Makalah Pembuatan Gliserol
Makalah Pembuatan Gliserol
TEKNOLOGI BIOPROSES
PEMBUATAN GLISEROL
Disusun oleh :
Kelompok 3
TEKNIK KIMIA
i
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Pembuatan Gliserol sebagai salah satu tugas dalam mata
kuliah Tenologi Bioproses.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu
dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin member saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat
memperbaiki makalah proses industri kimia ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Kata
pengantar .....................................................................................................................ii
Daftar
isi ................................................................................................................................iii
Bab I pendahuluan
Bab II Pembahasan
iii
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
Gliserol pada awalnya ditemukan pada tahun 1779 oleh Scheele yang
diproduksi dengan memanaskan minyak zaitun dan lemak babi. Pada tahun 1784
ia melakukan observasi dengan substansi yang sama diproduksi dari minyak
nabati dan lemak hewani seperti lemak babi dan mentega. Scheele menyebut
substansi baru ini dengan sebutan “Lemak dasar yang manis” berdasarkan
karakteristik gliserin yang berasa manis. Pada tahun 1811, Chevreul yang
mempelajari temuan Scheele memberi nama baru pada substansi temuan Scheele
dengan nama gliserin yang berasal dari bahasa Yunani “Glyceros” yang berarti
manis. Setelah rampung mempelajari gliserol, ia menjadi orang pertama yang
mendapatkan hak paten gliserin pada tahun 1823. Chevreul juga melakukan
beberapa penelitian penting mengenai lemak dan sabun. Pada tahun 1836
formula untuk gliserol telah ditemukan oleh Pelouze dan pada akhirnya Bhertelot
dan Luce memperkenalkan struktur formula gliserin pada tahun 1883.
Nitrogliserin ditemukan pada tahun 1847 oleh Sobrero. Selanjutnya pada tahun
1863 Alfred Nobel mendemonstrasikan kemampuan ledakan Nitrogliserin dan
pada tahun 1866 ia menemukan dinamit. Ia melanjutkan penemuan ini dengan
melakukan ledakan pada gelatin dengan m,elakukan pengadukan pada
Nitrogliserin dan nitroselulosa pada tahun 1875.
Seperti yang telah kita ketahui, salah satu produk industri kimia yang
dibutuhkan saat ini dan akan terus meningkat di masa yang akan datang adalah
gliserol, dimana bahan baku kimia ini dapat digunakan sebagai bahan baku
pembuatan tinta, industri farmasi, kosmetik dan parfum serta bahan pencegah
kekeringan pada tembakau. Kegunaan dari bahan kimia gliserol tersebut
merupakan bentuk-bentuk yang dibutuhkan masyarakat konsumen Indonesia,
dimana untuk memenuhi kebutuhan itu masih dilakukan dengan cara mengimpor
dari luar negeri. Di dalam makalah ini akan dibahas tentang pengertian gliserol,
proses pembuatan gliserol serta manfaat- manfaat gliserol dalam berbagai
bidang.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
Gliserol adalah alkohol yang penting secara ekonomis dengan sedikit rasa
manis serta kental dan diaplikasikan dalam makanan, minuman, farmasi dan
industri kimia. Produksi gliserol dari microba telah dikenal selama 150 tahun,
dan gliserol diproduksi komersial selama produksi Perang Dunia I. Pembuatan
gliserol menggunakan sintesis mikroba. selanjutnya tidak dipergunakan karena
tidak mampu bersaing dengan sintesis kimia dari bahan baku petrokimia karena
dengan hasil gliserol rendah dan kesulitan dengan ekstraksi dan pemurnian
gliserol dari kaldu. Sebagai biaya pembuatan propylene telah meningkat dan
ketersediaan mengalami penurunan terutama dalam mengembangkan negara.
Dan gliserol telah menjadi bahan baku yang menarik untuk produksi berbagai
bahan kimia, produksi gliserol secara fermentasi telah menjadi lebih menarik
sebagai rute alternatif.
Gliserol memiliki sifat fisika seperti tabel berikut ini:
3
Rumus kimia gliserin (gliserol) adalah C3H5 (OH)3. Struktur kimia gliserin terdiri
dari tiga atom hidrogen, tiga atom karbon dan tiga gugus hidroksil, yang membentuk
ikatan hidrogen dengan air. Artinya Gliserin adalah molekul polar. Hal ini untuk
alasan bahwa Gliserin dapat dilarutkan ke dalam air atau alkohol, tetapi tidak pada
minyak. Molekul Polar tidak dapat bercampur dengan atau dalam hal ini, larut,
menjadi molekul non-polar. Oleh karena itu, minyak tidak mengandung polaritas.
