RAHMAT SALEH
Rahmat Saleh
NIM F44090057
ABSTRAK
RAHMAT SALEH. Kajian Efektivitas Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan
ISO 14001 di PT Unilever Indonesia Tbk. Pabrik Home Personal Care Liquid
Dibimbing oleh PRASTOWO.
ABSTRACT
RAHMAT SALEH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013 ini ialah Kajian
Efektivitas Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 di PT Unilever
Indonesia Tbk Pabrik Home Personal Care Liquid.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Prastowo dan Bapak
Andik Pribadi selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis
sampaikan kepada Bapak Maulana Wahyu Jumantara, Bapak Amar Hamzah,
Bapak Harianto, Bapak Yudiyanto Soekirdjo, dan Ibu Tyagita Wisnuyadi dari
pihak PT Unilever Indonesia Tbk yang telah membantu selama pengumpulan
data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, keluarga, serta
teman-teman Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan 2009 pada khususnya dan
Institut Pertanian Bogor pada umumnya atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
Rahmat Saleh
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
I.PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penelitian 2
1.4 Manfaat Penelitian 2
1.5 Ruang Lingkup Penelitian 2
II.TINJAUAN PUSTAKA 2
2.1 Sistem Manajemen Lingkungan 2
2.2 Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 3
2.3 Kebijakan Lingkungan 5
2.4 Aspek Lingkungan 6
2.5 Aspek Lingkungan Penting 7
2.6 Pemantauan dan Pengelolaan Lingkungan 9
2.7 Peraturan Perundang-undangan dan Persyaratan lainnya 10
2.8 Pelatihan, Kepedulian dan Kompetensi 10
III METODE 11
3.1 Waktu dan Tempat 11
3.2 Kerangka Penelitian 11
3.3 Alat dan Bahan 11
3.4 Metode Penelitian 11
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14
4.1 Kebijakan Lingkungan 14
4.2 Prosedur Identifikasi Aspek Lingkungan Penting 16
4.3 Aspek Lingkungan Penting 20
V. SIMPULAN DAN SARAN 25
5.1 Simpulan 25
5.2 Saran 26
VI. DAFTAR PUSTAKA 26
LAMPIRAN 28
RIWAYAT HIDUP 39
DAFTAR GAMBAR
1 Siklus PDCA Sistem Manajemen Lingkungan 4
2 Diagram penerapan SML di PT Unilever Indonesia Tbk 7
3 Diagram Efektivitas 12
4 Kerangka Pikir Penelitian 13
5 Foto Kebijakan Lingkungan PT Unilever Indonesia Tbk 15
6 Foto Prosedur Identifikasi Aspek Lingkungan PT Unilever
Indonesia Tbk 17
7 Hirarki Kontrol penanganan Aspek Lingkungan 18
8 Diagram penentuan aspek lingkungan penting 19
9 Denah Penyimpanan Limbah B3 21
10 Flowchart Waste Water Treatment Plan 22
11 Foto pemakaian masker di lingkungan pabrik 24
12 Foto vakum midget impinger 24
13 Foto gudang penyimpanan limbah padat 25
14 Foto sisa deterjen yang akan didaur ulang 25
DAFTAR LAMPIRAN
1 Foto Sertifikat ISO 14001 PT Unilever Indonesia Tbk 28
2 Tabel Aspek Lingkungan Penting 29
3 Tabel Rekaman Limbah B3 32
4 Tabel dan Grafik rekaman limbah cair 33
5 Tabel dan Grafik rekaman emisi udara 35
6 Tabel Rekaman Limbah Padat 38
I.PENDAHULUAN
bagi karyawan. Serta melihat sejauh mana SML yang dikembangkan efektif
menangani masalah-masalah lingkungan yang berkaitan dengan kegiatan, produk,
dan jasa PT Unilever Indonesia Tbk.
II.TINJAUAN PUSTAKA
organisasi agar dapat berjalan. Hal ini akan membawa perusahaan pada
pembangunan berkelanjutan dengan memanfaatkan sumber daya seefisien
mungkin sehingga sumber daya dan polusi minimal.
