Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

KONSTIPASI PADA LANSIA

A. Latar Belakang
Konstipasi atau sering disebut sembelit merupakan kelainan pada sistem
pencernaan di mana seseorang mengalami pengerasan feses atau tinja yang
berlebihan sehingga sulit untuk dibuang atau dikeluarkan dan dapat menyebabkan
kesakitan yang hebat pada penderitanya.
Lansia merupakan suatu proses yang alami yang tidak dapat dihindari oleh
setiap manusia. Orang yang menjadi tua ditandai dengan kemunduran-
kemunduran fungsi biologis, yang pada lahirnya dapat terlihat gejala-gejala
kemunduran fisik seperti kulit mengendor, wajah keriput, rambut yang mulai
beruba menjadi putih, gigi yang mulai ompong, cepat serta mudah lelah,
penglihatan dan pendengaran mulai memburuk, dan kerampingan tubuh mulai
menghilang.
Konstipasi pada lansia berbeda dengan konstipasi pada usia muda, ini
dikarenakan sebagian besar masalah konstipasi pada lansia berhubungan dengan
penurunan fungsi biologis seperti akibat gerakan peristaltik (gerakan semacam
memompa pada usus) lebih lambat, penumpukan sensasi saraf, tidak sempurnanya
pengosongan usus, atau kegagalan dalam menanggapi sinyal untuk defekasi.
Penyuluhan dengan Lansia Binaa pada hari jumat , 29 Januari 2018 akan
dilakukan penyuluhan serta pembagian leaflet terkait konstipasi pada lansia.

B. Strategi Pelaksanaan
1. Pokok Bahasan : Keperawatan Gerontik
2. Sub Pokok Bahasan : Konstipasi pada lansia
3. Waktu : 25 menit
4. Penyuluh : Deliana Ayu Putri
5. Sasaran : Lansia Binaan
Tujuan

1
a. Tujuan Umum : Setelah dilakukan penyuluhan Lansia mengetahui
tentang penanganan dan pencegahan kontsipasi pada lansia.
b. Tujuan Khusus :
Setelah penyuluhan diharapkan Lansia mampu:
1) Menyebutkan pengertian konstipasi
2) Menyebutkan penyebab konstipasi
3) Menyebutkan tanda dan gejala konstipasi
4) Menyebutkan komplikasi dari konstipasi
5) Menyebutkan pencegahan konstipasi
6) Mendemonstrasikan cara membuat larutan untuk mengatasi
konstipasi
6. Materi
Terlampir
7. Metode
Ceramah, diskusi,
8. Media
a. Leaflet
b. Lembar balik
9. Waktu
a. Waktu pelaksanaan : jumat /28 Juni 2018

2
b. Alokasi Waktu dan Kegiatan

No Tahap Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta Waktu


1 Pendahuluan 1. Mengucap salam 1. Menjawab 5 menit
salam
2. Perkenalan 2. Memperhatikan
3. Menjelaskan tujuan 3. Memperhatikan
2 Penyajian penyuluhan pengertian
1. Menjelaskan 1. Memperhatikan 15 menit
konstipasi 2. Memperhatikan
2. Menjelaskan penyebab 3. Memperhatikan
konstipasi 4. Memperhatikan
3. Menjelaskan tanda dan 5. Memperhatikan
gejala konstipasi 6. Memperhatikan
4. Menjelaskan tentang 7. Bertanya
komplikasi dari konstipasi 8. Menjawab
5. Menjelaskan pengobatan pertanyaan
konstipasi
6. Menjelaskan pencegahan
konstipasi
7. Mendemonstrasikan cara
membuat larutan mengkudu
dan temulawak
8. Memberi kesempatan
peserta untuk bertanya
9. Memberikan pertanyaan
kepada peserta secara acak
3 Penutup Meminta peserta untuk Menyimpulkan 5 menit
menyimpulkan materi
b. Mengucap salam Menjawab Salam

3
11. Tempat
Rumah Lansia Binaan
12. Kriteria evaluasi
1. Evaluasi struktur
1) Menyiapkan SAP.
2) Menyiapkan materi dan media.
3) Kontrak waktu dengan sasaran.
4) Menyiapkan tempat.
5) Menyiapkan pertanyaan.