Kingdom Fungi
Phylum Ascomycota
Class Saccharomycetes
Ordo Saccharomycetales
Famili Saccharomycetaceae
Genus Saccharomyces
Spesies Saccharomyces cerevisiae
2.2.1.3 FERMENTASI
2.2.1.3.1 FERMENTASI DAN REAKSI
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel
dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum,
fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan
tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan
fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik
dengan tanpa akseptor elektron eksternal.
4
dihasilkan dari fermentasi seperti asam butirat dan aseton.
Ragi dikenal sebagai bahan yang umum digunakan dalam
fermentasi untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur dan
minuman beralkohol lainnya. Respirasi anaerobik dalam otot
mamalia selama kerja yang keras (yang tidak memiliki
akseptor elektron eksternal), dapat dikategorikan sebagai
bentuk fermentasi yang menghasilkan asam laktat sebagai
produk sampingannya. Akumulasi asam laktat inilah yang
berperan dalam menyebabkan rasa kelelahan pada otot.
5
karbondioksida dari piruvat dan mengubahnya menjadi
asetaldehida berkarbon dua. Dalam langkah kedua,
asetaldehida direduksi oleh NADH menjadi etanol sehingga
meregenerasi pasokan NAD+ yang dibutuhkan untuk
glikolisis.
2.2.1.4 MORFOLOGI
6
aseksual tidak bisa dilakukan, misalnya bila suplai makanan
terganggu atau lingkungan hidupnya tidak mendukung.
GLUKOSA
Ethanol: C2H6O
Glukosa-6-Phosphate (C6H11O6P1)
gliseraldehida 3-fosfat (C3H5O3P1)
asam 1,3-difosfogliserat (C3H4O4P2)
Gliserol: C3H803
Dihidroksiaseton fosfat (C3H5O3P1)
Glycerol 3Phosphate C3H9O6P
8
2.2.1.6 PROSES PEMBUATAN GLISEROL DI DALAM SEL
YEAST
Adapun tahan dari proses glikolisis yang terjadi adalah sebagai berikut
9
1). Tahap pertama, glukosa akan diubah menjadi glukosa 6-fosfat oleh
enzim hexokinase. Tahap ini membutuhkan energi dari ATP (adenosin
trifosfat). ATP yang telah melepaskan energi yang disimpannya akan
berubah menjadi ADP.
• Glukosa (C6H12O6) + ATP + Hexokinase → Glukosa-6-
Phosphate (C6H11O6P1) + ADP2
2). Glukosa 6-fosfat akan diubah menjadi fruktosa 6-fosfat yang
dikatalisis oleh enzim fosfohexosa isomerase.
• Glukosa 6 Fosfat (C6H11O6P1) + Fosfoglukoisomerase (Enzim)
→ Fruktosa 6-Phosphate (C6H11O6P1)
3). Fruktosa 6-fosfat akan diubah menjadi fruktosa 1,6-bifosfat, reaksi
ini dikatalisis oleh enzim fosfofruktokinase. Dalam reaksi ini
dibutuhkan energi dari ATP.
• Fruktosa 6-fosfat (C6H11O6P1) + fosfofruktokinase (Enzim) +
ATP → Fruktosa 1, 6-difosfat (C6H10O6P2)
4). Fruktosa 1,6-bifosfat (6 atom C) akan dipecah menjadi
gliseraldehida 3-fosfat (3 atom C) dan dihidroksi aseton fosfat (3
atom C). Reaksi tersebut dikatalisis oleh enzim aldolase.
10
• Fruktosa 1, 6-difosfat (C6H10O6P2) + Aldolase (Enzim) →
gliseraldehida 3-fosfat (C3H5O3P1) + Dihydroxyacetone fosfat
(C3H5O3P1)
5). Satu molekul dihidroksi aseton fosfat yang terbentuk akan diubah
menjadi gliseraldehida 3-fosfat oleh enzim triosa fosfat isomerase.
Enzim tersebut bekerja bolak-balik, artinya dapat pula mengubah
gliseraldehida 3-fosfat menjadi dihdroksi aseton fosfat.