Sertifikasi ISO 14001 hanya berlaku selama tiga tahun, setelah waktu
tersebut industri harus kembali memperbarui serifikasi ISO. Kemudian ISO
mengubah sistemnya dengan mewajibkan perusahaan melakukan surveillance
audit satu tahun sekali sebelum melakukan re-sertifikasi pada tahun ketiga.
Hasil produksi PT Unilever Indonesia Tbk menimbulkan dampak terhadap
lingkungan di setiap siklus hidupnya, mulai dari penggunaan sumber daya alam
dalam proses manufaktur, assembly, logistik, penggunaan hingga pembuangannya.
Sebagai produsen, PT Unilever Indonesia Tbk harus mengetahui dan menduga
pada tahap mana produksi memiliki dampak terhadap lingkungan, apa dan
seberapa luas dampaknya, dan kemudian mengambil langkah untuk mengurangi
dampak tersebut.
2.5.1 Limbah B3
Menurut Peraturan Pemerintah No.18 tahun 1999 limbah B3 adalah sisa
suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau
beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau merusak
lingungan hidup dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.
Sampai saat ini sektor industri merupakan penyumbang limbah B3 terbesar.
Mengingat besarnya resiko yang dapat ditimbulkan, maka perlu diupayakan suatu
pengelolaan terpadu dan berkesinambungan. Unsur manajemen akan memegang
peranan penting dalam sistem penegelolaannya (Soetiyono 2005). Pengelolaan
limbah B3 adalah proses untuk mengubah karakteristik dan komposisi limbah B3
untuk menghilangkan dan atau mengurangi sifat bahaya dan/atau sifat racun
(Wentz 1995 dan Freeman 1988).
PP No.18 Tahun 1999 Jo PP No.85 Tahun 1999 mengatur tentang
pengelolaan limbah B3 dan karakteristiknya. Karakteristik imbah yang termasuk
limbah B3 adalah :
1. Limbah mudah meledak.
2. Limbah mudah terbakar.
3. Limbah yang bersifat reaktif.
4. Limbah beracun.
5. Limbah yang menyebabkan infeksi.
6. Limbah yang bersifat korosif.
Jenis limbah B3 menurut sumber meliputi :
1. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik.
2. Limbah B3 dari sumber spesifik.
3. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan, dan
buagan produk yang tidak memenuhi spesifikasi.
Limbah padat adalah segala bentuk benda padat yang telah dikurangi atau
dihabiskan nilai gunanya dari suatu kegiatan sehingga tidak terpakai.
Limbah padat yang tidak dikelola dengan baik akan menumpuk sehingga
menimbulkan timbulan. Timbulan tersebut akan mengurangi nilai estetika suatu
kawasan dan menyebabkan gangguan lingkungan.
PT Unilever Indonesia Tbk memisahkan antara limbah padat dengan limbah
padat B3 sehingga diperlukan pengelolaan yang berbeda. Limbah padat B3
dikelola oleh pihak yang berkompeten agar limbah yang berbahaya tidak
mencemari lingkungan yang ada.
lingkungan hidup adalah semua benda, daya, keadaan dan mahluk hidup termasuk
manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk lain.
Pada undang-undang tersebut dijelaskan bahwa pengelolaan lingkungan
ditujukan untuk mengelola seluruh sumberdaya maupun hasil dari sesuatu
kegiatan yang mempengaruhi lingkugan kehidupan dan kesejahteraan dan mutu
hidup generasi masa kini dan masa depan. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan
suatu perusahaan akan berpengaruh pada kehidupan lingkungan sekitarnya untuk
jangka waktu yang lama. Pengelolaan ini bertujuan untuk mengurangi dampak
dari pencemaran yang dihasilkan perusahaan.
Karena terbatasnya lahan pengelolaan yang tersedia maka dibutuhkan suatu
prosedur untuk meminimalisasi limbah. Prosedur ini mencakup 4R, yaitu (Kuhre
1996) :
1. Reduce atau pengurangan jumlah bahan yang mereka gunakan, sehingga
hasil keluaran lebih sedikit.
