BAB I Perawatan Luka
BAB I Perawatan Luka
PENDAHULUAN
Teknik perawatan luka (wound dressing) saat ini berkembang pesat dan
proliferasi sel dan kolagen, tetapi luka yang terlalu basah juga akan
seperti luka diabetes. Prinsip dari produk perawatan luka modern adalah
1
meningkatkan penyembuhan luka dan mempertahankan kehilangan cairan
jaringan dan kematian sel (De Laune, 1998 dalam Peter Sheehan, 2003).
sangat baik bila luka dibiarkan tetap kering. Mereka berpikir bahwa infeksi
bakteri dapat dicegah apabila seluruh cairan yang keluar dari luka terserap
oleh pembalutnya. Akibatnya sebagian besar luka dibalut oleh bahan kapas
(Mutiara, 2009).
penyembuhan luka. Luka yang lama sembuh disertai dengan penurunan daya
2
Balutan modern (hidrogel) dapat mengendalikan infeksi lebih baik
dibanding balutan kasa, pada balutan modern dilaporkan rata-rata infeksi luka
adalah 2,6% sedangkan pada balutan kasa 7,1%. Penderita dengan luka kaki
luas area luka pada 4 minggu pertama dan sembuh total pada 12 minggu
Dari hasil penelitian balutan lembab, peneliti pertama kali dilakukan oleh
Winter (1962) dalam Peter Sheehan (2003) berpendapat bahwa luka yang
ditutup dengan balutan lembab mempunyai laju epitelisasi dua kali lebih
cepat dari pada luka yang dibiarkan kering. Rowel (1970) dalam Peter
migrasi sel epitel ke pusat luka sehingga luka lebih cepat sembuh. Bahkan
semua jenis balutan lembab sebesar 2,5%, sedangkan balutan kering memiliki
– peralatan rumah sakit, namun disisi yang lain semua upaya pemeriksaan
3
interdependen tidak terlepas dari kepatuhan perawat dalam setiap prosedural
yang bersifat invasif dan non invasif tersebut seperti halnya perawatan luka
Perawatan luka yang tidak tepat dapat membuat penderitaan pasien akan
berkepanjangan dan tidak nyaman. Selama ini beberapa dokter atau perawat
penggantian kasa menimbulkan trauma pada luka yang baru sembuh dan
lebih modern. Metode ini belum banyak dikenal dalam dunia medis di
Dengan jumlah 25 rumah sakit tentu saja sangat kecil karena hanya
mewakili sekitar 2,4% dari total 1.012 rumah sakit di Indonesia. Itu sebabnya,
pihak APWCC yang merupakan aktivitas para tim medis tergerak untuk terus
4
menginformasikan metode perawatan luka ke seluruh wilayah Asia Pasifik
pada perawatan luka (wound care) yang mungkin belum banyak masyarakat
100% dari total sampel yang dilakukan penelitian menunjukkan bahwa semua
perawatan luka mayoritas tidak sesuai dengan karakteristik luka, masih ada
5
penggunaan bahan yang tepat yaitu pemakaian salin normal sebagai larutan
luka akut seperti luka operasi, luka superfisial, dan luka kronik, termasuk luka
larutan antiseptik pada luka kronik, termasuk juga pada luka kronik yang
wound healing) seperti balutan oklusif ataupun balutan yang menyerap cairan
perawat (30 orang) menggunakan balutan basah kering untuk merawat semua
jenis luka akut dan 93.38% (28 perawat) menggunakan balutan basah kering
(wet to dry) pada luka kronik termasuk luka kronik yang disertai dengan
jaringan nekrotik.
dressing, implementasi, dokumentasi dan evaluasi. Hal ini terjadi karena pola
6
fikir lama yang salah dan sudah membudaya dikalangan perawat. Kurangnya
minat dan motivasi perawat muda untuk lebih antusias lagi dalam menangani
luka yang lebih berkualitas bagi proses penyembuhan luka pasien (Erfandi,
2013).
