Anda di halaman 1dari 13

DIAGNOSIS DEMAM THYPOID DENGAN PEMERIKSAAN WIDAL

I Made Tomik Nurya Wardana, Sianny Herawati, I Wayan Putu Sutirta Yasa
Bagian/SMF Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit
Umum Pusat Sanglah

ABSTRAK

Demam typhoid merupakan penyakit infeksi sistemik disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica
serotype typhi, yang merupakan anggota family Enterobacteriaciae. Seseorang menderita demam
typhoid akan membawa bakteri di dalam aliran darah dan sistem pencernaannya sehingga dapat
menularkan infeksi secara langsung kepada orang lain melalui air atau makanan yang sudah
terkontaminasi. Pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosis demam typhoid adalah
dengan metode konvensional, yaitu kultur kuman dan uji serologi Widal serta metode non-
konvensional, yaitu Polimerase Chain Reaction (PCR), Enzyme Immunoassay Dot (EID) dan
Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA). Diagnosis definitif demam typhoid adalah dengan
isolasi Salmonella enterica serotype typhi dari darah, urin atau cairan tubuh lainnya. Hal ini sering
tidak mungkin dilakukan di negara berkembang karena fasilitas bakteriologik yang tidak memadai
pada banyak rumah sakit kecil, sedangkan demam typhoid merupakan penyakit endemis di negara
tersebut. Dengan keadaan seperti ini, diagnosis harus ditegakkan dengan menghubungkan gejala
klinis yang sesuai dengan demam typhoid dan adanya titer antibodi yang meningkat secara
bermakna dalam darah terhadap antigen O atau antigen H Salmonella enterica serotype typhi (tes
Widal).

Kata kunci : Demam Thypoid, Tes Widal

DIAGNOSE OF THYPOID FEVER WITH WIDAL TEST

ABSTRACT

Thypoid fever is one of infection systemic disease cause by Salmonella enterica serotype typhi, this
bacterium is member of family Enterobacteriaciae. Everyone with thypoid fever bring the
bacterium in blood stream and gastrointestinal sytem so that it can transmit the infection to others
directly through water or food that has been contaminated. Laboratory examination to establish a
diagnosis of typhoid fever is with conventional methods, namely the culture of the bacterium and
serological test Widal and non-conventional method, namely Polimerase Chain Reaction (PCR),
Enzyme Immunoassay Dot (EID) and Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA). The definitive
diagnosis of typhoid fever is with isolation of Salmonella enterica serotype typhi from blood, urine
or other body fluids. It is often not possible in developing countries because of inadequate
bakteriologik facilities on many small hospitals, while typhoid fever is an endemic disease in the
country. With this kind of situation, the diagnosis should be enforced by connecting the
corresponding clinical symptoms with typhoid fever and the presence of antibody titer is increasing
significantly in the blood against antigens O or H antigens of Salmonella enterica serotype typhi
(Widal test).