2. Reuse atau pemakaian kembali bahan yang telah dipakai tetapi masih
bisa dimanfaatkan.
3. Recycle atau pendaur-ulangan bahan yang telah dipakai. Biasanya
dengan kerjasama pihak ketiga.
4. Repurchase atau pembelian kembali hasil dari daur ulang.
III METODE
Dalam penelitian ini terdapat tiga tolak ukur yang digunakan untuk
mengukur kinerja SML, yaitu kesesuaian, kecocokan, dan efektivitas. Kesesuaian
dapat dilihat dari sejauh mana elemen SML yang dikembangkan oleh PT Unilever
Indonesia Tbk dijalankan dan dipelihara sesuai dengan standar SML ISO 14001.
Kecocokan dapat dilihat dari cara-cara yang ditempuh oleh manajemen untuk
memenuhi syarat elemen manajemen bersangkutan untuk disesuaikan dengan
kemampuan, kompetensi, dan kemudahan bagi karyawan. Efektivitas dapat dilihat
dari sejauh mana SML yang dikembangkan efektif menangani masalah-masalah
lingkungan yang berkaitan dengan kegiatan, produk, dan jasa PT Unilever
Indonesia Tbk. Bagan mengenai kerangka pikir dapat dilihat pada Gambar 4.
Nomor Revisi : 6
Prosedur complain eksternal dibuat oleh bagian eksternal jika terdapat complain
dari masyarakat mengenai gangguan lingkungan yang ditimbulkan oleh aktivitas
perusahaan. Prosedur complain eksternal secara garis besar meliputi pengecekan
lokasi, pencatatan kejadian dan lama waktu kejadian, pelaporan, analisis resiko,
rencana perbaikan dan langkah terakhir yaitu tindak lanjut perbaikan lapangan
bila terjadi kerusakan lingkungan dan perbaikan sumber yang menimbulkan
kerusakan.
4.3.1 Limbah B3
Berbagai kegiatan di dalam pabrik yang menghasilkan limbah B3 dapat
dilihat pada lampiran 2. Limbah B3 PT Unilever Indonesia Tbk dikelola sesuai
dengan PP No.18 Tahun 1999 Jo PP No.85 Tahun 1999 dengan periode frekuensi
pemantauan setiap enam bulan sekali. Hasil pengukuran limbah B3 dapat dilihat
pada lampiran 3.
Pelatihan intern perusahaan mengenai limbah B3 dan sampah dilakukan
agar karyawan dapat mengumpulkan limbah B3 sesuai dengan karakteristiknya.
Karakteristik limbah B3 ditandai dengan simbol-simbol dampak pada setiap
kegiatan dan setiap karyawan yang berhubungan dengan sumber B3 akan
melakukan perlakuan khusus sesuai dengan tata cara yang tertulis pada prosedur
ENG-HW-010.
Jumlah limbah B3 yang dihasilkan PT Unilever Indonesia Tbk yang cukup
tinggi akan sangat berbahaya bagi manusia seperti korosi, terbakar, kerusakan
jaringan kulit dan menimbulkan kerusakan lingkungan apabila terkena tanah dan
badan air. PT Unilever Indonesia menyusun tujuan, sasaran dan program yang
berjudul Zero Landfill. Program ini bertujuan agar tidak ada limbah B3 yang
keluar dari perusahaan sebagai barang yang tidak bernilai dan merusak
lingkungan. Program ini dijalankan dengan cara mngelola dan memanfaatkan
limbah sesuai dengan karakteristik limbah tersebut sehingga tidak ada limbah
yang tersisa dan terbuang percuma.
Menurut PP No.18 Tahun 1999 Jo PP No.85 Tahun 1999, bahwa prosedur
yang dilakukan bila suatu badan usaha penghasil limbah B3 belum mampu dan
memenuhi klasifikasi sebagai pengolah limbah B3, maka harus diserahkan pada
pihak lain yang bersertifikasi oleh pemerintah sebagai pengolah limbah B3.