• Dihidroksiaseton fosfat (C3H5O3P1) + triose Fosfat →
gliseraldehida 3-fosfat (C3H5O3P1)
6). Gliseraldehida 3-fosfat kemudian akan diubah menjadi 1,3-
bifosfogliserat oleh enzim gliseraldehida 3-fosfat dehidrogenase. Pada
reaksi ini akan terbentuk NADH.
• Fosfat dehidrogenase triose (Enzim) + 2 NAD+ + 2 H– →
2NADH (reduksi Nikotinamida adenin dinukleotida) + 2 H +
• Triose fosfat dehidrogenase + 2 gliseraldehida fosfat
(C3H5O3P1) + 2P (dari sitoplasma) → 2 molekul asam 1,3-
difosfogliserat (C3H4O4P2)
7). 1,3 bifosfogliserat akan diubah menjadi 3-fosfogliserat oleh enzim
fosfogliserat kinase. Para reaaksi ini akan dilepaskan energi dalam
bentuk ATP.
• 2 molekul asam 1,3-difosfogliserat (C3H4O4P2) + + 2ADP
phosphoglycerokinase → 2 molekul asam 3-fosfogliserat
(C3H5O4P1) + 2ATP (Adenosin trifosfat)
8). 3-fosfogliserat akan diubah menjadi 2-fosfogliserat oleh enzim
fosfogliserat mutase.
• 2 molekul asam 3-fosfogliserat (C3H5O4P1) +
phosphoglyceromutase (enzim) → 2 molekul asam 2-
fosfogliserat (C3H5O4P1)
9). 2-fosfogliserat akan diubah menjadi fosfoenol piruvat oleh enzim
enolase.
• 2 molekul asam 2-fosfogliserat (C3H5O4P1) + Enolase (Enzim)
-> 2 molekul asam fosfoenolpiruvat (PEP) (C3H3O3P1) + 2
H2O
10). Fosfoenolpiruvat akan diubah menjadi piruvat yang dikatalisis
oleh enzim piruvat kinase. Dalam tahap ini juga dihasilkan energi
dalam bentuk ATP.
• 2 molekul asam fosfoenolpiruvat (PEP) (C 3H3O3P1) + +
Piruvat kinase 2ADP (Enzim) → 2ATP + 2 molekul asam
piruvat.
11
dan pengaruh pH. Apabila sitosol ini cenderung ber – pH rendah
(asam) maka cenderung lebih bayak membentuk produk wine.
Begitupula sebaliknya, apabila pH tinggi (basa) maka cenderung lebih
banyak membentuk produk gliserol. Adapun kondisi pH pertumbuhan
yeast Saccharomyces cerevisiae adalah kisaran pH optimal untuk
produksi gliserol 3-phospate yang diarahkan antara 6,7 dan 7,0. Akan
tetapi, fermentasi harus dengan pH rendah sangat diharapkan karena
ini membatasi pertumbuhan mikroorganisme pembusukan dan
meningkatkan perkembangan rasa untuk itulah dalam praktiknya
sangatlah minim gliserol yang dihasilkan dari metode ini. Apabila
pada proses fermentasinya berada pada tempearatur yang cukup tinggi
maka cenderung lebih banyak gliserol yang terbentuk. Begitupula
sebaliknya, apabila temperatur fermentor berada pada rentang suhu
yang rendah, dapat menghasilkan atau mengoptimalkan produk wine
(ethanol) yang terbentuk. Selanjutnya, kadar gliserol rendah dalam
anggur putih dibandingkan dengan anggur merah dapat dijelaskan
oleh suhu fermentasi yang lebih rendah yang digunakan untuk
menghasilkan anggur putih. Suhu optimum untuk produksi gliserol
maksimum dengan strain ragi anggur komersial S. cerevisiae
bervariasi antara 22 ° C dan 32 ° C.
Etanol terbentuk dari gliseraldehida-3- fosfat melalui piruvat
dan dalam proses ini NADH direduksi menjadi NAD +.
Dihydroxyacetone phosphate diubah menjadi gliserol dalam reaksi
dua langkah yang melibatkan dehidrogenase gliserol-3-fosfat NADH
dan fosfatase. Enzim yang terakhir ini dianggap tidak spesifik sampai
saat ini, ketika gen GPP1 dan GPP2 mengkodekan gliserol-3-fosfatase
tertentu ditemukan.
