Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH AMDAL (ANALISA DAMPAK LINGKUNGAN) LENGKAP

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dengan jelas menyebutkan bahwa sumber daya
alam dan budaya merupakan modal dasar pembangunan. Sebagai arahan pembangunan jangka
panjang, GBHN menyebutkan bahwa : “Bangsa Indonesia menghendaki hubungan selaras
antara manusia dengan Tuhan, dan antara manusia dengan lingkungan alam sekitarnya”.
Dengan demikian perlu adanya usaha agar hubungan manusia Indonesia dengan lingkungan
semakin serasi. Sebagai modal dasar, sumberdaya alam harus dimanfaatkan sebaik-baiknya,
oleh karena itu harus selalu diupayakan agar kerusakan lingkungan sekecil mungkin. Hal ini
dapat terjadi apabila analisis mengenai dampak lingkungan diterapkan pada setiap kegiatan
yang diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan.

Perhatian terhadap masalah lingkungan hidup di Indonesia diawali oleh seminar tentang
“Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pembangunan Nasional” yang diselenggarakan oleh
Universitas Padjajaran di Bandung pada tahun 1972. Para Sarjana dan ahli Indonesia sudah
lama mengikuti perkembangan masalah lingkungan, namun Pemerintah Indonesia baru
mengenal masalah lingkungan secara resmi sejak mengikuti sidang khusus PBB tentang
lingkungan hidup di Stockholm 5 Juni 1972.
B. Masalah
Adapun masalah yang dibahas pada makalah ini adalah :
1. Pengertian AMDAL
2. sistem regulasi AMDAL
3. fungsi, peran dan manfaat AMDAL
4. tahap-tahap penyusunan AMDAL
5. alasan suatu rencana kegiatan wajib AMDAL
C. Tujuan
Tujuan yang ingin diperoleh dari makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui Pengertian AMDAL
2. Untuk mengetahui sistem Regulasi AMDAL
3. Untuk mengetahui fungsi, peran dan manfaat AMDAL
4. Untuk mengetahui tahap – tahap penyusunan AMDAL
5. Untuk mengetahui alasan suatu rencana kegiatan wajib AMDAL
D. Manfaat
Tujuan yang ingin diperoleh dari makalah ini adalah :
1. Kita Dapat mengetahui pengertian AMDAL
2. Kita dapat mengetahui sistem Regulasi AMDAL
3. Kita dapat mengetahui fungsi, peran dan manfaat AMDAL
4. Kita dapat mengetahui tahap – tahap penyusunan AMDAL
5. Kita dapat mengetahui alasan suatu rencana kegiatan wajib AMDAL
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian AMDAL
Pada umumnya setiap negara yang sedang membangun memiliki sistem perencanaan
pembangunan sendiri-sendiri. Sistem perencanaan pembangunan ini disusun secara sistematis
untuk mencapai tujuan pembangunan yang telah ditetapkan. Di indonesia pembangunan
nasional disusun atas dasar pembangunan jangka pendek dan jangka panjang. Keduanya
dilaksanakan secara sambung menyambung untuk dapat menciptakan kondisi sosial ekonomi
yang lebih baik. Kegiatan pembangunan ini dilaksanakan dengan menggunkan apa yang
disebut proyek.
Seringkali proyek dibuat dalam porsi ruang lingkup yang sangat luas tetapi disusun
kurang cermat. Seluruh program mungkin saja dapat diananlisis sebagai suatu proyek, tetapi
pada umumnya akan lebih baik bila proyek dibuat dalam ruang lingkup yang lebih kecil yang
layak ditinjau dari segi sosial, administrasi, teknis, ekonomis, dan lingkungan.
Pembangunan dengan proyek yang dikaji dari aspek kelayakan lingkungan bisa disebut
pembangunan berwawasan lingkungan. Pembangunan berwawasan lingkungan pada
hakekatnya dilaksanakan untuk mewujudkan pembangunan berlanjut (sustainable
development). Instrumen untuk mencapai pembangunan berlanjut adalah Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan).
Menurut PP 29/1986, yang kemudian disempurnakan dengan PP 27/1999, yang semula
hanya memiliki satu model AMDAL, berkembang dan mempunyai beberapa bentuk AMDAL
dan mempunya pengertian:
1) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan
penting suatu usaha/kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup, yang diperlukan bagi
proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha/kegiatan. Kajian ini
menghasilkan dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan, Analisis Dampak
Lingkungan, Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan.
Sementara itu pengertian ANDAL adalah sebagai berikut.
2) Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) adalah telaahan secara cermat dan mendalam tentang
dampak besar dan penting suatu kegiatan yang direncanakan.
Dalam PP 51/1993, dikenal ada beberapa model AMDAL yaitu AMDAL Proyek
Individual (seperti PP 29/1986), AMDAL Kegiatan Terpadu, AMDAL Kawasan, dan AMDAL
Regional. Pengertian ketiga AMDAL menurut PP 51/1993 tersebut adalah:
1) Analisis mengenai dampak lingkungan kegiatan terpadu/multisektor adalah hasil studi
mengenai dampak penting usaha atau kegiatan yang terpadu yang direncanakan terhadap
lingkungan hidup dalam satu kesatuan hamparan ekosistem dan melibatkan kewenangan lebih
dari satu instansi yang bertanggung jawab. Di dalam PP 27/1999 definisi di atas kata hasil studi
diganti kajian dan dampak penting menjadi dampak besar dan penting.
2) Analisis mengenai dampak lingkungan kawasan adalah hasil studi mengenai dampak penting
usaha atau kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan
ha,paran ekosistem dan menyangkut kwenangan satu instansi yang bertanggung jawab. Di
dalam PP 27/1999 definisi di atas kata hasil studi diganti kajian dan dampak penting diganti
dampak besar dan penting.
3) Analisis mengenai dampak lingkungan regional adalah hasil studi mengenai dampak penting
usaha atau kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan
hamparan ekosistem zona rencana pengembangan wilayah sesuai dengan rencana umum tata
ruang daerah dan melibatkan kewenangan lebih dari satu instansi yang bertanggung jawab.

