Anda di halaman 1dari 9

RISK ASSESMENT PADA PEKERJAAN PENGELASAN MANUAL SMAW

AREA BENGKEL HULL CONSTRUCTION INDUSTRI PERKAPALAN

Erliana Nur Azizah


Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
E-mail : erliananurazizah@yahoo.com

ABSTRAK
Penilaian risiko merupakan suatu kegiatan yang melakukan risk assesment, risk management,
dan risk communication sehingga dapat diketahui tingkat risiko yang diterima pekerja dan
memberikan rekomendasi pengendalian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai risiko
atau risk assesment pada pekerjaan pengelasan manual di area bengkel hull construction
(Lambung Utara) PT. Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero). Penelitian residensi ini
dilakukan di bengkel hull construction lambung utara perusahaan yang berfokus pada
pekerjaan pengelasan manual SMAW dan memiliki potensi bahaya tinggi (high risk). Desain
penelitian ini semi kuantitatif, cross sectional. Menggunakan teknik total sampling, dengan
semua sampel pekerja pengelasan yang berjumlah 20 orang. Metode pengumpulan data antara
lain dengan wawancara, observasi lapangan dan studi dokumen. Hasil penelitian residensi
menunjukkan bahwa pekerja yang melakukan pekerjaan pengelasan manual SMAW di
bengkel hull construction PT. Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero) terdapat 4 bagian
langkah pekerjaan dari mulai persiapan alat dan material pengelasan dan tahapan proses
pengelasan. Terdapat 15 sumber bahaya dengan 11 bahaya risiko tinggi (high risk) atau risiko
yang tidak dapat diterima, 3 risiko merupakan risiko dalam kategori sedang atau risiko yang
memungkinkan dapat di tolerir dan hanya 1 risiko yang rendah atau risiko yang dapat
diterima. Upaya pengendalian yang diterapkan adalah adanya pengendalian secara teknik
engineering, administratif dan penyediaan Alat Pelindung Diri (APD). Kesimpulan dari
penelitian ini, dari total 15 sumber macam beahaya, rata-rata penerapan pengendalian
memiliki nilai 40% artinya sudah diterapkan dengan baik berbagai macam pengendalian
hanya saja tidak ada follow up khusus pengendalian pada pengelasan manual tersebut.
Pengendalian sebaiknya berfokus pada perlakuan komunikasi hazard di lingkungan kerjanya.

