Tugas Paper Ekonomi Makro
Tugas Paper Ekonomi Makro
UNIVERSITAS ISLAM 45
BEKASI
PENYUSUN:
M.SYAMSUL MA’ARIF EKONOMI/MANAJEMEN 41183402100049
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya .
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak –
pihak yang telah membantu penulis dalam proses penulisan makalah ini :
1. Ibu dosen mata kuliah Ekonomi Makro yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan kepada penulis .
2. Orang tua penulis yang senantiasa memberikan dukungan baik moril maupun materil .
3. Selanjutnya kepada pihak – pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu .
Penulis menyadari bahwa makalah yang penulis buat ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan juga saran demi
kesempurnaan tulisan ini .
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang.....................................................................................
2. Tujuan Pembahasan.............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Lompatan Besar.................................................................................... 2
B.Inovasi..................................................................................................4
C. Mengejar Laju Cindia........................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abad ke-21 adalah abad milik Asia. Pada tahun 2050 separuh lebih produk
nasional bruto dunia bakal dikuasai Asia.China, menggusur Amerika Serikat, akan
menjadi pemain terkuat dunia, diikuti India di posisi ketiga. Lalu, apa peran dan di
mana posisi Indonesia waktu itu?
China dan India dengan segala ekspansinya, berdasarkan sejumlah
parameter saat ini dan prediksi ke depan, sudah jelas adalah pemenang dalam
medan pertarungan terbuka dunia di era globalisasi, di mana tidak ada lagi sekat-
sekat bukan saja bagi pergerakan informasi, modal, barang, jasa, manusia, tetapi
juga ideologi dan nasionalisme negara.
Sedangkan Indonesia tertera dalam indeks 60 negara gagal tahun 2007
(failed state index 2007)ukuran secara umum dalam pengukurun indeks ini antara
lain, pemerintah pusat sangat lemah dan tak efektif, pelayanan umum sangat jelek,
korupsi dan kriminalitas menyebar, ekonomi rakyat merosot.
Negara paling gagal adalah sudan, irak somalia, afganistan, zimbawe,
timor-timor, myanmar, konggo, ethiopia, haiti, uganda dll. Dengan kata lain kita
disejajarkan dengan negara-negara tersebut, betapa menyedihkan negara kita
saat sekarang ini sedangkan pada tahun 1990-an kita merupakan salah satu calon
macan asia.
B.Tujuan pembahasan
1. Mengetahui Penyebab Pesat Nya Peningkatan Ekonomi Cindia (Cina Dan India)
2. Mengetahui Solusi Atau Terobasan Apa Yang Bisa Kita Capai Di Masa Depan
3. Memberikan Gambaran Peluang Yang Bisa Kita Raih Bersama Cina Dan India
Nantinya
BAB II
A. LOMPATAN BESAR
Ketika China membuka diri pada dunia dua dekade lalu, orang hanya membayangkan
potensi China sebagai pasar raksasa dengan lebih dari semiliar konsumen sehingga sangat
menarik bagi perusahaan ritel dan manufaktur dunia. Belakangan, China bukan hanya menarik
dan berkembang sebagai pasar, tetapi juga sebagai basis produksi berbagai produk
manufaktur untuk memasok pasar global. China awal abad ke-21 ini seperti Inggris abad ke-
19 lalu.
China tidak berhenti hanya sampai di sini. Jika pada awal 1990-an hanya dipandang
sebagai lokasi menarik untuk basis produksi produk padat karya sederhana, dewasa ini China
membuktikan juga kompetitif dalam berbagai industri berteknologi maju. Masuknya China
dalam keanggotaan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) semakin melapangkan jalan bagi
negeri Tirai Bambu ini untuk menjadi kekuatan yang semakin sulit ditandingi di pasar global.
Di sektor padat karya, seperti tekstil dan pakaian jadi, diakhirinya rezim kuota di
negara-negara maju membuat ekspor China membanjiri pasar dunia dan membuat banyak
industri tekstil dan pakaian jadi di sejumlah negara berkembang pesaing harus tutup. Pangsa
ekspor pakaian dari China diperkirakan akan melonjak dari sekitar 17 persen dari total ekspor
dunia saat ini menjadi 45 persen pada paruh kedua dekade ini.
