Anda di halaman 1dari 20

KESELAMATAN KERJA DAN PENCEGAHAN KECELAKAAN

BARRIER CONCEPT
PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA

disusun oleh : dr. Frans Henny

NPM 1606840121

Pembimbing : dr. Imron Khazim, MKK., Sp.Ok

Program Magister Kedokteran Kerja


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
2016
DAFTAR ISI

Daftar Isi 1

Bab I Pendahuluan 2

Bab II Barrier 4

Bab III Klasifikasi Barrier 7

Bab IV Konsep Barrier 11

Bab V Kesimpulan 17

Daftar Pustaka 19

1
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kecelakaan kerja, tidak dipungkiri merupakan sebuah kejadian yang ingin
selalu dihindari oleh setiap perusahaan. Karena kecelakaan kerja, bukan saja
menyebabkan kerugian secara material, namun juga menyebabkan kerugian immaterial
yang amat besar dan berpengaruh kepada perusahaan. Kecelakaan kerja sendiri
didefinisikan secara berbeda-beda, menurut Heinrich, Petersen, dan Roos: Kecelakaan
kerja atau kecelakaan akibat kerja adalah suatu kejadian yang tidak terencana dan tidak
terkendali akibat dari suatu tindakan atau reaksi suatu objek, bahan, orang atau radiasi
yang mengakibatkan cedera atau kemungkinan akibat lainnya. Menurut International
Labour Organization (ILO): kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tak terduga
dan tidak terencana, termasuk violence (ruda paksa), yang timbul dari atau sehubungan
dengan pekerjaan yang menghasilkan satu atau lebih pekerja yang cedera, sakit atau
meninggal dunia. Termasuk yang harus dipertimbangkan sebagai kecelakaan kerja
adalah kecelakaan di perjalanan, transportasi atau kecelakaan lalu lintas di mana
pekerja mengalami cedera, yang terjadi saat perjalanan dari tempat kerja, di tempat
kerja atau ke tempat kerja, atau saat menjalankan tugas dari pemberi kerja. Definisi ini
diadopsi dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 40 tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN), yang pada pasal 1 berbunyi: Kecelakaan kerja adalah
kecelakaaan yang terjadi dalam hubungan kerja, termasuk kecelakaan yang terjadi
dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya, dan penyakit yang
disebabkan oleh lingkungan kerja.
Dikarenakan besarnya dampak yang merugikan dari sebuah kecelakaan kerja,
maka banyak perusahaan menerapkan sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja yang baik untuk mencegah terulangnya kecelakaan yang terjadi. Untuk
kecelakaan yang telah terjadi, maka perlu dilakukan penyelidikan mendalam untuk
mendapatkan pelajaran dan pengalaman dari kejadian yang telah terjadi. Hal ini diawali
dari penyelidikan yang menyeluruh untuk mencari akar masalah yang menyebabkan
kecelakaan kerja hingga melaksanakan rekomendasi-rekomendasi perbaikan yang
merupakan temuan-temuan dari penyelidikan yang dilakukan. Namun bukan hanya itu
saja yang dilakukan, penilaian resiko keselamatan pada saat perencanaan disertai

2
dengan manajemen resiko yang baik juga merupakan bagian penting dari sebuah sistem
manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Barrier (pembatas / rintangan), disatu
sisi juga memiliki peranan penting dalam pencegahan kecelakaan kerja.
Pada tugas makalah ini, penulis akan membahas mengenai barrier concept
dalam pencegahan kecelakaan kerja dimana sebelumnya barrier concept ini dapat
ditemui pada beberapa metode analisis kecelakaan yang sering digunakan saat ini.
2. Tujuan
Tujuan umum: Mengetahui dan mengerti mengenai barrier concept dalam pencegahan
kecelakaan kerja.
Tujuan khusus:
• Menpelajari dan mengetahui lebih mendalam mengenai barrier, kalsifikasinya,
kegunaannya dan penerapannya dalam suatu peristiwa kecelakaan kerja
• Mengetahui hubungan antara barrier dan kecelakaan kerja
• Mengetahui barrier concept dalam pencegahan kecelakaan kerja
3. Manfaat
Dengan membuat makalah ini, penulis dapat semakin mengerti mengenai faktor-faktor
yang berperan dalam pencegahan kecelakaan kerja, dimana salah satunya adalah
barrier. Penulis juga dapat menerapkan pengetahuan yang didapat dalam bidang
pekerjaannya sehari-hari sebagai praktisi yang berkecimpung dalam dunia Keselamatan
dan Kesehatan Kerja.