Kata Kunci: pengelasan manual, risk assesment, komunikasi hazard

PENDAHULUAN
Perusahaan di Indonesia yang Seperti yang dikutip dari ILO,
berkembang tentunya telah menerapkan berdasarkan laporan daerah pada tahun 2010,
aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja terdapat sekitar 98.711 kasus kecelakaan
(K3). Salah satu aspek penting dalam kerja di Indonesia. Sementara itu,
penerapan K3 yaitu tentang kesesuaian antara berdasarkan data semester pertama tahun
mesin dan manusia atau sering dikenal 2011, terdapat 48.515 kasus kecelakaan
dengan ilmu ergonomi. Potensi bahaya kerja. Pada tahun 2008 tercatat jumlah
banyak terdapat di tempat kerja dan kecelakaan kerja sebanyak 58.600 kasus,
mengakibatkan kerugian baik dari kemudian pada tahun 2009 terdapat 54.398
perusahaan, karyawan maupun terhadap kasus kecelakaan kerja. Sedangkan pada
masyarakat sekitar. Upaya untuk mencegah tahun 2010 angka kecelakaan kerja di
hal tersebut adalah dengan menerapkan suatu Indonesia mencapai 47.919 kasus, dengan
konsep Keselamatan dan Kesehatan Kerja rincian sebanyak 7.965 pekerja meninggal
(K3) (Abdulkadir Muhammad, 2008). dunia.
Dalam grafik kecelakaan kerja yang Pengumpulan data dilakukan dalam
dialami para pekerja PT. Dok dan Perkapalan beberapa metode antara lain dengan
Surabaya (Persero) ini tercatat bahwa tingkat menggunakan wawancara yang dilakukan
kecelakaan masih tergolong dengan kategori secara langsung pada pekerja pengelasan
sedang dan masih cukup tinggi. Data tersebut bengkel hull construction mengenai risk
dapat diuraikan kembali menjadi beberapa assesment pekerjaan pengelasan manual yang
kategori kecelakaan yang berupa terjepit, dilakukan, kegiatan observasi di lapangan
terpeleset, tersayat, terbakar, tersetrum, dengan menggunakan JSA, serta
terbelit mesin, terpercik mesin, tertimpuk dan pengambilan data atau pelaporan yang sudah
masih banyak lagi. Adapun proses ada di PT. Dok dan Perkapalan Surabaya.
pengelasan yang dilakukan adalah proses Analisis masalah atau potensi bahaya
pengelasan dengan menggunakan panas menggunakan metode risk assesment dengan
listrik atau pengelasan manual SMAW melakukan penilaian risiko dengan cara
(Shield Metal Arch Welding). Potensi bahaya menentukan besarnya risiko yang merupakan
yang ditimbulkan dengan metode pengelasan kombinasi antara kemunkinan (likelihood)
manual SMAW yaitu dimana terdapat asap dan keparahan (consequences), serta
gas dari pengelasan,cara penggunaan APD menentukan tindakan respon berdasarkan
(Personel Protective Equipment) yang tidak tingkat risiko.
sesuai, efektifitas penggunaan ventilasi Analisis data secara deskriptif, hasilnya
udara,hazard di lingkungan kerja dan dianalisis dengan menggunakan teori yang
banyaknya masalah yang dapat menimbulkan terkait kemudian hasil tersebut disajikan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di dalam bentuk narasi. Hasil pengumpulan,
PT. Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero). pengolahan dan analisis data tersebut
Dalam mengurangi risiko kecelakaan digunakan untuk menarik kesimpulan dan
kerja adalah dengan cara manajemen risiko. rekomendasi.
Manajemen risiko K3 merupakan suatu
upaya yang digunakan untuk mengelola HASIL
risiko K3 agar mencegah terjadinya Dari hasil identifikasi bahaya pada
kecelakaan kerja yang diinginkan, oleh pekerjaan pengelasan manual SMAW
karena itu, adapun tujuan dilakukannya bengkel hull construction PT. Dok dan
residensi ini adalah melakukan Risk Perkapalan Surabaya (Persero) dilakukan
Assesment pada Pekerjaan Pengelasan dengan melakukan pengamatan, penilaian
Manual SMAW Area Bengkel Hull dan diskusi dengan supervisor, welder, safety
Construction (Lambung Utara) PT. Dok dan officer untuk menganalisa potensi bahaya dan