Pada PP 27/1999 pengertian AMDAL adalah merupakan hasil studi mengenai dampak
besar dan penting suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup, yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan. Hasil studi ini terdiri dari beberapa dokumen.
Atas dasar beberapa dokumen ini kebijakan dipertimbangkan dan diambil.
Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL adalah:

 Komisi Penilai AMDAL, komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL


 Pemrakarsa, orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan, dan
 masyarakat yang berkepentingan, masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk
keputusan dalam proses AMDAL.

Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Penentuan kriteria wajib AMDAL, saat ini, Indonesia menggunakan/menerapkan


penapisan 1 langkah dengan menggunakan daftar kegiatan wajib AMDAL (one step
scoping by pre request list). Daftar kegiatan wajib AMDAL dapat dilihat di Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006
2. Apabila kegiatan tidak tercantum dalam peraturan tersebut, maka wajib menyusun
UKL-UPL, sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86
Tahun 2002
3. Penyusunan AMDAL menggunakan Pedoman Penyusunan AMDAL sesuai dengan
Permen LH NO. 08/2006
4. Kewenangan Penilaian didasarkan oleh Permen LH no. 05/2008

B. Fungsi, peran dan manfaat AMDAL

 Fungsi dan peran Amdal

Pada waktu yang lampau, kebutuhan manusia akan sumber alam belum begitu besar
karena jumlah manusianya sendiri masih relatif sedikit, di samping itu intensitas kegiatannya
juga tidak besar. Pada saat-saat itu perubahan-perubahan pada lingkungan oleh aktifitas
manusia masih dalam kemampuan alam untuk memulihkan diri secara alami. Tetapi aktifitas
manusia makin lama makin besar sehingga menimbulkan perubahan lingkungan yang besar
pula. Pada saat inilah manusia perlu berfikir apakah perubahan yang terjadi pada lingkungan
itu tidak akan merugikan manusia. Manusia perlu memperkirakan apa yang akan terjadi akibat
adanya kegiatan oleh manusia itu sendiri.
AMDAL (Analisis Mengenai Danpak Lingkungan) merupakan alat untuk
merencanakan tindakan preventif terhadap kerusakan lingkungan yang mungkin akan
ditimbulkan oleh suatu aktifitas pembangunan yang direncanakan.
Undang-undang No. 4 Tahun 1982 Pasal 1 menyatakan : “Analisis mengenai dampak
lingkungan adalah hasil studi mengenai dampak suatu kegiatan yang direncanakan terhadap
lingkungan hidup, yang diperlukan bagi proses pngambilan keputusan”.
AMDAL harus dilakukan untuk proyek yang diperkirakan akan menimbulkan dampak
penting, karena ini memang yang dikehendaki baik oleh Peraturan Pemerintah maupun oleh
Undang-undang, dengan tujuan agar kualitas lingkungan tidak rusak karena adanya proyek-
proyek pembangunan. Oleh karena itu pemilik proyek atau pemrakarsa akan melanggar
perundangan bila tidak menyusun AMDAL, semua perizinan akan sulit didapat dan di samping
itu pemilik proyek dapat dituntut dimuka pengadilan. Keharusan membuat AMDAL
merupakan cara yang efektif untuk memaksa para pemilik proyek memperhatikan kualitas