pasien yang lebih cepat dapat dipastikan akan meningkatkan kualitas hidup
pasien. Perawatan luka modern akan berpengaruh pada lama hari perawatan
tertentu, adanya orientasi tertentu untuk tujuan tertentu dan adanya kebutuhan
7
bersumber dari dalam diri individu itu sendiri, sedangkan faktor eksternal
Perawatan Pada Pasien Pasca Bedah Di Ruang Rawat Inap RS Umum Dr.
oleh fasilitas RS yang kurang memadai seperti tidak adanya wastafel (bak
Hasil dari penelitian dari devi (2013) dengan judul “Hubungan Motivasi
8
Motivasi perawat pelaksana di RSUD Batang dapat dilihat bahwa dari 34
mempunyai motivasi tinggi. Dari data tersebut artinya lebih dari separuh
= 0,009 (ρ lebih kecil dari alpha yaitu 0,05) maka Ho ditolak yang berarti ada
yang sekarang ini jauh lebih berbeda dengan dulu dan ilmunya berkembang
9
dresssing (balutan luka). Pemilihan balutan luka yang tepat dapat membantu
belum optimal dalam kolaborasi perawatan luka seperti penentuan bahan dan
alat ganti balut. Kurangnya fasilitas RS dalam menyediakan bahan dan alat
ganti balut.
B. Rumusan Masalah
melakukan suatu tindakan yang optimal. Perawatan luka yang baik dan benar
10
sangat penting untuk proses penyembuhan luka akan semakin cepat.
Perawatan luka yang salah akan mengakibatkan luka semakin parah. Luka
infeksi lokal dan meluas menjadi infeksi sistemik bahkan bisa berakibat fatal
ada hubungan motivasi dengan perawatan luka modern di ruang rawat inap
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
11
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Institusi Pendidikan
b. Rumah sakit
pelayanan.
c. Mahasiswa
lahan praktek.
12
d. Perawat
terhadap pelayanan.
e. Masyarakat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
13
A. Konsep Perawatan Luka
1. Pengertian Luka
pada operasi, atau tak disengaja, seperti akibat trauma. Jenis luka meliputi
gigitan (manusia, binatang), dan luka tekan. Segera setelah terjadi luka,
area untuk pengawasan infeksi. Tahap proliferatif mulai ketika sel epidermal
bergerak kearah luka, dan menutup tepi luka terdekat, umumnya pada hari
terputusnya kontiunitas suatu jaringan oleh karena adanya cidera atau proses
2. Klasifikasi Luka
1) Partial Theckness
14
2) Full Thickness
1) Akut
2) Kronik
c. Luka operasi
a) Pembuatan luka / operasi pada daerah kulit yang pda kondisi pra
15
respiratorius, traktus gastrointestinal, traktus orofaring, traktus
(Erfandi, 2013)
16
3. Proses Penyembuhan Luka (Wound Healing)
a. Fase inflamasi:
cedera.
3) Proses epitelisasi mulai terbentuk pada fase ini beberapa jam setelah
terjadi luka.
4) Terjadi reproduksi dan imigrasi sel dari tepi luka menuju ketengah
luka.
firoblas.
b. Fase Proliferasi
17
1) Fase ini mengikuti fase inflamasi dan berlangsung selama 2 sampai 3
baru.
3) Serat kolagen kekuatan untuk bertautnya tepi luka. Pada fase ini
1) Fase ini merupakan fase yang terakhir dan terpanjang pada proses
penyembuhan luka.