Key word : Thypoid fever, Widal test

1
PENDAHULUAN Penularan demam typhoid dapat
melalui konsumsi makanan atau minuman
Salmonella enterica serotype typhi
yang sudah terkontaminasi dengan feses
adalah bakteri yang menyebabakan
atau urin seseorang yang sudah terinfeksi
terjadinya demam thypoid.1 Demam
oleh Salmonella enterica serotype typhi.4
typhoid merupakan penyebab utama
Periode inkubasi demam typhoid
morbiditas dan mortalitas di daerah padat
umumnya 8-14 hari. Seseorang dapat
penduduk, sanitasi buruk dan angka
menularkan bakteri tersebut melalui
urbanisasi yang tinggi.2 Dengan
ekskresi feses atau urin yang umumnya
tersedianya air bersih dan sistem
diawali pada minggu pertama setelah
pembuangan kotoran yang bagus maka
munculnya gejala demam typhoid dan
dapat menurunkan insiden demam
berlanjut sampai periode convalescence
typhoid disuatu daerah. Hingga saat ini
(periode penyembuhan), sekitar 10%
insiden tertinggi penyakit ini terjadi di
kasus yang tidak diobati akan
negara berkembang, yang umumnya
mengekskresikan bakteri selama 3 bulan
memiliki kondisi sanitasi buruk. Angka
setelah munculnya gejala demam
insiden demam typhoid di Mekong Delta,
4
typhoid. Onset bakteremia (periode
Vietnam 198:100.000 penduduk per
bakteri di dalam darah) ditandai dengan
tahun dan di New Delhi, India
demam dan malaise. Adapun gejala
980:100.000 penduduk per tahun pada
lainnya meliputi influenza-like symptom
tahun 1997. Diperkirakan terjadi 16 juta
disertai dengan menggigil, sakit kepala di
kasus baru demam typhoid di seluruh
bagian frontal, anorexia, nausea, rasa
dunia setiap tahunnya dengan angka
tidak nyaman di abdominal, batuk kering
mortalitas mencapai 600.000 jiwa.1
dan myalgia. Dari pemeriksaan fisik akan
Survei Departemen Kesehatan Republik
didapatkan nyeri tekan pada abdominal,
Indonesia pada tahun 1990 sebesar 9,2
hepatomegaly dan splenomegaly.1
dan pada tahun 1994 terjadi peningkatan
frekuensi menjadi 15,4 per 10.000 Gambaran klinis demam typhoid
penduduk per tahun.3 sangat bervariasi dari hanya sebagai

2
penyakit ringan yang tidak terdiagnosis lama, serta kenaikan titer aglutinin
sampai gambaran penyakit yang khas terutama aglutinin H tidak mempunyai
(pola panas step leader) dengan arti diagnostik yang penting untuk
komplikasi dan kematian, sehingga sulit demam typhoid pada penderita dewasa di
menegakkan diagnosis demam typhoid daerah endemis. Dengan alasan ini, maka
hanya berdasarkan gambaran klinis. Oleh pada daerah endemis tidak dianjurkan
karena itu, pemeriksaan laboratorium pemeriksaan antibodi H terhadap
mikrobiologi tetap diperlukan untuk Salmonella enterica serotype typhi, cukup
memastikan penyebabnya.5 pemeriksaan titer antibodi O terhadap
Salmonella enterica serotype typhi.5
DIAGNOSIS DEMAM THYPOID
DENGAN PEMERIKSAAN WIDAL Serologi Widal

Pemeriksaan serologi yang masih Tes Widal merupakan tes aglutinasi yang
dikerjakan pada pasien yang dirawat digunakan dalam diagnosis serologi
dengan demam typhoid di Rumah Sakit penyakit demam typhoid atau demam
adalah tes Widal. Nilai diagnostik tes enterik.7 Tes Widal mengukur level
Widal adalah melihat adanya kenaikan aglutinasi antibodi terhadap antigen O
titer antibodi yang bermakna dalam darah (somatik) dan antigen H (flagellar). Level
terhadap antigen O (somatik) dan/atau tersebut diukur dengan menggunakan
antigen H (flagellar) Salmonella enterica dilusi ganda serum pada tabung tes.
serotype typhi pada 2 kali pengambilan Biasanya, antibodi O terlihat pada hari ke
spesimen serum dengan interval waktu 6-8 dan antibodi H terlihat pada hari ke
10-14 hari. Tapi dalam pelaksanaan di 10-12 setelah munculnya gejala penyakit
lapangan, ternyata praktis pengambilan demam typhoid. Tes biasanya dilakukan
spesimen serum untuk pemeriksaan tes pada serum akut (serum yang pertama
Widal hanya menggunakan spesimen kali diambil saat pertama kali kontak
serum tunggal. Kenaikan titer agglutinin dengan pasien). Minimal harus
yang tinggi pada spesimen tunggal, tidak didapatkan 1 ml darah untuk
dapat membedakan apakah infeksi mendapatkan jumlah serum yang cukup.8
tersebut merupakan infeksi baru atau