lingkungan, tidak hanya memikirkan keuntungan proyek sebesar mungkin tanpa
memperhatikan dampak lingkungan yang timbul. Dampak dari suatu kegiatan, baik dampak
negatif maupun dampak positif harus sudah diperkirakan sebelum kegiatan itu dimulai. Dengan
adanya AMDAL, pengambil keputusan akan lebih luas wawasannya di dalam melaksanakan
tugasnya. Karena di dalam suatu rencana kegiatan, banyak sekali hal-hal yang akan dikerjakan,
maka AMDAL harus dapat membatasi diri, hanya mempelajari hal-hal yang penting bagi
proses pengambilan keputusan.
AMDAL ini sangat penting bagi negara berkembang khususnya Indonesia, karena
Indonesia sedang giat melakasanakan pembangunan, dan untuk melaksanakan pembangunan
maka lingkungan hidup banyak berubah, dengan adanya AMDAL maka perubahan tersebut
dapat diperkirakan. Dampak kegiatan terhadap lingkungan hidup dapat berupa dampak positif
maupun dampak negatif, hampir tidak mungkin bahwa dalam suatu kegiatan / pembangunan
tidak ada dampak negatifnya. Dampak negatif yang kemungkinan timbul harus sudah
diketahui sebelumnya (dengan MDAL), di samping itu AMDAL juga membahas cara-cara
untuk menanggulangi / mengurangi dampak negatif. Agar supaya jumlah masyarakat yang
dapat ikut merasakan hasil pembangunan meningkat, maka dampak positif perlu
dikembangkan di dalam AMDAL.
Nurkin, (2002) mengemukakan bahwa penerapan AMDAL di negara-negara
berkembang ditujukan untuk :

a. Untuk mengidentifikasi kerusakan lingkungan yang mungkin dapat terjadi akibat


kegiatan pembangunan
b. Mengidentifikasi kerugian dan keuntungan terhadap lingkungan alam dan ekonomi
yang dapat dialami oleh masyarakat akibat kegiatan pembangunan
c. Mengidentifikasi masalah lingkungan yang kritis yang memerlukan kajian lebih dalam
dan pemantauannya.
d. Mengkaji dan mencari pilihan alternatif yang baik dari berbagai pilihan pembangunan.
e. Mewujudkan keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan berkaitan
dengan pengelolaan lingkungan.
f. Memabantu pihak-pihak terkait yang terlibat dalam pembangunan dan pihak pengelola
lingkungan untuk memahami tanggung jawab, dan keterkaitannya satu sama lain.

 Manfaat AMDAL

Bagi masyarakat

- Masyarakat dapat mengetahui rencana pembangunan di daerahnya, sehingga dapat


mempersiapkan diri di dalam penyesuaian kehidupannya apabila diperlukan;
- Masyarakat dapat mengetahui perubahan lingkungan di masa sesudah proyek dibangun
sehingga dapat memanfaatkan kesempatan yang dapat menguntungkan dirinya dan
menghindarkan diri dari kerugian-kerugian yang dapat diderita akibat adanya proyek tersebut;
- Masyarakat dapat ikut berpartisipasi di dalam pembangunan di daerahnya sejak dari awal,
khususnya di dalam memberikan informasi-informasi ataupun ikut langsung di dalam
membangun dan menjalankan proyek;
- Masyarakat dapat memahami hal-ihwal mengenai proyek secara jelas sehingga
kesalahfahaman dapat dihindarkai dan kerja sama yang menguntungkan dapat digalang;
- Masyarakat dapat mengetahui hak den kewajibannya di dalam hubungannya dengan proyek
tersebut khususnya hak dan kewajiban di dalam ikut dan mengelola lingkungan.
Bagi pemilik proyek

