Anda di halaman 1dari 51

KAJIAN EFEKTIVITAS PENERAPAN

SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN ISO 14001


DI PT UNILEVER INDONESIA TBK
PABRIK HOME PERSONAL CARE LIQUID

RAHMAT SALEH

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Efektivitas


Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 di PT Unilever Indonesia
Tbk Pabrik Home Personal Care Liquid adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013

Rahmat Saleh
NIM F44090057
ABSTRAK
RAHMAT SALEH. Kajian Efektivitas Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan
ISO 14001 di PT Unilever Indonesia Tbk. Pabrik Home Personal Care Liquid
Dibimbing oleh PRASTOWO.

ISO 14001 merupakan standar internasional yang digunakan untuk


mengelola sistem manajemen lingkungan (SML). Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui efektivitas penerapan SML ISO 14001 di PT Unilever Indonesia Tbk.
Metode penelitian dilakukan dengan dua tahap, yaitu pengumpulan data dan
pengkajian efektivitas penerapan SML ISO 14001. Dari hasil penelitian diketahui
bahwa Aspek lingkungan penting di PT Unilever Indonesia adalah emisi debu,
limbah padat, limbah cair dan limbah B3. Aspek lingkungan penting dikelola
berdasarkan standar baku mutu dan peraturan perundangan-undangan. PT
Unilever Indonesia Tbk. telah berkomitmen untuk mencegah pencemaran,
mematuhi peraturan, dan perbaikan secara terus menerus yang sesuai dengan tiga
komitmen fundamental ISO 14001 di dalam kebijakan lingkungannya. PT
Unilever Indonesia Tbk juga telah berkomitmen untuk menetapkan, menerapkan,
dan memelihara dokumen aspek lingkungan.

Kata kunci: Sistem Manajemen Lingkungan, ISO 14001, kebijakan lingkungan,


prosedur identifikasi aspek lingkungan, aspek lingkungan penting.

ABSTRACT

RAHMAT SALEH. Study on The Effectiveness Of Implementation ISO 14001


Environmental Management System Of PT Unilever Indonesia Tbk. In Home
Personal Care Liquid Factory. Supervised by PRASTOWO.

ISO 14001 is an international standard used for maintain the Environmental


Management System (EMS). The goal of this research is to determine the
effectiveness of implementation SML ISO 14001 at PT Unilever Indonesia Tbk.
The research method takes two steps, data collection and studies on the
effectiveness of EMS ISO 14001. From the results of the study revealed that The
specific environmental aspect of PT Unilever Indonesia are air pollution, solid
waste, waste water, and hazardous waste. The specific environmental aspect of PT
Unilever Indonesia Tbk has been appropriated to the quality standard and the
regulatory laws. PT Unilever Indonesia Tbk has been committed to preventing
pollution, obeying the rules, and continuous improvement as three fundamental
supporting of environmental policy. PT Unilever Indonesia Tbk. also has been
commited to establishing, implementing, and maintaining the procedure of
identification environmental aspect.

Keywords: environmental management system, ISO 14001, environmental policy,


evvironmental aspects identification procedure, specific environmental aspect.
KAJIAN EFEKTIVITAS PENERAPAN
SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN ISO 14001
DI PT UNILEVER INDONESIA TBK
PABRIK HOME PERSONAL CARE LIQUID

RAHMAT SALEH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Kajian Efektivitas Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO
14001 di PT Unilever Indonesia Tbk. Pabrik Home Personal Care
Liquid
Nama : Rahmat Saleh
NIM : F44090057

Disetujui oleh

Dr Ir Prastowo, M.Eng Andik Pribadi, S.TP, M.Sc


Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Budi Indra Setiawan, M.Agr


Ketua Departemen

Tanggal Lulus:
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013 ini ialah Kajian
Efektivitas Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 di PT Unilever
Indonesia Tbk Pabrik Home Personal Care Liquid.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Prastowo dan Bapak
Andik Pribadi selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis
sampaikan kepada Bapak Maulana Wahyu Jumantara, Bapak Amar Hamzah,
Bapak Harianto, Bapak Yudiyanto Soekirdjo, dan Ibu Tyagita Wisnuyadi dari
pihak PT Unilever Indonesia Tbk yang telah membantu selama pengumpulan
data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, keluarga, serta
teman-teman Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan 2009 pada khususnya dan
Institut Pertanian Bogor pada umumnya atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, September 2013

Rahmat Saleh
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
I.PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penelitian 2
1.4 Manfaat Penelitian 2
1.5 Ruang Lingkup Penelitian 2
II.TINJAUAN PUSTAKA 2
2.1 Sistem Manajemen Lingkungan 2
2.2 Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 3
2.3 Kebijakan Lingkungan 5
2.4 Aspek Lingkungan 6
2.5 Aspek Lingkungan Penting 7
2.6 Pemantauan dan Pengelolaan Lingkungan 9
2.7 Peraturan Perundang-undangan dan Persyaratan lainnya 10
2.8 Pelatihan, Kepedulian dan Kompetensi 10
III METODE 11
3.1 Waktu dan Tempat 11
3.2 Kerangka Penelitian 11
3.3 Alat dan Bahan 11
3.4 Metode Penelitian 11
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14
4.1 Kebijakan Lingkungan 14
4.2 Prosedur Identifikasi Aspek Lingkungan Penting 16
4.3 Aspek Lingkungan Penting 20
V. SIMPULAN DAN SARAN 25
5.1 Simpulan 25
5.2 Saran 26
VI. DAFTAR PUSTAKA 26
LAMPIRAN 28
RIWAYAT HIDUP 39
DAFTAR GAMBAR
1 Siklus PDCA Sistem Manajemen Lingkungan 4
2 Diagram penerapan SML di PT Unilever Indonesia Tbk 7
3 Diagram Efektivitas 12
4 Kerangka Pikir Penelitian 13
5 Foto Kebijakan Lingkungan PT Unilever Indonesia Tbk 15
6 Foto Prosedur Identifikasi Aspek Lingkungan PT Unilever
Indonesia Tbk 17
7 Hirarki Kontrol penanganan Aspek Lingkungan 18
8 Diagram penentuan aspek lingkungan penting 19
9 Denah Penyimpanan Limbah B3 21
10 Flowchart Waste Water Treatment Plan 22
11 Foto pemakaian masker di lingkungan pabrik 24
12 Foto vakum midget impinger 24
13 Foto gudang penyimpanan limbah padat 25
14 Foto sisa deterjen yang akan didaur ulang 25

DAFTAR LAMPIRAN
1 Foto Sertifikat ISO 14001 PT Unilever Indonesia Tbk 28
2 Tabel Aspek Lingkungan Penting 29
3 Tabel Rekaman Limbah B3 32
4 Tabel dan Grafik rekaman limbah cair 33
5 Tabel dan Grafik rekaman emisi udara 35
6 Tabel Rekaman Limbah Padat 38
I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tumbuhnya perindustrian yang berkembang pesat saat ini berbanding lurus


dengan dampak lingkungan yang ditimbulkan. Kondisi ini semakin meningkat
seiring merebaknya isu lingkungan yang menarik perhatian dunia internasional
seperti efek gas rumah kaca ataupun naiknya permukaan air di bumi. Negara-
negara maju mulai memutar otak atas isu lingkungan yang sedang terjadi.
Menyikapi kondisi di atas, sebagai bagian untuk memenuhi tuntutan
stakeholder dan sekaligus sebagai bagian dari tanggung jawab sosial, perusahaan-
perusahaan perlu mengembangkan dan mengelola sistem manajemen lingkungan.
Sistem manajemen lingkungan merupakan suatu sistem yang digunakan suatu
organisasi atau perusahaan untuk mengelola kegiatannya yang berpengaruh
langsung terhadap lingkungan sehingga dapat meminimalisir dampak lingkungan
dari kegiatan tersebut dengan menggunakan standar pengelolaan lingkungan
nasional dan internasional yang ada. Sistem manajemen lingkungan memberikan
mekanisme untuk mencapai dan menunjukkan performasi lingkungan yang baik,
melalui upaya pengendalian dampak lingkungan dari kegiatan, produk dan jasa.
Sistem tersebut juga dapat digunakan untuk mengantisipasi perkembangan
tuntutan dan peningkatan performasi lingkungan dari konsumen, serta untuk
memenuhi persyaratan peraturan lingkungan hidup dari pemerintah (Hilman et.
all, 2009).
Berkembangnya kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap masalah-
masalah lingkungan menuntut perusahaan untuk secara profesional, terpadu dan
berkesinambungan mengelola aspek lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja.
Sistem Manajemen Lingkungan (SML) merupakan bagian dari sistem manajemen
organisasi yang digunakan untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan
lingkungan dan mengelola aspek lingkungan yang juga dituangkan dalam ISO
14001. Penerapan SML juga bagian dari amanat UU No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dalam menyikapi hal ini maka
PT Unilever Indonesia Tbk sebagai perusahaan yang dalam proses produksinya
berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan melalui manajemen
puncaknya berkomitmen dan bertekad untuk menjaga lingkungan sehingga akan
tercapai keseimbangan kerja dan kelestarian lingkungan. PT Unilever Indonesia
Tbk telah tersertifikasi ISO 14001 oleh SAI Global Certification Services pada
tanggal 23 Juni 2006. Sertifikasi ini meliputi sistem manajemen lingkungan di
dalam proses desain, pengembangan, dan program manufaktur produksi.

