Mas, Tanggul Mas, dan Panggung Peres.
Sampai akhir Desember 1980, umat katolik yang resmi terdaftar di wilayah ini berjumlah 280
KK dengan sekitar 1000 orang. Pamong Wilayah pertama adalah Bp. A. Sudariyanto (sebelumnya
Pamong Wilayah Panggung Peres).
Pembangunan Gedung Gereja (1980 – 1986)
Kegiatan pembangunan Rumah Tuhan dirintis pada periode ini. Pembangunan Tahap I (1980
– 1983) dimulai dengan membangun Wisma Kurnia, sebuah bangunan kecil yang menjadi pusat
kegiatan umat. Peletakan batu pertama dilakukan hari Minggu 23 Mei 1982 pukul 10.00 WIB oleh
Bapak Kardinal Yustinus Darmoyuwono (alm). Pembangunan selesai pada tahun 1983 dan diresmikan
oleh Rm. A. Djayasiswaya, Pr., selaku Romo Kepala Paroki dalam Perayaan Ekaristi pada hari Minggu,
tanggal 15 Mei 1983.Jumlah umat Rayon Hati Kudus di akhir tahun 1982 tercatat sekitar 350 jiwa.
Pada periode Pembangunan Tahap II (1983 – 1986), diselesaikan pembangunan Gereja Hati
Kudus Tanah Mas yang pertama dengan lokasi di Jl. Tanggul Mas Raya 25, di sebelah Wisma Kurnia.
Proses pembangunan tuntas di tahun 1985. Keguyuban umat dalam membangun gereja tampak
sekali dari mengalirnya bantuan dana maupun material bangunan, seperti kayu Kalimantan untuk
plafond dan ubin/lantai untuk seluruh ruangan gereja,dan lain-lain, yang datang sendiri tanpa
diketahui siapa penyumbangnyasungguh mempercepat tuntasnya pembangunan Rumah Tuhan.
Demikian pula,pelbagai barang yang terkait dengan sarana peribadatan seperti salib dan meja altar,
tabernakel, salib menara (neon sign), bermacam-macam paramenta. Sebagai catatan, bangunan
tersebut sekarang telah dipugar atau direnovasi menjadi Wisma Hati Kudus sebagai Gedung Paroki.
Perkembangan umat kawasan Tanah Mas dan Sampangan yang begitu cepat menjadikan
pengurus Dewan Paroki Katedral masa bakti 1982 – 1985 memutuskan untuk menambah 2 (dua)
rayon baru, yaitu Rayon Hati Kudus (Panggung – Tanah Mas), dan Rayon Santo Paulus (Sampangan).
Pada hari Jumat, tanggal 6 Juni 1986, tepat pada Hari Raya Yesus Yang Maha Kudus,
bangunan gereja diresmikan oleh Walikota Semarang, Bp. H. Imam Soeparto Tjakrajoeda, dan
diberkati oleh Bapak Uskup Agung Semarang, Mgr. Julius Darmaatmadja, SJ., dalam upacara sangat
meriah. Pada event yang sangat monumental itu berlangsung pula pemberian sakramen Baptis untuk
pertama kalinya di gereja ini. Ada 7 (tujuh) bapak/ibu dipermandikan oleh Mgr. Julius Darmaatmadja,
SJ., Uskup Keuskupan Agung Semarang.

Kegiatan Peribadatan Umat (1986 – 1994)