- Proyek terhindar dari perlanggaran terhadap undang-undang atau peraturan yang berlaku;
- Proyek terhindar dari tuduhan pelanggaran pencemaran atau perusakan lingkungan;
- Pemilik proyek dapat melihat masalah-masalah lingkungan yang akan dihadapi di masa yang
akan datang;
- Pemilik proyek dapat mempersiapkan cara-cara pemecahan masalah di masa yang akan
datang;
- Nalisis dampak lingkungan merupakan sumber informasi lingkungan di sekitar lokasi
proyeknya secara kuantitatif, termasuk informasi sosial ekonomi dan sosial budaya;
- Analisis dampak lingkungan merupakan bahan penguji secara komprehensif dari perencanaan
proyeknya, sehingga dapat diketahui kelemahan-kelemahannya untuk segera dapat dilakukan
penyempurnaannya;
- Dengan adanya analisis dampak lingkungan, pemilik proyek dapat mengetahui keadaan
lingkungan yang membahayakan (misalnya banjir, tanah longsor, gempa bumi dan lain-lain)
sehingga dapat dicari keadaan lingkungan yang aman bagi proyek.
Bagi pemerintah

- Untuk mencegah agar potensi sumberdaya alam yang dikelola tersebur tidak rusak (khusus
untuk sumberdaya alam yang dapat diperbaharui);
- Untuk mencegah rusaknya sumberdaya alam lainnya yang berada di luar lokasi proyek baik
yang dioleh olrh proyek lain, diolah masyarakat atau yang belum diolah;
- Untuk menghindari perusakan lingkungan hidup seperti timbulnya pencemaran air,
pencemaran udara, kebisingan dan lain sebagainya, sehingga tidak mengganggu kesehatan,
kenyamanan dan keselamatan masyarakat;
- Untuk menghindari terjadinya pertentangan-pertentangan yang mungkin timbul khususnya
dengan masyarakat dan proyek-proyek lainnya;
- Untuk menjamin agar proyek yang dibangun sesuai dengan rencana pembangunan daerah,
nasional ataupun internasional serta tidak mengganggu proyek lain;
- Untuk menjamin agar proyek tersebut mempunyai manfaat yang jelas bagi negara dan
masyarakat;
- Analisis dampak lingkungan diperlukan bagi pemerintah sebagai alat pengambil keputusan.

D. Tahapan Penyusunan AMDAL


Prosedur pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
1. Tata laksana menurut PP 29 Tahun 1986
Menurut Hardjasoemantri (1988), garis besar prosedur AMDAL sebagaimana
tercantum pada PP No. 29/1986 Mengenai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan adalah
sebagai berikut ini.
a. Pemrakarsa rencana kegiatan mengajukan Penyajian Informasi Lingkungan (PIL) kepada
instansi yang bertanggung jawab. PIL tersebut dibuatkan berdasarkan pedoman yang
ditetapkan oleh Menteri yang ditugaskan mengelola lingkungan hidup. Dalam uraian dibawah
ini, yang dimaksud degan menteri KLH adalah “Menteri yang di tugasi mengelola lingkungan
hidup” instansi yang bertanggung jawab adalah yang berwenang memberi keputusan tentnag
pelaksanaan rencana kegiatan, dengan pengertian bahwa kewenangan berada pad menteri atau
Pimpinan Lembaga Pemerintah Nondepartemen yang membidangi kegiatan yang bersangkutan
dan pada Gubernur Daerah Tingkat I untuk kegiatan yang berada di bawah wewenangnya

b. Apabila lokasi sebagaimana tercantum dalam PIL dinilai tidak tepat, maka instansi yang
bertanggung jawab menolak lokasi tersebut dan memberikan petunjuk tentang kemungkinan
lokasi lain dengan kewajiban bagi pemrakarsa untuk membuat PIL yang baru. Apabila suatu
lokasi dapat menimbulkan perbenturan kepentingan antar sektor maka instansi yang
bertanggung jawab mengadakan konsultasi dengan menteri KLH dan Menteri atau Pimpinan
Lembaga Pemerintah Nondepartemen yang bersangkutan.