3
BAB II
BARRIER
(PEMBATAS / RINTANGAN)

Kecelakaaan sering ditandai baik dalam hal peristiwa dan kondisi yang menyebabkan
hasil akhir atau dalam hal sebuah barrier yang telah gagal. Barrier dalam hal ini adalah
sebuah halangan, atau rintangan yang mungkin dapat mencegah terjadinya suatu
tindakan atau kejadian, dan menghalangi atau mengurangi dampak dari sebuah
konsekuensi yang terjadi. Barrier adalah hal yang penting sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja, untuk memahami dan mencegah terjadinya
kecelakaan kerja. Utamanya karena terjadinya kecelakaan merupakan akibat dari gagal
berfungsinya barrier, dan kemudian setelah penyebab kecelakaan kerja diketahui, maka
barrier dapat digunakan untuk mencegah terjadinya kejadian yang sama atau serupa di
masa depan.
Konsep mengenai barrier sendiri telah ada sejak Hienrich, sekitar tahun 1932, yang
menciptakan Domino Theory sebagai salah satu konsep bagaimana terjadinya sebuah
kecelakaan. Kemudian ini dikembangkan oleh Haddon (1966) dan Gibson (1961) yang
mengembangkan konsep bahwa kecelakaan sebagai sebuah pelepasan energi yang
abnormal dan tidak diharapkan. Barrier analisis menggunakan ide ini sebagai
pendekatan pada pencegahan kecelakaan dengan menempatkan barrier diantara sumber
masalah / sumber bahaya / sumber energi dengan orang atau benda yang harusnya
dilindungi.
Terminologi barrier sendiri mencakup hal yang cukup luas, dapat berupa tanda
keselamatan, rambu lalu lintas, alat pelindung diri, penjaga atau petugas pekerjaan
tertentu, kunci pada peralatan tertentu. Namun, barrier tidak selalu berupa benda-benda
yang terlihat secara fisik, namun dapat berupa langkah-langkah pencegahan seperti
prosedur / instruksi kerja, pelatihan, rencana tanggap darurat, kontrol organisasi,
penilaian resiko keselamatan maupun kesehatan.
Secara sederhana barrier dapat dibedakan menjadi barrier yang mencegah dan barrier
yang melindungi. Sebagai contoh barrier yang berfungsi untuk melindungi, di banyak
negara industri perakitan otomotif telah menggunakan robot. Robot-robot tersebut
banyak terdapat pada jalur produksi kendaraan. Robot-robot tersebut umumnya telah
diprogram, akan berhenti menjalankan tugasnya bila sensor membaca ada petugas yang

4
memasuki area kerjanya. Jalur produksi sendiri biasanya telah ditandai dengan rambu-
rambu khusus yang bertujuan untuk menghalangi seseorang untuk memasuki area
tersebut secara tidak sengaja. Dalam hal ini, sistem dimana robot akan berhenti
beroperasi pada saat sensor membaca masuknya petugas ke area produksi dan rambu-
rambu peringatan merupakan bentuk barrier yang berfungsi mencegah. Contoh lain,
sabuk keselamatan yang terpasang pada tiap kendaraan, berfungsi untuk mengurangi
dampak benturan yang terjadi pada saat kecelakaan. Dalam hal ini sabuk keselamatan
tidak berfungsi untuk mencegah terjadinya kecelakaan namun melindungi pemakainya
dari energi benturan yang akan diterima pada saat terjadi kecelakaan. Dengan kata lain,
guna memberikan hasil yang maksimal, maka barrier yang berfungsi sebagai pencegah
harus ada sebelum terjadinya kejadian dan barrier yang berfungsi melindungi harus ada
setelah terjadinya kejadian.

Barrier dan kecelakaan.


