Anda di halaman 1dari 20

DAFTAR ISI

BAB 1

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
International Statistical Classification of Disease and related Healt problem (ICD 10)
berisi pedoman untuk merekam dan memberi kode penyakit, disertai dengan materi
baru yang berupa aspek praktis penggunaan klasifikasi. Materi tersebut disajikan
dalam buku terpisah untuk memudahkan penanganan bila diperlukan rujukan pada
klasifikasi (buku jilid 1) dan cara penggunaannya. Intruksi yang rinci dalam
menggunakan indeks alphabet dapat dijumpai pada buku jilid 3.
Buku pedoman ini memberikan deskripsi dasar ICD dengan intruksi praktis untuk
kode mortalitas dan mordibitas yang disertai dengan petunjuk presentasi dan
interpretasi data. Buku ini ditujukan untuk memberikan latihan rinci dalam
penggunaan ICD. Pengetahuan tentang materi yang terdapat dalam buku ini perlu
ditingkatkan melalui pelatihan formal dan petunjuk yang memungkinkan praktek
yang luas pada contoh-contoh rekaman dan diskusi masalah .
Bila dijumpai masalah dalam penggunaan ICD yang tidak dapat dpecahkan pada
kantor statistic nasional, dianjurkan untuk merujuknya pada WHO collaborating
Centres for Clasification of Disease .

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Struktur Dasar dan Prinsip Klasifikasi ICD?
2. Bagaimana cara penggunaan ICD?
3. Bagaimana petunjuk dan Peraturan untuk metode Mortalitas dan Mordibitas?

C. TUJUAN
BAB II

PEMBAHASAN

1. Struktur dasar dan prinsipil dari klasifikasi ICD


ICD adalah suatu klasifikasi dengan sumbu-variabel. Strukturnya telah dikembangkan dari
usulan William Farr di masa-masa awal diskusi internasional tentang struktur klasifikasi. Skema yang
digunakannya adalah bahwa untuk semua tujuan epidemiologis praktis, data statistik pada
penyakit harus dikelompokkan secara berikut:
 Penyakit epidemik
 Penyakit dasar atau penyakit umum
 Penyakit local yang diatur / berdasarkan tempat / letak
 Penyakit perkembangan ( developmental diseases )
 Cedera
Pola ini bisa ditemukan pada bab-bab ICD-10. Mereka telah melewati ujian waktu, dan
walaupun dalam beberapa hal kelihatan seperti tidak sesungguhnya, pola ini masih dianggap
sebagai struktur yang lebih berguna untuk tujuan epidemiologis umum dibandingkan dengan
alternatif lain yang telah diuji. Dua bagian pertama dan terakhir dari kelompok di atas merupakan
‘group khusus’ utnuk kondisi-kondisi yang susah dikelompokkan untuk penelitian epidemiologis,
seandainya mereka tersebar secara anatomis. Group tengah, yaitu penyakit lokal yang disusun
menurut situs, berisi Bab-bab ICD untuk setiap sistem utama tubuh.

 Pembedaan bab-bab ‘group khusus’ dari bab-bab ‘sistem tubuh’ memiliki implikasi
praktis dalam pemahaman struktur klasifikasi, pengkodeannya, dan penafsiran statistik.
Harus diingat bahwa secara umum, kondisi-kondisi diklasifikasikan terutama pada satu di
antara bab-bab group khusus. Kalau terdapat keraguan mengenai tempat suatu kondisi
harus diletakkan, maka bab group khusus hendaknya diprioritaskan.

ICD dasar adalah daftar kategori 3-karakter berkode tunggal, masing-masingnya dapat dibagi lagi
atas 10 subkategori 4-karakter. Menggantikan sistem pengkodean yang hanya menggunakan angka
pada Revisi-9, Revisi-10 menggunakan kode alfa-numerik dengan sebuah huruf pada posisi pertama
dan sebuah angka pada posisi ke-2, ke-3, dan ke-4. Karakter ke-4 didahului oleh sebuah titik desimal.
Jadi nomor kode yang mungkin ada berkisar dari A00.0 sampai Z99.9. Huruf ‘U’ tidak digunakan.
(lihat 2.4.7)

1.1 Volume
ICD-10 tediri dari 3 volume: volume 1 berisi klasifikasi utama; volume 2 menyediakan
panduan untuk menggunakan ICD; dan volume 3 merupakan klasifikasi berdasarkan indeks
alphabet. Terjemahan ICD-10 Volume 2 Sebagian besar volume 1 diambil dengan klasifikasi utama,
disusun oleh daftar kategori 3 karakter dan table inklusi dan subkategori 4 karakter. inti Klasifikasi –
‘daftar kategori 3 karakter’ (volume 1) – yang dianjurkan untuk pelaporan ke WHO mortality
database dan untuk perbandingan umum secara internasional. Klasifikasi inti ini juga berisi bab
dan judul blok / block tittels. Daftar table memberikan detail dari level 4 karakter, yang dibagi
menjadi 21 bab.

Volume 1 juga berisi hal-hal berikut :


 Morfologi neoplasma
Klasifikasi dari morfologi neoplasma dapat digunakan sebagai kode tambahan untuk
mengklasifikasikan tipe morfologi dari neoplasma dimana dengan beberapa pengecualian dalam
klasifikasi di bab II sesuai dengan sifat dan tempat (topografi). Kode morfologi sama dengan
yang digunakan pada ICD untuk onkologi (ICD-0)(1).
 Daftar tabulasi special / khusus Karena daftar empat karakter pada ICD dan bahkan
daftar tiga karakter terlalu panjang untuk digunakan pada setiap table statistic,
kebanyakan statistic rutin menggunakan daftar tabulasi yang menekankan kondisi tunggal
tertentu dan grup-grup lain. Empat daftar khusus untuk table mortality merupakan bagian
yang utuh dari ICD. Daftar 1 dan 2 untuk mortality umum dan daftar 3 dan 4 untuk mortality
pada bayi dan anak (umur 0-4 tahun). Juga ada table special untuk morbidity. Semuanya ada
pada volume 1. Panduan penggunaan yang tepat untuk berbagai level klasifikasi dan daftar
tabulasi ada pada seksi 5 volume ini.
 Definisi
Definisi pada volume 1 telah diadopsi / digunakan dari world health assembly dan
dimasukan untuk memfasilitasi perbandingan data internasional.
 Peraturan penamaan / nomeriklatur
Peraturan diadopsi dari world health assembly yang memberikan tanggung jawab formal
pada anggota WHO sehubungan dengan klasifikasi penyakit dan penyebab kematian,
komplikasi dan publikasi statistic. Dapat ditemukan pada volume I.