2. Evaluasi proses
1) Sasaran memperhatikan.
2) Aktif bertanya.
3) Menjawab atau mengulang kembali.

4
LAMPIRAN
KONSTIPASI
1. Pengertian
Konstipasi secara luas didefinisikan sebagai frekuensi jarang atau
kesulitan pergerakan feses,feses kering (Leueckenotte, 2000).
Konstipasi adalah suatu penurunan frekuensi pergerakan usus yang
disertai dengan perpanjangan waktu dan kesulitan pergerakan feses (Stanley,
2007).
Konstipasi atau biasa dikenal dengan sembelit didefinisikan secara medis
sebagai buang air besar kurang dari tiga kali per minggu dan konstipasi
parah sebagai kurang dari satu kali/minggu. Konstipasi biasanya
disebabkan oleh gerakan lambat dari tinja melalui usus besar.
Pada tahun 1999 Komite Konsensus Internasional telah membuat suatu
pedoman untuk membuat diagnosis konstipasi. Diagnosis dibuat berdasar
adanya keluhan paling sedikit 2 dari beberapa keluhan berikut, minimal
dalam waktu 1 tahun tanpa pemakaian laksans (kriteria Roma II), yaitu
(Whitehead, 1999) : (1) defekasi kurang dari 3x/minggu, (2) mengejan
berlebihan minimal 25 % selama defekasi, (3) perasaan tidak puas
berdefekasi minimal 25 % selama defekasi, (4) tinja yang keras minmal 25 %,
(5) perasaan defekasi yang terhalang, dan (6) penggunaan jari untuk usaha
evakuasi tinja (G Lindsay McCrea, 2008.)

2. Etiologi Konstipasi pada Lansia


Menurut Dudek (1997, dalam Leueckenotte, 2000), kejadian konstipasi
pada lansia dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu :
a. Asupan Serat
Konsumsi serat makanan, khususnya serat tak larut (tak dapat dicerna
dan tak larut air panas) menghasilkan kotoran yang lembek. Insoluble fibre
bersifat menahan air pada fragmen serat sehingga menghasilkan tinja yang
lebih banyak dan berair. Akibatnya akan terjadi stimulasi gerakan
peristaltik, mempercepat waktu transit kolon, peningkatan frekuensi

5
defekasi, dan penurunan tekanan di dalam kolon (Wirakusumah E. , 2003).
Sumber makanan yang tinggi serat antara lain:
1) Sayur-sayuran : daun bawang, bawang prei, kecipir muda,
kangkung, tauge, tomat, lobak, kembag kol, daun kelor, brokoli,
buncis, kentang, kol, wortel, timun, daun singkong, daun kemangi,
dan lain-lain.
2) Buah-buahan : jambu biji, belimbing, anggur, kedondong.
3) Sereal : oat, gandum, rye jagung, beras, dan beras merah.
4) Biji-bijian : sunflower seed dan sesame seed.
5) Kacang-kacangan : kacang tanah, kacang hijau, kacang merah,
kacang tolo, kacang bogor (Kusharto, 2007)
b. Masukan Cairan
Pada lansia, proses penuaan normal dapat mempengaruhi
keseimbangan cairan. Perubahan fisiologi yang terjadi antara lain respons
haus sering menjadi tumpul, nefron (unit fungsional ginjal) menjadi
kurang mampu menahan air, penurunan TBW (total body water) yang
berhubungan dengan FFM (Fat Free Mass). Perubahan normal karena
penuaan ini meningkatkan resiko dehidrasi (Audrey Berman et.al, 2009).
Angka kecukupan air untuk usia di atas 50 tahun keatas menurut AKG,
tahun 2004 dalam Devi (2010) adalah 1,5-2 liter/hari.
Intake cairan berpengaruh pada eliminasi fekal. Kolon menggunakan
banyak air untuk memecah makanan padat. Bahan sisa metabolisme dalam
saluran cerna akan membawa sejumlah air yang telah digunakan untuk
mencairkan makanan, dan hal ini tergantung pada ketersediaan air di
dalam tubuh. Air yang membawa sisa metabolisme akan bertindak sebagai
pelumas untuk membantu sisa metabolisme ini bergerak di sepanjang
kolon. Semakin tubuh membutuhkan air, semakin besar usahanya untuk
menyerap kembali air yang tersedia di dalam usus. Proses ini memberikan
tekanan besar pada sisa metabolisme agar airnya dapat diabsorbsi kembali
oleh mukosa atau dinding selaput dari kolon. Dampaknya tinja menjadi