c. Apabila hasil penelitian PIL menentukan bahwa perlu dibuatkan ANDAL, berhubung dengan
adanya dampak penting rencana kegiatan terhadap lingkungan, baik lingkungan geobiofisik
maupun sosial budaya, maka pemrakarsa bersama instansi yang bertanggung jawab membuat
Kerangka Acuan (KA) bagi penyusunan ANDAL.
d. Apibila ANDAL tidak perlu dibuat untuk suatu rencana kegiatan, berhubung tidak ada dampak
penting, maka pemrakarsa diwajibkan untuk membuat Rencana Pengelolaan Lingkungan
(RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) bagi kegiatan tersebut. Huruf K dalam
RKL adalah “Kelola” dan huruf P dalam RPL dari “Pantau”.

e. Apabila dari semula sudah diketahui bahwa akan ada dampak penting, maka tidak perlu dibuat
PIL lebih dahulu akan tetapi dapat langsung menyusun KA bagi pembuat ANDAL.

f. ANDAL merupakan komponen studi kelayakan rencana kegiatan sehingga dengan demikian
terdapat tiga studi kelayakan dalam perencanaan pembangunan, yaitu: teknis, ekonomis dan
lingkungan (TEL). biaya rencana kegiatan sebagaimana tercantum dalam studi kelayakan
rencana kegiatan tersebut meliputi pula biaya penanggulangan dampak negatif dan
pengembangan dampak positifnya.

g. Pedoman umum penyusunan ANDAL ditetapkan oleh Menteri KLH. Pedoman teknis
penyusunan ANDAL ditetapkan oleh Menteri atau Pimpinan Lembaga Pemerintah
Nondepartemen yang membidangi kegiatan yang bersangkutan berdasarkan pedoman umum
penyusunan ANDAL yang dibuat oleh Menteri KLH.

h. Apabila ANDAL menyimpulkan bahwa dampak negatif yang tidak dapat ditanggulangi
berdasarkan ilmu dan teknologi lebih besar dibanding dengan dampak positifnya, maka instansi
yang bertanggung jawab memutuskan menolak rencana kegiatan yang bersangkutan. Terhadap
penolakan ini, pemrakarsa dapat mengajukan keberatan kepada pejabat yang lebih tinggi dari
instansi yang bertanggung jawab selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari. Sejak diterimanya
keputusan penolakan. Pejabat yang lebih tinggi tersebut memberi keputusan atas keberatan
tersebut selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya pernyataan keberatan,
setelah mendapat pertimbangan dari menteri KLH. Keputusan tersebut merupakan keputusan
terakhir.

i. Apabila ANDAL disetujui, maka pemrakarsa menyusun RKL dan RPL dengan menggunakan
pedoman penyusunan RKL dan RPL yang dibuat oleh Menteri KLH atau Departemen yang
bertanggung jawab.
j. Keputusan persetujuan ANDAL dinyatakan kadaluwarsa apabila rencana kegiatan tidak
dilaksanakan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak ditetapkannya keputusan tersebut.
Pemrakarsa wajib mengajukan kembali permohonan persetujuan atas ANDAL. Terhadap
permohonan ini instansi yang bertanggung jawab memutuskan dapat digunakan kembali
ANDAL, RKL dan RPL yang telah dibuat atau wajib diperbaharuinya dokumen-dokumen
tersebut.

k. Keputusan persetujuan ANDAL dinyatakan gugur, apabila terjadi perubahan lingkungan yang
sangat mendasar akibat peristiwa alam atau karena kegiatan lain, sebelum rencana kegiatan
dilaksanakan. Pemrakarsa perlu membuat ANDAL baru berdasarkan rona lingkungan baru.