1.2 Bab
Klasifikasi dibagi menjadi 21 bab. Karakter pertama dari kode ICD adalah huruf dan tiap
huruf berhubungan dengan bab khusus, kecuali untuk huruf D yang digunakan pada bab II,
neoplasma dan bab III penyakit darah dan organ pembentuk darah dan kelainan tertentu yang
melibatkan mekanisme kekebalan, dan huruf H, digunakan pada bab VII, penyakit ata dan adneksa
dan bab VIII penyakit pada telinga dan proses mastoid. Empat bab (I, II, XIX dan XX) menggunakan
lebih dari satu huruf pada posisi pertama kodenya. Setiap bab berisi kategori 3-karakter yang cukup
mencakup isinya, tidak semua kode yang tersedia dapat digunakan, sehingga memberikan ruang
pengembangan dan revisi selanjutnya.
Bab I – XVII berhubungan dengan penyakit dan kondisi morbid yang lain, dan bab XIX
berhubungan dengan cedera, keracunan dan penyebab eksternal tertentu lainnya. Sisanya
melngkapi subjek pokok yang termsuk dlam data diagnostic. Bab XVIII melingkupi gejala, tanda dan
temuan klinis dan laboratorium yang abnormal, yang tidak diklasifikasi di tempat lain. Bab XIX,
penyebab eksternal morbidity dan mortality, secara tradisional digunakan untuk mengklasifikasikan
penyebab cedera dan keracunan, tapi pada revisi ke 9 juga disediakan untuk catatan penyebeb
eksternal penyakit dan kondisi morbid lainnya. Bab XXI, factor yang mempengaruhi status
kesehatan dan kontak dengan pelayanan kesehatan, dimaksudkan Terjemahan ICD-10 Volume 2
untuk klasifikasi data yang menerangkan alasan seseorang yang tidak sakit kontak dengan
pelayanan kesehatan atau situasi dimana pasien menerima perawatan pada waktu khusus atau
memiliki hubungan dengan seseorang yang sedang menerima perawatan.

1.3 Blok kategori


Bab-bab dibagi atas blok-blok kategori tiga-karakter yang homogen. Pada Bab I, judul blok
melambangkan dua sumbu klasifikasi, yaitu cara penyebaran penyakit dan kelompok luas organisme
penginfeksi. Pada Bab II, sumbu pertama adalah sifat neoplasma; di dalam sifat, sumbu ini
terutama berdasarkan tempat neoplasma, walaupun sebuah kategori disediakan untuk jenis
morfologi penting (misalnya leukemia, limfoma, melanoma, mesotelioma, sarkoma Kaposi). Luas
kategori terdapat di dalam tanda kurung yang diberikan setelah judul blok.
1.4 Kategori 3 karakter
Di dalam setiap blok, beberapa dari kategori-kategori tiga-karakter tersedia untuk kondisi
tunggal, terpilih karena keseringannya (frekuensi), beratnya, dan kerentanannya akan intervensi
public health. Kategori tiga-karakter lainnya merupakan kelompok penyakit dengan beberapa
ciri-ciri yang sama. Biasanya tersedia tempat untuk kondisi ‘lain’ yang akan diklasifikasikan,
memungkinkan untuk melibatkan banyak kondisi yang lebih jarang, di samping kondisi yang tidak
dinyatakan (‘unspecified’).

1.5 Subkategori 4 karakter


Walaupun tidak wajib untuk pelaporan internasional, hampir semua kategori 3-karakter dibagi lebih
lanjut oleh karakter ke-4 berupa angka muncul setelah titik desimal yang memberikan 10
subkategori. Pada tempat yang kategori 3-karakternya tidak mengalami pembagian, dianjurkan
penggunaan huruf ‘X’ pada posisi keempat sehingga kode-kodenya memiliki panjang yang standard
untuk pemrosesan data. Kategori 4 karakter digunakan paling tepat untuk identifikasi, misalnya
perbedaan tempat pada kategori 3 karakter untuk penyakit tunggal, atau penyakit individual
pada kategori 3 karakter untuk kelompok kondisi.
Kalau subdivisi pada karakter keempat berlaku untuk semua anggota di dalam kategori tiga-
karakter, maka mereka hanya dituliskan sekali saja, yaitu di bagian awal. Sebuah catatan pada setiap
kategori yang relevan menunjukkan tempat detilnya bisa ditemukan. Misalnya, kategori O03-O06
untuk berbagai jenis abortus, memiliki karakter keempat yang sama yang berhubungan dengan
komplikasi yang timbul (lihat Volume 1, halaman 724).

1.6 Suplemen subdivisi tambahan untuk penggunaan pada karakter ke-5 atau
berikutnya
Level karakter kelima dan seterusnya biasanya merupakan subklasifikasi pada sumbu
yang berbeda dengan karakter keempat. Mereka ditemukan pada:
Bab XIII – subdivisi menurut situs anatomis
Bab XIX – subdivisi untuk menunjukkan fraktur (patah tulang) terbuka dan tertutup di
samping cedera intrakranial, intratoraks, dan intraabdomen dengan dan tanpa
luka terbuka. Terjemahan ICD-10 Volume 2
Bab XX – subdivisi untuk menunjukkan jenis aktifitas yang dilakukan pada saat kejadian.

1.7 Kode ‘U’ yang tidak digunakan


Kode-kode U00-U49 adalah untuk digunakan sebagai tempat sementara penyakit baru yang
penyebabnya tidak jelas. Kode-kode U50-U99 bisa dipergunakan untuk riset, misalnya ketika
menguji subklasifikasi alternatif pada suatu proyek khusus.