Hal serupa terjadi pada produk-produk berteknologi tinggi. Bagaimana China
menginvasi dan membanjiri pasar global dengan produk-produknya, dengan menggusur
negara-negara pesaing, bisa dilihat dari data WTO berikut.
Pangsa China di pasar elektronik AS meningkat dari 9,5 persen (tahun 1992) menjadi
21,8 persen (1999). Sementara pada saat yang sama, pangsa Singapura turun dari 21,8
persen menjadi 13,4 persen. Kontribusi China terhadap produksi personal computer dunia naik
dari 4 persen (1996) menjadi 21 persen (2000), sementara kontribusi ASEAN secara
keseluruhan pada kurun waktu yang sama menciut dari 17 persen menjadi 6 persen.
Pangsa China terhadap total produksi hard disk dunia juga naik dari 1 persen (1996)
menjadi 6 persen (2000), sementara pangsa ASEAN turun dari 83 persen menjadi 77 persen.
Pangsa China untuk produksi keyboard naik dari 18 persen (1996) menjadi 38 persen (2000),
sementara pangsa ASEAN tergerus dari 57 persen menjadi 42 persen.
Semua gambaran itu jelas memperlihatkan China terus naik kelas, membuat lompatan
besar dari waktu ke waktu, dan pada saat yang sama terus memperluas diversifikasi produk
dan pasarnya. Gerakan sapu bersih China di berbagai macam industri—mulai dari yang
berintensitas teknologi sangat sederhana hingga intensitas teknologi dan nilai tambah sangat
tinggi—ini semakin mempertegas posisi China sebagai the world’s factory memasuki abad ke-
21.
Sementara pada saat yang sama, negara-negara tetangganya justru mengalami
hollowing out di industri manufaktur berteknologi tinggi dengan cepat. Di industri berintensitas
teknologi rendah yang cenderung padat karya, China menekan negara-negara seperti Vietnam
dan Indonesia yang basis industrinya masih sempit, yakni teknologi yang tidak terlalu
complicated dan bernilai tambah rendah.
Sementara di industri yang berintensitas teknologi tinggi, China semakin menjadi
ancaman tidak saja bagi negara seperti Taiwan dan Korsel, tetapi juga AS dan Jepang. China
tidak hanya membanjiri dunia dengan garmen, sepatu, dan mainan, tetapi juga produk-produk
komputer, kamera, televisi, dan sebagainya.
China memasok 50 persen lebih produksi kamera dunia, 30 persen penyejuk udara (air
conditioners/AC), 30 persen televisi, 25 persen mesin cuci, 20 persen lemari pendingin, dan
masih banyak lagi.
B. INOVASI
Bagaimana China bisa melakukan itu semua? Ada beberapa faktor. Pertama,
perusahaan-perusahaan teknologi asing, menurut Deloitte Research, sekarang ini berebut
masuk untuk investasi di China, antara lain agar bisa memanfaatkan akses ke pasar China
yang sangat besar dan bertumbuh dengan cepat. Kedua, perusahaan-perusahaan lokal yang
menarik modal dari investor China di luar negeri (terutama Taiwan) juga semakin terampil
memproduksi barang-barang berteknologi tinggi.
Tidak statis di industri padat karya yang mengandalkan upah buruh murah, China kini
mulai lebih selektif menggiring investasi ke industri yang menghasilkan high end products dan
padat modal. Ini antara lain untuk mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja murah yang
mulai berkurang ketersediaannya.
Ketiga, perguruan-perguruan tinggi di China mampu mencetak barisan insinyur baru
dalam jumlah besar setiap tahunnya, dengan upah yang tentu relatif murah dibandingkan jika
menyewa insinyur asing. Setiap tahun, negara ini menghasilkan 2 juta-2,5 juta sarjana,
dengan 60 persennya dari jurusan teknologi (insinyur). Sebagai perbandingan, di Indonesia
lulusan jurusan teknologi hanya 18 persen, AS 25 persen, dan India 50 persen.