3
Tes Widal memiliki sensitifitas menit. Dilusi serial dua kali lipat serum
dan spesifisitas rendah. Tes ini dapat dari 1:40 sampai 1:5.120 kemudian
memberikan hasil negatif sampai 30% ditambahkan larutan normal saline 0,5cc.
dari pembuktian tes kultur yang positif Setelah itu ditambahkan 0,5 cc antigen ke
penyakit demam typhoid. Hal ini tiap tabung, dilanjutkan dengan dilusi
disebabkan karena pemberian terapi akhir 1:80 sampai 1:10.240. Sebuah
antibiotik sebelum pemeriksaan dapat tabung kontrol mengandung 0,5 cc
8
menumpulkan respon antibodi. Prinsip larutan saline dan dimasukkan 0,5 cc
tes Widal adalah pasien dengan demam antigen. Tabung kemudian diinkubasi
typhoid atau demam enteric akan pada temperatur 370 C selama 20 menit,
memiliki antibodi di dalam serumnya sentrifugasi pada 2.000 r.p.m selama 10
yang dapat bereaksi dan beraglutinasi menit dan kemudian aglutinasi dibaca.
dilusi ganda.7 Pada daerah endemis Dilusi terakhir dalam tiap aglutinasi yang
demam typhoid sering ditemukan level terjadi dilaporkan sebagai titer.9
antibodi yang rendah pada populasi Peningkatan agglutinin O dan H (> 1:320
normal. Penentuan diagnosis yang tepat di New Delhi atau sekitarnya) pada
untuk hasil positif dapat menjadi sulit individu belum tervaksinasi demam
pada area yang berbeda.8 Oleh karena itu, typhoid signifikan dinyatakan terinfeksi
penting untuk menetapkan level antibodi Salmonella enterica serotype typhi jika
pada populasi normal di daerah atau area orang tersebut datang dari area non
khusus supaya penentuan nilai ambang endemik demam typhoid atau jika ia
batas atas titer antibodi signifikan. Hal merupakan anak-anak dengan umur
tersebut khususnya penting jika hanya ada kurang dari 10 tahun tinggal di area
sampel serum akut tanpa ada sampel endemis.10
serum periode convalescence untuk Pada tes Widal yang perlu
6
pengetesan Widal. diperhatikan adalah : 1) Saat pengambilan
Reaksi Widal specimen; dan 2) Kenaikan titer aglutinin
antigen S. typhi.
Serum pasien diinaktifkan pada
temperatur 560 C selama kurang lebih 30

4
Saat Pengambilan Spesimen. Spesimen yang digunakan dalam tes
Berdasarkan penelitian Senewiratne, dkk Widal adalah serum yang didapatkan dari
tahun 1998 kenaikan titer antibodi ke pembuluh darah vena pasien. Khusus
level diagnostik pada tes Widal umumnya pada kasus yang tes Widalnya ditunda
paling baik pada minggu kedua atau atau tidak dilakukan segera setelah
ketiga yaitu 95,7%, sedangkan kenaikan pengambilan sampel serum, maka
titer pada minggu pertama hanya 85,7%. spesimen serum pasien harus disimpan
Oleh karena itu waktu saat pengambilan pada tempat yang dingin dengan
spesimen perlu diperhatikan, agar temperature 20C-80C.11
mendapatkan nilai diagnostik yang
Penyimpanan dan Stabilitas Reagen
diharapkan.5
Semua reagen (Suspensi antigen S. typhi
Kenaikan Titer Aglutinin Terhadap
O, Suspensi antigen S. typhi H, Suspensi
Antigen Salmonella enterica serotype
antigen S. paratyphi „AH‟, dan Suspensi
typhi. Tes Widal memerlukan dua kali
antigen S. paratyphi „BH‟) yang siap
pengambilan spesimen, yaitu pada masa
digunakan disimpan pada ruangan dengan
akut dan masa convalesencence dengan
temperatur 20C-80C sampai jika akan
interval waktu 10-14 hari. Diagnosis
digunakan.11
ditegakkan dengan melihat adanya
kenaikan titer lebih atau sama dengan 4 Prinsip Pemeriksaan
kali liter masa akut. Dalam Pasien yang mengalami penyakit demam
pelaksanaannya di lapangan, ternyata typhoid akan memiliki antibodi di dalam
praktis pengambilan spesimen untuk serumnya yang mana dapat bereaksi dan
pemeriksaan tes Widal hanya beraglutinasi dengan antigen Salmonella
menggunakan spesimen tunggal. enterica serotype typhi pada tes aglutinasi
Kenaikan titer aglutinin yang tinggi pada tabung maupun tes aglutinasi slide.7
spesimen tunggal tidak dapat Dengan kata lain dapat dikatakan
membedakan apakah infeksi tersebut suspensi bakteri yang membawa antigen
5
merupakan infeksi baru atau lama. akan beraglutinasi dengan antibodi
Pemeriksaan Widal terhadap organisme Salmonella enterica
Spesimen serotype typhi.11 Aglutinasi merupakan