2. CARA MENGGUNAKAN ICD


Bagian ini berisi informasi praktis yang perlu diketahui oleh semua pengguna untuk bisa
memanfaatkan klasifikasi dengan baik. Pengetahuan dan pemahaman tentang tujuan dan struktur
ICD penting sekali bagi pengguna statistik dan analis informasi kesehatan sebagaimana juga untuk
para pengkode. Pemakaian ICD yang akurat dan konsisten tergantung pada penggunaan ketiga
volumenya secara benar.
2.1 Cara menggunakan Volume 1
2.1.1 Pendahuluan
Volume 1 berisi klasifikasi dengan kategori tempat diagnosis diletakkan, yang memudahkan
pencarian dan penghitungan statistik. Disini tersedia definisi mengenai isi kategori, subkategori, dan
item daftar tabulasi yang ada dalam tabel-tabel statistik. Di dalam setiap bab terdapat blok-
blok kategori, yang masing-masingnya berisi rubrik. Rubrik, di dalam konteks ICd, adalah
kategori 3-karakter atau subkategori 4- karakter.
Walaupun secara teoritis seorang pengkode bisa menemukan kode yang tepat hanya
dengan menggunakan Volume 1, namun ini akan menyita banyak waktu dan bisa
menyebabkan kesalahan pemberian kode. Sebuah indeks alfabet sebagai pedoman klasifikasi
terdapat pada Volume 3. Bagian ‘Introduction to the Index’ memberikan informasi penting
tentang hubungannya dengan Volume 1. Pemakaian statistik yang paling rutin pada ICD adalah
memilih satu kondisi pada sertifikat atau catatan yang berisi beberapa kondisi. Rule untuk pemilihan
ini pada mortalitas dan sakit dibahas pada bab berikut. Penjelasan detail daftar tabular diberikan
pada sesi 2.4

2.1.2 Penggunaan daftar tabular inklusi dan 4-karakter subkategori

 Inclusion terms
Di dalam rubrik 3- dan 4-karakter biasanya tertulis sejumlah diagnosis di samping diagnosis utama.
Mereka dikenal sebagai ‘inclusion terms’ (daftar cakupan), yaitu contoh-contoh diagnosis yang
diklasifikasikan pada rubrik tersebut. Mereka bisa merupakan sinonim atau kondisi yang berbeda,
tapi bukan subklasifikasi dari rubrik tersebut. Inclusion terms dibuat terutama sebagai pedoman isi
rubrik. Banyak di antara item yang tertulis disitu berhubungan dengan terms penting atau umum
yang ada di dalam rubrik. Item lainnya adalah kondisi perbatasan (borderline) yang diberikan untuk
memperjelas batas antara satu subkategori dari subkategori lain. Daftar inclusion terms tidak harus
menyeluruh, dan nama-nama alternatif dari diagnosis terdapat di dalam Indeks Alfabet, yang harus
dirujuk pertama kali pada saat mengkode suatu diagnosis. Kadang-kadang perlu membaca inclusion
terms bersama dengan judulnya. Hal ini biasanya terjadi kalau inclusion terms berisi daftar yang
rumit mengenai situs atau produk farmasi. Disini kata-kata yang sesuai dari judul (misalnya:
‘neoplasma ganas dari ........’, ‘cedera terhadap ........’, ‘keracunan oleh ........’) perlu
dipahami. Terjemahan ICD-10 Volume 2
Deskripsi diagnostik umum yang berlaku untuk suatu kelompok kategori, atau semua
subkategori yang berada di dalam kategori 3-karakter, terdapat di dalam catatan berjudul
“Includes” yang langsung mengikuti judul suatu bab, blok, atau kategori.

 Exclusion term
Rubrik tertentu berisi daftar kondisi yang didahului oleh kata-kata “Excludes” atau ‘kecuali’.
Semua ini adalah terms yang sebenarnya diklasifikasikan di tempat lain, walaupun judulnya
memberi kesan bahwa mereka diklasifikasikan disana. Contohnya kategori A46 - Erysipelas,
disini erysipelas pada pasca melahirkan atau puerperium dikecualikan. Segera setelah term
pengecualian, terdapat tanda kurung yang berisi kode kategori atau subkategori yang menunjukkan
tempat klasifikasinya di dalam ICD. Pengecualian umum untuk sekelompok kategori atau semua
subkategori di dalam suatu kategori 3-karakter terdapat pada catatan yang berjudul ‘excludes’
yang mengikuti judul suatu bab, blok atau kategori.
Deskripsi daftar istilah (Glosary descriptions) Sebagai tambahan dari Inclusion dan
Exclusion term pada bab V, Mental and behavioural disorders menggunakan deskripsi daftar
istilah untuk menunjukkan isi rubrik. Instrumen ini berguna karena terminologi kelainan mental
sangat bervariasi terutama pada negara yang berbeda dengan nama yang sama dengan kondisi yang
sangat berbeda. Daftar istilah ini tidak ditunjukkan untuk staf pemberi kode. Hal yang sama untuk
difinisi yang terdapat pada ICD misalnya pada BAB XXI untuk klarifikasi isi suatu rubrik.

2.1.3 Dua kode untuk keadaan tertentu


Sistim Dagger dan Asterisk
ICD-9 memperkenalkan sistem dua kode yang diteruskan pada ICD-10, yaitu kode untuk diagnosis
yang berisi penyakit umum sebagai dasar masalah, dan kode untuk manifestasinya pada organ
atau situs tertentu yang merupakan masalah tersendiri pula. Kode primer digunakan untuk
penyakit dasar dan ditandai oleh dagger; dan kode tambahan untuk manifestasi penyakit dasar
ditandai dengan asterisk. Kesepakatan ini dilakukan karena kode penyakit dasar saja sering tidak
memuaskan dalam pengolahan statistik penyakit tertentu, sementara manifestasinya terasa
perlu diklasifikasikan pada bab yang relevan karena merupakan alasan untuk mencari asuhan medis.
Walau pun sistem dagger dan asterisk memberikan klasifikasi alternatif untuk presentasi
statistik, ICD berprinsip bahwa dagger merupakan kode primer dan harus selalu digunakan. Untuk
pengkodean, asterisk tidak boleh digunakan sendirian. Namun, untuk pengodean morbiditas, urutan
dagger dan asterisk dapat dibalik kalau manifestasi penyakit merupakan fokus primer dari asuhan.
Statistik yang menggunakan kode dagger dianggap sesuai dengan klasifikasi tradisional untuk
presentasi data mortalitas dan aspek lain asuhan kesehatan.
Kode asterisk muncul sebagai kategori tiga-karakter. Terdapat kategori yang berbeda untuk
kondisi yang sama ketika penyakit tertentu tidak dinyatakan sebagai penyebab dasar. Misalnya,
kategori G20 dan G21 adalah untuk Parkinsonisme yang bukan merupakan manifestasi penyakit
lain, sedangkan G22* adalah Parkinsonisme yang terjadi pada, atau merupakan manifestasi dari
penyakit lain. Kode dagger yang sesuai Terjemahan ICD-10 Volume 2
diberikan untuk kondisi yang disebutkan pada kategori asterisk; misalnya, untuk Parkinsonisme
yang terjadi pada penyakit sifilis (G22*), kode daggernya adalah A52.1†. Beberapa kode dagger
berada dalam kategori dagger khusus. Namun lebih sering kode dagger untuk diagnosis yang
memiliki dua elemen, dan kode yang tidak bertanda untuk kondisi elemen tunggal, berasal dari
kategori atau subkategori yang sama. Area klasifikasi tempat sistem dagger dan asterisk tidak
banyak; hanya 83 kategori khusus asterisk yang ada, yang dinyatakan pada awal bab yang relevan.