(Erfandi, 2013)
18
Injuri jaringan
Haemoragik, aktivasi platelet dan degranulasi, aktivasi komplemen,
pembekuan dan haemostasis
(Erfandi, 2013)
a. Faktor umum
19
keadaaan anemia dimana terjadi penurunan oksigen jaringan maka
2) Status nutrisi
20
diet seimbang mengandung bahan nutrisi yang dibutuhkan untuk
perbaikan luka :
a) Asam amino
b) Energi sel
c) Vitamin C
d) Vitamin A
e) Vitamin B
f) Zinc
g) Bahan mineral
21
h) Air
3) Penyakit
4) Terpi Obat
6. Pengkajian Luka
yang akan diberikan untuk masing-masing klien. Hal-hal yang harus dikaji
oleh seorang perawat ketika mendapat seorang klien yang menderita luka,
antara lain:
b. Stadium Luka
22
Terdapat beberapa klasifikasi atau stadium yang dapat digunakan
subkutan
abrasi
1984)
23
b) Yellow/Kuning : (kuning muda/kuning kehijauan/kuning
a) Superficial Ulcer
(1) Stadium 0 : Tidak terdapat lesi, kulit dalam keadaan baik tapi
arthropathies
b) Deep Ulcer
c) Gangrene
24
4) Stadium Luka Bakar
a) Derajat I
(3) Eritrema
b) Derajat II
c) Derajat III
(2) Analgesia
25
Pengukuran secara tiga dimensi (panjang, lebar dan kedalaman) dan
d. Eksudat
Karakteristik, jenis dan jumlah cairan yang dihasilkan oleh luka tersebut
e. Malodor
f. Status Vaskular
nutrisi yang adekuat ke seluruh lapisan sel merupakan hal yang sangat
g. Status Neurologik
h. Nyeri
26
i. Tanda-tanda Infeksi
Kaji tanda-tanda infeksi (cardinal sign); dan produksi pus yang meningkat
j. Perdarahan
penggantian balutan.
(Ali, 2015)
Pada tahun 1962, Profesor G.D Winter melakukan studi klinik yang
27
optimal untuk penyembuhan luka, hasil penelitian yang dilakukan pada
dibandingkan dengan luka yang dibiarkan terbuka dan kering. Hal ini
1) Mempercepat fibrinolisis
2) Mempercepat angiogenesis
(anggiogenesis).
28
komponen tersebut lebih cepat terbentuk dalam lingkungan yang
lembab.
monosit dan limfosit ke daerah luka berfungsi lebih dini. (Dikutip dari
Gitarja, 2002)
(Hana R, 2002)
29
a) Dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada pasien akibat rasa nyeri
b) Dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada pasien akibat rasa nyeri
saat mengganti balutan jenis ini biasanya jaringan yang baru juga ikut
perawat pada saat mengganti balutan kurang efektif dan efisien karena
tahun 1999 ternyata jika ditinjau dari segi ekonomi, penggunaan balutan
konvensional itu tidak cost effective, hal tersebut berkaitan dengan biaya yang
kesehatan dan peralatan yang digunakan. Menurut Tan (2002), cost effective
merupakan isu yang paling penting pada perawatan luka saat ini karena hal
30
yang menunjang terbentuknya hasil klinis yang lebih baik, meningkatkan rasa
nyaman klien dan memberikan kepuasan terhadap hasil terapi. (Hana .R;
Saat ini banyak pilihan balutan modern (modern dressing) atau topical
therapy yang beredar dan sering digunakan untuk membalut luka. Untuk
infeksi
sebagai berikut :
31
c. Mempertahankan kelembaban
e. Nyaman digunakan
f. Steril
g. Cost effective
B. Konsep Motivasi
1. Definisi Motivasi
Motivasi berasal dari motive atau dengan prakata bahasa latinnya, yaitu
motiv, penimbulan motiv atau hal yang menimbulkan dorongan atau keadaan
Motivasi adalah semua hal verbal, fisik atau psikologis yang membuat
mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu (Titik, 2015)
32
Menurut Sondang (2012) yang dimaksud dengan motivasi adalah daya
ditentukan sebelumnya.
dari adanya need atau kebutuhan pada diri individu dalam bentuk energi
ulang) dari suatu perilaku untuk memenuhi kebutuhan yang menjadi penyebab
33
pendapat yang mengatakan bahwa kebutuhan manusia itu dapat
1) Kebutuhan fisiologis.
4) Kebutuhan penghargaan.
Universitas Yale. Jika dilihat sepintas terdapat persamaan antara teori Alderfer
dengan teori Maslow. Teori ini membagi tingkat kebutuhan manusia ke dalam
3 tingkatan yaitu :
1) Keberadaan (Existence)
34
mendasar. yang tergolong dalam kebutuhan ini adalah sama dengan
jabatan.