5
reaksi antara antibodi dengan antigen c. Suspensi antigen Salmonella enterica
pada permukaan objek khusus dan serotype typhi O (somatik) dan H
menyebabkan objek tersebut saling (flagellar)
bergumpal atau beraglutinasi. Tes Widal d. Suspensi antigen Salmonella enterica
menggunakan prinsip ini dalam serotype paratyphi AH dan BH
mendiagnosis penyakit demam typhoid.12 Cara Kerja

Alat dan Bahan Terdapat 2 cara dalam tes Widal yaitu : 1)


Tes Aglutinasi Slide; dan 2) Tes
I. Tes Aglutinsi Slide12
Aglutinasi Tabung.
Alat :
a) Rak tes Widal; b) Slide tes Widal; c) I. Tes Aglutinasi Slide12
Pipet; d) Applicator stick; e) Rotator; dan 1. Persiapkan enam buah slide tes Widal
f) Sentrifugue. dan buat lingkaran pada masing-
Bahan : masing slide.
a. Spesimen serum pasien 2. Kemudian beri label lingkaran slide
b. Suspensi antigen Salmonella enterica “H”, “O”, “A”, “B”, kontrol negatif
serotype typhi O (somatik) dan H (-) dan kontrol positif (+).
(flagellar) 3. Teteskan satu tetes serum undilusi 20
c. Suspensi antigen Salmonella enterica ul pada empat lingkaran pertama
serotype paratyphi AH dan BH dengan menggunakan pipet pastur
7,12
II. Tes Aglutinasi Tabung steril. Satu tetes serum kontrol positif
Alat : (+) dan serum kontrol negatif (-)
a) Rak tes Widal; b) Tabung Felix diteteskan pada masing-masing
(tabung dengan dasar berbentuk bulat); c) lingkaran kelima dan keenam.
Tabung Dreyer‟s (tabung dengan dasar 4. Teteskan satu tetes antigen H
berbentuk kerucut); dan d) Pipet Salmonella enterica serotype typhi
Bahan : (flagellar) pada lingkaran pertama,
a. Spesimen serum pasien satu tetes anigen O Salmonella
b. Dilusi ganda serum pasien enterica serotype typhi (somatik)
ditambahkan pada lingkaran kedua.

6
Satu tetes antigen A dan B Salmonella
enterica serotype paratyphi
ditambahkan pada masing-masing
lingkaran ketiga dan keempat. Slide H Slide O Slide A

5. Teteskan satu tetes antigen H


Salmonella enterica serotype typhi
Serum Serum Serum
(flagellar) pada lingkaran kelima dan undilusi + control (+) control (-)
Antigen B + Amtigen antigen H
H
keenam. Maka akan didapatkan
campuran serum dan antigen seperti A

Slide B Kontrol (+) Kontrol (-)