2.1.4 Konvensi yang digunakan dalam daftar tabel


Dalam daftar term inklusi dan eksklusi pada daftar tabulasi, ICD menggunakan
konvensi khusus yang berhubungan dengan penggunaan tanda kurung (), kurung petak [], titik dua,
kurung kurawal {}, singkatan “NOS”, istilah “not elsewhere classified (NEC)”, dan kata “and” pada
judulnya. Semua ini perlu dipahami dengan jelas oleh pengkode dan semua orang yang ingin
memahami statistik yang didasarkan pada ICD.
 Tanda Kurung ( )
Tanda kurung digunakan dalam Volume 1 pada empat situasi penting.
a. Tanda Kurung digunakan untuk melampirkan kata tambahan, yang dapat mengikuti istilah
diagnostik tanpa mempengaruhi nomor kode kata-kata di luar tanda kurung yang akan digunakan.
Sebagai contoh, di I10 istilah inklusi, "Hipertensi (arteri) (jinak) (penting) (ganas) (primer)
(sistemik)", menyiratkan bahwa I10 adalah nomor kode untuk kata "Hipertensi" saja atau ketika
memenuhi syarat oleh, atau kombinasi lain, dari kata-kata di dalam tanda kurung.
b. Tanda kurung juga digunakan untuk melampirkan kode yang merujuk pada istilah pengecualian.
Sebagai contoh:
H01.0 Blepharitis,
tidak termasuk: blepharoconjunctivitis (H10.5).

c. Penggunaan lain tanda kurung di dalam judul blok, melampirkan kategori tiga-karakter kode yang
termasuk dalam blok itu.
d. Penggunaan terakhir dari tanda kurung dalam Kesembilan Revisi dan berhubungan dengan
Dagger (pedang) dan asterik (bintang) sistem. Tanda kurung digunakan untuk melampirkan kode
Dagger dalam kategori asterik atau kode asterisk yang mengikuti Istilah Dagger.

 Tanda Kurung siku [ ]


Tanda Kurung siku digunakan:
a. Untuk melampirkan sinonim, kata alternatif atau menjelaskan frase; sebagai contoh:
A30 Leprosy/Kusta [penyakit Hansen];
b. Untuk mengacu pada catatan sebelumnya; sebagai contoh:
C00.8 Lesi berlebihan pada bibir [Lihat catatan 5 pada awal BAB ini];
c. Untuk mengacu pada pernyataan sebelumnya dari subdivisi karakter keempat umum untuk
sejumlah kategori; sebagai contoh: K27 peptic ulkus, tempat yang tidak ditentukan [Lihat
sebelum K25 untuk subdivisi].
Tanda titik dua :
Titik dua ini digunakan dalam urutan term inklusi dan eksklusi di saat kata-kata yang
mendahuluinya bukan merupakan term lengkap untuk rubrik tersebut. Mereka memerlukan
satu atau lebih kata tambahan yang diurutkan di bawahnya supaya mereka bisa berperan di
dalam rubrik tersebut. Misalnya, pada K36, “Other appendicitis”, diagnosis ‘appendicitis’
diklasifikasikan disana hanya kalau ia dilengkapi oleh kata ‘chronic’ atau ‘recurrent’.
 Tanda kurung kurawal }
Sebuah kurung kurawal (ditandai dengan garis lurus) digunakan dalam daftar istilah inklusi dan
eksklusi untuk menunjukkan bahwa baik kata-kata yang mendahuluinya maupun kata-kata
setelahnya adalah istilah lengkap. Salah satu syarat sebelum tanda kurung kurawal harus
memenuhi satu atau lebih dari istilah yang mengikutinya. Sebagai contoh:
O71.6 Kerusakan obstetrik pada pelvis dan ligamen
Avulsion of inner symphyseal cartilage
Kerusakan pada tulang ekor
Traumatic separation of symphisis (pubis).

 'NOS'
NOS adalah singkatan dari "Not Otherwise Specified/tidak ditentukan", yang menyiratkan
"Unspecified/tidak Ditentukan" atau "unqualified/tidak terbatas".
Kadang-kadang suatu term yang tidak memenuhi syarat tetap diklasifikasikan ke dalam rubrik yang
berisi jenis kondisi yang lebih spesifik. Ini dilakukan karena di dalam terminology obstetricmedis,
bentuk yang paling umum dari suatu kondisi lebih dikenal dengan nama kondisi itu sendiri,
sedangkan yang memenuhi syarat justru jenis yang kurang umum. Misalnya istilah ‘mitral
stenosis’ (nama kondisi) biasanya dimaksudkan untuk ‘rheumatic mitral stenosis’ (bentuk yang
paling umum). Asumsi yang telah tertanam ini harus dipertimbangkan untuk mencegah kesalahan
klasifikasi. Pengamatan terhadap “term inklusi” akan menunjukkan apakah suatu asumsi
penyebab telah dibuat; pengkode harus hati-hati untuk tidak mengkode sebuah term sebagai tidak
memenuhi syarat, kecuali kalau jelas bahwa tidak ada informasi yang memungkinkan klasifikasinya
diletakkan di tempat lain. Begitu pula, dalam interpretasi statistik yang Obstetric / kebidanan
berdasarkan ICD, beberapa kondisi yang dimasukkan ke dalam kategori yang tampaknya dijelaskan
bisa saja tidak begitu dijelaskan pada catatan yang dikode. Pada saat membandingkan tren penyakit
menurut waktu dan mengartikan hasil statistik, perlu disadari bahwa asumsi-asumsi bisa berubah
dari satu revisi ICD ke revisi lain. Misalnya, sebelum revisi ke-8, aneurisma aorta yang tidak
memenuhi syarat diasumsikan sebagai akibat dari sifilis.. "Not elsewhere Classified/ Tidak
diklasifikasikan di tempat lain" Kata-kata ini yang berarti ‘tidak diklasifikasikan di tempat lain’, kalau
digunakan pada judul dengan tiga-karakter, berfungsi sebagai peringatan bahwa varian tertentu
darikondisi yang ada di dalam daftar bisa
muncul di bagian lain dari klasifikasi. Misalnya:
J16 Pneumonia akibat organisme menular lain, not elsewhere classified’.
Kategori ini mencakup J16.0 ‘Pneumonia akibat Chlamydia’ dan J16.8 ‘Pneumonia
akibat organisme menular lain yang dijelaskan’. Banyak kategori lain yang terdapat pada
bab X (misalnya, J10-J15) dan bab lain (misalnya, P23.- Congenital pneumonia) untuk
pneumonia akibat organisme menular yang dijelaskan. J18 “Pneumonia, organisme tidak
dijelaskan”, digunakan untuk pneumonia yang penyebab infeksinya tidak dinyatakan.
 “And” pada judul
“Dan” bisa berarti “dan/atau”. Misalnya pada rubrik A18.0, ‘Tuberculosis tulang dan sendi’,
diklasifikasikan
‘TB tulang’, ‘TB sendi’, dan ‘TB tulang dan sendi’.