1.2 Perumusan Masalah

Tolak ukur yang digunakan untuk mengukur efektivitas SML dalam


penelitian adalah kinerja lingkungan perusahaan. Efektivitas dapat dilihat dari
sejauh mana elemen SML yang dikembangkan oleh PT Unilever Indonesia Tbk
dijalankan dan dipelihara sesuai dengan standar SML ISO 14001, selain itu cara-
cara yang ditempuh oleh manajemen untuk memenuhi syarat elemen manajemen
bersangkutan untuk disesuaikan dengan kemampuan, kompetensi, dan kemudahan
2

bagi karyawan. Serta melihat sejauh mana SML yang dikembangkan efektif
menangani masalah-masalah lingkungan yang berkaitan dengan kegiatan, produk,
dan jasa PT Unilever Indonesia Tbk.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penerapan SML


ISO 14001 di PT Unilever Indonesia, meliputi:
1. Penelusuran elemen-elemen SML perusahaan dalam mengendalikan
aspek lingkungan penting.
2. Kajian komitmen perusahaan dan kepedulian karyawan.
3. Kajian efektivitas pengelolaan lingkungan.
4. Identifikasi permasalahan dalam penerapan SML ISO 14001.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini antara lain:


1. Sebagai bahan evaluasi dan rekomendasi bagi perusahaan untuk
meningkatkan kinerja lingkungan.
2. Sebagai sumber pengetahuan bagi perusahaan dan mahasiswa tentang
SML ISO 14001.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Kinerja lingkungan merupakan hasil yang terukur dari manajemen


organisasi terhadap implementasi SML yang berkaitan dengan kebijakan
lingkungan, pengelolaan aspek lingkungan, dan tujuan serta sasaran lingkungan
organisasi.
Penelitian mencakup pengumpulan data dan analisis dokumen sesuai dengan
persyaratan ISO 14001 yaitu kebijakan lingkungan, prosedur identifikasi aspek
lingkungan, analisis aspek lingkungan penting berdasarkan teori dan
membandingkan dengan temuan yang ada dengan standar baku mutu.
Pembahasan mencakup kondisi, referensi, komparasi, evaluasi dan rekomendasi
dari data yang telah dikumpulkan dan dianalisis.

II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Manajemen Lingkungan

Sistem manajemen lingkungan merupakan suatu sistem kerja yang dibuat


secara tetap pada suatu lingkup kerja agar tercapai tujuan dari manajemen
lingkungan tersebut. Sistem manajemen lingkungan diterapkan pada saat
pelaksanaan kegiatan perusahaan organisasi. SML ini bersifat dinamis dan terus
berkembang mengikuti perkembangan jaman. Dalam pelaksanaannya, SML
melibatkan semua pihak dan harus berintegrasi dengan sistem manajemen
3

organisasi agar dapat berjalan. Hal ini akan membawa perusahaan pada
pembangunan berkelanjutan dengan memanfaatkan sumber daya seefisien
mungkin sehingga sumber daya dan polusi minimal.

2.2 Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001

ISO 14001 adalah standar internasional yang dapat diterapkan oleh


organisasi yang dimaksudkan untuk menetapkan, menerapkan, memelihara dan
meningkatkan sistem manajemen lingkungan (ISO 14001 2001). Standar yang
pertama kali dipublikasikan pada tahun 1996 dan direvisi pada tahun 2004 ini
merupakan hasil negosiasi pertemuan GATT di Uruguay dan konferensi
lingkungan di Rio de Janeiro pada tahun 1992 (Zeng et all, 2005).
Nilai Penting dari ISO 14001 tercantum dalam klausul 4.2 hingga 4.6,
antara lain (Kitazawa et all, 2000):
1. Klausul 4.2 Kebijakan lingkungan: mendefinisikan kebijakan dan
memastikan komitmen terhadap pelaksanaan kebijakan tersebut.
2. Klausul 4.3 Perencanaan: mencakup lima langkah yaitu identifikasi
aspek lingkungan, menentukan dampak lingkungan, mengumpulkan
perundangan dan peraturan lainnya, menetapkan sasaran dan target, serta
mengembangkan suatu sistem manajemen lingkungan.
3. Klausul 4.4 Penerapan dan operasi; mengadakan sumber daya untuk
mencapai sasaran dan target lingkungan organisasi.
4. Klausul 4.5 Tindakan pemeriksaan dan pemantauan: memeriksa dan
memantau sistem manajemen lingkungan untuk mengidentifikasi
masalah dan memecahkannya.
5. Klausul 4.6 Tinjauan manajemen; memastikan adanya tinjauan secara
berkala oleh manajemen.
Persyaratan-persyaratan tersebut bersifat generik sehingga bisa diterapkan
oleh semua perusahaan tanpa bergantung pada tipe, ukuran, dan jenis produk yang
diberikan. Generik berarti standar menyebutkan “apa” yang harus dilakukan dan
memberikan kebebasan “bagaimana” ia dilakukan.
ISO 14001 yang mengatur Sistem Manajemen Lingkungan bertujuan untuk
meningkatkan dayaguna lingkungan yang konstan dan mengimplementasikan
siklus PDCA (Plan, Do, Check, Action) dengan efisien dan perbaikan terus
menerus. Strukturnya yaitu manajemen tertinggi menetapkan aturan, sebuah
sistem manajemen dibentuk berdasarkan aturan tersebut dan kemampuan
merespon lingkungan dapat terus ditingkatkan. Siklus PDCA dapat dilihat pada
Gambar 1.
4

Gambar 1 Siklus PDCA Sistem Manajemen Lingkungan


Efektivitas adalah penilaian tentang pencapaian kinerja manajemen dan
kinerja lingkungan. Kinerja manajemen suatu perusahaan dapat ditelaah atas
kebijakan lingkungan, tujuan, sasaran, dan program lingkungannya sesuai dengan
amdal serta RKL-RPL yang telah ditetapkan. Kinerja lingkungan adalah hasil
yang terukur dari manajemen lingkungan terhadap aspek lingkungannya.
Pada umumnya, amdal berbasis dampak penting lingkungan dan dibuat pada
saat tahapan uji kelayakan, sedangkan SML berbasis aspek lingkungan penting
yang diterapkan pada saat tahapan operasi. Aspek lingkungan yang dimonitor
amdal juga lebih bervariatif daripada SML. Hal ini dikarenakan amdal diposisikan
sebagai tahap persiapan dimana keseluruhan aspek di anggap penting sebelum
kegiatan dimulai. Menurut PP No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan, amdal
adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegitan. Tahapan-tahapan
yang harus dikaji adalah tahap pra-konstruksi, konstruksi, operasi, dan pasca
operasi.
Amdal mengkaji tentang dampak positif dan negatif dari suatu rencana
kegiatan. Tindakan perusahaan yang dilakukan untuk menurunkan dampak negatif
terhadap lingkungan adalah dengan cara melakukan pengelolaan terhadap
lingkungan. Untuk mengetahui efektivitas pengelolaan lingkungan tersebut, maka
perlu dilakukan pemantauan secara berkala.
5

Berikut beberapa manfaat yang diperoleh PT Unilever Indonesia Tbk


setelah memperoleh sertifikasi ISO 14001 menurut Kementrian Lingkungan
Hidup 2013 :
1. Meningkatkan kinerja lingkungan sesuai komitmen manajemen puncak.
2. Penghematan ongkos dapat dicapai melalui peningkatan efisiensi energi
dan penggunaan air dan minimalisasi buangan.
3. Mengurangi resiko dari terjadinya polusi dan kondisi lainnya yang
berkenaan dengan lingkungan, dan oleh karena itu penghindaran dari
ongkos pembersihan yang tidak perlu dan/atau pelaksanaan tindakan dari
lembaga-lembaga hukum.
4. Kesesuaian hukum melalui pengenalan perundangundangan baru dengan
kecukupan waktu dalam menghadapi masalah-masalah lingkungan
terkini. Mengurangi resiko dari ketidak-sesuaian dengan perundang-
undangan dan ongkos-ongkos tuntutan hukum selanjutnya.
5. Memberikan kesan mendalam pada merek dimana para pelanggan akan
memandang organisasi tersebut telah melakukan pengendalian dampak
lingkungan yang baik.
6. Meningkatkan pemusatan tujuan bisnis dan mengkomunikasikan
masalah-masalah lingkungan terkini.
7. Meningkatkan kemampuan-labaan organisasi melalui pengurangan
ongkos-ongkos dan meningkatkan kepuasan pelanggan.