Pada contoh diatas, barrier yang ditujukan untuk bekerja sebelum terjadinya sebuah
peristiwa adalah barrier yang berfungsi sebagai pencegahan. Barrier ini seharusnya
memastikan agar kecelakaan tidak terjadi. Sedangkan barrier yang ditujukan untuk
bekerja bila sebuah peristiwa terjadi adalah barrier yang berfungsi untuk melindungi.
Barrier ini seharusnya menjadi pelindung bagi manusia dan lingkungan didalamnya dari
konsekuensi sebuah peristiwa yang terjadi.
Barrier dapat bersifat aktif maupun pasif. Dikatakan aktif apabila diperlukan satu atau
lebih dari fungsinya untuk mencegah terjadinya sebuah peristiwa atau guna melindungi
manusia atau lingkungannya. Sebuah barrier dikatakan pasif apabila memberikan
pencegahan atau perlindungan dengan keberadaannya saja. Contoh barrier aktif
mencegah adalah lampu petunjuk yang berkedap-kedip, sedangkan contoh termudah
untuk barrier yang pasif untuk mencegah adalah keberadan pagar atau rambu petunjuk
jalan. Contoh untuk barrier yang aktif untuk melindungi adalah sistem sprinkler untuk
melindungi gedung dari bahaya kebakaran, dan contoh barrier yang pasif untuk
melindungi adalah firewall dalam sistem computer untuk melindungi serangan-serangan
virus software. Namun terkadang unsur mencegah dan melindungi terdapat pada sebuah
barrier, contohnya pintu besi untuk masuk ke ruang penyimpanan bahan peledak, pintu
tersebut dimaksudkan untuk mencegah orang-orang tanpa izin untuk memasuki ruang

5
penyimpanan tersebut, dan mencegah terjadi kejadian yang tidak diinginkan. Di sisi
lain, pintu tersebut juga berfungsi untuk melindungi jika terjadi ledakan atau kebakaran.
Tampak bahwa barrier memegang peranan penting dalam sebuah kejadian, terutama
dalam hal pencegahan kecelakaan kerja, sehingga seringkali pada analisa terjadinya
kecelakaan, perlu dicari dan diketahui mengapa sebuah barrier baik sebagai alat
pencegah maupun pelindung yang aktif maupun pasif gagal berfungsi.

6
BAB III
KLASIFIKASI BARRIER

Barrier dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal, berikut beberapa penjelasan


mengenai klasifikasi barrier.
1. Klasifikasi berdasarkan tujuan dari barrier.
Barrier dapat melayani beberapa tujuan yang berbeda, misalnya, berfungsi untuk
pencegahan, pengendalian, pelindung atau meminimalkan dampak dari sebuah
kejadian.
2. Klasifikasi berdasarkan lokasi barrier.
Pada analisa barrier yang merupakan bagian dari tehnik MORT, barrier dibedakan
sebagai penghalang yang diletakan pada sumber, diantara sumber dan pekerja, pada
pekerja atau targetnya, atau pekerjaan dalam arti terdapat perbedaan ruang dan
waktu. Klasifikasi berdasarkan lokasi barrier tentu saja dapat diaplikasikan pada
barrier yang berbentuk fisik saja.
3. Klasifikasi berdasarkan sifat alami dari barrier
Berdasarkan sifat alami dari barrier, sistem barrier dapat berkisar dari rintangan fisik
(misalnya berupa tembok, atau pagar) hingga aturan atau hukum. Sehingga perlu
dilakukan kategorisasi dalam pendekatan terhadap klasifikasi ini. Adapun 4 kategori
utama untuk klasifikasi ini adalah:
• Material atau barrier yang bersifat fisik. Ini merupakan barrier yang secara
fisik mencegah sebuah tindakan menjadi kejadian berbahaya. Barrier kategori
ini berkorespondensi dengan barrier fisik pada analisis kecelakaan dengan
tehnik MORT. Barrier ini juga mampu menghalangi atau melakukan mitigasi
dampak dari kejadian yang tidak diinginkan. Contoh dari material barrier atau
barrier yang bersifat fisik adalah: Gedung, pagar, tembok, gerbang, sangkar,
tempat penyimpanan, saluran, pembatas jalan, pintu, dll. Karakteristik lain dari
kategori ini adalah, bahwa barrier ini tidak harus dirasakan atau memerlukan
intepretasi khusus dari pekerja akan fungsinya.
• Barrier fungsional, baik yang aktif maupun dinamis. Sebuah barrier
fungsional bekerja dengan menghambat tindakan yang akan dilakukan atau
menetapkan satu atau lebih pra kondisi yang harus dilakukan sebelum tindakan
yang diinginkan akan dilakukan. Barrier fungsional tidak selalu dapat terlihat,