1. Limbah B3 Padat
Limbah B3 padat yang berasal dari kemasan bahan baku yang
mengandung B3 seperti drum plastik kemasan bahan baku dikembalikan ke
supplier. Limbah padat yang berasal dari kemasan bahan baku yang
mengandung B3 seperti jerigen plastik, plastik inner ex material beserta
sarung tangan, masker bekas, dan kain majun dikumpulkan kemudian
dilakukan pencucian di lokasi pabrik, kemudian dikerjasamakan dengan PT
Tobirus Jaya, dimana air bekas cucain dialirkan ke dalam tangki effluent untuk
selanjutnya digunakan dalam proses slurry making pada pembuatan deterjen
bubuk. Untuk drum oli bekas dikumpulkan dan digunakan sebagai wadah oli
bekas dan minyak kotor ex oil trap untuk selanjutnya dikirim ke PT Wastec
International. Sementara untuk sludge dari WWTP akan di ambil oleh pabrik
semen sebagai bahan baku.
21
2. Limbah B3 Cair
Limbah cair yang mengandung B3 seperti laboratorium waste
dikumpulkan lau dikerjasamakan dengan PT Wastec International. Dan untuk
produk rejected, limbah cair ex CIP digunakan kembali dalam proses slurry
making pada pembuatan deterjen bubuk dan apabila terdapat trouble akan
dikirim ke PT Wastec International.
standar yang berlaku sesuai dengan tata cara yang tertulis pada prosedur ENG-
WWTP-010.
Jumlah limbah cair yang dihasilkan PT Unilever Indonesia Tbk dengan
intensitas yang cukup tinggi akan menimbulkan pencemaran air permukaan,
gangguan ekosistem lingkungan, kekurangan oksigen bawah air, penurunan
kualitas air dan gangguan kesehatan pada manusia seperti penyakit kulit dan
pencernaan. PT Unilever Indonesia Tbk mempunyai tujuan, sasaran dan program
yaitu :
1. Zero effluent. Limbah cair yang telah diolah di WWTP akan dipakai kembali
sebagai bahan baku proses produksi di pabrik HPC Powder sehingga tidak
ada limbah cair yang dibuang keluar pabrik menuju IPAL kawasan
Jababeka dan juga dapat meminimalisir cost production. Program ini
menuntut nilai kualitas limbah cair dengan COD <800 Ppm agar dapat
dipakai kembali sebagai bahan baku.
2. All Variant. Suatu program yang menggabungkan seluruh limbah cair dari
seluruh produk HPC liquid untuk diolah secara bersamaan sehingga dapat
meminimalisir energi, waktu, SDM, dan cost production.
Limbah cair yang dihasilkan PT Unilever Indonesia Tbk di kelola pada unit
Waste Water Treatment Plan di dalam pabrik. Sementara untuk limbah cair
domestik dari kegiatan MCK dialirkan ke IPAL kawasan yaitu IPAL
Jababeka.
Pengukuran emisi udara di dalam ruangan dan di luar ruangan kerja berada
di bawah baku mutu. Hal ini menunjukan bahwa pengelolaan limbah B3 yang
dilakukan PT Unilever Indonesia Tbk sudah sepenuhnya efektif dan sebagai
bentuk perbaikan secara terus menerus, perusahaan harus mempertahankan kinerja
pengelolaan emisi udara.
5.1 Simpulan
4. Nilai baku mutu kualitas emisi udara ambient dan lingkungan ruang kerja
menunjukkan bahwa nilai kualitas emisi yang dihasilkan masih berada di
bawah nilai baku mutu. Parameter yang digunakan dalam pengukuran adalah
NO2, SO2, H2S, NH3, CO, dan debu TSP.
Penerapan SML ISO 14001 yang tidak efektif yaitu :
1. Nilai baku mutu kualitas limbah cair menunjukkan bahwa nilai parameter
COD berada di atas nilai baku mutu yaitu 800 ppm.
2. Terjadi penumpukan limbah padat di dalam gudang penyimpanan limbah
padat. Hal ini menunjukkan belum berjalannya program dengan baik.