Untuk mendukung pertumbuhan industri teknologi tinggi padat modal yang
menghasilkan high end products, pemerintahan China juga sangat agresif mendorong berbagai
kegiatan penelitian dan pengembangan (R&D), sejalan dengan ambisinya menjadi The Fastest
Growing Innovation Centre of the World, dengan tahapan, strategi, dan implementasi yang
sangat jelas untuk sampai ke sana.
Hampir di setiap ibu kota provinsi ada R&D centre-nya. Positioning strategy ini
mengindikasikan China mulai masuk babak kedua dalam pembangunan ekonominya.
Ketiga, negara ini relatif memiliki infrastruktur yang sangat bagus untuk mengangkut
komponen dan barang dari luar dan juga di seluruh penjuru negeri. China, dengan 1,3 miliar
penduduk, memiliki 88.775 kilometer jalan arteri dan 100.000 kilometer jalan tol, atau rasio
panjang jalan per sejuta penduduk 1.384 kilometer.
Sebagai perbandingan, Indonesia dengan 220 juta penduduk baru memiliki jalan arteri
26.000 kilometer dan jalan tol 620 kilometer (121 kilometer per sejuta penduduk). Itu pun
sebagian besar dalam kondisi rusak. Pelabuhan-pelabuhan di China sudah mampu melayani
seperlima volume kontainer dunia dan negara ini terus membangun jalan-jalan tol dan
pelabuhan-pelabuhan baru.
Keempat, kebijakan pemerintah yang sangat mendukung, termasuk perizinan
investasi, perpajakan, dan kepabeanan. Kelima, pembangunan zona-zona ekonomi khusus (20
zona) sebagai mesin pertumbuhan ekonomi sehingga perkembangan ekonomi bisa lebih
terfokus dan pembangunan infrastruktur juga lebih efisien.
Hasilnya, tahun 2004 China berhasil menarik investasi langsung asing 60,6 miliar
dollar AS dan 500 perusahaan terbesar dunia hampir seluruhnya melakukan investasi di sana.
Bagaimana kompetitifnya China bisa dilihat dari hasil yang dicapai tersebut. Dimana China
kelihatan sudah memperhitungkan segala aspek untuk bisa bersaing dan merebut abad ke-21
dalam genggamannya.
Hal serupa terjadi pada India yang mengalami pertumbuhan pesat sejak program
liberalisasi dengan membongkar ”License raj" pada era Menteri Keuangan Manmohan Singh
tahun 1991. India kini sudah masuk tahap kedua strategi pembangunan ekonomi dengan
menggunakan teknologi informasi (IT) sebagai basis pembangunan ekonominya.
Hampir seluruh pemain bisnis IT dunia sudah membuka usahanya di India, terutama di
Bangalore. Tahun 2006, pendapatan dari IT India mencapai 36 miliar dollar AS. Malaysia,
Thailand, dan Filipina juga beranjak ke produk-produk yang memiliki tingkat teknologi lebih
kompleks dan bernilai tambah tinggi. Singapura dan Korsel mengarah ke teknologi informasi
dan perancangan produk.
DAFTAR PUSTAKA
Faiz, Pan Mohamad, Brain Drain dan Sumber Daya Manusia Indonesia: Studi Analisa
terhadap Reversed Brain Drain di India, disampaikan pada International
Conference for Indonesian Students di Sydney, Australia, September 2007.
Nasution, amran, surat untuk presiden, jakarta, tani merdeka edisi april 2008.
Faiz, Pan Mohamad, “Menanti Political Will Pemerintah di Sektor Pendidikan”, Jurnal Visi
No.1 Vol. VIII, 2006.
Faiz, Pan Mohamad, “Meneropong Visi Bangsa: Analisa Kritis Visi Indonesia 2030 vis-a-vis
Visi India 2020”, Jurnal Visi, No. 1 Vol IX, 2007.