Tercermin pada sifat dasar manusia sebagai insan sosial. Setiap orang
3) Pertumbuhan (Growth)
Dalam kegiatan ilmiah hal ini merupakan hal yang biasa. Artinya konsep
dasar yang digunakan berbagai pihak atau orang untuk menjelaskan suatu
35
fenomena sosial sebenarnya sama, akan tetapi klasifikasi atau istilah berbeda
(Sondang, 2012).
puas dengan pekerjaanya, kepuasan itu didasarkan pada faktor yang internal,
itu umumnya dikaitkan dengan sifatnya eksternal. Baik faktor internal maupun
1. Faktor internal
atas pekerjaannya.
2. Faktor eksternal
lingkungan RS, supervisi yang baik, gaji perawat yang sesuai atau diatas
36
prestasi, keamanan dan keselamatan kerja yang telah standar (Titik,
2015).
berkarya tidak sekedar mencari nafkah. Selain mencari nafkah berkarya juga
bahwa manusia cenderung berperilaku negatif dan teori Y yang pada dasarnya
bahwa teori ini didasarkan pada asumsi-asumsi bahwa manusia secara jelas
dan tegas dapat dibedakan atas manusia penganut teori X dan mana yang
menganut teori Y.
tidak berambisi untuk maju dan selalu menghindar dari tanggung jawab, para
37
e). Teori Penguatan
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa inti teori ini terletak pada
kognitif yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan sendiri. Teori ini
38
3. Tujuan Motivasi
berikut :
b) Meningkatkan produktivitas.
d) Meningkatkan kedisplinan.
(Titik, 2015).
perilaku tersebut efektif, maka akibatnya adalah berupa kinerja tinggi. Hal
39
b. Motivasi bersifat intensional
tindakan tersebut.
4. Sumber-sumber Motivasi
a) Motivasi Intrinsik
Yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri.
40
b) Motivasi Ekstrinsik
dukungan verbal dan nonverbal yang diberikan oleh teman dekat atau
keakraban sosial.
c) Motivasi Terdesak
5. Jenis-jenis Motivasi
Menurut Hasibuan (2001) Ada dua jenis motivasi positif dan motivasi
dorongan yang bersifat positif, yaitu jika pegawai dapat menghasilkan prestasi
standar akan dikenakan hukuman. Sedangkan jika prestasi diatas standar tidak
diberikan hadiah.
Sedangkan menurut Luthans (2005), ada tiga kategori motivasi atau motif,
yakni :
a. Motif Primer
Dua kriteria yang harus dipenuhi agar motif dapat dimasukkan dalam
klasifikasi primer, yaitu: motif harus tidak dipelajari; dan juga motif harus
41
paling dikenal secara umum adalah lapar, haus, tidur, menghindari sakit,
b. Motif Umum
c. Motif Sekunder
5. Faktor-faktor Motivasi
42
tingkat kematangan pribadi, tingkat pendidikan, keinginan dan harapan
a) Faktor fisik
jasmani, raga, materi, benda atau berkaitan dengan alam. Faktor fisik
b) Faktor herediter
Motivasi yang berasal dari dalam dirinya sendiri biasanya timbul dari
43
Motivasi yang timbul karena adanya kenyamanan dan segala yang
Motivasi yang timbul atas dorongan dalam diri seseorang atau pihak
lain yang didasari dengan adanya kegiatan (program) rutin dengan tujuan
tertentu.
melakukan sesuatu.
h) Umur
44
Menurut Titik (2015) ada 3 cara untuk meningkatkan motivasi, yaitu :
egoinvoiremen)
C. Konsep Perilaku
1. Pengertian perilaku
2. Bentuk perilaku
luar diri individu tersebut. Secara garis besar bentuk perilaku ada 2
macam, yaitu :
45
dan tidak dapat diamati secara langsung. Perilaku ini sebatas sikap
faktor perilaku (behavior causes), dan kedua faktor diluar (non behavior
faktor yaitu :
1. Faktor predisposisi
2. Faktor pemungkin
3. Faktor penguat
46
Perilaku ini adalah respon individu terhadap sistem pelayanan
faktor
48