Usai diberkati dan diresmikan penggunaannya, gereja tidak pernah sepi dari pelbagai
kegiatan, misalnya perayaan Ekaristi, pemberkatan/penerimaan sakramen, upacara Sabda lainnya.
Awalnya, perayaan Ekaristi diselenggarakan pada hari Minggu sore pkl. 17.00 WIB.
Kemudian, di akhir tahun 1986, Misa dilaksanakan 2 (dua) kali seminggu: Minggu pagi pkl. 07.00 dan
Minggu sore pkl. 17.00 WIB.
Pada bulan Oktober 1986, 4 (empat) bulan setelah pemberkatan GHK Tanah Mas, dilakukan
penerimaan sakramen Krisma untuk pertama kalinya. Acara berlanjut dengan ramah tamah dan
pertemuan Pengurus Gereja beserta Pamong Wilayah dengan Bp. Uskup Agung Semarang di salah
satu ruangan kelas SD Theresiana (selanjutnya menjadi Ruang Serbaguna). Sejak itu, setiap 2 (dua)
tahun sekali Bapak Uskup Agung Semarang atau Romo Vikjen KASberkenan menerimakan sakramen
Krisma di gereja ini.
Sakramen Perkawinan pertama kali terselenggara di gereja ini pada tanggal 1 Agustus 1986
oleh Rm. Harjoyo, Pr. selaku Romo Paroki Katedral. Pasangan penganten yang berbahagia itu adalah
Sdr. Andan Krisanjaya dengan Sdri. Theresia Kori Sambenthiro dari wilayah Tambak Mas. Pasangan ini
merupakan nomor urut 1 dalamBuku Perkawinan Gereja (dalam kurun waktu 19 tahun s/d Mei 2004,
tercatat 410 pasangan menerima sakramen Perkawinan di gereja ini).
Pada tahun 1987, istilah “rayon” berganti menjadi “wilayah” dan “wilayah” menjadi
“lingkungan”. Selanjutnya, wilayah Hati Kudus dikoordinir oleh ketua wilayah yang juga ketua
pengurus gereja dilengkapi dengan bidang dan seksinya seperti sie Liturgi, Koinonia, Diakonia, dan
Kerygma, mirip seperti di Paroki Katedral.
Pada tahun 1990, jumlah umat katolik wilayah Tanah Mas tercatat sebanyak 791 KK dengan ±
2800 orang. Perayaan Ekaristi pada hari Sabtu sore mulai diadakan di akhir tahun 1991, setelah
lustrum I Gereja Hati Kudus Yesus Tanah Mas yang dimotori oleh Rm. AL. Hantara, Pr, sehinggaMisa
Mingguan berlangsung tiga kali, yaitu Sabtu sore, Minggu pagi dan Minggu sore. Selain itu, di gereja
ini telah terselenggara penerimaan Sakramen Baptis, Perkawinan, Krisma, dan lain-lain,
sehinggabanyak suara, termasuk dari para Romo, yang menyatakan wilayah Tanah Mas sebagai Quasi
Paroki meski nyatanya masih merupakan 1 (satu) dari 6 (enam) wilayah Paroki Katedral.
Pada kepengurusan Dewan Paroki Katedral periode 1991 – 1994, Hati Kudus Tanah Mas
dikembangkan menjadi 3(tiga) wilayah, sebabjumlah lingkungannya bertambah, yang semula 11
(sebelas)lingkungan berkembang menjadi 18 (delapan belas) lingkungan.Ketua Wilayah sebelumnya,
Bp. A. Sudariyanto, ditugasi sebagai koordinator wilayah (Korwil) dan sekaligus ketua pengurus
Gereja Hati Kudus Tanah Mas, yang berfungsi sebagai salah satu anggota Dewan Harian Paroki
Katedral periode 1991 – 1994.
Sebagai catatan, Program Pembangunan Tahap III (1986 – 1995) adalah upaya menambah/
memperluas tanah Gereja sebagai persiapan pembangunan Tahap IV yang berlangsung pada periode
kepengurusan berikutnya.

Pembenahan Organisasi Gereja (1994 – 1997)