Perkapalan Surabaya (Persero) faktor-faktor bahaya pada pekerjaan
pengelasan manual yang dilakukan.
METODE Dalam tahapan pembuatan kapal tak
Penelitian ini merupakan penelitian lepas dengan kegiatan pengelasan untuk
semi kuantitatif, desain penelitian cross menyambungkan antara plat baja dengan plat
sectional yang dilaksanakan pada bulan baja dan bagian yang satu dengan bagian
Februari 2017. Populasi penelitian ini adalah yang lain. Proses pengelasan pada bangunan
seluruh pekerja pengelasan bagian bengkel kapal baru tidak hanya dilakukan di bengkel
hull construction PT. Dok dan Perkapalan outfitting, namun banyak juga dilakukan di
Surabaya yang berjumlah 20 orang. dalam kapal di mana lokasi pekerjaan
Menggunakan teknik total sampling dengan memiliki kategori ruang terbatas, seperti
semua sampel 20 orang pekerja pengelasan. tanki balas. Tanki balas ini memiliki fungsi
Instrumen yang digunakan dalam sebagai tempat masuknya air laut untuk
penelitian ini antara lain lembar pengumpul stabilitas kapal agar tidak goyah pada saat
data, untuk mencatat data umum responden, muatan kosong. Tanki balas ini terletak di
dan lembar kuisioner untuk pertanyaan bagian kapal paling dasar. Selain sebagai
potensi bahaya apa yang sering terjadi. tempat masuknya air,tanki balas ini juga
dapat berfungsi sebagai tempat penyimpanan perusahaan oleh pihak sub kontraktor.
minyak maupun bahan bakar. Proses Persyaratan itu juga termasuk mengenai
welding sendiri baru bisa dijalankan setelah kelayakan alat dan material yang akan
tahap fitting atau pekerjaan pengepasan dan dipakai di lapangan oleh pekerja las. Namun
penempatan part (bagian) dilakukan. pada saat pekerjaan pengelasan telah
Pengelasan yang dilakukan di dalam tanki ini berlangsung, pemeliharaan peralatan kurang
ada 2 jenis, yaitu: Pengelasan Manual atau dijaga. Sehingga ditemukan kabel las yang
Shield Metal Arch Welding (SMAW) dan terputus dan disambung kembali dengan
Pengelasan FCAW-MIG semi otomatik. menggunakan selotip, kabel-kabel las
Jenis pengelasan manual atau SMAW yaitu maupun listrik tidak tertata dengan rapi
jenis las listrik dengan elektroda terbungkus sehingga risiko pekerja las tersandung,
fluks. terjatuh, terpeleset, tersengat listrik sangat
Kondisi alat dan material yang mungkin terjadi.
digunakan untuk pengelasan cukup bagus Berikut adalah tabel hasil identifikasi
meskipun peralatan lama karena sebelum berdasarkan alat dan material, proses
proyek pembuatan kapal baru di verifikasi pengelasan manual, dan operator las
terlebih dahulu persyaratan yang dibuat pihak (welder).
Tabel 1. Identifikasi Bahaya pada Alat dan Material Pengelasan
No Alat dan Material Bahaya
1 Peralatan las dan material plat a. Tercecer di lantai kerja
sambung b. Kabel las yang tergulung dilantai
c. Penyimpanan plat sambung di area kerja
2 Tabung LPG a. Bahaya kebakaran di tempat kerja
b. Bahaya ledakan di tempat kerja
3 Kipas angin Fume gas pengelasan
4 Tabung Oksigen Bahaya kebakaran
5 Gulungan kabel dilantai Bahaya terjatuh
Berdasarkan tabel 1 ini secara langsung dapat berdasarkan pemeriksaan alat dan material
disimpulkan untuk pembuatan risk assesment dapat dilakukan pengelasan manual yaitu
mengenai proses pengelasan manual sebagai berikut :
Tabel 2. Risk Assesment pada Alat dan Material Pengelasan
Sumber Potensi Risiko Penilaian Risiko
Langkah Pekerjaan
Bahaya Bahaya Murni L C R
Mempersiapkan peralatan Benda Kerja Terjatuh Luka 2 4 8
las dan material plat tercecer di Terbentur Ringan
sambung lantai kerja Terpeleset Luka Berat
Patah
Tulang
Pemeriksaan Tabung LPG Gas Kebakaran Luka Bakar 2 3 6
Bertekanan Ledakan
Pemeriksaan Ventilasi / Fume, gas Terhirup Siderosis 2 2 4
Kipas Angin yg ada di sisa Asphxiant
tempat kerja pengelasan