7
meskipun kehadirannya seringkali diindikasikan kepada pengguna. Contoh
barrier fungsional adalah sebuah kunci, baik kunci dalam bentuk fisik atau
kunci logis yang membutuhkan kata kunci atau identifikasi tertentu. Barrier
fungsional berkorepondensi dengan desain peralatan dan pengawasan pada
analisis dengan tehnik MORT.
• Barrier simbolis. Karakteristik yang membedakan dari barrier simbolis adalah
memerlukan interpretasi khusus untuk mencapai tujuannya. Contohnya adalah
tanda berpendar (mata kucing) yang diletakkan di sepanjang railing pembatas
jalan tol. Seluruh jenis rambu dan tanda adalah barrier simbolis, terutama yang
dapat dilihat dan didengar. Termasuk juga peringatan baik melalui tulisan
maupun simbol dan alat pemberi peringatan.
• Barrier immaterial. Tipe barrier ini adalah tidak hadir dalam bentuk fisik,
namun tergantung pada pengetahuan penggunanya untuk mencapai tujuan yang
dikehendaki. Contoh barrier immaterial adalah aturan-aturan, petunjuk, hukum,
prinsip-prinsip keselamatan. Barrier immaterial berkorespondensi dengan
prosedur, pengetahuan dan keterampilan pada analisis dengan tehnik MORT.
Jadi sangat memungkinkan, terdapat beberapa kategori barrier dalam sebuah benda.
Contohnya: sebuah pintu, dimana terdapat peringatan dan membutuhkan kunci
untuk membukanya. Pintu disini adalah sebuah barrier fisik, tulisan peringatan
adalah barrier simbolis dan kunci yang dibutuhkan adalah barrier fungsional.
Untuk lebih jelasnya mengenai hal ini, dapat ditemui pada tabel berikut ini:

Sistem barrier Fungsi barrier Contoh


Material, fisik Melindungi. Penghalang Pintu, tembok, gedung, railing, pagar,
fisik untuk menghalangi container, tanki, katup
pemindahan
Menahan atau mencegah Sabuk keselamatan, harness, pagar,
pergerakan sangkar
Ketahanan, tidak mudah Komponen yang tidak mudah pecah atau
dirusak patah, misalnya safety glass
Menghamburkan energi, Kantong udara, springkler, filter
melindungi,

8
memadamkan
Barrier fungsional Mencegah perpindahan Gembok, rem, kecocokan peralatan
atau tindakan (mekanis)
Mencegah perpindahan Kata kunci, kode masuk, pre-kondisi,
atau tindakan (logis) matching (sidik jari, kadar alcohol)
Menghalangi atau Jarak (terlalu jauh untuk dijangkau
menghambat sebuan seorang pekerja), delay, sinkronisasi
tindakan sebelum tindakan selanjutnya dapat
dilakukan
Barrier simbolis Melawan, mencegah atau Coding fungsi (dengan warna, bentuk,
menggagalkan sebuah dll), label peringatan
tindakan
Tindakan pengaturan Instruksi, prosedur
Sistem untuk menunjukan Rambu (lalu lintas), sinyal visual maupun
status atau kondisi auditori, peringatan, alarm
Izin atau autorisasi Izin kerja atau surat perintah kerja
Komunikasi, Persetujuan, izin dari atasan
ketergantungan antar
personal
Barrier imaterial Pemantauan, pengawasa Checklist, atau pemeriksaan oleh atasan
Aturan, hukum, petunjuk, Aturan, hukum, etika
larangan

Pada penerapannya, barrier akan saling melengkapi. Barrier immaterial seringkali


dilengkapi dengan barrier simbolis, misalnya batasan kecepatan yang diatur oleh
peraturan pemerintah atau undang-undang (barrier immaterial) akan dilengkapi
dengan rambu petunjuk batas kecepatan yang diperbolehkan (barrier simbolis),
terkadang dilengkapi pula dengan polisi tidur (barrier fisik). Barrier fisik seringkali
dilengkapi pula dengan barrier simbolis agar dapat dipergunakan dengan baik,
contohnya: sabuk keselamatan (barrier fisik), pada industri penerbangan,
penggunaan sabuk keselamatan didukung baik dengan peringatan statis (berupa text
atau lambang tertentu) dan sinyal dinamis (lambang sabuk keselamatan), dan juga

9
melalui instruksi secara verbal, demonstrasi dan pemeriksaan visual oleh
pramugari.