Reaksi metabolik penting dalam metabolisme gliserol
Saccharomyces cerevisiae. Glikolisis dan "reduksi fosfat
dihidroksyaetamin glikolitik sampai gliserol 3- fosfat dan oksidasi
NADH ke NAD + selanjutnya mengarah pada pembentukan gliserol.
ATP yang dihasilkan dari proses glikolisis yang berupa 2 ATP
digunakan untuk mereduksi NADH pada proses pembentukan alcohol
maupun gliserol 3-pospat. Selanjutnya, NAD+ dikeambalikkan lagi
untuk dignakan pada proses glikolisis.
12
Gliserol yang terbentuk dapat masuk kembali ke dalam sel
yeast Saccharomyces cerevisiae dengan bantuan enzim gliserol
kinase. Gliserol ini diperlukan lagi untuk membentuk pospolipid.
Pospolipid merupakan komponen utama dari membran sel. Pospolipid
ini berperan dalam mengatur keadaan kimiawi serta transpor molekul
melalui membran sel. Bagian dari membran sel ini merupaka bentuk
pertahanan dari yeast untuk dapat bertahan pada lingkungan
hiperosmotik. Untuk mempertahankan kehidupannya pada keadaan
stress osmotik ini, pospolipid sangatlah diperlukan. Pospilid juga
terbentik dari dihidroxyacetone phosphate saat hendak membentuk
gliserol 3-pospate, begitu pula pospolipid dapat terbentuk saat
pembentukan gliserol dengan bantuan enzim pospatase. Apabila
dalam produksinya hanya menginginkan produk gliserol, agar gliserol
tidak digunakan lagi dalam pembentukan pospolipid maka dilakukan
manipulasi baik terhadapa kondisi pertumbuhan yeast Saccharomyces
cerevisiae maupun manipulasi terhadap gen yang terdapat dalam sel
yeast Saccharomyces cerevisiae tersebut.
Phylum : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : Volvocales
Famili : Polyblepharidaceae
Genus : Dunaliella
Spesies : Dunaliella salina
Genus Dunaliella banyak dimanfaatkan sebagai makanan
kesehatan seperti halnya dengan Chlorella karena kandungan
proteinnya yang tinggi. Spesies dari genus Dunaliella ini cukup
banyak dan telah dimanfaatkan diantaranya Dunaliella viridis,
Dunaliella primolecta, Dunaliella salina, Dunaliella acidophila,
Dunaliella bardawil, Dunaliella parva dan Dunaliella sp.
Pemanfaatan Dunaliella cukup beragam mulai dari sebagai makanan
kesehatan seperti yang telah dipasarkan di negara-negara maju,
Dunaliella salina juga sebagai jasad pakan yang cukup baik dan
mendapat perhatian besar di beberapa negara seperti Australia,
Amerika dan Israel karena menghasilkan gliserol dan β-karoten
(Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995).
14
2.2.2.2 REPRODUKSI
15
2.2.2.4 . PROSES SECARA KESELURUHAN
BAB 3
18
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
19
Achmadi S. S. 1992. Teknik Kimia Organik. Jurusan Kimia, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam. IPB. Bogor
Karger B. L., Synder L., Hosvarth C. 1973. An Introduction to Separation. John dan
Sons. Brisbane.
Naviner M, Berge J. P., Duran P., Le Bris H. 1999. Antibacterial Activity of The
Marine Diatom Skeletonema Costatum Againts Aquacultural Pathogens.
Journal Aquaculture. 174: 15-24.
20
Pelczar M. J., Chan E. C. S. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi. Volume ke-1,2.
Hadioetomo R. S., Imas T., Tjitrosomo S. S., Angka S. L., Penerjemah.
Universitas Indonesia Press. Terjemahan dari: Elemen of Microbiology.
Jakarta.
Setiabudy R., Ganiswara V. H. S. 1995. Pengantar Antimikroba. Di dalam:
Ganiswara S. G., Setiabudy R., Suyatna F. D., Purwantyastuti, Nafrialdi.
Farmakologi dan Terapi. Edisi ke-4. FKUI. Jakarta.
Tjahyo W., Ernawati L., Hanung S. 2002. Budidaya Fitoplankton dan Zooplankton
Direktorat Jendral Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan:
Proyek Pengembangan Perekayasaan Ekologi Balai Budaya Laut Lampung.
Lampung. hal 30.
Winarno F. G., Fardiaz D., Fardiaz S.. 1973. Ekstraksi, Kromatografi dan
Elektroforesis. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
21
22