Pemeriksaan Tabung Gas Kebakaran Luka Bakar 2 2 4


Oksigen Bertekanan Ledakan
Kebocoran
selang
Oksigen
Pemeriksaan Kabel Kabel Terjatuh Luka 5 5 25
Pengelasan Pengelasan Terbentur Ringan

Sumber. Data Primer Observasi Lapangan


Keterangan : pada saat melakukan pekerjaan antara lain
L : Likelihood (Kemungkinan) yaitu masker, helm, sepatu safety dan sarung
C : Consequences (Keparahan) tangan khusus yang digunakan setiap
R : Risk (Risiko) = L x C melakukan pekerjaan di area bengkel hull
Dari perlakuan risk assesment yang construction. Namun, perlakuan setiap
dilakukan pada tabel 2, pada tahapan pekerja belum sepenuhnya memakai APD
pemeriksaan alat dan material pengelasan lengkap saat melakukan pekerjaan. Untuk
manual dapat diketahui bahwa terdapat 5 penilaian pengendalian ada 75% yang
langkah pekerjaan dengan memiliki 3 bahaya mempunyai keterangan dengan penilaian
dengan kategori risiko tinggi (high risk) 1 tersebut seharusnya ada suatu pengawasan
risiko medium (medium risk) dan 1 pekerjaan dalam pemakaian kelengkapan APD,
dengan risiko rendah (low risk) . pengontrolan pada setiap melakukan setiap
Pengendalian risiko yang dilakukan di PT. pekerjaan dan langkah untuk
Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero) pengimplementasian IK dengan baik dan
adalah sudah disediakan kelengkapan APD benar di tempat kerja.
Tabel 3. Identifikasi Bahaya pada Proses Pengelasan
Pengelasan Manual SMAW
No Proses
Bahaya
Tahap persiapan peralatan
a. Bahaya lantai licin
Membersihkan tempat kerja
b. Adanya debu logam saat pembersihan
1
a. Kejatuhan benda kerja
Menyiapkan material yang akan
b. Terjepit perkakas
digunakan
c. Kesalahan menyambungkan kabel
a. Bagian pelindung pesawat las aus
Mengatur besar arus listrik yang
b. Electrical Shock pada sambungan electrode
sesuai dengan electrode
yang akan digunakan
a. Tangan terjepit oleh holder
Memasang electrode pada holder
b. Tangan tersayat oleh plat
a. Sinar UV dan inframerah
b. Percikan bunga api
c. Fume, debu dan gas toksik
2 Tahap Proses Pengelasan
d. Tangan teriris,terluka.
e. Area kerja yang bising
f. Cidera punggung karena sikap kerja
a. Alat dan material las tertinggal
3 Tahap Penyelesaian
b. Electrical Shock
Pada tabel 3, di jelaskan bahwa proses Identifikasi yang dilakukan pada tahapan ini
pengelasan manual SMAW ada 3 tahapan memiliki hasil bahwa setiap melakukan
dari mulai tahapan, persiapan peralatan las, pekerjaan terdapat bahaya yang bermacam-
tahapan proses pengelasan dan tahapan yang macam. Oleh karena itu, setelah dilakukan
terakhir. penilaian risiko (risk assesment) adalah
mencapai hasil seperti tabel berikut ini :
Tabel 4. Risk Assesment pada Proses Pengelasan Manual SMAW
Penilaian Risiko
Langkah Pekerjaan Sumber Potensi Risiko
Bahaya Bahaya Murni L C R
TAHAP PERSIAPAN
Membersihkan dan Lantai Licin Terjatuh Luka Ringan, 2 5 10
menata tempat kerja Debu Logam Terpeleset Luka Berat,
Ruangan Las Terhirup Patah Tulang
Siderosis
Menyiapkan material Ceceran Kejatuhan Memar, 2 4 8
pengelasan material benda Luka Ringan,
kerja Luka Sedang
Terpeleset
Mengangkat plat besi ke Kelebihan Tersayat Luka Sedang 1 5 5
meja kerja berat muatan Kejatuhan plat Luka Berat
plat besi
TAHAP PENGELASAN
Sinar Kebutaan Iritasi mata 2 2 4
Ultraviolet Konjungtiva
Inframerah
Percikan Terkena Luka Bakar 2 1 2
bunga api percikan
bunga api
Fume, debu Terhirup Asphixiant 2 2 4
Proses Pengelasan Benda Kerja Tangan Luka Ringan 2 1 2
tergores, Luka Berat
teriris,
tersentuh
panas material
las
Bising Mesin Las Ketulian 2 2 4
Getaran Mesin Las HAVS 2 2 4
TAHAP PENYELESAIAN
Pemeriksaan alat dan Alat dan Tersandung Luka Ringan 2 3 6
material yang tertinggal material las material plat Luka Sedang
tertimggal dan logam benda
tercecer kerja