Pada tahun 1994 terjadi pergantian Dewan Paroki Katedral masa bakti 1991-1994 ke periode
1994-1997, termasuk Wilayah Hati Kudus Tanah Mas. Selaku Romo Paroki, Rm. Ev. Rusgiharto
menugasi Bp. A. Tjahya Hariyadi sebagai Korwil baru. Dalam periode ini dilakukan pembenahan
adminsitrasi Gereja (pencatatan, pendataan umat, dan keuangan). Kegiatan umat ditingkatkan, baik
tingkat lingkungan maupun wilayah/Gereja sebagaimana terjadi di Paroki Katedral. Mulai periode
ini,rapat pleno tahunan Pengurus Gereja dalam rangka penyusunan Program Kerja dan Anggaran
untuk tahun berikutnya diadakan di Bandungan. Sebelum rapat pleno dimulai, setiap bidang dan
seksi melakukan inventarisasi masalah menyangkut kehidupan menggereja. Selain itu, tumbuh dan
berkembanglah kelompok-kelompok persaudaraan seperti PD Karismatik, Marriage Encounter,
Warakawuri, WKRI, dan sebagainya.
Derap pembangunan pun terus berlanjut. Pembangunan Tahap IV (1995 – seterusnya)
meliputipembangunan gedung pastoran, gedung gereja baru, alih fungsi gedung gereja lama menjadi
gedung pertemuan, dan pembangunan gedung serbaguna – gedung perpustakaan.
Pada bulan Oktober 1995 (sementara Izin Mendirikan Bangunan /IMB masih diproses) Bapak
Walikota Kepala Dati II Semarang, Bp. Soetrisno Suharto, menerbitkan SK No. 433.2.713/1995
tentang pemberian Izin Prinsip Pembangunan Gereja Katolik Hati Kudus Tanah Mas di Jl. Kokrosono
Kav. 42, Kelurahan Panggung Lor, Kecamatan Semarang Utara, Kotamadya Daerah Tingkat II
Semarang. Keluarnya IMB dimaknai sebagai hadiah akhir tahun/hadiah Natal untuk menutup
kegiatan pembangunan tahun 1995.
Pembangunan gedung pastoran dan gereja baru berlangsung selama 9 tahun, yang dirintis
tahun 1995 dan selesai tahun 2003. Uniknya, umat katolik Tanah Mas membangun tanpa modal di
tangan. Maksudnya adalah pembangunan dimulai sambil mencari dana. Modalnya adalah semangat
kebersamaan dan percaya diri pada bimbingan Hati Yesus Sang Pelindung Gereja. Di balik semangat
dan rasa percaya diri ini ternyata ada kekuatan dahsyat yang menopang kebutuhan dana
pembangunan secara terus-menerus, sehingga kegiatan pembangunan tetap mengalir meski resesi
ekonomi sedang berlangsung. Kekuatan itu tiada lain adalah dukungan nyata seluruh umat Hati
Kudus Tanah Mas, umat Paroki Katedral, para donatur, dermawan, serta simpatisan yang tak terduga
sebelumnya.
Sebagai Gereja yang berlindung pada Hati Kudus Yesus, misa Jumat Pertama sudah mulai
diadakan sebelum gedung gereja diberkati, bahkan sewaktu masih di Wisma Kurnia (sebelum
bangunan gereja berfungsi). Misa Jumat Pertama diadakan pkl. 17.00 WIB, sebelumnya didahului
upacara baptisan anak-anak balita.
Terkait dengan Misa harian, awalnya diselenggarakan hanya pada hari Selasa dan Kamis (pkl
05.30 WIB). Khusus pada masa Pra-Paskah, Misa harian diadakan pada hari Selasa s/d Jumat. Misa
harian selama seminggu penuh mulai berlangsung awal 1992, tepatnya hari Senin, 3 Februari 1992.
HUT Gereja Hati Kudus kesepuluh (Lustrum II) tahun 1996 ditandai dengan dimulainya
proyek besar bagi umat katolik Tanah Mas. Berbekal Izin Prinsip No. 453.2/ 713/1995 serta Izin
Mendirikan Bangunan (IMB) No. 645.8/501/1996 kegiatan pembangunan fisik gedung pastoran dan
gedung gereja baru pun dimulai. Peletakan batu pertama dilakukan pada hari Selasa, tanggal 23 April
1996, pkl. 08.00 WIB, oleh Bapak Uskup Agung Semarang, Mgr. Julius Darmaatmadja, SJ., menjelang
pindah sebagai Uskup Agung Jakarta. Pada saat itu, hadirlah para Romo beserta Dewan Paroki
Katedral, Wakil dari Departemen Agama Kota Semarang, Bapak Sukardjo Pembantu Walikota Wilayah
Genuk mewakili Bapak Wali Kota Semarang, Kepala Kelurahan Panggung Lor dan Panggung Kidul,
para tamu undangan dan tentu saja umat wilayah Hati Kudus Tanah Mas yang dengan penuh syukur
menanggapi peristiwa ini.
Menjadi Gereja Masa Kini (1997 – 2004)