Manusia sebagai barrier.


Manusia adalah tipe barrier yang spesial. Manusia dapat menjadi barrier fisik, misalnya
satpam penjaga pintu. Dapat pula menjadi barrier fungsional, misalnya dibutuhkan kata
kunci dari seseorang untuk melakukan / membuka sesuatu. Manusia dapat pula menjadi
barrier simbolis, contohnya keberadaan polisi lalu lintas. Namun yang terpenting adalah,
manusia adalah pihak yang membuat sebuah barrier maupun obyek dari barrier itu sendiri.
Baik secara individu maupun organisasi, manusia adalah bagian mendasar untuk mengerti
bagaimana barrier dapat gagal berfungsi dan menyebabkan kecelakaan, dan akhirnya
merupakan pihak yang akan mengambil pelajaran dari kegagalan yang terjadi sehingga
dapat membuat barrier lebih baik dan efisien untuk mencegah terjadinya kejadian yang
sama dikemudian hari.

10
BAB IV
KONSEP BARRIER

Gagasan mengenai barrier, baik dalam kaitannya dengan metode atau seperangkat
pedoman untuk mengidentifikasi barrier, dan dalam kaitannya dengan cara sistematis
menggambarkan atau mengklasifikasikan barrier. Dua aspek tersebut saling tergantung,
karena metode untuk analisis tentu harus mengacu pada skema klasifikasi, terlepas dari
apakah analisis adalah berlaku surut atau satu prediktif (Hollnagel, 1998).
Meskipun barrier penting dalam analisis kecelakaan, hanya sejumlah kecil studi telah
benar-benar mempelajari mereka.

Konsep barrier pada analisa resiko.


Barrier didefinisikan sebagai peralatan, konstruksi, atau aturan yang dapat menghentikan
perjalanan dari sebuah tindakan menjadi kecelakaan. Pada analisa resiko, barrier dibedakan
menjadi tiga tipe, yang dinamakan pasif, aktif dan procedural. Taylor (1988). Barrier pasif
dapat bekerja karena karakteristik fisik dan selalu siap untuk digunakan. Barrier aktif,
seperti pemadam api, tombol bahaya, membutuhkan aktivasi sebelum dapat digunakan.
Barrier procedural, contohnya instruksi penggunaan alat.

Model AEB (Accident Evolution and Barrier).


Svenson (1991) menggambarkan evolusi yang mengarah kepada sebuah kecelakaan adalah
rantai tahapan dari kegagalan, malfungsi dan kesalahan. Didasarkan pada hal tersebut,
maka dibedakan antara fungsi barrier dan sistem barrier, dimana dikatakan: Sebuah fungsi
barrier menunjukan fungsi yang mana dapat menahan evolusi kecelakaan sehingga
kejadian berikutnya tidak terjadi. Sistem barrier ada yang menjaga atau mempertahankan
fungsi barrier. Sistem tersebut dapat berupa operator, instruksi, sistem pengendalian
kegawatdaruratan, sistem yang berhubungan dengan keselamatan lainnya, komponen dan
unit organisasi.
Secara umum, fungsi barrier dapat didefinisikan sebagai cara tertentu dimana barrier
mencapai tujuannya untuk mencegah terjadinya kecelakaan, sedangkan sistem barrier
dapat didefinisikan sebagai dasar untuk mengadakan fungsi barrier, yaitu, organisasi dan
atau struktur fisik yang tanpanya fungsi barrier tidak dapat berfungsi dengan baik.
Perbedaan antara sistem barrier dan fungsi barrier digunakan sebagai dasar untuk model