Mematikan mesin las Tersengat arus Kabel Luka Berat 3 1 3


setelah selesai listrik terkelupas Meninggal
digunakan
Keterangan : tahapan proses pengelasan yaitu setiap
L : Likelihood (Kemungkinan) langkah pekerjaan sangat berisiko tinggi
C : Consequences (Keparahan) dengan keterangan 5 bahaya yang high risk
R : Risk (Risiko) = L x C sedangkan pada tahapan penyelesaian
Pada tabel 4, dapat dijelaskan bahwa ada 3 memiliki 2 bahaya dengan risiko tinggi (high
tahapan pekerjaan yang hampir semua risk). Sebagai tindak lanjut setelah penilaian
tahapan memiliki risiko tinggi (high risk) , risiko, pengendalian risiko telah dilakukan
proses pengelasan manual memang memiliki oleh PT. Dok dan Perkapalan Surabaya
potensi bahaya yang cukup berbahaya. Pada (Persero) antara lain yaitu sudah disediakan
tahapan persiapan memiliki 1 bahaya dengan kelengkapan APD pada saat melakukan
risiko yang tinggi (high risk) dan 2 bahaya pekerjaan, hanya saja setiap pekerja belum
dengan risiko sedang (medium risk), untuk sepenuhnya memakai APD lengkap saat
melakukan pekerjaan. Untuk penilaian proses pekerjaan pengelasan apabila tidak
pengendalian ada 75% yang harusnya ada menggunakan APD dengan lengkap dan
suatu pengawasan dalam pemakaian tidak menjalankan pekerjaan yang sesuai
kelengkapan APD, pengontrolan pada setiap dengan instruksi kerja tersebut.
melakukan pekerjaan dan follow up pada Dalam melakukan suatu
Tabel 5. Identifikasi Bahaya pada Operator Las
Operator Las
No. Bahaya
(welder)
1 Unsafe Action/ a. Membuang sisa pengelasan di tempat kerja
Unsafe Condition b. Tidak menggunakan APD dengan lengkap
c. Tidak menggunakan perkakas las yang sesuai
d. Ergonomi (Sikap Kerja Operator Las)
Sumber. Data Primer Observasi Lapangan
Pada tahapan penyelesaian pekerjaan, pekerjaan pengelasan manual diantaranya
identifikasi potensi bahaya sudah dilakukan pada saat melakukan proses pengelasan
pada operator pengelasan. Dari perlakuan dengan pemeriksaan alat dan material yang
identifikasi bahaya dapat diketahui adanya ada terdapat 3 jenis pekerjaan antara lain
tindakan unsafe action dan unsafe condition adalah :
dengan memiliki bahaya diantaranya adalah 1. Pemeriksaan tabung LPG dengan
pada saat membuang sisa pengelasan, tidak menggunakan gas bertekanan yang
memakai APD dengan lengkap dan benar, berpontesi menjadi salah satu terjadinya
dan sikap kerja para pekerja operator las. penyebab kebakaran hingga ledakan
hingga luka bakar yang diterima oleh
PEMBAHASAN pekerja yang sedang melakukan
Terdapat 4 langkah pekerjaan yang pekerjaan tersebut.
dilakukan pada proses pengelasan manual 2. Pekerjaan pemeriksaan ventilasi atau
SMAW di bengkel hull construction kipas angin yang ada di bengkel hull
(lambung utara) PT. Dok dan Perkapalan construction yang menimbulkan banyak
Surabaya (Persero) dari mulai persiapan alat debu atau gas sisa buangan pengelasan
dan material pengelasan dan tahapan proses yang tercampur dan menjadi satu
pengelasan. Dari 4 bagian langkah pekerjaan hirupan khusus yang berpotensi
terdapat 11 jenis pekerjaan yang memiliki 15 terjadinya suatu penyakit akibat kerja
sumber bahaya. Ke-15 sumber bahaya (siderosis) pada pekerja yang sedang
tersebut memiliki 5 faktor bahaya yang melakukan pekerjaan tersebut.
terdiri atas bahaya biologis, fisik, mekanik, 3. Pekerjaan pemeriksaan tabung oksigen