Gambar. 1
Gambar 1. Gambar pencampuran antara
6. Dengan menggunakan separate
serum dan antigen pada tes aglutinasi
applicator stick, serum dan antigen
slide.12
dicampur bersama-sama secara rata
II. Tes Aglutinasi Tabung11
dan disebarkan sampai mengisi
Serum pasien didilusi ganda dengan
keseluruh permukaan lingkaran.
pencampuran dan pemindahan dari 1:10
7. Kemudian rotator selama satu menit.
sampai 1:640 pada deretan pertama
8. Lakukan observasi untuk melihat ada
sampai keempat. Deretan pertama
tidaknya aglutinsai makroskopis.
biasanya terdiri dari tabung Felix,
9. Jika dengan pencampuran 20 ul serum
sedangkan untuk semua deretan yang
dan satu tetes antigen terjadi
tersisa terdiri dari tabung Dreyer‟s.
aglutinasi maka titernya adalah 1:80.
Adapun cara kerja dari tes aglutinasi
Kemudian dilakukan pengenceran
tabung adalah sebagai berikut (gambar 2):
dengan pencampuran 10 ul serum dan
1. Ambil tabung Felix sejumlah 8 buah
satu tetes antigen, jika terjadi
dan susun pada deretan pertama.
aglutinasi maka titernya adalah 1:160.
2. Ambil tabung Dreyer‟s sejumlah 24
10. Lakukan pengenceran sampai tidak
buah dan susun pada deretan kedua,
terjadi aglutinasi lagi. Aglutinasi
ketiga, dan keempat dengan jumlah
terakhir dipakai sebagai titer.
masing-masing tiap deret adalah 8
buah tabung.
Serum Serum Serum
undilusi + undilusi + undilusi +
Antigen H Antigen O Antigen A

7
3. Beri label 1-8 pada masing-masing 11. Sekarang dilusi yang sudah dicapai
tabung di tiap deret (deret 1-4) untuk pada sampel serum di tiap tabung
deteksi antibodi O, H, AH, dan BH. pada deret 1-4 adalah sebagai berikut:
4. Masukkan 0,1 ml larutan salin Tabung no. 1 2 3
isotonik pada tabung no 1 di masing- 4 5 6 7 8
masing deret (deret 1-4). Dilusi 1:10 1:20 1:40
5. Sedangkan untuk tabung sisanya 1:80 1:160 1:320 1:640 -
(tabung no 2-8) pada tiap deret 12. Kemudian semua tabung (tabung no
dimasukkan larutan salin isotonik 1-8) pada setiap deretan ditambahkan
sejumlah 0,5 ml. dengan dengan 1 tetes suspensi
6. Kemudian untuk semua tabung no 1 antigen tes Widal (O, H, AH, BH)
pada tiap deretan ditambahkan 0,9 ml dari vial reagen dan campur dengan
sampel serum pasien untuk dilakukan rata. Sekarang dilusi yang sudah
pengetesan dan pencampuran. dicapai pada sampel serum di tiap
7. Pindahkan 0,5 ml serum dilusi dari tabung pada deret 1-4 adalah sebagai
tabung no 1 ke tabung no 2 dan berikut :
kemudian dilakukan pencampuran Tabung no. 1 2 3
pada tabung no 2. 4 5 6 7 8
8. Pindahkan 0,5 ml serum dilusi dari Dilusi 1:20 1:40 1:80
tabung no 2 ke tabung no 3 dan 1:160 1:320 1:640 1:1280 -
kemudian dilakukan pencampuran 13. Tutup semua tabung di setiap deretan
pada tabung no 3. Lakukan serial dan diinkubasi pada temperature 370
dilusi secara berlanjut sampai tabung C semalam (kurang lebih 18 jam).
no 7 di setiap deret. 14. Kemudian lakukan observasi untuk
9. Buang 0,5 ml serum dilusi pada melihat ada tidaknya aglutinasi
tabung no 7 di setiap deret. makroskopis.
10. Tabung no 8 pada setiap deret
digunakan sebagai control salin.

8
Gambar 2. Tes Aglutinasi tabung.7

Interpretasi Hasil Tes Widal mengindikasikan tidak adanya level klinis

I. Tes Aglutinasi Slide yang signifikan dari respon antibodi.


Gambaran hasil tes aglutinasi slide
Terjadinya aglutinasi menandakan tes
ditunjukan pada Gambar 3.11
Widal positif dan jika reaksi positif
diobservasi dalam 20 ul sampel tes, hal
ini mengindikasikan adanya level klinis
yang signifikan dari respon antibodi pada
serum pasien.11
Tidak terjadinya aglutinasi
menandakan hasil tes Widal negatif dan

Positif (+) Negatif (-)


