Makalah Kasus Napza
Makalah Kasus Napza
Disusun oleh:
Kelompok 1&3
1. Afifah Awaliyah 14. Mugi Pudji Rahayu
2. Agustiar Rahayu 15. Muhammad Dzulfachri
3. Anisah Dwi Setiani 16. Nur Hudzaifah
4. Apriadi 17. Rachmi Kusuma
5. Diah Fauziyyah 18. Resty Ramadhiansari
6. Dina Noviani 19. Rizca Barkahlia
7. Dwi Novita Sari 20. Siti Salmah
8. Fikri Rasyid Siddiq 21. Siti Sulaekah
9. Gabrilla Intan 22. Tasya Anggraini
10. Giri Nugraha 23. Tiffany Amalia
11. Intan Masyitoh
12. Jayanti Rahmadina
13. Latifeah Bayu Yusril
Kelas : IV-B
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2017 / 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa atas kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayahnya kepada kita semua. Alhamdulillah penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan dalam waktu yang relative singkat.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dari Mata kuliah HIV Ke
Muhammadiyahan .
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan
dan kesalahan yang mungkin kurang sesuai dengan keinginan pembaca. Oleh karena itu,
penulis sangat terbuka untuk menerima semua saran dan kritikan yang dapat membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Dan juga bertambahnya wawasan penulis dalam pembuatan
makalah berikutnya.
Penulis
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di antara penykit medis dan social dari abad ke 21 ini, adiksi NAPZA
merupakan suatu penyakit yangpaling menyita tenaga dan biaya dalam upaya
terapinya. Ringkasan eksekutif survey nasional perkembangan penyalahgunaan
narkoba di Indonesia tahun 2011 (kerugian social dan ekonomi) menunjukkan bahwa
3,7 juta sampai 4,7 juta orang atau sekitar 2,2 % dari total seluruh penduduk
Indonesia yang beresiko terpapar narkoba di tahun 2011. Penyalahgunaan tersebut,
dan distribusi atas 27 % coba pakai 45 % teratur pakai, 27 % pecandu bukan suntik,
dan 2 % nya pencandu suntik. Prevalensi tersebut mengalami kenaikan dibandingkan
tahun sebelumnya.
Estimasi kerugian biaya ekonomi akibat narkoba tahun 2011 lebih tinggi
sekitar 49 % dibandingkan tahun 2008. Total kerugian biaya sekitar Rp. 48,2 triliun
(2011) terdiri atas Rp. 44,4 triliun krugian biaya individu dan Rp. 3,8 triliun adalah
biaya social. Pada biaya individu, sebesar (39%) untuk biaya konsumsi narkoba.
Biaya terbesar kedua adalah untuk penyalahgunaan dosis berlebih untuk pelayanan
kesehatan saat pengguna narkoba mengalami gejala putus zat, penyakit penyerta
lainnya seperti hiv, tuberculosis, dan lain-lain. Pada biaya social sebagian besar (90%)
diakibtakan oleh kerugian biaya akibat kematian karena narkoba (premature death).
Penyebab kematian terbanyak adalah akibat penggunaan dosis terlebih (intoksikasi).
Kejadian intoksikasi paling bnayak terjadi pada pegguna narkoba suntik. Zat yang
paling banyak dugunakan oleh pengguna narkoba suik adalah opiate atau opioiat.
Gejala putus zat opiate atau opioiat lebih berat dibandingkan gejala putus zat
lainnya dan yang terutama adalah nyeri intoksikasi pada gejala putus zat pada
pengguna opiate dan opium pada umumnya menunjukkan gejala yang cukup berat
sehingga penderita memerlukan perawatan medis.
B. Tujuan
LANDASAN TEORI
A. Pengertian NAPZA
Adiksi adalah suatu keadaan ketika seseorang yang bila mengurangi atau
menghentikan penggunaan NAPZA tertentu secara teratur, sering dan cukup banyak,
ia akan mengalami sejumlah gejala fisik maupun mental, sesuai dengan jenis NAPZA
yang biasa digunakannya.