kimia dan ergonomi. Faktor bahaya yang dengan menggunakan gas bertekanan,
ditimbulkan merupakan salah satu penyebab yang memungkinkan terjadi adalah
risiko kecelakaan kerja. kebocoran selang oksigen hingga
Berdasarkan hasil evaluasi risiko, dapat terjadinya kebakaran ataupun ledakan di
diketahui bahwa dari total 4 langkah bengkel hull construction.
pekerjaan dengan 11 jenis pekerjaan Selain risk assesment pada
pengelasan manual, diketahui adanya 11 pemeriksaan alat dan material pengelasan
bahaya memiliki risiko tinggi (high risk) atau manual, terdapat jenis pekerjaan yang
risiko yang tidak dapat diterima, 3 risiko memiliki risiko yang tinggi (high risk) pada
merupakan risiko dalam kategori sedang saat melakukan proses pengelasan. Proses
(medium risk) atau risiko yang pengelasan merupakan proses pekerjaan yang
memungkinkan dapat di tolerir dan hanya 1 menggunakan panas untuk melebur
risiko yang rendah (low risk) atau risiko yang permukaan yang akan disambung, beberapa
dapat diterima. Adapun ririsko yang operasi menggunakan logam pengisi dan
tergolong dalam kategori high risk pada yang lain tanpa logam pengisi. Logam
pengisi berupa tekanan atau gas leburan Surabaya adalah sudah sesuai dengan
(Djamiko, 2008) prosedur penggunaan alat pelindung diri
Dalam melakukan proses pengelasan lengkap, serta menyimpan material dan
manual terdapat 3 tahapan yang dimulai dari peralatan yang telah digunakan.
tahapan persiapan, tahapan pengelasan dan Pengendalian yang sudah dilakukan oleh PT.
tahapan penyelesaian. Dari tahapan persiapan Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero)
terdapat 3 jenis pekerjaan dengan kategori 1 sudah cukup terkendali yaitu adanya
risiko bahaya tinggi (high risk) dan 2 kesediaan Alat Pelindung Diri khusus
pekerjaan dengan risiko bahaya sedang pekerjaan tertentu yaitu pada pekerjaan
(medium risk). Pekerjaan dengan risiko pengelasan. Adapun bentuk pengendalian
bahaya tingg dalam langkah ini adalah pada yang dilakukan perusahaan setiap ahapan
saat melakukan pengangkatan plat besi ke demi tahapan pekerjaan pengelasan manual
meja kerja. Selanjutnya pada tahapan SMAW yang dilakukan antara lain :
pengelasan terdapat 5 langkah pekerjaan Pengendalian secara Administratif
dengan kategori risiko tinggi (high risk). a. Pelatihan
Pekerjaan pengelasan merupakan salah satu Pelatihan merupakan suatu kegiatan
proses pemesinan yang penuh resiko karena yang bermaksud untuk memperbaiki
selalu berhubungan dengan api dan bahan- keahlian dan pengetahuan karyawan.
bahan yang mudah terbakar dan meledak Pekerja pengelasan plat di PT Dok dan
terutama sekali pada las gas yaitu gas Perkapalan Surabaya (Persero) dilakukan
oksigen dan Asetilin. Kecelakaan yang sebelum bekerja sebagai karyawan.
terjadi sebenarnya dapat dikurangi atau Latihan dan Pendidikan sesuai dengan
dihindari apabila kita sebagai operator dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan
mengoperasikan alat pengelasan dan alat Transmigrasi RI.No Per-02/MEN/1982
keselamatan kerja dipergunakan dengan baik tentang kwalifikasi juru las. Dengan
dan benar, memiliki penguasaan cara-cara pemberian pelatihan tersebut dapat
pencegahan bahaya akibat proses las mengurangi kecelakaan kerja.
(Harsono, 1996). b. Labeling Material Pengelasan
Dan yang terakhir adalah tahapan Pemberian label dilakukan oleh
penyelesaian yang sama halnya memiliki departemen peralatan di setiap unit kerja.