Sertifikasi ISO 14001 hanya berlaku selama tiga tahun, setelah waktu
tersebut industri harus kembali memperbarui serifikasi ISO. Kemudian ISO
mengubah sistemnya dengan mewajibkan perusahaan melakukan surveillance
audit satu tahun sekali sebelum melakukan re-sertifikasi pada tahun ketiga.
Hasil produksi PT Unilever Indonesia Tbk menimbulkan dampak terhadap
lingkungan di setiap siklus hidupnya, mulai dari penggunaan sumber daya alam
dalam proses manufaktur, assembly, logistik, penggunaan hingga pembuangannya.
Sebagai produsen, PT Unilever Indonesia Tbk harus mengetahui dan menduga
pada tahap mana produksi memiliki dampak terhadap lingkungan, apa dan
seberapa luas dampaknya, dan kemudian mengambil langkah untuk mengurangi
dampak tersebut.

2.3 Kebijakan Lingkungan

Kebijakan lingkungan adalah keseluruhan maksud dan arahan organisasi


terkait dengan kinerja lingkungannya yang dinyatakan secara resmi oleh
manajemen puncak (Gaspersz 2012). Kebijakan ini seharusnya mencerminkan
komitmen manajemen puncak untuk menaati persyaratan perundang-undangan
yang berlaku dan persyaratan lain, untuk mencegah pencemaran, dan untuk
memperbaiki secara berkelanjutan. Kebijakan lingkungan seharusnya cukup jelas
untuk dimengerti oleh pihak berkepentingan di dalam dan di luar organisasi, dan
seharusnya ditinjau dan diperbaharui secara berkala untuk mencerminkan
perubahan kondisi dan informasi.
6

Menurut SNI 19-14001-2005, manajemen puncak harus menetapkan


kebijakan lingkungan organisasi dan memastikan bahwa kebijakan dalam lingkup
sistem manajemen lingkungannya :
1. Sesuai dengan sifat, ukuran, dan dampak lingkungan dari kegiatan,
produk dan jasanya.
2. Mencakup komitmen pada perbaikan berkelanjutan dan pencegahan
pencemaran.
3. Mencakup komitemn untuk menaati peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan persyaratan lain yang diikuti organisasi, yang terkait
dengan aspek lingkungannya.
4. Menyediakan kerangka untuk menentukan dan mengkaji tujuan dan
sasaran lingkungan
5. Didokumentasikan, diterapkan, dan dipelihara.
6. Dikomunikasikan kepada semua orang yang bekerja pada atau atas nama
organisasi.
7. Tersedia untuk masyarakat.

2.4 Aspek Lingkungan

Aspek lingkungan adalah elemen dari aktivitas-aktivtas organisasi atau


produk atau jasa yang dapat berinteraksi dengan lingkungan (Gaspersz 2012).
Aspek lingkungan yang signifikan memiliki atau dapat memberikan dampak
lingkungan yang signifikan. Dalam kegiatannya, perusahaan harus menetapkan,
menerapkan, dan memelihara prosedur untuk :
1. Mengidentifikasi aspek lingkungan dari aktivitas-aktivitasnya, produk-
produk dan jasa-jasa dalam lingkup sistem manajemen lingkungan yang
dapat dikendalikan dan yang dapat dipengaruhi dengan
mempertimbangkan pengembangan yang direncanakan atau baru, atau
aktivitas-aktivitas baru atau yang dimodifikasi, produk-produk dan jasa-
jasa, dan
2. Menentukan aspek-aspek yang memiliki atau dapat memiliki dampak
yang signifikan pada lingkungannya yang disebut aspek lingkungan
penting. Organisasi harus menjamin bahwa aspek lingkungan penting
diperhitungkan dalam penetapan, penerapan, dan pemeliharaan sistem
manajemen lingkungannya.

Analisa aspek lingkungan bertujuan untuk mengukur dan mengetahui apa


dan berapa besar input yang digunakan serta apa dan berapa besar output yang
berpengaruh terhadap lingkungan. Namun demikian, persyaratan standar tidak
menghalangi organisasi untuk melakukan penilaian lengkap resiko lingkungan.
Hal terpenting yang ingin dicapai dengan dilakukannya identifikasi dan evaluasi
aspek lingkungan adalah organisasi memahami apa yang terjadi dan dampak yang
ditimbulkan terhadap lingkungan.
7

Gambar 2 Diagram penerapan SML di PT Unilever Indonesia Tbk


2.5 Aspek Lingkungan Penting

Suatu organisasi mempunyai banyak aspek lingkungan dan dampak


lingkungan terkait, organisasi tersebut seharusnya menetapkan kriteria dan metode
untuk menentukan aspek lingkungan yang akan dipertimbangkan sebagai aspek
lingkungan penting. Tingkat kepentingan adalah suatu konsep yang relatif, tidak
dapat dijelaskan dalam ukuran yang bersifat mutlak. Apa yang penting dari satu
organisasi mungkin tidak penting untuk yang lainnya. Evaluasi tingkat
kepentingan membutuhkan penerapan analisa teknik dan penilaian oleh organisasi
8

2.5.1 Limbah B3
Menurut Peraturan Pemerintah No.18 tahun 1999 limbah B3 adalah sisa
suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau
beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau merusak
lingungan hidup dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.
Sampai saat ini sektor industri merupakan penyumbang limbah B3 terbesar.
Mengingat besarnya resiko yang dapat ditimbulkan, maka perlu diupayakan suatu
pengelolaan terpadu dan berkesinambungan. Unsur manajemen akan memegang
peranan penting dalam sistem penegelolaannya (Soetiyono 2005). Pengelolaan
limbah B3 adalah proses untuk mengubah karakteristik dan komposisi limbah B3
untuk menghilangkan dan atau mengurangi sifat bahaya dan/atau sifat racun
(Wentz 1995 dan Freeman 1988).
PP No.18 Tahun 1999 Jo PP No.85 Tahun 1999 mengatur tentang
pengelolaan limbah B3 dan karakteristiknya. Karakteristik imbah yang termasuk
limbah B3 adalah :
1. Limbah mudah meledak.
2. Limbah mudah terbakar.
3. Limbah yang bersifat reaktif.
4. Limbah beracun.
5. Limbah yang menyebabkan infeksi.
6. Limbah yang bersifat korosif.
Jenis limbah B3 menurut sumber meliputi :
1. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik.
2. Limbah B3 dari sumber spesifik.
3. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan, dan
buagan produk yang tidak memenuhi spesifikasi.

2.5.2 Limbah Cair


Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 tahun 1995 limbah
cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan industri yang
dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas lingungan.
Ada banyak parameter yang harus diukur untuk memastikan kualitas limbah
cair industri. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2010
Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kawasan Industri dan Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi
Kegiatan Industri.
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun
2010, ada beberapa parameter yang harus diukur dari hasil pemrosesan air limbah
industri. Parameter tersebut antara lain pH, BOD, COD, kadmium, seng, mangan,
timbal, sulfida, deterjen, minyak/lemak, dan TSS. Semua parameter tersebut
dipantau dan diukur untuk mengetahui kualitas air limbah industri.
Dampak limbah cair yang mencemari badan air adalah berkurangnya
oksigen yang ada di dalam badan air dan terhalangnya sinar matahari untuk masuk
ke dalam badan air.

