M PDF
M PDF
ABSTRAK
Pola radiasi merupakan salah satu parameter antena yang sangat penting untuk diketahui dan difahami oleh
mahasiswa jurusan teknik telekomunikasi pada khususnya dan mahasiswa politeknik pada umumnya. Oleh karena itu
pada mata kuliah praktek antena, pengukuran pola radiasi sangat diutamakan.
Pada paper ini atau Tugas akhir ini menitikberatkan pada analisis karakteristik radiasi antena Horn. Mengingat
bahwa antena Horn merupakan antena mikrowave, yaitu antena yang memancarkan dan menerima gelombang
elektromagnetik untuk frekuensi 2.3 GHz.
Data-data yang dianalisis didapat dari simulasi dan pengukuran. Simulasi dilakukan dengan perangkat lunak
Matlab, sedangkan pengukuran yang dilakukan dengan cara yaitu mengukur Pola radiasi, Polarisasi, Gain, dan
Directivity yang dilengkapi beberapa antena Horn yang parameternya sudah diubah-ubah.
Dari hasil pengukuran dan analisa diperoleh maka kedua antena ini menghasilkan pola radiasi yang
directional, dimana pada antena yang pertama (corong ukuran 28,6 cm) nilai HPBW probe-1 (bidang-E) sebesar 38o,
serta nilai HPBW probe-1 (bidang-H) sebesar 48o. Sedangkan pada probe-2 (bidang-E) dan (bidang-H) memiliki nilai
HPBW yang sama yaitu sebesar 43o.
EEPIS-ITS
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
1
Antena Horn
Antena Horn merupakan salah satu antena Dengan Ө HPBW left dan Ө HPBW right : titik-titik pada kiri
microwave [1] yang digunakan secara luas, antena ini dan kanan dari main lobe dimana pola daya mempunyai
muncul dan digunakan pada awal tahun 1800-an. harga ½ .
Walaupun sempat terabaikan pada tahun 1900-an, antena Seringkali dibutuhkan antena yang mempunyai pola
Horn digunakan kembali pada tahun 1930-an. Antena radiasi broad side atau end fire. Suatu antena broad side
Horn banyak dipakai sebagai pemancar untuk satelit dan adalah antena dimana pancaran utama maksimum dalam
peralatan komunikasi di seluuh dunia, antena Horn arah normal terhadap bidang dimana antena berada.
merupakan bagian dari passed array gain antenna. Sedangkan antena end fire adalah antena yang pancaran
Penggunaan yang luas merupakan pengaruh dari utama maksimum dalam arah paralel terhadap bidang
kemudahan pembuatan antena Horn dan kekuatan gain utama dimana antena berada. Namun demikian ada juga
yang besar serta kemampuan daya total dalam antena yang mempunyai pola radiasi di mana arah
memancarkan gelombang elektromagnetik sehingga maksimum main lobe berada diantara bentuk broad side
antena Horn ini banyak dipakai. dan end fire yang disebut dengan intermediate. Antena
Antena Horn dapat dibagi menjasi tiga jenis yaitu: yang mempnyai pola radiasi intermediate banyak
1. Antena Horn sektoral bidang-E dijumpai pada phased array antenna.
2. Antena Horn sektoral bidang-H dan
3. Antena Horn Piramid
..........................................(2)
R = 2λ = 26 cm .......................................................(3)
Gambar 2.6 Dimensi antena horn 2
EEPIS-ITS
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
3
PENGUKURAN POLA RADIASI ANTENA
Pengukuran pola radiasi dilakukan empat kali untuk
masing-masing antena. Dimana masing-masing antena
terdiri dari dua probe (probe 1 dan probe 2) yang meliputi
bidang-E dan bidang-H. Didalam pengukuran pola radiasi
antena horn ini akan digunakan sebagai aplikasi WIMAX
yang frekuensinya 2,3 GHz.
Gambar 2.8 Pemasangan di ruang Chamber
EEPIS-ITS
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
4
1. Pola radiasi bidang-H probe 1 (R=2λ=28,6 cm) 5. Pola radiasi bidang-H probe 1 (R=3λ=35,1 cm)
EEPIS-ITS
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
5
PENGUKURAN GAIN dipantulkan atau diserap oleh benda-benda di
Untuk menyatakan gain maksimum antena horn ruangan, juga bahan yang digunakan
piramidal ini dengan cara membandingkan dengan antena mempengaruhi daya pancarnya.
lain dari dipole yang dipakai sebagai coupling antena Gelombang pantul yang cukup besar, karena
(dengan metode pengukuran). Dalam posisi ini antena bendabenda disekitar pengukuran.
penerima harus mempunyai polarisasi yang sama dengan Setting alat pada saat pengukuran sulit
antena pada dipole dan selanjutnya ia diarahkan dipertahankan ketepatannya (selalu berubah)
sedemikian rupa agar diperoleh daya output maksimum.