kategori risiko tinggi (high risk) yaitu ada Diharapkan bahwa alat pengelasan telah
dua cara pekerjaan yang berbahaya antara di kalibrasi dengan aman sehingga dapat
lain yaitu pada saat pemeriksaan alat dan mengurangi kecelakaan kerja.
material yang tertinggal (tercecer) di tempat c. Pengimplementasian Instruksi Kerja
kerja, dan mematikan mesin las setelah Work instruction atau instruksi kerja
selesai melakukan pekerjaan. Untuk merupakan suatu dokumen yang
banyaknya benda kerja yang tercecer dan menyertai dokumen manual. Dokumen
terdapat dilantai produksi dengan kategori tersebut berisi perintah, kewajiban,
resiko tinggi (high risk) menjadikan faktor kewenangan dan tata tertib yang
pemicu munculnya kecelakaan kerja. dilakukan dalam pelaksanaan langkah
Menurut Menteri Perburuhan no 7 tahun kerja yang tercantum di prosedur
1964 tentang syarat kesehatan, kebersihan manual. Pengimplementasian IK di
serta penerangan dalam tempat kerja pada perusahaan artinya
pasal 3 ayat 1 berbunyi halaman harus bersih, d. Komunikasi Hazard
teratur, rata dan tidak becek dan cukup luas Komunikasi hazard suatu cara untuk
untuk kemungkinan perluasan dan pasal 5 menunjukkan bahwa suatu benda atau
yang berbunyi sampah dan terbuang lainnya area mengandung bahaya atau jenis
harus terkumpul pada suatu tempat yang rapi bahaya tertentu. Dengan adanya
dan tertutup. Menurut saya pengendalian petunjuk terhadap bahaya tersebut maka
yang dilakukan oleh PT. Dok dan Perkapan setiap orang yang akan melakukan
pekerjaan dengan alat atau bahan 2) Tutup telinga (ear muff), menutupi
berbahaya tersebut atau bekerja pada seluruh telinga eksternal dan
area berbahaya dapat mengantisipasi dipergunakan untuk mengurangi
dengan langkah-langkah pencegahan bising s/d 40-50 dB.
seperti APD Yang sesuai. Hazard 3) Helmet (enclosure), menutupi seluruh
communication di tempat kerja dapat kepala dan digunakan untuk
berupa : mengurangi bising maksimum 35dB.
1) Safety induction merupakan suatu
pengenalan terhadap lingkungan kerja SIMPULAN
yang diberikan atau disampaikan Berdasarkan pada hasil risk assesment pada
kepada pekerja baru atau visitor proses pekerjaan pengelasan manual SMAW
terkait keselamatan adanya perubahan bengkel hull construction (Lambung Utara)
proses kerja tentang bahaya yang PT. Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero),
muncul dari suatu jenis pekerjaan. dapat disimpulkan bahwa :
2) Safety Talk/Safety Meeting a. Pada pekerjaan pengelasan manual yang
merupakan sebuah rangkaian aktifitas ada di perusahaan terdapat 3 tahapan
berbicara pada sebuah tim kerja yang proses pekerjaan dengan 10 risiko murni
biasanya dilakukan sebelum aktifitas dengan tingkat risiko sebanyak 8 risiko
kerja dimulai dimana tujuannya pekerjaan dengan bahaya tinggi (high
adalah untuk meminimalkan risiko risk) dan 2 diantaranya memiliki risiko
pada pekerjaan yang dilakukannya pekerjaan dengan bahaya risiko sedang
atau mereview kembali pekerjaan (medium risk).
yang telah dilakukan. b. Untuk program pengendalian risiko pada
3) Safety Patrol merupakan salah satu pekerjaan pengelasan manual di
proses pengawasan untuk memastikan perusahaan ini dapat berupa pelatihan
apakah standard yang sudah ada telah K3, labeling material pengelasan,
digunakan atau belum, biasanya team pengendalian secara administratif dan