2.5.3 Limbah Padat


9

Limbah padat adalah segala bentuk benda padat yang telah dikurangi atau
dihabiskan nilai gunanya dari suatu kegiatan sehingga tidak terpakai.
Limbah padat yang tidak dikelola dengan baik akan menumpuk sehingga
menimbulkan timbulan. Timbulan tersebut akan mengurangi nilai estetika suatu
kawasan dan menyebabkan gangguan lingkungan.
PT Unilever Indonesia Tbk memisahkan antara limbah padat dengan limbah
padat B3 sehingga diperlukan pengelolaan yang berbeda. Limbah padat B3
dikelola oleh pihak yang berkompeten agar limbah yang berbahaya tidak
mencemari lingkungan yang ada.

2.5.4 Emisi Udara


Emisi udara adalah satu, beberapa atau kombinasi bahan pencemar di
atmosfer seperti: debu, uap air, gas, bau, asap dan uap lainnya yang dalam
kuantitas, sifat dan lama waktu keberadaanya dapat mengganggu kesehatan
manusia, tumbuhan dan hewan atau gangguan pada kualitas benda atau bukan
karena sebab lain maka kenyamanan hidup manusia dan biota terganggu (Canter
1977).
Sumber emisi udara dapat dibagi kedalam dua sumber, yaitu sumber
bergerak seperti cerobong asap dan sumber tidak bergerak seperti kendaraan
bermotor.
Bahaya dari bahan pencemar partikulat adalah menyebabkan gangguan dan
penyakit pada manusia, seperti: iritasi pada keongkongan, gangguan pada saluran
pernapasan, penyakit paru-paru, jantung dan kanker, mengganggu proses
fotosintesis, berbahaya untuk hewan, mengurangi visibilitas atmosfer,
mempengaruhi iklim dan cuaca (Miller 1979).

2.6 Pemantauan dan Pengelolaan Lingkungan

Pemantauan dan pengukuran merupakan perangkat pemeriksaan kinerja


aktual penerapan SML dalam rangka memastikan kesesuaian penerapan SML
terhadap rencana yang telah ditetapkan dalam tujuan dan sasaran lingkungan.
Pemantauan adalah pemeriksaan berkala terhadap suatu proses atau kondisi yang
telah berjalan. Pemantauan tidak harus memerlukan data kuantitatif yang akurat,
sehingga seringkali disebut dengan pengukuran indikatif. Pengukuran
menghasilkan data kuantitatif yang akurat dan cermat tentang suatu keadaan fisik
maupun kimia dalam suatu proses.
Dengan pemantauan dan pengukuran memungkinkan organisasi untuk:
1. Mengevaluasi kinerja lingkungan.
2. Menganalisis akar penyebab masalah.
3. Menilai penaatan peraturan lingkungan.
4. Menyempurnakan kinerja dan meningkatkan efisiensi.

Menurut UU RI No. 5 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Sumberdaya Alam


Hayati dan Ekosistemnya, pengelolaan lingkungan hidup adalah pengelolaan
sumberdaya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk
menjamin persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas
keanekaragaman dan nilainya. Pada UU RI No. 23 tahun 1997 didefinisikan
10

lingkungan hidup adalah semua benda, daya, keadaan dan mahluk hidup termasuk
manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk lain.
Pada undang-undang tersebut dijelaskan bahwa pengelolaan lingkungan
ditujukan untuk mengelola seluruh sumberdaya maupun hasil dari sesuatu
kegiatan yang mempengaruhi lingkugan kehidupan dan kesejahteraan dan mutu
hidup generasi masa kini dan masa depan. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan
suatu perusahaan akan berpengaruh pada kehidupan lingkungan sekitarnya untuk
jangka waktu yang lama. Pengelolaan ini bertujuan untuk mengurangi dampak
dari pencemaran yang dihasilkan perusahaan.
Karena terbatasnya lahan pengelolaan yang tersedia maka dibutuhkan suatu
prosedur untuk meminimalisasi limbah. Prosedur ini mencakup 4R, yaitu (Kuhre
1996) :
1. Reduce atau pengurangan jumlah bahan yang mereka gunakan, sehingga
hasil keluaran lebih sedikit.
2. Reuse atau pemakaian kembali bahan yang telah dipakai tetapi masih
bisa dimanfaatkan.
3. Recycle atau pendaur-ulangan bahan yang telah dipakai. Biasanya
dengan kerjasama pihak ketiga.
4. Repurchase atau pembelian kembali hasil dari daur ulang.

2.7 Peraturan Perundang-undangan dan Persyaratan lainnya

Untuk memenuhi salah satu komitmen fundamental ISO 14001 yaitu


memenuhi peraturan perundangan, maka suatu perusahaan atau organisasi harus
memiliki standar pemantauan lingkungan untuk masing-masing aspek
lingkungannya.
Elemen ISO 14001 mempersyaratkan adanya kesesuaian dengan persyaratan
berdasarkan peraturan perundangan dibidang lingkungan pada umumnya.
Pemenuhan peraturan sesuai ISO 14001 memiliki dua sasaran sekaligus, yaitu
dalam upaya memenuhi permintaan pasar dan sebagai perwujudan tanggung
jawab perusahaan dalam melestarikan lingkungan (Chafid et all, 2006).

2.8 Pelatihan, Kepedulian dan Kompetensi

Pelatihan, kepedulian, dan kompetensi yang baik akan menjamin


pengelolaan aspek lingkungan yang efektif. Hal ini dilakukan pada setiap subjek
yang berperan langsung pada penanganan aspek lingkungan mulai dari proses
awal hingga proses akhir suatu perusahaan berjalan. Pelatihan yang diberikan
kepada karyawan mencakup pelatihan kepedulian dan pelatihan kompetensi dalam
menangani masalah-masalah operasional, sedangkan pelatihan yang diberikan
kepada pemasok adalah pelatihan kepedulian agar pemasok menyadari bahwa
kegiatannya juga memberikan aspek dan dampak terhadap lingkungan (Clemens
1996).
11

III METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan mulai bulan April 2013 dan dilakukan di PT


Unilever Indonesia Tbk pabrik Home Personal Care Liquid, Cikarang Barat.

3.2 Kerangka Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat tiga tolak ukur yang digunakan untuk
mengukur kinerja SML, yaitu kesesuaian, kecocokan, dan efektivitas. Kesesuaian
dapat dilihat dari sejauh mana elemen SML yang dikembangkan oleh PT Unilever
Indonesia Tbk dijalankan dan dipelihara sesuai dengan standar SML ISO 14001.
Kecocokan dapat dilihat dari cara-cara yang ditempuh oleh manajemen untuk
memenuhi syarat elemen manajemen bersangkutan untuk disesuaikan dengan
kemampuan, kompetensi, dan kemudahan bagi karyawan. Efektivitas dapat dilihat
dari sejauh mana SML yang dikembangkan efektif menangani masalah-masalah
lingkungan yang berkaitan dengan kegiatan, produk, dan jasa PT Unilever
Indonesia Tbk. Bagan mengenai kerangka pikir dapat dilihat pada Gambar 4.

3.3 Alat dan Bahan

Penelitian ini menggunakan beberapa standar dan dokumen lingkungan


hidup yaitu dokumen SNI 19-14001-2005, SNI 19-14004-2005, Dokumen
Prosedur Pengendalian Operasi, Dokumen AMDAL PT Unilever Indonesia,SOP
dan IK PT Unilever Indonesia Tbk.

3.4 Metode Penelitian

Tahapan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu :


1. Mempelajari muatan setiap klausul atau elemen SML ISO 14001, dengan
cara memahami siklus SML pada Gambar 1.
2. Mempelajari implementasi klausul kebijakan lingkungan di lapangan dan
dibandingkan dengan SNI 19-14001-2005.
3. Mempelajari aspek lingkungan untuk mengetahui dampak lingkungan dari
suatu kegiatan, produk atau jasa.
4. Mempelajari implementasi sistem dengan cara menelaah elemen-elemen
manajemen untuk setiap aspek, seperti:
a. Prosedur. e. Pedoman atau referensi perundangan,
b. Rekaman. f. Program
c. Kompetensi SDM. g. Teknologi
d. Fasilitas.
12

5. Mempelajari implementasi sistem efektivitas SML dari proses, pencapaian dan


hasil. Untuk melihat efektivitas SML dapat menggunakan Diagram
Efektivitas.