 Point dash .–
Pada beberapa kasus, karakter ke-4 pada subkategori digantikan oleh ‘dash’ atau strip datar,
misalnya:
G03 Meningitis due to other and unspecified causes
Excludes: meningoencephalitis (G04.-)

Ini menunjukkan bahwa ada karakter ke-4 yang harus dicari di dalam kategori yang sesuai.
Konvensi ini
digunakan pada daftar tabulasi dan pada indeks alfabet.

2.1.5 Kategori dengan karakteristik umum

Untuk kontrol mutu perlu ada cek terprogram di dalam sistem komputer. Kelompok kategori
berikut diberikan sebagai dasar untuk pengecekan terhadap konsistensi internal, dikelompokkan
menurut ciri-ciri khusus yang menyatukannya.

Kategori Asterisk
Kategori tanda berikut ini tidak digunakan sendiri; mereka harus selalu digunakan untuk tambahan
pada
kode Dagger :

D63*, D77*, E35*, E90*, F00*, F02*, G01*, G02*, G05*, G07*, G13*, G22*, G26*, G32*, G46*, G53*,
G55*,
G59*, G63*, G73*, G94*, G99*, H03*, H06*, H13*, H19*, H22*, H28*, H32*, H36*, H42*, H45*,
H48*,
H58*, H62*, H67*, H75*, H82*, H94*, I32*, I39*, I41*, I43*, I52*, I68*, I79*, I98*, J17*, J91*, J99*,
K23*,
K67*, K77*, K87*, K93*, L14*, L45*, L54*, L62*, L86*, L99*, M01*, M03*, M07*, M09*, M14*,
M36*,
M49*, M63*, M68*, M73*, M82*, M90*, N08*, N16*, N22*, N29*, N33*, N37*, N51*, N74*, N77*,
P75*.
Kategori terbatas pada satu jenis kelamin

Kategori-kategori berikut hanya berlaku untuk laki-laki:


B26.0, C60-C63, D07.4-D07.6, D17.6, D29.-, D40.-, E29.-, E89.5, F52.4, I86.1, L29.1, N40-N51, Q53-
Q55,
R86, S31.2-S31.3, Z12.5.

Kategori-kategori berikut hanya berlaku untuk perempuan:


A34, B37.3, C51-C58, C79.6, D06.-, D07.0-D07.3, D25-D28, D39.-, E28.-, E89.4, F52.5, F53.-, I86.3,
L29.2,
L70.5, M80.0-M80.1, M81.0-M81.1, M83.0, N70-N98, N99.2-N99.3, O00 O99-, P54.6, Q50-Q52, R87,
S31.4,
S37.4-S37.6, T19.2-T19.3, T83.3, Y76.-, Z01.4, Z12.4, Z30.1, Z30.3, Z30.5, Z31.1, Z31.2, Z32-Z36,
Z39.-,
Z43.7, Z87.5, Z97.5.

Pedoman untuk penanganan ketidakkonsistenan antara kondisi dan jenis kelamin diberikan pada
4.2.5.

Kategori Sequele/Gejala Sisa


Kategori-kategori berikut disediakan untuk gejala dari kondisi sisa yang berada dalam fase aktif:
B90-B94, E64.-, E68, G09, I69.-, O97, T90-T98, Y85 Y89-.

Pedoman untuk koding gejala sisa untuk kedua tujuan mortalitas dan morbiditas dapat ditemukan di
4.2.4 dan 4.4.2.

Gangguan Postprocedural
Kategori-kategori berikut tidak akan digunakan untuk mendasari koding penyebab kematian.
Panduan untuk menggunakan mereka pada koding morbiditas ditemukan di 4.4.2:
E89.-, G97.-, H59.-, H95.-, I97.-, J95.-, K91.-, M96.-, N99.-.

2.2 Cara menggunakan Volume 3


Bagian ‘Introduction’ pada Volume 3, indeks alfabet ICD-10 memberikan petunjuk cara
penggunaannya.
Instruksi disitu harus dipelajari secara baik sebelum pengkodean dilakukan. Berikut ini
diberikan uraian
singkat mengenai struktur dan penggunaannya.

2.1.1 Tata indeks abjad

Volume 3 dibagi menjadi tiga bagian sebagai berikut:


Bagian I daftar dari semua hal yang dapat diklasifikasikan ke Bab I-XIX dan Bab XXI, kecuali
obat-obatan
Dan bahan kimia lainnya;
Bagian II adalah indeks penyebab eksternal morbiditas dan mortalitas dan berisi semua
klasifikasi pada
Bab XX, kecuali obat-obatan dan zat kimia lainnya;
Bagian III, Tabel Obat dan Bahan Kimia, daftar untuk setiap substansi kode untuk keracunan
dan efek samping obat dapat diklasifikasikan pada Bab XIX, dan Bab XX kode-kode yang
menunjukkan keracunan itu disengaja, disengaja (menyakiti diri), belum ditentukan, atau
efek buruk dari substansi yang benar benar diberikan.

2.1.2 Struktur

Indeks ini berisi ‘lead terms’ yang diletakkan pada bagian paling kiri, dengan kata-kata lain
(‘modifier’ atau ‘qualifier’) pada berbagai level indentasi di bawahnya. Pada Section I,
modifier yang berindentasi (dimajukan ke kanan) ini biasanya berupa jenis, tempat, atau
kondisi yang mempengaruhi kode; pada Section II mereka menunjukkan berbagai jenis
kecelakaan atau kejadian, kendaraan yang terlibat, dsb. Modifier yang tidak mempengaruhi
kode berada di dalam tanda kurung setelah kondisi yang tertulis.