Gambar 3. Hasil tes Aglutinasi.11

9
Positif (+) : terjadi aglutinasi, berarti pada tabung yang berisi antigen AH
terdapat antibodi. dan/atau BH menandakan pasien
Negatif (-) : tidak terjadi aglutinasi, terinfeksi oleh bakteri Salmonella
berarti tidak terdapat antibodi. enterica serotype paratyphi. Hasil
pemeriksaan Widal dengan tes aglutinasi
II. Tes Aglutinasi Tabung
tabung ditunjukan pada Gambar 4.7
Tabung kontrol (tabung no 8 pada setiap
deret) diperiksa pertama kali, dimana
tabung kontrol tersebut tidak memberikan
gambaran terjadinya reaksi aglutinasi.
Aglutinasi antigen O (somatic)
Salmonella enterica serotype typhi akan
terlihat seperti karpet atau keset kaki pada
bagian bawah tabung. Sedangkan
aglutinasi antigen H (flagellar) Positif (+) Negatif (-)
Salmonella enterica serotype typhi akan
Gambar 4. Hasil tes aglutinasi tabung.7
terlihat longgar seperti kain wol atau
cotton. Terjadinya aglutinasi menandakan Positif (+) : aglutinasi menyebar,
berarti terdapat antibodi.
hasil tes Widal positif, sebaliknya jika
tidak terjadi aglutinasi menandakan hasil Negatif (-) : tidak terjadi aglutinasi,
tes Widal negatif. Dilusi tinggi dari serum berarti tidak terdapat antibodi.
yang menyebabkan aglutinasi positif
Kelemahan dan Keuntungan
dicatat sebagai titer. Titer untuk semua
antigen dicatat. Terjadinya aglutinasi Tes aglutinasi tabung memiliki akurasi

pada tabung yang berisis antigen O yang lebih akurat daripada tes aglutinasi

(somatic) dan/atau H (flagellar) slide karena titernya dapat sampai 1:1280,

menandakan pasien mengalami penyakit sedangkan tes aglutinasi slide hanya

demam typhoid atau terinfeksi oleh mencapai titer 1:320. Dalam masalah

bakteri Salmonella enterica serotype efisiensi waktu tes aglutinasi slide lebih

typhi. Sebaliknya jika aglutinasi terjadi cepat dibandingkan tes aglutinasi tabung,
dimana tes aglutinasi slide membutuhkan

10
waktu 5 menit untuk mendapatkan typhoid di negara berkembang kususnya
hasilnya sedangkan tes aglutinasi tabung di daerah atau rumah sakit yang tidak
11
membutuhkan waktu sekitar 18 jam. memiliki fasilitas bakteriologik yang
memadai.5
Tes Widal umumnya menunjukan
hasil positif pada hari ke 5 atau lebih RINGKASAN
setelah terjadinya infeksi bakteri Demam typhoid merupakan penyakit
Salmonella enterica serotype typhi. Oleh infeksi sistemik yang disebabkan oleh
karena itu bila infeksi baru berlangsung bakteri Salmonella enterica serotype
beberapa hari sering kali hasil tes Widal typhi, bakteri ini merupakan anggota
menunjukan hasil negatif dan menjadi family Enterobacteriaciae. Demam
positif bilamana pemeriksaan diulang typhoid merupakan penyebab utama
beberapa hari kedepan. Dengan demikian morbiditas dan mortalitas di daerah padat
hasil tes Widal negatif terutama pada penduduk, sanitasi buruk dan angka
beberapa hari pertama demam belum urbanisasi yang tinggi. Dengan
dapat menyingkirkan kemungkinan tersedianya air bersih dan sistem
terjadinya demam typhoid. Tes Widal pembuangan kotoran yang bagus maka
memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang dapat menurunkan insiden demam
rendah. Selain itu tes Widal dapat typhoid disuatu daerah. Penularan demam
menyebabkan hasil positif-palsu dalam typhoid di dapat melalui konsumsi
mendiagnosis demam typhoid karena makanan atau minuman yang sudah
Salmonella enterica serotype typhi sama- terkontaminasi dengan feses atau urin
sama memiliki antigen O dan antigen H seseorang yang sudah terinfeksi oleh
dengan Salmonella serotype lainnya dan Salmonella enterica serotype typhi.
memiliki reaksi silang epitope dengan Diagnosis pasti demam typhoid adalah
Enterobacteriace.8 isolasi Salmonella enterica serotype typhi
Keuntungan tes Widal adalah tes ini dari darah, urin, tinja atau cairan tubuh
mudah dilakukan oleh dokter dan lainnya. Hal ini sering tidak mungkin
merupakan tes yang sangat membantu dilakukan di negara sedang berkembang,
dokter dalam mendiagnosis demam karena fasilitas bakteriologik yang tidak