5.2 Saran
No Nama Jumlah
COD
7,000.0
6,000.0
5,000.0
Konsentrasi (Ppm)
4,000.0
temuan
3,000.0
Baku Mutu
2,000.0
1,000.0
0.0
Bulan
pH
10
9
8 7.5 7.3 7.3 7.6 7.7 7.4
7 6.8
7 6.6 6.6
6.1 6.2
Konsentrasi
6
5
4 Temuan
1
0
Bulan
Juni 6.6 9 6
Juli 7 9 6
Agustus 6.8 9 6
September 7.5 9 6
Oktober 7.3 9 6
November 7.3 9 6
Desember 7.6 9 6
Januari 7.7 9 6
Februari 7.4 9 6
Maret 6.6 9 6
April 6.1 9 6
Mei 6.2 9 6
35
Udara Ambient
Hasil Pengukuran
No Parameter Baku Mutu Semester 1 Semester 2 Semester 1 Semester 2
2011 2011 2012 2012
1 NO2 400 µg/Nm³ 26.57 33.96 16.6 30.02
2 SO2 900 ppm 9.441 9.441 9.441 9.441
3 H2S 0.02 ppm 0.001 0.0001 0.001 0.0001
4 NH3 2 ppm 0.025 0.0059 0.0059 0.0396
5 CO 30000 µg/Nm³ 5715 6858 5715 5715
6 Debu TSP 230 ppm 141.4 201.9 62.64 106.7
NO2 SO2
40 10
35 9
Konsentrasi (µg/Nm³)
8
Konsentrasi (Ppm)
30
7
25 6
20 5
15 4
NO2 3 SO2
10
2
5
1
0 0
2011 2011 2012 2012 2011 2011 2012 2012
(1) (2) (1) (2) (1) (2) (1) (2)
Tahun Tahun
H2S NH3
0.0012 0.045
0.04
0.001
Konsentrasi (Ppm)
Konsentrasi (Ppm)
0.035
0.0008 0.03
0.025
0.0006
0.02
0.0004 H2S 0.015 NH3
0.0002 0.01
0.005
0 0
2011 2011 2012 2012 2011 2011 2012 2012
(1) (2) (1) (2) (1) (2) (1) (2)
Tahun Tahun
36
CO Debu TSP
7000
250
6800
Konsentrasi (µg/Nm³)
6600
Konsentrasi (Ppm)
200
6400
6200 150
6000
5800 100
5600 CO Debu TSP
5400 50
5200
5000 0
2011 2011 2012 2012 2011 2011 2012 2012
(1) (2) (1) (2) (1) (2) (1) (2)
Tahun Tahun
NO2 SO2
0.02 7.8
0.018 7.6
Konsentrasi (µg/Nm³)
0.016 7.4
Konsentrasi (Ppm)
0.014 7.2
0.012
7
0.01
6.8
0.008
0.006 NO2 6.6 SO2
0.004 6.4
0.002 6.2
0 6
2011 2011 2012 2012 2011 2011 2012 2012
(1) (2) (1) (2) (1) (2) (1) (2)
Tahun Tahun
37
H2S NH3
0.0012
90
0.001 80
Konsentrasi (µg/Nm³)
Konsentrasi (Ppm)
70
0.0008
60
0.0006 50
40
0.0004 30
H2S NH3
0.0002 20
10
0 0
2011 2011 2012 2012 2011 2011 2012 2012
(1) (2) (1) (2) (1) (2) (1) (2)
Tahun Tahun
CO Debu TSP
10000 3.5
9000
3
Konsentrasi (µg/Nm³)
Konsentrasi (µg/Nm³)
8000
7000 2.5
6000 2
5000
4000 1.5
3000 CO Debu TSP
1
2000
1000 0.5
0 0
2011 2011 2012 2012 2011 2011 2012 2012
(1) (2) (1) (2) (1) (2) (1) (2)
Tahun Tahun
38
No Nama Jumlah
RIWAYAT HIDUP