C. Alasan suatu rencana kegiatan wajib AMDAL


Setiap rencana kegiatan yang mempunyai dampak besar dan penting, wajib dibuat
AMDAL Hal ini mengacu pada pasal 3 ayat 1 PP 27 tahun 1999 yaitu ;
1. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam
2. Eksploitasi SDA baik yang dapat diperbaharui/tidak dapat diperbaharui
3. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan, kerusakan,
pemerosotan dalam pemanfaatan SDA, cagar budaya
4. Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, jasad renik.
5. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati
6. Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk mempengaruhi
lingkungan
7. Kegiatan yang mempunyai tinggi dan mempengaruhi pertahanan negara
Jadi, apabila rencana kegiatan mempunyai peran seperti yang telah disebutkan di atas wajib
AMDAL.
Meskipun AMDAL secara resmi diperkenalkan ke Indonesia pada tahun 1982,
sebagian besar praktisi mengetahui asal muasal sebenarnya untuk beranjak dari Peraturan No.
29/19869 yang menciptakan berbagai elemen penting dari proses AMDAL10. Sepanjang awal
era 1990 didirikan suatu badan perlindungan lingkungan pusat (BAPEDAL) terlepas dari
Kementerian Negara Lingkungan, dengan mandat meningkatkan pelaksanaan
AMDAL dan kendali atas polusi, didukung oleh tiga kantor daerah. Kajian dan
persetujuan atas berbagai dokumen AMDAL pada saat ini ditangani oleh Komisi Pusat atau
Komisi Daerah, sesuai dengan skala proyek dan sumber pendanaan. Lebih dari 4000 AMDAL
dikaji sampai dengan 1992 dimana menjadi lebih jelas bahwa berbagai elemen dari proses
tersebut terlalu kompleks dan terlalu banyak didasarkan pada AMDAL ‘gaya barat’. Legislasi
AMDAL yang baru yang diberlakukan pada tahun 199311 yang memiliki efek pembenahan
atas prosedur penapisan, mempersingkat jangka waktu pengkajian, dan memperkenalkan status
format EMP yang distandardisasi (UKL/UPL) untuk proyekdengan dampak yang lebih
terbatas. Lebih dari 6000 AMDAL nasional dan propinsi diproses berdasarkan peraturan ini
termasuk sejumlah kecil AMDAL daerah di bawah suatu komisi pusat yang didirikan di dalam
BAPEDAL.
Dengan diundangkannya Undang-undang Pengelolaan Lingkungan yang baru (No.
23/1997) berbagai reformasi lanjutan atas regulasi AMDAL menjadi perlu. Peraturan
27/199912 diperkenalkan dengan simplifikasi lebih lanjut. Komisi sektoral dibubarkan dan
dikonsolidasikan ke dalam suatu komisi pusat tunggal, sementara komisi propinsi diperkuat.
Ketentuan yang lebih spesifik dan lengkap atas keterlibatan publik juga diperkenalkan,
sebagaimana halnya juga dengan suatu rangkaian arahan teknis pendukung. Namun demikian
PP 27/1999 ternyata tidak tepat waktu, gagal untuk secara memadai merefleksikan berbagai
perubahan politis yang pada saat itu lebih luas yang akhirnya mengarah kepada desentralisasi
politik dan administratif. AnalisisMengenai Dampak Lingkungan, yang sering di singkat
dengan AMDAL, lahir dengan di undangkannya undang-undang tentang lingkungan hidup di
Amerika Serikat, National Environmental Policy Act (NEPA), pada tahun 1969. NEPA 1969
mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1970. Pasal 102 (2) (C) dalam undang-undang ini
menyatakan, semua usulan legislasi dan aktifitas pemerintah federal yang besar di perkirakan
akan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan diharuskan disertai laporan
Environmental Impact Assessment (Analisis Dampak Lingkungan) tentang usulan tersebut.
NEPA 1969 merupakan suatu reaksi terhadap kerusakan lingkungan oleh aktifitas
manusia yang makin meningkat, antara lain tercemarnya lingkungan oleh pestisida serta limbah
industri dan transpor, rusaknya habitat tumbuhan dan hewan langka, serta menurunnya nilai
estetika alam. Misalnya, sejak permulaan tahun 1950-an Los Angeles di negara bagian
Kalifornia, Amerika Serikat, telah terganggu oleh asap-kabut atau asbut (smog = smoke + fog),
yang menyelubungi kota, mengganggu kesehatan dan merusak tanaman. Asbut berasal dari gas
limbah kendaraan dan pabrik yang mengalami fotooksidasi dan terdiri atas ozon, peroksiasetil
nitrat (PAN), nitrogenoksida, dan zat lain lagi.
AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan) adalah instrumen yang sifatnya
formal dan wajib (control and command) yang merupakan kajian bagi pembangunan proyek-
proyek kegiatan-kegiatan pasal 17a yang kemungkinan akan menimbulkan dampak besar dari
penting terhadap lingkungan hidup.
Dalam PP No.27 Tahun 1999 dinyatakan bahwa dampak besar dan penting adalah
perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar yang di akibatkan oleh suatu usaha dan
atau kegiatan. Selanjutnya pada pasal 5 PP tersebut dinyatakan bahwa kriteria dari dampak
besar dan periting dari suatu usaha atau kegiatan terhadap lingkungan antara lain:

a. Jumlah manusia yang akan terkena dampak


b. Luas wilayah persebaran dampak
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
d. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang akan terkena dampak
e. Sifat kumulatif dampak
f. Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (ireversible)
Dasar hukum dan prosedur pelaksanaan AMDAL diatur dalam PP No.27 tahun 1999
beserta beberapa KEPMEN yang terkait dan dikeluarkan oleh Kementrian Negara Lingkungan
Hidup. AMDAL dibuat sebelum kegiatan berjalan atau operasi proyek dilakukan. Karena itu
AMDAL merupakan salah satu persyaratan keluarnya perizinan.

D. Pentingnya AMDAL bagi Pembangunan Berwawasan Lingkungan


Dalam rangka pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup maka nampak gambaran
bagi proyek-proyek yang akan dibangun atau yang telah berjalan, perlu diteliti sampai seberapa
besar dapat meningkatkan kulitas lingkungan hidup setempat. Selain itu terkandung pula
pengertian seberapa besar dapat memaksimumkan manfaat (dampak positif) terhadap
lingkungan yang mengandung makna harus dapat menciptakan kegiatan ekonomi baru dan
penyedian fasilitas sosial ekonomi bagi masyarakat setempat. atau sebaliknya malah
menurunkan kualitas ligkungan hidup dalam arti lebih banyak memberikan kerugian (dampak
negatif) bagi masyarakat sekitar.
Untuk mengatasi semua itu, analisa dampak lingkungan adalah salah satu cara pengendalian
yang efektif untuk dikembangkan. AMDAL bertujuan untuk mengurangi atau meniadakan
pengaruh-pengaruh buruk (negatif) terhadap lingkungan dan bukan menghambat ektifitas
ekonomi. AMDAL pada hakekatnya merupakan penyempurnaan suatu proses perencanaan
proyek pembangunan dimana tidak saja diperhatikan aspek sosial proyek itu, melainkan juga
aspek pengaruh proyek itu terhadap sosial budaya, fisika, kimia dan lain-lain, Hadi dalam
Daniah (2007: 49).
Tujuan dan sasaran utama AMDAL adalah untuk menjamin agar suatu usaha atau kegiatan
pembangunan dapat beroperasi secara berkelanjutan tanpa merusak dan mengorbankan
lingkungan atau dengan kata lain usaha tau kegiatan tersebut layak dari segi aspek liongkungan.
Sedangkan kegunaan AMDAL adalah sebagai bahan untuk mengambil kebijaksanaan
(misalnya perizinan) maupun sebagai pedoman dalam membuat berbagai perlakuan
penanggulangan dampak negatif. Dalam usaha menjaga kualitas lingkungan, secara khusus
AMDAL berguna dalam hal:
1. Mencegah agar potensi sumber daya alam yang dikelola tidak rusak, terutama sumber daya
alam yang tidak dapat diperbaharui.
2. Menghindari efek samping dari pengolahan sumber daya terhadap sumber daya alam lainnya,
proyek-proyek lain dan masyarakat agar tidak timbul pertentangan-pertentangan.
3. Mencegah terjadinya perusakan lingkungan akibat pencemaran sehingga tidak mengganggu
kesehatan, kenyamanan, dan keselamatan masyarakat.
4. Agar diketahui manfaatnya yang berdaya guna dan berhasil guna bagi bangsa, negara dan
masyarakat.

Melalui pengkajian AMDAL, kelayakan lingkungan sebuah rencana usaha atau kegiatan
pembangunan diharapkan mampu optimal meminimalkan kemungkinan dampak lingkungan
yang negatif serta dapat memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam secara efesien.
Munn (1979) sebagaimana dikutip oleh Helneliza, mengemukakan bahwa AMDAL merupakan
salah satu dari bagian perencanaan dalam rangka menghasilkan tindakan pembangunan yang
selaras dengan lingkungan. memanfaatkan sumber daya lingkungan dengan sebaik-baiknya
dan menghindari degradasi. Di banyak negara AMDAL dinyatakan berhasil menghambat laju
kerusakan lingkungan. Hasil KTT Bumi di Rio de Jeneiro telah membuktikan hal ini, dimana
+ dari 158 negara menyatakan berhasil menghambat laju kerusakan lingkungan. AMDAL
sebagai bagian yang integral dari pembangunan berkelanjutan, memberi arti bahwa sekurang-
kurangnya dengan adanya AMDAL mengingatkan pemrakarsa supaya memperhatikan
kelestarian lingkungan, Herneliza dalam Daniah (2007: 51).