Dengan makin banyaknya kegiatan bidang dan seksi serta kelompok persaudaraan maka
ruang rapat yang ada, yakni ex sekolah Theresiana, mulai tidak mencukupi. Selain itu, banjir bukan
saja merambah bangunan gereja tapi juga ruang rapat. Dewan Gereja periode kepengurusan ini,
dengan ketua Bpk. F. Satrijanto, merintis program pembangunan gereja baru dengan membeli tanah
di sebelah utara gereja. Rencananya, bangunan lama akan digunakan sebagai ruang rapat serta
gedung pertemuan.

Berkat dukungan dana dari umat, bantuan dari Paroki Katedral dan Keuskupan Agung
Semarang, tanah gereja yang semula hanya 1.000 m²bertambah menjadi 6.880 m²pada akhir tahun
1996.Kegiatan pembangunan gereja (tahap IV) di awal tahun 1997 adalah membangun gedung
pastoran dan gedung Gereja Hati Kudus yang baru. Pertimbangannya adalah bila sewaktu-waktu
menjadi paroki, sudah adarumah pastor.

Akibat krisis moneter tahun 1998, pembangunan gedung pastorandan gereja barusempat
macet. Dana yang ada terbatas sedangkan harga-harga melambung tinggi. Atas dorongan Mgr. Ign.
Suharyo, pembangunan pastoran diteruskan. Penyelesaian pastoran dimulai lagi awal tahun 1998,
walaupun dengan dana yang terbatas akhirnya gedung pastoran dapat diresmikan oleh Uskup Agung
Semarang, Mgr. Ign. Suharyo pada 7 Juni 1998.Begitu gedung pastoran selesai dibangun,
pembangunan gedung gereja baru mulai diintensifkan.Dalam perjalanannya, gedung gereja yang
belum tuntas pembangunannya sempat digunakan untuk konser musik malam dana dengan
mendatangkan Tanty Yosepha(alm) dan berhasil menggalang dana lumayan besar guna melanjutkan
pembangunan gereja.
Saat itu, gereja telah digunakan untuk menyelenggarakan Perayaan Ekaristi secara lengkap
sesuai kebutuhan umat (Misa harian, Misa Sabtu sore/Minggu pagi/sore, Misa Jumat Pertama, Misa
Hari Raya Natal/Paskah dan hari-hari besar lainnya). Misa Jumat Pertama pernah lowong beberapa
bulan akibat minimnya peminat. Namun sejak awal tahun 2001 bertepatan dengan tahun keluarga,
Misa Jumat Pertama sore diisi dengan Perayaan Ekaristi Keluarga sebagai kebaktian keluarga-
keluarga katolik Tanah Mas kepada Hati Kudus Yesus sebagai Pelindung Gereja dan Raja Keluarga.
Misa Natal tahun 2001 dilakukan di bangunan gereja baru yang secara fisik masih seperti
gudang atau kandang hewan – alias jauh dari tuntas. Sebelum pekerjaan plafond maupun
pemasangan lantai selesai, bangunan gereja setengah jadi itu sempat digunakan untuk Misa Paskah
dan Misa Krisma tahun 2002. Namun menjelang akhir tahun, tepatnya saat Natal 2002, semua
kegiatan peribadatan sudah dialihkan dari gereja lama ke gereja baru. Masih tersedia waktu sekitar 6
(enam) bulan untuk membenahi segala sesuatunya sebelum bangunan gereja diberkati.
Bentuk gotong-royong dalam derap pembangunan gereja memang sudah tampak sejak awal,
namun makin kental pada tahap akhir penyelesaian, misalnya pengadaan tralis dengan gambar para
rasul, pengadaan lampu robyong, gambar Jalan Salib, mimbar, bangku umat, pintu gerbang dan pintu
samping, salib altar, dan masih banyak lagi perlengkapan gereja maupun paket pekerjaan yang
merupakan sumbangan umat/para donatur. Semua pihak dengan senang hati ikut ambil bagian
dalam menyelesaikan pembangunan Rumah Tuhan – Gereja Hati Kudus Tanah Mas yang baru, yang
disebut “Gereja Masa Kini”.
Perkembangan umat semakin pesat, sehingga perlu dilakukan pemekaran lingkungan. Salah
satu pertimbangannya adalah adanya lingkungan yang mempunyai umat lebih dari 70 KK. Sebelum
dimekarkan, Tanah Mas mempunyai 18 lingkungan, yaitu:

Wilayah I, ada 6 (enam) lingkungan, masing-masing:


a) Tambak Mas Utara d) Muara Mas Selatan
b) Tambak Mas Selatan e) Kuala Mas Utara
c) Muara Mas Utara d) Kuala Mas Selatan

Wilayah II, ada enam lingkungan, masing-masing:


a) Tanggul Mas Utara d) Selo Mas Barat
b) Tanggul Mas Selatan e) Pasir Mas
c) Selo Mas Timur f) Panggung Brotojoyo

Wilayah III, ada enam lingkungan, masing-masing:


a) Panggung Mas d) Delta Mas
b) Beton Mas e) Pondok Mas
c) Kali – Sumber – Tanah Mas f) Pondok Hasanudin

Dari 18 lingkungan dimekarkan menjadi 21 lingkungan dengan model pemekaran sebagai


berikut:Tambak Mas menjadi 3 (tiga) lingkungan, yaitu: Tambak Mas Utara, Tambak Mas Tengah, dan
Tambak Mas Selatan.Kuala Mas menjadi 3 (tiga) lingkungan, yaitu: Kuala Mas Utara, Kuala Mas
Tengah, dan Kuala Mas Selatan.Tanggul Mas menjadi 3 (tiga) lingkungan, yaitu: Tanggul Mas Utara,
Tanggul Mas Timur, dan Tambak Mas Barat.Demi memudahkan pertemuan lingkungan, umat Tanah
Mas Raya yang semula masuk Lingkungan Kali-Sumber-Tanah Mas, digabung ke Lingkungan Delta
Mas, sehingga menjadi Lingkungan Delta – Tanah Mas.

Awalnya, proses pemekaran berlangsung alot karena beragam alasan: 1) Umat sudah merasa
kompak di satu lingkungan, dan keberatan untuk “dipisah”.2) Mereka khawatir, kegiatan ibadat
lingkungan yang sebelumnya hanya dihadiri sedikit umat, kalau dipecah bisa-bisa tidak ada yang
hadir. 3) Saat tugas melayani Misa di gereja, pengurus lingkungan akan kesulitan mencari umat yang
bersedia terlibat.Namun, Pengurus Gereja sudah berbulat tekad untuk melakukan pemekaran.
Setelah pemekaran dilaksanakan, terbukti kemudian lambat-laun peserta pertemuan lingkungan
tidak berkurang. Justru, jumlah umat yang aktif di masing-masing lingkungan makin meningkat.
Masalah tugas pelayanan (koor) di gereja pun tidak mengalami kendala berarti.

Secara garis besar, perkembangan Gereja di Tanah Mas dapat dikelompokkan ke dalam 3
(tiga) periode sebagai berikut:
Pertama, tahun 1975 – 1986: umat Tanah Mas dan sekitarnya berusaha membangun komunitas
katolik sampai berdirinya Gereja Hati Kudus yang pertama.
Kedua, tahun 1986 – 2004: Sejak Gereja Hati Kudus yang pertama diresmikan, pembangunan
berlanjut hingga peresmian Gereja Hati Kudus yang baru.
Ketiga, tahun 2004 – seterusnya: berdiri sebagai Paroki Hati Kudus Yesus Tanah Mas.
Dalam upaya meningkatkan persaudaraan di antara umat, pada hari-hari peringatan
tertentu, usai Perayaan Ekaristi di gereja diadakan acara “minum bersama” dengan tambahan snack
ringan. Awalnya terasa sulit mengajak umat untuk bertahan barang sebentar setelah usai Misa.
Bahkan, sampai dicegat pun mereka enggan menyentuh hidangan yang tersaji, maunya terus
langsung pulang. Tetapi dengan berjalannya waktu, juga konsistensi pengurus Gereja, umat mulai
bersedia meluangkan waktu untuk berkumpul bersama membina persaudaraan satu dengan yang
lain.