2.1.3 Kode Nomor

Nomor-nomor kode yang menyertai term merujuk ke kategori atau subkategori tempat
term tersebut diklasifikasikan. Kalau kode tersebut hanya terdiri dari 3-karakter, bisa
diperkirakan bahwa kategori tersebut belum dibagi atas subkategori. Pada umumnya kode
subkategori 4-karakter akan muncul kalau kategori telah dibagi. Sebuah ‘dash’ atau strip
pada posisi ke-4 (misalnya O03.-) menunjukkan bahwa kategori tersebut telah dibagi
namun angka ke-4 bisa ditemukan pada daftar tabulasi (Volume 1). Kalau sistem dagger dan
asterisk berlaku pada term itu, maka kedua kode harus digunakan.

2.1.4 Konvensi

 Tanda Kurung
Tanda kurung digunakan dalam Indeks dengan cara yang sama seperti dalam Volume 1,
yaitu untuk melampirkan pengubah.

 'NEC'
NEC (tidak diklasifikasikan di tempat lain) menunjukkan bahwa varian terdaftar ditentukan
kondisi yang diklasifikasikan di tempat lain, dan bahwa, bila sesuai, yang lebih tepat istilah harus
dicari dalam indeks.

 Referensi Silang
Referensi silang digunakan untuk menghindari duplikasi yang tidak perlu dalam Index.
Kata "see" dibutuhkan koder untuk merujuk pada ke istilah lain; "see also" Mengarahkan
koder untuk merujuk tempat lain dalam Indeks jika pernyataan yang dikodekan berisi
informasi lain yang tidak ditemukan indentasi di bawah istilah "see also".

3. Pedoman dasar pengkodean

Indeks alfabet berisi berbagai term yang tidak ada pada Volume 1, dan pengkodean
memerlukan rujukan ke kedua volume tersebut sebelum kode dapat diberikan. Sebelum
pengkodean dilakukan, pengkode perlu mengetahui prinsip-prinsip klasifikasi dan
pengkodean, dan telah melakukan latihan-latihan praktek.
Berikut ini adalah pedoman sederhana yang dimaksudkan untuk membantu pengkode ICD
yang bekerja sesekali:

1. Tentukan jenis pernyataan yang akan dikode dan rujuk ke Section yang sesuai pada
Indeks Alfabet. (Kalau pernyataan adalah penyakit, cedera, atau kondisi lain yang bisa
diklasifikasikan pada bab I-XIX atau XXI, lihat Section I dari Index. Kalau pernyataan ini adalah
penyebab luar dari cedera atau kejadian lain yang bisa diklasifikasikan pada bab XX, lihat
Section II pada Index).

Terjemahan ICD-10 Volume 2


2. Tentukan lokasi ‘lead term,’. Untuk penyakit dan cedera ini biasanya berupa sebuah
kata benda untuk kondisi patologis. Namun, beberapa kondisi yang berupa kata sifat atau
eponim (nama orang) bisa juga terdapat disini.
3. Baca dan pedomani semua catatan yangterdapat di bawah ‘lead term’.
4. Baca semua term yang dikurung oleh parentheses setelah ‘lead term’ (modifier ini
tidak mempengaruhi nomor kode), di samping semua istilah yang ber-indentasi di
bawah ‘lead term’ (modifier ini bisa mempengaruhi nomor kode), sampai semua kata
di dalam diagnosis telah diperhatikan.
5. Ikuti dengan hati-hati setiap rujukan silang ‘see’ dan ‘see also’ di dalam Indeks.
6. Rujuk daftar tabulasi (Volume I) untuk memastikan nomor kode yang dipilih
Perhatikan bahwa sebuah kode 3-karakter di dalam Indeks dengan dash (-) pada posisi ke-
4 berarti bahwasebuah karakter ke-4 terdapat pada Volume 1. Subdivisi lebih lanjut yang
digunakan pada posisi karakter tambahan tidak diindeks, kalau ini digunakan, ia harus dicari
pada volume 1.
7. Pedomani setiap term inklusi dan eksklusi di bawah kode yang dipilih, atau di bawah judul
bab, blok, atau kategori.
8. Tentukan kode.
Pedoman khusus untuk pemilihan penyebab atau kondisi yang akan dikodekan, dan untuk
coding kondisi yang dipilih, diberikan dalam Bagian 4.

3.1 PETUNJUK DAN PERATURAN UNTUK KODE MORTALITAS DAN


MORBIDITAS

Bagian ini berisi aturan dan pedoman yang diadopsi oleh World Health Assembly untuk
memilih satu penyebab atau kondisi untuk tabulasi rutin dari catatan penyakit atau
sertifikat kematian. Pedoman juga diberikan untuk penerapan aturan dan untuk pengkodean
kondisi yang dipilih untuk tabulasi.

3.1 Mortalitas : pedoman untuk sertifikat dan peraturan koding

Statistik mortalitas adalah salah satu sumber utama informasi kesehatan dan pada
beberapa negara merupakan data yang paling dapat dipercaya dari semua data kesehatan
yang ada.

3.1.1. Penyebab kematian

Pada tahun 1967, WHA ke-20 mendefinisikan penyebab kematian yang masuk ke dalam
sertifikat kematian sebagai “semua penyakit, kondisi sakit, atau cedera yang menyebabkan
atau memudahkan kematian, dan kecelakaan atau kekerasan yang menyebabkan cedera
tersebut”. Tujuan definisi ini adalah untuk memastikan agar semua informasi yang
relevan tercatat dan agar pembuat sertifikat tidak memilih beberapa kondisi untuk
entri dan menolak kondisi lain. Definisi ini tidak mencakup gejala atau cara kematian,
seperti kegagalan jantung atau kegagalan pernafasan.
Kalau hanya satu penyebab kematian yang tercatat, penyebab ini dipilih untuk tabulasi.
Kalau tercatat lebih daripada satu penyebab kematian, maka pemilihan harus dilakukan
berdasarkan aturan yang didasarkan pada konsep penyebab dasar kematian.

3.1.2 Penyebab dasar kematian

Konferensi Revisi Internasional 10-tahunan ke-6 menyetujui bahwa penyebab kematian


untuk tabulasi primer harus merupakan penyebab dasar kematian.