6
lebih kering dari normal, menghasilkan feses yang keras (Guyton & Hall,
1996).
c. Aktivitas Fisik
Mempertahankan mobilisasi optimal sangat penting untuk kesehatan
mental dan fisik semua lansia. Pada umumnya, para lansia akan
mengalami penurunan aktifitas fisik. Salah satu faktor penyebabnya adalah
pertambahan usia yang dapat menyebabkan terjadinya kemunduran
biologis. Kondisi ini setidaknya akan membatasi aktifitas yang menuntut
ketangkasan fisik. Aktivitas fisik juga merangsang terhadap timbulnya
peristaltik. Penurunan aktivitas fisik dapat mengakibatkan terjadinya
penurunan gerak peristaltik dan dapat menyebabkan melambatnya feses
menuju rectum dalam waktu lama dan terjadi reabsorpsi cairan feses
sehingga feses mengeras. Aktivitas fisik juga membantu seseorang untuk
mempertahankan tonus otot. Tonus otot yang baik dari otot-otot
abdominal, otot pelvis dan diafragma sangat penting bagi defekasi
(Asmadi, 2008).
d. Depresi
Depresi yaitu keadaan jiwa yang tertekan dan penurunan fungsi
kognitif hingga berpotensi menimbulkan bergagai kendala (Noorkasiani,
2009).
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia baik
fungsi psikis mupun fungsi fisik, yang berkaitan dengan alam perasaan
yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur
dan nafsu makan, psikomotorik, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa
putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri (Ilmu kedokteran jiwa
darurat, 2004).
e. Penggunaan obat-obatan
Pengobatan kadang-kadang bertambahnya usia identik dengan
ketergantungan obat. Pada dasarnya, pengobatan dapat memperbaiki
kondisi kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup, tetapi di lain pihak
pengobatan pun dapat mempengaruhi asupan kebutuhan gizi lansia. Efek

7
ini timbul karena obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi proses
penyerapan zat gizi. Tidak jarang lansia harus mengkonsumsi obat-obatan
dalam waktu yang cukup lama. Banyak obat menyebabkan efek samping
konstipasi. Beberapa di antaranya seperti obat-obatan antikolinergik,
antasida aluminium, golongan narkotik, golongan analgetik, antihipertensi
dan diuretik.
Obat antikolinergik mengurangi sekresi asam lambung dengan
menghambat aktivitas nervus vagus. Ini berakibat penurunan motilitas
gastrointestinal (efek antispasmodik). Obat antikolinergik yang umum
dipakai, misalnya Robinul, Pamine, Tyrimide, Monodral, Pro-Banthine.
Antasida dipakai untuk mengobati ulkus ventrikuli, ulkus duodeni,
dispepsia dan esofagitis. Garam aluminium dapat mengakibatkan
konstipasi. Contoh obat antasida aluminium yang umum dipakai seperti
Mylanta, Gastrogel, Aludox, Simeco, dan lain-lain.
Analgesik lemah mempengaruhi produksi substansi penyebab nyeri
pada tempat luka, dan meliputi aspirin dan salisilat, paracetamol, NSAID
(non-steroidal anti-inflammatory drugs), dan opiat lemah (kodein dan
dekstropropoksifen). Obat analgesik non-narkotika memberikan beberapa
efek samping yang tidak diinginkan. Efek samping yang paling umum
terjadi adalah pada saluran pencernaan yaitu menghambat aktivitas
kontraktil dan melambatkan pengosongan lambung. NSAID yang umum
dipakai seperti Asam mefenamat (Ponstan, Mefic, Stanza), ibuprofen,
aspirin, naproksen, piroksikam, indometasin, dan lain sebagainya
(Tambayong, 2001).
Keburukan narkotik adalah depresi pernapasan, konstipasi, toleransi
dan ketergantungan bila sering digunakan. Alkaloid yang berasal dari
opium adalah morfin, codein, papaverine dan noscapin. Obat golongan ini
merangsang otot polos, berakibat spasme otot gastrointestinal, saluran
biliaris, dan saluran kemih. Selain itu mengurangi motilitas usus dan
mengakibatkan konstipasi. Pengobatan diuretik akan mempengaruhi
keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga mempengaruhi proses