Rapat kerja (Raker) tahunan di Bandungan pun mulai ditata perencanaannya sehingga tidak
terlalu melelahkan, termasuk pembekalan dari para romo yang ahli di bidang tata penggembalaan
teritorial. Hasilnya, dari waktu ke waktu peserta raker semakin bertambah jumlahnya. Pada periode
kepengurusan 1997 – 2004 inventarisasi masalah sekaligus pembahasannya dilakukan di Semarang,
sebelum berlangsungnya rapat pleno, sehingga pembahasan bisa lebih detil dan menyeluruh sesuai
target yang dicanangkan.Rapat pleno juga dapat berjalan lebih lancar.

Proses pembangunan fisik gereja tidak terhenti. Meski umat berpenghasilan sedikit atau pas-
pasan, mereka tetap antusias untuk menyisihkan sebagian dari penghasilannya untuk terlibat
dalampembelian tanah ke pihak pengembang (PT Tanah Mas) yang dilakukan dengan kredit jangka
panjang sertapelunasan kepada para kontraktor dan Dewan Paroki Katedralmeski dengan
mengangsur, bahkan sebagian di antaranya diputihkan.Di akhir tahun 2003,tanah gereja semakin luas
dengan penambahan 3 (tiga) kavling, sehingga luasnya menjadi 8.140 m².

Sesuai catatan, sejak baptisan pertama di tahun 1986 sampai April 2004tercatat sebanyak
1864 orang dewasa dan anak-anak yang menerima permandian di gereja ini.
Membangun Gereja, Mengembangkan Iman (2004 – 2012)

