Mengapa istilah “pembebasan tahanan demi hukum” sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Kehakiman Nomor M.04-UM.01.06 Tahun 1983 tidak termasuk pembebasan
tahanan berdasarkan putusan hakim yang berkekuatan tetap? Padahal pembebasan
berdasarkan putusan hakim juga demi hukum?
Jawaban :
Intisari:
Kepala Rumah Tahanan (“Rutan”) berwenang dan bertugas untuk mengeluarkan seorang
tahanan dari Rutan apabila putusan pemidanaan yang dijatuhkan pengadilan terhadap
tahanan telah mempunyai kekuatan hukum tetap, sedangkan hukuman pemidanaan yang
dijatuhkan pengadilan sama lamanya dengan masa tahanan yang dijalani.
Perbedaan: pembebasan tahanan demi hukum itu apabila masa tahanan telah habis tetapi
tidak ada surat perpanjangan penahanan, meskipun sepuluh hari sebelumnya Rutan telah
memberitahukan kepada instansi yang menahan dan ternyata tidak juga diperpanjang masa
penahanannya. Sedangkan pembebasan tahanan karena putusan pengadilan yang berkekuatan
hukum tetap adalah pembebasan tahanan karena putusan pidananya telah bersesuaian dengan
masa tahanan yang dijalani terpidana. Perbedaan antara keduanya adalah terletak pada tingkat
proses pemeriksaan. Pada pembebasan tahanan demi hukum, tingkat pemeriksaan masih
dalam tahap proses penyidikan, penuntutan, atau pemeriksaan pengadilan. Sedangkan
pembebasan berdasarkan masa tahanan sesuai dengan putusan pengadilan yang telah
memiliki kekuatan hukum tetap, tahap proses pemeriksaan sudah selesai. Persamaan: sifat
yuridisnya sama-sama berdasar hukum atau demi hukum.
Penjelasan lebih lanjut dapat Anda simak dalam ulasan di bawah ini.
<a
href='http://ads.hukumonline.com/www/delivery/ck.php?n=aab3d85c&cb=INSERT_RA
NDOM_NUMBER_HERE' target='_blank'><img
src='http://ads.hukumonline.com/www/delivery/avw.php?zoneid=102&cb=INSERT_R
ANDOM_NUMBER_HERE&n=aab3d85c' border='0' alt='' /></a>
Ulasan:
Terima kasih atas pertanyaan Anda.
Sebelum menjawab pertanyaan Anda, kami asumsikan yang Anda maksud dengan
pembebasan tahanan berdasarkan putusan hakim yang berkekuatan tetap adalah pembebasan
tahanan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap,
karena telah sesuai dengan masa tahanannya.
Pembebasan Tahanan
Pembebasan tahanan menurut Peraturan Menteri Kehakiman Nomor M.04-UM.01.06
Tahun 1983 tentang Tata Cara Penempatan, Perawatan Tahanan dan Tata Tertib
Rumah Tahanan Negara (“Permen Kehakiman 04/1983”) dilakukan karena alasan-
alasan:[1]
Hal yang sama juga disampaikan oleh Yahya Harahap dalam bukunya Pembahasan
Permasalahan dan Penerapan KUHAP: Penyidikan dan Penuntutan, (hal.176-177), alasan
pembebasan tahan yaitu:
Pejabat Rutan berwenang dan bertugas untuk mengeluarkan seorang tahanan dari Rutan
apabila putusan pemidanaan yang dijatuhkan pengadilan terhadap tahanan telah mempunyai
kekuatan hukum tetap, sedangkan hukuman pemidanaan yang dijatuhkan pengadilan sama
lamanya dengan masa tahanan yang dijalani.
1. Tahanan yang telah habis masa penahanannya dan tidak ada surat perpanjangan
penahanan, meskipun sepuluh hari sebelumnya Rumah Tahanan Negara (RUTAN)
telah memberitahukan kepada instansi yang menahan dan ternyata tidak juga
diperpanjang masa penahanannya, tahanan dikeluarkan demi hukum setelah
konsultasi dengan instansi yang menahan.
2. Pelaksanaan pengeluaran tahanan demi hukum dimaksud ayat (1), petugas Rumah
Tahanan Negara (RUTAN) harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Menurut Yahya Harahap (hal.178), alasan pembebasan tahanan demi hukum ini hampir mirip
dengan pembebasan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap, yang putusan pidananya telah bersesuaian dengan masa tahanan yang dijalani
terpidana. Perbedaannya terletak pada tingkat proses pemeriksaan. Pada pembebasan
tahanan demi hukum, tingkat pemeriksaan masih dalam tahap proses penyidikan, penuntutan,
atau pemeriksaan pengadilan. Sedangkan pembebasan berdasarkan masa tahanan sesuai
dengan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap, tahap proses
pemeriksaan sudah selesai. Namun, sifat yuridisnya sama-sama berdasar hukum atau
“demi hukum”.
Jika diperhatikan bunyi Pasal 28 Permen Kehakiman 04/1983, ada beberapa hal yang menjadi
pedoman bagi pejabat Rutan dalam melaksanakan fungsi pembebasan tahanan demi hukum,
antara lain:[2]
Analisis
Pertama-tama kami luruskan bahwa istilah “pembebasan tahanan demi hukum” dan
“pembebasan tahanan berdasarkan putusan hakim yang berkekuatan tetap telah sesuai dengan
masa tahanannya” sama-sama disebut dalam Permen Kehakiman 04/1983 sebagai alasan
pembebasan tahanan.
Pembebasan tahanan demi hukum dan pembebasan tahanan berdasarkan putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap yang telah sesuai dengan masa tahanannya
merupakan dua alasan pembebasan tahanan yang berbeda dan terpisah satu sama lain.
Pembebasan tahanan demi hukum itu apabila masa tahanan telah habis, tetapi tidak ada surat
perpanjangan penahanan, meskipun sepuluh hari sebelumnya Rutan telah memberitahukan
kepada instansi yang menahan dan ternyata tidak juga diperpanjang masa penahanannya.
Sedangkan pembebasan tahanan karena putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap
adalah pembebasan tahanan karena putusan pidananya telah bersesuaian dengan masa
tahanan yang dijalani terpidana.
Perbedaan antara kedua nya adalah terletak pada tingkat proses pemeriksaan. Pada
pembebasan tahanan demi hukum, tingkat pemeriksaan masih dalam tahap proses
penyidikan, penuntutan, atau pemeriksaan pengadilan. Sedangkan pembebasan
berdasarkan masa tahanan sesuai dengan putusan pengadilan yang telah memiliki
kekuatan hukum tetap, tahap proses pemeriksaan sudah selesai. Namun, sifat yuridisnya
sama-sama berdasar hukum atau demi hukum.
Dasar hukum:
Peraturan Menteri Kehakiman Nomor M.04-UM.01.06 Tahun 1983 tentang Tata Cara
Penempatan, Perawatan Tahanan dan Tata Tertib Rumah Tahanan Negara.
Referensi:
Yahya Harahap. 2016. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP: Penyidikan dan
Penuntutan. Jakarta: Sinar Grafika.
[1] Pasal 25, Pasal 26 ayat (1) , Pasal 27 ayat (1) dan Pasal 28 ayat (2) Permen Kehakiman
04/1983
[2] Yahya Harahap, hal. 178