itu sekitar tahun 1600an) dan penyakit sampar. Tetua adat itu bermaksud
gempa bumi. Ada kepercayaan bahwa kalau terjadi musibah seperti itu, maka
Para tetua ini berkumpul disuatu tempat yang letaknya kurang lebih 20
meter sebelah selatan gedung gereja ELIM Kolongan sekarang (batas antara
memberi tanda untuk hal-hal yang baik maupun yang buruk. Para tetua ini
mendapat petunjuk bahwa lokasi itu baik dan tempat untuk menjadi
pemukiman; dan tidak jauh dari tempat itu terdapat mata air yang merupakan
sumber air yang sangat vital untuk keperluan sehari-hari. Letaknya sekitar
150 meter arah timur laut. Lokasi mata air ini disekitarnya ditumbuhi sejenis
talas (herba) yang daunnya hijau serta berbintik-bintik putih 1. Bintik-bintik ini
dalam bahasa Tombulu disebut dengan Kolongan. Dari nama talas berbitik-
bintik inilah kemudian disebutlah tempat itu dengan Kolongan. Inilah yang
setelah gereja ditangani Indische Kerk. Tokoh awal Jemaat Protestan Kolo-
April 19352 yang dipimpin Inlands Leraar Elias Tengker (tamatan STOVIL,
berasal dari kampung Dua Saudara Girian) di lokasi perkebunan Zano sui,
dan dalam ibadah ini kemudian dilakukan aksi pengumpulan dana antara lain
1
Buku Asal-Asul Nama Kampung di Minahasa
2
Buku sejarah Jemaat ELIM Kolongan (tulisan dari DR Julius Pontoh)
sebesar 36,54 gulden, dipakai membangun kanisah dari dinding bambu lantai
tanah dan seng bekas. Cara penggalangan dana seperti ini terus dilakukan
Meski demikian jemaat Kolongan masih tetap beribadah hari Minggu di Ge-
reja Besar Tomohon (Sion) di Paslaten. Pokok khotbah pendeta nanti diulang
harinya.
Kecuali pelayanan baptisan dan sidi masih di gereja Sion. Baru tahun 1966
Jemaat GMIM Kolongan berdiri sendiri dalam arti menjadi jemaat yang
3
Rangkuman hasil Seminar Tentang Sejarah Jemaat ELIM Kolongan Tomohon
Ketua L. Mait
Panitra S. I. Paat
Bendahara K. Langitan
Anggota S. Pijoh
H. Paat-Mamuaja
J. Wondal
P. Mait
M. Rau-Wenur
A.J. Lasut
A. P. Paat
berbagai upaya yang dilakukan oleh jemaat, akhirnya Gereja ELIM Kolongan
4
Catatan Pidato Panitia Pembangunan yang dicatat kembali oleh Bpk. L. W. Pio (almarhum)
Gereja 'Elim’
VIII) tahun 1957 dari rongsokan gedung bekas Vervolgschool Kuranga yang
disumbangkan Sinode GMIM. Sekolahnya berdiri diatas tanah yang baru di-
beli jemaat tahun 1963. Kelak juga, Jemaat GMIM ‘Elim’ membangun Taman
Kanak-kanak tahun 1973, serta Wale Syalom di tahun 1994 dipakai untuk
2005 oleh Ketua Badan Pekerja Majelis Jemaat ELIM Kolongan Pdt. Th. E.
melibatkan semua sumber daya dan dana dari anggota jemaat dalam
Agustus tahun 2009, Gereja Baru ELIM Kolongan dapat diresmikan oleh
Badan Pekerja Majelis Sinode Pdt. DR. A. O. Supit, S.Th, dan dilakukan
baru, tetapi sampai sekarang ini jemaat ELIM Kolongan terus melakukan
dimaksud. Hal ini mau menunjukkan bahwa jemaat ELIM Kolongan adalah
jemaat yang telah dewasa, Mandiri dan selalu berusaha untuk memajukan
*Lampiran :
Tentang : Susunan Panitia Kebersamaan Pelayan Khusus & Keluarga Sewilayah Tomohon Satu
Serta Penggalangan Dana Gedung Gereja Baru
tamatan STOVIL yang juga pendeta di Klasis Tomohon. Pelayan Tuhan yang
5. Ds. .D.Kawulur,
6. Ds. A. Z. R. .Wenas.
7. Ketua Jemaat Pnt.Simon Goni Tahun (1960 hingga tahun 1966
S.Kamuh.
STh;
16. Pnt. Johanis Goni (Menunggu Pendeta yang di SK-kan oleh Badan
Kaunang-Rugian, S.Th.
18. Pdt Dirk Wohon STh (2006-2011) bersama dengan Pdt. Deasy N.
(2 April )), S.Th; Pdt. Billy Pyong, S.Th; Pdt. Lusiane Sumual,
M.Th; Pdt. Lusiane Sumual, S.Th, ; Pdt. Anita Nanci Rega, S.Th