11
umum evolusi kecelakaan dan fungsi barrier (Accident Evolution and Barrier Function-
AEB) oleh Svenson pada tahun 1991.
AEB mengusulkan tiga sistem barrier yang berbeda, yaitu manusia / fisik, teknis, dan
faktor manusia / organisasi. Contoh, dalam proses pengisian bahan bakar. Dalam analisis
proses pengisian bahan bakar, sejumlah besar barrier yang ditemukan. Contoh barrier
manusia / fisik, pekerja atau operator harus memeriksa kondisi sistem atau perangkat
sebelum menggunakannya. Contoh dari hambatan teknis akan bahwa dua sistem harus
sejajar sebelum proses dapat dimulai, misalnya dalam hal interlock mekanik. Akhirnya,
contoh barrier organisasi, yaitu dikeluarkannya surat perintah kerja atau izin kerja untuk
pengisian bahan bakar. Ketiga hal tersebut saling tergantung satu dengan yang lain, dan
apabila salah satunya tidak dijalankan dengan baik, maka evolusi terjadinya kecelakaan
menjadi nyata. Analisa terjadinya kecelakaan akan dikembalikan dengan mempelajari
tahapan-tahapan pada ketiga sistem barrier tersebut.

Barrier dan Management Oversight and Risk Tree (MORT).


Management Oversight and Risk Tree atau dikenal dengan singkatan MORT, memiliki
pendekatan tehnik investigasi kecelakaan kerja yang komprehensif dan juga tehnik analisis
program safety yang ada. Grafik pada MORT mendeskripsikan semua faktor potensial
yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja yang muncul pada sistem. Bagian
pentingnya adalah hubungan yang nyata antara pelepasan energi atau perpindahan energi
dan barrier.
Analisa barrier MORT membedakan antara kontrol barrier dan barrier keselamatan.
Perbedaannya adalah kontrol barrier berhubungan pada aliran energi yang dikehendaki,
sedangkan barrier keselamatan berhubungan pada aliran energi yang tidak dikehendaki.
Contoh kontrol barrier adalah: Metode pekerjaan yang disetujui, pelatihan cara kerja, katur
pengatur tekanan, dll. Sedangkan contoh barrier keselamatan adalah: Alat pelindung diri
(APD), pelatihan keselamatan, kode pelindung, rencana penanganan kegawatdaruratan, dll.
Istilah kontrol barrier dan barrier keselamatan ini menggambarkan tujuan dari barrier.
Dalam usaha untuk menghilangkan faktor bahaya pada sistem, terdapat empat pendekatan
yang diusulkan oleh MORT. Secara berurutan, ke empat pendekatan tersebut adalah:
• Menghilangkan potensi bahaya melalui desain
• Memasang alat keselamatan (barrier) yang sesuai
• Memasang alat peringatan

12
• Mengembangkan prosedur tertentu untuk menangani situasi khusus.
MORT juga mengajukan pembedaan antara beberapa tipe dari barrier, diantaranya:
1. Barrier fisik
2. Desain peralatan
3. Alat untuk memperingatkan
4. Prosedur dan proses kerja
5. Pengetahuan dan keterampilan
6. Pengawasan.
Ini lebih rumit dari tipe pembedaan tiga langkah yang diajukan oleh Svenson (1991): fisik,
tehnik dan manusia / organisasi. Namun terdapat hubungan pada keduanya, dimana barrier
tehnik pada model AEB berkorespondensi dengan tipe barrier no 1, 2 dan 3 dari MORT.
Barrier manusia / fisik pada model AEB berkorespondensi dengan tipe barrier nomor 6
dari MORT dan barrier manusia / organisasi pada model AEB berkorespondensi dengan
tipe nomor 4 dan 5 dari MORT.
Analisa barrier dari MORT juga menunjukan bagaimana sebuah barrier gagal mencapai
tujuannya dalam mencegah kecelakaan kerja. Dapat dikarenakan barrier tersebut tidak
praktis, gagal secara langsung dalam mencegah atau melindungi, atau diabaikan.

Analisa kecelakaan dan desain sistem.


Pada kasus-kasus analisa kecelakaan, umumnya dilakukan investigasi untuk menemukan
barrier yang gagal berfungsi. Kelemahan dari analisa ini adalah karena tertuju pada usaha
untuk menemukan barrier yang gagal daripada menemukan integrasi keseluruhan
permasalahan yang ada yang berujung pada terjadinya kecelakaan. Analisa resiko adalah
berbeda dengan analisa kecelakaan, walaupun memiliki persamaan, namun pada analisa
resiko tidak diperhitungkan aspek interaksi antara beberapa elemen dari sistem yang ada
atau menggambarkan kondisi kinerja pada umumnya. Salah satu jalan untuk
menggabungkan kedua hal tersebut adalah menggabungkan fault tree analisis dengan
barrier analisis untuk mengidentifikasi resiko yang dapat timbul dari kegagalan barrier.
Sebagai kegunaan dari desain sistem, penekanannya adalah bagaimana memastikan sistem
berfungsi dengan semestinya dan bagaimana bisa sistem gagal berfungsi. Saat ini ada
beberapa metode untuk melakukan prediksi ini, seperti: Fault trees, cause-consequence
analisis, FMEA, HAZOP, dll. Yang terpenting adalah menggunakan barrier sebagai
elemen penting dalam desain sebuah sistem.