8
absorpsi di usus. Obat diuretik yang umum dipakai misalnya Furosemide,
Torsemide, Metolazone, Hydroflumethiazide, Bendroflumethazide, dan
lain sebagainya (Katzung, 2001).
f. Gangguan metabolik
Hiperkalsemia mengacu pada kelebihan kalsium dalam plasma. Secara
umum, gejala-gejala hiperkalsemia adalah sebanding dengan tingkat
kenaikan kadar kalsium serum. Hiperkalsemia mengurangi eksitabilitas
neuromuskular karena hal ini menekan aktivitas pertemuan mioneural.
Gejala-gejala seperti kelemahan muskular, inkoordinasi, anoreksia, dan
konstipasi dapat karena penurunan tonus pada otot lurik dan polos.
Hipotiroid yaitu dimana produksi hormon pada kelenjar tiroid mengalami
penurunan sehingga kecepatan metabolisme tubuh terganggu, sehingga
ketika proses metabolisme makanan dalam tubuh terhambat maka proses
pengeluarannya pun juga lebih lambat (Smeltzer & Bare, 2001).
g. Kurang privasi untuk BAB
Kurang privasi untuk BAB, mengabaikan dorongan BAB dapat
menjadi stimulus psikologis bagi individu untuk menahan buang air besar
dan dapat menyebabkan konstipasi (Darmojo&Martono, 2006).
h. Obstruksi mekanik
Kanker kolon adalah tumor ganas yang berasal dari mukosa kolon.
Kanker yang berada pada kolon kiri cenderung mengakibatkan perubahan
pola defekasi sebagai akibat iritasi dan respon refleks, perdarahan,
mengecilnya ukuran feses, dan konstipasi karena lesi kolon kiri yang
cenderung melingkar mengakibatkan obstruksi (Darmojo & Martono,
2006).
3. Tanda dan Gejala
Pada anamnesis, didapatkan riwayat berkurangmya frekuensi defekasi.
Dengan terjadinya retensi feses, gejala dan tanda lain konstipasi berangsur
muncul seperti nyeri dan distensi abdomen, yang sering hilang setelah
defekasi. Riwayat feses yang keras dan/ feses yang sangat besar yang

9
mungkin menyumbat saluran toilet. “Kecepirit” (enkopresis) di antara feses
yang keras sering salah didiagnosis sebagai diare.
Sedangkan menurut Stanley (2007), tanda dan gejala dari konstipasi
adalah sebagai berikut:
a. Mengejan berlebihan saat BAB
b. Massa feses yang keras
c. Perasaan tidak puas saat BAB
d. Sakit pada daerah rektum saat BAB
e. Menggunakan jari-jari untuk mengeluarkan feses
4. Komplikasi
Menurut Darmojo&Martono (2006) akibat-akibat konstipasi antara lain:
a. Impaksi feses
Impaksi feses merupakan akibat dari terpaparnya feses pada daya
penyerapan dari kolon dan rektum yang berkepanjangan.
b. Volvulus daerah sigmoid
Mengejan berlebihan dalam jangka waktu lama pada penderita dengan
konstipasi dapat berakibat prolaps dari rektum.
c. Haemorrhoid
Tinja yang keras dan padat menyebabkan makin susahnya defekasi
sehingga ada kemungkinan akan menimbulkan haemorrhoid.
d. Kanker kolon
Bakteri menghasilkan zat-zat penyebab kanker. Konsistensi tinja yang
keras akan memperlambat pasase tinja sehingga bakteri memiliki
waktu yang cukup lama untuk memproduksi karsinogen dan
karsinogen yang diproduksi menjadi lebih konsentrat.
e. Penyakit divertikular
Mengejan berlebihan (peningkatan tekanan intraabdominal) pada
penderita konstipasi dapat menyebabkan terbentuknya kantung-
kantung pada dinding kolon, di mana kantung-kantung ini berisi sisa-
sisa makanan. Kantung-kantung ini dapat meradang dan disebut
dengan divertikulitis.

10
5. Pencegahan
Konstipasi dapat dicegah bila Anda:
 Berolahraga secara rutin
 Menjaga diet tinggi serat
 Minum banyak air untuk membasuh zat beracun dari kandung kemih
anda
6. Pengobatan
Penanganan dan pengobatan konstipasi dapat berbeda tergantung pada
kondisi pasien dan penyakit yang dideritanya. Pilihan pengobatan adalah:
 Kolektomi
 Obat Laktulosa
 Obat Pencahar
7. Cara Membuat Larutan Mengkudu dan Temulawak
Untuk menggunakan mengkudu caranya dengan memarut 2 buah
mengkudu kemudian saring airnya. Beri air perasan mengkudu dengan sedikit
garam dan minum 2 kali sehari. Mengkudu mengandung morindon yang
merupakan zat warna merah dan berkhasiat sebagai pencahar.
Dan yang terahir menggunakan temulawak yang memiliki banyak
manfaat untuk mengatasi radang, sembelit dan masih banyak manfaat
kesehatan lainya. Cara penggunaannya temulawak diiris ditambah dengan
asam jawa dan gula jawa. Setelah itu masak dengan air hingga mendidih,
kemudian saring airnya. Setelah itu minum airnya selagi hangat.

11
Daftar Pustaka

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-srimulyani-6619-3-
babii.pdf.21-12-2013 diakses tanggal 23 Desember 2013

12

Anda mungkin juga menyukai