Didalam pengukuran gain antena horn ini akan PENGUKURAN POLARISASI
digunakan sebagai aplikasi WIMAX yang frekuensinya Pada pengukuran polarisasi ini sama dengan
2,3 GHz. pengukuran Polaradiasi dimana dilakukan dua kali untuk
masing-masing antena. Dimana masing-masing antena
terdiri dari dua probe (probe 1 dan probe 2) yang meliputi
bidang-E dan bidang-H.
Dua antena yang terpasang di dalam ruang chamber
dengan jarak antar antena R, yang dianggap jarak cukup
jauh dan memenuhi syarat daerah medan jauh (far-field).
Untuk proses kerjanya akan di jelaskan sebagai berikut:
1. Pada antena pemancar (Tx) dan antena penerima
(Rx) ini diletakkan dengan secara sejajar.
2. Pada antena penerima (Rx) pada probe-1 posisi
vertikal, maka pada sisi pemancar (Tx) posisi
vertikal
3. akan didapatkan nilainya sebesar = -36,8 dBm.
4. Pada antena penerima (Rx) pada probe-1 posisi
vertikal, maka pada sisi pemancar (Tx) posisi
horizontal akan didapatkan nilainya sebesar = -
43,2 dBm.
5. Maka antena pada saat Probe-1 dicatu akan
berpolarisasi vertikal, sedangkan.
Gambar 2.11 Set up pengukuran gain 6. Pada antena penerima (Rx) pada probe-2 posisi
(a) Set up pengukuran gain yang diterima oleh horizontal, maka pada sisi pemancar (Tx) posisi
antena standard vertikal akan didapatkan nilainya sebesar = -44,4
(b) Set up pengukuran gain yang diterima oleh dBm.
antena yang dibuat 7. Pada antena penerima (Rx) pada probe-2 posisi
horizontal, maka pada sisi pemancar (Tx) posisi
Untuk hasil yang didapat dari pengukuran gain dapat horizontal akan didapatkan nilainya sebesar = -
dilihat pada lembar lampiran. 37 dBm.
8. Maka antena pada saat probe-2 dicatu akan
Gain = Antena (dBm) – Antena Standart (dBm) + 9.64 berpolarisasi horizontal.
(dB).......(9)
PENGUKURAN DIRECTIVITY
Dari hasil pengukuran faktor penguatan (Gain) Directivity suatu antena dapat diperkirakan
antena hasil rancangan dapat dilihat pada lampiran, harga dengan menggunakan pola radiasi yang dihasilkan
faktor penguatan pada tabel tersebut bervariasi yang pada pengukuran pola radiasi bidang E dan bidang H.
nilainya tergantung pada faktor attenuasi pada attenuator, Persamaan untuk menghitung directivity dapat
temperatur (kondisi ruangan dan pengaruh benda-benda menggunakan :
disekitarnya. Sehingga sulit untuk dicari nilai yang tepat).
Pengukuran untuk mendapatkan faktor penguatan
antena horn tersebut diatas cukup sulit dilakukan untuk …………………………(10)
mendapatkan harga yang tepat sesuai dengan
perencanaan, hal ini disebabkan : Sudut tersebut dapat dicari dengan menggunakan
Radiasi sinyal yang dipancarkan sangat peka gambar pola radiasi. Dengan menandai titik -3 dB
terhadap lingkungan sekitarnya, karena sinyal pada pola radiasi kemudian menarik sudut pada titik
akan mengalami attenuasi di ruang chamber dan tersebut. Ini dilakukan untuk bidang E dan H.
EEPIS-ITS
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
6
Sehingga dari sudut yang didapat kita dapat (Simulasi Directivity) – (Pengukuran Directivity)
mengukur directivity. %error =
x 100%
ANTENA HORN PROBE-1 (R=2λ=28,6 cm) (Simulasi Directivity)
4
D .....................
48 0.38 0 ..(3.3)
14,68 dB – 13,48 dB
ANTENA HORN PROBE-1 (R=3λ=35,1 cm) %error = X 100%
4 14,68 dB
D 0 0
34 .30
120
=
41.253
D 40,44 14,68
1.020 0
= 8,17%
D 15,86dB
%ERROR ANTENA HORN PROBE-1
(R=3λ=35,1 cm)
ANTENA HORN PROBE-2 (R=3λ=35,1 cm)
4 16,40 dB – 15,86 dB
D
42 0.30 0 %error = X 100%
16,40 dB
41.253
D 32,74 54
1.260 0 =
16,40
D 15,15dB
= 3,29 %
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa nilai dari
parameter pada perancangan sangat dipengaruhi oleh
proses pembuatan dan kondisi pada saat pengukuran.
Sehingga terjadinya error akan mempengaruhi hasil
dari parameter yang terukur.
%ERROR ANTENA HORN PROBE-2
(R=3λ=35,1 cm)
16,40 dB – 15,15 dB
EEPIS-ITS
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
7
%error = X 100% Sinyal yang di tangkap oleh antena terdisplay
16,40 dB oleh spectrum analyzer berubah-ubah.