13
Karena barrier termasuk dalam sebuah sistem untuk mencegah kejadian yang tidak
diinginkan untuk terjadi atau untuk melindungi dari konsekuensi yang dapat timbul, maka
penting untuk menilai potensi kegagalan dari barrier sehingga kelemahan dari sistem
tersebut dapat diketahui.
Berikut ini adalah tabel deskripsi kondisi yang dinilai untuk mempertahankan fungsi
barrier yang baik.

Sistem Barrier Fungsi Barrier Pra kondisi agar berfungsi dengan baik
Material Fisik Konstruksi yang kuat, perawatan teratur
Fungsional Mekanis Konstruksi yang kuat, perawatan teratur
Fungsional Logis Keamanan yang adekuat, penerapan prosedur
verifikasi
Fungsional Ruang-waktu Konstruksi yang kuat, perawatan teratur
Fungsional Pengawasan Pengawasan yang baik
Simbolis Desain antar muka Pembaharuan berkelanjutan, penerapan
prosedur verifikasi
Simbolis Informasi Desain antar muka yang baik dan
memberikan kejelasan
Simbolis Rambu, tanda dan Perawatan teratur, modifikasi sistematis
simbol
Simbolis Kurangnya izin dan Kepatuhan dari pekerja
autorisasi
Imaterial Komunikasi, Kondisi bekerja yang baik (tidak ada stress,
interpersonal gangguan bising, dll)
Imaterial Aturan, peringatan, Kepatuhan dari pekerja
larangan

Untuk memasukan konsep barrier dalam analisa kecelakaan dan pencegahan kecelakaan,
maka penting untuk menggabungkan konsep barrier dengan gagasan tipe kesalahan yang
mungkin terjadi. Ada delapan tipe kesalahan dasar yang diajukan oleh Hollnagel (1998),
yang dapat ditemui pada tabel berikut:

14
Tipe kesalahan manusia Tipe kesalahan sistem
Waktu Tindakan dilaksanakan Posisi dicapai terlalu awal atau
terlalu awal atau terlambat terlambat.
Peralatan tidak bekerja seharusnya
Durasi Tindakan dilaksanakan Fungsi dilaksanakan terlalu singkat
terlalu singkat atau terlalu atau terlalu lama.
lama Kondisi mesin tercapai terlalu singkat
atau dibiarkan terlalu lama
Jarak Obyek / pengendali bergerak Sistem atau obyek diangkut terlalu
terlalu dekat atau terlalu dekat atau terlalu jauh
jauh
Kecepatan Tindakan dilaksanakan Sistem berpindah terlalu lambat atau
terlalu lambat atau terlalu terlalu cepat.
cepat Peralatan tidak bekerja seharusnya
Arah Tindakan dilakukan pada Sistem atau obyek berpindah kearah
arah yang salah yang salah.
Kekuatan / tenaga Tindakan dilakukan dengan Sistem mengerahkan kekuatan yang
/ tekanan tenaga yang terlalu kecil terlalu kecil atau terlalu besar.
atau terlalu besar Peralatan tidak bekerja seharusnya
Sistem atau komponen memiliki
kekuatan tekanan terlalu kecil atau
terlalu besar
Obyek Tindakan dilakukan pada Fungsi diarahkan pada obyek yang
obyek yang salah salah
Sekuens Dua atau lebih tindakan Dua atau lebih fungsi dilakukan
dilakukan dengan urutan dengan urutan yang salah
yang salah
Kuantitas dan Sistem atau obyek berisi terlalu
volume sedikit atau terlalu banyak atau terlalu
ringan atau terlalu berat

Untuk memilih barrier yang sesuai sewaktu melakukan desain sistem, penting untuk
menilai efisiensi setiap sistem barrier terhadap kegagalan atau tipe-tipe kesalahan. Dan

15
penting untuk tidak hanya berpegangan pada sebuah tipe barrier saja, misalnya, barrier
fungsional dilengkapi dengan keterangan atau peringatan sehingga lebih tepat sasaran dan
tepat guna.