Narkotika menurut Undang – Undang RI No. 2 tahun 1997 adalah zat atau
obat yang berasal dari tanaman atau bukan makanan baik sintesis maupun semi
sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan.
Psikotropika menurut Undang – Undang RI No. 5 tahun 1997 adalah zat atau
obat baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika , yang berkhasiat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan
khas pada aktifitas mental dan perilaku.
B. Penggolongan NAPZA
1. Berdasarkan Undang-undang
a. Penggolongan narkotika terdiri dari 3 golongan yaitu :
Golongan I yaitu narkotika yang tidak digunakan untuk terapi dan
berpotensi tinggi ketergantugan misalnya heroin.
Golongan II yaitu digunakan untuk terapi berpotensi tinggi untuk
ketergantungan, misalnya morfin.
Golongan III gigunakan untuk terapi dan berpotensi rendah untuk
ketergantungan misalnya kodein.
b. Penggolongan psikotropika terdiri dari 4 golongan yaitu :
Golongan I yaitu psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
ilmu pengetahuan dan tidak digunakan untuk terapi, tetapi berpotensi
tinggi untuk ketergantungan (MDMA, misalnya ekstasi, amfetamin,
misalnya sabu-sabu)
Golongan II yaitu psikotropika yang dapat digunakan untuk terapi tetapi
berpotensi tinggi untuk ketergantungan (misalnya fensiklidin/PCP,
metilfedinat)
Golongan III yaitu psikotropika yang digunakan untuk terapi dan
berpotensi sedang untuk ketergantungan ( misalkan amobarbital dan
flunitrazepam )
Golongan IV yaitu psikotropika yang digunakan untuk terapi dan
berpotensi ringan untuk ketergantungan ( diazepam / valium, nitrazepam /
DUM, megadon, BK )
2. Berdasarkan Efek terhadap Susunan Saraf Pusat
a. Depresan:
Depresan adalah zat yang bekerja menekan susunan saraf pusat yang dapat
mengakibatkan penurunan kesadaran. Yang termasuk golongan depresan
adalah opioida ( morfin, heroin/putau/codein ), sedative ( penenang ),
hipnotik ( obat tidur ), tranquilizer ( anticemas ), alcohol dalam dosis
rendah, dan lain-lain.
b. Stimulan:
Stimulan adalah zat yang mempunyai khasiat merangsang kerja obat,
sehingga menyebabkan pemakainya menjadi aktif, segar dan bersemangat.
Yang termasuk golongan ini adalah kokain, amfetamin ( sabu-sabu dan
ekstasi ), kafein, dan nikotin.
c. Halusinogen:
Halusinogen adalah zat yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang
dapat merubah perasaan dan pikiran dan seringkali menciptakan daya
pandang yang berbeda sehingga seluruh perasaan terganggu, golongan ini
tidak digunakan dalam terapi medis. Yang termasuk golongan ini adalah
kanabis ( ganja ), LSD, mescalin, fensiklidin, berbagai jenis jamur,
tanaman kecubung dan lain-lain.
2. Amfetamin
Nama generic amfetamin adalah D-pseudo efinefrin, yang digunakan sebagai
dekongestan. Amfetamin terdiri dari 2 jenis yaitu MDMA (Methilene dioxy
methamphetamine)/ekstasi dan metamfetamin (sabu-sabu). Penggunaanya melalui
oral dalam bentuk pil, Kristal,yang dibakar dengan menggunakan kertas
almunium foil dan asapnya dihisap atau dibakar dengan menggunakan botol kaca
yang dirancang khusus (bong) atau Kristal yang dilarutkan disuntikan melalui
intravena. Komplikasi kesehatan yang dapat ditumbulkan adalah meningkatkan
denyut jantung dan pernpasan.