Gambar 3 Diagram Efektivitas


13

Gambar 4 Kerangka Pikir Penelitian


14

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kebijakan Lingkungan

Berdasarkan ISO 14001 kebijakan lingkungan adalah keseluruhan maksud


dan arahan organisasi terkait dengan kinerja lingkungannya sebagaimana
dinyatakan secara resmi oleh manajemen puncak. Pada klausul 4.2 mendefinisikan
pembuatan kebijakan dan memastikan komitmen terhadap pelaksanaan kebijakan
yang telah dibuat suatu perusahaan. Disebutkan bahwa
“Manajemen puncak harus menetapkan kebijakan lingkungan organisasi dan
memastikan bahwa kebijakan dalam ruang lingkup sistem manajemen
lingkungannya…”.
Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa manajemen
puncak PT Unilever Indonesia Tbk telah berkomitmen untuk menetapkan
kebijakan lingkungan. Dapat dilihat pada Gambar 5. kebijakan lingkungan PT
Unilever Indonesia Tbk yang ditandatangani oleh Bapak Maulana Wahyu
Jumantara sebagai GM Manufacturing HPC. Selain itu, kebijakan lingkungan
juga telah memuat tiga komitmen fundamental pendukung kebijakan lingkungan
untuk pemenuhan persyaratan ISO 14001, yaitu pencegahan polusi, kesesuaian
dengan undang-undang yang berlaku dan perbaikan seara terus menerus yang
berkesinambungan.
Kalimat di dalam kebijakan lingkungan yang memuat komitmen
pencegahan polusi adalah
“PT Unilever Indonesia Tbk mengembangkan produk yang inovatif, yang
dapat menurunkan dampak lingkungan, mengurangi limbah, menghemat
pemakaian energi dan bahan baku serta mencari peluang untuk pemakaian
ulang”
Kalimat di dalam kebijakan lingkungan yang memuat komitmen kesesuaian
dengan undang-undang yang berlaku adalah
“PT Unilever Indonesia Tbk bertekad memenuhi kebutuhan pelanggan dan
konsumen dengan cara yang bertanggung jawab terhadap lingkungan, sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku.”
Kalimat di dalam kebijakan lingkungan yang memuat komitmen perbaikan
secara terus menerus yang berkesinambungan adalah
“PT Unilever Indonesia Tbk bertekad memenuhi kebutuhan dan aspirasi
masyarakat serta ikut dalam membangun masa depan yang
berkesinambungan (secara terus menerus), dimana perkembangan ekonomi
sejalan dengan manajemen lingkungan yang bertanggung jawab.”
Dari hasil pemantauan lapangan dan wawancara, penyimpanan dokumen
kebijakan lingkungan telah tersimpan dengan baik di ruang dokumen.Tetapi
kebijakan lingkungan belum dipublikasikan dengan baik karena tidak ditemukan
di beberapa ruangan dan kebijakan lingkungan belum dikomunikasikan dengan
baik kepada seluruh karyawan PT Unilever Indonesia Tbk.
15

Gambar 5 Foto Kebijakan Lingkungan PT Unilever Indonesia Tbk


16

4.2 Prosedur Identifikasi Aspek Lingkungan Penting

Berdasarkan ISO 14001 pada klausul 4.3.1 Aspek Lingkungan


mendefinisikan bahwa organisasi harus memiliki prosedur sebagai panduan
penetapan aspek lingkungan pada suatu perusahaan, mendokumentasikan dan
memelihara dokumen aspek lingkungan. Disebutkan bahwa:
“Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk:
1. Mengidentifikasi aspek lingkungan kegiatan, produk dan jasa dalam
lingkup sistem manajemen lingkungan, yang dapat dikendalikan
dan yang dapat dipengaruhi dengan memperhitungkan
pembangunan yang direncanakan atau baru; kegiatan, produk dan
jasa yang baru atau yang diubah; dan
2. Menentukan aspek yang mempunyai atau dapat mempunyai dampak
penting terhadap lingkungan (yaitu aspek lingkungan penting).
Organisasi harus mendokumentasikan informasi ini dan memelihara
kemutakhirannya. Organisasi harus memastikan bahwa aspek
lingkungan penting diperhitungkan dalam penetapan, penerapan dan
pemeliharaan sistem manajemen lingkungannya.”
Dari hasil pengkajian yang telah diperoleh menunjukkan bahwa PT Unilever
Indonesia Tbk telah mempunyai dokumen penentuan aspek lingkungan hidup
yang telah ditanda tangani oleh GM Manufacturing HPC selaku manajemen
puncak. Hal ini dapat dilihat dari adanya dokumen mengenai prosedur penetapan
aspek lingkungan dengan nomor dokumen G.31.0.02.00.00. Dokumen tersebut
memiliki judul, nomor dokumen, penanggung jawab, tanggal penerbitan dan
tanggal revisi yang selalu diperbaharui sesuai dengan perubahan terakhir. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan telah berkomitmen untuk melakukan perbaikan
yang terus menerus dan berkesinambungan.

Nama Dokumen : QSHE PROCEDURE

Nomor Dokumen : G.31.0.02.00.00

Tanggal : 1 December 2012

Nomor Revisi : 6

Nomor Kopi : HC00

Disiapkan Oleh : Tyagita Wisnuyadi

Ditanda tangani oleh : Maulana Wahyu Jumantara


17

Gambar 6 Foto Prosedur Identifikasi Aspek Lingkungan PT Unilever Indonesia


Tbk
18

Prosedur penetapan Aspek Lingkungan Penting (ALP) juga telah dijelaskan


secara rinci, dimana penetapannya memiliki ketentuan umum, yaitu:
1. SHE Co-ordinator mengkoordinasikan pelaksanaan pembuatan Daftar
Aspek Lingkungan, Penentuan Tingkat Dampak Lingkungan, Daftar
Penggunaan Energi & Sumber daya dan Dokumen Aspek Penting
Lingkungan Hidup yang dilakukan oleh Area Committee Leader
masing – masing area.
2. Area Committee Leader menugaskan circle leader untuk melaksanakan
pembuatan Daftar Aspek Lingkungan dengan melakukan identifikasi
aspek dari setiap area dalam keadaan Normal, Abnormal dan Darurat.
3. Aspek yang diidentifikasikan dapat dikelompokkan dalam lima macam
aspek:
a. Aspek emisi ke udara (Gas, Debu dan Suara)
b. Aspek penggunaan bahan baku (Raw/ Packaging Material)
c. Aspek produk yang dihasilkan (Produk Antara/ Produk Jadi)
d. Aspek pembuangan ke saluran air (Effluent)
e. Aspek berupa Limbah (Waste) termasuk limbah berbahaya.

Hirarki Kontrol Kontrol

Hilangkan sumber-sumber limbah / stop


1. Eliminasi
penggunaan material tertentu

Menggantikan bahan sejenis yang lebih ramah


2. Substitusi lingkungan, misalnya chloroform diganti
dengan dichloromethan

Membuat area khusus dengan sistem drainase


3. Separasi terpisah (misalnya limbah diolah di WWTP)

4. Kontrol Membuat SOP mengenai pembuangan limbah


administrasi yang benar, OPL, guidance, control checklist

Sampai ada metode yang lebih baik untuk kontrol

Gambar 7 Hirarki Kontrol penanganan Aspek Lingkungan


19

Gambar 8 Diagram penentuan aspek lingkungan penting


20

Prosedur complain eksternal dibuat oleh bagian eksternal jika terdapat complain
dari masyarakat mengenai gangguan lingkungan yang ditimbulkan oleh aktivitas
perusahaan. Prosedur complain eksternal secara garis besar meliputi pengecekan
lokasi, pencatatan kejadian dan lama waktu kejadian, pelaporan, analisis resiko,
rencana perbaikan dan langkah terakhir yaitu tindak lanjut perbaikan lapangan
bila terjadi kerusakan lingkungan dan perbaikan sumber yang menimbulkan
kerusakan.