Dari sisi pencegahan kematian, perlu dilakukan pemutusan mata rantai kejadian atau
pengobatan pada suatu titik tertentu. Objektif kesehatan masyarakat yang paling efektif
adalah mencegah pencetus kematian. Untuk ini, penyebab dasar dinyatakan sebagai
“(a) penyakit atau cedera yang memulai rangkaian penyakit yang menyebabkan kematian,
atau (b) kecelakaan atau kekerasan yang menimbulkan cedera fatal”.

3.1.4 Formulir internasional sertifikat medis penyebab kematian

Yang dianjurkan oleh WHA. Praktisi medis yang menandatangani sertifikat kematian
bertanggung jawab untuk menentukan kondisi sakit mana yang mengarah langsung pada
kematian, dan untuk menyatakan kondisi-kondisi pendahulu yang menyebabkan timbulnya
kondisi sakit tersebut.

Sertifikat medis di bawah ini dirancang untuk memudahkan pemilihan penyebab dasar
kematian kalau tercatat dua atau lebih penyebab. Bagian I untuk penyakit-penyakit
yang berhubungan dengan rantai kejadian yang menyebabkan kematian, dan Bagian II
untuk kondisi yang tidak berhubungan namun memudahkan kematian.

3.1.5 Prosedur memilih underlying cause of death untuk tabulasi mortalitas

Kalau hanya satu penyebab kematian yang dilaporkan, maka penyebab ini yang digunakan
untuk tabulasi. Kalau lebih daripada satu penyebab yang tercatat, langkah pertama dalam
memilih penyebab dasar adalah menentukan penyakit awal yang berada di baris
terbawah dengan menerapkan Prinsip Umum atau Selection Rules 1, 2, dan 3. Pada
beberapa situasi ICD memungkinkan penyebab awal digeser oleh penyebab yang lebih
sesuai untuk mengekspresikan penyebab dasar tabulasi. Misalnya, terdapat beberapa
kategori untuk kombinasi kondisi-kondisi, atau mungkin terdapat alasan epidemiologis yang
kuat untuk mengutamakan kondisi lain yang ada pada sertifikat.
Langkah selanjutnya adalah menentukan apakah berlaku satu atau lebih aturan perubahan
(Modification Rule) A – F, yang berhubungan dengan situasi di atas. Nomor kode yang
dihasilkannya untuk tabulasi digunakan sebagai penyebab dasar. Kalau penyebab awal
adalah cedera atau efek lain suatu penyebab luar yang terdapat pada bab XIX, maka
kejadian yang menyebabkan terjadinya kondisi tersebut harus dipilih sebagai penyebab
dasar untuk tabulasi dan dikode pada V01 – Y89. Kode untuk cedera atau efek bisa
digunakan sebagai kode tambahan.

3.1.6 Peraturan untuk seleksi originating antecendent cause


Urutan (sequence)
Istilah urutan merujuk pada dua atau lebih kondisi yang diisi pada baris bagian I, setiap
kondisi merupakan
kausa dari isian yang ada pada baris diatasnya.
contoh 1 : I (a) Bleeding of oesophageal varices
(b) Portal hypertension
(c) Liver cirrhosis
(d) Hepatitis B
Bila ada lebih dari penyebab kematian pada baris sertifikat, mungkin untuk mempunyai lebih
dari 1 urutan yang dilaporkan. Dalam contoh dibawah ini dilaporkan 4 urutan :
Contoh 2 : I (a) Coma
(b) Myocardial infarction and cerebrovascular accident
(c) Atherosclerosis Hypertension

3.1.7 Beberapa pertimbangan dalam memilih aturan

Pada sertifikat yang diisi dengan baik, penyebab dasar akan diisi sendirian pada baris
terbawah di Bagian
I. Kondisi-kondisi yang timbul akibat penyebab dasar ini, kalau ada, dituliskan di atasnya,
satu kondisi untuk
satu baris, secara meningkat berurutan.

Contoh 3 : I (a) Uremia


(b) Hydroneprosis
(c) Retention of urine
(d) Hypertrophy of prostate

Contoh 4 : I (a) Bronchopneumonia


(b) Chronic bronchitis
II Chronic myocarditis

Jadi Prinsip Umum berlaku pada sertifikat yang diisi dengan benar. Namun, Prinsip Umum
mungkin masih bisa digunakan seandainya kondisi yang diisi sendirian di bagian terbawah
merupakan kondisi penyebab seluruh kondisi yang ada di atasnya, walau pun kondisi yang di
atas tersebut tidak berurutan sebagaimana mestinya.

Contoh 5 : I (a) Generalized metastases 5 minggu


(b) Bronchopneumonia 3 hari
(c) Lung cancer 11 bulan

Prinsip Umum tidak berlaku kalau di baris terbawah terdapat lebih dari satu kondisi, atau
kalau kondisi
tersebut bukan penyebab kondisi di atasnya. Pedoman untuk menerima sekuensi yang
berbeda diberikan
pada akhir Rule, namun harus diingat bahwa pernyataan dokter adalah pendapat dari
orang yang berwenang mengenai kondisi-kondisi penyebab kematian dan hubungannya,
dan tidak bisa diremehkan begitu saja.
Kalau Prinsip Umum tidak bisa dipakai, sedapat mungkin usahakan klarifikasi dari dokter ang
menulis, karena Selection Rules agak bersifat kompromi dan tidak selalu memberi hasil yang
memuaskan. Kalau klarifikasi tidak bisa diperoleh, gunakan aturan pemilihan. Rule 1 hanya
dipakai kalau ada sekuensi yang berujung pada kondisi paling atas. Kalau sekuensi ini tidak
diperoleh, Rule 2 dipakai dan kondisi paling atas dipilih.
Kondisi yang dipilih oleh Rule tersebut bisa saja merupakan akibat yang jelas dari kondisi
lain, yang tidak
dituliskan menurut hubungan sebab-akibat yang benar, misalnya pada bagian II atau pada
baris yang sama
pada bagian I. Kalau demikian, maka Rule 3 berlaku dan kondisi primer awal dipilih. Hal ini
hanya berlaku kalau tidak diragukan lagi adanya hubungan sebab-akibat antara kedua
kondisi tersebut.

3.1.8 Contoh-contoh Prinsip Umum dan seleksi peraturan

Prinsip Umum

Bila lebih dari satu kondisi yang diisi pada sertifikat, maka dapat dipilih penyakit yang
disebut paling bawah pada bagian I yang dapat menerangkan kondisi diatasnya.