Selain itu antena horn tidak presisi dilihat dari
125 hasil rancangan baik kesimetrisan maupun
= kehalusan dalam pembuatannya.
16,40
KESIMPULAN
= 7,62 % Dari keseluruhan isi yang ada pada Proyek Akhir ini,
dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
ANALISA Antena Horn merupakan antena yang
Setelah melakukan semua perancangan, pembuatan, mempunyai sifat yang directional dalam
dan percobaan, maka dapat dianalisa bahwa antena Horn memancarakan radiasi yaitu, pacaran
merupakan antena yang mempunyai sifat pancaran radiasi radiasinya mengarah pada arah tertentu.
yang directional yaitu : Antena yang pancaran Pada kedua antena ini menghasilkan pola
radiasinya mengarah pada arah tertentu. Adapun dari hasil radiasi yang directional, dimana pada antena
pengukuran mempunyai pola radiasi yang directional yang pertama (corong ukuran 28,6 cm) nilai
tetapi agak tidak presisi terpusat, hal ini dikarenakan HPBW probe-1 (bidang-E) sebesar 38o, serta
karena adanya sedikit ketidak presisian suatu antena Horn nilai HPBW probe-1 (bidang-H) sebesar 48o.
yang diukur. Sedangkan pada probe-2 (bidang-E) dan
Proyek akhir ini merupakan salah satu cara (bidang-H) mimiliki nilai HPBW yang sama
pengembangan antenna horn yang berfrekuensi 2,3 GHZ yaitu sebesar 43o.
yang dimiliki oleh PENS-ITS. Antena Horn yang telah Pada kedua antena ini, dapat menghasilkan
dirancang dari hasil proyek akhir ini dapat dipakai untuk penguatan (gain) yang optimum diatas 10
menambah wawasan mengenai antena horn dengan dB, pada masing-masing probenya baik
frekuensi 2,3 GHZ di jurusan telekomunikasi PENS-ITS. pada saat posisi vertikal dan juga pada saat
posisi horizontal.
Sedangkan pada aplikasi WIMAX dapat dianalisa
bahwa antena ini adalah antena horn yang frekuensi DAFTAR PUSTAKA
WIMAX adalah frekuensi 2,3 GHz, dari antena yang [1] Balanis, C.A., Antena Theory: Analysis and
0 Design, Harper & Row, New York, 1982.
diukur setiap stepnya, yaitu setiap 2 . lalu kemudian akan
digambarkan setiap derajatnya itu dengan pola radiasi
[2] Collin, R.e., Antennas and Radiowave
antena yang diukur. Misalnya :
Propagation, McGraw-Hill, New York,
Antena Horn akan mempunyai pola radiasi antena 1985.
yang directional atau terarah ke arah tertentu.
[3] Fawwaz, T.Ulaby, Fundamental of Applied
Sedangkan untuk antena yang lainnya akan
Electromagnetics, 2001 Ed., Printice Hall
mengikuti pola radiasi yang sesuai dengan parameter
International, Inc., 2001.
dan jenis dari suatu antena yang diukur.
Dari pengujian parameter-parameter antena tersebut [4] Ishimaru, A., Electromagnetic Wave
bahwa: propagation, Radiation and Scattering,
Radiasi sinyal yang dipancarkan sangat peka Prentice Hall, Upper Saddle River, New
terhadap lingkungan sekitarnya, karena sinyal York, 1991.
akan mengalami attenuasi di ruang chamber dan
dipantulkan atau diserap oleh benda-benda di [5] Kraus, J.D, Antennas, 2th ed., McGraw-Hill,
ruangan, juga bahan yang digunakan New York, 1988.
mempengaruhi daya pancarnya.
[6] Sander, K.F. and G.A.L. Reed,
Gelombang pantul yang cukup besar, karena
Transmisssion and Propagation of
benda-benda disekitar pengukuran.
Electromagnetic Wave, 2th ed, Cambridge
Setting alat pada saat pengukuran sulit University press, Cambridge, England, 1986
dipertahankan ketepatannya (selalu berubah).
Keadaan chamber yang kurang ideal. [7] Stutzman, W.L and G.A Thiele, Antenna
Radiasi antena yang dipancarkan mengalami Theory and Design, John Wiley & Sons,
attenuasi, pantulan dan serapan sebelum ke New York, 1981.
antena.
EEPIS-ITS
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
8
[8] http://www.ainfoinc.com/en/aboutus.asp
[9] www.rfcafe.com/.../rectangular_waveguide
_30.gif
[10] Miura Mooto and milchan Muhamad,
Transmisi Gelombang Radio dan
Microwave, ITS-Surabaya, 1990.
[11] Balanis. Constantine A., Antenna Theory:
Analysis and Design, 3th ed, John Willey
and sons, New York, 2005.
[12] www.bellcommspain.com
[13] http://id.wikipedia.org/wiki/Frekuensi
[14] Risdiyanto, Idung, Spektral Gelombang
Elektromagnetik, pdf.
[15] http://id.wikipedia.org/wiki/frekuensi_radio
EEPIS-ITS
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
9