patrol datang ke lapangan ke tempat follow up implementasi instruksi kerja
kerja untuk mengecek kinerja K3 secara tidak langsung akan mengurangi
tanpa pemberitahuan kepada pekerja. risiko kecelakaan kerja yang terjadi di
4) Safety Poster merupakan sarana area bengkel hull construction PT. Dok
sosialisasi dengan membuat design dan Perkapalan Surabaya (Persero).
grafis yang menarik, untuk mencari Selain itu, adapun saran yang dapat
perhatian atau pengumuman terhadap diberikan berdasarkan hasil tersebut adalah :
kebijakan K3. a. Perlu dilakukan pemeriksaan rutin setiap
e. Pengendalian dengan APD (Alat hari terhadap setiap tenaga kerja yang
Plindung Diri) melakukan pekerjaan pengelasan manual
Pengendalian ini tergantung terhadap untuk mengetahui kesiapsiagaan
pemilihan peralatan yang tepat untuk pemakaian Alat Pelindung Diri dengan
tingkat risiko yang tinggi pada proses benar dan taat.
pengelasan tertentu, misalnya kebisingan b. Melakukan inspeksi secara rutin pada
pada saat melakukan proses pengelasan, peralatan kerja dan melakukan pelabelan
membutuhkan alat pelindung telinga pada setiap kondisi peralatan dan tanggal
yang layak digunakan antara lain : berakhir kapan digunakan peralatan
1) Sumbat telinga (ear plugs), tersebut
dimasukkan dalam telinga sampai c. Membentuk tim khusus terkait penilaian
menutup rapat sehingga suara tidak risiko sehingga perusahaan dapat
mencapai membrane timpani. Sumbat menjalankan penilaian risiko setiap ada
telinga dapat mengurangi bising s/d pekerjaan yang sering menyebabkan
30 dB. kecelakaan kerja.
d. Penerapan komunikasi hazard harusnya Ichsan,S.2004.Penilaian risiko dan kesehatan
diterapkan agar pada setiap pekerjaan kerja. Majalah Katiga No.10 edisi Juli-
khususnya di unit pekerjaan pengelasan Agustus 2004
yang ada di bengkel hull construction Kolluru,R.V.1996.Risk Assesment and
terkomunikasi dengan baik. Management Hand Book For Handbook
e. Khusus juru las, sebaiknya For Environmental,health And safety,Mc
meningkatkan hygene perorangan Graw-Hill Inc
dengan menjaga kebersihan, penilaian
kerja serta melaksanakan behaviour Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
based safety di lingkungan kerja. Transmigrasi RI no Per-02/MEN/1980
tentang pemeriksaan Kesehatan Tenaga
Kerja dalam Penyelenggaraan
DAFTAR PUSTAKA
Keselamatan Kerja
Abdulkadir,M.2008.Gambaran Penerapan
resiko K3 pada PT Bakrie Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Construction,Serang-Banten Universitas Transmigrasi RI No
Sebelas Maret. PER.08/MEN/VII/2010 Tentang Alat
Pelindung Diri
Australian Standard/New Zealand Standard
4360.1999.Risk Management Guidelines. Pramudianto,2007.Skripsi, Prinsip
Sydney. Pengendalian Kebisingan Bengkel pada
saat Melakukan Pekerjaan Pengelasan.
Colling,D.A.1990.Industrial Safety
Universitas Udayana Bali
Management and Technology.
Pentice,Hall Inc Suma‘mur,.1981.Keselamatan Kerja dan
Pencegahan Kecelakaan.Jakarta: PT.
Department Health and Safety,University New
Gunung Agung
SouthWales.2014.Risk Assesment
Management Tarwaka.2014.Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, Manajemen dan Implementasi K3
Djamik,R.D.2008.Modul teori pengelasan
di Tempat Kerja.Surakarta: Harapan
logam Yogyakarta Fakultas Teknik
Press
Universitas Negeri Yogyakarta

Harsono.1996.Tekniplogi Pengelasan Logam.


Jakarta: Pradya Pramita

Anda mungkin juga menyukai