Contoh 1 : I (a) Abses of Lung


(b) Lobar pneumonia
Dipilih Lobar pneumonia (J18.1)

Contoh 2 : I (a) Hepatic failure


(b) Bile duct obstruction
(c) Carcinoma of head of pancreas
Dipilih Carcinoma of head of pancreas (C25.0)

3.1.9 Modifikasi dari kasus yang terpilih

Penyebab kematian yang terpilih tidak selalu merupakan kondisi yang paling berguna dan
informatif untuk tabulasi. Misalnya senilitas (tua) atau beberapa penyakit umum seperti
hipertensi dan aterosklerosis, gunanya lebih rendah daripada manifestasi atau akibat
dari kondisi tersebut. Kadang-kadang perlu mengubah pemilihan untuk memenuhi
persyaratan klasifikasi, baik untuk kode tunggal dari dua atau lebih penyebab kematian yang
dilaporkan bersamaan, atau untuk memilih penyebab tertentu kalau dilaporkan dengan
kondisi tertentu lain.

Modification Rules (aturan perubahan) berikut ditujukan untuk meningkatkan kegunaan dan
ketepatan data kematian, dan hendaknya digunakan setelah pemilihan penyebab dasar.
Proses pemilihan dan modifikasi yang saling terkait ini dipisahkan untuk memberikan
kejelasan masing-masing proses.
Beberapa di antara modification rules memerlukan penerapan lebih lanjut dari selection
rules, yang tidak akan sulit bagi pengkode yang berpengalaman, tapi perlu sekali menjalani
proses seleksi, modifikasi, dan kalau perlu pemilihan kembali (reseleksi).
3.2 Catatan untuk interpretasi pada pengentrian penyebab kematian

Aturan sebelumnya biasanya akan menentukan penyebab utama dari kematian untuk digunakan
sebagai tabulasi utama kematian. Setiap negara perlu untuk memperkuat aturannya,
tergantung pada kelengkapan dan kualitas dari berkas keterangan medis (rekam medis). Informasi
pada bagian ini akan membantu dalam perumusan instruksi tambahan tersebut.

3.2.1 Asumsi-asumsi mengenai penyebab antara

Kebanyakan di dalam berkas keterangan medis, ada satu kondisi yang diindikasikan sebagai akibat
untuk kondisi yang lainnya, tapi yang pertama bukan merupakan akibat langsung dari yang
kedua. Sebagai contoh, haematemesis dapat dinyatakan sebagai akibat untuk sirosis hepatis, bukan
dilaporkan sebagai kejadian akhir dari suatu rangkaian, liver cirrhosis portal hypertension
ruptured oesophageal
varices haematemesis.

Asumsi akan ‘intervening cause’ (penyebab antara) pada Part I ini boleh dipakai untuk menerima
suatu
rangkaian penyakit sebagaimana dilaporkan, tetapi tidak boleh digunakan untuk mengubah
pengkodean.

Contoh 1 : I (a) Cerebral haemorrhage


(b) Chronic nephritis
Kode dengan chronic nephritis (N03.9). Perlu untuk mengasumsikan hipertensi sebagai
kondisi intervensi antara haemorrhage cerebral dan penyebab utamanya, yaitu chronic
nephritis.

3.1.2 Interpretasi dari “sangat mustahil”

Ungkapan “sangat mustahil” telah digunakan sejak Revisi Ke-6 ICD untuk menunjukkan suatu
hubungan
sebab-akibat yang tidak bisa diterima. Sebagai pedoman untuk penerimaan urutan dalam
penerapan
Prinsip Umum dan pemilihan rule, hubungan sebagai berikut ini sebaiknya dianggap sebagai sesuatu
yang
“sangat mustahil” :

(a) penyakit infeksi/menular dapat diterima sebagai “yang disebabkan oleh” gangguan sistem imun
misalnya penyakit human immunodeficiency virus [HIV] atau AIDS;
(b) suatu penyakit infeksi atau parasit (A00-B99) dilaporkan sebagai “yang disebabkan oleh”
penyakit
3. Konsistensi antara jenis kelamin pasien dan diagnosisnya

Ada kategori tertentu yang terbatas pada hanya satu jenis kelamin (lihat bagian 3.1.5). Jika
setelah
verifikasi ternyata bahwa jenis kelamin dan penyebab kematian pada berkas keterangan tidak
sesuai,
maka kematian harus dikode dengan R99, yaitu “Other ill-defined and unspecified causes of
mortality”.
1.1.3 Operasi

Apabila operasi muncul pada berkas keterangan medis sebagai penyebab kematian tanpa
disebutkannya
untuk apa dilakukannya operasi atau hasil temuan pada saat operasi, dan indeks alfabet tidak
memberikan
kode spesifik untuk operasi tersebut, kode dengan kategori residual untuk organ atau letak
yang
ditunjukkan oleh nama operasinya (misalnya kode dengan “nephrectomy” N28.9). Jika operasinya
tidak
menunjukkan suatu organ atau letak, misalnya “laparotomy”, kode dengan “Other ill-defined
an
unspecified causes of mortality” (R99), kecuali kalau disebutkan adanya kesalahan terapi yang
bisa
diklasifikasikan pada Y60-Y64 atau adanya komplikasi pasca bedah.

3.1.4 Neoplasma ganas

Ketika suatu neoplasma ganas dipertimbangkan sebagai penyebab utama kematian, maka menjadi
sangat
penting untuk menentukan dimana letak utamanya. Morfologi (bentuk) dan sifat neoplasma
tersebut
sebaiknya juga perlu dipertimbangkan. Kanker merupakan istilah generik dan bisa digunakan untuk
semua
kelompok morfologis, walaupun jarang digunakan untuk neoplasma ganas jaringan limfatik,
hematopoietik, dan jaringan yang berhubungan dengan itu. Karsinoma kadang-kadang digunakan
secara
tidak benar untuk menggantikan istilah kanker. Beberapa keterangan kematian dapat diragukan
apabila
terdapat keraguan akan letak primer atau ketidaktelitian dalam penyusunan keterangan. Pada
kondisi ini,
jika memungkinkan, si penulis keterangan hendaknya dapat dimintai informasi untuk
klarifikasi.
Seandainya hal ini tidak bisa dilakukan, maka pedoman di bawah ini sebaiknya digunakan.
BAB III

PENUTUP
1. Kesimpulan

2. Saran

Anda mungkin juga menyukai