Membangun sebuah proyek, sebelumnya tentu harus dilakukan identifikasi masalah mengapa
suatu proyek pembangunan ingin dilaksanakan dan tentu saja harus jelas tujuan dan
keguaannya. Selanjutnya diadakan studi kelayakan secara teknik, ekonomis, dan lingkungan
sebelum melangkah ke perencanaan dari pembangunan proyek.
Pelaksanaan pembangunan proyek sebaiknya dimulai setelah hasil AMDAL diketahui
sehingga dapat dilakukan optimasi untuk mendapatkan keadaan yang optimum bagi proyek
tersebut. Dalam hal ini dampak lingkungan dapat dikendalikan melalui pendekatan teknik dan
pengendalian limbah sehingga dapat menghasilkan biaya pengeluaran dampak yang murah dan
kelestarian lingkungan dapat dipertahankan.
Hasil AMDAL dapat diketahui apakah proyek pembangunan berpotensi menimbulkan dampak
atau tidak. Bila berdampak besar terutama yang negatif, tentu saja proyek tersebut tidak boleh
dibangun atau boleh dibangun dengan persyaratan tertentu agar dampak negatif tersebut dapat
dikurangi sampai tidak membahayakan lingkungan.
Bila berdasarkan AMDAL tidak akan menimbulkan dampak yang berarti, maka proyek
pembangunan dapat dilaksanakan sesuai usulan dengan tetap berpedoman agar tetap
memperhatikan dampak-dampak negatif yang mungkin timbul diluar perkiraan semula. Dalam
hal ini, sebelum proyek dilaksanakan harus ditentukan dulu pedoman pengelolaan dan
pemantauan lingkungan sebagai usaha menjaga kelestariannya. Perlu kiranya ditekankan
AMDAL sebagai alat dalam perencanaan harus mempunyai peranan dalam pengambilan
keputusan tentang proyek yang sedang direncanakan. Artinya AMDAL tidak banyak artinya
apabila dilakukan setelah diambil keputusan untuk melaksanakan proyek tersebut.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kami tarik dari pembahasan mengai AMDAL di atas
ialah :
1. Pada PP 27/1999 pengertian AMDAL adalah merupakan hasil studi mengenai dampak besar
dan penting suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup, yang diperlukan
bagi proses pengambilan keputusan.
2. Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL adalah:

 Komisi Penilai AMDAL, komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL

 Pemrakarsa, orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan, dan

 masyarakat yang berkepentingan, masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan
dalam proses AMDAL.

3. Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:

 Penentuan kriteria wajib AMDAL, saat ini, Indonesia menggunakan/menerapkan penapisan 1


langkah dengan menggunakan daftar kegiatan wajib AMDAL (one step scoping by pre request
list). Daftar kegiatan wajib AMDAL dapat dilihat di Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 11 Tahun 2006

 Apabila kegiatan tidak tercantum dalam peraturan tersebut, maka wajib menyusun UKL-UPL,
sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 Tahun 2002

B. Saran
saran yang dapat kami berikan ialah, karena dalam penyusunan makalah ini kami hanya
belandaskan dari buku-buku atau referensi lain yang berhubungan dalam penyusunan makalah
mengenai AMDAL ini, oleh karena itu kami menyarankan di adakannya kunjungan lapangan.
Dengan kunjungan lapangan tersebut bermaksud untuk mengetahui secara langsung tentang
AMDAL tersebut serta penyusunannya.

DAFTAR PUSTAKA

Fandeli, Chapid, 2007. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Liberty Offset. Yogyakarta
Tosepu, Ramadhan, 2007. Kesehatan Lingkungan. Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas MIPA
UNHALU. Kendari
Wardhana, AW, 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi Offset. Yogyakarta
NAMA : SITI HUMAIROH
NPM : 4118217007008

Anda mungkin juga menyukai