16
BAB V
KESIMPULAN

Kesimpulan

Barrier, adalah hal umum kita temui sehari-hari, baik di sekitar tempat tinggal maupun di
tempat kerja. Mulai dari hal yang sederhana, seperti kata kunci pada gawai yang kita
gunakan sehari-hari, sabuk keselamatan pada mobil yang kita kendarai atau bahkan kunci
pengaman pada motor. Barrier yang ada umumnya berbentuk fisik dan mudah kita jumpai,
namun barrier dalam bentuk aturan dan etika pun dapat kita temui di rumah yang kita huni.
Demikian pula dengan barrier di lingkungan pekerjaan. Terdapat banyak jenis barrier, dan
para ahli berusaha untuk menggolongkan atau melakukan klasifikasi pada barrier-barrier
tersebut. Ada berbagai metode untuk penggolongan barrier, namun klasifikasi barrier yang
memasukan barrier ke dalam empat kategori, yaitu barrier material / fisik, fungsional,
simbolis dan immaterial yang menurut penulis adalah yang paling dapat dipergunakan,
terutama dalam kaitannya untuk membuat suatu desain sistem barrier dalam suatu
pekerjaan. Namun ini tidak berarti bahwa kategori itu terlepas satu dengan lainnya, fungsi
barrier akan menjadi lebih efektif baik dalam pencegahan terjadinya kecelakaan kerja atau
melindungi dari konsekuensi kecelakaan terjadi apabila berbagai fungsi tersebut dipadukan
atau ditambahkan, sehingga penggunaannya dan fungsi lainnya menjadi lebih jelas, baik
dalam lingkup individu (pekerja) dan organisasi (manajemen).

Jelaslah bahwa barrier memegang peranan dalam pencegahan kecelakaan kerja, dan ini
telah ada sejak Heinrich mengembangkan teori domino pada kecelakaan kerja. Saat ini,
konsep barrier baik untuk mencegah terjadinya sebuah kejadian dan melindungi manusia,
asset dan lingkungan telah dipakai oleh banyak perusahan selama bertahun-tahun. Untuk
mencegah terjadinya kejadian yang tidak diharapkan, maka diletakkan barrier di penyebab
dasar dan penyebab antara, dan untuk melindungi, maka diletakkan barrier di konsekuensi
antara dan konsekuensi utama. Jenis barrier yang dipilih merupakan hasil dari analisa
terhadap sistem barrier maupun fungsi barrier, terutama terhadap kemungkinan gagal
berfungsinya barrier tersebut. Ada berbagai metoda yang digunakan untuk melakukan
analisa, baik analisa resiko maupun analisa kecelakaan, dan terlihat peranan barrier adalah
penting dalam melakukan pencegahan terjadinya kecelakaan serta mengurangi konsekuensi
kecelakaan bila terjadi.
17
Tidak terlepas pula peranan manusia, baik sebagai individu maupun bersama-sama dalam
organisasi untuk menciptakan sistem barrier yang dapat berfungsi dengan baik. Peranan
manusia adalah mendasar karena merupakan pihak yang mendapatkan dan merasakan
konsekuensi bila terjadi kecelakaan, dan pihak manusia pula yang akan belajar dari
kecelakaan yang terjadi untuk membangun sistem barrier yang berfungsi dengan lebih
baik.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Svenson, O. The accident evolution and barrier function (AEB) model applied to
incident analysis in the processing industries. 1991.
2. Hollnagel, E. Accident analysis and barrier functions. Halden, Norway: Institute for
Energi Technology. 1999.
3. Khazim, Imron. Bahan kuliah MKK FKUI, Kecelakaan kerja.
4. Livingston, A.D, Jackson, G, Priestly K. WS. Atkins Consultants Ltd. For Health
and Safety Executive. Root Cause Analysis: Literature Review. Crown 2001
5. Harms-Ringdahl, Lars. Analyis of Safety Function and Barrier in Accident. Safety
Science. 2009.

19

Anda mungkin juga menyukai