4.3 Aspek Lingkungan Penting

4.3.1 Limbah B3
Berbagai kegiatan di dalam pabrik yang menghasilkan limbah B3 dapat
dilihat pada lampiran 2. Limbah B3 PT Unilever Indonesia Tbk dikelola sesuai
dengan PP No.18 Tahun 1999 Jo PP No.85 Tahun 1999 dengan periode frekuensi
pemantauan setiap enam bulan sekali. Hasil pengukuran limbah B3 dapat dilihat
pada lampiran 3.
Pelatihan intern perusahaan mengenai limbah B3 dan sampah dilakukan
agar karyawan dapat mengumpulkan limbah B3 sesuai dengan karakteristiknya.
Karakteristik limbah B3 ditandai dengan simbol-simbol dampak pada setiap
kegiatan dan setiap karyawan yang berhubungan dengan sumber B3 akan
melakukan perlakuan khusus sesuai dengan tata cara yang tertulis pada prosedur
ENG-HW-010.
Jumlah limbah B3 yang dihasilkan PT Unilever Indonesia Tbk yang cukup
tinggi akan sangat berbahaya bagi manusia seperti korosi, terbakar, kerusakan
jaringan kulit dan menimbulkan kerusakan lingkungan apabila terkena tanah dan
badan air. PT Unilever Indonesia menyusun tujuan, sasaran dan program yang
berjudul Zero Landfill. Program ini bertujuan agar tidak ada limbah B3 yang
keluar dari perusahaan sebagai barang yang tidak bernilai dan merusak
lingkungan. Program ini dijalankan dengan cara mngelola dan memanfaatkan
limbah sesuai dengan karakteristik limbah tersebut sehingga tidak ada limbah
yang tersisa dan terbuang percuma.
Menurut PP No.18 Tahun 1999 Jo PP No.85 Tahun 1999, bahwa prosedur
yang dilakukan bila suatu badan usaha penghasil limbah B3 belum mampu dan
memenuhi klasifikasi sebagai pengolah limbah B3, maka harus diserahkan pada
pihak lain yang bersertifikasi oleh pemerintah sebagai pengolah limbah B3.
1. Limbah B3 Padat
Limbah B3 padat yang berasal dari kemasan bahan baku yang
mengandung B3 seperti drum plastik kemasan bahan baku dikembalikan ke
supplier. Limbah padat yang berasal dari kemasan bahan baku yang
mengandung B3 seperti jerigen plastik, plastik inner ex material beserta
sarung tangan, masker bekas, dan kain majun dikumpulkan kemudian
dilakukan pencucian di lokasi pabrik, kemudian dikerjasamakan dengan PT
Tobirus Jaya, dimana air bekas cucain dialirkan ke dalam tangki effluent untuk
selanjutnya digunakan dalam proses slurry making pada pembuatan deterjen
bubuk. Untuk drum oli bekas dikumpulkan dan digunakan sebagai wadah oli
bekas dan minyak kotor ex oil trap untuk selanjutnya dikirim ke PT Wastec
International. Sementara untuk sludge dari WWTP akan di ambil oleh pabrik
semen sebagai bahan baku.
21

2. Limbah B3 Cair
Limbah cair yang mengandung B3 seperti laboratorium waste
dikumpulkan lau dikerjasamakan dengan PT Wastec International. Dan untuk
produk rejected, limbah cair ex CIP digunakan kembali dalam proses slurry
making pada pembuatan deterjen bubuk dan apabila terdapat trouble akan
dikirim ke PT Wastec International.

Gambar 9 Denah Penyimpanan Limbah B3


PT Unilever Indonesia Tbk telah mempunyai sarana dan prasarana yang
memadai untuk menampung dan mengelola limbah B3. Perusahaan juga telah
melakukan tahapan pengelolaan limbah B3 sesuai dengan peraturan pemerintah
yang berlaku serta mempunyai program pemanfaatan limbah B3 yang sangat baik.
Hal ini menunjukan bahwa pengelolaan limbah B3 yang dilakukan oleh PT
Unilever Indonesia Tbk sudah sepenuhnya efektif dan sebagai bentuk perbaikan
secara terus menerus, perusahaan harus mempertahankan kinerja pengelolaan dan
pemanfaatan limbah B3.

4.3.2 Limbah Cair


Berbagai kegiatan di dalam pabrik yang menghasilkan limbah cair dapat
dilihat pada lampiran 2. Limbah cair dikelola sesuai dengan Estate Regulation PT
Kawasan Industri Jababeka dan acuan baku mutu sesuai Peraturan Pemerintah No.
82 Tahun 2001 dengan periode frekuensi pemantauan setiap enam bulan sekali.
Hasil pengukuran limbah cair pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dapat
dilihat pada lampiran 4. Hasil pengukuran COD dari limbah cair yang telah
dilakukan pada periode tahun 2012/2013 setiap bulannya menunjukkan adanya
penurunan drastis nilai COD pada bulan Januari sebesar 6.261,2 ppm menjadi
590,4 ppm pada bulan Desember. Hal ini dikarenakan telah dilaksanakannya
program Zero Effluent yang bertujuan memperbaiki nilai kualitas limbah cair
tersebut, meskipun nilainya masih belum konstan berada dibawah nilai baku mutu
yaitu <800 Ppm setiap bulannya. Dari hasil pengukuran pH limbah cair yang telah
dilakukan pada periode tahun 2012/2013 setiap bulannya menunjukkan nilai pH
yang selalu berada pada baku mutu yaitu dengan nilai 6 - 9.
Pelatihan dilakukan oleh BENEFITA kepada karyawan perusahaan
mengenai pengelolaan limbah cair dan manajer pengendali pencemaran air.
Pelatihan dilakukan agar karyawan dapat mengelola limbah cair sesuai dengan
22

standar yang berlaku sesuai dengan tata cara yang tertulis pada prosedur ENG-
WWTP-010.
Jumlah limbah cair yang dihasilkan PT Unilever Indonesia Tbk dengan
intensitas yang cukup tinggi akan menimbulkan pencemaran air permukaan,
gangguan ekosistem lingkungan, kekurangan oksigen bawah air, penurunan
kualitas air dan gangguan kesehatan pada manusia seperti penyakit kulit dan
pencernaan. PT Unilever Indonesia Tbk mempunyai tujuan, sasaran dan program
yaitu :
1. Zero effluent. Limbah cair yang telah diolah di WWTP akan dipakai kembali
sebagai bahan baku proses produksi di pabrik HPC Powder sehingga tidak
ada limbah cair yang dibuang keluar pabrik menuju IPAL kawasan
Jababeka dan juga dapat meminimalisir cost production. Program ini
menuntut nilai kualitas limbah cair dengan COD <800 Ppm agar dapat
dipakai kembali sebagai bahan baku.
2. All Variant. Suatu program yang menggabungkan seluruh limbah cair dari
seluruh produk HPC liquid untuk diolah secara bersamaan sehingga dapat
meminimalisir energi, waktu, SDM, dan cost production.
Limbah cair yang dihasilkan PT Unilever Indonesia Tbk di kelola pada unit
Waste Water Treatment Plan di dalam pabrik. Sementara untuk limbah cair
domestik dari kegiatan MCK dialirkan ke IPAL kawasan yaitu IPAL
Jababeka.

Gambar 10 Flowchart Waste Water Treatment Plan


23

Hasil pengukuran kualitas limbah Cair PT Unilever Indonesia Tbk


menunjukkan bahwa nilai COD masih berada di atas nilai baku mutu sehingga
perlu adanya perbaikan pada pengelolaan limbah cair dan peningkatan fungsi pada
IPAL agar nilai nya berada dibawah baku mutu.

4.3.3 Emisi Udara


Berbagai kegiatan di dalam pabrik yang menghasilkan emisi udara dapat
dilihat pada lampiran 2. Nilai ambang batas yang digunakan untuk mengukur
emisi dalam ruang kerja adalah Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No.SE-
01/MEN/1997 dan untuk mengukur emisi luar ruangan kerja adalah PP No.41
tahun 1999. Pengambilan sample dilakukan setiap enam bulan sekali. Hasil
pengukuran emisi udara dapat dilihat pada lampiran 5. Pengukuran dilakukan
dengan menggunakan alat pompa vakum midget impinger. Hasil pengukuran
emisi udara selama empat semester pada periode tahun 2012/2013 yang dilakukan
menunjukkan nilai temuan emisi yang sangat kecil dan berada dibawah nilai baku
mutu baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Parameter yang digunakan
yaitu NO2, SO2, H2S, NH3, CO dan Debu TSP.
Pelatihan intern perusahaan pengendalian sumber emisi udara dilakukan
agar karyawan dapat melakukan tindakan pencegahan bahaya ISPA pada setiap
sumber emisi. Prosedur pengukuran emisi udara dan pencegahan polusi terdapat
pada modul pengoperasian mesin dan modul pengendalian operasional.
Emisi udara yang dihasilkan PT Unilever Indonesia Tbk dengan intensitas
yang cukup tinggi akan menimbulkan emisi gas rumah kaca, ISPA pada makhluk
hidup, berkurangnya penglihatan dan gangguan lingkungan lainnya. PT Unilever
Indonesia Tbk mempunyai tujuan, sasaran dan program yaitu :
1. Unilever Sustainable Living Plan (Green House Gasses GHG), merupakan
program internasional dari seluruh pabrik Unilever di dunia untuk mengelola
dan memperbaiki kinerja lingkungan. Program GHG dilakukan untuk
mereduksi efek gas rumah kaca dan emisi udara yang dihasilkan PT Unilever
Indonesia Tbk dengan cara mengurangi konsumsi energi di dalam kantor,
mengurangi GHG dari pendingin, melakukan pemakaian kembali pada sumber
energi, dan mengurangi transportasi di dalam pabrik.
2. Pengukuran tingkat emisi. Pengukuran dilakukan pada kendaraan bermotor
yang masuk ke dalam pabrik. Tujuannya untuk memantau tingkat pencemaran
emisi udara pada lingkungan pabrik sehingga dapat dilakukan pengelolaan
kualitas udara agar tercapai tingkat baku mutunya.
24