11
memadai pada banyak Rumah Sakit kecil, NEJMra020201. accessed 7 januari
sedangkan penyakit demam typhoid 2011
merupakan penyakit endemis di negara 2. Utah Departement Of Health Office
tersebut. Tes Widal merupakan tes Of Epidemiology. Thypoid Fever
aglutinasi yang digunakan dalam Information. 2005. p. 1225-27.
diagnosis serologi penyakit demam Available at :
typhoid. Tes Widal mengukur level http://www.utah.org/d/pdf/NEJMr.acc
aglutinasi antibodi terhadap antigen O essed 7 januari 2011
(somatic) dan antigen H (flagellar). Tes 3. Widodo D. Demam Tifoid. In :
Widal dapat dilakukan dengan 2 metode, Sudhoyo AW, Setiyo B, Alwi I (eds).
yaitu : tes aglutinasi slide dan tes Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4th
aglutinasi tabung. Tes aglutinasi tabung ed. Jakarta : Departemen Ilmu
memiliki akurasi yang lebih tinggi Penyakit Dalam FKUI; 2006. p. 1752-
daripada tes aglutinasi slide karena titer 57
dapat sampai 1;1280, sedangkan tes 4. Washington State Departement Of
aglutinasi slide hanya mencapai titer Health. Typhoid “Enteric”
1:320. Dalam masalah efisiensi waktu tes Fever.Washington : 2010. p. 1-9.
aglutinasi slide lebih cepat dibandingkan Available at :
tes aglutinasi tabung, dimana tes http://www.WSTH.org/doi/pdf1.
aglutinasi slide membutuhkan waktu 5 accessed 7 januari 2011
menit untuk mendapatkan hasilnya 5. Mulyawan Sylvia, Surjawidjaja
sedangkan tes aglutinasi tabung Julius. Tinjauan Ulang Peranan Uji
membutuhkan waktu sekitar 18 jam. Widal Sebagai Alat Diagnostik
Penyakit Demam Typhoid Di Rumah
DAFTAR PUSTAKA
Sakit. Jakarta :2004. p. 14-6. accessed
1. Parry Christopher, Dougan Gordon, 7 januari 2011
WhiteNicolas. Typhoid Fever. 2004. 6. Kulkarni M, Rego S. Value of Single
p. 1770-82. Available from : Widal Test In The Diagnosis Of
http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/ Typhoid Fever. Vol 31. 2007. p.
1373-77. Available from :

12
http://www.indianpediatrics.net/nov1 10. Singh Sarman. Typhoid Fever. Vol 2.
994/1373.pdf. accessed 7 januari 2011 New Delhi : 2005. p. 17-20. Availble
7. Rao Sridhar. Widal Test. Davangere : from :
2009. Availble from : http://medind.nic.in/jac/t01/i1/jact01i
http://www.microrao.com/micronotes/ 1p17.pdf. accessed 7 januari 2011
widal.pdf. accessed 7 januari 2011 11. Widal Test. Swemed Diagnostik.
8. WHO. The Diagnosis, Treatment, and Banglora. Available from :
Prevention of Thypoid Fever. Geneva http://www.swemedbio.com/pdf/WID
: 2003. p. 11-16. Available from : AL_TEST.pdf. accessed 7 januari
9. Bower Albert. Laboratory Diagnosis 2011
Of Thypoid Fever. Los Angeles. p. 12. Widal Test (Qualitative
23-25. Available from : SlideAgglutination Method).
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/arti Available from :
cles/PMC1512954/pdf/califmed00181 http://eduframe.net/KSRGI/Biote.
-0077.pdf. accessed 7 januari 2011
Accessed 7 januari 2011

13

Anda mungkin juga menyukai