D. Heroin/Putaw
E. Klasifikasi Opiat/Opioid
Opiate atau opioid diklasifikasikan berdasarkan efek pada reseptorya. Opiate/opoid
yang setelah berikatan dengan reseptor mengaktifka pensinyalan sekunder dinamakan
agonis, mengaktifkan tapi tidak sekuat agonis disebut agonis parsial, dan yang tidak
memberikan efek atau emberikan efek atau memberikan efek yang berlawanan
dengan agonis digolongkan sebagai antagonis. Pembagiannya dalah sebaga berikut :
1. agonis opoid kuat, morfin, heroin, meperedin, metadon, alfetanil, fentanyl,
remifentanil, sufentanil
2. agonis opioid rendah-sedang : kodein, oksikodon, propoksifen
3. agonis parsial opioid : buprenorfin, butorfanol, nalbufin, pentazosin
4. antagonis opioid : nalokson, naltrekson
F. Intoksikasi Opiat
Iniksikasi opiate akut adalah kumpulan gejala yang disebabkan oleh penggunaan
opiate dan aau opioid dalam dosis yang cukup tingi sehingga terjadi gangguan
kesadaran, fungsi kognitif, persepsi, afek/mood, perilaku atu fungsi dan respon
psikofisiologis lainnya. Ini adalh suatu keaaan yang emergensi yang harus segera
ditangani agar tidak menimbulkan kematian.
G. Epidemiologi
Penyebab kematian terbnyak yang bekaitan dengan kecelakaan pada orang dewasa
adalah keracunan obat. Penelitian yang dilakukan selama 11 ahun di Connecticut,
Amerika Serikat menunjukan bahwa 2.900 kemetian yang berkaita dengan orang
dewasa 77% nya berkaitan dengan opiate/opioid. Metadon, oksitodon, dan fentanyl
adalah opioid yan sering diesepkan dan menyebabkan peningkatan nyata pada
kematian yang berkaitan dengan opioid.
Di Indonesia, penelitian BNN di 17 profinsi menunjukan bahwa penyebab kematian
terbanyak adalah akibat penggunaan dosis berlebih. Rerata umlah pengunaan dosis
berlebihan dalam setahun terakhir sebanyk 2 kali dan waktu terakhir kejadian
peggunaan dosis berlebih sekitar 2-10 bulan lalu.
H. Pencegahan
Kejadian penggunaan dosis berlebih sering terjasi pada pasien rehabilitasi dan
narapidana terutama dalam dua minggu petama setelh dibebeskan karena penderita
adiksi telah mengalami neuroadaptasi setelah selama dalam tahanan tidak
mengonsumsi narkob atau menkonsumsi dalam jumlah minimal. Penggunaan
opiate/opioid yang biasa menggunakan opiate/opioid dalam dosis yang besar karena
erjadinya toleransi akan menurun neuroadaptasinya setelah tidak menggunakan
opit/opioid. Abstinen menyebabkan toleransi dan meyebabkan gejla putus zat secara
fisik tidak ada lagi, setelah penderitaadiksi menemui factor pecetus seperti bertemu
dengan teman lama yang juga pemakan narkoba, mengalami stress/permasalahan,
atau ditawari kembali oleh Bandar maka sering kali pasien menggunakan dosis
narkoba sama seperti sebelum dia ditahan atau direhabilitasi sehngga menimbukan
intoksikasi. Ketergantunagan narkoba peril diatasi dengan konseling yang konsisten
a. Perubahan perilaku:
1.ketakutan
2. Kecurigaan (paranoid)
b. Gejala fisik
3.Mengantuk /tidur
4.Bicara cadel.