Gambar 11 Foto pemakaian masker Gambar 12 Foto vakum midget


di lingkungan pabrik impinger

Pengukuran emisi udara di dalam ruangan dan di luar ruangan kerja berada
di bawah baku mutu. Hal ini menunjukan bahwa pengelolaan limbah B3 yang
dilakukan PT Unilever Indonesia Tbk sudah sepenuhnya efektif dan sebagai
bentuk perbaikan secara terus menerus, perusahaan harus mempertahankan kinerja
pengelolaan emisi udara.

4.3.4 Limbah Padat


Berbagai kegiatan di dalam pabrik yang menghasilkan limbah padat dapat
dilihat pada lampiran 2. Limbah padat dikelola sesuai dengan Estate Regulation
PT Kawasan Industri Jababeka dengan periode frekuensi pemantauan setiap enam
bulan sekali. Hasil pengukuran limbah padat dapat dilihat pada lampiran 6.
Pelatihan intern dilakukan kepada karyawan perusahaan mengenai
pengelolaan environment waste dan penghematan energi. Pelatihan dilakukan agar
karyawan dapat menentukan sampah mana yang dapat didaur ulang sehingga
dapat dilakukan penghematan sesuai dengan prosedur yang terdapat pada modul
instruksi pabrik mengenai pengelolaan sampah padat. Sementara sampah yang
tidak dapat digunakan kembali akan diangkut oleh pihak ketiga yaitu pengelola
kawasan.
Jumlah limbah padat yang dihasilkan PT Unilever Indonesia Tbk dengan
intensitas yang cukup tinggi akan menimbulkan penumpukan sampah yang
mengurangi estetika lingkungan, gangguan kesehatan karena munculnya bakteri
dan gangguan lingkungan. PT Unilever Indonesia Tbk mempunyai tujuan, sasaran
dan program yaitu :
Unilever Sustainable Living Plan (Waste), merupakan program internasional dari
seluruh pabrik Unilever di dunia untuk mengelola dan memperbaiki kinerja
lingkungan. Pada program ini terdapat beberapa bagian yang dikelola, yaitu:
1. Recycle packaging, dilakukan dengan cara menggunakan kembali bahan
packaging, menambah bahan dan isi yang dapat didaur ulang.
2. Reduce waste from manufacturing, dilakukan dengan cara mengurangi sampah
total pabrik, menghilangkan bahan PVC, tidak ada sampah yang terbuang
percuma.
25

3. Reducing office waste, dilakukan dengan cara menghilangkan penggunaan


kertas pada processing, mengurangi penggunaan kertas.

Gambar 13 Foto gudang Gambar 14 Foto sisa deterjen yang


penyimpanan limbah padat akan didaur ulang
PT Unilever Indonesia Tbk telah mempunyai sarana dan prasarana yang
memadai untuk menampung dan mengelola limbah padat. Perusahaan juga telah
melakukan tahapan pengelolaan limbah padat sesuai dengan peraturan pemerintah
yang berlaku. Namun masih menumpuknya limbah padat di gudang penyimpanan
menunjukkan bahwa pelaksanaan program belum berjalan dengan baik.

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

PT Unilever Indonesia Tbk telah membuat kebijakan lingkungan dan


prosedur penentuan aspek lingkungan penting serta melakukan pengelolaan aspek
lingkungan penting yang meliputi: limbah B3, limbah cair, emisi udara, dan
limbah padat. Secara umum penerapan SML ISO 14001 di PT Unilever Indonesia
Tbk tidak sepenuhnya efektif.
Penerapan SML ISO 14001 yang efektif yaitu:
1. Kebijakan Lingkungan PT Unilever Indonesia Tbk telah sesuai dengan standar
ISO 14001 dimana kebijakan tersebut mengandung tiga komitmen
fundamental SML ISO 14001 serta ditanda tangani langsung oleh pucuk
pimpinan.
2. PT Unilever Indonesia Tbk. telah menetapkan, menerapkan, dan memelihara
prosedur identifikasi aspek lingkungan dan telah menetukan aspek lingkungan
penting. Hal tersebut dapat dilihat dengan adanya prosedur pelaksanaan, SDM
yang berkompeten, program, dan rekaman. Selain itu prosedur aspek
lingkungan yang dibuat oleh perusahaan dapat dijalankan dengan baik oleh
karyawan.
3. Limbah B3 yang dikelola dan dimanfaatkan melalui sarana dan prasarana
penunjang yang dimiliki PT Unilever Indonesia Tbk telah sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
26

4. Nilai baku mutu kualitas emisi udara ambient dan lingkungan ruang kerja
menunjukkan bahwa nilai kualitas emisi yang dihasilkan masih berada di
bawah nilai baku mutu. Parameter yang digunakan dalam pengukuran adalah
NO2, SO2, H2S, NH3, CO, dan debu TSP.
Penerapan SML ISO 14001 yang tidak efektif yaitu :
1. Nilai baku mutu kualitas limbah cair menunjukkan bahwa nilai parameter
COD berada di atas nilai baku mutu yaitu 800 ppm.
2. Terjadi penumpukan limbah padat di dalam gudang penyimpanan limbah
padat. Hal ini menunjukkan belum berjalannya program dengan baik.

5.2 Saran

1. Perusahaan harus mempublikasikan kebijakan lingkungan lebih baik dengan


melengkapi kebijakan lingkungan di setiap ruangan dan engkomunikasikan
kebijakan lingkungan dengan karyawan.
2. Perusahaan harus mempertahankan pengelolaan dan pemanfaatan terhadap
limbah B3 sebagai salah satu kegiatan perbaikan secara terus menerus.
3. Perusahaan perlu melakukan pengoptimalisasian fungsi IPAL agar nilai
temuan limbah cair pada parameter COD tidak berada di atas baku mutu.
4. Perusahaan harus mempertahankan pengelolaan emisi udara sebagai salah
satu kegiatan perbaikan secara terus menerus.
5. Perusahaan perlu mempercepat program pengelolaan dan pemanfaatan limbah
padat karena masih terdapat tumpukan limbah padat di dalam gudang
penyimpanan limbah padat.
6. Perusahaan harus memastikan penerapan dan pemeliharaan serta mencatat
hasil status dari program yang telah ditetapkan.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Badan Standardisasi Nasional, SNI 14-14001-2005 tentang Sistem Manajemen


Lingkungan.
Canter, L.W. 1977. Environmental Impact Assesment.McGraw – Hill Book
Company: New York.
Clements, R.B. 1996. Complete Guide to ISO 14001. New Jersey: Practice Hall
Englewood Cliffs.
Fandeli, Retno N, Sofiudin N. 2008. Audit Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press
Freeman, H. M. 1988. “Standard handbook of Hazardous Waste Treatment and
Disposal”. McGraw Hill Book Co: United States
Gasperz, Vincent. 2012. Three in One ISO 9001, ISO 14001, OHSAS 18001.
Bogor: Vinchristo Publication
Hilman, Muti S, Ellia K. 2008. Kajian Manfaat Penerapan ISO 14001 Pada
12 Perusahaan. Jurnal Standardisasi. 10(3):136-140
27