Hari ulang tahun ke-18 gereja Tanah Mas, Minggu, 6 Juni 2004, sungguh menjadi momen
bersejarah dan sangat istimewa bagi umat katolik Tanah Mas. Bertepatan dengan tahun syukur
seratus tahun misi katolik di Jawa Tengah yang dirintis oleh Romo Van Lith diterbitkansurat
keputusan no. 257/B/I/b-94/04, tertanggal 6 Juni 2004, oleh Uskup Keuskupan Agung Semarang,
Mgr. Ignatius Suharyo, yang menyatakan bahwa Gereja Hati Kudus Tanah Mas menjadi paroki
mandiri. Rm. Robertus Budiharyana, Pr. ditetapkan sebagai Romo Paroki yang pertama (Juni 2004 –
Juli 2007). Hari itu juga dilaksanakan peresmian dan pemberkatan gedung gereja baru oleh Mgr.
Ignatius Suharyo yang didampingi Mgr. J. Hadiwikarto (alm), Uskup Surabaya dan Mgr. J. Soenarko, SJ.
(Uskup Purwokerto). Gereja berdiri di atas lahan seluas 8.140 m².
Bentuk bangunan gereja merupakan paduan gaya lama dan modern. Bangunan dengan luas
1430 m², lebar 22 m dan panjang 65 m, terdiri dari panti imam cukup luas, ruang umat, Sakristi
depan dan belakang, 4 kamar pengakuan dosa, ruang koor, ruang soundsystem dan balkon untuk
berbagai keperluan. Pada lengkung di atas Panti Imam (altar) terpasang tulisan “JESU, FAC COR
NOSTRUM SECUNDUM CORTUUM” yang artinya “Yesus, Jadikanlah hatikami seperti Hati-Mu”.
[Catatan Romo Aloysius Budi Purnomo, Pr: tulisan pada lengkung dalam gereja di atas panti
imam/altar “JESU” secara bahasa salah! Dalam bahasa Latin tidak dikenal huruf “j”. Dalam bahasa
Latin, untuk menyebut Yesus digunakan kata “IESU” bukan “JESUS”. “JESUS” merupakan bahasa
Inggris. Maka, kalau menggunakan bahasa Latin yang benar, seharusnya tulisan menjadi “IESU,
FACCOR NOSTRUM SECUNDUM CORTUUM”. Silahkan bandingkan dengan singkatan “INRI” pada
kayu salib Yesus. “INRI” ( = Iesus Nazarenus Rex Iudaeorum, artinya Yesus orang Nazaret, Raja
Yahudi), tidak tertulis “JNRJ” (= Jesus Narenus Rex Juhaedorum). Maka diusulkan agar tulisan “JESU”
diralat dan diganti dengan IESUS, sehingga tidak menimbulkan kekeliruan lagi di masa depan; apalagi,
bila dibaca oleh orang-orang yang tahu bahasa Latin tidak lagi menimbulkan ganjalan yang
memalukan!]
Setelah diresmikan sebagai paroki, kegiatan umat dalam hidup menggereja pun makin
marak. Perayaan Ekaristi harian dihadiri tidak kurang dari 150 orang.Di bawah kendali ketua Dewan
Paroki pertama, Bpk. Ign. Darmawan B. (2004 – 2009), pembangunan bertahap pun segera berlanjut
dengan merenovasi gedung gereja lama dan gedung serbaguna menjadi bangunan gedung paroki
yang memadai. Dalam tempo 4 (empat) tahun, pembangunan tahap I (lantai bawah) telah selesai
paripurna.
Pada pertengahan Juli 2007, Rm. Aloysius Budi Purnomo, Pr menggantikan dan melanjutkan
reksa pastoral Rm. Robertus Budiharyana, Pr yang pindah tugas ke Paroki Jombor, Surakarta. Proses
pembangunan diteruskan. Selanjutnya, pemberkatan dan peresmian dilakukan oleh Romo Kepala
Paroki, Rm. Aloysius Budi Purnomo, Pr. hari Jumat, 8 Agustus 2008 dengan diberi nama ‘Wisma
Kurnia Hati Kudus Yesus’. Usai diberkati, tempat ini menjadi pusat kegiatan, seperti rapat pengurus,
pelayanan dan pembinaan umat, persekutuan doa, dan beragam kegiatan lain.
Kiprah pengurus Dewan Paroki yang baru dimulai. Bp. Yohanes I. Biantoro terpilih sebagai
Wakil Ketua II (periode 2009 – 2012). Program pembangunan tetap berlanjut.Kegiatan peribadatan
dan partisipasi umat dalam hidup menggereja tampak makin marak. Seiring dengan berjalannya
waktu, sebagian dari bangunan gedung paroki itu dimodifikasi menjadi Kapel Adorasi Ekaristi Abadi
(Adeka) yang buka 24 jam setiap hari. Kapel Adeka dibuka tanggal 31 Mei 2011 pukul 20.00 dan
Gerakan Adorasi Ekaristi Abadi dimulai tanggal 1 Juni 2011 pukul 00.01 sampai sekarang. Kapel Adeka
banyak dikunjungi umat, baik dari dalam maupun luar paroki, dalam kota maupun luar kota
Semarang.
Untuk sementara pembangunan fisik dinyatakan selesai, namun bukan berarti kegiatan
pembangunan berhenti. Pekerjaan yang lebih penting justru menghadang di depan mata, yaitu
pembangunan Gereja yang hidup atau pembangunan umat itu sendiri: meningkatkan hidup beriman
yang mendalam dan memasyarakat, melaksanakan Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang,
berusaha menjadi Gereja yang mandiri, berdaya guna dan berdaya pikat sebagai bagiandari Gereja di
Keuskupan Agung Semarang.

Sesuai data, sejak baptisan pertama di tahun 1986 sampai April 2018 tercatat sebanyak
3.070 orang dewasa dan anak-anak menerima permandian. Selain itu, sampai dengan Maret 2012,
sebanyak 833 pasangan menerima Sakramen Perkawinan di gereja ini.

Anda mungkin juga menyukai