c. Gejala psikologik
3. Apatis
4. Keringat berlebihan
5.Mual,,muntah,diare
9. Jantung berdebar-debar
10. Demam
a. perubahan perilaku
1. Perkelahian
b. Gejala fisik
1. Jantung berdebar-debar
c. Gejala psikologik:
4. Banyak bicara
7. Halusinasi Penglihatan.
5. Agitasi psikomotor.
3. Gangguan tidur
KASUS
Seorang wanita 20 tahun dirawat di ruang rehbilitasi penyalahgunaan NAPZA. Klien
menggunakan NAPZA sejak 6 bulan yang lalu karena ikut-ikutan temannya, orang tua klien
sangat disiplin dan keras mendidik anak-anaknya, klien anak kedua dari 3 bersaudara. Klien
sudah 3 kali keluar masuk rehabilitasi karena tidak kuat menahan sakit jika tidak
menggunakan NAPZA. Hasil pengkajian perawat penampilan klien rapih, kesadaran CM,
klien tampak murung bicara sedikit, klien menggunakan NAPZA jenis putaw 0,5 gr dengan
cara disuntik, hasil pemeriksaan fisik tampak tatto pada tangan kanan klien, klien berjalan
seperti orang mabuk, konjungtiva anemis, TD 130/90 mmHg, Nd 100x/menit, Sh 38oC, Rr
20x/menit, akral hangat.
Hasil lab: urin lengkap: +amfetamin, Hb 10.5 gr/dl, Lecco 4400 gr/l, Trombo 5,43000 gr/dl,
SGOT: 54.4, Elisa 1: +
Pengobatan : RL 28 tts/menit, Paracetamol: 3x500 mg, dan Vit B 3x1 tab
ASKEP
PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian : 09 Juli 2018
Yang Mengkaji : perawat P
Sumber informasi : klien
Tanggal dirawat : 07 Juli 2018
Perawatan ke : 4
Rujukan dari :
Identitas :
Nama : Nn. S
Umur : 20 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Alasan masuk : karena tidak kuat menahan sakit jika tidak
menggunakan NAPZA
Keadaan saat masuk : gejala putus zat
Pemakaian terakhir : opiat, heroin
Cara pemakaian : disuntik
Jumlah pemakaian : 0,5 gr
Riwayat penyakit terdahulu : menggunakan napza 6 bulan yang lalu
Riwayat penyakit sekarang :
Riwayat pengobatan : pernah dilakuukan rehabilitasi sampai 3 kali
Pemeriksaan Fisik :
TTV : TD 130/90 mmHg
Nd 100x/menit
Sh 38oC
Rr 20x/menit
akral hangat
tampak tatto pada tangan kanan klien
kesadaran CM
Konjungtiva anemis
Riwayat penyalahgunaan zat
Etiologi penggunaan zat : ikut-ikutan teman
PSIKOSOSIAL
Klien merupakan anak kedua dari 3 bersaudara dan anak kandung
Ayah Ibu
DIAGNOSA
1. Koping individu tidak efektif : menyangkal bersama dengan kerentanan pribadi,
kesulitan menangani sittuasi baru.
2. Kurangnya pengetahuan mengenai efek-efek penyalahguaan zat dalam tubuh
beersama dengan kurangnnya informasi, kesalah interpretasi informasi.
3. Ketidakberdayaan bersama dengan adiksi zat dengan atau tanpa periode pantangan,
episode kompulsif, berupaya untuk pulih
INTERVENSI
Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Bina hubungan saling percaya
...x24 jam klien diharapkan dapat : 2. Perlihatkan sikap menerima klien
3. Berikan waktu untuk
1. Klien mengalihkan perhatian dari mendengarkan klien mengenai
isu-isu eksternal dan berfokus pada masalah klien.
hasil perilaku yang dihubugkan 4. Nyatakan realita dari situasi apa
dengan penggunaan zat. yang dihadapi klien tanpa
2. Klien aka menerima tanggung mempertanyakan apa yang
jawab untuk perilakunya sendiri dipercaya
dan mengakui hubungan antara 5. Temani atau atur supaya ada
penggunaan zat dan masalah- seseorang bersama klien sesuai
masalah pribadinya. indikasi
3. Klien menyatakan mau mengikuti
kegiatan di ruang rehabilitasi.