International Organization of Standard. 2004. ISO 14001:2004 International


Standard: Environmental Management System – Requirements
Kitazawa, Shinichi dan Sarkiz, Joseph. 2000. The Relationship between ISO
14001 And Continuous Source Reduction Program. International Journal
of Operations & Production Management. 20(2) : 225-248
Kuhre, W.L. 1996. Sertifikasi ISO 14001 : Sistem Manajemen Lingkungan.
Jakarta : Prenhallindo
Kementrian [MENLH] Menteri Lingkunga Hidup. 2009.Sistem Manajemen
Lingkungan ISO14001 . http://menlh.go.id/ISO14001%20baru/Index.html.
[30 Maret 2013]
Miller, G.T. 1979. Living in the Environment.Edition II.Wadsworth Publishing
Company. California.
Soetiyono.2001. Potensi Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di Wilayah
DKI Jakarta dan Strategi Pengelolaannya.Jurnal ATSM
Internasional.1(3):304-317
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1990 tentang Pengelolaan
Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan. Jakarta
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. Jakarta
Wentz, Charles A. 1995. “Hazardous Waste Managent”.Second Edition. McGraw
Hill International Editions: United States
Zeng, S.X. 2005. Implementing Integration of ISO 9001 and ISO 14001 for
Construction. Managerial Auditing Journal. 20(4): 394-407
28

Lampiran 1 Foto Sertifikat ISO 14001 PT Unilever Indonesia Tbk


29

Lampiran 2 Tabel Aspek Lingkungan Penting


30
31
32
Lampiran 3 Tabel Rekaman Limbah B3

No Nama Jumlah

1 Drum plastik kemasan bahan baku 3400 Kg/bln


2 Drum oli/pelumas bekas 960 Kg/bln
3 Sludge WWTP 100 ton/bln
4 Laboratorium waste 380 ltr/bln
5 Rejected produk 1760 ltr/bln
6 L imbah cair ex CIP 423.200 ltr/bln
33

Lampiran 4 Tabel dan Grafik rekaman limbah cair

COD
7,000.0

6,000.0

5,000.0
Konsentrasi (Ppm)

4,000.0
temuan
3,000.0
Baku Mutu
2,000.0

1,000.0

0.0

Bulan

Bulan Temuan COD (ppm) NAB (ppm)

Juni 1,986.6 800


Juli 1,493.8 800
Agustus 3,267.5 800
September 5,599.4 800
Oktober 6,143.5 800
November 6,261.2 800
Desember 590.4 800
Januari 676.7 800
Februari 1,195.7 800
Maret 776.6 800
April 1,042.8 800
Mei 1,011.1 800
34

pH
10
9
8 7.5 7.3 7.3 7.6 7.7 7.4
7 6.8
7 6.6 6.6
6.1 6.2
Konsentrasi

6
5
4 Temuan

3 Batas Atas Baku Mutu

2 Batas Bawah Baku Mutu

1
0

Bulan

Bulan Temuan pH Batas atas Batas bawah

Juni 6.6 9 6
Juli 7 9 6
Agustus 6.8 9 6
September 7.5 9 6
Oktober 7.3 9 6
November 7.3 9 6
Desember 7.6 9 6
Januari 7.7 9 6
Februari 7.4 9 6
Maret 6.6 9 6
April 6.1 9 6
Mei 6.2 9 6
35

Lampiran 5 Tabel dan Grafik rekaman emisi udara

Udara Ambient
Hasil Pengukuran
No Parameter Baku Mutu Semester 1 Semester 2 Semester 1 Semester 2
2011 2011 2012 2012
1 NO2 400 µg/Nm³ 26.57 33.96 16.6 30.02
2 SO2 900 ppm 9.441 9.441 9.441 9.441
3 H2S 0.02 ppm 0.001 0.0001 0.001 0.0001
4 NH3 2 ppm 0.025 0.0059 0.0059 0.0396
5 CO 30000 µg/Nm³ 5715 6858 5715 5715
6 Debu TSP 230 ppm 141.4 201.9 62.64 106.7

NO2 SO2
40 10
35 9
Konsentrasi (µg/Nm³)

8
Konsentrasi (Ppm)

30
7
25 6
20 5
15 4
NO2 3 SO2
10
2
5
1
0 0
2011 2011 2012 2012 2011 2011 2012 2012
(1) (2) (1) (2) (1) (2) (1) (2)
Tahun Tahun

H2S NH3
0.0012 0.045
0.04
0.001
Konsentrasi (Ppm)

Konsentrasi (Ppm)

0.035
0.0008 0.03
0.025
0.0006
0.02
0.0004 H2S 0.015 NH3
0.0002 0.01
0.005
0 0
2011 2011 2012 2012 2011 2011 2012 2012
(1) (2) (1) (2) (1) (2) (1) (2)
Tahun Tahun
36

CO Debu TSP
7000
250
6800
Konsentrasi (µg/Nm³)

6600

Konsentrasi (Ppm)
200
6400
6200 150
6000
5800 100
5600 CO Debu TSP
5400 50
5200
5000 0
2011 2011 2012 2012 2011 2011 2012 2012
(1) (2) (1) (2) (1) (2) (1) (2)
Tahun Tahun

Udara Lingkungan Ruang Kerja


Hasil Pengukuran
No Parameter Semester 1 Semester 2 Semester 1 Semester 2
2011 2011 2012 2012
1 NO2 3 ppm 0.018 0.014 0.005 0.009
2 SO2 250 µg/Nm³ 7.63 6.593 6.59 6.59
3 H2S 1 ppm 0.001 0.001 0.0001 0.001
4 NH3 17000 µg/Nm³ 11.9 4.04 13.8 80.05
5 CO 29000 µg/Nm³ 9144 9144 4572 6858
6 Debu TSP 10000 µg/Nm³ 2.78 2.97 1.53 1.535

NO2 SO2
0.02 7.8
0.018 7.6
Konsentrasi (µg/Nm³)

0.016 7.4
Konsentrasi (Ppm)

0.014 7.2
0.012
7
0.01
6.8
0.008
0.006 NO2 6.6 SO2
0.004 6.4
0.002 6.2
0 6
2011 2011 2012 2012 2011 2011 2012 2012
(1) (2) (1) (2) (1) (2) (1) (2)
Tahun Tahun
37

H2S NH3
0.0012
90
0.001 80

Konsentrasi (µg/Nm³)
Konsentrasi (Ppm)

70
0.0008
60
0.0006 50
40
0.0004 30
H2S NH3
0.0002 20
10
0 0
2011 2011 2012 2012 2011 2011 2012 2012
(1) (2) (1) (2) (1) (2) (1) (2)
Tahun Tahun

CO Debu TSP
10000 3.5
9000
3
Konsentrasi (µg/Nm³)

Konsentrasi (µg/Nm³)

8000
7000 2.5
6000 2
5000
4000 1.5
3000 CO Debu TSP
1
2000
1000 0.5
0 0
2011 2011 2012 2012 2011 2011 2012 2012
(1) (2) (1) (2) (1) (2) (1) (2)
Tahun Tahun
38

Lampiran 6 Tabel Rekaman Limbah Padat

No Nama Jumlah

1 Kain Majun, Sarung tangan, Masker 385 Kg/Bln


2 Jerigen Plastik 232 Kg/bln
3 Plastik ex packing 12500 Kg/bln
4 Botol ex shampoo 770 Kg/bln
5 Plastik inner ex raw material 1760 Kg/bln
6 Tong logam ex lem 1280 Kg/bln
7 Besi/Seng 613 Kg/bln
8 Dus rusak, dus ex WOP 325 Kg/bln
9 Kor ex roll sachet, Tali plastik 7382 Kg/bln
10 Pallet non standar, Pallet rusak 9427 Kg/bln
11 Kertas ex office & RMS 18148 Kg/bln
12 Limbah Ex kantin 5580 Kg/bln
13 Scum/lumpur tinja 23147 Kg/bln
14 Drum besi 12 pcs/bln
15 Torn sisa kemasan bahan baku&penolong 40 pcs/bln
39

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Rahmat Saleh, dilahirkan di Jakarta pada tanggal


29 November 1991 sebagai anak dan putra pertama dari tiga bersaudara pasangan
Ir. Rio Rahardjo dan Rooslinawaty Saleh S.kom. Penulis menempuh pendidikan
Sekolah Menegah Pertama di SLTP Islam Terpadu Nurul Fikri Depok Jawa Barat
lalu dilanjutkan Sekolah Menengah Atas Negeri 67 Halim Perdanakusumah
Jakarta Timur.Penulis aktif di beberapa organisasi masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai